Tama
n dan kolam ikan masjid Namira.
Di dekat area wudhu, terdapat televisi layar datar yang menayangkan agenda-
agenda masjid. Sandal, sarung, mukena tersedia di tempat peminjaman.
Begitu memasuki masjid, kaki akan dimanjakan dengan empuknya karpet yang
membentang dan bau semerbak wangi kontan tercium. Tubuh yang panas
karena terpaan hawa panas akan didinginkan oleh udara dingin menyejukkan.
Dua proyektor dengan layar lebar tersedia di antara lukisan kaligrafi. Bagian
depan mihrab imam terbentang kiswah yang dilindungi kaca. Kaca juga dipilih
menjadi dinding masjid. Nah, dari dalam masjid, lewat dinding kaca inilah bisa
disaksikan pengunjung masjid tengah berswafoto di pelataran masjid.
Pengunjung juga bisa menambah daya untuk telepon genggam karena tersedia
puluhan stop kontak mengitari dinding masjid.
Jika umumnya langit-langit masjid terdapat setengah lingkaran mengikuti
kubah, di masjid ini langit-langitnya rata. Pada bagian langit-langit masjid inilah
terdapat lafaz Allah.
Di dalam masjid juga dapat ditemukan aroma parfum yang didatangkan
langsung dari Arab. Selain itu, aroma parfum yang semerbak di dalam masjid
juga mengingatkan siapapun yang pernah ke tanah suci akan suasana di
Masjidil Haram. Ada tiga macam pengharum dalam satu tempat dan itu
didatangkan dari Arab Saudi. Karpet tebal setiap menjelang Maghrib disemprot
dengan parfum Surati. Pihak yayasan dan takmir ternyata mempunyai konsep
apik, yakni mengcopas suasana di dua kota suci. Benar-benar cantik
penampakan Namira.
Bahkan yang membuat takjub, adanya kain kiswah yang terpasang sebagai
penutup Ka’bah di Makkah. Kain kiswah itu terpasang di depan mihrab imam.
Bekas kain penutup Ka’bah itu asli. Sengaja didatangkan langsung dari Masjidil
Haram. Sementara potongan kiswah berukuran kecil lainnya terbingkai rapi dan
dipajang di dinding masjid. Masing-masing tiga di sebelah kiri dan kanan
mihrab.
Kiswah masjid Namira yang didatangkan langsung dari Masjidil Haram.
Masjid ini juga sangat ramah kepada pengunjung difabel. Beberapa jalur khusus
untuk kursi roda tersedia di akses masuk masjid. Bahkan, beberapa kursi roda
pun disiapkan bagi yang membutuhkan. Termasuk disiapkan beberapa kursi
bagi jamaah yang tidak mampu salat dengan berdiri. Semua fasilitas itu tentu
dapat dimanfaatkan secara cuma-cuma.
Salah seorang jamaah yang biasa beribadah di masjid Namira, Faisol mengaku
senang beribadah di masjid ini karena suasana dan nuansanya yang khas.
Faisol mengaku bisa merasakan suasana beribadah seperti di tanah suci meski
belum pernah ke tanah suci. “Suasana khas dan arsitekturnya mengingatkan
kita akan masjid-masjid di tanah suci,” terangnya.
Sementara jamaah asal Sidoarjo, Mayang mengaku saat rindu Baitulloh, dirinya
bersama keluarga sengaja datang ke Masjid Namira. “Kalau kangen Masjidil
Haram, saya dan keluarga sengaja datang ke masjid ini. Benar-benar bisa
merasakan nuansa Mekkah dan Madinah kalau sudah ada di sini,” jelas Mayang.
Menurut Budi, di dalam masjid memang terdapat satpam. Tapi tugas satpam
bukan untuk menjaga uang infaq. “Saya pikir siapa yang mau mencuri infaq
masjid, toh memang tidak ada uangnya. Kata satpam itu, percuma kalau
maling masuk masjid Namira, sebab tidak ada yang bisa dicuri. Soalnya masjid
ini tidak ada saldonya,” cerita Budi.
Adapun tugas satpam masjid, lanjutnya, hanya mengamankan orang-orang
sholat saja. Memang saking banyaknya pengunjung yang datang dan ingin
berfoto di sana, keberadaan satpam di sana ditempatkan hanya untuk menjaga
ketertiban dan kekhusyukan waktu sholat saja.
Diakui takmir masjid, Namira sebenarnya memiliki dibanjiri donatur. Setiap
acara-acara bermutu, seperti pengajian, banyak donatur datang dari berbagai
daerah. Dan lagi-lagi, takmir masjid harus berpikir keras bagaimana
menghabiskan uang itu.
“Makin habis makin datang donatur yang lebih besar. Kami hanya ingin agar
sedekah dari jamaah segera berubah jadi pahala. Justru kalau
uangnya ngendon saja, kami sebagai takmir merasa berdosa. Sedekah mereka
terlambat jadi pahala karena belum ada kegiatan yang diwujudkan dari uang
yang kita terima. Makanya motto kami: usahakan saldo bisa nol,” demikian
takmir.
Tempat wudhu masjid yang nyaman dan membuat orang jadi ingin salat.
Menurut dia, takmir dan Yayasan Namira berusaha melayani jamaah agar bisa
menjalankan ibadah secara kusyuk sekaligus memberi ilmu. Sehingga, jamaah
bisa puas menjalankan ibadah sekaligus bisa menambah ilmu keagamaan.
“Selain imam dari Timur Tengah, juga dilibatkan imam dari Lamongan sendiri
maupun luar Lamongan, bahkan nasional,” ungkapnya.
Yang menarik, takmir masjid juga membuat terobosan dengan menggunakan
mesin absensi sidik jari elektronik. Namun, jangan dikira mesin tersebut untuk
absensi para petugas masjid. Mesin sidik jari itu untuk merekam data anak-
anak yang mengikuti program salat berjamaah.
Ya, kreativitas takmir masjid ditunjukkan dengan menggiatkan “Gerakan Anak
Cinta Masjid” melalui “Program Aku Cinta Masjid”.
Program ini untuk merangsang anak agar rajin salat berjamaah.
“Memakmurkan masjid-masjid Allah, itu tujuan kita. Tapi untuk bisa berjalan,
harus ada dorongan,” imbuh Nanang.
Menurut Nanang, untuk setiap anak yang salat berjamaah akan mendapatkan
satu poin. Khusus salat Subuh berjamaah, nilainya dua poin. Bagi yang berhasil
mengumpulkan 90 poin setiap bulan, jamaah akan mendapatkan beasiswa Rp
100 ribu per bulan. Tak hanya itu, 10 peserta dengan poin terbanyak setiap
bulan, akan mendapatkan tambahan beasiswa lagi masing-masing Rp 100 ribu.