Anda di halaman 1dari 126

Tujuan Mata Kuliah Analisis Sistem

Tenaga I
1. Mahasiswa bisa membuat matrix Ybus dari
rangkaian sistem tenaga listrik.
2. Mahasiswa bisa melakukan analisis Aliran Daya
Metode Gauss‐Seidel dan Metode Newton
Raphson.
Materi Kuliah:
1. Pendahuluan
2
2. K
Konsep‐konsep
k D
Dasar Li t ik
Listrik:
• Daya Listrik, aliran daya, Sistem 3 phasa, hubungan delta‐bintang.
3. Representasi Sistem Tenaga Listrik
• Komponen
p Sistem Tenaga g Listrik, Diagram Segaris, Diagram Impedansi/Reaktansi, 
, g g , g p / ,
Besaran Per satuan/perunit
4. Model Rangkaian
• Matrix Ybus, Matrik Zbus
5
5. Metode Penyelesaian Aliran Daya
• Metode Gauss‐Seidel
• Metode Newton Raphson
Buku
1 Elements
1. Elements of Power System Analysis, 
of Power System Analysis “ W.D. 
WD
Stevenson”
2 Electrical Power Systems, Design And 
2. Electrical Power Systems Design And
Analysis,”Moh. E. El Hawary”
3 Power System Analysis,”C.A. Gross” 
3. P S A l i ”C A G ”
4. Diktat
Penilaian

1.
1 TTest Kecil/Quis
t K il/Q i 10%
2. Tugas Individu 10%
3
3. T
Tugas K l
Kelompok k 10%
4. Keaktifan 10%
5
5. K ib di
Kepribadian 10%
6. Praktikum/Presentasi 10%
7
7. UTS
UTS                                   15%
8. UAS                                   25%
PEDAHULUAN
Sistem Penyaluran
l Daya Listrikk
Sumber Generator  Transmisi Sistem Beban
Energi Sistem Sistem Distribusi
Primer
Kurva Beban Harian
Sistem Tenaga Listrik
Sistem yang membangkitkan, mengatur, menyalurkan/membagi
dan akhirnya yang memakai/memanfaatkan tenaga listrik.

Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik:


1. Pembangkit
2. Saluran Transmisi
3 Saluran
3. S l Di t ib i/B b
Distribusi/Beban
Pembangkit:
• Generator (termasuk Prime Movernya)
•Tegangan yang dibangkitkan : 3 – 13 KV
•Peralatan Pengatur Tegangan & Frekuensi
•Transformator Tegangan Tinggi.

Saluran Transmisi:
• Saluran Transmisi Tegangan Tinggi
•Tegangan: 70 – 750 KV
• Transformator Pengatur Daya Aktif dan Reaktif.
Distribusi/Beban:
• Feeder-feeder
F d f d yang menghubungkan
h b k bermacam-macam
b b b
beban
•Tegangan Volt: 400 – 33 KV

Sistem tenaga listrik hanya mengubah energi yang tersedia dari


sumber-sumber alam menjadi energi listrik dan sistem tersebut
mengatur
t pemakaian
k i energii listrik
li t ik secara efisien.
fi i

S b
Sumber-sumber
b energii alam:
l
1. Fossil Fuel (Batu Bara, Minyak, Gas alam)
2. Fissile Material ((Uranium,, thorium))
3. Aliran Air
4. Angin, Tenaga matahari, tenaga air laut dll)

(1,2,3 telah digunakan secara komersial)


Pengoperasian Sistem Tenaga Listrik:
Sistem tenaga listrik yang pertama dibangun terdiri dari
pusat –pusat pembangkit yang terpisah-pisah dan
masing masing pembangkit mencatu bebannya juga
masing-masing
secara terpisah.

Saat ini sistem tenaga listrik terdiri-dari sejumlah pusat


pembangkit yang bekerja paralel dan mencatu sejumlah pusat
beban melalui saluran transmisi tegangan tinggi.

Sistem
Si t t
tenaga li t ik tersebut
listrik t b t biasanya
bi dih b
dihubungkan
k secara
interkoneksi dengan beberapa sistem tenaga listrik yang lain
sehingga
gg terbentuk multi area sistem.
Hal ini dilakukan agar sistem tenaga listrik dapat bekerja
secara ekonomis dan untuk menaikan keandalan dari
sistem tanagag listrik.

Dampaknya adalah Pengoperasian sistem tenaga listrik


bertambah kompleks dengan timbulnya lebih banyak persoalan-
persoalan yang harus diatasi.

Persoalan-persoalan Operasi:
1. Load Forcasting
2. Unit Commitment
3. Economic Dispatch
4. Analisa aliran daya
5. Analisa Hubung Singkat
6. Analisa Stabilitas
7 Load Frekuensi control
Peranan Komputer Dalam Analisa Sistem Tenaga.
Keuntungan:
• Flexible (digunakan menganalisa semua persoalan)
• Teliti
• Cepat
• Ekonomis

Langkah-Langkah:
1. Membuat model matematis dari persoalan yang akan
Dampaknya adalah Pengoperasian sistem tenaga listrik
diselesaikan
bertambah kompleks dengan timbulnya lebih banyak persoalan-
2. Menentukan Metoda Numerik (Ketelitian Cukup tinggi dan
persoalan yang harus diatasi.
p
waktu komputasi cukupp cepat)
p )
3. Menulis/Menyusun Program Komputer.
Penggunaan:
1. “Off line” data diperoleh dari operator (manusia),
dengan
g data tersebut analisa/perhitungan
p g dilakukan
dengan komputer.
2. “On line” Komputer menerima data langsung dari
sistem
i t yang sedang
d operasi.
i Pada
P d pengaturan
t
beban dan frekuensi, economic dispatch dll.
Konsep Dasar

Daya Listrik
Pada dasarnya daya listrik pada suatu elemen
adalah tegangan pada elemen tersebut
dik lik
dikalikan d
dengan arus yang mengalir
li pada
d
elemen tersebut.
v = Vmax cos ωt
i = Imax cos (ωt‐Ɵ)
Maka daya sesaat:
s = v.i
s = Vmax.Imax Cos ωt Cos (ωt‐Ɵ)

V max .I max V max .I max


s= cos θ (1 + cos 2ω t ) + sin θ sin 2ω t
2 2
atau :
s = V . I cos θ (1 + cos 2ω t ) + V . I sin θ sin 2ω t
dim ana V dan I adalah h arg a efektif dari tegangan dan arus
V . I cosθ (1 + cos 2ωt ) : selalu positip, dengan h arg a rata − rata :
P = V . I cosθ
P : daya nyata / aktif ( watt )
cosθ : disebut faktor daya
Lagging untuk rangkaian induktif
Leading untuk rangkaian kapasitif

V . I sin θ sin 2ωt : mempunyai h arg a positip dan negatip dengan h arg a rata − rata nol
i θ
Q = V . I sin
Q : adalah daya semu / reaktif (Var )
Gelombang tegangan dan arus untuk beban resistif
Gelombangg tegangan
g g dan arus untuk beban induktif
Daya Listrik Dalam Bentuk Kompleks

φ V = V ∠0o

I = I ∠ −φ

Daya
y Listrik
S=P+jQ
S: Daya Listrik (VA)
P: Daya Aktif (watt)
P: Daya
Q: Daya Reaktif (Var)
P

Segi
g tiga
g daya
y
S Q
Daya Listrik:

P = V I cos φ ( watt ) daya aktif


Q = V I sin φ (Var ) daya reaktif
S = V .I = P + jQ (VA)
*

S = P +Q = V .I
2 2

S = P + jQ = V .I *
S = P − jQ = V * .I
Aliran Daya Aktif

I ∠ −φ

Sistem I cos φ V
V ∠00

Bila /I/ cos Ø sephase dengan V, berarti daya listrik dibangkitkan


(sumber adalah generator) dan daya listrik mengalir menuju
sistem ( arah arus keluar dari terminal positip.
P=Re (V.I*   
Aliran Daya Aktif

I ∠ −φ
I cos φ
V ∠0 0 Sistem V

φ
I

Bila /I/ cos Ø mempunyai beda phase 180  dengan V, berarti


daya listrik diserap (sumber adalah motor) dan ( arah arus
menuju terminal positip dari sumber.
P=Re (V.I* mempunyai tanda negatip
Aliran Daya
y Reaktif
Daya Reaktif sebesar I*I.XL (dengan tanda positip) diberikan pada
induktansi atau induktansi menyerap daya reaktif.
Arus I terbelakang
I terbelakang (lagging) 90 derajat
(lagging) 90 derajat terhadap V

Daya Reaktif sebesar I*I .Xc (dengan tanda negatif) diberikan pada


k
kapasitor
i atau sumber
b menerima i d
daya reaktif
k if dari
d i kapasitor.
k i
Arus I mendahului (leading 90 derajat terhadap V
Sistem Tiga Phasa
Sistem Tiga Phasa
Jika gulungan kawat (Coil) saluran
(Coil) saluran a, b dan
a b dan c, 
c
masing – masing bekerja 120 derajat ruang, 
diputar pada kecepatan yang sama
yang sama serta
medan magnetik yang sama, akan
menghasilkan tegangan yang sama
yang sama kecuali
sudut pergeseran masing – masing saluran 
sebesar 120 derajat
sebesar 120 derajat.
Diagram phasor
g p tegangan
g g dengan g urutan
phasa abc (searah putaran jarus jam

Vc

120 Va
120
120

Vb
Hubungan antara tegangan dan arus
Hubungan Bintang

Vc

Va
n

n: titik netral
Vab, Vbc, Vca: Tegangan
g g
“Line”/Saluran
Vb Van, Vbn, Vcn: Tegangan “ Phasa”
Tegangan‐tegangan phasa mempunyai
magnitude yang sama dan masing‐
masing berbeda phasa 120 derajat
Hubungan antara tegangan dan arus
Hubungan Bintang ‐Vbn
Vab
Vca Vcn

300
n Van

Vp L0o 
Van=Vp
Van

Vbn Vbn=Vp L‐120o 


Vcn=Vp L120o 

Vbc
Hubungan antara tegangan Line dengan
Line dengan tegangan phasa
Vab = Van − Vbn
V b = Van
Vab V + Vnb
V b
Vab = Vp∠0 0 − Vp∠ − 1200
V b = Vp
Vab ( 0 + j sin
V (cos i 0) − Vp ( 120 − j sin
V (cos i 120)
Vab = Vp(1 + j 0) − Vp(−0,5 − j 0,866)
V b = Vp
Vab V + 0,5Vp
V + j 0,866
Vab = Vp(1,5 + j 0,866)
V b = Vp
Vab V 3∠300
Dengan cara yg sama :
Vb = Vp
Vbc V 3∠ − 90 0
Vca = Vp 3∠1500
Secara umum hubungan antara tegangan line dengan
line dengan
tegangan phasa terhubung Bintang dinyatakan:

VL = 3.V p
VL : H arg a efektif tegangan line
V p : H arg a efektif tegangan phasa

IL = I p
I L : H arg a efektif arus line
I p : H arg a efektif arus phasa
Hubungan antara tegangan dan arus
Hubungan Delta
a’
a

Iab

Ica

b b’
c ~
Ibc
c’

Iab, Ibc, Ica: Arus “Phasa”
Iaa’, Ibb’, IccI’: Arus Line
Hubungan antara tegangan dan arus
Hubungan Bintang Ibc
Ibb’
Ibb
Iaa’ Ica

300
n Iab

Ip L0o 
Iab=Ip
Iab

Ibc Ibc=Ip L‐120o 


Ica=Ip L120o 

Icc’
Hubungan antara Arus Line dengan
Line dengan Arus phasa

I bb' = Iab − Ibc


I bb' = Ip∠00 − Ip∠ − 1200
= Ip(cos 0 + j sin 0) − Ip(cos120 − j sin 120)
= Ip(1 + j 0) − Ip(−0,5 − j 0,866)
= Ip + 0,5 Ip + j 0,866
= Ip(1,5 + j 0,866)
= Ip 3∠300
Dengan cara yg sama :
∑I=0
I = Ip 3∠ − 90
'
cc
0
Icc’ = Ibc ‐ Ica
'
I aa = Ip 3∠1500 Iaa’ = Ica ‐ Iab
Secara umum hubungan antara arus line dengan
line dengan arus phasa
terhubung Delta dinyatakan:

I L = 3.I p
I L : H arg a efektif arus line
I p : H arg a efektif Arus phasa

VL = V p
VL : H arg a efektif tegangan line
V p : H arg a efektif tegangan phasa
Daya Pada Sistem Tiga Phasa
Daya yang diberikan oleh generator tiga phasa yang diserap oleh
beban tiga phasa sama dengan jumlah daya dari tiap
tiap‐tiap
tiap phasa.
phasa
Untuk sistem seimbang:
P = 3.Vpp.Ipp. cos φp
φp : sudut antara arus phasa dan tegangan phasa
Hubungan
g Bintangg Y

VL 3
P = 3. .I L . cos φp.........x
3 3
3VL
P = 3. .I L . cos φp
3
P = 3.VL .I L . cos φp (Watt )
D
Dengan l h:
cara sama diperoleh
di
Q = 3.VL .I L . sin φp (Var )
S = 3.VL .I L (VA)
S = P2 + Q2

Segitiga Daya

P (Watt)

Q (Var)
S (VA)
S (VA)
Rumus Daya
y Dalam hubungan
g Delta:
P = 3.Vp.Ip. cos φp
φp : sudut antara arus pphasa dan tegangan
g g p phasa
IL 3
P = 3.VL . . cos φp.........x
3 3
3.I L
P = 3.VL . . cos φp
3
P = 3.VL .I L . cos φp (Watt )

Rumus Daya Tiga Phasa dengan besaran tegangan dan arus


li D l
line Dalam h b
hubungan Bi t
Bintang d Delta adalah
dan D lt d l h sama :
Contoh

1 2 3 4
M
Y Δ     Y   Y   Δ   

Beban Δ   

Gen: 200 MVA; 3 phasa; 13,6 KV; Xs=8 ohm
Motor sinkron : 100 MVA (daya
Motor sinkron : 100 MVA (daya input); 3 phasa; 13,2 KV; X=10,5 
input); 3 phasa; 13 2 KV; X 10 5
ohm; pf=0,8 lagging
Trafo: 225 MVA; 3 phasa; 13,8 Δ – 230Y KV; X=10 ohm
Transmisi: 230 KV; 225 Km; X=0,785 ohm/km
Beban: 50 MW; 3 phasa; 13,2 KV; pf=0,85 lagging

Hitung Arus I di bus 4.


Penyelesaian:
y
I n = I m + I beban
M
Motor :
V4 L − L = 13,2 KV
13,2
V4 L − N =
3
cos φ = 0,8 lag .
S3φ = 100 MVA
100
S1φ =
3
S1φ = P + jQ
100 100
= cos φ + j i φ
sin
3 3
100 100
= .0,8 + j .0,6
3 3
= 26,6 + j 20
S = V .I *
S
I* =
V
S*
I= *
V
26,6 − j 20
Im =
13,2
3
I m = (3,49 − j 2,62).103 A
I m = 4,36∠ − 36,9 o KA
Beban Δ

P3φ = 50 MW
50
P1φ = MW
3
P1φ = V p .I p cos φ
50.106
P1φ 3
Ip = = = 2,57.10 3
∠ − 31,8 o
A
V p . cos φ 13,2.10 3
.0,85
3
Jadi Arus di Bus 4 :
I n = I m+ I beban
= 4,36.103 ∠ − 36,9o + 2,57.103 ∠ − 31,8o
= 4,36.103 (cos 36,9o − j sin 36,9o ) + 2,57.103 (cos 31,8o − j sin 31,8o )
= 5670,6 − j 3972,1
= 6922,895∠ − 35o A

Cos φ di bus 4 = 0,82 lag .


Contoh

CosØ
Ø ’ =0,9 lag
, g

50
P1φ = MW
3
Qc
CosØ=0,85 lag

Hitung kapasitas kapasitor Qc untuk memperbaiki faktor daya dari


0,85 menjadi 0,9 lagging
0,85 menjadi 0,9 lagging
Penyelesaian :
Sebelum dipasang kapasitor :
50
P1φ = MW
3
50
S1φ = = 19,61 MVA
3.0,85
i φ
Q1φ = S1φ . sin
= 19,61.0,53
= 10,4 MVAR
Setelah dipasang kapasitor :
50
S1φ =
'
= 18,5 MVA
3.0,9
Q1'φ = S1'φ . sin φ '
= 18,5.0,44
= 8,14 MVAR
Jadi :
Qc = Q1φ − Q1'φ
= 10,4 − 8,14
= 2,26 MVAR
REPRESENTASI SISTEM TENAGA LISTRIK

Sistem tenaga listrik merupakan hubungan antara 3 bagian


utama, yaitu sistem pembangkit, sistem transmisi dan beban

Sistem Pembangkit:
Berupa generator serempak,
serempak sistem pengatur tegangan,
tegangan sistem
penggerak utama beserta mekanisme governor

Sistem Transmisi:
Berupa saluran transmisi, transformator, peralatan relay
pengaman,
p g ,p
pemutus rangkaian,
g , static kapasitor,
p , shunt reaktor.

Beban:
Tidak diberikan secara terinci, beban direpresentasikan sebagai
Impedansi Tetap yang menyerap daya dari sistem.
Komponen Utama:
1. Generator Serempak
2. Saluran Transmisi
3. Transformator
4. Beban

Digunakan rangkaian pengganti dari komponen‐komponen utama


dalam menganalisa sistem tenaga listrik

Rangkaian pengganti yang digunakan adalah rangkaian pengganti


satu phasa dengan nilai‐nilai phasa‐ netralnya,
netralnya dengan asumsi
sistem 3 phasa yang dianalisa dalam keadaan seimbang pada
kondisi operasi normal.
U k merepresentasikan
Untuk ik suatu sistem
i tenaga listrik
li ik digunakan
di k
diagram yg. Disebut diagram segaris.
Rotor kutub Bulat (Non Salient Pole) dan
Rotor kutub (Non Salient Pole) dan Rotor kutub
Rotor kutub menonjol (Salient Pole)
(Salient Pole)
R k i Penganti
Rangkaian P i dari
d i Generator:
G
Xs
Ia

Ef Vt

Phasor Diagram Tegangan:

Ef

Ia.Xs
Vt

Ia
SSaluran
l T
Transmisi
ii
Untuk merepresentasikan saluran transmisi kedalam
bentuk rangkaian penggantinya, tergantung dari panjang
saluran serta ketelitian yang diinginkan,
Menurut panjangnya:
1 Saluran Tranmisi pendek (kurang dari 80 km)
1. 80 km)
2. Saluran Transmisi menengah (antara 80 s/d240 km
3. Saluran Transmisi panjang (lebih dari 240 km)
Rangkaian
g Pengganti
gg Saluran Transmisi Pendek
Z=R+jXL

Vs Vr

R k i Pengganti
Rangkaian P ti Saluran
S l T
Transmisi
i i Menengah
M h Model π
M d l
Z=R+jXL

1
Y/2 Y = = jω c
Vs Vr X
Xc
Y/2
S l
Saluran T
Transmisi
i i Menengah
M h Model T
M d lT

Z/2 Z/2

Y Vr
Vs

Dalam Analisa Sistem lebih menguntungkan dengan


representasi rangkaian Model π, karena tidak merubah
struktur jaringan
Transformator

N2 N1
V2 = d i2 =
.V1 dan .i1
N1 N2
Rangkaian Pengganti Trafo:
g gg
Req Xeq
I1=I2’

G+jB diabaikan
V1 V2’

Xeq
I1=I2’

Req diabaikan
V1 Xeq=X1 +a2 X2 atau
V2’
X1
X eq = 2 + X2
a
Beban
Beban terdiri dari:
1. Motor‐motor induksi
2. Pemanas (Heating) dan Penerangan (lighting)
3 Motor‐motor sinkron
3. M t t i k

Terdapat 3 cara untuk merepresentasikan Beban, yaitu:


1. Representasi Beban dengan Daya Tetap
Daya aktif (MW) dan Daya reaktif (MVAR) mempunyai nilai tetap. 
Biasanya digunakan untuk analisa aliran daya
2.   Representasi Beban dengan Arus Tetap
P − jQ
I = *
= I ∠ (θ − φ )
V
dim ana :
Q
V = V∠θ dan φ = tan −1

P
3. Representasi
p Beban dengan
g Impedansi
p Tetap
p
2
V V
Z= =
I P − jQ

Diagram Segaris
Diagram Segaris
Dengan menganggap bahwa sistem 3 phasa dalam keadaan seimbang,
penyelesaian/analisa dapat dikerjakan dengan menggunakan
rangkaian
k i 1 phasa
h d
dengan saluran
l netral
t l sebagai
b i saluran
l k b li
kembali

Untuk merepresentasikan suatu sistem tenaga listrik 3 phasa cukup


digunakan diagram 1 phasa yang digambarkan dengan memakai
simbol‐simbol dan saluran netral diabaikan.

Diagram tersebut disebut dengan Diagram Segaris (One Line Diagram)


Diagram
g segaris
g biasanya
y dilengkapi
g p dengan
g data dari masing‐masing
g g
komponen sistem tenaga listrik

Didalam menganalisa suatu sistem tenaga listrik,


listrik dimulai dari diagram
segaris

Dengan menggunakan
k rangkaian
k i penggantii dari
d i masing‐masing
i i
komponen sistem tenaga listrik, diagram segaris tersebut diubah
j diagram
menjadi g impedansi/reaktansi.
p

Baru Kemudian dapat dilakukan perhitungan/analisa terhadap sistem


Simbul‐simbul
Simbul simbul dalam diagram segaris
diagram segaris
Simbol Keterangan Simbol Keterangan
Rotating 
Rotating Circuit 
Circuit
machine breaker
Bus Circuit 
breaker (air)
breaker (air)
Transformator Disconect
2 belitan
Δ 3 Phasa
3 Phasa Y 3 Phasa
3 Phasa
Hubungan Hubungan
delta Bintang
Transmisssion Capasitor
p
Line
Static load Hubungan
Bintang, 
netral
diketanahkan
Diagram Segaris
T1 T2
1
3

Δ
2
Load B

Load A

G1: 20000 KVA, 6,6 KV, X=0,0655 ohm
G1: 20000 KVA 6 6 KV X=0 0655 ohm
G2: 10000 KVA, 6,6 KV, X=1,31  Ohm
G3: 30000 KVA, 3,81 KV, X=0,1452 ohm

T1 dan T2 : masing‐masing terdiri dari 3 trafo 1 phasa: 10000KVA, 3,81‐38,1 KV, 


X=14,52 ohm (dinyatakan terhadap sisi tegangan tinggi)

Transmisi : X=17,4 Ohm
Beban A: 15000 KW, 6,6 KV, Power faktor 0,9 lag.
Beban B: 30000 KW, 3,81KV, Power faktor 0,9 lag.
BESARAN PERSATUAN (PER UNIT)
Besaran sebenarnya
Besaran Persatuan =
Besaran Dasar (dim ensi sama )
4 (empat) Besaran dalam sistem tenaga Listrik:
1. Arus (Ampere)
2 Tegangan (Volt)
2.
3. Daya (Volt‐Ampere)
4. Impedansi (Ohm)

Dengan menentukan Besaran Dasar, Besaran Persatuan dapat dihitung

Dengan menentukan 2 (dua) besaran dasar, besaran dasar yang lain


dapat ditentukan

Dalam Analisa Sistem Tenaga, Tegangan dasar dan Daya dasar


ditentukan, besaran dasar yang lain (Arus dan impedansi) dihitung.
Rumus‐Rumus Untuk menentukan Arus Dasar dan Impedansi
Dasar:
KVA dasar 1φ
Arus dasar I B = ( A)
KV dasar LN
( KV dasar LN ) 2 x1000
Im pedansi Dasar Z B= (Ohm)
KVA dasar 1φ
( KV dasar LN ) 2
=
MVA dasar 1φ
Dengan menggunakan data 3 phasa :
KVA dasar 3φ
Arus dasar I B = ( A)
3.KV dasar LL
( KV dasar LL) 2 x1000
Im pedansi Dasar Z B= (Ohm)
KVA dasar 3φ
( KV dasar LL) 2
=
MVA dasar 3φ
Contoh:
Transformator 1 phasa dengan rating 110/440 V; 2,5 KVA, reaktansi
bocor diukur dari sisi tegangan rendah 0,06 ohm.
Tentukan Harga reaktansi bocor dalam pu.
Penyelesaian:
Impedansi Dasar sisi Tegangan Rendah: 

0,110 2 x1000
Z B1 = = 4,84 ohm
2,5
Re ak tan si Bocor :
0,06
X= = 0,0124 pu
4,84
Re ak tan si Bocor diukur dari sisi tegangan tinggi :
2
⎛ 440 ⎞
X = 0,06⎜ ⎟ = 0,096 ohm
⎝ 110 ⎠
Im pedansi dasar sisi tegangan tinggi :
0,440 2 x1000
Z B2 = = 77,5 ohm
2,5
Re ak tan si bocor :
0,96
X= = 0,0124 pu
77,5

Harga X (reaktansi bocor) dalam satuan pu dilihat dari sisi tegangan


rendah maupun dari sisi tegangan tinggi adalah sama.
Mengubah Dasar (Base) Dari Besaran Per Satuan
2
⎡ KVBo ⎤ ⎡ KVABn ⎤
pu ) = Z o ( p
Zn ( p pu ) ⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎣ KVBn ⎦ ⎣ KVABo ⎦

Zn = Impedansi (pu) dengan Base Baru


Zo = Impedansi (pu) dengan Base lama
KVBn = Tegangan
Tegangan dasar (KV) Baru
(KV) Baru
KVBo = Tegangan dasar (KV) lama
KVABn = Daya Dasar (KVA) Baru
KVABo = Daya
D d
dasar (KVA) L
(KVA) Lama
Model Rangkaian
Diagram 
Segaris

Rangkaian
Pengganti
(admitansi

Matrik [Ybus], 
Matrik [Zbus]

Program 
Komputer
Analisis Aliran
Daya
1
Diagram Segaris

2 3 4

I1 1
I 13 I1,I2…= Arus Injeksi
YL13
Y10 Diagram  Admitansi
YL12 I3

2 3 YL34 4 I4
I2

YL23
Y20 Y30 Y40
Pada setiap bus berlaku :
I1 = I10 + I12 + I13
I 2 = I 20 + I 21 + I 23
I 3 = I 30 + I 31 + I 32 + I 34
I 4 = I 40 + I 43
atau :
I1 = V1Y10 + (V1 − V2 )YL12 + (V1 − V3 )YL13
I 2 = V2Y20 + (V2 − V1 )YL 21 + (V2 − V3 )YL 23
I 3 = V3Y30 + (V3 − V1 )YL 31 + (V3 − V2 )YL 32 + (V3 − V4 )YL 34
I 4 = V4Y40 + (V4 − V3 )YL 43
atau :
I1 = (Y10 + YL12 + YL13 )V1 − YL12V2 − YL13V3 − 0V4
I 2 = −YL 21V1 (Y20 + YL 21 + YL 23 )V2 − YL 23V3 − 0V4
I 3 = −YL 31V1 − YL 32V2 (Y30 + YL 31 + YL 32 + YL 34 )V3 − YL 34V4
I 4 = −0V1 − 0V2 − YL 34V3 (Y40 + YL 43 )V4

D l
Dalam b
bentuk ik :
k matrik
⎡ I1 ⎤ ⎡Y11 Y12 Y13 Y14 ⎤ ⎡V1 ⎤
⎢ I ⎥ ⎢Y Y ⎥ ⎢
Y23 Y24 ⎥ ⎢V2 ⎥ ⎥
⎢ 2 ⎥ = ⎢ 21 22
⎢ I 3 ⎥ ⎢Y31 Y32 Y33 Y34 ⎥ ⎢V3 ⎥
⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎢ ⎥
⎣ I 4 ⎦ ⎣Y41 Y42 Y43 Y44 ⎦ ⎣V4 ⎦
( Matrik Ybus)
Elemen Matrik Ybus
• Elemen diagonal
Y11 =Y10 + YL12 + YL13
Y22 =Y20
Y22  Y20 + YL21 
YL21 + YL23
YL23
Y33 = Y30 + YL31 + YL32 + YL34
Y44 = Y40 + YL43

• Elemen Off Diagonal
Y12=Y21 =‐YL12
Y13=Y31 =‐YL13
Y14=Y41 =‐YL14
Y23=Y32 =‐YL23
Y24=Y42 =‐YL24

Matrik Ybus adalah matrik simetris (elemen di atas diagonal nilainya


diagonal nilainya
sama dengan elemen di bawah diagonal
I bus = YbusVbus
⎡ I1 ⎤
⎢I ⎥
I bus = ⎢ 2⎥
arus masuk bus
⎢I3 ⎥
⎢ ⎥
⎣I 4 ⎦
⎡V1 ⎤
⎢V ⎥
Vbus = ⎢ 2⎥
(tegangan bus thd tan ah)
⎢V3 ⎥
⎢ ⎥
⎣V4 ⎦
Persamaan Umum Aliran Daya
N
Pi − jQi = (Vi )∑ (Yij .V j )
*

j =11

dim ana
Vi = ei + jf i atau Vi = Vi e jθi
= Vi ∠θ i
Rectangular Form :
⎛ N ⎞ ⎛ N ⎞
Pi = ei ⎜⎜ ∑ (Gij .e j − Bij . f j ) ⎟⎟ + f i ⎜⎜ ∑ (Gij . f j + Bij .e j ) ⎟⎟
⎝ j =1 ⎠ ⎝ j =1 ⎠
⎛ N ⎞ ⎛ N ⎞
Qi = f i ⎜⎜ ∑ (Gijj .e j − Bijj . f j ) ⎟⎟ − ei ⎜⎜ ∑ (Gijj . f j + Bijj .e j ) ⎟⎟
⎝ j =1 ⎠ ⎝ j =1 ⎠
Yij = Gij + Bij
Polar Form
N
Pi = Vi .∑ Yij .V j cos(θ i − θ j − Ψij )
j =1
N
Qi = Vi .∑ Yij .V j sin(θ i − θ j − Ψij )
j =1

Yij = Yij ∠Ψij

Hybrid Form
N
Pi = Vi .∑ V j [Gij cos(θ i − θ j ) +Bij sin(θ i − θ j )]
j =1
N
Qi = Vi .∑ V j [Gij sin(θ i − θ j ) − Bij cos(θ i − θ j )]
j =1

Vi = Vi e jθi
= Vi ∠θ i
Yij = Gij + jBij
Analisa Aliran Daya, tujuannya:
1. Menghitung tegangan setiap bus
2. Menghitung Aliran daya setiap saluran

Dengan
g Analisa Aliran Daya
y digunakan
g untuk:
1. Apakah sistem masih mampu beroperasi dengan adanya
penambahan beban dan pembangkit.
2 Toleransi jatuh tegangan apakah masih memenuhi syarat
2.

Klasifikasi Bus:
1. Slack/Swing Bus
‐ Terhubungg dengan
g ggenerator
‐ /V/ dan Ɵ diketahui dan besarnya tetap
‐ P dan Q dihitung
2.  Generator Bus (P‐V Bus)
‐ Terhubung dengan generator
‐ P dan /V/ diketahui dan besarnya tetap
‐ Q dan Ɵ dihitung

3.   Load Bus (P‐Q Bus)
‐ Terhubung dengan beban
‐ P dan
P dan Q diketahui
Q diketahui dan besarnya tetap
‐ /V/ dan Ɵ dihitung

YBus

Pers. Aliran Daya Metode Iterasi

Gauss‐Seidel Newton Raphson
Metode Gauss‐ Data Saluran
Seidell
Line, bus  R, pu X,pu
to bus
1

12
1‐2 0 10
0,10 0 40
0,40
1‐4 0,15 0,60
5
15
1‐5 0 05
0,05 0 20
0,20
2‐3 0,05 0,20
24
2‐4 0 10
0,10 0 40
0,40
2
3‐5 0,05 0,20

4
1 1
Y12 = =
Z12 0,10 + j 0,40
1 0,10 − j 0,40
= x
0,10 + j 0,40 0,10 − j 0,40
0,10 − j 0,40 0,10 − j 0,4
= =
0,01 + 0,16 0,17
= 0,588235 − j 2,352941
Afmitansinya:
Line, bus 
Li b G
G, pu B
B,pu
to bus

1‐2 0,588235 ‐2,352941


1‐4 0,302157
, ‐1,568627
,
1‐5 1,176471 ‐4,705882
2‐3 1,176471
, ‐4,705882
,
2‐4 0,588235 ‐2,352941
3‐5 1,176471
, ‐4,705882
,
Data Bus
B
Bus P
P, pu Q
Q, pu V
V,pu K
Keterangan

1 …………. ………… 02L0o


1,02L0
1 Sl k B
Slack Bus

2 ‐0,6
06 ‐0,3
03 ……..L….
L Load Bus (induktif)
Load Bus (induktif)
3 1,0 ………… 1,04 L….. Generator Bus

4 ‐0,4 ‐0,1 ……..L…. Load Bus (induktif)


5 ‐0,6
06 ‐0,2
02 ……..L….
L L d B (i d ktif)
Load Bus (induktif)

Load Bus, harga
Load 1,00 L 0o pu
Bus, harga awal tegangan dimisalkan 1,00 L 0
Generator Bus, sudut awal dimisalkan L 0o
Elemen Matrik Ybus
Y11 = yl12 + yl14 + yl15
= 0,588235‐j2,352941+0,392157‐j1,568627+1,176471‐j4,705882 pu
= 2,156863‐j8,62745
Y12 = Y21 = ‐yyl12 = ‐0,588235+j2,352941
, j , pu
p
Y13 = Y31 = ‐yl13 = 0 +j0
Y14 = Y41 = ‐yl14 = ‐0,302157+j1,568627 pu
Y15 = Y51 = ‐yyl15 = ‐1,176471+j4,705882
1 176471+j4 705882 pu
Y22 = yl21 + yl23 + yl24
= 2,352941‐j9,411764 pu
Y23 = Y32 = ‐yl23 = ‐1,176471+j4,705882 pu
Y24 = Y42 = ‐yl24 = ‐0,588235+j2,352941 pu
Y25 = Y52 = ‐yyl25 = 0+j0 j p
pu
Y33 = yl32 + yl34 + yl35
= 2,352941‐j9,411764 pu
Y34 = Y43 = ‐ yl34 = 0+j0 pu
Y35 = Y53 = ‐yl35 = ‐1,176471+j4,705882 pu
Dst…….
Matrik Ybus
⎡ 2,156863 − j8,62745 − 0,588235 + j 2,352941 0 − 0,392157 + j1,568627 − 1,176471 + j 4,705882⎤
⎢− 0,588235 + j 2,352941 2,352941 − j 9,411764 − 1,176571 + j 4,705882 − 0,588235 + j 2,352941 0 ⎥
⎢ ⎥
Ybus =⎢ 0 − 1,176571 + j 4,705882 2,352941 − j 9,411764 0 − 1,176471 + j 4,705882⎥
⎢ ⎥
⎢ − 0 ,392157 + j1,568627 − 0,588235 + j 2,352941 0 0,980392 − j 3,921568 0 ⎥
⎢⎣ − 1,176471
1 64 1 + j 4,705882
0 882 0 − 1,176471
1 64 1 + j 4,705882
0 882 0 411 64 ⎥⎦
3 2942 − j 9,411764
2,352942

Proses Iterasi
Harga Awal/iterasi ke nol:

V10 = 1,02∠00 = 1,02 + j 0 (tetap )


V20 = 1,00∠00 = 1,00 + j 0
V30 = 1,04∠00 = 1,04 + j 0
V40 = 1,00∠00 = 1,00 + j 0
V50 = 1,00∠00 = 1,00 + j 0
Dari persamaan aliran daya, untuk iterasi ke 1 adalah:

Qi = Vi * ∑ Yij .V j
Pi − jQ
Untuk bus 2 :
P2 − jQ2 = V2* (Y21.V1 + Y22 .V2 + Y23 .V3 + Y24 .V4 )

V =
1
2
1 ⎡ ( P2 − jQ2 )

Y22 ⎣ V2 *0
(0 0 0 ⎤
− Y21.V1 + Y23 .V3 + Y24 .V4 ⎥ )

Tegangan di Bus 2:

P2 − jQ2
*
= Y21.V1 + Y22 .V2 + Y23 .V3 + Y24 .V4
V2
1 ⎡ P2 − jQ2 0 ⎤
V =
1
2 ⎢
Y22 ⎣ V2 *
(
− Y21.V1 + Y23 .V3 + Y24 .V4 ⎥
0 0
)

1 − 0,6 + j 0,3
V2 =
1
[ − (1,02(−0,588235 + j 2,352941)
Y22 1,0 + j 0
+ 1,04(−1,176471 + j 4,705882)
+ 1,0(−0,588235 + j 2,352941)]
1
= (−0,6 + j 0,3 + 2,411764 − j 9,647058
Y22
1,811764 − j 9,347058
=
2,352941 − j 9,411764
= 0,980000 − j 0,052500 pu
Koreksi
1 − 0,6 + j 0,3
V =
2
1
[ + 2,411764 − j 9,647058]
Y22 0,980000 + j 0,052500
− 0,594141 + j 0,337951 + 2,411764 − j 9,647058
=
2,352941 − j 9,411764
= 0,976351 − j 0,050965 pu
Tegangan di bus 3 (Generator Bus)
N
Pk − jQk = V k
*
∑Y
n =1
kn .Vn

⎧ * N ⎫
Qk = − I m ⎨Vk ∑ Ykn .Vn ⎬
⎩ n =1 ⎭
{ [
Q3 = − I m V3* V30 .Y33 + V21.Y32 + V50 .Y35 ]}
= − I m {1,04[1,04(2,352941 − j 9,411764)
+ (0,976351 − j 0,050965)(−1,176471 + j 4,705882)
+ 1,0(−1,176471 + j 4,705882)]}
= 0,444913 pu
⎧ P3 − jQ3 ⎫
V =
3
1 1
⎨ 0*
1
(
− V2 .Y32 + V5 .Y35 ⎬
0
)
Y33 ⎩ V3 ⎭
1 1,0 − j 0,444913
V =
3
1
{ − [(0,976351 − j 0,050965)(−1,176471 + j 4,705882)
Y33 1,04
+ (1,0 + j 0)(−1,176471 + j 4,705882)]}
1
V =
3
1
{0,961538 − j 0,427801 + 2,085285 − j 9,360334}
Y33
3,046823 − j 9,788135
V =
3
1

2,352941 − j 9,411764
V31 = 1,054984 + j 0,059979

Koreksi
V30
V31 = .V31
V31
V30 = 1,04
V31 = 1,056688
1,04
V =
3
1
.(1,054984 + j 0,059979)
1,056688
V31 = 1,038322 + j 0,059032 pu
Tegangan di Bus 4:

⎡ P4 − jQ4 1 ⎤
V =
4
1 1
⎢ o*
( 0
)
− Y41.V1 + Y42 .V2 ⎥
Y44 ⎣ V4 ⎦
1 ⎡ − 0,4 + j 0,1 ⎛ (− 0,392157 + j1,568627 )x1,02 ⎞⎤
V4 =
1
⎢ − ⎜⎜ ⎟⎟⎥
Y44 ⎣ 1,0 + j 0 ⎝ + (−0,588235 + j 2,352941x(0,976351 − j 0,050965) ⎠⎦

1
= (−0,4 + j 0,1 + 0,851439 − j 3,92791)
Y44
− 0,451439 − j 3,82791
=
0,980392 − j 3,921568
= 0,946427 − j 0,116206 pu
Koreksi

1 ⎡ P4 − jQ4 1 ⎤
V =
4
1

Y44 ⎣ V4 1*
(
− Y41.V1 + Y42 .V2 ⎥
0
)

1 − 0,4 + j 0,1
V41 = [ + 0,851439 − j 3,92791]
0,980392 − j 3,921568 0,996427 + j 0,116206
= 0,032772 − j 0,104976 pu
Tegangan di Bus 5:

1 ⎡ P5 − jQ5 1 ⎤
V =
5
1

Y55 ⎣ V5 o*
(
− Y51.V1 + Y53 .V3 ⎥
0
)

1 ⎡ − 0,6 + j 0,2 ⎛ (− 1,176471 + j 4,705882 )x(1,02 + j 0) ⎞⎤
V =
5
1
⎢ − ⎜⎜ ⎟⎟⎥
Y55 ⎣ 1,0 + j 0 ⎝ + (−1,176471 + j 4,705882 x(1,038322 + j 0,059032) ⎠⎦

1
= (−0,6 + j 0,2 + 2,699352 − j 9,616771)
2,352942 − j 9,411764
2,099352 − j 9,416771
=
2,352942 − j 9,411764
= 0,994172 − j 0,024991 pu
Koreksi

1 ⎡ P4 − jQ4 1 ⎤
V =
5
1

Y55 ⎣ V5 1*
(
− Y51.V1 + Y53 .V3 ⎥
0
)

1 − 0,6 + j 0,2
V51 = [ + 2,699352 − j 9,616771]
2,352942 − j 9,411764 0,994172 + j 0,02499
= 0,992819 − j 0,019463 pu
Demikian seterusnya
y dihitungg tegangan
g g semua bus (sampai
( p bus 5) pada
)p
iterasi 1 Kemudian dihitung:

ΔV2 = (0,976351 − j 0,050965) − (1,0 + j 0)


ΔV2 = V − V
1
2 2
0
= − 0,023649 − j 0,050965
ΔV3 = V31 − V30 = 0,056178
ΔV4 = (0,932772 − j 0,104976) − (1,0 + j 0)
ΔV4 = V − V
1
4 4
0

= − 0,067228 − j 0,104976
ΔV5 = V51 − V50 = 0,059057
Semua ΔV < toleransi (misal 0,0001)
Bila ya proses iterasi selesai ( stop )
Bila tidak lanjut ke iterasi kedua
Koreksi ΔV

ΔV2 = V21 − V2o = (0,976351 − j 0,050965) − (1 + j 0)


= 0,056178 < Toleransi ?
ΔV3 = V − V = (1,038822 + j 0,059032) − (1,04 + j 0)
3
1
3
o

= 0,059057 < Toleransi ?


ΔV4 = V41 − V4o = (0,932772 − j 0,104976) − (1 + j 0)
= 0,059057 < Toleransi ?
ΔV5 = V − V = (0,992819 − j 0,001946) − (1 + j 0)
5
1
5
o

= 0,020736 < Toleransi ?


Koreksi Dengan
g Faktor Percepatan
p ((α=1,6)
, )

Jika /ΔV/ < dari toleransi, berarti iterasi sudah selesai,  dan jika /ΔV/ > 


dari toleransi berarti lanjut ke iterasi berikutnya, yang didahului koreksi
dengan mempergunakan factor percepatan α=1,6, dengan cara:

V11 = 1,02 + j 0,0 (tetap karena Slack bus )


V21 = V2o + αΔV2
= (1,0 + j 0,0) + 1,6(−0,023649 − j 0,050965)
= 0,962161 − j 0,081544
V = tetap ( generator bus )
3
1

V = V + αΔV4
1
4 4
o

= (1,0 + j 0,0) + 1,6(−0,067228 − j 0,104976)


= 0,892435 − j 0,167961
V51 = V5o + αΔV5
= (1,0 + j 0,0) + 1,6(−0,007181 − j 0,019463)
= 0,988510 − j 0,0311408
Nilai tegangan ini digunakan sebagai harga awal untuk menghitung
tegangan
g g bus padap iterasi ke dua. Demikian seterusnya
y sampai
p
terpenuhi angka konvergen /ΔV/< toleransi.

Untuk contoh di atas, dengan


atas dengan faktor percepatan 1,6 dan
1 6 dan toleransi
0,0001  dibutuhkan perhitungan sebanyak 20 kali iterasi
Contoh Simulasi Program Komputer
3,2 1
1,0L0
800Mw

1,2,(0.0008,.0156),(.00,.00) Z=0,0008+j0,0156 2
2,3,(0.0142,.0554),(0.0,0.0) 1,0L0
283,5 
,
Mw;26,9MV
ar
Z=0,0142+j0,0554
1,(1.00,0.00),(800,0.0),(0.0,0.0),2
3
2,(1.00,0.00),(0.0,0.0),(283.5,26.9),3 1,117L0

3,(1.117,.00),(0.0,0.0),(0.000,0.00),1

1,0.000,999.000
10000,0.0001,1.6
Prinsip Penyelesaian Metode
Newton Raphson
Newton‐Raphson
F(x)

ΔF0

ΔF2 ΔF1

X2 X1 X0
ΔX2 ΔX1

X0 merupakan iterasi ke nol


X1 merupakan iterasi ke satu
X2 merupakan iterasi ke dua
Persamaan/Fungsi Satu Variabel:
f ( x) = 0
Dengan menggunakan " deret taylor":
1 df ( x0 ) 1 df 2 ( x0 )
f ( x) = f ( x0 ) + ! ( x − x0 ) + ! 2
( x − x0 ) 2
+ ....
1 dx 2 dx
1 df n ( x0 )
... + ! n
( x − x 0 ) n
=0
n dx
Dengan pendekatan " Linier":
df ( x0 )
f ( x) = f ( x0 ) + ( x − x0 ) = 0
dx
Sehingga diperoleh :
f ( x0 )
x1 = x0 −
df ( x0 ) / dx
Atau dapat ditulis sebagai berikut:
( 0)
f (x )
x (1)
=x (0)

df ( x ( 0 ) ) / dx
x (0)
= harga awal
x = harga pada iterasi ke 1
(1)

Rumus untuk iterasi ke (k + 1)


(k )
( k +1) f (x )
x =x (k )

df ( x ( k ) ) / dx
Contoh Penerapan Metode Newton‐Raphson
F ( x) = x 3 − 64 Fungsi dengan satu variabel
F! ( x) = 3 x 2
x0 = 5
xn +1 = xn − Δxn
F ( xn )
Δxn = !
F ( xn )
x 3 − 64
= 2
3 xn
125 − 64
Δx1 = = 0,8133
75
x1 = 5 − 0,8133 = 4,1867
(4,1867) 3 − 64
Δx2 = 2
= 0,1785
3.((4,1867)
x2 = 4,1867 − 0,1785 = 4,0082
dan seterusnya untuk iterasi selanjutnya
Contoh Penerapan Metode Newton Raphson
Fungsi dengan 2 Variabel:

F1 = x12 + x22 − 5 x1 = 0
F2 = x12 − x22 + 1,5 x2 = 0
∂F1 ∂F1
= 2 x1 − 5; = 2 x2
∂x1 ∂x2
∂F2 ∂F2
= 2 x1 ; = −2 x2 + 1,5
∂x1 ∂x2
x1( 0 ) = 3 dan x2( 0 ) = 3
F = 3 + 3 − 5.3 = 3
1
0 2 2

F20 = 32 − 32 + 1,5.3 = 4,5


∂F10 ∂F10
= (2)(3) − 5 = 1 = (2)(3) = 6
∂x1 ∂x2
∂F20 ∂F20
= (2)(3) = 6 = (−2)(3) + 1,5 = −4,5
∂x1 ∂x2
Dalam matrik :
⎡ ∂F1 ∂F1 ⎤
⎢ ∂x ∂ x ⎥ ⎡ Δx1 ⎤ ⎡ Δf1 ⎤
⎢ 1 2
⎥.⎢ 11 ⎥ = ⎢ ⎥
⎢ ∂F2 ∂F2 ⎥ ⎣Δx2 ⎦ ⎣Δf 2 ⎦
⎢⎣ ∂x1 ∂x2 ⎥⎦
Δf1 = f ( x) − f ( x0 ) = 0 − 3 = −3
Δf 2 = f ( x) − f ( x0 ) = 0 − 4,5 = −4,5
⎡1 6 ⎤ ⎡ Δx11 ⎤ ⎡ − 3 ⎤
⎢6 − 4,5⎥.⎢ 1 ⎥ = ⎢− 4,5⎥
⎣ ⎦ ⎣Δx2 ⎦ ⎣ ⎦
Dihitung :
Δxx1 = −1
Δ
Δx2 = −0,333
Jadi harga x11 dan x 22 :
x11 = x10 + Δx11 = 3 − 1 = 2
x12 = x20 + Δx12 = 3 − 0,333 = 2,667
P hit
Perhitunga i 2:
n iterasi
it
F11 = 2 2 + 2,667 2 − 5.2 = 1,1129
F21 = 2 2 − (2,667) 2 + 1,5(2,667) = 0,8876
∂F11 ∂F11
= (2)(2) − 5 = 1 = (2)(2,667) = 5,334
∂x1 ∂x2
∂F21 ∂F21
= (2)(2) = 4 = (−2)(2,667) + 1,5 = −3,834
∂x1 ∂x2
Dalam matrik :
⎡ ∂F1 ∂F1 ⎤
⎢ ∂x ∂x2 ⎥ ⎡Δx1 ⎤ ⎡ Δf1 ⎤
2
⎢ 1 ⎥. =
⎢ ∂F2 ∂F2 ⎥ ⎢⎣Δx22 ⎥⎦ ⎢⎣Δf 2 ⎥⎦
⎢⎣ ∂x1 ∂x2 ⎥⎦

Δf1 = f ( x) − f ( x1 ) = 0 − 1,1129 = −1,1129


Δf 2 = f ( x) − f ( x1 ) = 0 − 0,8876 = −0,8876
⎡− 1 5,334 ⎤ ⎡Δx12 ⎤ ⎡ − 1,1129 ⎤
⎢ 4 − 3,834⎥.⎢ 2 ⎥ = ⎢− 0,8876⎥
⎣ ⎦ ⎣Δx2 ⎦ ⎣ ⎦
Dihitung :
Δx = −0,5143
2
1

Δx = −0,3051
2
2
2 2
Jadi harga x dan x :
1 2

x = x + Δx = 2 − 0,5143 = 1,4857
2
1
1
1
2
1

x = x + Δx = 2,667 − 0,3051 = 2,3619


2
2
1
2
2
2
Iterasi X1 X2
0 3 3
1 2 2,667
. . .
. . .
7 1,0004
, 2,0003
,
8 1,00000189 2,00000149

Untuk contoh di atas dibutuhkan 8 kali iterasi


Dengan nilai akhir X1 =1,00
1,00 dan
dan X2 =2,00
2,00 
Elemen dari Jacobian Matrik:
⎡ ∂Pi ∂Pi ⎤
H
⎢ ij ∂θ= N ij = Vj ⎥
∂Vj
⎢ j

⎢ ∂Qi ∂Qi ⎥
⎢ J ij = ∂θ Lij =
∂Vj
Vj ⎥
⎣ j ⎦
⎡ ⎤
⎡ H 22 H 23 N 23 ⎤ ⎢ Δθ 2 ⎥ ⎡ ΔP ⎤
⎢H ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ 2⎥
⎢ 32 H 33 N 33 ⎥.⎢ Δθ 3 ⎥ = ⎢ ΔP3 ⎥
⎢⎣ J 32 L33 ⎥⎦ ⎢ Δ V3 ⎥ ⎢ΔQ ⎥
⎥ ⎣ 3⎦
J 33

⎣⎢ V3 ⎥⎦

Jacobian
Matrik
Elemen Jacobian Matrik masing‐masing Bus
Type Bus Elemen Jacobian
Matrik
Slack ‐
Generator Bus Hij
Load Bus
Load Bus Hij , JJij ,  LLij ,  N
Nij

Rumus Aliran Daya N


Pi = Vi .∑ V j [Gij cos(θ i − θ j ) +Bij sin(θ i − θ j )]
j =1
N
Qi = Vi .∑ V j [Gij sin(θ i − θ j ) − Bij cos(θ i − θ j )]
j =1

Vi = Vi e jθi
= Vi ∠θ i
Yij = Gij + jBij
Metode Newton‐Raphson
2 1
Y=4‐j10 pu Y=4‐j5 pu

P2=1,70 pu
, p 3
0 L00 pu
/V1/=1,0 L0
/V1/=1
/V2/=1,1249 pu
P3= ‐2 pu
Q3= ‐1 pu

Persamaan Non Linier:

P1 = V1 V1 {G11 cos(θ1 −θ1) + B11 ssin((θ1 −θ1)}+ V1 V3 {G13 cos(θ1 −θ3 ) + B13 ssin((θ1 −θ3 )}
P1 = V1 V1 G11 + V1 V3 {G13 cos(θ1 −θ3 ) + B13 sin(θ1 −θ3 )}
P1 = V1 V1 G11 + V1 V3 G13 cos(θ1 −θ3 ) + V1 V3 B13 sin(θ1 −θ3 )
Q1 = V1 V1 {G11 sin(θ1 −θ1) − B11 cos(θ1 −θ1)}+ V1 V3 {G13 sin(θ1 −θ3 ) − B13 cos(θ1 −θ3 )}
Q1 = −V1 V1 B11 + V1 V3 {G13 sin(θ1 −θ3 ) − B13 cos(θ1 −θ3 )}
Q1 = −V1 V1 B11 + V1 V3 G13 sin(θ1 −θ3 ) − V1 V3 B13 cos(θ1 −θ3 )
P2 = V2 V2 {G22 cos(θ2 −θ2 ) + B22 sin(θ2 −θ2 )}+ V2 V3 {G23 cos(θ2 −θ3 ) + B23 sin(θ2 −θ3 )}
P2 = V2 V2 G22 + V2 V3 {G23 cos((θ2 −θ3 ) + B23 sin((θ2 −θ3 )}
P2 = V2 V2 G22 + V2 V3 G23 cos(θ2 −θ3 ) + V2 V3 B23 sin(θ2 −θ3 )
Q2 = V2 V2 {G22 sin((θ2 −θ2 ) − B22 cos((θ2 −θ2 )}+ V2 V3 {G23 sin((θ2 −θ3 ) − B23 cos((θ2 −θ3 )}
Q2 = −V2 V2 B22 + V2 V3 {G23 sin(θ2 −θ3 ) − B23 cos(θ2 −θ3 )}
Q2 = −V2 V2 B22 + V2 V3 G23 sin((θ2 −θ3 ) − V2 V3 B23 cos((θ2 −θ3 )
P3 = V3 V1 {G31 cos(θ3 −θ1) + B31 sin(θ3 −θ1)}+ V3 V2 {G32 cos(θ3 −θ2 ) + B32 sin(θ3 −θ2 )}
+ V3 V3 {G33 cos(θ3 −θ3 ) + B33 sin(θ3 −θ3 )}
P3 = V3 V1 G31 cos(θ3 −θ1) + V3 V1 B31 sin(θ3 −θ1) + V3 V2 G32 cos(θ3 −θ2 )
+ V3 V2 B32 sin(θ3 −θ2 ) + V3 V3 G33
Q3 = V3 V1 {G31 sin(θ3 −θ1) − B31 cos(θ3 −θ1)}+ V3 V2 {G32 sin(θ3 −θ2 ) − B32 cos(θ3 −θ2 )}
i (θ3 −θ3 ) − B33 cos((θ3 −θ3 )}
+ V3 V3 {G33 sin(
Q3 = V3 V1 {G31 sin(θ3 −θ1) − B31 cos(θ3 −θ1)}
i (θ3 −θ2 ) − B32 cos((θ3 −θ2 )}− V3 V3 B33
+ V3 V2 {G32 sin(
Q3 = V3 V1 G31 sin(θ3 −θ1) − V3 V1 B31 cos(θ3 −θ1) + V3 V2 G32 sin(θ3 −θ2 )
− V3 V2 B32 cos(θ3 −θ2 ) − V3 V3 B33
* Persamaandi atas digunakanuntuk menghitung/ V / danθ dari tiap bus
* Persamaan
P di atas
t merupakank fungsi
f idari d θ tiap
d i / V / dan b .
ti bus
Persamaan Yang Digunakan Untuk Menghitung /V/ dan Ɵ
Pada Setiap Iterasi Adalah:
⎡ ∂P2 ∂P2 ∂P2 ⎤
⎢ V3 ⎥ ⎡ ⎤
⎢ ∂θ 2 ∂θ 3 ∂ V3 ⎥ ⎢ Δθ 2 ⎥ ⎡ ΔP2 ⎤
⎢ ∂P3 ∂P3 ∂P3 ⎥ ⎢ ⎥ ⎢
⎢ ∂θ V3 ⎥ . ⎢ Δθ 3 ⎥ = ⎢ ΔP3 ⎥⎥
∂θ 3 ∂ V3
⎢ 2 ⎥ ⎢ Δ V3 ⎥ ⎢⎣ΔQ3 ⎥⎦
⎢ ∂Q3 ∂Q3 ∂Q3 ⎢ ⎥
V3 ⎥ ⎣⎢ V3 ⎥⎦
⎢ ⎥
⎣ ∂θ 2 ∂θ 3 ∂ V3 ⎦
⎡ ⎤
⎡ H 22 H 23 N 23 ⎤ ⎢ Δθ 2 ⎥ ⎡ ΔP2 ⎤
⎢H ⎢ ⎥ ⎢
⎢ 32 H 33 N 33 ⎥.⎢ Δθ 3 ⎥ = ⎢ ΔP3 ⎥⎥

⎢⎣ J 32 J 33 L33 ⎥⎦ ⎢ Δ V3 ⎥ ⎢⎣ΔQ3 ⎥⎦
⎢ ⎥
⎢⎣ V3 ⎥⎦ ⎡ 4 − j5 0 − 4 + j5 ⎤
YBUS = ⎢⎢ 0 4 − j10 − 4 + j10⎥⎥
⎣⎢− 4 + j 5 − 4 + j10 8 − j15 ⎥⎦
ΔP2 = P2 −{V2 V2 G22 + V2 V3 G23 cos(θ2 −θ3 ) + V2 V3 B23 sin(θ2 −θ3 )}

ΔP3 = P3 −{V3 V1 G31 cos(θ3 −θ1) + V3 V1 B31 sin(θ3 −θ1) + V3 V2 G32 cos(θ3 −θ2 )
+ V3 V2 B32 sin(θ3 −θ2 ) + V3 V3 G33}
ΔQ3 = Q3 −{V3 V1 G31 sin(θ3 −θ1) − V3 V1 B31 cos(θ3 −θ1) + V3 V2 G32 sin(θ3 −θ2 )
− V3 V2 B32 cos((θ3 −θ2 ) − V3 V3 B33}

∂P2
H 22 = = V2 V3 G23{− sin(θ 2 − θ 3 )}.1 + V2 V3 B23{cos(θ 2 − θ 3 )}.1
∂θ 2
∂P3
N 33 = V3 = V3 {V1 G31 cos(θ 3 − θ1 ) + V2 G32 cos(θ 3 − θ 2 ) + 2 V3 G33
V3
+ V1 B31 sin(θ 3 − θ1 ) + V2 B32 sin(θ 3 − θ 2 )}
∂P2
H 22 = = V2 V3 G23{− sin(θ 2 − θ 3 )}.1 + V2 V3 B23{cos(θ 2 − θ 3 )}.1
∂θ 2
= 0 + V2 V3 B23{cos(θ 2 − θ 3 )}.1
= (1,249 )(1,0 )(10) cos(0 − 0 ).1
= 11,249
∂P2
H 23 = = − V2 V3 G23 sin(θ 2 − θ 3 ).(
) (−1) + V2 V3 B23 cos(θ 2 − θ 3 ).(
) (−1)
∂θ 3
= 0 + V2 V3 B23{cos(θ 2 − θ 3 )}.(−1)
= (1,249 )(1,0 )(10) cos(0 − 0 ).(−1)
= −11,249
∂P2
N 23 = V3 = V3 {0 + V2 G23 cos(θ 2 − θ3 ) + V2 B23. sin(θ 2 − θ3 )}
V3
= V3 V2 G23 cos((θ 2 − θ3 ) + V3 V2 B23. sin((θ 2 − θ3 )
= (1,0).(1,249).(1).(−4). cos(0 − 0)
= −4,499
∂P3
H 32 = = 0 − V3 V2 G32 sin(θ3 − θ 2 ).(−1) + V3 V2 B32 cos(θ3 − θ 2 ).(−1)
∂θ 2
= 0 − 0 + (1,0).(1,1249), (10). cos(0 − 0).(−1)
= −11,249
∂P3
H 33 = = − V3 V1 G31 sin(θ3 − θ1 ).(1) − V3 V2 G32 sin(θ3 − θ 2 ).(1)
∂θ3
+ V3 V1 B31 cos(θ3 − θ1 ).(1) + V3 V2 B32 cos(θ3 − θ 2 ).(1)
= V3 V1 B31 cos((θ3 − θ1 ).(
) (1) + V3 V2 B32 cos((θ3 − θ 2 ).(
) (1)
= (1,0)(1,0)(5) cos(0 − 0)(1) + (1,0)(1,1249)(10) cos(0 − 0)(1)
= 16,249
∂P3
N33 = V3 = V3 {V1 G31 cos(θ3 − θ1 ) + V2 G32 cos(θ3 − θ 2 ) + 2 V3 G33 }
∂ V3
∂V
= (1,0).{(1,0).(−4) cos(0 − 0) + (1,1249).(−4). cos(0 − 0) + (2).(1,0).(8)}
= 7,501
∂Q3
J 32 = = V3 V2 G32 cos(θ 3 − θ 2 )( −1) + V3 V2 B32 sin(θ 3 − θ 2 ).(
) ( −1)
∂θ 2
= V3 V2 G32 cos(θ 3 − θ 2 ).( −1) + 0
= (1,0)(1,1249 )( −4) cos( 0 − 0)( −1) = 4,499
∂Q3
J 33 = = V3 V1 G31 cos(θ 3 − θ1 )(1) + V3 V2 G32 cos(θ 3 − θ 2 ).(1)
∂θ 3
+ V3 V1 B31 sin(θ 3 − θ 2 ).(1) + V3 V2 B32 sin(θ 3 − θ 2 ).(1)
= (1,0)(1,0)( −4) cos( 0 − 0)(1) + (1,0)(1,1249 )( −4) cos( 0 − 0)(1)
= −8,499
∂Q3
L33 = V3 = V3 {− V1 B31 cos(θ 3 − θ1 ) − V2 B32 cos(θ 3 − θ 2 ) − 2 V3 B33 }
∂ V3
= (1,0){− (1,0)(5) cos(( 0 − 0) − (1,1249 )(10 ) cos(( 0 − 0) − ( 2)(1,0)( −15)}
= 13,751
Sedangkan:

ΔP2 = P2 −{V2 V2 G22 + V2 V3 G23cos(θ2 − θ3 ) + V2 V3 B23sin(θ2 − θ3 )}


,1249)(4)+ (1,1249)(1
⎧(1,1249)(1 ,0)(−4)cos(0− 0)⎫
= 1,7− ⎨ ⎬
⎩+ (1,1249)(1
,0)(10)sin(0 − 0) ⎭
= 1,137
ΔP3 = P3 −{V3 V1 G31 cos(θ3 −θ1) + V3 V2 G32 cos(θ3 −θ2 ) + V3 V3 G33
+ V3 V1 B31 sin(θ3 −θ1) + V3 V2 B32 sin(θ3 −θ2 )}
⎧(1,0)(1,0)(−4) cos(0 − 0) + (1,0)(1,1249)(−4) cos(0 − 0) ⎫
= −2 − ⎨ ⎬
⎩(1,0)(1,0)(8) + (1,0)(1,0)(5) sin(0 − 0) + (1,0)(1,1249)(10) sin(0 − 0)⎭
= −1,501

ΔQ3 = Q3 −{V3 V1 G31 sin((θ3 −θ1) + V3 V2 G32 sin((θ3 −θ2 ) − V3 V1 B31 cos((θ3 −θ1)
− V3 V2 B32 cos(θ3 −θ2 ) − V3 V3 B33}
⎧(1,0)(1,0)(5) sin(0 − 0) + (1,0)(1,1249)(−4) sin(0 − 0) ⎫
= −1− ⎨ ⎬
⎩− (1,0)(1,0)(5) cos(0 − 0) − (1,0)(1,1249)(10) cos(0 − 0) − (1,0)(1,0)(−15)⎭
= 0,249
Dalam Bentuk Matrik:
⎡ ⎤
⎡ 11,249 − 11,249 − 4,499⎤ ⎢ Δθ 2 ⎥ ⎡ 1,137 ⎤
⎢− 11,249 16,249 ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎢ 7 ,501 ⎥ ⎢ Δ θ 3 ⎥ = ⎢− 1,501⎥
⎢⎣ 4,499 − 8,499 13,751 ⎥⎦ ⎢ Δ V3 ⎥ ⎢ 0,249 ⎥
⎢ ⎥ ⎣ ⎦
⎣ 1,0 ⎦

⎡ 11,249 − 11,249 − 4,499⎤



D = ⎢− 11,249 16,249
Det ⎥
7,501 ⎥ = 1009,7
⎢⎣ 4,499 − 8,499 13,751 ⎥⎦
1,137 − 11,249 − 4,499
− 1,501 16,249 7,501
0,249 − 8,499 13,751 34,15
Δθ 2 = = 0,0338
1009,7 1009,7
Dengan cara yang sama :
Δθ 3 = −0,056
ΔV3 = −0,027
Tegang dan Sudut Tegangan bus pada iterasi 1 adalah:

V = 1,0∠0 (tetap, slack bus )


1
1 o

V = 1,1249∠(0 + Δθ 2 )
2
1

= 1,1249∠(0 + 0,0338 )
o o

= 1,1249∠0,0338o
V = (1,0 + Δ V3 )∠(0 + Δθ 3 )
3
1 o

= (1,0 − 0,0277)∠(0 − 0,056)


o

= 0,9723∠ − 0,056 o

Anda mungkin juga menyukai