ETIKA
GURU PENGAMPU :
…………………………………………………………….
KAMUR 2014
RPP
(RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN)
5. Kompetensi Dasar
3. Siswa dapat mengidentifikasi nilai-nilai social ekonomi
4. Siswa dapat membedakan nilai-nilai etika social ekonomi di luar pemahaman Agama
Kristen
5. Tujuan Pembelajaran
Mata Pelajaran ini bertujuan bahwa setelah mengikuti mata Pelajaran ini para siswa dapat
memahami dan memiliki kemampuan mengidentifikasi nilai-nilai social ekonomi dan dapat
membedakan nilai-nilai etika social ekonomi di luar pemahaman Agama Krsten sehingga mereka
dapat mengimplikasikan dan meyakini nilai-nilai social ekonomi yang selaras dengan moral
Kristen. Siswa juga mampu mengaplikasikan nilai-nilai etika social ekonomi dalam kehidupan
sehari-hari.
Adapun metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran ini adalah metode
ceramah, observasi, tanya jawab, diskusi kelas dan sumbang saran.
6. Materi Pembelajaran
Mata Pelajaran ini memiliki materi pembelajaran sebagai berikut: (1) Sejarah etika
Ekonomi (2) Manusia sebagai Homo Ekonomicus (3) Manusia sebagai makhluk Sosial (4) Masalah
etis social ekonomi masa kini (5) nilai etika social ekonomii, (6) nilai ekonomi dan sosialisasinya
(7) pandangan tentang etika social ekonomi (8) pandangan umum tentang Etika Sosial Ekonomi (9)
Etika Sosial ekonomi dan Moralitas Kristiami (10) Diskusi dan Rangkuman Materi
.
7. Outcome Pembelajaran (Learning Outcome)
Setelah lulus atau selesai mengikuti proses pembelajaran, para lulusan dapat menggunakan
bekal ilmu yang diperoleh untuk mengembangkan watak iman kristen yang benar dan dapat
bersikap secara bijaksana dalam setiap pengambilan keputusan dan hidup secara benar ditengah-
tengah dunia ini.
9. Evaluasi
Sesuai dengan penjelasan yang diberikan pada awal Pelajaran, terutama pada pokok bahasan:
pendahuluan, bahwa sistem penilaian atau evaluasi untuk penentuan nilai akhir mata Pelajaran ini,
didasarkan pada tiga macam sistem evaluasi terhadap prestasi yang telah ditempuh siswa, melalui
(1) Ujian Tengah Semester; (2) Tugas-tugas berupa Tugas Rumah dan makalah; (3) Ujian Akhir
Semester.
Sistem Penilaian
Kehadiran : 10 %
Ulangan Harian : 20 %
Tugas : 20 %
UTS : 25 %
UAS : 25 %
Total : 100%
10. Bahan, Sumber, Informasi dan Referensi
1. LAI.. “Alkitab”
1976 Jakarta
2. Verkuly, J, “Etika Kristen”
2004 BPK. Gunung Mulia, Jakarta
3. Abineno J.L.Ch, “Manusia dan Sesamanya di dalam Dunia”
1997 BPK. Gunung Mulia, Jakarta
4. Douma J, “Kelakuan yang Bertanggung Jawab”pembimbing kedalam Etika Kristen
2002 BPK. Gunung Mulia, Jakarta
5.Napitupulu V.M, “Wawasan Pendidikan Keluarga”
1999 Penerbit Mitra, Medan
6. Kieser Bernhard, “Moral Dasar”kaitan iman dan perbuatan
1994 Kanisius, Yogyakarta
7. Orr William W, “ Misteri Iblis”
2000 Kalam Hidup, Bandung
BAHAN AJAR
ETIKA: ETIKA SOSIAL EKONOMI
DIAJUKAN OLEH:
…………………………………………………….
KAMUR, 2014
BAB II
ETIKA SOSIAL EKONOMI
Materialisme
Sikap Alkitab terhadap materialism jelas dan tidak mendua. Materi baik adanya, ciptaan Allah
berkatNya untuk dipakai dalam prinsip penatalayanan untuk kepentingan diri sendiri dan
sesame. Allah menciptakan materi agar diolah untuk memenuhi kebutuhan hidup kita. Allah
menentang sikap materialistis dan paham materialisme. Mazmur 62:11, Amsal 11:28 Efesus
5:5) artinya dalam zaman ini terhadap harta adalah mempertuhankan mamon.
Dampak negative Materialisme
Pertama: materi yang merupakan bagian dari realita ciptaan Tuhan dijadikan atau diangkat ke taraf
hakekat realita. Akibat orang materialistis menabung di tempat yang salah. Yesus mengatakan
menabung yang paling aman adalah menabung di sorga bukan dunia (Mat 6:19).
Kedua: materialize menjadikan materi sebagi tuan bukan hamba. Akibatnya orang materialistis
melayani tuan yang palsu, sikap materialisme adalah selalu kuatir dan gangguan jati diri.
Konsumerisme dan materialisme adalah gaya hidup modern yang erat kaitanya atau sangat
berpengaruh terhadap nilai-nilai etika social ekonomi. Semua etika bercorak social dan semua
individu di dalam masyarakat Indonesia pada masa kini tidak luput dari krisis ekonomi
berkepanjangan akibat konsumerisme dan materialisme yang telah membudaya.
Dunia kita telah memasuki era globalisasi, dan seluruh aspek kehidupan manusia terkena
imbasnya. Di era kemajuan ini kita melihat bahwa keberhasilan seseorang itu diukur dari segi
materi, bukan karena gelar, pangkat atau jabatan. Bisa saja penghasilan tukang ojek atau penarik
becak dan kuli bangunan lebih besar dan gaji seorang pegawai negri. Apalagi kita lihat sekarang
ini di segala tempat banyak bermunculan kaum pengangguran intelek akibat tidak adanya
lowongan kerja, sementara untuk bekerja kasar seperti narik becak mereka malu karena merasa
sudah cukup' berpendidikan (sarjana).
Kaum pengangguran juga manusia yang perlu makan dan minum serta mendapat
perhatian serius d pemerintah agar dapat hidup dengan layak, karena kalau tidak maka mereka
akan tetap hidup sebagai parasit atau benalu yang terus menggerogoti baik perekonornian keluarga
maupun masyarakat. Situasi dan kondisi seperti ini tentunya akan berpeluang menciptakan
berbagai aksi peremanisme seperti praktek percaloan, perjudian, prostitusi dan miras. Banyak
pemuda setempat (PS) menjadi jagoan di kampungnya sendiri, apalagi kalau mereka merasa
didukung oleh salah satu organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP). Para pemuda setempat
yang rata-rata hidup menganggur ini terpaksa melakukan berbagai aksi peremanisme dengan
satu tujuan, yaitu agar mendapat uang. Misalnya, mereka mengutip uang pereman dan setiap
pedagang K-5 dengan dalih keamanan, karena kalau tidak mereka tidak dapat berjualan di sana.
Dalam masyarakat kita sekarang ini tampak adanya kecenderungan untuk makin menjadi
individualis dan egois. Orang mengejar kepentingannya sendiri. dengan cara halal maupun tidak
halal, tanpa peduli bahwa akan ada orang, kelompok agama, kelompok suku, masyarakat
ataupun warga negara yang menderita atau dirugikan karena perbuatannya. Di samping itu,
penggunaan kekerasan makin terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya perampokan
nasabah bank atau tawuran antar pelajar dengan menggunakan berbagai alat dan terjadi bukan
hanya antar orang dengan siapa mereka ada perkara, melainkan juga dengan orang yang sama sekali
mereka tidak kenal.
Perasaan orang akhir-akhir ini seakan-akan telah menumpul, kurang ada rasa peka, rasa
kasihan dan rasa kasih satu pada yang lain. Padahal Allah menentang individualisme.
Allah menghendaki agar manusia mengasihi sesamanya manusia seperti dirinya sendiri,
tetapi bukan berarti harus mementingkan dirinya sendiri. Misalnya, karena faktor
mementingkan diri sendiri maka seorang pereman memaksa seorang wanita tua yang sedang
berjualan sayur-sayuran di kaki lima harus memberikan uang pereman. Ia tidak peduli atau tidak
mau tahu apakah jualan wanita tua itu sudah ada yang laku atau tidak.
Sejak bergulirnya era reformasi (Juli 1998) badai krisis ekonomi (moneter) bertiup kencang
menyapu seluruh permukaan ibu pertiwi, berarti kita sudah satu dekade dilanda krisis. Ekonomi
nasional yang bertumpu kepada industri serta didominasi sekelompok kecil pengusaha,
rupanya di hadapan badai krisis ekonomi, tak lebih dari satu bangunan rapuh yang setiap saat
dapat ambruk ke bumi. Pilar-pilar bangunan ekonomi nasional penuh lobang-lobang akibat dimakan
rayap kolusi, korupsi dan nepotisme. Ternyata kerusakan yang ditemukan bukan hanya di sektor
politik, hukum, sosial budaya, dan agama. Penyakit kronis KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme)
ini sudah begitu lama menggerogoti di semua sektor khidupan berbangsa dan bernegara, dan
menimbulkan krisis kepercayaan yang sukar untuk dipulihkan.
Mayoritas masyarakat Indonesia adalah masyarakat berekonomi lemah, dalam arti hidup
dengan penghasilan yang pas-pas-an, dan kebanyakan dari antaranya justru masih hidup di
bawah garis kemiskinan. Bahkan masih banyak masyarakat yang hidup serba kekurangan, tidak
punya tempat tingggal dan pekerjaan tetap. Dalam situasi dan kondisi yang cukup memprihatinkan
ini tidak tertutup kemungkinan banyak orang berlaku tidak etis terhadap sesamanya, seperti berdusta,
mencuri, menipu, dan membunuh. Alasannya mungkin cukup sederhana, yaitu karena perutnya
lapar. Hati orang akan senang kalau perutnya kenyang, tetapi kalau lapar apa saja akan
dilakukannya demi perut sejengkal. Semuanya ini menggambarkan kepada kita, bahwa kita
memang butuh uang minimal untuk mempertahankan hidup dan memperbaiki nasib serta masa
depan kita.
Di dalam kehidupan kita masa kini tampaknya uang dapat menganr segalanya, itulah
sebabnya muncul suatu ungkapan dengan singkatan KUHP (= Kasih Uang Habis Perkara). Hal
ini sudah menggejala atau merupakan swam fenomena, bahwa faktor ekonomi ternyata
sangat dominan mempengandi ehidupan masyarakat. Ada suatu ungkapan yang cukup populer
di kalangma masyarakat untuk menyoroti perilaku seseorang yang mata duitan terhadap teman,-
teman sepergaulannya, yaitu: "Ada uang abang sayang, kalau tak ada uang abang melayang", dan
dalam bahasa Batak terkenal dengan ungkapan, "Molo Moog hepeng sude mandok lae, alai molo
ndang adong hepeng sude mamursik be".
Uraian di atas ingin menggambarkan kepada kita bagaimana sikap berparapura itu cenderung selalu
ditunjukkan oleh seseorang terhadap lawan bicara aim teman ngobrolnya yang kebetulan banyak uang
(orang kaya). Banyak maw berlaku sopan atau berpenampilan santun serta bertutur manis, hanya
ingia menarik simpati atau empati dan orang lain terhadap dirinya, tetapi ujung ujungnya minta
dikasihani atau diberikan uang. Perilaku yang berpura-pura ini jelas tidak etis, apalagi kalau bermotifkan
uang atau mencari keuntungan.
Manusia adalah makhluk hidup, oleh karena itu is butuh makan don minum. Untuk
mendapatkan makanannya, manusia memanfaatkan kemampan berpikir dan fisiknya. Berbagai macam
usaha yang dilakukan, dan yang parse sederhana sampai paling canggih sekalipun. Allah adalah
pencipta alam smogs dan segala isinya. Itu berarti setiap manusia atau makhluk hidup yang Walsh
bagian dari ciptaan memiliki hak yang sama untuk menikmati alam das memanfaatkannya untuk
kelangsungan hidup. Bumi tempat manusia Nap diciptakan sungguh amat baik (Kej. 1:31). Manusia akan
merasa bersalah bin memakai alam ini dengan tidak baik dan menyebabkan terjadinya kerusaicaa Menurut
kesaksian Mazmur 104, bumi diciptakan dengan dua fungsi, yaitu frog* oikumenis (untuk didiami) dan fungsi
ekonomis (untuk dimanfaatkan demi kelangsungan hidup).
Etika ekonomi sebenarnya sulit untuk disosialisasikan, karena etika ekonomi ini
adalah etika yang menyangkut keuangan, atau tidak terlepas dari apa yang namanya "uang".
Manusia sebagai pelaku ekonomi justru lebih memprioritaskan ekonominya ketimbang
etikanya. Atau dengan kata lain mereka tidak peduli berdosa atau tidak, yang penting dapat
uang atau keuntungan. Misalnya, ada seseorang menemukan sebuah dompet di jalanan, dan dan
KTP-nya ia jelas tahu siapa nama dan di mana alamat siempunya dompet tersebut, tetapi ia lebih
memilih menggunakan uang yang ada di dalam dompet itu untuk keperluannya
ketimbang hams mengembalikannya. Ia merasa tidak berdosa dengan perbuatannya itu, bahkan
sebaliknya ia merasa bersyukur kepada Tuhan karena telah diberikan rizki atau berkat kepadanya
pada hari itu.
Etika ekonomi juga sulit untuk disosialisakan karena praktek ekonomi seperti kegiatan
atau transaksi jual-beli biasanya tidak mengenal batas usia. Misalnya, seorang pedagang tidak
peduli dengan batas usia calon pembelinya, apakah anak-anak, pemuda, orangtua, dan kakek-kakek
atau nenek-nenek, ia tetap menawarkan barang dagangannya dengan harga yang sama. Dan ia
(pedagang) juga tidak peduli apakah calon pembelinya itu orang kaya atau orang miskin, satu suku
atau tidak, satu agama atau tidak, satu kampung atau tidak, bahkan famili dekat atau tidak,
karena yang hanya dipikirkannya adalah bagaimana cara untuk memperoleh keuntungan
sebanyak-banyaknya. Mungkin, hanya orang yang bermoral tinggi sajalah yang mau menjual
barang dagangannya dengan harga pokok kepada orang miskin dan kepada kakek-kakek atau
nenek-nenek, tetapi yang jelas sudah jauh menyimpang dari prinsip-prinsip ekonomi.
Perekonomian di Indonesia, dari segi geografis terutama dipengaruhi oleh faktor ekonomi
terbesar, yaitu faktor agraris atau pertanian, yang didukung dengan luasnya lahan pertanian yang ada
di setiap provinsi. Faktor lain yang menentukan adalah letak Indonesia yang memang strategis
karena berada dalam jalur perdagangan Taut maupun udara. Struktur ekonomi Indonesia secara
nyata berakar kuat pada tiga sektor yang hams berjalan seimbang, yaitu sektor pertanian, sektor
kesempatan mengembangkan industri sendiri serta sektor produksi jasa yang kuat. Indonesia adalah
negara bekas koloni Barat yang belum lama merdeka, sehingga Indonesia masih berada dalam strata
negara berkembang.
Kondisi perekonomian Indonesia saat ini tengah mengalami keterpurukan yang terburuk
jika dibandingkan dengan kondisi negara lain yang mengalami krisis yang sama. Banyak hal
yang mungkin dulu pernah berhasil dicapai selama masa Orde Baru dan menempatkan
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang memiliki potensi besar sebagai negara
yang mampu bersaing dengan negara-negara besar lain di Asia, seperti misalnya terlihat dengan
pesatnya pembangunan fisik. Tetapi kenyataan berbicara lain, perekonomian Indonesia ternyata
runtuh seiring dengan runtuhnya perekonomian Orde Baru. Hal ini membuat Indonesia berada
pada posisi "juru kunci" sebagai negara miskin jika dibandingkan dengan Negara Asia lain,
khususnya di kawasan Asia Tenggara. Mulai dari awal masa krisis hingga saat ini, konciisi
perekonomian Indonesia mengalami fluktual terus-menerus alias cenderung tidak stabil. Fluktuasi
tersebut terkadang membuat orang merasa lega dan terkadang membuat orang harus menahan
napas.
Dengan keadaan ekonomi yang sangat mengalami perubahan di tengah arus globalisasi
pada saat ini, dan melihat kondisi ekonomi Indonesia yang masih tidak menentu, banyak
pertanyaan yang muncul berkaitan dengan perbaikan perekonomian di Indonesia. Salah satu
pertanyaan berkaitan dengan dapat atau tidaknya "ketertinggalan ekonomi" dalam era
globalisasi saat ini yang penuh persaingan melalui sesuatu proses yang membawa ke arah
serta bentuk perekonomian yang baru.
Dari sudut pandang etika dan sosial, perekonomian rakyat di Indonesia secara umum
mengalami masalah yang cukup pelik, sedangkan penyebab utamanya adalah situasi dan
kondisi daerah setempat yang selalu tidak bersahabat atau tidak menguntungkan. Misalnya,
kehidupan perekonomian rakyat di daerah pesisir nyaris mengalami krisis akibat gempa bumi dan
gelombang tsunami. Pusatpusat pasar hancur, dan andaikatapun masih ada yang tersisa
pedagangnya tidak ada. Atau dengan kata lain tidak ada transaksi jual-beli di sana, karena baik
pembeli dan penjualnya sama-sama tidak ada punya uang lagi, bahkan kini mereka sangat
mengharapkan bantuan dana atau uluran tangan orang lain. Juga kehidupan perekonomian rakyat di
daerah pegunungan dan sekitarnya mengalami krisis akibat meletusnya gunung merapi, tanah
longsor, banjir bandang, angin puting beliung, kekeringan, hama wereng, dan flu burung.
Disadari atau tidak, sistem ekonomi Indonesia sejak tahun 1980-an rorientasi kepada
sistem ekonomi pasar. Hal ini tampak dengan jelas sejak regulasi tahun 1983 dan ini
diperkuat lagi melalui Ketetapan MPR No. I/MPR.1998. Ekonomi pasar tidak dapat dipisahkan
dengan masalah moral, na di dalam sistem ekonomi pasar kebebasan individu diberi tempat yang sar
untuk mengembangkan dirinya (usahanya), karena kebebasan itu adalah hak ti setiap individu. Sejauh
kebebasan itu tidak disalahgunakan dan tidak rtentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku serta normarma kesusilaan. Dengan demikian, kebebasan individu dibatasi oleh
peraturan g berlaku dan norma-norma kesusilaan. Tetapi sejauh mana batasan-batasan itu ti oleh
individu-individu, tergantung kepada moral masing-masing. Jadi, ml setiap individu sangat
mempengaruhi maju tidaknya suatu badan usaha to yang dijalankan oleh masing-masing
individu.
Orang-orang Kristen yang berkecimpung di dalam kehidupan ekonomi dan bisnis sering
merasa terlempar ke situ tanpa pegangan yang jelas, ataupun bila ada pegangan yang jelas is ternyata
tidak dapat dipakai di dalam praktek. Hal ini disebabkan oleh karena keangkuhan dan
kenaifan para ahli etika dan para penganjur moral sendiri. Yang hanya mau berbicara, tetapi
enggan mendengar. Yang hanya mau mengajar, tetapi tidak mau belajar. Kegiatan ekonomi itu begitu
kompleksnya, sehingga norms-norrna etis yang mengenyampingkan kenyataan ini, pasti hanya akan
merupakan semboyan-semboyan yang tidak mempunyai makna dan dampak praktis apa pun
juga. Hanya untuk diucapkan, tapi tidak dapat dipraktekkan.
Memisahkan aspek spiritual agama Kristen dari ekonomi adalah hal yang tidak mungkin,
karena seluruh kehidupan merupakan satu kesatuan. Di antara semua agama di Indonesia,
kekristenan mungkin dilihat sebagai agama yang paling berorientasi pada materi. Memang,
kesejahteraan dan kebahagiaan tidak dipandang sebagai kejahatan, melainkan sebagai kebajikan,
atau paling tidak, merupakan urusan yang sah. Beberapa gambaran alkitabiah mencerminkan hal
ini, gambaran kehidupan di Taman Eden yang dinilai serba baik, termasuk aspek-aspek
materialnya, sampai keluarnya Israel dari penindasan Mesir, yang membawanya ke tanah yang
berlimpah susu dan madu, hingga tujuan terakhir manusia, Yerusalem Baru, yang digambarkan
sebagai kota mewah, dengan fondasi dan batu-batu permata, lorong-lorong terbuat dari emas dan
gerbangnya terbuat dan mutiara (Why. 21:21).
Dari perspektif ini, dapat dimengerti, jika perhatian Kristen terhadap masalah ekonomi
terutama bersifat konstruktif, dalam arti, bersikap positif terhadap kesejahteraan material. Elliot
bahkan berbicara mengenai "penyelamatan duniawi":
Pertumbuhan ekonomi merupakan alat dari apa yang boleh kita sebut penyelamatan
duniawi, yakni: pembasmian berbagai faktor lingkungan yang membatasi,
menyalahgunakan dan merusak jiwa manusia. Penyakit, ketidakpedulian, takhayul,
kebosanan dan kehidupan yang monoton — semua itu merupakan kanker jiwa
manusia yang berusaha dibasmi sosial dan ekonomi.
Lampiran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
a. Pretes/postes
Pretes/Postes Pertama
Berilah tanda ceklist pada kolom Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Ragu-ragu (R) pada kolom
sebelah
No Pernyataan S TS R
2. Seandainya aku melihat ada uang jatuh dari saku temanku, maka
aku akan segera mengambilnya dengan diam-diam dan
memakainya untuk keperluanku. Tetapi aku tidak mengharapkan
temanku berbuat demikian, seandainya mereka melihat uang
jatuh dari sakuku.
3. Aku sangat butuh uang, jadi tidak ada salahnya aku mencuri
uang orang lain kalau aku yakin bahwa perbuatanku tidak
diketahui.
1. Mengapa kalau sistem sosial ekonomi berubah, maka manusia pun menjadi berubah?
2. Mengapa dikatakan akar segala kejahatan adalah cinta uang?
3. Apa yang dimaksud dengan mammomisme?
4. Apa maksudnya keberhasilan seseorang itu diukur dari segi materi?
5. Mengapa pada masa kini ada kecenderungan bahwa masyarakat tampak semakin individualis dan
egois, tidak peduli lagi dengan sesamanya?
6. Apakah krisis ekonomi berkepanjangan yang kita alami sejak bergulirnya era reformasi (Juli 1998)
sampai kini belum juga berakhir?
7. Apakah penyakit kronis KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme) yang sudah begitu lama menggerogoti di semua
sektor kehidupan berbangsa dan bernegara tidak dapat lagi disembuhkan atau diobati?
8. Apakah dengan maraknya unjuk rasa akhir-akhir ini dapat memperbaiki perekonomian kita yang
sudah terlanjur morat-marit?
9. Apakah benar praktek KUHP (= Kasih Uang Habis Perkara) sangat manjur untuk menyelesaikan segala
perkara?
10. Apakah kita harus memisahkan aspek spiritual agama Kristen dari ekonomi atau kegiatan bisnis?
1. Orang berlomba-lomba mencari uang sekalipun tidak halal atau melalui jalan pintas adalah karena, kecuali:
a. Takut tak makan c. Perilaku konsumtif
b. Ingin cepat kaya d. Sikap materialistis
2. Yang dimaksud dengan pelaku ekonomi adalah, kecuali:
a. Pedagang K-5 c. Pemilik Warung Kopi
b. Pedagang Asongan d. Pemilik Kedai Sampah
3. Pelaku ekonomi biasanya terdiri dari, kecuali:
a. Rumah Tangga c. Pemerintah
b. Rumah Sekolah d. Perusahaan
4. Fungsi Gereja dalam pelayanan masyarakat adalah:
a. Mengobati penyakit moral c. Memberikan pengobatan gratis
b. Membezuk orang sakit d. Menerima Bimbingan Test
5. Dunia ini diatur oleh Tuhan supaya manusia perlu bekerja kalau:
a. Butuh uang b. Mau hidup c. Bosan di rumah d. Malu menganggur
6. Anggaran Rumah Tangga perlu bagi keluarga dengan alasan:
a. Supaya jangan lebih besar pasak dari tiang
b. Hemat pangkal kaya, boros pangkal miskin
c. Ekonomi keluarga perlu dikelola dengan balk
d. Supaya tidak kehabisan modal
7. Manusia selalu merasa tidak pernah cukup puas terhadap apa yang sudah diperolehnya adalah oleh
karena faktor, kecuali:
a. Ambisi, ingin melebih orang lain
b. Egois, ingin memiliki semuanya
c. Materialistis, ingin hidup berkelimpahan
d. Ingin cepat kaya agar dapat membantu orang lain
8. Memberikan uang kepada anak-anak sebagai ganti penghargaan adalah tidak baik sebab nantinya:
a. Si anak lebih doyan jajan ketimbang makan di rumah
b. Si anak lambat laun akan menguras isi dompet orangtuanya
c. Mata si anak akan merah setiap melihat uang
d. Si anak akan malas bekerja atau belajar kalau tidak diberi uang
9. Pemegang pola pembinaan dan pengelolaan keluarga adalah:
a. Kakeklnenek b. Anak c. Bapak d. Ibu
10. Manusia belum melaksanakan mandat Allah untuk menaklukkan dan menguasai bumi dengan baik dengan
alasan:
a. Lingkungan hidup rusak akibat perang
b. Hutan gundul akibat illegal logging
c. Udara terkontaminasi akibat asap knalpot kenderaan
d. Sungai tercemar akibat sampah dan limbah pabrik