Fukuzawa Yukichi
Fukuzawa Yukichi
Fukuzawa Yukichi lahir pada 10 Januari 1835 di Nakatsu, Oita Prefecture, Kyushu
bagian Utara. Fukuzawa merupakan anak kelima dari lima bersaudara yang lahir dari
golongan samurai kelas bawah, dan kemudian mendapatkan kesempatan dari pemerintah
Jepang untuk belajar di Amerika. Sepulangnya dari Amerika, Fukuzawa menolak untuk ikut
berperang, namun sebaliknya mendirikan sekolah, yang sekarang dikenal sebagai Universitas
Keio. Universitas Keio (Keio Gijuku Daigaku) adalah perguruan tinggi tertua dan salah satu
yang paling prestisius di Jepang. Universitas ini didirikan pada tahun 1859 sebagai perguruan
tinggi swasta yang fokus pada studi Barat.
Sepeninggal Fukuzawa, Universitas Keio kemudian dikenal sebagai universitas paling
bergengsi di Jepang, bahkan menjadi peringkat nomor 4 di dunia menurut Ecole des Mines de
Paris, dan melahirkan banyak politisi terkenal, seperti mantan Perdana Menteri Koizumi
Junichiro serta Hashimoto Ryutaro.
Ketekunan Fukuzawa saat mempelajari berbagai ilmu dari barat dan membaginya
dengan orang-orang di sekitar, bahkan sampai menentang perang dan menganjurkan untuk
tetap belajar dalam situasi apapun menjadikannya dikenal sebagai Bapak Reformasi
Pendidikan, seperti Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional di Indonesia.
Baik Ki Hajar Dewantara maupun Fukuzawa, merupakan seorang yang aktif
mengemukakan pendapatnya secara terang-terangan dalam bentuk tulisan. Bahkan karena
jasa-jasanya, kedua tokoh ini mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari pemerintah, yakni
potret figur kedua tokoh ini digunakan pada mata uang (1835-1901).
Fukuzawa Yukichi telah menyebarkan semangat keterbukaan dan menebarkan
modernisasi di Jepang lewat perjuangan dan karya-karyanya dalam pendidikan. Tokoh
intelektual Jepang yang akhirnya membuka mata Jepang akan adanya dunia lain selain negeri
Jepang ini selalu membuat terobosan-terobosan untuk mengubah pandangan Jepang tentang
“gaijin” (orang asing) dan “kaigai” (negeri asing).
Buku ini antara lain menyatakan: “Manusia tidak dilahirkan mulia atau hina, kaya
atau miskin, tetapi dilahirkan sama dengan yang lain. Siapa yang gigih belajar dan menguasai
ilmu dengan baik akan menjadi mulia dan kaya, tetapi mereka yang jahil akan menjadi papa
dan hina.”
Murid setia Fukuzawa Yukichi, bernama Hayashi Yuteki, kemudian membantu sang
guru dengan mendirikan perusahaan Maruya Shosha di Yokohama yang sekarang terkenal
dengan sebutan Maruzen, toko buku terbesar dan terluas cabangnya di seluruh negeri Sakura.
Tidak hanya mendirikan Keio Gijuku (Universitas Keio) saja, tetapi Fukuzawa juga
membuat karya-karya tertulis seperti “In Praise of Learning and An Outline Theory of
Civilization (Bunmeiron no Gairyaku)”.
Lalu Fukuzawa melakukan perjalanan ke Nagasaki. Pada tahun 1858, dia diangkat
sebagai guru resmi Belanda bagi keluarganya, di Nakatsu, dan dikirim ke Edo untuk
mengajar pengikut keluarga di sana.
Tahun berikutnya, Jepang membuka tiga pelabuhan untuk kapal-kapal Amerika dan
Eropa, dan Fukuzawa tertarik dengan peradaban Barat. Ketika dia tiba, dia menemukan
bahwa hampir semua pedagang Eropa lebih bisa berbahasa Inggris daripada Belanda. Dia
mulai belajar bahasa Inggris, sehingga studinya berkembang perlahan-lahan.
Teori Peradaban :
Di antara banyak karya penting yang Fukuzawa diterbitkan, salah satu yang paling
abadi adalah " Bunmeiron no Gairyaku" yang diterbitkan pada tahun 1875, tentang teori
peradaban. Menurut Fukuzawa, peradaban adalah relatif terhadap waktu dan keadaan, serta
relatif terhadap peradaban kontemporer lainnya. Dia memberi contoh bahwa, pada waktu itu,
China relatif beradab dibandingkan dengan beberapa Afrika koloni, dan negara-negara Eropa
yang paling beradab semua. Banyak pandangan Fukuzawa ini dibagikan oleh rekan-rekan di
masyarakat intelektual Meirokusha, dan diterbitkan dalam kontribusi untuk Meiroku
Zasshi (Meiji Enam Magazine) , sebuah jurnal ilmiah ia membantu mempublikasikan. Dalam
buku-buku dan jurnal, dia sering berbicara tentang kata "peradaban" dan maknanya. Dia
menganjurkan bergerak menuju "peradaban," yang berarti bahan dasar kesejahteraan serta
spiritual kesejahteraan, dengan mengangkat kehidupan manusia ke "pesawat yang lebih
tinggi." Karena material dan spiritual kesejahteraan berhubungan dengan pengetahuan dan
kebajikan, yang "bergerak ke arah peradaban" adalah kemajuan dan mengejar pengetahuan
dan kebajikan sendiri.
Keshogunan Tokugawa :
Tokugawa bakufu (pemerintah) memutuskan untuk mengirim utusan dari Shogun ke
Amerika Serikat, dan Fukuzawa sukarela jasanya untuk Admiral Kimura Yoshitake. Kapal
Kimura, kapal perang Jepang Kanrin Maru tiba di San Francisco, California pada tahun 1860.
Setelah kembali ke Jepang pada tahun 1860, Fukuzawa menjadi penerjemah resmi
untuk bakufu. Dia segera mempublikasikan, kamus Inggris-Jepang yang disebutnya " Kaei
Tsūgo " (diterjemahkan dari "kamus Cina-Inggris") yang pertama dari serangkaian buku.