Anda di halaman 1dari 18

KULIAH 1 : INTRO  Logam reaktif  memerlukan

perlengkapan atau proses khusus (vakum


 Pirometalurgi atau atmosfer inert) agar tidak
 Menggunakan temperatur yang sangat berinteraksi langsung dengan atmosfer
tinggi (500 – 1700˚C) udara. Misal Al, Ti, Mg, Zn, U
 Reaksi sangat cepat sehinga reaktor kecil  Dari aspek kimia terdapat 3 tahap dalam
 Berkaitan dengan liquid separation proses ekstraksi  preliminary treatment,
 Polusi udara metal separation, refining
 Tidak mudah menghandle fluida yang
sangat panas KULIAH 2: PEMBANGKIT PANAS DAN TUNGKU
 Reaktor dihadapkan pada serangan panas
dan fluida Menghasilkan Panas
 Hidrometalurgi  Panas dihasilkan selama pembakaran bahan
 Menggunakan temperatur yang rendah bakar karbon oleh udara atau oksigen
(25 - 250 ˚C) Calorific value  kuantitas panas yang
 Reaksi lambar, sehingga reaktor besar dihasilkan pada pemabkaran sempurna satu
 Berkait dengan solid/liquid separation unit bahan bakar
 Polusi air  Panas ditransfer dengan mekanisme konduksi,
 Peralatan korosi umumnya ringan konveksi, radiasi
 Konsumsi energi besar  Ada fire triangle (fuel, heat, air) untuk
 Elektrometalurgi memberhentikan api, segitiga harus dipotong
 Menggunakan reaksi elektrolisis (ion +  Ketika bahan bakar karbon dibakar dengan
elektron) besar stoikiometrik udara, terdapat fraksi
 Dapat diaplikasikan pada temperatur yang lolos dari pembakaran karena  desain
tinggi atau rendah reaktor, dan laju reaksi itu sendiri. Hal ini
 Laju reaksi rendah, maka dibutuhkan menyebabkan heat loss
banyak reaktor  Bahan bakar dapat berupa solid, gas liquid.
 Memproduksi logam berkualitas tinggi Paling sering itu gas, karena  mudah
 Energy cost tinggi disimpan, dapat diatur agra bebas sulfur, tidak
 Istilah meninggalkan sisaan padat saat pembakaran
 Kalsinasi  proses pemanasan (debu)
mineral/senyawa pada temperatur tinggi
untuk menghasilkan mineral stabil Menghasilkan panas : batu bara
Misal oksida sulfida dehidrasi,  Batu bara, adalah material dasar yang dapat
dehidroksidasi silikat, dan yang paling dikonversi menjadi liquid (coal liquefaction)
umum adalah dekomposisi termal dengan reaksi bersama hidrogen dibawah
karbonat tekanan atau menjadi gas (coal gasification)
 Smelting  proses peleburan bijih atau dengan reaksi bersama udara dan uap air.
konsentrat
 Tipe batu bara chracoal yang dipreparasi
 Konversi  transformais logam (senyawa)
dari karbonisasi kayu, dan mineral coal yang
sulfida menbjadi logam akibat reaksi
terdapat di alam
dengan oksigen
 Permasalahan utama adalah sulfur, karena
MS + O2  M + SO2
sumber polusi ketika batu bara dibakar, dan
Reaksi diatas dibedakan dengan roasting
sumber kontaminasi logam selama produksi
(oksidasi sulfida)
 Persen C makin tinggi maka kualitas maki baik.
 Matte  campuran leburan slfida ang
Moisture content adalah kandungan air bebas
terbentu secara artifisial dari peleburan
saat terbakar. Semakin kecil, nilainya semakin
bijih. Diolah dalam converter, prosesna
baik.
disebut converting. Pengotor utamanya
Fe
Menghasilkan panas: Gas
 Oxidation slagging
 Menggunakna gas alam (CnHm = 50 – 90%).
Pengurangan kadar Fe dari campuran
Gas alam adalah campuran hidrokarbon yang
sulfidar
terjadi di alam pada reservoir bawah tanah
 Logam non reaktif  dapat diproses
dalam atmosfer udara tanpa oksidasi  Mengandung N2 dan CO2 dalam jumlah
bagik piro maupun hidro. Misal : Cu, Ni, sedikit
Au, Ag, Pb, Co
 Terdapat gas H2S yang dihilangkan dengan : oksigen (yang bereaksi dengan bagian dari
melewatkan gas di atas lapisan oksida besi agen pereduksi dengan pembentukan gas
yang dipanaskan yang bereaksi membentuk pereduksi) bereaksi dengan bijih dengan
campuran sulfida besi pembentukan besi yang dipulihkan, dan itu
Fe2O3 + 3H2S  FeS + FeS2 + 3H2O pulih dengan langsung bersama dengan sisa-
sisa zat pereduksi yang dibuang dari Multiple
Menghasilkan panas : electric heating Hearth Furnace pada bagian bawah tungku.
 Resistance heating  berdasrkan resisitvitas
dari medium ketika arus elektrik dilewatkan Shaft Furnace
Resistivitas ini menyebabkan panas. Arusnya  Terdapat throat yang membuka keatas.
tinggi  menyebabkan listrik  memanaskan Produk lead bullion and slag, direduksi, dan
furnace slag mengandung seng (dalam bentuk ZnO).
 Elektorda grafit membawa arus, dengan jalur:  Pada kecepatan sedang, sebagian besar bahan
 Di bawah solid feed yang disatukan tidak terperangkap oleh aliran
 Direndam di lapisan terak gas naik sehingga mempertahankan stabilitas
 Kontak langsung dengan solid charge aerodinamis
 Gerakan arus balik dari muatan dari atas ke
Rotary Klin bawah) dan dari gas yang ditenagai melalui
 Klin  bejana silinder yang diletakkan pada muatan (dari bawah ke atas) dan kontak
posisi horizontal dan sedikit miring, yang langsung antara muatan dan gas 
diputar perlahan pada porosnya pertukaran panas yang baik
 Material dimasukkan ke bagian atas silinder
 karena klin berputar, material secara Smelting, melting and refining in bath and flash
bertahap bergerak menuju ujung bawah smelting reactor
mengalami pengadukan. Gas panas melewati  Bath smelting process
sepanjang kiln, kadang-kadang dalam arah  Udara kaya oksigen ditiup ke logam cair
yang searah dengan material yang diproses atay matte baths via tuyeres (Fe,Cu)
(co-current), tetapi biasanya dalam arah yang lances (Fe, Ni, Pb), atau injectors (Fe)
berlawanan (counter-current). Gas panas untuk mengoksidasi unsur pengotor. Batu
dapat dihasilkan dalam tungku eksternal, atau bara atau gas pereduksi dapat juga
dapat dihasilkan oleh api di dalam tungku. Api digunakan.
yang dihasilkan dari burner-pipe (atau firing  Flash smelting furnaces
pipe) berperan seperti Bunsen-burner yang Terdiri dari :
besar.  A circular reaction shaft (tingginya 7 – 9
 Bahan bakar untuk pembakaran ini bisa m, diameter 6 -7 m) untuk roasting dan
berasal dari gas, minyak atau batu bara smelting konsentrat kering dalam
bubuk, yang paling banyak dipakai adalah suspensi dengan udara yang diperkaya
batu bara bubuk.  Settling hearth dengan luas 120-160 m2
 Aplikasi  roasting dan calcining, iron re untuk mengumpulkan tetasan dan
reduction ilmenite reduction pemisahan matte dengan slag
 Off-take shaft untuk gas sisa dan debu
Muliple Hearth Furnace bahan bakar
 Poros pusat (centreshaft) adalah poros  Bath Melting and Refining
verrtikal yang melewati seluruh bagian  Dioperasikan batc-wise dan diumpan
furnace, dan berputar secara perlahan. Ketika dengan logam solid ataupun liquid
poros ini berputar, maka rabble arms akan  Aplikasi:
terayun, dimana rabble arms mencengkram a. Electric arc furnace dan induction
rabble teeth. Rable teeth ini “membajak” furnace  untuk baja dan besi tuang
material di sepanjang tungku. Proses ini akan peleburan dan pemurnian
mengaduk material, sehingga material b. Stationary dan hearth furnace 
berharga terpisah dari pengotornya, lalu jatuh alumunium melting, refining, alloying
ke tungku di bawahnya. Pada tungku di bawah c. Stationary hearth furnace  copper
dan seterusnya, material tadi akan terus matte dan smelting ferronickel
dibajak hingga kadarnya semakin meningkat. d. Rotary furnace  anoda copper
 Setengah bagian bawah dinding samping melting dan refining
berfungsi menyediakan gas yang mengandung
e. Stationary and titling hearth furnace leaching. Bahan baku diaduk dengan
untuk pelburan scrap tembaga dna Na2CO3 dan CaO secara merata lalu
refining dipanaskan di rotary klin pada 1000˚C
f. Rotary furnaces  secondary lead dimana alumunium akan menjadi sodium
smelting aluminat
 Converters 2 Al(OH)3 + Na2CO3  2 NaAlO2 + CO2 +
 Konversi pig iron bersamaan dengan scrap 3 H2O
menjadi baja  Proses ini juga bisa digunakan untuk
 Konversi matte tembaga menjadi blister mengekstrak aluminium dari clays, seperti
tembaga dan pemurnian secondary black kaolinite, Al2(Si2O5)(OH)4, dan nepheline
copper syenite, (Na,K)(Al,Si)2O4. Reaksi dengan
 Pemurnian secondary alumunium kaolinite bisa dilihat pada persamaan
 Konversi nickel matte menjadi nickel dan dibawah ini.
lead matte Al2(Si2O5)(OH)4 + Na2CO3 + 4 CaO  2
Na2AlO2 + 2 CaSiO4 + CO2 + 2 H2O
Material Refraktori
 Material inorganik natural maupun sintesis Reduksi dari Oksida Nonferrous
tahan terhadap temperatur > 1500˚C tanpa
 Oksida yang direduksi oleh karbon
perubahan bentuk atau melebur
 Lead Oxide
 Syarat Tembaga sukfida biasanya dioksidasi
 Mampu mempertahankan bentuk menjadi oksida dan direduksi oleh batu
 Mampu mempertahankan kekuatan bara menjadi logam tembaga dalam blast
 Tujuan furnace.
Menahan laju perpindahan panas di dalam PbO + CO → Pb + CO2
dapur ke luar. CO2 + C → 2CO
 Sifat Untuk mencegah reaksi tidak diinginkan,
 Tahan terhadap suhu tinggi msialnya Cu, sejumlah sulfur
 Tahan terhadap perubahan suhu yang dipertahankan dalam muatan, sehingga
mendadak tembaga dapat dipisahkan sebagai matte
 Tahan terhadap lelehan terak logam,  Zinc Oxide
kaca, gas panas Konsentrat ZnS dioksidasi menjadi ZnO.
 Tahan terhadap beban pada kondisi 2 ZnO + C → 2 Zn + CO2
perbaikan ZnO + C → Zn + CO
 Tahan terhadap beban dan gaya abrasi Temperatur reduksi harus diatas
 Menghemat panas temperatur didih seng (960˚C),
 Memilki koefisien ekspansi panas yang menghasilkan fasa uap yang harus
rendah dikondensasi
 Tidak boleh mencemari bahan yang Uap seng sangat rentan terhadap oksidasi
bersinggungan oleh uap air atau karbondioksida yang
 Contoh  silika, magnesite, chorem timbul dari reaksi reduksi.
magnesite Dihasilkan Zn 97% dan diikuti dengan
pemurnian
Preliminary Treatment  Oksida yang direduksi oleh hidrogen
 Thetmal pre treatment, alkali fusion, sulfation  Paling sering  MoO3 dan WO3.
of oxie, oxidation of sulfide, matte formation Keduanya mudah menguap pada
chlorination, fluoration temperatur tinggi
 Alkali fusion
 Melibatkan pemanasan bijih atau
konsentrat dengan suatu alkali atau alkali
tanah untuk mengkondisikan mineral
yang berharga siap untuk dilakukan
proses berikutnya.
 Metode ini biasa digunakan untuk oksida
dan batuan silikat dan pada sedikit sulfide
 Oksida direduksi logam
 Pada bauksit, untuk menghasilkan
 Kalsinasi dolomite
alumunium dengan etode pressure
CaMg(CO3)2 = CaO + MgO + 2CO2
 Ferrosilicon Alloy Pri=oduction
Fe2O3 + 4SiO2 + 11C = 2(Fe)Si2 + 11CO
 Silicothermic reduction of MgO by
FerroSilicon
2MgO + 2CaO + (Fe)Si = 2Mg(g) +
Ca2SiO4(s) + Fe
 Reduksi dari halida
 Logam yang diproduksi dengan mereduksi
halidanya umumnya logam reaktif yang
tidak mudah dipersiapkan dengan reduksi
oksida.
 Halida pada logam ini dapat direduksi
dengan hidrogen atau logam
 Reaksi konversi
 Transformasi logam menjadi logam oleh
udara dan oksigen  Garis 1  reaksi endotermik dengan entropy
 Mekanisme menurun (delta G selalu positif)
–2 MS + 3/2 O2  MO + SO2 (exotermik) Garis 2  reaksi endotermik dengan
–2 MO + MS  3 M + SO2 (endothermik) peningkatan entropi
---------------------------------------------- Garis 3  reaksi eksotermik dengan entropi
– MS + O2  M + SO2 (exothermik) menurun
Garis 4  reaksi eksotermik dengan entropi
 Reaksi Konversi Tembaga:
–2 Cu2S + 3 O2  2 Cu2O + 2 SO2 ΔH = - meningkat
184 kcal
–2 Cu2O + Cu2S  6 Cu + SO2 ΔH = + 28
kcal
–Cu2S + O2  2 Cu + SO2 ΔH = - 52 kcal
 Syarat terjadi reaksi konversi:
a. Sulfida dapat dipanaskan hingga
temperatur tertentu pada laju
pemanasan yang memadai tanpa
volatilisasi
b. Oksida yang terbentuk harus bisa
melarut dalam leburan sulfida
sehingag interaksi sulfida-oksida
terjadi dengan cepat
c. Logam yang terbentuk tidak boleh
larut dalam leburan sulfida-oksida
sehingga membentuk lapisan terpisah
dan mendorong reaksi ke kanan
Smelting
 Ada 2 jenis peleburan:  Garis 1  tipikal kasus transformasi fasa dari
 Reduction smelting  menghasilkan reaktan
logam cair tidak murni dan terak cair hasil Garis 3  tipikal kasus transformasi fasa dari
reaksi logam oksida dan reduktor produk
 Matte smelting  campuran cairan logam
sulfida dan terak Termodinamika dalam Copper (Smelting dan
 Jenis dapur  reverberatory furnace, electric Converting)
furnace, flash smelting, continous smelting,  Cu dn Fe bercampur dalam bentuk sulfida
blast furnace/low shaft blast furnace pada kalopirit
 Memisahkannya?
KULIAH 3: TERMODINAMIKA DAN KINETIKA Targetkan bahwa liquid2 yang tidak saling
 Diagram ellingham larut. Oleh karena itu, dipanaskan agar
fasanya liquid.
 Ketik dioksidasi, Maka Cu akan tetap menjadi
sulfida (Cu2) hanya sedikit yang teroksidasi)
dan besi menjadi oksida (FeO, yang tidak
teroksidasi tinggal sedikit).
Permasalahnnya adalah bagaiman
memisahkan Cu2S dan FeO?
 Produk yang dihasilkan  Cu2S, FeS, FeO, dan
SiO2.
Dapat dibentuk diagram terner FeS-FeO-SiO2

Jadi, kita tidak boleh menambah terlalu


banyak silika
 Ketika Cu2S ditambahkan A pindah ke A’ 
menjauhi FeO dan SiO2 pada matte
Ketika Cu2S ditambahkan, C berpindah ke C;
 Usahakan selalu ada di daerah yang sehingga FeS dalam slag semakin berkurang
diarsir. Caranya? Menggeser komposisi
FeO ke kanan, dengan menambahkan
SiO2
 Ketika ditambahkan SiO2
a. FeS geser ke matte
b. FeO geser ke slag

Jadi ketika Cu2S ditambahkan, maka FeS-FeO-


SiO2 sistem tidak berubah, kecialu miscibilty
gap yang tambah besar. Kandungan sulfida
pada slag berkurang kandungan oksida pada
slag berkurang.

Copper Smelting

 Separasi berhasil! Tapi kerugiannya:


a. Silika mahal
b. Membuat slag lebih banyak
membutuhkan furnace yang lebih besar
c. Membuat slag yang lebih banyak
membutuhkan banyak panas (bahan
bakar lebih banyak)
d. Yang paling penting, sistem bisa jenuh
dengan silika. Pada batas tertentu
penambahan silika ga akan ngaruh apa2
lagi (ga akan teralrut), komposisi liquid
tidak akan berubah  First Stage of Converting
 Disebut juga slagging step, di sebelah kiri
chart
 Menghilangkan FeS
 Masih dalam dua jenis cairan matte  FeS
sama CuS
 Ketika ditambah oksigen, maka Reaksi:
FeS + 3/2 O2 (g)  FeO + SO2 (g)

 FeS secara stabil teroksidasi, jumlahnya


semakin sedikit karena membentuk FeO
FeO mulai terbentuk  slag naik keatas
 Pada tahap ini, terdapat dua lapis cairan
yaitu matte dan slag
 Reaksinya eksotermis maka tidak butuh
panas
 Pada stage ini, Cu2S mulai teroksidasi
sedikit (makanya garisnya turun sedikit)
(a)  garis reduksi air
 Second stage of converting
(b)  garis oksidasi air
 Disebut coppermaking stage
 Jika ditambah logam,
 Menghilangkan S dari Cu2S
 Plot masing-masing spesies logam 
 Reaksi
logam ion, logam oksida
Cu2S + O2 (g)  2Cu + SO2
 Agar kondisinya stabil
a. Reaksi Cu  Cu 2+
 Massa Cu2S semakin menurun karena Lihat potensialnya, bisa dihitung
melalui persama an nernst
teroksidasi membentuk Cu (garis Cu
b. CuO  CuO2-
semakin naik)
 Tapi, reaksi tidak 100% murni, jadi ada CuO2- kan lebih di kanan dari CuO
yang membentuk sisa CuO, lalu CuO ini berarti pH lebih besar  geser pH
akan naik ke lapisan slag buat dia lebih basa dari sebelumnya
 Jadi, pada tahap ini telah terbentuk tiga c. Cu 2+  Cu
lapisan : slag, matte, metal. Cu lebih dibawah, jadi turunin
Paling atas  slag (FeO, SiO2, Cu2O) potensialnya
Tengah  matte (FeS dan CuS)
Bawah  metal (Cu)
 Metode converting
 Flash converting  Kennecott-
Outokumpu (continous)
 Bath converting  mitsubishi (continous),
isasmelt/ausmelt (semi-continous)
noranda (continous)
 Direct to blister converting  outokumpu
(continous)
 Metode Smelting
 Flash smelting
Konsentrat yang dikeringkan diinjeksi ke
gas. Prosesnya: Outokumpu
 Bath Smelting
Konsentrat basah diumpankan ke molten
 Apakah indikasi Au larut dalam air?
bath. Prosesnya: Mitsubishi Noranda  Au  dia stabil dalam kondisi logam,
Isa/Ausmelt, Vanyukov tidak larut dalam daerah
kesetimbangan air. Daerah ion Au3+
EH-PH DIAGRAM (POURBAIX) tidak mengenai garis kesetimbangan
 Untuk mengontrol apakah dia larut atau air, sehingga sukar larut di dalam air
mengendap  Agar dia larut dalam air maka ubah
 Basic diagram pourbaix sebelum ditambah aktivitas/konsentrasi ionnya sehingga
logam: ruang stabilitasnya geser. Temperatur
juga bisa memodifiikasi daerah
kestabilan fasa. Ata tambahkan ion material. Leaching harus dari lapisan partikel yang
kompleks. memiliki permeabilitas yang cukup untuk menam-
a. Ion kompleks ditambahkan pung aliran larutan dengan baik, dan apabila
sianida, daerahnya geser ke permeabilitasnya jelek, waktu leaching akan
bawah menjadi Au(CN)6 yang bertambah karena peresapan reagen akan lebih lambat.
larut dalam air Maka dari itu partikel halus biasanya diaglomerasi
b. Temperatur  memperluas atau
supaya permeabilitasnya baik.
mempersempit daerah ion
c. Penambahan anion Jenis-jenis Leaching
 Kekuranagn diagram pourbaix:
 Kinetika reaksi tidak bisa digambarkan 1. In situ leaching: metode hidrometalurgi untuk
 Asumsi satu daerah hanya satu spesies memulihkan material berharga seperti tembaga dan
(padahal belum tentu) uranium secara langsung dari underground ore
 Tergantung pada reaksi termodinamik bodies. Caranya adalah dengan memompa reagen
leaching atau lixiviant ke dalam ore body melalui
saluran yang dibor ke dalam deposit, yang akan
tersirkulasi melalui batuan-batuan berpori,
Hidrometalurgi melarutkan bijih tadi, dan diekstraksi (ditarik)
melalui saluran kedua. Lixiviant yang digunakan
bervariasi tergantung deposit bijih (air bersih
untuk deposit garam dan asam untuk deposit
tembaga). Teknik ini sederhana dengan bahaya
kecelakaan yang lebih rendah serta ramah
lingkungan namun berpotensi untuk
mengkontaminasi air tanah, dan dalam kasus
tembaga, dapat menimbulkan emisi gas rumah
kaca yang tinggi. Selain itu, durasinya lama.
2. Dump leaching: metode hidrometalurgi yang
dilakukan pada material off-grade (kadar rendah)
yang sudah di-reject saat proses penambangan
normal sudah diletakkan di tempat pembuangan
Pada intinya ada tiga bagian: besar (dump). Larutan diberikan ke permukaan
dump lalu meresap dan dikumpulkan di kolam atau
1. Extraction (leaching dari bijih) ditch di dasar dump. Ukuran partikelnya besar,
2. Concentration (pemisahan kimia dengan tingkat recovery logamnya rendah, dan durasinya
solvent extraction) lama (bertahun-tahun). Merupakan versi mentah
3. Recovery (menggunakan elektrolisis) dari heap leaching, dimana perbedaannya adalah
Pre-treatment: pada dump leaching biji diambil langsung dari
tambang (tidak di-crush dahulu)
Physical: agglomeration (digunakan untuk 3. Heap leaching: metode hidrometalurgi yang
meminimalisir clay), concentration (misalnya froth dilakukan pada tumpukan (heap) bijih berkadar
flotation), grinding rendah yang bagian bawahnya diberi lapisan kedap
air (umumnya berupa aspal), yang memiliki
Chemical : roasting, solid liquid reaction perencanaan atau pengaturan untuk
mengoptimalkan kondisi leaching. Lixiviant akan
Leaching disemprotkan dari permukaan tumpukan, reagen
akan meresap, dan logam berharga menjadi larut,
Leaching (ekstraksi padat-cair) adalah metode lalu larutan kaya akan ditampung di dalam kolam-
ekstraksi untuk memisahkan zat yang ingin diekstrak kolam kecil dibagian bawah sebelah kanan dan kiri
dari suatu padatan dengan mengontakkannya dengan tumpukan bijih tersebut. Contoh materialnya
fase liquid atau pelarut tertentu, dimana zat tadi akan adalah tembaga, emas (biasanya dengan tank), dan
berdifusi menuju fase liquid sehingga bisa dipisah-kan besi. Kondisi reaksinya bervariasi dari atas ke
bawah permukaan, namun lebih homogen
dengan mudah. Kondisi dan kelayakan leaching dapat
dibandingkan proses-proses leaching sebelumnya.
ditentukan dari prinsip termodinamika. Selain itu, durasinya lebih cepat dari dump
leaching (berbulan-bulan) dan timbunannya lebih
Istilah Umum rapi.
4. Bioleaching: metode hidrometalurgi untuk
Permeabilitas: kemampuan suatu medium untuk mengambil logam dari mineral padat melalui
menyalurkan fluida melewati permukaan partikel larutan dengan bantuan mikeoorganisme. Mikro-
partikel activated carbon (1-5 mm dalam
diameter), untuk:
a. Memfasilitasi emas larut yang konsen-
trasinya rendah pada larutan leaching.
b. Menyerap dan mengkonsentrasikan emas.
8. Miscellaneous Pressure Leaching
Titanium direcover sebagai TiO2 dari bijih ilmenit
yang mengandung FeTiO3 dan dileach di asam
sulfat.
FeeTiO3 + 2H2SO4 TiOSO4 + FeSO4 + 2H2O
Larutan hasilnya akan didinginkan untuk meng-
organisme ini digunakan untuk mengubah sifat
suatu unsur dari bijih di tumpukan supaya unsur endapkan besi, kemudian dipanaskan dan dicair-
ini dapat diekstraksi dari material ketika air kan dengan air untuk mengambil TiO(OH)2 yang
dilewati air, lalu logam pun dapat diekstraksi. lalu dikalsinasi untuk membentuk TiO2.
Contoh materialnya adalah emas dan tembaga.
Dapat memproses bijih dengan konsentrasi logam
yang lebih rendah atau konsentrat dengan Separation of Dissolved Metal
kontaminan seperti arsenik yang akan mahal jika
dileaching dengan cara konvensional, maintenance Liquid-Liquid/Solvent Extraction
yang lebih mudah, serta dilakukan pada tekanan
atmosfer dan suhu rendah. Metode untuk memisahkan campuran berdasarkan
5. Precious metal leaching: Lebih kompleks dan sulit, kelarutan relatif mereka di dua cairan immiscible
karena bijihnya yang disebut dengan refraktori (larutan yang tidak bisa bercampur) yang berbeda.
(leaching secara langsung akan mengakibatkan LLE biasanya digunakan untuk ekstraksi sebuah logam
tingkat recovery rendah), jadi harus di-
terlarut menggunakan ekstraktan organik, yang mana
pretreatment terlebih dahulu dengan roasting,
pressure leaching, atau bioleaching. fase organik di dalamnya akan berkontak dengan fase
Contohnya: Cyanide leaching, menggunakan aqueous yang mengandung logam terlarut atau ion
sianida pada media oksidasi untuk melarutkan kompleks logam, kemudian logam tadi dipisahkan
emas. dengan penangkapan ion-ion logam oleh fasa organik.
a. Reaksi anodik: sianida menyerap dan Kedua fase ini immiscible.
membentuk lapisan pasif AuCN.
AuCN + e Au + CN-  Fase organik mengandung ekstraktan dan diluen
(terdiri dari senyawa parafin, naphtene, dan alkil
b. Reaksi tambahan membentuk ion kompleks.
aromatik, bertujuan untuk mencairkan ekstraktan
AuCN + CN- Au(CN)2-
dan mendistribusikannya dengan lebih baik di fase
Reaksi pada tahap pertama membutuhkan organik nantinya).
counter reaction, yaitu pembentukan hidroge  Pencairan ini dilakukan menggunakan sebuah
peroksida. mixer, yaitu dikocok, kemudian didiamkan agar
O2 + 4H+ + 4e 2H2O fase organik terdispersi dalam fase aqueous dan
Umumnya menggunakan agitated tank/vat menangkap ion logam. Setelah tahap mixing,
leaching (50% produksi) atau heap (10%). terjadi tahap settling dimana kedua fase ini
terpisah. Lalu, fase organik yang sudah
Selain sianida, emas dapat juga diekstraksi menangkap ion logam yang diinginkan ini dicuci
dengan tiosianat, tiourea, tiosulfat, atau halida atau di-scrubbing dengan air atau asam/basa lemah
(lebih cepat, namun lebih mahal). untuk menghilangkan ion logam yang tidak
6. Concentrate Leaching diinginkan. Kemudian fase organik yang sudah
Mineral sulfida logam yang dikonsentrasikan menangkap ion logam yang diinginkan ini di-
melalui flotasi sebelumnya biasanya di-leaching stripping di larutan (dibilas dengan larutan untuk
dalam bejana pada temperatur dan tekanan tinggi, menghilangkan fase organik) menjadi sebuah
larutan aqueous yang terkonsentrasi, kemudian
serta adanya oksigen. Tekanan tinggi agar larutan
logam pun dapat direcover. Sebelum direcover,
tetap dalam fasa cair, tidak menguap. fase aqueous ini harus di-conditioning terlebih
7. Agitated Leaching (Gold Ore) dahulu seperti klarifikasi untuk menghilangkan
Dilakukan dengan berat larutan 40-50% padatan partikulat-partikulat, pelarut yang tersisa, atau
dalam slurry, dengan tambahan oksigen karena crud.
penting dalam leaching emas. Leaching  Dua tahap penting: dehidrasi (ekstraktan yang
dikombinasikan dengan konsentrasi menggunakan organik tidak dapat mentolerir ion yang terhidrasi)
dan netralisasi.
 Tiga jenis ekstraktan berdasarkan reaksi kimia atau 1. Carbon-in-column (CIC): Proses pemuatan karbon
pertukaran ion antara kedua fase: ion exchange dari larutan leaching tanpa bijih atau partikel
(mengandung senyawa asam dan basa), solvating konsentrat. Biasanya, karbon difluidisasi oleh
(netral), dan coordination (ion kompleks logam). aliran larutan leaching ke atas melalui kolom-
Biasanya proses hidro-metalurgi menggunakan kolom CIC. Kolom-kolom ditemukan pada
ekstraktan ion exchange di media asam. ketinggian yang berbeda, dan ini akan
 Biasanya digunakan pada material tembaga menciptakan head pressure untuk aliran larutan.
(dengan pelarut hydroxioxime), emas (dengan Penggunaan CIC membutuhkan pemisahan
proses activated carbon), dan logam lain seperti partikel/cairan setelah leaching sebelum pemuatan
inAg, Pt, Ni, Co, U, dan logam tanah jarang. CIC.
2. Carbon-in-pulp (CIP): Paparan karbon ke slurry
leaching emas dengan partikel-partikel yang hadir
Ion Exchange setelah leaching. Selama tahap CIP, pulp mengalir
melalui agitated tank dimana natrium sianida dan
Ion exchange biasanya diaplikasikan untuk oksigen telah ditambahkan untuk melarutkan emas
memisahkan dan mengkonsentrasikan logam, dengan ke dalam larutan. Dalam tahap penyerapan, larutan
memanfaatkan resin, yaitu polimer dengan gugus mengalir melalui beberapa agitated tank yang
fungsi yang dapat melakukan proses ekstraksi. Larutan mengandung activated carbon. Emas diserap oleh
activated carbon yang akan mengalir secara
memasuki column resin, lalu resin di dekat tempat
counter-current ke pulp, sementara screen akan
masuk akan memulai pertukaran ion yang diteruskan memisahkan pulp yang barren dengan karbon yang
oleh resin-resin setelah itu, hingga seluruh bagian resin penuh dengan emas. Perbedaannya dengan CIC
penuh oleh ion yang sudah diserap. Titik dimana adalah bahwa partikelnya harus di-grind terlebih
konsentrasi ion logam pada effluent sudah melebihi dahulu hingga menjadi partikel halus agar screen
threshold batas konsentrasi disebut breakthrough. Flow separation dapat berlangsung.
rate juga merupakan parameter penting dimana bila 3. Carbon-in-leach (CIL): Proses leaching dan
penyerapan yang dilakukan secara bersamaan (di
flow rate tinggi, tingkat penyerapan akan lebih rendah.
tank yang sama, tidak seperti CIP/CIC) dengan
Perbedaannya dengan solvent extraction adalah ia memanfaatkan karbon di dalam slurry leaching,
tidak membutuhkan proses klarifikasi dan filtrasi untuk pemuatan emas dari bijih refraktori yang
sebelumnya, namun lebih lambat dan sulit dilakukan. mengandung zat karbon. Zat karbon dari sumber
karbon alami di dalam bijih dapat mengurangi
Terminologi hasil emas dengan menarik emas yang seharusnya
diserap oleh activated carbon, dan hal ini dapat
Effluent: Larutan tempat ion yang akan diekstraksi. diatasi dengan menggunakan metode CIL karena
ia dapat mengekstraksi emas pada konsentrasi
Eluant: Larutan untuk stripping. yang rendah sehingga mengurangi kejadian
kehilangan emas. Proses CIL menghasilkan
Eluate: Larutan tempat ion yang sudah diekstraksi. pemuatan emas yang lebih rendah dan konsentrasi
karbon yang lebih tinggi.
Faktor-faktor:
Activated Carbon Adsorption 1. pH (Harus di atas 10, dan semakin rendah
semakin selektif)
Penyerapan karbon merupakan metode umum untuk 2. Suhu (Semakin tinggi, semakin baik)
menghilangkan ion-ion terlarut. Activated carbon 3. Konsentrasi emas (Semakin tinggi, semakin
dapat dibuat dari banyak material organik, seperti cepat)
tempurung kelapa dan kayu. Material ini dikonversi 4. Kekuatan ionik (Semakin tinggi, semakin
menjadi activated carbon dengan dikarbonisasi baik)
terlebih dahulu ke 500 C dengan dehydrating agent 5. Pengotor sistem (Pengotor kation akan
memperbaiki sistem dan sebaliknya, lalu
untuk menghilangkan air, lalu dipanaskan ke 700- hadirnya Ag dan Hg dapat mengurangi
1000 C di lingkungan rendah oksigen dengan uap air kapasitas pemuatan emas)
untuk memvolatilisasi residu, mengembangkan Emas di-stripping dari karbon pada temperatur tinggi
struktur pori, dan membentuk gugus fungsi. Activated (95-150 C) di larutan sianida basa.
carbon ini akan menyerap logam-logam emas yang
larut. Paling sering digunakan untuk mengekstraksi Cara Lain
aurosianida dari larutan. Proses-proses yang lazim
- Ultrafiltration/Reverse Osmosis
digunakan: - Precipitation
Metal Recovery potential sehingga penghilangan gas hidrogen
menjadi penting.
Electrowinning  Pengotor biasanya dikontrol dengan bleeding
(menghilangkan sebagian kecil larutan), ion
Proses elektrokimia exchange, dan solvent extraction.
yang digunakan
untuk mereduksi
kation logam
ringan reaktif ke
permukaan katoda
dari larutan air
yang berasal dari
proses pencucian
kimia (leaching),
yang bertujuan
untuk me-recovery logam yang larut ini dengan
menggunakan aplikasi listrik. Contoh materialnya
adalah Cu, Zn, dan Au.

Prinsip kerja: Electrorefining

Setelah diberi arus listrik, anoda akan mulai teroksidasi Electrorefining adalah proses pemurnian secara
dan perlahan-lahan luruh. Air terdekom-posisi di elektrokimia dimana logam yang ingin ditingkatkan
anoda menghasilkan gas oksigen dan ion hidrogen. kadarnya (logam yang masih cukup banyak
Elektron-elektron yang dihasilkan di anoda akan mengandung pengotor, biasanya kemurniannya sudah
mengalir ke katoda. Di katoda, ion tadi akan direduksi, 95-99,5%, disebut sebagai blister copper) digunakan
yang akan menghasilkan deposisi/ endapan logam sebagai anoda pada sel elektrolisis, elektrolit yang
padat hasil recovery di katoda. digunakan adalah larutan dengan konduktivitas listrik
yang besar dan konsentrasi yang konstan agar deposisi
Reaksi: di katoda terus berlangsung secara kontinyu, dan
katodanya adalah logam murni (di industri biasanya
Anoda: H2O (l)  2H+ (aq) + ½ O2 (g) + 2e stainless steel blanks).
Katoda: Cu2+ (aq) + 2H2O (l)  2Cu (s) + 4H+ (aq) + Prinsip kerja:
O2 (g)
Setelah diberi arus listrik, larutan asam akan
Overall: Cu2+ (aq) + H2O (l)  Cu (s) + 2H+ (aq) + ½ terdisosiasi. Logam tembaga lalu teroksidasi di anoda
O2 (g) sesuai reaksi, dan anoda akan mulai luruh atau
terdisintegrasi, memproduksi elektron-elektron yang
Beda potensial: 1,96 V
akan mengalir dari anoda ke katoda. Di katoda, uon-
 Anoda biasanya dari lead alloy dan katodan ion Cu tadi akan tereduksi lalu Cu padat akan
 Kemurnian logam tergantung dari: terdeposisi di katoda, dan terus menerus hingga
 Konsentrasi spesies larutan kemurniannya maksimal.
 Potensial
 Pengotor Reaksi:
 Resistansi pada sel electrowinning berhubungan
terbalik dengan konduktivitas larutan elektrolit, Anoda: Cu (s)  Cu2+ (aq) + 2e
maka dari itu konduktivitas larutan harus tinggi
(biasanya menggunakan H2SO4). Resistansi juga Katoda: Cu2+ (aq) + 2e  Cu (s)
berhubungan dengan jarak anoda dan katoda,
dimana semakin pendek semakin baik. Overall: Cu (s) + Cu2+ (aq)  Cu2+ (aq) + Cu (s)
 Kualitas katoda lebih sulit dikontrol di seng,
karena ada kemungkinan evolusi hidrogen dari  Logam-logam berharga seperti Ag dan Au (kadang
dekomposisi air karena potensial seng yang mengandung Pb juga) yang telah dipisahkan akan
rendah, yang menyebabkan hydrogen over- mengendap dan berkumpul di dasar sel menjadi
sludge atau slime.
 Tidak membutuhkan energi sebesar Dilakukan untuk logam yang lebih elektronegatif dari
electrowinning, dimana disini beda potensial hidrogen seperti Na, Mg, Al, K, dan Li, karena di
antara dua reaksi half-cell adalah nol, jadi tidak katoda hanya ada reaksi evolusi hidrogen yang terjadi
ada energi yang dikonsumsi untuk mengatasi
(di Zn dan Cd juga namun ada overpotensial hidrogen
perbedaan itu.
yang tinggi). Oksida logam ini sangat stabil, dan
ekstraksi secara pirometalurgi pun tidak
Cara Recovery Lain memungkinkan. Untuk Al, ion hidronium juga dapat
mengoksidasinya. Meskipun bisa menggunakan
1. Sementasi: Merecover logam larut dari fase molten Al salt, aluminium oksida memiliki Tm tinggi
aqueous, digunakan dalam skala yang lebih
yaitu 2072 C jadi tidak praktis untuk melakukan
kecil pada recovery Cu menggunakan iron
scrap, bisa juga untuk recovery emas dengan elektrolisis. Dalam proses Hall-Heroult, alumina
bubuk seng di proses Merrill-Crowe. Prinsip dilarutkan di molten kriolit (Na3AlF6) sintesis untuk
dasarnya adalah reduksi kontak, dimana merendahkan Tm yang dimiliki agar elektrolisis dapat
elektron dari logam yang kurang mulia lebih mudah terjadi.
diberikan ke logam larut yang mulia,
pertukaran elektron terjadi, dan logam larut Kekurangan molten salt electrolysis:
tereduksi menjadi padat.
2. Using dissolved reducing reagents: Senyawa 1. Temperatur kerja lebih tinggi (900 C untuk Al).
seperti gas hidrogen atau formaldehida dapat 2. Komposisi elektrolit dan reaksi elektroda yang
mereduksi logam namun tidak boleh lebih kompleks, serta elektrolitnya lebih agresif.
mengandung kuantitas air berlebih. Gas 3. Efisiensi arus yang rendah sehingga konsumsi
hidrogen biasanya digunakan di autoclave energi lebih tinggi.
pada tekanan parsial dan suhu tinggi. 4. Anodic effect akibat polarisasi anoda, yang
menyebabkan meningkatnya voltase secara tiba-
tiba. Akan menghasilkan gas film yang
Elektrometalurgi memisahkan anoda dan elektrolit, sehingga arus
berhenti dan prosesnya berhenti pula).
Elektrometalurgi merupakan suatu proses untuk
mengambil metal dari crude metal dan larutan kaya
hasil pelindian atau dengan melebur bijih, konsen- Ekstraksi Aluminium
trat, atau scrap dengan menggunakan tenaga listrik.
Bauksit
Elektrometalurgi terjadi karena adanya interaksi antara
logam, elektron, dan cairan. Logam yang larut sebagai Lokasi bauksit di Indonesia:
ion di media cair akan direduksi dengan penangkapan
elektron dari reaksi oksidasi di anoda. Biasanya - Tembeling, Pulau Bintan, Kep. Riau
digunakan secara komersial di akhir tahapan ekstraksi - Tayan, Kalimantan Barat
ntuk me-recover atau memurnikan logam. Mineral bauksit (hydrated aluminum oxides):

Elektrokimia: OIL RIG (of electrons) - Gibbsite: -Al(OH)3 atau Al2O3.3H2O


(monoclinic, max alumina: 65,4%)
- Boehmite: -AlOOH atau Al2O3.H2O (max
alumina: 85%)
Elektrolit - Diaspore: AlOOH (max alumina: 85%)
 Fase-fase mineral ini bisa saja aktif (caustic
 Asam: Menghasilkan ion H+ ketika dilarutkan di soluble) atau inert (caustic insoluble) dalam
ionizing solvent. Diklasifikasikan berdasarkan kondisi Low-Temperature Digestion (LTD; 100-
asal (mineral acid & organic acid), acid yielding 150 C) namun seluruhnya (kecuali rutile) akan
elements (S, N, Cl, P), dan replaceable hydrogen diserang oleh caustic pada High-Temperature
atom di molekul (monobasic, dibasic, tribasic). Digestion (HTD; 235-260 C).
 Basa: Kebalikan dari asam.
 Alkali: Hidroksida (KOH), non hidroksida, garam
(NaF3, NaCl)

Molten Salt Electrolysis


 Elemen mayor di bauksit: Al, Si, Fe, Ti. Elemen Al(OH)3, yang akan membuat kristal tumbuh dan
minor: C, P, Ca, Mn, Mg, dll. beraglomerasi menjadi lebih besar, dan perlahan
mengendap keluar dari larutan.
Reaksi: Al(OH)4- + Na+ → Al(OH)3 + Na+ + OH-
5. Kalsinasi: Kristal aluminium hidroksida yang
sudah tepat bentuknya lalu di-roasting di atas 950
C untuk menghilangkan air dan kelembaban,
menghasil-kan bubuk berwarna putih dan halus
sebagai produk dari proses Bayer, yaitu alumina,
yang kemudian akan dipindahkan ke smelter.
Reaksi: 2Al(OH)3 → Al2O3 + 3H2O

Proses Hall-Heroult
Sel Elektroda
Elektroda pada proses ini terbuat dari coke yang
sudah dimurnikan di suhu tinggi dan pitch resin
yang digunakan sebagai binder. Kedua material ini
merupakan residu dari industri perminyakan,
namun harus memiliki kemurnian tinggi supaya
Proses Bayer tidak ada pengotor yang bermigrasi ke elektrolit.
1. Soderberg Cell: Menggunakan anoda kontinyu
1. Mixing: Bauksit di-crush (mengurangi ukuran (hanya satu anoda per sel) yang dibuat dari pasta
partikel dan meningkatkan luas permukaan untuk karbon yang diumpankan ke sel dan dicetak
proses digestion) dan dicampur dengan larutan (baking) dan membeku di tempat. (10% produksi
panas caustic soda (NaOH) di slurry mixer, lalu di dunia; ada horizontal stud Soderberg/HSS dan
dipompakan ke digestor. vertical stud Soderberg/VSS)
2. Digesting: Di bawah tekanan dan suhu yang tinggi 2. Prebaked Cell: Berdasarkan beberapa jenis anoda
(175 C), caustic soda akan melarutkan alumina di yang dibuat oleh coke dan pitch yang dibuat dan
dalam bauksit menjadi sodium aluminate (pregnant dicetak di tungku yang berada di luar sel pada
liquor). temperatur tinggi.
Reaksi: Elektrolit
Gibbsite:
Al(OH)3 + Na+ + OH- → Al(OH)4- + Na+ Elektrolit yang digunakan adalah larutan aluminium
Böhmite & Diaspore: oksida di molten kriolit yang mengandung sisa
AlO(OH) + Na+ + OH- + H2O → Al(OH)4- + Na+ aluminium fluorida. Kriolit dipilih karena T m yang
3. Clarification: Sementara sodium aluminate masih rendah dan konduktivitas listriknya tinggi.
ada di larutan, pengotor-pengotor seperti besi
oksida akan tersedimentasi atau mengendap di Reaksi ionisasi:
bawah settling tank akibat gaya sentrifugal sebagai
red mud. Red mud ini lalu akan dipompakan ke Na3AlF6 → 3Na+ + AlF63-
disposal pond (kolam pembuangan).
Ion hexafluoroaminate lebih lanjut terdisosiasi:
4. Precipitation: Setelah sodium aluminate tadi
didinginkan lebih lanjut, ia akan diagitasi dan di-
AlF63- AlF4- + 2F-

Reaksi pada Elektroda

(Prinsip Electrowinning)

Disosiasi ion dari elektrolit: AlF43- Al3+ + 4F-

Oksigen di anoda berasal dari elektrolit, atau bisa juga


dari alumina.

Katoda: Al3+ (l) + 3e → Al (l)

Anoda: C (s) + 2O2- (l) → CO2 (g) + 4e


seed dengan kristal aluminium hidroksida yaitu
Overall: 2Al2O3 (l) + 3C (s) → 4Al (l) + 3CO2 (g) Disebut sodiumthermic reduction karena menggunakan
[Disetarakan] Na.

Anode Effect TiCl4 + Na → Ti + NaCl

Anode effect adalah fenomena yang sering terjadi pada


molten salt electrolysis, dimana di permukaan anoda
akan terbentuk banyak gelembung-gelem-bung gas
CO2 yang akan terus membesar sementara sudut
kontaknya terus menerus. Gas-gas ini menempel satu
sama lain, dan akan menutupi permu-kaan anoda, yang
akan meningkatkan resistansi sel dan menurunkan arus
konstan anoda secara drastis, menurunkan efisiensi
energi dan produksi Al sel. Selain itu, lapisan penutup
ini akan memanas ketika arus listrik sel melewati
mereka, dan akhirnya akan memicu pembentukan
greenhouse gases CF4 (tetrafluorometana), CO (karbon
monoksida), dan C2F6 (hexafluoroetana), yang akan
menyerap radiasi sinar matahari yang seharusnya
dilepas luar angkasa, dan akhirnya membuat kondisi
atmosfer mengha-ngat dan temperatur Bumi naik
(ERK).

Ekstraksi Titanium

Mineral:

- Rutile (TiO2)
- Ilmenite (FeTiO3)
Proses Kroll

1. Klorinasi: Gas Cl2 dilewatkan pada bijih, selain itu


ditambahkan coke juga untuk menghasilkan TiCl4
yang tidak berwarna. Gas Cl2 digunakan karena
reaktivitasnya yang tinggi terhadap oksigen, dapat
menurunkan temperatur reaksi, dan meningkatkan
spontanitas reaksi.
Reaksi:
TiO2 + 2C + 2Cl2 → TiCl4 + 2CO
Untuk ilmenite, dipisahkan terlebih dahulu Fe-nya
menjadi rutile dengan coke.
FeTiO3 + C → Fe + TiO2 + CO
2. Purifikasi: TiCl4 dimurnikan dengan distilasi fraksi
(dipanaskan atau ditambahkan zat seperti H2S
hingga salah satu bagiannya yang tak diinginkan,
seperti dalam kasus ini adalah FeCl3, menguap).
3. Reduksi/Distilasi: Liquid TiCl4 direaksikan dengan
reduktor logam alkali berupa Mg atau Na dalam
kondisi atmosfer inert (Ar) di stainless steel retort
furnace pada suhu 800-850 C untuk mendapatkan
Ti spons.
TiCl4 + 2Mg → Ti + 2MgCl2
4. Pemrosesan selanjutnya seperti crushing/cutting
untuk mendapatkan ingot Ti.
Proses Hunter
DIAGRAM ALIR PIRO
DIAGRAM ALIR HIDRO

Anda mungkin juga menyukai