Anda di halaman 1dari 13

Kontribusi Sains Islam Terhadap Kemajuan Sains Barat

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas:


Islamisasi Ilmu
Dosen pengampu:
Al-Ustadz. Muhammad Faqih Nidzom, S.Fil.I, M.Ag.

Disusun Oleh:
Kelompok 6
Hamii Datur Rosydah 3820177281453
Nazilah Alif Mas’udah 3820177281483

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
DEVISI MANTINGAN
2019/1440
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillah puji syukur atas segala kenikmatan yang telah Allah


berikan, karena dengan izin dan kuasa-Nya lah, kami dapat menyelesaikan tugas
makalah “Kontribusi Sains Islam Terhadap Kemajuan Sains Barat” dengan tepat
waktu. makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Islamisasi Ilmu.

Tak lupa pula shalawat serta salam marilah kita haturkan kepada
Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang
istiqomah hingga akhir zaman dan semoga kita termasuk umat beliau yang
istiqomah, karena dengan perantara beliaulah kita dihantar dari zaman
kebodohan, menuju zaman yang penuh dengan cahaya ilmu pengetahuan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Maka dari it apabila dalam
makalah ini masih terdapat banyak kesalahan, kami meminta agar pembaca
dapat memberi saran yamg bersifat membangun, demi kesempurnaan makalah
ini.
Atas perhatiannya kami ucapkan Terima kasih

Wassalamalaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Mantingan, 17 Desember 2019


Kelompok 6
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Kemajuan sains barat tidak lepas dari kontribusi sains islam. Banyak
buku-buku menyebutkan kemajuan yang terjadi di Barat didukung oleh
konstribusi peradaban Islamdi abad pertengahan. Kata “kontribusi”
mengandung arti positif. Namun demikian, apabila tidak ada pengakuan maka
kontribusi tersebut bukanlah sebuah sumbangsih melainkan sebuah
pengambilalihan, dalam arti sebenarnya Barat telah mengambil beberapa
kekayaan intelektual untuk menjadi landasan kebangkitan mereka. Meskipun
beberapa ahli sejarah telah mengakui bentuk-bentuk kontribusi peradaban
Islam, tapi secara mainstream Barat saat ini tidak mengakuinya. Dengan
demikian, wajarlah dikatakan kemajuan Barat yang diawali dengan kemajuan
sains dan teknologi karena mengambil produk-produk kemajuan peradaban
Islam, terutama memanfaatkan kondisi disaat peradaban Islam mengalami
kemunduran.

2. Rumusan Masalah
Pada pembahasan ini kami akan merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Kontribusi Sains Islam Terhadap Kemajuan Sains Barat?

3. Tujuan
Tujuannya setelah membahas makalah ini adalah:
1. Menjelaskan Kontribusi Sains Islam Terhadap Kemajuan Sains Barat
BAB II

PEMBAHASAN

Kontribusi Sains Islam Terhadap Kemajuan Sains Barat

Pada abad ke-14 berangsur-angsur kejayaan intelektual kaum muslimin


memudar. Umat mengalami kemunduran di bidang ilmu pengetahuan yang menurut
para ahli banyak factor penyebabnya. Di sinilah sains yang telah diislamkan oleh
ilmuwan Islam kemudian diambil oleh ilmuwan-ilmuwan Barat.

Kemunduran umat islam waktu itu menjadi blessing in disguise bagi barat
yang sejak awal memang ‘mengincar’ harta intelektual kaum muslimin. Bermula dari
interaksi dan kontak orang-orang Eropa dengan islam di Spanyol pada tahun 711
hijriah. Kontak tersebut awalnya membawa orang-orang Eropa untuk mengkaji studi
Islam. Menurut M. In’am Esha pada awal studi Islam karya-karya seperti
Progugnaculum karya Flotentino Ricoldo da Monte Croce yang mengkaji bahasa dan
agama Arab sekitar tahun 1290 di Baghdad, Thomas Erpenius yang mengkaji
geografi Abul Fida’, Babad Persia karya Mirkhwand, Jacobus Golius mengarang
kamus Arab-Latin dan sebagainya. Kajian-kajian keislaman ini pada akhirnya
mengarahkan mereka pada studi orientalisme di abad modern.

Sementara itu, Watt menyebutkan bahwa sebelum periode penerjemahan


besar-besaran pada abad ke-12 sudah ada usahausaha sporadis untuk memajukanilmu
pengetahuan di Barat. Bukti yang jumlahnyatak banyak menunjukkan bahwa usaha-
usaha penerjamahan ke Bahasa latin sudah dimulai pada abad ke-9. Meskipun
demikian, sarjana penting pertama yang mempelajari ilmu pengetahuan Arab adalah
Gebert dari Aurillac yang menjadi Paus Sylvester II (999-1003).

Sedangkan Turner mencatat pada awal abad ke-11 peradaban Islam telah
mencapai puncak masa keemasannya. Kaum muslimin mendominasi perdagangan
basis Mediterania. Kota-kota besar seperti Kordoba di Barat dan Baghdad di Timur
menarik tidak hanya ribuan pengikut Islam yang berminat pada bisnis dan pendidikan
namun juga meningkatkan jumlah orang-orang Eropa yang tertarik meraih
kesempatan professional, pendidikan atau finansial, yang jauh lebih menarik daripada
di Eropa Kristen. Kordoba khususnya merupakan magnet yang menarik banyak
generasi muda, orang-orang Eropa yang sejahtera yang dikirim oleh keluarganya ke
Metropolis Spanyol untuk “berhasil”, seperti keluarga-keluarga Amerika delapan
abad kemudian mengirim putra putri mereka ke pusat-pusat budaya Eropa Barat.

Kordoba pada abad ke-11 merupakan kota yang indah dengan lebih dari
setengah juta penduduk dan 304 pemandian umum. Seseorang dapat berjalan dengan
aman sepanjang waktu di sepanjang jalan yang bersih, berlapis batu. Sumber air
umum dan pribadi dapat diandalkan, pelayanan kesehatan jauh lebih baik daipada
yang diketahui diutara Pirenia. Standar hidup, peluang komersial dan fasilitas-fasilitas
budaya disini dan di ibukota seperti Baghdad, Kairo dan Damaskus setara dari segi
kualitas, jika bukan skala, dengan kota-kota Islam lain. Granada di Spanyol, Fez dan
Kairoun di Afrika Utara, Palermo di Sisilia, kota suci Mekkah dan Madinah di
Arabia, ghazna dekat Hindu Kush di India Barat laut, ini semua hanya sebagian dari
pusat-pusat Muslim yang menikmati kesejahteraan dinasti yang berkuasa.

Banyak buku-buku menyebutkan kemajuan yang terjadi di Barat didukung


oleh konstribusi peradaban Islamdi abad pertengahan. Kata “kontribusi” mengandung
arti positif. Namun demikian, apabila tidak ada pengakuan maka kontribusi tersebut
bukanlah sebuah sumbangsih melainkan sebuah pengambilalihan, dalam arti
sebenarnya Barat telah mengambil beberapa kekayaan intelektual untuk menjadi
landasan kebangkitan mereka. Meskipun beberapa ahli sejarah telah mengakui
bentuk-bentuk kontribusi peradaban Islam, tapi secara mainstream Barat saat ini tidak
mengakuinya. Dengan demikian, wajarlah dikatakan kemajuan Barat yang diawali
dengan kemajuan sains dan teknologi karena mengambil produk-produk kemajuan
peradaban Islam, terutama memanfaatkan kondisi disaat peradaban Islam mengalami
kemunduran.
Menurut Mehdi Nakosteen, salah satu penyebab kemunduran Islam adalah
banyaknya perpustakaan Islam yang dihancurkan oleh tentara Mongol sementara itu
di Barat banyak buku yang tidak ikut hancur karena banyak perpustakaan yang
letaknya jauh dari jangkauan penghancur. Banyak perpustakaan pribadi dimana buku-
bukunya telah diselamatkan oleh para ilmuwan Eropa melalui beberapa penerjemahan
ke dalam bahasa latin, Hebrew, Spanyol, Italia, Catalan dan bahasa lainnya selama
abad 12 dan 13. Terdapat beberapa dimensi karya yang mungkin perlu kita sebutkan
dalam konteks ini, yaitu:

1. Karya Sastra Persia, seperti The Fables of Bed Pai, The Hazar Afsana telah
diterjemahkan dalam bahasa Arab Alf Laila wa Laila, Shah Namah karya
Firdausi dari Thus, Khudai Namah karya Danishwar. Rubaiyyat karya Omar
Khayam telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh Erward Fitzgeraid,
Matsnawi karya Jalaluddin Rumi, Gulistan dan Bustan karya Sa’di.
2. Karya Matematika. Angka-angka Hindu diuraikan oleh Khawarizmi (abad ke-
9) dan Biruni (abad ke-11) telah selesai diperkenalkan kepada Eropa oleh
Adelard dari bath dan melalui suatu adaptasi oleh Ibrahim Ibn Ezra (abad ke-
12). Pada masa ini banyak karya matematika yang diterjemahkan dalam
bahasa Hebrew, Spanyol, Latin, misalnya dibawah dukungan Raja Alfonso.
3. Karya Kedokteran. Karya Ensiklopedia Ar-Razi tentang penyakit menular,
Ibnu Sina menemukan karakter penyakit menular melalui air dan Ibnu Khatib
dan Ibnu Baitar yang telah menemukan indeks obat-obatan dan juga optical
Tha Saurus karya Al-Hazim.
4. Karya-karya lain yang ada dalam berbagai bidang seperti music, arsitektur,
trigonometri, astronomi, kimia dan sebagainya.
Dari beberapa buku-buku yang selamat itulah Barat telah mengembangkan
sains dan teknologi yang menjadi cikal bakal Revolusi Ilmiah disana. Fakta telah
menunjukkan bahwa kekayaan intelektual Islam yang berhasil diambil tersebut telah
membangkitkan intelektual Barat. Hal itu diakui oleh Barron Carra de Vaus dalam
bukunya The Legacy of Islam (1931) sebagaimana disebutkan oleh Watt.
Watt menyebutkan lebih rinci tentang apa-apa saja yang karya intelektual
muslim yang telah “membangkitkan” ilmuwan Barat. Sejumlah manuskrip yang
tersedia saat itu, lengkap dengan terjemahan-terjemahan bahasa Latinnya pada
mulanya adalah berbahasa Arab. Setelah orang Kristen berhasil menduduki Toledo
pada tahun 1085, sejumlah orang Islam dan Yahudi yang berbahasa Arab tetap
tinggal disana. Raimundo, uskup besar Toledo pada tahun 1125 hingga wafatnya pada
tahun 1151 menyadari bahwa situasi ini memberi kesempatan yang besar untuk
mempelajari sains Arab. Ia pun lalu mendorong para sarjana untuk pergi ke Toledo.
Ia bertemu Peter the Venerable ketika Peter berkunjung ke Spanyol pada tahun1142
dan boleh jadi memberinya bantuan biaya untuk projek penerjemahan. Salah satu
penerjemah paling penting bernama Dominic Gundisalvi mempunyai teman kerja
yang berbicara dalam bahasa Arab yani Avendeath (Ibnu Daud). Gundisalvi
kemungkinan memilih karya yang akan diterjemahkan dan memberikan bentuk akhir
pada teks Latinnya, sementara teman kerjasamanya memasukkan rasa kearaban
naskah itu ke dalam naskah Latinnya.
Penerjemah lain adalah Gerard dari Cremona, seorang Italia yang dating
ke Toledo dan bekerja disana. Kepadanya dinisbatkan sekitar seratus terjemahan. Ia
mempunyai tim penerjemah yang bekerja dibawah pengawasannya dan ia diketahui
bekerjasama dengan seorang Kristen Mozarab yang dipanggil Ghalib atau Galippus.
Di pesisir bagian Timur Barcelona, seorang Italia bernama Plato dari Tivoli
bekerjasama dengan Abraham dar Hiyya menerjemahkan karya-karya dalam bidang
geometri dan astronomi dari bahasa Ibrani dan Arab.

Di negara-negara Timur yang terlibat perang salib, hanya muncul satu atau
dua terjemahan. Yang menonjol adalah terjemahan sebuah ringkasan dalam bidang
kedokteran karya Haly Abbas, hasil garapan Stefanus dari Pisa. Adelard dari Bath,
orang Inggris yang pernah belajar di Prancis mengakui perkembangan baru dalam
prestasi kesarjanaan dan keilmuan orang Arab. Ia menerjemahkan tabel-tabel
astronomi Al-Khawarizmi dan karya Eucleides yang berjudul Elements.
Abad 13 terdapat suatu gerakan intelektual yang hebat di Eropa. Lewat
gerakan intelektual itu, apa yang sudah dicapai oleh orang Arab dalam lapangan ilmu
pengetahuan dan filsafat dapat sepenuhnya di asimilasi. Gerakan itu malah sudah
mulai bergerak untuk menghasilkan temuan baru yang segar. Karya-karya berbahasa
arab yang tersisa kini diterjemahkan. Beberapa karya yang diasimilasi dan kemudian
dilampaui oleh Eropa diantaranya karya-karya sarjana muslim dibidang matematika
dan astronomi, kedokteran, logika dan metafisik.

Dibidang matematika, penerimaan angka Arab di Eropa dilakukan secara


kronologis. waktu itu Eropa Barat menggunakan angka-angka romawi yang tidak
praktis, yang benar-benar menambah kesultan sebagian besar kerja matematika dan
menghambat penelitian dalam teori matematika secara serius.

Pengenalan angka-angka Arab secara efektif terjadi setelah diterbitkannya


Liber Abaci, karya Leonardo Fibonacci dari Pisa pada tahun 1202. Dalam buku itu,
penulisnya menunjukan bagaimana “sepuluh tanda”memungkinkan penyederhanaan
dan perluasan kerja-kerja aritmetika. Fibonacci adalah ilmuwan besar Eropa.
Ayahnya adalah seorang pedagang di Bougie, Aljazair. Ketika kontak dengan orang
Arab, ia mengakui keunggulan angka arab. Untuk mempersiapkan anaknya dalam
bisnis keluarga maka ia mengirim seorang guru matematika Arab di Bougie. Menurut
Watt, boleh jadi orangtua-orangtua lainnya juga melakukan hal yang sama. Fibonacci
sendiri cenderung kearab-araban (arabizing tendency) dengan menuliskan namanya
sebagai Leonardus Filius Bonacci, dimana Bonaccius mungkin nama panggilan yang
mencerminkan suatu nama Arab seperti Hasan atau Shalih.

Beberapa terminologi di dunia Barat sebagian berasal dari kata-kata Arab,


ketika mereka berusaha untuk menerjemahkan karya-karya arab tanpa menemukan
padanannya. Beberapa kajian tentang astronomi juga berkembang di Eropa setelah
mereka melakukan kontrak dengan kaum muslimin yang telah maju ilmu
astronominya.
Semetara itu, ilmu kedokteran di Eropa waktu itu jauh tertinggal. Masih
menurut Watt, ada deskripsi yang sangat terkenal yang ditulis oleh seorang penulis
Arab pada periode Perang Salib,Usamah bin Munqidh, mengenai bagaimana kasarnya
sistem pengobatan Eropa saat itu. Diceritakan bagaimana ia menyembuhkan penyakit
bisul bernanah seorang pangeran dengan obat salebnya sehingga bisulnya menjadi
kempes dan sembuh. Ia juga mengobati seorang wanita yang megalami penyakit
“kekeringan” (dryness) dengan cara mengatur diet dan memberikan resep-resep yang
tegas, antara lain dengan memperbanyak makan buah-buahan yang segar. Padahal
pada zaman itu, penyakit bisul yang diderita seperti pangeran tersebut diobati oleh
dokter dikalangan merka dengan cara dipotong kakinya dengan menggunakan kapak.
Wanita yang “kekeringan” oleh dokter Eropa dideteksi sebagai terkena pengaruh iblis
sehingga harus digunduli dan dijauhkan dari bawang putih. Itulah kondisi Eropa saat
itu yang sangat primitif dibandingkan kemajuan kedokteran dikalangan islam. (Kisah
yang sama kemudian dipakai mereka untuk membandingkan kedokteran Eropa
dengan dukun-dukun di Afrika abad 19).

Diterimanya pembedahan (operasi)sebagai salah satu pokok kajian dalam


sekolah-sekolah kedokteran di Barat waktu itu tidak terjadi dalam waktu singkat.
Perubahan dalam sikap terhadap praktek bedah mungkin disebabkan oleh semakin
luasnya kajian medis yang dimungkinkan oleh tersedianya berbagai terjemahan
karya-karya Arab. Ini juga mendorong oleh pengalaman mereka yang terlibat dalam
perang salib ketika mempraktekkan ilmu kedokteran kaum muslimin.

Ketergantungan Eropa yang terus menerus kepada kedokteran Arab hingga


abad ke-15 dan ke-16 ditunjukkan dengan daftar buku yang dicetak. Dari semua
daftar itu buku pertama adalah komentar Ferarri de Grado, seorang guru besar di
Pavia, atas bagian kesembilan dari Continens, ensiklopedia besar kedokteran
karangan Ar-razi. Karangan Ibnu Sina, Canon, dicetak pada tahun 1473, lalu pada
tahun 1475 dan sudah sampai pada cetakannya yang ketiga bahkan sebelum karya
pertama Galen dicetak. Hingga tahun 1500 buku ini sudah dipublikasikan dalam
cetakan ke enambelas. Karena masih terus digunakan hingga tahun 1650, buku ini
dipandang sebagai karya dalam bidang kedokteran yang paling banyak dipelajari
sepanjang sejarah. Buku ini diikuti oleh karya-karya terjemahan dari bahasa arab
lainnya, termasuk beberapa karangan Ar-Razi, Ibnu Rusyd, Hunain bin Ishaq dan
Haly Abbas. Seorang ahli statistik menunjukan bahwa pengaruh Arab atas Eropa
lenih besar ketimbang pengaruh Yunani atas mereka. Dalam karya-karya Ferarri de
Grado, misalnya Ibnu Sina dikutip lebih tiga ribu kali, Ar-Razi dan Galen masing-
masing dikutip seribu kali, sedangkan Hippocrates hanya seratus kali.

Belum lagi dibidang filsafat. Meskipun barat menyatakan bahwa akar


peradaban mereka berasal dari peradaban Yunani, ternyata mereka mengenal
peradaban Yunani dari orang Islam. Pemahaman yang lebih lengkap atas
Aristolianisme terutama datang dari penerjemahan atas karya Ibnu Rusyd, khususnya
komentarnya atas ajaran metafisika Aristoleles. Terjemahan –terjemahan ini
dilakuakan pada abad ke-13, namun pengetahuan mengenai pemikiran Ibnu Rusyd
boleh jadi sudah sampai ke telinga para filsuf Latin sebelum kematiannya pada tahun
1198.

Pemikiran Arab, melalui Ibnu Rusyd banyak mempengaruhi Eropa. Kepada


pemikiran Eropa, pemikiran arab menyediakan bahan baru dan membawa
bersamanya suatu keseluruhan dunia metafisik baru. Seluruh aliran pemikiran Eropa
pada kenyataannya harus membaca dan mempertimbangkan terjemahan atas karya-
karya Arab. Seluruh varian filasfat eropa yang datang kemudian sungguh berutang
kepada para penulis Arab. Dan Thomas Aquinas mengambil banyak hal dari
Aristotelianisme Ibnu Rusyd.

Dapat disimpulkan bahwa kemajuan Barat banyak didukung oleh


intelektualisme Islam, yaitu melalui penerjemahan karya-karya sarjana muslim. Barat
mengambil ilmu-ilmu tersebut dan mengembangkannya sehingga terciptalah revolusi
ilmiah abad 17-18. Mereka juga mengambil model pembelajaran universitas
sebagaimana yang mereka lihat di institusi-institusi perguruan tinggi Islam seperti
Universitas Qarawiyyun (University of Al-Karaouine) di Fez, Maroko yang berdiri
pada tahun 859. Juga di zaman dinasti Abassiyah berdiri Universita sNidzamiyyah
berdiri pada tahun 1967 dimana imam Ghazali pernah mengajar disana. Selain itu ada
Baitul Hikmah, Darul Kutub, Majlis An-Nazar dan sebagainya, tak terkecuali
Universitas Al-Azhar di Kairo tahun 1171.

Nama-nama ilmuwan islam dikutip dengan cara di “barat”kan atau


di”latin”kan sehingga beberapa nama tersebut menjadi asing di telinga kita. Daftar
nama padanan tersebut disajikan dalam lembar lampiran.

Setelah sains mengalami transformasi dari sains islam kepada sains Barat
yang sekuler maka beberapa ilmuwan atau intelektual muslim berupaya untuk
mengislamkan kembali. Pada kyurun inilah dimulai kembali projek islamisasi yang
biasa disebut dengan islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer.
BAB III
PENUTUP

Dapat disimpulkan bahwa kemajuan Barat banyak didukung oleh


intelektualisme Islam, yaitu melalui penerjemahan karya-karya sarjana muslim. Barat
mengambil ilmu-ilmu tersebut dan mengembangkannya sehingga terciptalah revolusi
ilmiah abad 17-18. Mereka juga mengambil model pembelajaran universitas
sebagaimana yang mereka lihat di institusi-institusi perguruan tinggi Islam seperti
Universitas Qarawiyyun (University of Al-Karaouine) di Fez, Maroko yang berdiri
pada tahun 859. Juga di zaman dinasti Abassiyah berdiri Universitas Nidzamiyyah
berdiri pada tahun 1967 dimana imam Ghazali pernah mengajar disana. Selain itu ada
Baitul Hikmah, Darul Kutub, Majlis An-Nazar dan sebagainya, tak terkecuali
Universitas Al-Azhar di Kairo tahun 1171.

Nama-nama ilmuwan islam dikutip dengan cara di “barat”kan atau


di”latin”kan sehingga beberapa nama tersebut menjadi asing di telinga kita. Daftar
nama padanan tersebut disajikan dalam lembar lampiran. Setelah sains mengalami
transformasi dari sains islam kepada sains Barat yang sekuler maka beberapa
ilmuwan atau intelektual muslim berupaya untuk mengislamkan kembali. Pada
kyurun inilah dimulai kembali projek islamisasi yang biasa disebut dengan islamisasi
ilmu pengetahuan kontemporer.

Anda mungkin juga menyukai