Anda di halaman 1dari 3

Reformasi di Korupsi

(Oleh :Rachma Anni Ziyana)

“Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji, dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan
persoalannya”
Pramoedya Ananta Toer

Dunia sedang getir dalam keadaan yang eletsir. Pradigma pradigma menciptakan bahwa
segala hal di dunia ini layaknya harus di selesaikan secara rapi dan hati hati. Tapi nyatanya
realita tidak semudah itu untuk mengiyakan segala hal yang sudah ditetapkan dan menjadi
kesepakatan. Berbagai sudut pandang dan persepsi menciptakan bahwa tidak ada yang benar dan
tidak ada yang salah tetapi kebenaran memanglah harus ditegakkan sebagaimana mestinya.
Karena dunia sudah semakin kacau jikalau tidak ada pemimpin yang akan menjadi tangan kanan
dari suara rakyatnya, menjadi wadah bagi air mata rakyatnya.
Berbagai persoalan menjadi momok di setiap pergantian jabatan dan kekuasaan. Semua
harus siap dengan berbagai aspek yang menunjang. Seolah olah rakyat Indonesia harus patuh
atas segala peraturan dan segala ketetapan yang sudah ditetapkan. Tapi perlahan tanpa sadar
mereka telah diperkosa atas kebijakan yang seolah olah dipikirkan dengan satu kepala. Hingga
saatnya tidak ada kata ‘iya’ dalam sebuah keputusan yang telah ditetapkan. Maka dengan tanpa
sadar rakyat Indonesia sudah begerak untuk menolaknya. Tidak dapat dihiraukan semua elemen
yang ikut tergabung ikut turun ke jalan sambil membawa niat dan perlengkapan seadanya namun
dengan tekat yang utuh untuk menolak hal itu semua khususnya perihal korupsi yang telah
menggerogoti nasib bangsa. Tidak dapat dihiraukan juga mereka yang turun ke jalan adalah yang
siap merelakan wakt, tenaga dan jerih payahnya atas hal ini semua. Reformasi dikorupsi,
katanya. Jika memang mereka turun ke jalan untuk sebuah kebenaran yang harus ditegakkan,
mereka akan siap berjuang dan bersentuhan dengan aspal jalanan. Teringat cuplikan puisi Ws
Rendra yang berjudul sajak tangan sangat dapat menggambarkan jelas kondisi bangsa saat ini.

Aku masukkan tangan-tanganku ke celana


dan aku keluar mengembara.
Aku ditelan Indonesia Raya.

Tangan di dalam kehidupan


muncul di depanku.
Tanganku aku sodorkan.
Nampak asing di antara tangan beribu.
Aku bimbang akan masa depanku.
Sudah dapat terlihat jelas penolakan RUU yang kurang pada tempatnya kemarin membuat
pengembara yang diibaratkan mahasiswa langsung turun kejalan bercengkrama dengan terik
panas dan dingin kota. Mereka betemu dengan elemen elemen lain dari luar kampusnya. Dan
sama sama berfikir mau dibawa kemana nasib bangsa kita? berjam jam mereka ,menunggu tanpa
kepastian seolah olah para penguasa bungkam. Sudah bukan lagi mencari eksistensi disaat
negara sedang gonjang-ganjing. Jika mereka harus tergeletak di atas aspal, mereka akan
tergeletak dengan rasa terhormat. Sebenarnya tidak ada lagi yang harus dibahas, ini semua
tentang keluhuran hati dan kesadaran hati nurani mereka atas suatu hal yang harus ditegakkan.
Bukan juga soal maraknya berita di media sosial, atau cicit burung belaka. Kata mereka yang
sedang turun ke jalan, ini semua seperti menunggu yang tidak pasti, katanya. Seperti menunggu
anak yang kehilangan ibunya, katanya.
Jika memang reformasi itu dikorupsi, maka setidaknya dapat kita telaah mana hal yang
harus dijalankan dan dikaji ulang. Jangan melulu soal makanan yang siap hidang, siap makan
dan ditutup dengan cara bersulang. Semua harus dapat dipertanggung jawabkan. Ini nasib rakyat
yang sedang digantungkan. Seharusnya para penguasa dapat berpikir ulang. Jika memang
reformasi di korupsi maka harus ada batasan agar semua tidaklah menyakitkan di kalangan
rakyat belakang. Dan jika memang reformasi di korupsi, maka tetaplah memanusiakan manusia
sebagai mana mestinya. Mempertimbangkan etika,moral dan masa depan bangsa. Jika dalam hal
ini mahasiswa yang turun ke jalan banyak bertumpah darah maka hal tersebut sudah sangat
cukup untuk meretoriskan tanya yang tidak butuh jawabannya. Hanya satu solusi yang dapat
diberikan Indonesia harus berubah dengan jalan yang lebih baik dengan kebijaksanaan dan
kerendah hatian. Karena seperti yang sudah diutarakan pramoedya Ananta Toer ‘Duniaku bukan
jabatan, pangkat, gaji, dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya.’ Persoalan
persoalan yang harus diselesaikan antar sesama manusia bukan hanya satu kepala, untuk
menjawab ribuan tanya rakyatnya. Rahayu Indonesiaku.

RACHMA ANNI ZIYANA (NANA)


01211840000086
Dept Kimia F. Sains
(WA: 082245236175 LINE: nnzeyaa)
nanaziyana3@gmail.com
Ig: nanazeyaa

Anda mungkin juga menyukai