Disusun Oleh:
Kelompok 6
Hamii Datur Rosydah 3820177281453
Nazilah Alif Mas’udah 3820177281483
Bismillahirrohmanirrohim
Tak lupa pula shalawat serta salam marilah kita haturkan kepada
Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang
istiqomah hingga akhir zaman dan semoga kita termasuk umat beliau yang
istiqomah, karena dengan perantara beliaulah kita dihantar dari zaman
kebodohan, menuju zaman yang penuh dengan cahaya ilmu pengetahuan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Maka dari it apabila dalam
makalah ini masih terdapat banyak kesalahan, kami meminta agar pembaca
dapat memberi saran yamg bersifat membangun, demi kesempurnaan makalah
ini.
Atas perhatiannya kami ucapkan Terima kasih
PENDAHULUAN
Kemajuan sains barat tidak lepas dari kontribusi sains islam. Banyak
buku-buku menyebutkan kemajuan yang terjadi di Barat didukung oleh
konstribusi peradaban Islamdi abad pertengahan. Kata “kontribusi”
mengandung arti positif. Namun demikian, apabila tidak ada pengakuan maka
kontribusi tersebut bukanlah sebuah sumbangsih melainkan sebuah
pengambilalihan, dalam arti sebenarnya Barat telah mengambil beberapa
kekayaan intelektual untuk menjadi landasan kebangkitan mereka. Meskipun
beberapa ahli sejarah telah mengakui bentuk-bentuk kontribusi peradaban
Islam, tapi secara mainstream Barat saat ini tidak mengakuinya. Dengan
demikian, wajarlah dikatakan kemajuan Barat yang diawali dengan kemajuan
sains dan teknologi karena mengambil produk-produk kemajuan peradaban
Islam, terutama memanfaatkan kondisi disaat peradaban Islam mengalami
kemunduran.
2. Rumusan Masalah
Pada pembahasan ini kami akan merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Kontribusi Sains Islam Terhadap Kemajuan Sains Barat?
3. Tujuan
Tujuannya setelah membahas makalah ini adalah:
1. Menjelaskan Kontribusi Sains Islam Terhadap Kemajuan Sains Barat
BAB II
PEMBAHASAN
Kemunduran umat islam waktu itu menjadi blessing in disguise bagi barat
yang sejak awal memang ‘mengincar’ harta intelektual kaum muslimin. Bermula dari
interaksi dan kontak orang-orang Eropa dengan islam di Spanyol pada tahun 711
hijriah. Kontak tersebut awalnya membawa orang-orang Eropa untuk mengkaji studi
Islam. Menurut M. In’am Esha pada awal studi Islam karya-karya seperti
Progugnaculum karya Flotentino Ricoldo da Monte Croce yang mengkaji bahasa dan
agama Arab sekitar tahun 1290 di Baghdad, Thomas Erpenius yang mengkaji
geografi Abul Fida’, Babad Persia karya Mirkhwand, Jacobus Golius mengarang
kamus Arab-Latin dan sebagainya. Kajian-kajian keislaman ini pada akhirnya
mengarahkan mereka pada studi orientalisme di abad modern.
Sedangkan Turner mencatat pada awal abad ke-11 peradaban Islam telah
mencapai puncak masa keemasannya. Kaum muslimin mendominasi perdagangan
basis Mediterania. Kota-kota besar seperti Kordoba di Barat dan Baghdad di Timur
menarik tidak hanya ribuan pengikut Islam yang berminat pada bisnis dan pendidikan
namun juga meningkatkan jumlah orang-orang Eropa yang tertarik meraih
kesempatan professional, pendidikan atau finansial, yang jauh lebih menarik daripada
di Eropa Kristen. Kordoba khususnya merupakan magnet yang menarik banyak
generasi muda, orang-orang Eropa yang sejahtera yang dikirim oleh keluarganya ke
Metropolis Spanyol untuk “berhasil”, seperti keluarga-keluarga Amerika delapan
abad kemudian mengirim putra putri mereka ke pusat-pusat budaya Eropa Barat.
Kordoba pada abad ke-11 merupakan kota yang indah dengan lebih dari
setengah juta penduduk dan 304 pemandian umum. Seseorang dapat berjalan dengan
aman sepanjang waktu di sepanjang jalan yang bersih, berlapis batu. Sumber air
umum dan pribadi dapat diandalkan, pelayanan kesehatan jauh lebih baik daipada
yang diketahui diutara Pirenia. Standar hidup, peluang komersial dan fasilitas-fasilitas
budaya disini dan di ibukota seperti Baghdad, Kairo dan Damaskus setara dari segi
kualitas, jika bukan skala, dengan kota-kota Islam lain. Granada di Spanyol, Fez dan
Kairoun di Afrika Utara, Palermo di Sisilia, kota suci Mekkah dan Madinah di
Arabia, ghazna dekat Hindu Kush di India Barat laut, ini semua hanya sebagian dari
pusat-pusat Muslim yang menikmati kesejahteraan dinasti yang berkuasa.
1. Karya Sastra Persia, seperti The Fables of Bed Pai, The Hazar Afsana telah
diterjemahkan dalam bahasa Arab Alf Laila wa Laila, Shah Namah karya
Firdausi dari Thus, Khudai Namah karya Danishwar. Rubaiyyat karya Omar
Khayam telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh Erward Fitzgeraid,
Matsnawi karya Jalaluddin Rumi, Gulistan dan Bustan karya Sa’di.
2. Karya Matematika. Angka-angka Hindu diuraikan oleh Khawarizmi (abad ke-
9) dan Biruni (abad ke-11) telah selesai diperkenalkan kepada Eropa oleh
Adelard dari bath dan melalui suatu adaptasi oleh Ibrahim Ibn Ezra (abad ke-
12). Pada masa ini banyak karya matematika yang diterjemahkan dalam
bahasa Hebrew, Spanyol, Latin, misalnya dibawah dukungan Raja Alfonso.
3. Karya Kedokteran. Karya Ensiklopedia Ar-Razi tentang penyakit menular,
Ibnu Sina menemukan karakter penyakit menular melalui air dan Ibnu Khatib
dan Ibnu Baitar yang telah menemukan indeks obat-obatan dan juga optical
Tha Saurus karya Al-Hazim.
4. Karya-karya lain yang ada dalam berbagai bidang seperti music, arsitektur,
trigonometri, astronomi, kimia dan sebagainya.
Dari beberapa buku-buku yang selamat itulah Barat telah mengembangkan
sains dan teknologi yang menjadi cikal bakal Revolusi Ilmiah disana. Fakta telah
menunjukkan bahwa kekayaan intelektual Islam yang berhasil diambil tersebut telah
membangkitkan intelektual Barat. Hal itu diakui oleh Barron Carra de Vaus dalam
bukunya The Legacy of Islam (1931) sebagaimana disebutkan oleh Watt.
Watt menyebutkan lebih rinci tentang apa-apa saja yang karya intelektual
muslim yang telah “membangkitkan” ilmuwan Barat. Sejumlah manuskrip yang
tersedia saat itu, lengkap dengan terjemahan-terjemahan bahasa Latinnya pada
mulanya adalah berbahasa Arab. Setelah orang Kristen berhasil menduduki Toledo
pada tahun 1085, sejumlah orang Islam dan Yahudi yang berbahasa Arab tetap
tinggal disana. Raimundo, uskup besar Toledo pada tahun 1125 hingga wafatnya pada
tahun 1151 menyadari bahwa situasi ini memberi kesempatan yang besar untuk
mempelajari sains Arab. Ia pun lalu mendorong para sarjana untuk pergi ke Toledo.
Ia bertemu Peter the Venerable ketika Peter berkunjung ke Spanyol pada tahun1142
dan boleh jadi memberinya bantuan biaya untuk projek penerjemahan. Salah satu
penerjemah paling penting bernama Dominic Gundisalvi mempunyai teman kerja
yang berbicara dalam bahasa Arab yani Avendeath (Ibnu Daud). Gundisalvi
kemungkinan memilih karya yang akan diterjemahkan dan memberikan bentuk akhir
pada teks Latinnya, sementara teman kerjasamanya memasukkan rasa kearaban
naskah itu ke dalam naskah Latinnya.
Penerjemah lain adalah Gerard dari Cremona, seorang Italia yang dating
ke Toledo dan bekerja disana. Kepadanya dinisbatkan sekitar seratus terjemahan. Ia
mempunyai tim penerjemah yang bekerja dibawah pengawasannya dan ia diketahui
bekerjasama dengan seorang Kristen Mozarab yang dipanggil Ghalib atau Galippus.
Di pesisir bagian Timur Barcelona, seorang Italia bernama Plato dari Tivoli
bekerjasama dengan Abraham dar Hiyya menerjemahkan karya-karya dalam bidang
geometri dan astronomi dari bahasa Ibrani dan Arab.
Di negara-negara Timur yang terlibat perang salib, hanya muncul satu atau
dua terjemahan. Yang menonjol adalah terjemahan sebuah ringkasan dalam bidang
kedokteran karya Haly Abbas, hasil garapan Stefanus dari Pisa. Adelard dari Bath,
orang Inggris yang pernah belajar di Prancis mengakui perkembangan baru dalam
prestasi kesarjanaan dan keilmuan orang Arab. Ia menerjemahkan tabel-tabel
astronomi Al-Khawarizmi dan karya Eucleides yang berjudul Elements.
Abad 13 terdapat suatu gerakan intelektual yang hebat di Eropa. Lewat
gerakan intelektual itu, apa yang sudah dicapai oleh orang Arab dalam lapangan ilmu
pengetahuan dan filsafat dapat sepenuhnya di asimilasi. Gerakan itu malah sudah
mulai bergerak untuk menghasilkan temuan baru yang segar. Karya-karya berbahasa
arab yang tersisa kini diterjemahkan. Beberapa karya yang diasimilasi dan kemudian
dilampaui oleh Eropa diantaranya karya-karya sarjana muslim dibidang matematika
dan astronomi, kedokteran, logika dan metafisik.
Setelah sains mengalami transformasi dari sains islam kepada sains Barat
yang sekuler maka beberapa ilmuwan atau intelektual muslim berupaya untuk
mengislamkan kembali. Pada kyurun inilah dimulai kembali projek islamisasi yang
biasa disebut dengan islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer.
BAB III
PENUTUP