Anda di halaman 1dari 29

Terjemahan dalam pendidikan islam pada masa dinasti Bani Abbas

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah Pendidikan islam dan melayu
Dosen pengampuh : Dr.H.Muh.Misdar, M.Ag

Disusun oleh:
Asmi Dailah (2011045)
Dian Maryati (2011044)
Ahmad aufarul Umam (2011043)
Mila Minhatul Maula (2011042)

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYAIKH


ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM TAHUN 2021/2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Sejarah perjuangan umat Islam dalam pentas peradaban dunia berlangsung sangat lama
sekira 13 abad, yaitu sejak masa kepemimpinan Rasulullah Saw di Madinah (622-632M),
Masa Khulafaur Rasyidin (632-661M), Masa Daulat Umayyah (661-750M) dan Masa Daulat
Abbasiyah (750-1258 M) sampai tumbangnya Kekhilafahan Turki Utsmani pada tanggal 28
Rajab tahun 1342 H atau bertepatan dengan tanggal 3 Maret 1924 M. Dimana masa-masa
kejayaan dan puncak keemasannya banyak melahirkan banyak ilmuwan muslim berkaliber
Internasional yang telah menorehkan karya-karya luar biasa dan bermanfaat bagi umat
manusia yang terjadi selama kurang lebih 700 tahun, dimulai dari abad 6 M sampai dengan
abad 12 M. Pada masa tersebut, kendali peradaban dunia berada pada tangan umat Islam.

Pada saat berjayanya peradaban Islam semangat pencarian ilmu sangat kental dalam
kehidupan sehari-hari. Semangat pencarian ilmu yang berkembang menjadi tradisi intelektual
secara historis dimulai dari pemahaman terhadap al-Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad saw yang kemudian dipahami, ditafsirkan dan dikembangkan oleh para Sahabat,
Tabiin, Tabi’ tabiin dan para Ulama yang datang kemudian dengan merujuk pada Sunnah
Nabi Muhammad saw.

Di masa-masa ini, kebanyakan umat Islam menggeluti ilmu pengetahuan yang bersumber
dari berbagai arah dan bahasa dan mereka terjemahkan ke dalam bahasa arab dan menjadikan
karya mereka ini sebagai rujukan utama para ilmuan itu dan masi eksis sampai sekarang.

Hal ini yang menyebabkan bahasa arab menjadi bahasa yang sangat popular di kalangan
ilmuan dan para peneliti sejarah. Dengan bahasa arab tersebarlah ilmu pengetahuan dengan
cepat keseluruh pelosok dunia Islam.

Namun, dilain pihak umat Islam juga banyak mendapatkan bahan (ilmu) dari peninggalan
para ilmuan Yunani. Dan itulah yang menjadikan mereka terinspirasi untuk menggali
berbagai ilmu pengetahuan di dalam al-quran serta mendatangkan banyak ilmu-ilmu baru
yang menyangkut kemaslahatan umat manusia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sekilas Tentang Terjemahan dalam Islam


Gerakan penerjemahan menjadi salah satu isu yang fenomenal dalam perkembangan
sejarah intelektual Islam, tak terkecuali dalam sejarah pendidikan Islam. Perkembangan ilmu
pengetahuan pada saat itu tidak terlepas dari peran lembaga pendidikan tinggi Islam
khususnya madrasah. Gerakan penerjemahan tidak hanya mengubah bahasa ilmu
pengetahuan dan peradaban dari Yunani dan Persia ke dalam Islam, tetapi pada fase
berikutnya asimilasi pengetahuan juga terjadi di lembaga-lembaga pendidikan. Oleh karena
itu, dalam perkembangan Islam pada abad pertengahan Masehi gerakan penerjemahan bukan
sekedar penerjemahan melainkan penerjemahan adalah sebuah gerakan. transfer ilmu dan
pengetahuan dari bahasa Yunani dan Persia ke bahasa Arab.

Gerakan terjemahan merupakan aktivitas belajar melalui peradaban orang lain dengan
pengalihan bahasa aslinya ke dalam bahasa orang yang mempelajarinya. Terjemahan sebagai
sebuah gerakan pada abad pertengahan tidak saja dilaksanakan berdasarkan instruksi khalifah
tetapi pada abad itu terjemahan merupakan tradisi pewarisan pengetahuan dan kebudayaan
bangsa lain, seperti peradaban Yunani ke dalam Islam melalui transliterasi bahasa aslinya ke
dalam bahasa Arab. Sebagaimana diketahui bahwa pada permulaan kemajuan Islam, bahasa
Arab adalah bahasa pengantar umat Islam baik sebagai bahasa komunikasi bahasa agama,
politik dan ilmu pengetahuan.

Belajar melalui terjemahan pada dasarnya jauh lebih cepat daripada cara belajar lainnya,
karena dengan terjemahan, ilmu pengetahuan seseorang dapat dipelajari tanpa belajar pada
orangnya. Dalam sejarah peradaban Islam, terjemahan adalah tradisi yang menunjukkan
adanya aktivitas pemindahan peradaban dari peradaban suatu bangsa ke bangsa lain. Seperti
peradaban Yunani ke dalam peradaban Islam dengan menggunakan bahasa Arab sebagai
bahasa pengantar, atau dari Islam ke masyarakat Eropa dengan berbagai bahasa Eropa
sebagai bahasa pengantarnya. Secara historis gerakan terjemahan dalam masyarakat Islam
telah berlangsung sejak abad pertama Hijriyah, atau tepatnya telah berlangsung sekitar tahun
750 M. Namun kegiatan terjemahan dari berbagai bahasa asing ke dalam bahasa Arab pada
abad tersebut masih sangat sedikit, karena aktivitas terjemahan hanya terjadi pada kalangan
perorangan yang membutuhkannya saja belum menjadi sebuah gerakan ilmiah secara massal.

Meskipun terjemahan masih terbatas pada orang yang membutuhkannya saja, kegiatan
pada abad pertengahan juga belum menjadi salah satu lapangan pekerjaan, terjemahan hanya
berlangsung secara individu untuk kepentingan individual. Hal inilah yang menjadi salah satu
faktor mengapa terjemahan pada abad pertama Islam kurang berkembang dan terbatas. Faktor
lain yang tidak kalah pentingnya mengapa terjemahan pada masa itu sangat merbutis, karena
pada saat itu perkembangan Islam sangat fokus pada pemenangan di bidang militer Demikian
pula dengan yang lainnya seperti faktor masyarakat, karena itu masyarakat Islam belum fokus
pada bidang terjemahan. Ketika itu pengetahuan dan peradaban Barat masih lemah, ilmu
pengetahuan dalam Islam pun belum bangkit.

Gerakan terjemahan dilaksanakan berskala besar dan dijadikan sebagai lapangan


pekerjaan yang terjadi pada masa kekuasaan Ban Abbas Meskipun gerakan terjemahan
sebagaimana disebutkan di atas telah terjadi sejak abad ke-7 M dan 8 M, bahkan dalam
beberapa versi sebelum abad ke-7 M gerakan terjemahan telah dimulai karena jauh sebelum
kekuasaan Bani Abbas muncul, gerakan terjemahan telah terjadi terutama dilakukan oleh
perorangan untuk kepentingan pribadi. Bernard Lewis dalam bukunya mengatakan bahwa
salah seorang dari keluarga Umayyah mulai merencanakan terjemahan beberapa buku Yunant
tentang kimia yang mendapat tugas terjemahan tersebut adalah Stephen yang beragama
Kristen. Hasil terjemahan tersebut diperuntukkan kepentingan pribadi dan keluarga Bani
Umayah.1

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa proses terjemahan telah berlangsung sejak
masa kekuasaan Dinas Ban Umayah jauh sebelum Dinasti Bani Abbas berkuasa Meskipun
terjemahan tersebut berlangsung secara individual dan untuk kepentingan personal Hanya
masalahnya apakah ada hubungan antara kasus tersebut dengan terjemahan sebagai gerakan
dan lapangan pekerjaan pada masa kekuasaan Dinasti Bani Abbas belum dapat dibuktikan
Akan tetapi kasus tersebut paling tidak dapat menjadi pemicu gerakan terjemahan selanjutnya
dari gerakan individual menjadi gerakan ilmiah bahkan menjadi lapangan pekerjaan yang
sangat menjanjikan. Proses terjemahan dalam Islam tidak hanya berhenti pada orang
perorangan sebagaimana disebutkan di atas. Bernard Lewis dalam bukunya mengatakan
bahwa keberlangsungan terjemahan cukup lama, karena gerakan tersebut berlangsung sekitar
1
Bernard Lewis, Musim menemukan Eropa terjemah oeh Ahmad Niamullah Muiz dari Muslim Discovery
Europa (Jakarta: Pustaka Firdaus,1988), hlm.59.
tiga abad, mulai dari abad ke-7 M dan berakhir pada akhir abad ke 10 M.2 Pandangan tersebut
sepertinya seirama dengan pendapat Eugene A Myers yang mengatakan bahwa terjemahan
sebagai sebuah gerakan berlangsung antara abad ke-7 M hingga abad ke-10 M.3 Oleh sebab
itu, kedua tokoh tersebut kelihatannya sepakat bahwa proses terjemahan peradaban Yunani ke
dalam bahasa Arab berlangsung sekitar tiga abad. Dalam masa itulah berbagai bidang ilmu
pengetahuan telah diterjemahkan oleh tokoh ilmuwan Muslim maupun non Muslim. Baik
dalam bidang kimia, kedokteran, astronomi, filsafat dan berbagai cabang ilmu lainnya akibat
dari gerakan terjemahan tersebut mulai masuknya unsur peradaban Yunani dan Persia ke
dalam Islam. Dari situlah dapat diketahui bahwa sentuhan atau asimilasi peradaban Yunani
ke dalam Islam dapat bersifat langsung dan dapat pula bersifat tidak langsung Bersifat
langsung terjadi bilamana terjemahan dilakukan ke dalam bahasa Arah melalui pengetahuan
dan filsafat Yunani secara langsung, sedangkan secara tidak langsung terjadi ketika
pengetahuan Yunani masuk ke dalam Islam melalui perantara peradaban bangsa lainnya,
seperti bangsa Helenik. Hal itu terjadi karena peradaban Yunani tidak hanya diterjemahkan
oleh Islam, tetapi sebelum Islam mengambil alih pengetahuan Yunani itu beberapa bangsa
besar sebelum Islam telah menerjemahkannya ke dalam bahasa masing-masing.

Artinya, antara akhir peradaban Yunani dengan kemunculan peradaban Islam, ada jeda
dan terdapat peradaban lain yang telah berkembang sangat penting saat itu. Peradaban itulah
menjadi salah satu pemicu pengalihan atau penerjemahan secara tidak langsung ke dalam
bahasa Arab, peradaban tersebut adalah peradaban Helenik Pusat peradaban tersebut terletak
di kota Alexandria sekarang masuk dalam wilayah Negara Mesir. Pada masa itu, Alexandria
menjadi pusat peradaban pertama yang mewarisi peradaban Yunani. Di sana terdapat
berbagai institusi ilmiah, seperti museum dan pusat penelitian Peran institusi itu selanjutnya
memberi dampak sangat cepat dan berpengaruh sangat vital bagi masyarakat yang
mengadakan kontak dengan peradaban Yunani, seperti Mesir, Siria, Persia dan Arab.

Artinya, terjemahan yang berlangsung dalam Islam dapat saja berasal dari tradisi bangsa
lain seperti peradaban Helenik, karena peradaban Helenik kelihatannya menjadi satu
peradaban, di antara peradaban di luar Yunani sebagai perantara masuknya peradaban Yunani
ke dalam Islam. Ketika filsafat Yunani yang dikenal sebagai pusat peradaban manusia
termasyhur pada zamannya telah mulai berakhir pada tahun 529 M. Peristiwa itu terjadi

2
Ibid., hlm.61
3
Eugene A. Myers, Arabic Thought and The Western Word in Golden Age of Islam (New York: Prederick Ungar
Publishing CO, 1964), hlm. 8.
ketika para pengikut Justiantin menutup secara formal akademi ilmiah yang ada di Athena,
sedangkan para pengikut New Platonis membawa pengetahuan dan pemikiran serta buku-
buku filsafat bersama mereka lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Persia dan Syiria. Migrasi
ilmuwan yang pertama ini merupakan interaksi sekaligus koneksi kedua pemikiran Yunani
dikembangkan di luar Yunani sebelum berlanjut ke dunia Arab dan seterusnya ke Eropa.

Merujuk pada penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa peradaban Yunani telah dikenal
oleh bangsa lain sebelum ditransfer ke dalam bahasa Arab. Migrasi Ilmu pengetahuan Yunani
tersebut tidak semata-mata dibawa dan langsung diterima oleh bangsa lain, tetapi secara
politik, kemunduran peradaban Yunani dapat disebabkan oleh penutupan akademi ilmiah
oleh Justiantin. Di samping sebelum penutupan tersebut pengetahuan Yunani sudah mulai
ditransfer ke peradaban Helenik seperti dijelaskan di atas.

Penguasa Persia yang berpusat di Jundhisapur, Kista Anusirwan mengumpulkan dan


memerintah para ilmuwan yang berperan sebagai translator, untuk mengalihbahasakan buku
Aristoteles dan Plato ke dalam bahasa Persia. Para ilmuwan itu, seperti fisikawan, mereka
dikirim tidak hanya ke Yunani tetapi sampai ke India. Tugas mereka untuk mencari
manuskrip tentang ilmu pengetahuan dan membawanya ke Persia untuk diterjemahkan. Yang
dapat mereka bawa tidak hanya terbatas pada buku-buku kedokteran, tetapi terdapat juga
jenis-jenis permainan seperti catur dan dongeng-dongeng (game of chess and the fables of
Pilpay). Dari aktivitas para ilmuwan itulah selanjutnya muncul berbagai fragmentasi atau
cabang ilmu pengetahuan Yunani dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Persia yang berpusat
di Jundhisapur."

Apa yang dijelaskan di atas merupakan salah satu faktor kemajuan peradaban Persia,
karena kemajuan peradaban Persia tidak hanya disebabkan oleh gerakan terjemahan di atas
Kemajuan tersebut ada hubungannya dengan aktivitas ilmiah orang-orang Nestorian pada
pertengahan abad ke-5 M. Orang-orang Kristen Nestor Siria yang terusir dan terbuang dari
Antioch menuju Arabia dan berakhir menetap di Mesir. Salah seorang dari mereka, itu adalah
seorang beragama Kristen bersama pengikutnya bermigrasi dan menetap di Adessa.
Sementara di Adessa terdapat sekolah kedokteran yang sedang berkembang Sekolah itulah
selanjutnya menjadi pusat aktivitas orang-orang Nestor yang memberi pengaruh signifikan.
Meskipun tidak menjadi satu-satunya faktor, karena di samping dipengaruhi pula oleh
sekolah-sekolah Nisbis di Mesopotamia dan sekolah kedokteran yang ada di Jundhisapur
turut memberi andil besar dalam membangun peradaban Persia.
Sementara gerakan terjemahan dari peradaban Yunani ke dalam bahasa Syiria juga
berlangsung sejak abad ke-5 M. Beberapa cabang ilmu dan pengetahuan Yunani yang
diterjemahkan itu antara lain, matematika dan kedokteran telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Syiria pada abad ke-5 M oleh orang-orang Kristen Nestor. Orang-orang Nestor
tersebut selain dapat berbahasa Syiria sebagai bahasa asli mereka, mereka juga dapat
berbahasa Yunani, itu mengapa sangat mengerti peradaban Yunani. Ketika penaklukan Islam
daerah Syiria dan persia, mereka selanjutnya sama-sama masuk dalam komunitas bangsa
Arab. Sebagian dari mereka juga menguasai bahasa Persia, mereka itulah seterusnya yang
banyak membantu pertumbuhan ilmu pengetahuan dalam agama Islam, sehingga Islam dapat
menjadi sebagai pemimpin dalam peradaban dan pengetahuan.

Penerjemahan pengetahuan dan filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab sejak abad ke-7 M.
Terjemahan ke dalam berbagai bahasa pun telah dimulai, termasuk ke dalam bahasa Eropa,
karena pada akhir abad ke-6 M terjemahan ke dalam bahasa Eropa pun sudah dimulai.
Terjemahan tersebut seiring pula dengan kemunculan literatur yang berbahasa Syriac, disertai
pula dengan terjemahan Bible. Dari penerjemahan Bible selanjutnya memiliki arti yang
signifikan untuk menjadi literatur perkembangan pengetahuan Yunani menuju Eropa.

Secara langsung terjemahan dilakukan melalui terjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa
Eropa, tetapi secara tidak langsung telah dimulai proses terjemahan tersebut ketika orang-
orang Eropa menerjemahkan pengetahuan Yunani melalui bahasa Syriac dan khususnya
ketika Bible diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa Melalui dua jalur itulah selanjutnya
peradaban Yunani masuk ke Eropa.

B. Periodisasi Gerakan Terjemahan ke dalam Islam


Eugene A: Myers menyebutkan dalam bukunya bahwa terjemahan peradaban Yunani ke
dalam Islam berlangsung antara tahun 650-1000 M.4 Proses terjemahan tidak semata-mata
langsung dari bahasa Yunani ke dalam Islam. Menurut Eugene A. Myers terdiri dari beberapa
bahasa telah menjadi alat terjemahan peradaban Yunani sebelum masuk ke dalam Islam
Bahasa-bahasa yang dimaksudkan itu anwara lain bahasa Parsi dan bahasa Syriac. 5 Alain

4
Ibid., hlm. 66
5
Ibid.
Tiga abad proses terjemahan itu berlangsung pada dasarnya dapat diklasifikasi menjadi
beberapa fase, yaitu:

1. Fase Pertama Tahun 650-800 M


Berbagai kalangan ilmuwan turut serta dalam proses terjemahan dari bahasa Yunani ke
dalam bahasa Arab. Di antara tokoh yang berperan penting dalam terjemahan itu antara Isin
Severus Sebokht, dia salah seorang pendeta dan filosof. Di bawah pimpinannya proses kajian
dan perterjemahan terhadap peradaban Yunani ke dalam bahasa Arab mencapai puncaknya.
Pada masanya itu pula sebagian besar pengetahuan Yunani dan Hindu ulah ditransmisikan ke
dalam bahasa orang-orang Arab melafal usahanya.6

Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa proses pengalihan bahasa peradaban Yunani dapat
diambil dari bahasa Yunani langsung yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan ada pula
dan bahasa Hindu (Urdu) lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Arab Severus Sebokht adalah
salah seorang yang berperan langsung menerjemahkan peradaban tersebut dari bahasa Yunani
dan Bahasa Urdu ke dalam bahasa Arab

Pada fase pertama peradaban Yunani diambil dari tiga bahasa sekaligus, yaitu bahasa
Yuhani, Bahasa Syriac, dan bahasa Urdu. Hal ini terjadi karena sebelum ditransfer ke dalam
bahasa Arab, peradaban Yunani telah diterjemahkan ke dalam bahasa Syriac Persia dan
bahasa Urdu. Kemungkinan besar di dalam peradaban rebut terdapat unsur peradaban lokal
yang diserapkan ke dalam bahasa Arab Islam.

2. Fase Kedua Tahun 800 M-900 M


Periode ini terjadi pada masa pemerintahan Al-Makmun, yaitu terjadi antara tahun 786-
833 M. Pemerintah ketujuh dari Dinasti Bani Abbasiyah dan menjadi penguasa yang paling
besar dalam sejarah kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Kebesarannya itu terutama terjadi pada
masa pemerintahannya antara tahun 813-833 M Menjadi seorang penguasa sekaligus sebagai
patron terhadap ilmu pengetahuan paling besar dalam sejarah Dinasti Abbasiyah

Kebesaran Al-Makmun tidak hanya terletak pada pemerintahannya, tetapi juga dalam
ilmu pengetahuan. Kecintaan Al-Makmun pada ilmu pengetahuan tampak jelas dalam
kehidupannya. Dia menjadikan tujuan hidupnya menjadi penemu dan menjadikan orang lain
menerjemahkan manuskrip Yunani. Dia juga mengirimkan utusan ke penguasa Bizantiyum

6
Ibid,. hlm. 67
dengan tujuan mendapat manuskrip dari pemerintahan Bizantiyum. Al-Makmun menerima,
merumahkan dan mendukung sepenuhnya pelajar pelajar Yahudi dan Kristen untuk
menerjemahkan manuskrip manuskrip yang didapati dari Bizantiyum ke dalam bahasa Arab.7

Para translator pada masa kekuasaan Al-Makmun diberi leluasa untuk menerjemahkan
ilmu pengetahuan Yunani ke dalam bahasa Arab dan mereka diberi kebebasan untuk
mengembangkannya. Di antara para translator itu adalah Abu Zakaria Yahya ibn Batriq yang
menerjemahkan buku-buku Plato, buku Hipokritus dan berbagai karya Aristoteles serta karya
Galen. Keluarga Ibnu Batriq termasuk keluarga yang memiliki peranan besar dalam
perjalanan sejarah terjemahan dari peradaban Yunani ke dalam Islam. Pada masa Al Mansur
dan Harun Al-Rasyid ada seorang ilmuwan yang sangat terkenal. Dia adalah Abu Yahya Ibn
Batriq sedangkan pada masa Al-Makmun ada Abu Zakaria Yahya Ibn Batriq.

Kemudian terdapat beberapa tokoh translator lain yang tidak kalah besar pamornya yaitu
Jibril Ibn Bakhtiyashu: la merupakan cucu Bakhtiyashu, orang dari generasi pertama
mengadakan gerakan terjemahan, Beliau adalah orang terdekat Al-Makmun selain sebagai
translator ulung, Jibril Ibn Bakhtiyathu adalah pembantu Harun Al-Rasyid dan terus berlanjut
sebagai pembarina Al-Makmun. Beliau menerjemahkan sejumlah karya kedokteran Yunani
ke dalam Bahasa Arab.8

Para translator, sebagaimana telah diuraikan di atas datang dari multi etnis, multi agama,
dan multi ras. Pada masa kekuasaan Al-Makmun kondisi demikian itu tetap diteruskan, Sahl
Al Tobary, termasuk salah seorang yang berkebangsaan Yahudi. Dia adalah seorang
astronom dan fisikawan. Dia menjadi salah seorang penerjemah pertama karya Plato "al-
Magest" ke dalam bahasa Arab. Banyak sekali translator memiliki peranan yang sangat besar
dalam membantu Al-Makmun. Selain nama-nama di atas terdapat sejumlah nama lain seperti
Ibnu Sahda yang menerjemahkan karya kedokteran Yunani ke dalam bahasa Arab. Dengan
menambahkan beberapa catatan tentang karya Hipokritus dan Galen ke dalam Bahasa Arab.

Hunain Ibn Ishak dan Tsabit Ibn Qurra, adalah dua orang terbesar yang mengabdi pada
bidang terjemahan pada masa pemerintahan Al-Makmun. Sejumlah ilmu pengetahuan seperti
matematika, mekanik, astronomi dan sebagian ilmu logika telah mereka terjemahkan ke
dalam bahasa Arab. Demikian pula dengan Zakariya Yuhanna Ibn Masawih, Beliau adalah
fisikawan ang menerjemahkan berbagai ilmu kedokteran Yunani ke dalam bahasa Arab,

7
Ibid.
8
Ibid.,hlm. 68
Beliau adalah kepala (direktur) Baitul Hikmah yang pertama pada masa pemerintahan Al-
Makmun

Hunan Ibn Ishak (808-877 M) adalah tokoh lain yang sangat berjaya pada masa
pemerintahan Al-Makmun. Dia adalah seorang fisikawan Kristen Nestor, menjadi salah satu
pelajar terbesar namanya pada masanya dan penerjemah terkemuka. Beliau belajar di
Baghdad dan terus berkembang kariernya sehingga dapat menduduki jabatan direktur "Bait
al- Hikmah” setelah Yahya ibn Musawih, menjabat direktur sekolah kedokteran di
Alexandria dan beberapa kota lainnya.

Hunain dapat menerjemahkan ilmu pengetahuan Yunani, langsung dari Bahasa Yunani ke
dalam Bahasa Syriac. Salah satu terjemahannya diterjemahkannya dari bahasa Syriac ke
dalam bahasa Arab. Secara pribadi. Beliau mengabdi sebagai penerjemah lebih dari lima
puluh tahun. Jumlah dan kualitas terjemahan kedokteran yang dihasilkan oleh Hunain dan
sekolah terjemahan yang dimilikinya menjadi landasan pengetahuan Muslim yang didominasi
oleh pemikiran kedokteran hingga abad ke-17 M.M Setelah Hunain meninggal dunia,
pekerjaan Hunain Ibnu Ishak diteruskan oleh anaknya yaitu Ishak Ibn Hunain. Dia adalah
seorang fisikawan, ahli matematika menjadi salah seorang terbaik yang pernah bekerja di
sekolah terjemahan yang dimiliki oleh Hunain. Buku terjemahannya tersebut di antaranya
Sopish of Plato, Metaphysics De Anima, De generatione et De Corruptione, dan banyak lagi
yang lainnya

Lalu terdapat tokoh translator lainnya seperti Qusta Ibn Luga, dia seorang fisikawan,
astronom, ahli matematika, filosof, dan penerjemah Menerjemahkan karya Diophantus,
Thedonius, Autolycus, Hypsicles, Aristarchus, dan Heron. Terjemahan dilaksanakan di
bawah bimbingannya langsung. Beliau juga merevisi terjemahan yang dilakukan oleh Ishaq
Ibn Hunain. Lalu Habaish Ibn Hasan ialah seorang fisikawan iparnya Hunain Ihn Ishak,
sekaligus sebagai kolaboratornya dalam penerjemahan karya Yunani ke dalam bahasa Syriac
dan bahasa Arab. Demikian pula dengan Isa Ibn Yahya yang merupakan murid dari Hunain.
Beliau menerjemahkan beragam karya Galen ke dalam bahasa Syriac dan bahasa Arab.
Beliau menerjemahkan karya Oribasius yang merupakan pengarang Ensiklopedi Filsafat

Pada fase kedua dari proses trasmisi pengetahuan dan peradaban Yunani ke dalam Islam,
tampak bahwa peran penguasa atau pemerintah sangat besar dalam memajukan peradaban
suatu bangsa. Pada masa kekuasaan Bani Abbaspemerintahan Al-Makmun menjadi
pemerintahan yang paling revolusioner dalam menerjemahkan peradaban Yunani ke dalam
Islam, Perjalanan tahap kedua proses terjemahan baru berakhir pada masa pemerintahan Al-
Muqrafi.

3. Fase Ketiga Tahun 900-1000 M


Beberapa translator terkenal pada masa tersebut tidak kalah besar perannya sebagaimana
dengan peran translator pada fase pertama dan fase kedua: Tokoh-tokoh tersebut di antaranya
Matta Ibn Yunus yang menyumbang karya terjemahannya ke dalam bahasa Arab dari karya
Aristoteles Analytics Asterior des Poti karya Aristoteles dan karya Alexander Aphrodisias
yang dikomentarinya dari karya "De Generatione et de Comptione Dia juga memberi
komentar tidak kurang dari tiga puluh buah buku Metaphysica. Sebagian besar buku itu
berasal dari bahasa Suriac dan kinnon dalam beberapa versi Beliau adalah salah seorang
gurunya Al-Farabi.9

Kemudian tidak kalah pentingnya adalah Yahya Ibn Ali yang belajar di bawah bimbingan
Mata Ibn Yunus dan Al-Frabi. Dia juga merenti terjemahan karya Matta "Themistios" dan
memberi komentar karyanya "De Coelo" karya Aristoteles, serta menerjemahkan komentar
Alexander terhadap Meteorology karya Aristoteles. Lalu muncul juga nama Abu Ustman Al-
Dimasyqi di bawah Khalifah Al-Maktadir Dia adalah seorang fisikawan, ahli matematika dan
seorang translator. Dia menerjemahkan karya Aristoteles, Galen, Porphy dan Euiclides ke
dalam bahasa Arab.

Dari beberapa tokoh translator di atas semuanya adalah dalam lingkup pertengahan
kekuasaan Dinasti Bani Abbas Fase ketiga dari masa terjemahan tersebut berada pada
pemerintahan Abbasiyah mulai melemah. Hal ini akan memberi dampak terhadap proses
terjemahan selanjutnya. Proses terjemahan tidak hanya menjadi dominasi penguasa Dinasu
Bani Abbas, terapi Dinasti Umayah kedua yang berpusat di Andalusia memiliki peranan yang
tidak jauh beda dengan Dinasti Bani Abbas Salah seorang pemuka umuwan dari pemerintah
Dinasti bani Umayah Andalusia adalah Al-Hakam 11. Beliau ialah putra Abdurrahman Il
yang bergelar Mustansir Billah. Dia adalah khalifah ke IX dari pemerintah Bani Umayah di
Cordova, yang memerintah antara (961-976 M) Dalam sejarah Dinasti Bani Umayah kedua,
Al Hakam Adalah patron terbesar terhadap seni, ilmu pengetahuan dan pendidikan, di

9
Ibid.
samping sebagai simuwan terbesar dalam lekuasaan Islam Dia mendorong untuk senantiasa
memelajan matematika, astronomi, obat-obatan Cordova menjadi tempar Universitas dan
sekaligus pusat studs Islam terbesar kedua. Kebesaran Cordova hanya dapat dikalahkan oleh
kebesaran Konstantinopel, Al-Hakam mengirimkan pelajar-pelajar dan aparat pemerintah ke
setiap penjuru dunia untuk mendapatkan menuskrip atau mem-photocopy-kannya.
Perpustakaan yang didirikannya memiliki tidak kurang dari 400 000 volume buku dan
katalog perpustakaannya terisi oleh 44 volume buku.

Realisasi terjemahan periode pertama mencapai puncaknya pada pertengahan abad ke-8
M, ketika transliterasi ke dalam bahasa Arah Syriac, Persia, dan Hindu serta ketika karya-
karya Yunani telah terbentuk. Dalam menghadapi proses terjemahan tersebut perlu ad
penekanan di berbagai sektor. Di mana terjemahan ke dalam bahasa Arab belum dilakukan
secara khusus dan dilaksanakan kadang kadang dan belum disertai dengan keinginan yang
kuat. Tidak jash berbeda dengan program yang telah direncanakan oleh pemerintah. Dua
orang khalifah Abbasiyah yang terbesar mendorong para translator untuk selalu mencari
peninggalan pengetahuan Yunani Al-Mansur memberi bantuan material kepada fisikawan
Bakhnyashu untuk membawa manuskrip tersebut ke Baghdad Bakhuyashu adalah orang yang
mulai menerjemahkan karya-karya kedokteran Yunani Aktif bersama beberapa
pendampingnya dalam penerjemahan, sehingga seluruh karya kedokteran Yunani dapat
diterjemahkan Al-Mansur pula yang menekankan pembantunya Ibn Batriq, salah seorang
peonir terjemahan dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab.10

Sebagaimana diketahui bahwa terjemahan ke dalam bahasa Arab telah meningkat


Gerakan Islam memimpin kultur terjemahan dan ilmu pengetahuan pun mulai bangkit, sama
halnya dengan terjemahan telah menggerakkan kekuatan Islam. Masa kejayaan terjemahan
dari Yunani ke Arab terjadi pada abad ke-9 M. Ketika orang-orang Islam telah menjadikan
Islam sebagai standar peradaban. Islam telah membentang sangat luas dan sejumlah besar
karya-karya Yunani telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Metode terjemahan, kualitas
karya terjemahan sepanjang periode tersebut serta institusi khusus telah didesain sebagai

10
Ibid,. hlm. 75
pusat terjemahan. Pusat itulah selanjutnya menjadi peonir terjemahan dalam Islam Adapun
pusat-pusat terjemahan tersebut yakni:11

1. Sekolah terjemahan yang dipimpin oleh Tsabir Ibn Qurra telah melahirkan versi
tersendiri terjemahan dalam bahasa Arab Sejumlah karya klasik Yunani dalam bidang
matematika, seperti karya: Euclides, Archimides, Apilonius Teodosus, Prolomeus,
Eutocius dan yang lainnya Tsabit dan para muridnya termasuk anaknya serta anggota
yang lainlah membanta peradaban Islam dengan menerjemahkan sebagian besar
matematika dan karya-karya astronom Tunani.

2. Secara umum usaha Al-Baladhun bersama tiga saudara Banu Musa dan bersama
dengan lain, telah menyumbang perkembangan peradaban Islam dengan
menerjemahkan empat buku karya Timuwan Yunani, yaitu karya Apolion dan
beberapa karya matematika, mekanika dan karya astronomi.

3. Pusat terjemahan yang terbesar adalah "Baitul Hikmah dibangun di Baghdad oleh Al-
Makmun. Pembangunannya telah didanai dengan miliaran dolar ukuran nilai dolar
sekarang. Di samping perpustakaan, "Baitul Hikmah " berfungsi pula sebagai
perpustakaan dan pasar akademi durul Hikmah pertama kali telah dipimpin oleh Ibn
Masawth. tala dipimpin oleh Hunain Ibn Ishak dan kuar dugaan bahwa Hikmah
menjadi pusat terjemahan terbesar pada saat itu Pengganti Ibn Masawih adalah
Hunain, dia adalah anak Ishak Ibn Hunain menjadi pemimpin yang ketiga Baitul
Hikmah

4. Sekolah terjemahan yang lain dipimpin oleh Qusta Ibn Luga Mereka menerjemahkan
ke dalam bahasa Arab kirva Diophatus, Theodosius dan Autolycius, Hypsicles.
Aristarchus dan Heron.

Pada abad ke-9 M pusat pengetahuan telah didirikan di Baghdad Sebagian besar
terjemahan dilaksanakan setelah tahun 900 Setelah itu merupakan antiklimaks karya
11
Ibid,. hlm. 75
terjemahan setelah beberapa ratus tahun sesudahnya Sebaliknya, pada saat itu sebagian besar
seks-teks klasik Yunani yang meliputi matematika. astronomi kedokteran telah siap
diterjemahkan, antara periode 400M - 1000M Setelah tahun itu sudah dapat dipastikan bahwa
tanpa prestasi dan sudah berkurang upaya untuk mempromosikan terjemahan.

C. Pengaruh Terjemahan Terhadap Kemunculan Ilmuwan Muslim

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan peradaban Yunni
tidak hanya ditransfer ke dalam peradaban Islam, tetapi jauh sebelum itu, peradaban Yunani
telah diterjemahkan pula ke dalam beberapa peradaban lainnya seperti, peradaban Persia,
Syriac, Hellenistik Boleh jadi ketiga peradaban tersebut menjadi peradaban yang pertama
mentransformasikan pengetahuan Yunani sebelum Islam mengambilnya. Dari situlah awal
persentuhan peradaban Yunani ke luar Yunani sebelum masuk ke dalam peradaban Islam
Transfer pengetahuan dan filsafat Yunani ke dalam Islam dapat dikatakan dilakukan secara
langsung, tetapi sebagian besar dapat pula dilakukan secara tidak langsung, seperti melalui
peradaban Arab, Persia, Syriac dan Hellenistik Bahkan sebelum bersentuhan langsung
peradaban Minani dan peradaban Persia, Islam telah bersentuhan langsung peradaban Yunani
melalui peradaban Hellenierik yang berpusat di Alexanders. Pada masa kekuasaan kandar
Agung, yang di dalam Al-Quran disebut dengan Zulkarnain, yang pesat peradabannya adalah
di Iskandarta Mesin. Sesuatu yang paling urgen dari kegiatan terjemahan sebagaimana
dimaksudkan di atas relals meniberi dampak luas Na terhadap perkembangan intelekualitas
masyarakat Muslum antara abad ke M hingga abad ke-12 M Di antara pengaruh tersebut
tertul ke dalam beberapa periode. Para ilmuwan yang sangat terkenal dalam sejarah dalam
pada periode periode pertama Lemajuan Islam itu dapat dikelompokkan menjadi beberapa
fase perkembangan, seperti penjelasan di bawah ini.

C. Tokoh-tokoh

1. Ilmuwan Muslim Periode Pertama pada Abad ke-7-8 M


Para ilmuwan Mustim telah berhasil membuat beberapa penemuan yang luar biasa dalam
berbagai cabang ilmu pengetahuan ratusan tahun lebih dulu sebelum kebangkitan Eropa.
Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan) mengalami keemasan dalam sejarah
pendidikan Islam, berawal dan munculnya ilmuwan dmuwan Muslim baik periode pertama
hingga beberapa periode selanjutnya. Hingga sekarang pun hasil karya ilmuwan Muslim
tersebut masih senantiasa tetap digunakan sehigai rujukan dasar bagi perkembangan ilmu
pengetahuan modern terutama di kalangan ilmuwan Eropa. Hasil penemuan ilmuwan Muslim
pada abad pertengahan telah menjadi dasar munculnya berbagai cahang ilmu pengetahuan
kontemporer yang luar biasa pesatnya. Cadang ilmu pengetahuan tersebut di antaranya ilmu
kedokteran, ilmu bedah, matematika, fisika, kimia safat asmologs, geometri dan bidang
lainnya, yang tak terhitung jumlahnya dalam berbagu buku Di antara ilmuwan-ilmuwan
Muslim yang menjadi perbincangan dalam kancah perkembangan ilmu pengetahuan baik di
Barat maupun di kalangan ilmuwan Muslim antara lain:

a. Abu Musa Jabir ibn Hayyan


Nama lengkapnya adalah Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan 721-815 M) , Beliau oleh ilmuwan
modern dijuluki sebagai bapak kimia modern. Beliau adalah ahli kimia Muslim terkemuka
pada masa kekhalifahan Bani Abbas. Namanya dikenal di Dunia Barat dengan panggilan
Geber. Penguasaannya terhadap ilmu kimia memang sangat fenomenal, karena sepuluh abad
sebelum ahli kimia Barat John Dalton (1766-1844) mencetuskan teori molekul kimia modern,
Jabir Ibnu Hayyan telah menemukan teori tersebut di abad ke-8 M.12 Artinya keterkenalan
Jabir Ibn Hayyan jauh melebihi Jhon Dalton, karena teori yang dikembangkan oleh Dalton
adalah pengembangan dari teori yang telah lebih dahulu. dikembangkan oleh Jabir Ibn
Hayyan.

Berkat jasa Jabir pula beberapa macam tentang ilmu pengetahuan modern bisa dikenal,
seperti asam klorida, asam nitrat, asam sitrat, asam asetat, teknik distilasi, dan teknik
kristalisasi Jabir pulalah yang menemukan larutan aqua regia (dengan menggabungkan asam
klorida dan asam nitrat) untuk melarutkan emas.13 Selain itu, dalam beberapa cabang ilmu
pengetahuan tentang kimia. Jabir juga berhasil menyempurnakan proses dasar penguapan,
pencairan, kristalisast. pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, pemurnian, dan oksidasi-

12
A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, (jakarta: Bulan Bintang, 1986), hlm. 298.
13
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2011), hlm. 111.
reduksi. 14 Apa yang dihasilkan sebagaimana disebutkan di atas merupakan bagian dari
teknik-teknik kimia modern, yang jauh sebelumnya telah diperkenalkan oleh Jabir Ibn
Hayyan Jenis pengetahuan itulah selanjutnya menjadi dasar bagi perigembangan ilmu kimia
dalam pengetahuan modern oleh ilmuwan Barat.

b. Al-Jahiz
Di antara tokoh yang lainnya adalah Al-Jahiz Dia dilahirkan di Basta, Irak pada 781 M
Nama aslinya adalah Abu Utsman Amr Ibn Bahr Al-Kinani Al-Fuqaimi Al-Basri. Al-Jahiz
adalah orang yang berdarah Arab Negro dari Timur Afrika Kakek Beliau adalah seorang
budak Negro (Zanj) Beliau adalah seorang ahli zonlogi terkemuka dari Basra, Irak.15 Beliau
merupakan ilmuwan Muslim pertama yang mencetuskan ide untuk mengembangkan teori
evalusi Pencetusannya itu selanjutnya berpengaruh sangat luas di kalangan ahli zoologi
Muslim dan Barat Seperti Jhon William Draper, ahli biologi Barat yang sezaman dengan
Charles Darwin pernah berujar, teori evolusi yang dikembangkan umat Islam jauh lebih
mendalam daripada yang seharusnya kita lakukan. Menurutnya para ahli biologi Muslim
sampai meneliti berbagai hal tentang anorganik serta mineral. Sesuatu yang logis bilamana
penelitian tersebut mengindikasikan bahwa ilmuwan Muslim terdahulu tidak sekadar meneliti
untuk kepentingan zamannya, tetapi manfaat penelitiannya dapat dinikmati oleh ilmuwan
ilmuwan zaman modern.

Di antara yang menjadi fokus perhatian ilmuwan Muslim pada saat itu adalah tentang
dampak lingkungan terhadap hewan hidup. Ilmuwan Muslim sejak dari abad ke 9 M telah
mampu mengungkapkan teori tentang arti pentingnya sebuah lingkungan bagi kemungkinan
seekor hewan untuk tetap bertahan hidup. Al lahiz adalah di antara ilmuwan yang telah
mampu mengungkapkan hal tersebut sejak abad ke-9 M. Beliau termasuk ahli biologi
pertama yang mengungkapkan teori berjuang untuk tetap hidup (truggle for existence) dalam
teori biologi sebelum teari modern muncul Untuk dapat bertahan hidup menurutnya, makhluk
hidup harus terus berjuang, seperti yang pernah dialaminya semasa hidup.

c. Al-Fazari

14
Ibid., hlm. 111.
15
Dedi Supriyadi dan Maman Abdul Jaliel, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 77,
Al-Fazan dengan nama asli Abu Abdullah Muhammad Ibn Ibrahim Al-Faraz (796-806
M) adalah seorang filsuf Muslim, ahli matematika, dan seorang astronom terkenal Beliau
lahir di tengah keluarga ilmuwan. Ayahnya Ibrahim Al-Fazari, adalah seorang astronom dan
ahli matematika.16 Beberapa sumber mengatakan bahwa dilihat dan nama. Beliau berasal dari
Arab tapi ia mencan dan memelajari ilmu di Persia Dalam beberapa versi ada yang
mengatakan bahwa Beliau seorang Persia. Al-Farazi menetap serta berkarya di Baghdad,
Irak, ibukota kekhalifahan Bani Abbasiyah. 17 Beliau juga merupakan salah satu astronom
paling awal di dunia Islam. Peranannya dalam kemajuan ilmu astronomi di masa Abbasiyah
sangat signifikan Al-Fazari menerjemahkan beberapa literatur asing ke dalam bahasa Arab
dan Persia. Bersama dengan cendekiawan lain seperti Naubakht dan Umar Ibnu Al-
Farmakhan Al-Tabari, Beliau meletakkan dasar-dasar ilmu pengetahuan apalagi dalam
bidang astronomi.

Farazi, menurut Siti Maryam yang dikutip dari Ehsan Misood dalam bukunya "Ilmuwan
Muslim Pelopor Hebat di Bidang Sans Modern", setelah menguasai astronomi sehingga di
bawah arahan khalifah langsung, Al-Farari mampu menerjemahkan dan menyadur teks
astronomi India kuno yang sangat teknis ke dalam bahasa Arab. Kemudian Beliau memberi
judul Ziyal-Sinb aal - Arab (tabel astronomi berdasarkan penanggalan bangsa Arab) pada
karya terjemahannya tersebut.

Pada masa Khalifah Harun AI - Ras , Al-Farazi membuat astrolabe planisferis, yaitu
sebuah mesin hitung analog pertama. sebagai alat bantu astronomi menghitung waktu terbit
dan tenggelam serta titik kulminasi matahari dan bintang serta benda langit lainnya pada
waktu tertentu. Astrolabe menjadi instrumen paling penting yang pernah dibuatnya. Dengan
desainnya yang sangat akurat, astrolabe menjadi instrumen penentu posisi dan waktu pada
abad pertengahan Astrolabe merupakan model alat pengukuran alam semesta yang dapat
digenggam sekaligus berfungsi sebagai jam matahari serta untuk mengukur tinggi dan jarak
bintang Melihat peranan Al-Fazari sebagaimana djelaskan di atas, tidak diragukan lagi
bahwa astronomi Islam berkembang dan suatu kajian mendalam oleh ilmuwan Muslim. Tidak
semata-mata disadurkan dari ilmu pengetahuan Yunani tetapi murni dari kajian ilmuwan
Muslim itu sendiri, termasuk hasil penelitian Al-Fazari.

16
Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Lesfi,2009), hlm. 113.
17
Ibid.
d. Al-Hawarizmi
Al-Khawarizmi dikenal sebagai penemu aljabar dan angka dalam Islam Nama asli dari Al-
Khawarizmi adalah Muhammad Ibn Masa Al-Khawarizmi. Beliau juga dikenali sebagai Ab
Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusuf Al-Khawarizmi dikenal di Barat sebagai Al-
Khawarizmi, Al-Cowarizmi A Ahawizmi, Al-Karismi, Al-Goritmi Al-Gorismi dan beberapa
cara ejaan lainnya. la dilahirkan di Bukhara pada tahun 780-850 M Masa itu adalah era
kegemilangan Islam Al-Khawarizmi wafar antara tahun 220 M dan 230 M. Tetapi ada yang
mengatakan Al-Khawarizmi hidup sekitar awal pertengahan abad ke-9 M Sumber lain
menegaskan Beliau hidup di Khawarism, Usbekistan pada tahun 194H/780M dan meninggal
tahun 266H/850M di Baghdad Akan tetapi menurut Eugene A. Mayers, Beliau hidup antara
tahun 950-976 M.18

Beberapa ilmuwan lain seperti halnya Al-Fazarı, Al-Hawarizmi nama aslinya adalah Abu
Abdullah Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi lahir di Khwarizm (Kheva), kota di selatan
sungai(sekarang Uzbekistan) pada tahun 770 M. Kedua orangtuanya kemudian pindah ke
sebuah tempat di Selatan kota Baghdad (Irak), ketika ia masih kecil Khawarizmi dikenal
sebaga orang yang memperkenalkan konsep algoritma dalam matematika. Konsep yang
diambil dari nama belakangnya.19

Dalam sejarah pendidikan Al-Khawarizmi dikenal sebagal seorang tokoh Islam yang
berpengetahuan luas. Pengetahuan dan keahliannya bukan hanya dalam bidang syariat tapi di
dalam bidang falsafah, logika, aritmatika, geometri, musik, ilmu hitung sejarah Islam, dan
kimia.20 Dalam usia muda Beliau bekerja di bawah pemerintahan Khalifah Al-ma’un bekerja
di "Bayt al Hikmah di Baghdad. Beliau bekerja dalam sebuah observatorium, yaitu tempat
belajar matematika dan astronomi. Al-khawarizmi juga dipercaya untuk memimpin
perpustakaan khalifah. Beliau pernah mengenalkan angka-angka India dan cara-cara
perhitungan India kepada dunia Islam. Beliau juga merupakan seorang penulis ensiklopedia
dalam berbagai disiplin Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh yang pertama kali
memperkenalkan aljabar dan hisab dalam dunia Islam. Banyak lagi ilmu pengetahuan yang
Beliau pelajari dalam bidang matematika dan menghasilkan konsep-konsep matematika yang
begitu populer yang masih terap dapat digunakan sampai sekarang.

18
Eugene a Mayers. Op. Cit., hlm. 30.
19
Musyrifah Sunanto, op. Cit., hlm. 109.
20
Eugene a Mayers. Op. Cit., hlm. 30.
Kata algoritma berasal dari nama penulis buku Arab terkenal, yaitu Abu Abdullah
Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi yang biasa dibaca oleh orang Barat menjadi Algorism.
Algoritma adalah langkah-langkah penyelesaian suatu masalah yang disusun secara tistematis
dan logis. Contoh sederhana adalah penyusunan sebuah resep makanan, yang biasanya
terdapat langkah-langkah cara memasak masakan tersebut. Tapi, algoritma umumnya
digunakan untuk membuat diagram alur flowchart dalam ilmu komputer/ informatika.

e. Abbas Qosim Ibn Firmas


Abbas Qasim Ibn Firnas (dikenal dengan nama Latin Armen Firman) dilahirkan di Ronda,
Spanyol pada tahun 810 M. Dia dikenal sebagai orang Barbar yang ahli dalam bidang kimia
dan memiliki karakter yang humanis, kreatif, dan kerap menciptakan barang-barang
berteknologi baru saat itu.

Beliau termasuk orang-orang yang suka bermain musik dan puisi, hidup pada saat
pemerintahan Khalifah Umayah di Andalusia. Masa kehidupannya berbarengan dengan masa
kehidupan musikus Irak yang terkenal, Ziryab. Pada saat itu ia telah menemukan,
membangun, dan menguji konsep pesawat terbang. Konsep pesawat terbang Ibnu Firnas
inilah yang kemudian dipelajari Roger Bacon 500 tahun setelah Ibn Firmas meletakkan teori-
teori dasar pesawat terbang. Konsep dan teori pesawat terbang dikembangkan setelah kurang
lebih 200 tahun setelah Bacon atau 700 tahun pasca uji coba Ibnu Firnas.

Pada tahun 852 M, di bawah pemerintahan khalifah baru Abul Rahman II, Ibnu Firnas
membuat sebuah prototipe atau model pesawat terbang dengan meletakkan bulu pada sebuah
bingkai kayu. Setelah menyelesaikan model pesawat layang yang dibuatnya, Ibnu Firnas
mengundang masyarakat Cordoba untuk datang dan menyaksikan uji coba hasil karyanya
tersebut dari menara Masjid Mezquita.

f. Al-Farghani
Al-Farghani adalah seorang ahli astronomi Muslim yang sangat berpengaruh. Nama
lengkapnya adalah Abu Al-Abbas bin Muhammad AFargha Di Barat, para ahli astronomi
abad pertengahan mengenalnya dengan sebutan Al-Farghanus. Al Farghani berasal dari
Farghana, Transoxania. Farghana adalah sebuah kota di tepi sungai Sardaria, Uzbekistan. Ia
hidup di masa pemerintahan Khalifah Al-Ma'mun ( 33M) hingga masa kematian Al-
Mutawakkil ( - 881N ). Al-Farghani sangat beruntung hidup di dua masa tersebut karena
pemerintah memberi dukungan penuh bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Buktinya, sang khalifah membangun sebuah lembaga kajian yang disebut Akademi Al-
Ma'mun dan mengajak Al-Farghani untuk bergabung Bersama para ahli astronom lainnya, ia
diberi kesempatan menggunakan peralatan kerja yang sangat canggih pada masa itu la
memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mengetahui ukuran bumi, meneropong bintang, dan
menerbitkan laporan ilmiah.

Hasil penelitian Al-Farghani di bidang astronomi ditulisnya dalam berbagai buku, seperti
dalam bukunya Harakat as-Samawiyya wa jawami Ilm an-Nujum. Buku tersebut
menggambarkan tentang kajian bintang-bintang Dalam buku tersebut Al-Farghani memang
mengadopsi sejumlah teori Ptolemaeus tapi mengembangkannya lebih lanjut hingga
membentuk teorinya sendiri. Pada abad XII M, buku tersebut diterjemahkan dalam dua versi
bahasa Latin. Salah satunya diterjemahkan oleh John Seville pada tahun 1135M, kemudian
direvisi oleh Regiomontanus pada tahun 1460-an. Sebelum rahun 1175M, karya ini juga
sempat diterjemahkan oleh Gerard Ceremona" Dari perjalanan sejarah Itulah selanjutnya
karya-karya Al-Farghani dialihbahasakan ke dalam bahasa Latin, sehingga teorinya tentang
perbintangan dan astronomi dapat dikenal di Barat pada zaman modern.

g. Tabit Ibn Qurra


Sebagaimana telah disinggung pada penjelasan di atas disebutkan bahwa Tsabit bin Qurra'
lahir pada tahun 833M di Harran Mesopotamia la dikenal sebagai ahli geometri terbesar, pada
masa itu Tsabit merupakan salah satu penerus karya Al Khawarizmi.21 Beberapa karyanya
diterjemahkan dalam bahasa Arab dan Latin, khusunya karya tentang Kerucut Apollonius.
Tsabit bin Qurra' pernah menulis sejumlah persamaan pangkat dua (kuadrat), persamaan
pangkat tiga (kubik), dan beberapa pendalaman rumus untuk mengantisipasi perkembangan
kalkulus integral. Selain mahir matematika, Tsabit juga ahli astronomi. la pernah bekerja di
pusat penelitian astronomi yang didirikan oleh Khalifah Al-Ma'mun di Baghdad. Selama
bekerja di sana. Tsabit meneliti gerakan sejumlah bintang yang disebut Hizzatul I'tidalain
yang ternyata memengaruhi terjadinya gelombang bumi setiap 26 tahun sekali.22

21
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Kota Kembang, 1989), hlm. 136.
22
Ibid.
Tsabit juga memimpin sebuah penelitian pada masa pemerintahan Khalifah Al-Rasyid.
Tsabit mengukur luas bumi dengan menggunakan garis bujur dan garis lintang secara teliti.
23
Penemuan Tsabit tersebut memberikan inspirasi pada para pelaut, seperti Colombus, untuk
melakukan pelayaran keliling dunia yang dimulai dari Laut Atlantik Penemuan penting
Tsabit adalah jam matahari. Jam ini menggunakan sinar matahari untuk mengetahui
peredaran waktu dan menentukan waktu shalat.

h. Ibnu Jarir At-Thabari


Nama lengkap At-Thabari adalah Abu Ja'far Muhammad Ibnu Ja'far Ibnu Yazid Ibnu
Kasir Ibnu Ghalib At-Thabari. Beliau lahir di Tobaristan di kota Amul. Kota tersebut berada
di salah satu provinsi Persia dan terletak di sebelah utara gunung. Alburz, selatan laut Qazwin
Pada tahun 224/225 Hijriyah 839/840 Masehi Nama At-Tabari diambil dari nama daerah
tempat Beliau lahir yakni Tabaristan, dan Abu Ja'far diambil dari sebutan orang agung di
zamannya. Beliau banyak menghabiskan waktu di Baghdad Irak. Dalam hidupnya, Beliau
menghabiskan hari-hari untuk menulis dan mengajar. Muridnya menyebutnya bagaimana
gurunya menghabiskan hidupnya dengan menulis dan mengajar. Beliau sanggup menulis 40
bahkan lebih karya ilmiah dan mengajar ilmu furu' lainnya selepas menulis.

At-Thabari pertama berangkat ke kota Rayy, di daerah tersebut Imam Thabari memelajari
hadis nabi. Dari daerah itu pula ia berkesempatan belajar sejarah dari Muhammad Ibn Ahmad
Ibn Hammad Al-Daulabi dan belajar ilmu fikih dari Ibn Muqatil. Setelah itu, ia pindah ke
kota Baghdad dengan maksud menemui dan belajar kepada Imam Ahmad bin Hanbal.
Namun sebelum ia sampai ke kota tersebut, Imam Hanbali meninggal dunia (24) H/855 M) .
Lalu Beliau mengalihkan perjalanan ke Basrah, akan tetapi sebelum ia sampai ke kota Basrah
ia mampir ke kota wasit untuk mendengarkan pelajaran.

2. Ilmuwan-ilmuwan Muslim Gelombang kedua

23
Ibid., hlm. 137.
Ilmuwan-ilmuwan Muslim gelombang kedua tidak berdiri sendiri. Sebagian besar mereka
yang disebutkan, masih sangat terikat dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada
gelombang pertama. Hanya saja keterkenalannya terjadi pada fase yang berbeda dengan
ilmuwan periode pertama. Di antara ilmuwan gelombang kedua itu adalah:

a. Al-Farabi (870-950 )M)


Al-Farabi mempunyai nama lain, seperti Abu Nashr Muhammad Ibn Thorkhan Ibn Al-
Uzalagh Al-Farabi. Di kalangan orang-orang latin abad pertengahan Al-Farabi lebih dikenal
dengan Abu Nashr (Abunasaer). Nama tersebut sebenarnya adalah nama julukan bagi Al -
Farabi karena nama itu diambil dari nama kota Farab. Beliau dilahirkan di desa Wasij di
Distrik Farab (Utara, Provinsi Transoxiana, Turkestan) pada tahun 257 H (870M). Kadang-
kadang Beliau mendapat sebutan orang Turki, sebab ayahnya sebagai orang Iran menikah
dengan wanita Turki. Ayahnya seorang opsir tentara pada Dinasti Samaniyyah yang
menguasai wilayah Transoxiana, wilayah otonom Bani Abbasiyah. Keturunan ayahnya
mengabdi pada pangeran-pangeran Dinasti Samaniyyah. Al-Farabi meninggal di Damaskus
pada bulan Rajab 339 H/Driember 950 M pada usia 80 tahun, dan dimakamkan di luar
gerbang kecil (al-bab al-saghir) kota bagian selatan Kota Demaskus.

Secara personal Beliau adalah seorang komentator filsafat Yunani yang berkontribusi
besar dalam bidang matematika, filsafar, pengobatan, bahkan musik. Beliau juga telah
membuat berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik yaitu
kitab Al-Musiga. Selain itu, karyanya yang paling terkenal adalah al-madinah al-fadhilah
(kota atau negara utama) yang membahas tentang pencapaian kebahagiaan melalui kehidupan
politik dan hubungan antara rezim yang paling baik menurut pemahaman dengan hukum
Islam

Al-Farabi dikenal sebagai filosof besar memiliki keahlian dalam banyak bidang
keilmuwan. Memandang filsafat secara utuh dan menyeluruh serta mengupasnya dengan
sempurna, sehingga filosof Muslim yang datang sesudahnya seperti Ibn Rusyd banyak
mengambil filsafatnya. Pandangan Al-Farabi tentang filsafar terbukti dengan usahanya untuk
mengakhiri kontradiksi antara pemikiran Plato dengan Aristoteles melalui risalahnya 'al-
Jami'u baina ra'yay al-Hakimain af-latun wa Aristhu Pengetahuan yang mendalam tentang
filsafat Plato dan Aristoteles menyebabkan Al Farabi dijuluki sebagai 'al-Mu'alim at-Tsani
(guru kedua) sedangkan al-Mu'alim al-awal (guru pertama) adalah Aristoteles.
Sebagai ilmuwan dan filosof Islam pertama yang biasa dikenal dengan Al-Farabi atau Abu
Nasir Al-Farabi atau Abu Nast Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah Al-
Farabi atau dikenal dengan Alpharabius tetapi lebih populer disebut Al-Farabi. Sebagaimana
disebut di atas. Beliau juga disebut dengan Abunasit, yang berasal dari daerah Farab,
Kazakhstan. Ada yang mengungkapkan bahwa ilmuwan ini berasal dari Turk Al-Farabi hidup
pada daerah otonomi di bawah pemerintahan Sayf Al-Daulah dan di zaman pemerintahan
Dinasti Abbasiyah yang berbentuk monarki yang dipimpin oleh seorang khalifah, la lahir di
masa kepemimpinan Khalifah Mu'tamid (869-892 M)

b. Al-Kindi (801 - 873M)


Nama aslinya adalah Abu Yusuf Yaqub Ibn Ishaq Al-Kindi, lahir di Kufah sekitar 800 M.
Ayahnya adalah seorang pejabat pada pemerintahan Harun Al-Rasyid. Al-Kindi adalah
ilmuwan yang sebagian besar hidup pada masa Al-Ma^ prime mun.Al-Mu^ prime tasir dan
Al Mutawakkil. Pribadinya berkembang sebagian besar di Baghdad. Dia dipekerjakan secara
formal oleh Mutawakkil sebagai seorang kaligrafer. Karena pandangan filosofisnya,
mutawakkil kesal dengan dia dan menyita semua buku-bukunya. Dia meninggal 873 M pada
masa pemerintahan Al – Mu’tamid.

Al-Kindi dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang lahir dari kalangan Islam, maka
kadang-kadang dia disebut filosof Arab. Selain itu, Al-Kindi adalah ahli dalam matematika,
fisika, astronomi, kedokteran, geografi dan bahkan seorang ahli dalam musik. Hal inilah yang
mengejutkan bahwa karyanya telah memberi kontribusi asli untuk semua bidang dalam Islam.
Sebagai seorang filosof dan ahli matematika, ia menulis empat buku tentang sistem bilangan
dan meletakkan dasar dari sebagian besar aritmatika modern. Tidak diragukan lagi bahwa
sistem angka arab sebagian besar dikembangkan oleh khawarizmi tetapi Al-Kindi juga
membuat kontribusi yang sama dengan Al-Kahawarizmi. Dia juga memberikan kontribusi
tidak kalah pentingnya, khususnya geometri bola untuk membantu dirinya dalam studi
astronomi.

c. Ibnu Sina
Hasan bin Ali bin Sina yang biasa dikenal dengan sebutan Ibnu Nama lengkapnya adalah
Abu Ali Husein bin Abdillah bin Sina atau Aviciena di Barat, dan yang dianggap banyak
orang Beliau dijuluki sebagai "bapak kedokteran dunia". Beliau lahir pada tahun 370 hijriyah
di sebuah desa bernama Khormeisan dekat Bukhara. 24 Sejak usia kanak-kanak, Ibnu Sina
yang berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah
terutama yang disampaikan oleh ayahnya. Kecerdasannya yang sangat tinggi membuatnya
sangat menonjol, sehingga salah seorang guru menasihati ayahnya agar Ibnu Sina tidak terjun
ke dalam pekerjaan apa pun selain belajar dan menimba ilmu." Dalam kesehariannya Ibnu
Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada aktivitas keilmuwan. Kejeniusannya
membuat ia cepat menguasai banyak ilmu, dan meski masih berusia muda, Beliau sudah
mahir dalam bidang kedokteran. Beliau pun menjadi terkenal, sehingga Raja Bukhara Nuh
bin Mansur yang memerintah pada tahun 366-387 hijriyah saat jatuh sakit memanggil Ibnu
Sina untuk merawat dan mengobatinya.

Berkat pekerjaan mulianya itulah selanjutnya Ibnu Sina dapat leluasa masuk ke
perpustakaan Istana Samani yang besar. Di perpustakaan tersebut Ibnu Sina menemukan
banyak buku yang ia inginkan, bahkan ia menemukan banyak buku yang kebanyakan orang
tidak pernah mengetahui isinya. Di sana Ibnu Sina dengan giat membaca kitab-kitab dan
memanfaatkannya semaksimal mungkin. Sehingga tidak heran jika pada usianya menginjak
18 tahun ia telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu. la menguasai berbagai macam
ilmu, di antaranya ilmu hikmah. mantiq, dan matematika dengan berbagai cabangnya. Di
antara buku-buku dan risalah yang ditulisnya, kitab Al-Syifa' yang berisi tentang filsafat dan
kitab Qanun yang berisi tentang ilmu kedokteran telah dikenal di sepanjang massa. Al-Syifa'
ditulis dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan
ilahiyyat.

d. Ar-Razi (856-925 M)
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar-Razi atau dikenal sebagai Rhazes di dunia Barat
merupakan salah satu pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864-930 M. la lahir di Rayy,
Teheran pada tahun 313H / 92 . Ar-Razi sejak muda telah memelajari filsafat, kimia,
matematika, dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq
di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di
Rayy, selanjutnya ia juga memimpin rumah sakit Muqtadari di Baghdad. Ar-Razi juga

24
Sirajuddin, op.cit., hlm.93
diketahui sebagai ilmuwan serba bisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar
dalam sejarah Islam.

Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy, kota tersebut: terletak di lembah selatan
jajaran Daratan Tinggi Alborz yang berada di dekat Teheran, Iran. Di kota ini juga, ulama
lain seperti Ibnu Sina menyelesaikan hampir seluruh karyanya. Saat masih kecil, Ar-Razi
tertarik untuk menjadi penyanyi atau musisi tapi dia lebih tertarik pada bidang alkemi. Pada
umurnya yang ke-30 tahun, Ar-Razi memutuskan untuk berhenti menekuni bidang alkemi
dikarenakan berbagai eksperimen yang menyebabkan matanya menjadi cacat. Kemudian dia
mencari dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari sinilah Ar-Razi mulai
memelajari ilmu kedokteran.

e. Al-Biruni
Al-Biruni merupakan ahli matematika Muslim yang berkebangsaan Persia, dan seorang
astronom, fisikawan, penulis ensiklopedi, filosof, pengembara, sejarawan, ahli farmasi dan
seorang guru. Namun ia banyak menyumbang dalam bidang matematika, filsafat, dan obat-
obatan. Nama lengkapnya adalah Abu Raihan Al-Biruni yang lahir di daerah Khawarazm di
Asia Selatan: Dia memelajari ilmu matematika dan ilmu falak (perbintangan) dari Abu Nashr
Manshur. Ia merupakan teman dari Ibnu Sina. Saat Beliau berumur 17 tahun, dia meneliti
garis lintang bagi Kath dan Khawarzm, dengan menggunakan latitude maksima matahari.
Saat Beliau beranjak umur 22 tahun, ia menulis beberapa hasil kerja ringkas, termasuk
kajiannya mengenai proyeksi peta, "kartografi" yang termasuk metodologi untuk membuat
proyeksi belahan bumi pada bidang datar. Saat Beliau berusia 27 tahun, ia menulis buku
"kronologi yang merupakan hasil eksperimen Beliau termasuk buku tentang Astrolabel,
sebuah buku tentang sistem bilangan desimal, empat buku lainnya tentang sejarah bintang,
dan dua buku mengenai sejarah. Ia berhasil menjadi ilmuwan yang produktif karena telah
menulis 120 buku."

Sumbangannya dalam ilmu matematika di antaranya: (0) aritmatika teoretis dan praktis;
(b) analisis kombinasi; (c) penjumlahan seri; (d) bilangan irasional; (e) kaidah angka 3: (f)
metode pemecahan penjumlahan aljabar, (g) definisi aljabar sudut segitiga; (h), teori
archimedes: teori perbandingan; dan geometri. Hal yang sangat menarik adalah bahwa Beliau
membuat sebuah penelitian tentang jari-jari bumi yaitu sekitar 6.339,6 kilometer.
f. Ibnu Haitham (Al-Hazen)
Ibnu Haitham memiliki nama lengkap Abu Al-Muhammad Al-Hasan Ibnu Al-Haitham.
Namun, di dunia Barat ia lebih dikenal dengan nama Alhazen. Dilahirkan di Basrah pada
tahun 965 M.25 la sempat menjadi pegawai pemerintahan di kota kelahirannya namun segera
keluar karena kurang menyukai dengan kehidupan birokrat. Kota pertama yang menjadi
tujuannya adalah Ahwaz kemudian Baghdad. Karena kecintaannya dengan ilmu pengetahuan
membawanya hijrah ke Mesir. Selanjutnya Mesir pula yang menjadi tempat untuk mencari
nafkah dan membiayai perjuangan hidupnya. la menyalin buku matematika dan ilmu falak. Ia
melakukan eksperimen terhadap kaca yang dibakar dan dari situlah tercetus teori lensa
pembesar (lup).

Ali Muhammad Al-Hassan Al-Haitham atau Alhazen memulai pendidikan awalnya di


Basrah. Pada awalnya Alhazen menempuh pendidikan di Basrah untuk menjadi seorang
pegawai negeri, tetapi pada akhirnya, Beliau pun diangkat menjadi menteri Basrah dan
sekitarnya. Pada saat menjadi menteri itulah Beliau tidak senang dan akhirnya setelah melalui
beberapa waktu untuk berpikir, Beliau pun memutuskan untuk mengabdikan sisa hidupnya
untuk mengembangkan matematika, fisika, dan ilmu ilmu lainnya. Dan latar belakang itulah
Ibnu Haitham selanjutnya merupakan ilmuwan yang gemar melakukan penelitian dan
penyelidikan, hingga ia menjadi orang yang pertama menulis dan menemukan perbagai data
penting mengenai cahaya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Ibnu Haitham banyak menulis mengenai
falsafah, logika, metafisik, dan persoalan yang berkaitan dengan keagamaan. Beliau juga
banyak menulis ulasan dan ringkasan terhadap karya-karya sarjana pendahulunya. Di dalam
penulisan falsafah Beliau selalu terfokus pada aspek kebenaran dalam masalah yang menjadi
pertikaian Padanya pertikaian dan pertelingkahan mengenai sesuatu perkara berpuncak dari
pendekatan yang digunakan dalam mengenalinya. Beliau juga berpendapat bahwa kebenaran
hanyalah satu, oleh sebab itu semua dakwaan kebenaran wajar diragukan dalam menilai
semua pandangan yang ada.

Bagi Ibnu Haitham, falsafah tidak boleh dipisahkan daripada matematik, sains, dan
keruhanan. Ketiga-tiga bidang dan cabang ilmu tersebut menurutnya harus dikuasai. Untuk
menguasainya seseorang itu perlu menggunakan waktu mudanya dengan sepenuhnya, karena
apabila umur semakin meningkat. kekuatan fisik dan mental akan turut mengalami
kemerosotan Kemampuan mencernakan ketiga macam ilmu tersebut turut mengalami

25
Moh. Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam, (Malang: UMM Press, 2007), hlm. 139
kemerosotan pula. Selama hidupnya Ibnu Haytham telah melahirkan berbagai karya-karya
yang dituangkan dalam bentuk buku. Beliau telah menulis buku hasil buah pikirannya sekitar
dua ratus buah buku. Maka tak heran jika Beliau disebut sebagai "Bapak optik Modern,
Bapak Fisika Modern, dan Bapak metodologi ilmiah". Namun demikian dari dua ratus buku
karangannya, hanya lima puluh lima buah buku yang berhasil diselamatkan. Salah satu
karangan Beliau yang terkenal adalah Bukunya yang berjudul Al-Manazir.
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Pada masa bani Abbasyiyah, pendidikan islam sangat berkembang pesat terutama pada
masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid. Pada masa pemerintahannya, banyak bermunculan
pemikiran-pemikiran baru yang berhubungan dengan ilmu agama dan ilmu umum. Dan juga
bermunculah tokoh-tokoh pendidikan islam yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan
pendidikan agama maupun pendidikan umum.

Pada masa pemerintaha Ar-Rasyid banyak dibangun lembaga-lembaga pendidikan seperti


Suffah, kuttab/maktab, halaqoh, majlis, masjid, khan, ribbat, rumah – ulama, rumah sakit,
toko buku – perpustakaan, dan badiah. Juga yang sampai saat ini masih dipergunakan oleh
para pelajar untuk belajar pendidikan umum dan agama, yaitu Madrasah.

Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga abad,


mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan ilmu pengetahuan
dan pengembangan budaya Timur Tengah. Tetapi pada tahun 940 kekuatan kekhalifahan
menyusut ketika orang-orang non-Arab, khususnya orang Turki (dan kemudian diikuti oleh
Mamluk di Mesir pada pertengahan abad ke-13), mulai mendapatkan pengaruh dan mulai
memisahkan diri dari kekhalifahan.

Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan sebagai simbol yang menyatukan umat
Islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah mengklaim bahwa dinasti mereka tak
dapat disaingi. Namun kemudian, Said bin Husain, seorang muslim Syiah dari dinasti
Fatimiyyah mengaku dari keturunan anak perempuannya Nabi Muhammad, mengklaim
dirinya sebagai Khalifah pada tahun 909, sehingga timbul kekuasaan ganda di daerah Afrika
Utara. Pada awalnya ia hanya menguasai Maroko, Aljazair, Tunisia, dan Libya. Namun
kemudian, ia mulai memperluas daerah kekuasaannya sampai ke Mesir dan Palestina,
sebelum akhirnya Bani Abbasyiah berhasil merebut kembali daerah yang sebelumnya telah
mereka kuasai, dan hanya menyisakan Mesir sebagai daerah kekuasaan Bani Fatimiyyah.
Dinasti Fatimiyyah kemudian runtuh pada tahun 1171. Sedangkan Bani Umayyah bisa
bertahan dan terus memimpin komunitas Muslim di Spanyol, kemudian mereka mengklaim
kembali gelar Khalifah pada tahun 929, sampai akhirnya dijatuhkan kembali pada tahun
1031.

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Misdar, Sejarah Pendidikan Dalam Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2017.

Anda mungkin juga menyukai