Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM PERTEMUAN KEDUA

(Keperawatan Kritis)

Dibuat oleh:
RESKI DEWI UTAMI
1633010

Dosen Pengampu: Ns. Dheni Koerniawan, M. Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
PALEMBANG
2019
1. Status Cairan dan Sirkulasi
Cairan dan elektrolit berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh
manusia. Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh dalam mengangkut zat
makanan ke dalam sel, sisa metabolisme, sebagai pelarut elektrolit
dannonelektrolit, memelihara suhu tubuh, mempermudah eliminasi, dan
membantu pencernaan. Prosedur pemenuhan kebuuhan cairan dan elektrolit
dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan melalui pemberian cairan per
oral atau intravena.
a. Pemberian cairan melalui infus
Pemberian cairan infus dapat diberikan pada pasien yag mengalami
pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tujuan pemberian ciran melalui
infus adalah untuk memenhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta infus
pengobatan dan pemberian nutrisi.
Alat dan Bahan
1) Standar infus 6) Torniket
2) Set infus 7) Kapas alkohol
3) Cairan sesuai program 8) Plaster
medik 9) Gunting
4) Jarum infus dengan ukuran 10) Kasa steril
yang sesuai 11) Betadin
5) Pengalas 12) Sarung tangan
Prosedur kerja
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Cuci tangan
3) Hubungan cairan dan infus set dengan menusukkan ke bagian karet atau
akses selang ke botol infus
4) Isi cairan ke dalam set infus dengan menahan ruang tetesan gingga
terisi sebagian dan buka klem selang hingga cairan memenuhi selang
dan udara selang keluar
5) Letakkan pengalas dibawah tempat (vena) yang akan dilakukan
penginfusan
6) Lakukan pembendungan dengan torniket (karet pembendung) 10-12 cm
di atas tempat penusukan dan anjurkan pasien untuk menggenggam
dengan gerakan sirkular (bila sadar)
7) Gunakan sarung tangan steril
8) Desinfektan darah yang akan ditusuk dengan kapas alkohol
9) Laukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian
bawah vena dan posisi jarum (abocath) mengarah ke atas
10) Perhatikan keluarnya darah melalui jarum (abocath). Apabila saat
penusukan terjadi pengeluaran darah melalui jarum (abocath) maka
tarik keluar bagian dalam (jarum) sambil meneruskan tusukan ke dalam
vena
11) Setelah jarum infu bagian dalam dilepaskan/ keluarkan, tahan bagian
atas vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak
keluar. Kemudian bagian infus dihubungkan dengan selang infus
12) Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang
diberikan
13) Lakukan fiksasi dengan kasa steril
14) Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum
15) Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
16) Catat jenis cairan, letak infus, kecepatan aliran, ukuran, dan tipe jarum
infus
(Uliyah, 2004, p. 73-80)

2. Status Respirasi
Oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dan diperlukan untuk
kehidupan. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui tiga cara, yaitu
melalui nasal, kanula, dan masker. Pemberian oksigen tersebut bertujuan
memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.
Alat dan bahan:
a. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humudifier
b. Nasal kateter, kanula, atau masker
c. Vaselin/lubrikan atau pelumas (jelly)
Cala pelaksanaan
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
c. Cek flowmeter dan humudifier
d. Hidupkan tabung oksigen
e. Atur posisi semi fowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi
pasien
f. Berikan oksigen melalui kanula atau masker
g. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga.
Setelah itu beri lubrikan dan masukkan
h. Catat pemberian dan lakukan observasi
i. Cuci tangan
(Hidayat, 2008, p. 42-43)

3. Glasgow Coma Scale (GCS)


Penilaian tingkat kesadaran secara kualitatif
Respon motorik 6
Nilai 6 : Mampu mengikuti perintah sederhana, seperti: mengangkat
tangan, menunjukkan jumlah jari, melepaskan gangguan
Nilai 5 : Mampu menunjuk dengan tepat pada tempat rangsangan nyeri
yang diberikan
Nilai 4 : Fleksi menghindari rangsangan nyeri tapi tidak mampu menunjuk
lokasi nyeri
Nilai 3 : Fleksi abnormal
Nilai 2 : Ekstensi abnormal
Nilai 1 : Tidak ada respon sama sekali

Respon verbal 5
Nilai 5 : Orientasi penuh mampu bicara (orang, tempat, waktu, lokasi)
Nilai 4 : “Confuse” orientasi tidak penuh
Nilai 3 : Bisa bicara, kata-kata jelas dan baik tapi tidak nyambung dengan
apa yang dibicarakan
Nilai 2 : Bisa bicara tapi tidak jelas artinya (mengerenyam)
Nilai 1 : Tidak bersuara apapun

Respon membuka mata 4


Nilai 4 : Membuka mata spontan saat disentuh
Nilai 3 : Mata baru terbuka jika diajak berbicara/dipanggil nama diperintah
Nilai 2 : Membuka mata bila rangsangan nyeri kuat
Nilai 1 : Tidak membuka mata sama sekali walaupun sudah diberi
rangsangan nyeri kuat

Status kesadaran kuantitatif


a. Compos mentis: Sadar penuh dengan skor 14-15
b. Apatis: Dengan skor 12-13
c. Somnolen: Dengan skor 10-11
d. Stupor: Dengan skor 7-9
e. Soporocoma: Dengan skor 4-6
f. Coma: Dengan skor 3

4. Analisa Gas Darah (AGD)


Analisa Gas Darah (AGD) adlah salah satu tes diagnostik untuk
menentukan status respirasi. Status respirasi yang dapat digambarkan melalui
pemeriksaan AGD adalah status oksigenisasi dan status asam basa.
Nilai normal hasil analisis gas darah arteri
Fungsi Pernapasan Pengukuran Nilai Normal
pH: konsentrasi ion 7,35-7,45
hidrogen
Keseimbangan asam
PaO2: Tekanan parsial 80-100 mmHg
basa
kelarutan oksigen di
dalam darah
Oksigenasi SaO2: Persentase ikatan 95% atau lebih
oksigen dengan
hemoglobin
Ventilasi PaCO2: Tekanan parsial 35-45 mmHg
kelarutan
karbondioksida dalam
darah

Keterangan:
a. PaO2 merupakan indikator klinis untuk mengetahui status oksigenasi. Bila
nilainya <80 mmHg mengindikasikan bahwa klien mengalami hipoksemia.
b. SaO2 merupakan parameter parameter oksigen terikat oleh hemoglobin.
SaO2 ini mempunyai hubungan dengan PaO2 yaitu menggambarkan kurva
disosiasi oksihemoglobin.
c. pH meyatakan kepekaan ion hidrogen dan keasaman zat yang
ditimbukannya. Apabila terjadi penambahan atau peningkatan konsentrasi
ion hidrogen, maka keadaan bersifat asam dan pH akan turun. Sebaliknya,
bila tubuh bersifat basa atau alkali, maka pH akan meningkat.
(Asmadi, 2008)

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, M. U. dan A. A. A. (2008). Praktikum Keterampilan Dasar Praktik
Klinik: Aplikasi Dasar-Dasar Praktik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Uliyah, A. A. A. H. dan M. (2004). Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai