Anda di halaman 1dari 14

FAKTOR DAYA

NAMA : KEVIN REYNALDI


NIM : 2224210233
DOSEN PENGAMPU : PARLIN SIAGIAN, S.T., M.T.
MATA KULIAH : RANGKAIAN LISTRIK AC

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
BULAN JANUARI TAHUN 2023

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................3
1.1 Dasar Teori..............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................5
2.1 Pengertian Faktor Daya...........................................................................5
2.2 Sifat Faktor Daya....................................................................................9
2.3 Perbaikan Faktor Daya............................................................................11
2.4 Perhitungan Perbaikan Faktor Daya........................................................12
BAB III KESIMPULAN................................................................................14

BAB I

2
PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori


Satuan daya yang terpasang dirumah/konsumen adalah VA (volt-ampere),
itu merupakan daya yang terpasang atau daya pengenal, jadi jika konsumen
berlangganan sebesar 450 VA, dengan tegangan 220 V maka arusnya sebesar 2
A, makanya MCB nya juga akan sebesar 2 A.
Dalam sistem listrik AC/Arus Bolak-Balik ada tiga jenis daya yang
dikenal, khususnya untuk beban yang memiliki impedansi (Z), yaitu:
1. Daya semu (S, VA, Volt Amper)
2. Daya aktif (P, W, Watt)
3. Daya reaktif (Q, VAR, Volt Amper Reaktif)
Untuk rangkaian listrik AC, bentuk gelombang tegangan dan arus adalah
sinusoida, sehingga besarnya daya setiap saat tidak sama. Maka daya yang
merupakan daya rata-rata diukur dengan satuan Watt, Daya ini membentuk
energi aktif persatuan waktu, dan dapat diukur dengan kwh meter dan juga
merupakan daya nyata atau daya aktif (daya poros, daya yang sebenarnya) yang
digunakan oleh beban untuk melakukan tugas/usaha tertentu.
Sedangkan daya semu dinyatakan dengan satuan Volt-Ampere (disingkat,
VA), menyatakan kapasitas peralatan listrik, seperti yang tertera pada peralatan
generator, transformator dan bahkan di KWh meter rumah kita.
Pada suatu instalasi, khususnya di pabrik/industri juga terdapat beban
tertentu seperti motor listrik, yang memerlukan bentuk lain dari daya, yaitu
daya reaktif (VAR) untuk membuat medan magnet atau dengan kata lain daya
reaktif adalah daya yang terpakai sebagai energi pembangkitan flux magnetik
sehingga timbul magnetisasi dan daya ini dikembalikan ke sistem karena efek
induksi elektromagnetik itu sendiri, sehingga daya ini sebenarnya merupakan
beban (kebutuhan) pada suatu sistim tenaga listrik.

3
Namun selain pengertian daya diatas, ada juga yang dikenal dengan
Faktor daya atau faktor kerja, yaitu perbandingan antara daya aktif (watt)
dengan daya semu/daya total (VA), atau cosinus sudut antara daya aktif dan
daya semu/daya total. Daya reaktif yang tinggi akan meningkatkan sudut ini
dan sebagai hasilnya faktor daya akan menjadi lebih rendah. Faktor Daya /
Faktor kerja menggambarkan sudut phasa antara daya aktif dan daya semu.
Faktor daya selalu lebih kecil atau sama dengan satu. Faktor daya yang
rendah merugikan karena mengakibatkan arus beban tinggi. Perbaikan faktor
daya ini dapat dilakukan dengan menggunakan kapasitor.
Secara teoritis, jika seluruh beban daya yang dipasok oleh perusahaan
listrik negara (PLN) memiliki faktor daya satu, maka daya aktif (watt) yang
ditransfer setara dengan kapasitas daya terpasang (VA).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian faktor daya?
2. Sebutkan dan jelaskan sifat faktor daya?
3. Bagaimana cara untuk perbaikan faktor daya?
4. Bagaimana perhitungan perbaikan faktor daya?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian faktor daya
2. Mengetahui sifat-sifat faktor daya
3. Mengetahui cara memperbaiki faktor daya
4. Mengetahui perhitungan perbaikan faktor daya

BAB II

4
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Faktor Daya


Faktor daya (Cos φ ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan
antara daya aktif (Watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC
atau beda sudut fasa antara V dan I yang biasanya dinyatakan dalam cos φ.
Faktor Daya = Daya Aktif (P) / Daya Nyata (S)
= kW / kVA
= V.I Cos φ / V.I
= Cos φ
Dimana:
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)

Umumnyaa faktor daya listrik ini disebut juga coshinus phi (cos φ).
Beberapa istilah listrik yang perlu diketahui yang erat kaitannya dengan faktor
daya listrik antara lain:
1. Daya Aktif (P)
Daya aktif (Active Power) adalah daya yang terpakai untuk
melakukan energi sebenarnya. Daya aktif adalah daya yang dibutuhkan
oleh beban resistif. Daya aktif menunjukkan adanya aliran energi listrik
dari pembangkit listrik ke jaringan beban untuk dapat dikonversikan
menjadi energi lain. Sebagai contoh, daya aktif yang digunakan untuk
menyalakan kompor listrik. Energi listrik yang mengalir dari jaringan dan
masuk ke kompor listrik, dikonversikan menjadi energi panas oleh
elemen pemanas kompor tersebut. Satuan daya aktif adalah Watt.
Daya listrik pada arus listrik DC, dirumuskan sebagai perkalian arus
listrik dengan tegangan.

5
P = V. I
Dimana:
P = Daya aktif (Watt)
V = Tegangan (Volt)

Namun pada listrik AC perhitungan daya menjadi sedikit berbeda


karena melibatkan faktor daya (cos φ).
P = V . I . Cos φ ( untuk sistem 1 phase )
P = 3. VL . IL . cos φ ( untuk sistem 3 phase )
Dimana:
P = Daya aktif (watt)
V = Tegangan ( volt)
I = Arus (ampere)
Cos φ = Faktor daya
VL = Tegngan jaringan (volt)
IL = Arus jaringan (ampere)

Gelombang arus dan tegangan berada pada fase yang sama (0°) dan
tidak ada yang saling mendahului seperti pada beban induktif dan
kapasitif. Dengan kata lain nilai dari faktor daya (cos φ) adalah 1.
Sehingga dengan menggunakan rumus daya di atas maka nilai dari daya
listrik pada satu titik posisi jaringan tertentu memiliki nilai yang selalu
positif. Nilai daya yang selalu positif ini menunjukkan bahwa 100% daya
mengalir ke arah beban listrik dan tidak ada aliran balik ke arah
pembangkit. Inilah daya aktif, daya yang murni diserap oleh beban
resistif, daya yang menandai adanya energi listrik terkonversi menjadi
energi lain pada beban resistif. Daya aktif secara efektif menghasilkan
kerja yang nyata di sisi beban listrik.

6
2. Daya Reaktif (Q)
Secara sederhana, daya reaktif (Reactive Power) adalah daya yang
dibutuhkan untuk membangkitkan medan magnet di kumparan-kumparan
beban induktif. Seperti pada motor listrik induksi misalnya, medan
magnet yang dibangkitkan oleh daya reaktif di kumparan stator berfungsi
untuk menginduksi rotor sehingga tercipta medan magnet induksi pada
komponen rotor. Pada trafo, daya reaktif berfungsi untuk membangkitkan
medan magnet pada kumparan primer, sehingga medan magnet primer
tersebut menginduksi kumparan sekunder. Daya reaktif diserap oleh
beban-beban induktif, namun justru dihasilkan oleh beban kapasitif.
Peralatan-peralatan kapasitif seperti lampu neon, bank kapasitor, bersifat
menghasilkan daya reaktif ini. Daya reaktif juga ditanggung oleh
pembangkit listrik. Satuan daya reaktif adalah Volt-ampere reactive dan
disingkat dengan Var.
Daya reaktif, sebenarnya bukanlah sebuah daya yang
sesungguhnya. Daya reaktif tidak menunjukkan adanya perpindahan
energi listrik, daya aktiflah yang menjadi bilangan penunjuk adanya
perpindahan energi listrik.
Daya reaktif adalah daya imajiner yang menunjukkan adanya
pergeseran grafik sinusoidal arus dan tegangan listrik AC akibat adanya
beban reaktif. Daya reaktif memiliki fungsi yang sama dengan faktor
daya atau juga bilangan cos Ø. Daya reaktif ataupun faktor daya akan
memiliki nilai (≠0) jika terjadi pergeseran grafik sinusoidal tegangan
ataupun arus listrik AC, yakni pada saat beban listrik AC bersifat induktif
ataupun kapasitif. Sedangkan jika beban listrik AC bersifat murni resistif,
maka nilai dari daya reaktif akan nol (=0). Secara matematis dapat ditulis:
Q = V . I . Sin φ ( untuk sistem 1 phase )
Q = 3 . VL . IL . Sin φ ( untuk sistem 3 phase )

7
Dimana:
Q = Daya Reaktif (VAR)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
VL = Tegangan jaringan (Volt)
IL = Arus jaringan (ampere)

3. Daya Semu (S)


Daya Semu adalah daya yang dihasilkan oleh perkalian antara
tegangan dan arus dalam suatu jaringan atau daya yang merupakan hasil
penjumlahantrigonometri daya aktif dan daya reaktif. Daya semu ialah
dayayang dikeluarkan sumber alternation current (AC) atau diserap oleh
beban. Satuan dari daya semu yaitu volt ampere (VA). Berikut persamaan
dari daya semu.
S =  V x I      ( untuk sistem phase )
S =  √3 x V x I      ( untuk sistem 3 phase )
Dimana:
V = Tegangan antar phase dari sistem, satuan volt
I = Arus listrik beban, satuan ampere
S = Daya buta , satuan volt ampere.

Hal ini dapat pula dinyatakan sebagai penjumlahan secara vektoris


antara daya aktif dengan daya reaktif.

8
Gambar 2.1 Segitiga Daya.

Hubungan antara ketiga daya listrik tersebut, secara matematika


dapat dinyatakan sebagai berikut :

2.2 Sifat Faktor Daya


Pada suatu sistem tenaga listrik memiliki 3 jenis faktor daya yaitu faktor
daya unity, faktor daya mendahului (leading) dan faktor daya terbelakang
(lagging) yang ditentukan oleh jenis beban pada sistem tenaga listrik.
1. Faktor Daya Unity Faktor daya unity adalah keadaan saat nilai cos φ
adalah satu dan tegangan sephasa dengan arus. Faktor daya unity akan
terjadi bila jenis beban adalah resistif murni.

Gambar 2.2 Arus Sephasa Dengan Tegangan

9
Pada gambar diatas terlihat nilai cos φ sama dengan 1 yang
menyebabkan jumlah daya nyata yang dikonsumsi beban sama dengan
daya semu.

2. Faktor Daya Mendahului (Leading)


Faktor daya mendahului (leading) adalalah keadaan faktor daya saat
memiliki kondisi-kondisi beban atau peralatan listrik memberikan daya
reaktif dari sistem atau beban bersifat kapasitif. Apabila arsu mendahului
tegangan maka faktor daya ini dikatakan “leading”.

Gambar 2.3 Arus Mendahului Tegangan Sebesar Sudut Phi

Gambar 2.4 Faktor Daya “Leading”

Berdasarakan gambar 2.4 terlihat bawa arus mendahului tegangan


maka daya reaktif tertinggal dari daya semu, berarti beban memberikan
daya reaktif kepada sistem.

3. Faktor Daya Terbelakang (lagging)

10
Faktor daya terbelakang (lagginng) adalah keadaan faktor daya saat
memiliki kondisi-kondisi beban atau perlahan listrik memerlukan daya
reaktiif dari sistem atau beban bersifaat induktif. Apabila tegangan
mendahului arus, maka faktor daya ini dikatakan “lagging”.

Gambar 2.5 Arus Tertinggal Dari Tegangan Sebesar Sudut

Gambar 2.5 Faktor Daya “Lagging”

Berdasarkan gambar 2.6 terlihat bahwa arus tertinggal dari tegangan


maka daya reakif mendahului daya semu, berarti beban membutukan atau
menerima daya reaktif dari sistem.

2.3 Perbaikan Faktor Daya


Untuk memperbaiki besarnya faktor daya listrik ini dapat dilakukan
dengan memasang kapasitor daya secara paralel terhadap beban listrik tersebut.

11
Hal ini dikarenakan pada faktor daya listrik yang rendah, peralatan listrik
banyak menarik daya reaktif induktif sehingga perlu dikompensir dengan daya
reaktif kapasitif agar faktor daya listrik dari peralatan tersebut menjadi lebih
besar.
Besarnya rating kapasitor daya dapat ditentukan setelah didapat data-data
dari peralatan listrik, kemudian dilakukan perhitungan untuk mendapatkan
rating kapasitor daya tersebut.
Rating kapasitor daya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
Qc = P (tan phi 1 - tan phi 2 )
Dimana:
Qc = besarnya rating kapasitor daya ( KVAr )
p = daya aktif atau beban listrik ( Kw )
tan phi 1 = diperoleh dari faktor daya listrik / cos phi awal
tan phi 2 = diperoleh dari faktor daya listrik / cos phi yang diinginkan.

2.4 Perhitungan Faktor Faktor Daya


Dari data-data yang didapat dan hasil pengukuran yang dilakukan di suatu
pabrik diperoleh data:
Daya terpasang / daya buta = 630 KVA
Arus maksimum = 550 Ampere
Tegangan sistem = 380 Volt
Faktor daya listrik / cos phi = 0,60
Frekuensi = 50 Hz
Faktor daya listrik pabrik tersebut akan diperbaiki menjadi 0,95 dengan
menggunakan kapasitor daya.
Dari data-data tersebut diatas dapat dihitung besarnya daya aktif / beban pabrik
tersebut dengan menggunakan persamaan :
P = √3 x V x I x cos phi1
= 1,73 x 380 x 550 x 0,60

12
= 216.942 Watt
= 216,94 kW

Besarnya rating kapasitor daya dapat dihitung dengan menggunakan


persamaan:
Qc = P ( tan phi1 - tan phi2 )
Dimana:
cos phi 1 = 0,60, maka tan phi 1 = 1,33
cos phi 2 = 0,95, maka tan phi2 = 0,33
Jadi :
Qc = 216,94 ( 1,33 – 0,33 )
= 216,94 KVAr
Untuk memperbaiki faktor daya listrik/cos phi dari 0,60 menjadi 0,95
dibutuhkan power kapasitor dengan rating sebesar 216,94 KVAr atau ( 8 x 30
KVAr ).

13
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa faktor daya


adalah rasio perbandingan antara daya aktif (Watt) dan daya nyata (VA) yang
digunakan dalam sirkuit AC atau beda sudut fasa antara V dan I yang biasanya
dinyatakan dalam cos φ. Untuk memperbaiki besarnya faktor daya listrik ini
dapat dilakukan dengan memasang kapasitor daya secara paralel terhadap
beban listrik tersebut. Hal ini dikarenakan pada faktor daya listrik yang rendah,
peralatan listrik banyak menarik daya reaktif induktif sehingga perlu
dikompensir dengan daya reaktif kapasitif agar faktor daya listrik dari peralatan
tersebut menjadi lebih besar.

14

Anda mungkin juga menyukai