Anda di halaman 1dari 9

Penyebab Korosi pada Temperatur Tinggi

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahan Kontruksi dan Korosi

Dosen Pembimbing : Ir. Yunus Tonapa Sarungu, MT

Tanggal Penugasan : 31 Oktober 2017

Tanggal Penyerahan : 7 November 2017

Oleh :
Rima Amira Darmawanti (161411084)

2C TKI

PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2017
Definisi dari korosi adalah perusakan atau penurunan mutu dari material akibat
bereaksi dengan lingkungan (MARS G. FONTANA,1987), dalam hal ini adalah interaksi
secara kimiawi. Sedangkan penurunan mutu yang diakibatkan interaksi secara fisik bukan
disebut korosi, namun biasa dikenal sebagai erosi dan keausan. Contoh korosi antara lain:
karat besi dan paduannya pada temperatur kamar, kerak baja pada temperatur tinggi, noda
pada perak, dan lain sebagainya.
Penyebab korosi pada temperatur tinggi :

1. Oksidasi
Pengertian oksidasi dapat ditinjau berdasarkan 3 landasan teori, yaitu :
a. Reaksi Pengikatan dan pelepasan unsur oksigen
Reaksi oksidasi (pengoksigenan) adalah peristiwa penggabungan suatu zat dengan
oksigen.Contoh: 4 Fe + 3 O2 2 Fe2O3
Reaksi oksidasi logam dikenal juga dengan nama perkaratan. Reaksi pembakaran
juga termasuk reaksi oksidasi, misalnya pembakaran minyak bumi, kertas, kayu
bakar, dll.
b. Reaksi pelepasan dan pengikatan elektron
Oksidasi adalah peristiwa pelepasan elektron. Contoh: Na Na + + e
c. Reaksi penambahan dan pengurangan bilangan oksidasi
Oksidasi adalah peristiwa naiknya / bertambahnya bilangan oksidasi suatu unsur.

Oksidasi merupakan reaksi yang paling penting pada korosi temperatur tinggi,
membentuk lapisan oksida yang dapat menahan serangan dari peristiwa korosi
yang lain bila jumlah oksigen dilingkungannya cukup (jumlah oksigen dalam
lingkungan disebut oksigen potensial). Tetapi harus terkontrol dan oksidasinya
terbentuk dari senyawa dengan unsur unsur yang menguntungkan.

2. Karburisasi dan Metal Dusting


Karburisasi adalah proses perlakuan panas termokimia yang dilakukan untuk
menambah komposisi karbon dipermukaan baja. Dengan demikian agar baja tersebut
dapat dikeraskan permukaanya perlu dilakukan pengubahan komposisi dari baja
tersebut. Pengubahan komposisi dilakukan dengan cara melarutkan karbon pada
permukaan baja. Prinsip karburisasi tidak lain hanyalah mendifusikan karbon ke
permukaan benda kerja. Proses karburisasi dilakukan pada temperatur berkisar 850C
sampai dengan 950C. Proses karburisasi ini biasanya dilakukan pada baja karbon
rendah dan baja karbon sedang.
Beberapa komponen mesin mempunyai masalah dalam soal keausan
permukaan. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan pengerasan
permukaan, dan salah satu proses pengerasan permukaan adalah dengan metode
karburisasi. Reaksi dari proses karburisasi adalah :
CO2 + C (arang) 2CO
2 CO CO2 + C (larut dalam baja)
Media karbon yang dibutuhkan dalam proses ini didapatkan dari media yang
berbentuk gas, cair, ataupun padat. Pemanasan dengan temperatur rendah
mengakibatkan karbon tidak dapat melebur didalam baja. Baja dan media karburisasi
harus dipanaskan secara bersama-sama selama berlangsungnya proses karburisasi
pada suhu tinggi. Dalam prakteknya karburisasi berkerja pada temperatur 870oC -
950oC dan setelah dikarburisasi biasanya logam langsung diquenching atau
didinginkan cepat.
Proses karburisasi bertujuan untuk :
1. Meningkatkan kandungan karbon.
2. Meningkatkan ketahanan aus.
3. Meningkatkan ketahanan fatik.
4. Menambah kekerasan pada permukaan baja.
Macam-macam karburisasi :
a. Karburisasi Padat (Pack Carburizing)
Proses ini memerlukan komponen-komponen padat sebagai media karburisasi.
Material yang ingin diproses dimasukkan kedalam kotak tertutup kemudian
ditaburi dengan media karbon seperti briket batubara yang terlebih dahulu telah
dicampur dengan bahan kimia barium karbonat (BaCO3) sebagai katalisator yang
berfungsi sebagai pengubah bentuk karbon sehingga menjadi gas CO2 secara
keseluruhan. Gas ini bereaksi dengan karbon yang ada sehingga menghasilkan
karbon monoksida yang bereaksi dengan permukaan baja dan membentuk atom
karbon didalam baja. Reaksi-reaksi kimia yang terjadi selama dilakukannya proses
karburisasi padat adalah :
Pada temperatur rendah oksigen didalam udara bercampur dengan karbon yang
terdapat pada media dan akan menghasilkan karbon dioksida dengan reaksi
sebagai berikut :
CO2 + C 2 CO
Bila temperatur meningkat, reaksi keseimbangan kearah kanan dan
menghasilkan karbon monoksida. Karbon monoksida berubah pada permukaan
baja untuk menghasilkan karbon dioksida dan atom karbon, hal itu ditunjukkan
dalam reaksi berikut ini :
2 CO CO2 + C
Atom karbon yang dihasilkan dari reaksi diatas kemudian larut dengan mudah
kedalam fasa austenit pada baja dan berdifusi. Sedangkan karbon dioksida yang
dihasilkan dari reaksi diatas bereaksi kembali dengan karbon yang terdapat pada
media, diikuti kembali dengan penguraian CO pada permukaan logam. Siklus ini
terjadi berulang-ulang selama proses karburisasi berlangsung.
Pada proses pembentukan gas CO2 dan CO seperti yang telah diuraikan diatas,
berlangsung dalam waktu yang sangat lambat. Untuk mengatasi hal tersebut maka
didalam media ditambahkan katalisator. Katalisator yang dapat ditambahkan
dalam proses ini antara lain adalah BaCO3, BaCl, BaO, CaO dan dalam
penelitian ini katalisator yang digunakan adalah BaCO3 (Barium Karbonat).
Media karbon yang digunakan dalam penelitian ini adalah briket batubara,
dengan komposisi 95% briket batubara dan 5% barium karbonat. Pada temperatur
yang tinggi, penambahan barium karbonat pada proses karburisasi berfungsi
untuk mampercepat pembentukan gas CO seperti yang ditunjukkan oleh reaksi
berikut :
BaCO3 + C BaO + 2 CO
Karbon dioksida yang terbebas selama karburisasi dikeluarkan lebih cepat
daripada kecepatan pembentukan. Hal ini disebabkan tekanan pengurainya lebih
rendah dari barium karbonat ketika bereaksi dengan karbon dioksida, reaksinya
sebagai berikut :
BaO + CO2 BaCO3
Setelah temperatur karburisasi dicapai dengan waktu yang singkat, kondisi
perubahan keseimbangan terjadi secara serentak dan terus menerus. Kerja katalis
sebenarnya adalah untuk memisahkan oksida logam dengan karbon dioksida
sesuai dengan reaksinya :
BaCO3 BaO + CO2
Karbon dioksida kemudian terbebas, reaksi dengan karbon yang timbul
membentuk karbon monoksida. Reaksinya adalah :
CO2 + C 2 CO
2 CO CO2 + C
Karbon monoksida yang terbentuk kemudian akan larut dalam fasa austenit dan
akan bereaksi dengan Fe, reaksinya :
3 Fe + 2 CO Fe3C + CO2
b. Karburisasi Gas
Karburisasi gas menggunakan media gas yang berasal dari butan, propan,
lalu dicampur dengan udara dan Ni sebagai katalis. Pada pengkarbonan dengan
gas, kadar karbon yang terbentuk di permukaan baja dapat dikontrol. Proses ini
biasanya dilakukan untuk pengerjaan pada komponen-komponen yang kecil.
Benda kerja diletakkan pada suatu jenis tungku tertentu dimana proses karburisasi
berlangsung dengan jalan mengalirkan gas. Gas yang digunakan adalah gas CO
dan gas hidrokarbon.
Gas untuk karburisasi dapat diperoleh dengan cara :
- Mengalirkan cairan karburisasi kedalam tungku. Cairan ini kemudian
diteteskan pada suatu pelat dalam tungku sehingga cairan tersebut berubah
menjadi uap.
- Mengalirkan gas yang dibuat dalam suatu generator.
- Mengalirkan gas hidrokarbon dan udara secara langsung kedalam tungku.
- Melaksanakan proses karburisasi dalam tungku vakum dengan cara
mengalirkan gas hidrokarbon kedalam tungku. Dengan cara ini
pelaksanaan proses karburisasi cair dapat dilakukan pada temperatur yang
lebih tinggi sehingga waktu proses menjadi lebih singkat.

c. Karburisasi Cair
Media cair yang digunakan adalah berbentuk garam yang mengandung
karbon. Penggunaan media cair dalam proses ini memiliki beberapa keuntungan
baik dari aspek kualitatif maupun ekonomi. Cara ini sangat cocok diterapkan pada
benda kerja yang relatif kecil. Pemanasannya berlangsung homogen dan selama
proses karburisasi berlangsung, oksidasi dan dekarburisasi dapat dicegah.
Jenis garam yang digunakan umumnya adalah yang banyak mengandung
NaCN atau KCN. Garam ini kemudian dicampur dengan bahan activator seperti
NaCl, BaCl, KCl, atau Na2CO3. Penambahan activator ini berfungsi sebagai
pemercepat reaksi pada proses pengkarburisasian.Dalam praktek, garam NaCN
lebih umum digunakan dibandingkan dengan KCN karena berbagai alasan sebagai
berikut :
- NaCN lebih murah
- Mengandung banyak karbon, hal ini mengakibatkan untuk temperatur dan
waktu proses yang sama NaCN memberikan lapisan yang lebih tebal.
- Titik cair NaCN relatif rendah, NaCN mencair mulai suhu 500oC.

Untuk waktu dan temperatur proses karburisasi sama, penetrasi karbon pada
proses karburisasi dengan menggunakan media zat cair lebih besar dibandingkan
menggunakan zat padat. Kadar NaCN yang diizinkan untuk proses ini berkisar
antara 25% sampai dengan 50%. Komposisi campuran garam sangat berpengaruh
terhadap sifat permukaan yang akan diperoleh. Oleh karena itu perlu penelaahan
yang teliti sebelum memilih garam yang akan digunakan untuk proses
karburisasi.
Ada 3 cara penambahan karbon atau karburasi :

1. Menggunakan medium padat atau Pack carburizing.


2. Menggunakan medium cair atau Liquid carburizing.
3. Menggunakan medium gas atau Gas carburizing.

Medium padat atau Pack carburizing

Komponen yang akan dikarburisasi ditempatkan dalam kotak yang berisi media
penambah unsur karbon atau media karburasi.

Proses Pack carburizing


Dipanaskan pada suhu austenisasi (842953 0C). Akibat pemanasan ini, media karburasi
akan teroksidasi menghasilkan gas CO2 dan CO. Gas CO akan bereaksi dengan
permukaan baja membentuk atom Karbon yang kemudian berdifusi ke dalam baja.

Medium cair atau Liquid carburizing


Pada karburasi yang menggunakan medium cair atau Liquid Carburizing biasanya
pemanasan benda kerja menggunakan garam cair (salt bath) .

Garam cair terdiri dari campuran sodium cyanide (NaCN) atau potasium cyanide (KCN)
yang berfungsi sebagai karburasi agent yang aktif.

Dengan natrium carbonat (NaCO3) yang berfungsi sebagai energizer dan penurun titik
cair garam. Dalam praktek, NaCN lebih banyak digunakan karena relaitif lebih murah,
lebih banyak menagndung karbon dan titik cair relatif lebih rendah (500C)

Medium gas atau Gas carburizing


Setelah permukaan material sudah mengandung cukup karbon, proses dilanjutkan dengan
pengerasan yaitu dengan pendinginan (Quenching) untuk mendapatkan kekerasan yang
tinggi.

Metal dusting adalah peristiwa yang tergolong kepada reaksi suhu tinggi (korosi
suhu tinggi) dimana tidak diperlukan lagi media berupa elektrolit untuk
melangsungkan terjadinya reaksi. Metal dusting juga disebut catastrophic
carburization, prosesnya seperti karburasi biasa (carburization) yang membedakan
adalah adanya Nickel (Ni) pada logam induk selain juga melindungi dari korosi suhu
tinggi juga merupakan katalis terhadap metal dusting, Nickel merupakan katalis dalam
proses Bouduard. Reaksi metal dusting terjadi antara suhu 400 - 800C. Fenomena
metal dusting banyak menyerang logam yang mengandung Iron (besi), Nickel (Nikel),
dan Cobalt (kobalt).

Reaksi metal dusting terjadi karena fluida yang mengandung kadar CO atau C
(kabron) tinggi pada lingkungan yang bertekanan bersentuhan dengan permukaan
logam. Metal dusting tidak akan terjadi pada low alloy steel , metal dusting hanya
akan terjadi pada nickel alloy.

3. Nitridisasi
Proses nitridasi merupakan suatu proses pengerasan permukaan dengan cara
pendifusian unsur nitrogen kedalam permukaan baja atau besi pada temperatur dan
jangka waktu tertentu, pendifusian unsur nitrogen ini akan menghasilkan kedalaman
lapisan nitrid pada permukaan baja, yang menyebabkan permukaan baja menjadi lebih
keras dan kuat. Nitridasi merupakan suatu metode pengerasan permukaan yang
berfungsi untuk meningkatkan ketahanan sifat mekanik pada baja terhadap laju korosi
dan keausan.
Penggunaan metode nitridasi dalam dunia industri biasanya dilakukan dengan
menggunakan metode gas nitridasi konvensional yakni dengan pendifusian senyawa
ammonia (NH3) kedalam baja atau besi pada temperatur 450 C sampai 650 C
selama puluhan jam. Akan tetapi penggunaan metode gas nitridasi dapat
menyebabkan kerapuhan pada permukaan material sehingga material harus melalui
proses permesinan sebelum digunakan.
Nitridasi digunakan untuk meningkatkan kekerasan permukaan baja paduan,
dengan cara memanaskan baja paduan pada temperatur 5000 s.d 5900 di dalam
kontainer yang lingkungannya nitridasi yang membuat amoniak akan terurai menjadi
gas Nitrogen dan H2. Nitrogen bebas akan bereaksi / berdifusi dengan paduan baja
atau dengan ferit membentuk nitrida dipermukaan baja.
Kedalaman lapisan nitrida mencapai 0,7 mm pada temperatur 5100 dengan
lama pemanasan 80 jam, permukaan produk akan menjadi tahan aus, karena
kekerasan yang tinggi, tahan fatik, tahan temper, tahan korosi

.
4. Korosi Halogen
Senyawa halida akibat penyerapan halogen oleh logam, dapat bersifat mudah
menguap atau mencair pada temperatur rendah. Kenyataan ini mengakibatkan
perusakan yang sangat parah.

5. Sulfidisasi
Terjadi dalam lingkungan yang mengandung bahan bakar atau hasil
pembakaran yang mengandung sulfur. Dengan oksigen membentuk SO2 dan SO3
yang bersifat pengoksidasi yang kurang agresif dibandingkan H2S yang bersifat
pereduksi, tetapi dapat terjadi efek penguatan dengan adanya Na dan K yang akan
membentuk uap yang kemudian akan mengendap kepermukaan logam pada
temperatur yang lebih rendah dan merudak permukaan.

6. Korosi Deposit Abu dan Garam


Deposit dapat mengakibatkan turunnya aktifitas oksigen dan menaikkan
aktifitas sulfur, sehingga merusak lapisan pasif dan mempersulit pembentukannya
kembali. Deposit biasanya mengandung S, Cl, Zn, Pb dan K

7. Korosi Karena Garam Cair


Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk
melangsungkan transfer muatan. Hal itu mengakibatkan elektron lebih mudah untuk
dapat diikat oleh oksigen di udara. Air hujan banyak mengandung asam, dan air laut
banyak mengandung garam, maka air hujan dan air laut merupakan korosi yang
utama. Larutan garam menyerang lapisan mild stell dan lapisan stainless stell selain
itu dapat menyebabkan terjadinya pitting (kebocoran), crevice (retek / celah), korosi,
dan juga pecahnya alooys (paduan logam yang bersifat tahan karat). Larutan ini
biasanya ditemukan pada campuran minyak-air dalam konsentrasi yang tinggi yang
akan menyebabkan proses korosi.
Proses ini disebabkan oleh kenaikan konduktivitas larutan garam dimana
larutan garam lebih konduktif sehingga menyebabkan laju korosi juga akan lebih
tinggi. Sedangkan pada kondisi kelautan garam dapat mempercepat laju korosi logam
karena larutan garamnya lebih konduktif, sama halnya dengan kecepatan alir dari air
laut yang sebanding dengan peningkatan laju korosi, akibatnya terjadi gesekan,
tegangan dan temperatur yang mendukung terjadinya korosi.

8. Korosi Karena Logam Cair


Terjadi pada proses yang mempergunakan logam cair, misalnya heat treatment
dan refining process. Korosi terjadi dalam bentuk pelarutan logam dan oksidanya
akan semakin hebat dengan adanya uap air dan oksigen. Korosi ini terjadi pada proses
yang mempergunakan logam cair, misalnya heat treatment dan refining process.
Korosi terjadi dalam bentuk pelarutan logam dan oksidanya akan semakin hebat
dengan adanya uap air dan oksigen.
DAFTAR PUSTAKA

- Widayat, Bangkit. 2010. Metal Dusting (Proses Pendebuan logam)


http://bangkitwidayat.blogspot.co.id/2010/02/metal-dusting-proses-
pendebuan-logam_4510.html
- Priandani, Manik. 2011. KOROSI DAN PENCEGAHANNYA DI UNIT
REFORMER GAS ALAM. http://manik-gatot.blogspot.co.id/2011/01/
http://eprints.undip.ac.id/41534/10/jurnal_PENGERASAN_PERMUKAAN_B
AJA_KARBON_ST_40.pdf
- Karmen,Adrian.2014. REAKSI OKSIDASI REDUKSI
( R E D O K S ). http://bahas-ipa.blogspot.co.id/2014/03/kimia.html
- TN. TT. Laporan Tugas Akhir. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7202-
2702100027-bab2.pdf. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai