Anda di halaman 1dari 94

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH

KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS PADA


PASIEN STROKE HEMORAGIK DI RUANG
INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUD
Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma Keperawatan

NUR FITRIYANI
A01401935

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK
2016/2017
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH
KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS PADA
PASIEN STROKE HEMORAGIK DI RUANG
INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUD
Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma Keperawatan

NUR FITRIYANI
A01401935

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK
2016/2017

ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya serta kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Masalah
Ketidaefektifan bersihan jalan napas Pada Pasien Stroke Hemoragik Di Ruang
Intensive Care Unit (ICU) RSUD Dr. Soedirman Kebumen”. Meskipun banyak
hambatan dalam proses pengerjaannya, tapi penulis berhasil menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini tepat pada waktunya.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh derajat diploma keperawatan pada program studi keperawatan Stikes
Muhammadiyah Gombong. Penyusunan karya tulis ilmiah ini dilakukan dengan
suatu prosedur terstruktur dan terencana. Proses penulisan karya tulis ilmiah
sedikit memenuhi beberapa kesulitan dan hambatan, namun kesulitan dan
hambatan itu Alhamdulillah dapat diatasi berkat adanya bimbingan, niat dan
kemauan dari penyusun sendiri. Penulis menyadari akan keterbatasan karya tulis
ilmiah ini, namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya
proses penyusunan ini dapat terselesaikan, oleh sebab itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Teristimewa untuk Bapak Dalio dan Ibu Roisah selaku orang tua penulis,
Wahyu Setyawan dan Etik Dwi Setyaningrum selaku kakak penulis serta
seluruh anggota keluarga yang telah memberikan dorongan, baik berupa
moril maupun materil serta doa yang tidak henti – hentinya kepada penulis
dalam mencapai cita – citanya.
2. Ibu Herniyatun, M. Kep, Sp. Mat selaku ketua Stikes Muhammadiyah
Gombong yang memberikan kesempatan penulis dapat menempuh studi di
Stikes Muhammadiyah Gombong.
3. Ibu Isma Yuniar., M.Kep.Ns selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan karya
tulis ilmiah ini sampai menjadi lebih baik.

vi
4. Bapak Hendri Tamara Yudha, S. Kep. Ns, M.Kep selaku penguji I yang
telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan karya tulis ilmiah
ini sampai menjadi lebih baik.
5. Terima kasih kepada teman – teman seperjuangan Prodi DIII Keperawatan
yang selalu memberikan semangat dan masukkan kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini sepenuhnya
masih jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan
dari berbagai pihak, demi mengejar kesempurnaan yang tidak ada batasnya. Akhir
kata penulis mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan yang diberikan dari
semua pihak kepada peneliti.

Kebumen, Juli 2017

Penulis

vii
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
Karya Tulis ilmiah, Juli 2013

Nur Fitriyani1), Isma Yuniar .M, Kep. Ns2)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. K DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS
DIRUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUD. Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

ABSTRAK

Pendahuluan : Masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah
penderita stroke di Indonesia menduduki urutan pertama di Asia. Di asia khususnya
Indonesia kasus stroke menduduki peringkat pertama, setiap tahun diperkirakan 500 ribu
orang mengalami stroke. Penderita stroke mayoritas mengalami penurunan kesadaran
umumnya mengalami gangguan pernapasan dan gangguan sirkulasi, sehingga akan
mengalami masalah tentang bersihan jalan napas karena akumulasi sekret.
Penanganannya adalah dengan melakukan tindakan penghisapan lendir
(suction).Tujuan:Menganalisis asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien stroke
hemoragik dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas di
Intensive care Unit RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN. Hasil : Masalah yang muncul
dalam asuhan keperawatan yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan
dengan akumulasi sekret dan ketidakefektifan perfusu jaringan serebral berhubungan
dengan infark serebri.Tindakan :Penulis melakukan tindakan penghisapan lendir /
suction. Evaluasi :Evaluasi dari hasil implementasi yang dilakukan penulis oleh dua
pasienyaitu Tn. K dan Tn. M yaitu pada Tn. K pada tanggal 8 Juli 2017 pukul 14.00 wib
dengan hasil data subyektif tidak terkaji dan data objektif dengan hasil pasien nampak
sesak, terdengar adanya suara napas tambahan, analisa masalah belum teratasi dan pada
Tn. M tanggal 16 Juli 2017 pukul 14.00 wib dengan hasil data subyektif tidak terkaji dan
data objektif dengan hasil sesak berkurang, masih sedikit terdengar suara napas
tambahan, analisa masalah belum teratasi.

Kata Kunci : suction, stroke hemoragik, asuhan keperawatan


1. Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Gombong
2. Dosen STIKes Muhammadiyah Gombong

viii
DIII PROGRAM OF NURSING DEPARTMENT
MUHAMMADIYAH HEALTH SCIENCE INSTITUTE OF GOMBONG
Scientific Paper, July 2017

Nur Fitriyani1) , Isma Yuniar, M. Kep. Ns2)

THE NURSING CARE FOR MR. K HAVING INEFFECTIVE AIRWAY


CLEARANCE IN INTENSIVE CARE UNIT (ICU) OF
DR. SOEDIRMAN HOSPITAL OF KEBUMEN

ABSTRACT

Background: Stroke is an increasingly health problem since the stroke patient of


Indonesia is on the first rank in Asia. Stroke patient usually has consciousness decrease
and respiratory circulation disturbance. These will cause problemsin airway clearance
because of accumulation of secretion. Thesecretioncan be handled by performing mucus
suction.
Objective: To analyze the nursing care forstroke patients, escpecially hemorrhagic stroke
patient with ineffective airway clearance problems in Intensive Care Unit (ICU) of dr.
Soedirman of Kebumen.
Method:This scientific paper is an analytical descriptive with a case study. Data were
obtained through interview, direct observation, physical examination, and documentation
study. The subject was Mr. K, a hemorrhagic stroke patient.
Result:After having nursing care, the airway clearance of the patient was not totally
solvable because there were still shortness of breath and additional breath sound.

Keywords:Hemorrhagic stroke, airway clearance, nursing care, suction


1. Student Muhammadiyah Helath Science Institute Of Gombong
2. Lecturer Muhammadiyah Helath Science Institute Of Gombong

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii


LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii
LEMBAR KEASLIAN TULISAN ............................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 5
D. Manfaat Penulisan ............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7
A. Stroke Hemoragik ............................................................................... 7
1. Pengertian ...................................................................................... 7
2. Klasifikasi ..................................................................................... 8
3. Etiologi .......................................................................................... 10
4. Manifestasi Klinis ......................................................................... 11
5. Faktor Resiko ................................................................................ 13
6. Komplikasi .................................................................................... 14
7. Penatalaksanaan Medis ................................................................. 14
8. Patofisiologis ................................................................................. 16
B. Asuhan Keperawatan Dalam Ketidakefektifan Berihan Jalan Napas . 18
1. Pengkajian ..................................................................................... 18
2. Diagnosa ....................................................................................... 24
3. Perencanaan ................................................................................... 25
4. Pelaksanaan ................................................................................... 30
5. Evaluasi ......................................................................................... 30

x
C. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas ............................................... 30
1. Definisi .......................................................................................... 30
2. Penanganan ................................................................................... 31
3. Suction ........................................................................................... 34
BAB III METODE STUDI KASUS ............................................................. 39
1. Jenis / Desain / Rancangan Studi Kasus Karya Tulis ................... 39
2. Subyek studi kasus ....................................................................... 39
3. Fokus studi kasus ......................................................................... 40
4. Definisi operasional ...................................................................... 40
5. Instrumen studi kasus ................................................................... 41
6. Metode pengumpulan data ........................................................... 42
7. Lokasi dan waktu studi kasus ....................................................... 43
8. Analisa data dan penyajian data ................................................... 43
9. Etika studi kasus ........................................................................... 44
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN ............................ 47
A. Hasil Studi Kasus ................................................................................ 47
1. Asuhan Keperawatan pada Tn. K .................................................. 47
2. Asuhan Keperawatan pada Tn. M ................................................. 54
B. Pembahasan ......................................................................................... 62
C. Keterbatasan Studi Kasus .................................................................... 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 72
A. Kesimpulan ......................................................................................... 72
B. Saran .................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini
sedang mengalami masa peralihan, dari masyarakat agraris menjadi negara
industri. Indonesia juga menghadapi dampak perubahan tersebut dalam
bidang kesehatan. Penyakit tidak menular (PMT) merupakan penyakit kronis.
Empat jenis PMT utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular
(penyakit jantung koroner), stroke (cerebrovascular disease), kanker, dan
penyakit pernapasan kronik (asma dan PPOK), dan diabetes (Riset
Kesehatan, 2013).
Cerebrovascular Disease (CVD) atau stroke adalah penyakit yang
menyerang otak yaitu berupa gangguan fungsi saraf lokal dan/global,
munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi saraf pada
stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik :
Gangguan saraf tersebut menimbulkan gejala antara lain : kelumpuhan wajah
atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), mungkin
penurunan kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain – lain.
Menurut WHO (2015), kasus stroke di seluruh dunia diperkirakan
mencapai 50 juta jiwa, dan 9 juta diantaranya menderita kecacatan berat, yang
lebih memprihatinkan lagi 10 persen diantaranya mereka yang terserang
stroke mengalami kematian. Tingginya angka kejadian stroke bukan hanya
dinegara maju saja, tetapi juga menyerang negara berkembang seperti
Indonesia karena perubahan tingkah laku dan pola hidup masyarakat.Berbagai
fakta data di Rumah Sakit Umum (RSUD) Raden Matther Jambi
menunjukkan bahwa sampai saat ini, stroke masih merupakan masalah utama
dibidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Di Asia khususnya
Indonesia kasus stroke menduduki peringkat pertama, setiap tahun
diperkirakan 500 ribu orang mengalami serangan stroke. Sekitar 28.5% Klien

1
2

dengan penyakit stroke di Indonesia meninggal dunia dan diperkirakan tahun


2020 penyakit jantung dan stroke menjadi penyebab utama kematian didunia
(Yayasan Stroke Indonesia, 2010). Berdasarkan data yang berhasil
dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia, masalah stroke semakin penting
dan mendesak karena kini jumlah penderita stroke di Indonesia menduduki
urutan pertama di Asia (Yastroki, 2012).
Didalam data rumah sakit menunjukkan bahwa stroke merupakan
penyakitpenyebab utama kematian. Pada tahun 2030 diperkirakan 23,6 juta
orang akan meninggal akibat penyakit jantung dan stroke. Menurut SP2RS
(Sistem Pencatatan dan Pelaporan Rumah Sakit), stroke termasuk dalam 10
peringkat utama penyakit sistem sirkulasi darah rumah sakit di Indonesia. Di
Makasar, data statistik menunjukkan terdapat kecenderungan meningkatnya
jumlah penderita stroke. Dari dua rumah sakit pendidikan (RS umum dan RS
pelamonia)kasus stroke menempati 40% dari semua pasien rawat inap di UPF
Penyakit Saraf, dimana dalam dua tahun terjadi peningkatan sebesar 126
penderita baru (Bustan, 2011).
Stroke hemoragik adalah kondisi medis yang ditandai dengan pecahnya
satu atau lebih pembuluh darah didalam otak. Darah keluar melalui pembuluh
darah yang pecah disekeliling jaringan otak, akumulasi dan menekan jaringan
otak disekitarnya. Terbentuknya gumpalan darah juga dapat menghentikan
suplai darah ke jaringan otak lainnya. Terdapat dua tipe stroke hemoragik dari
lokasi dimana pembuluh darah tersebut pecah yaitu troke intraserebral dan
subarakhnoid (Ikawati, 2011).
Penderita stroke mayoritas mengalami penurunan kesadaran umumnya
mengalami gangguan jalan napas dan gangguan sirkulasi. Pada penderita
stroke dengan penurunan kesadaran akan mengalami masalah tentang
bersihan jalan napas karena akumulasi sekret. Dimana saat mukus menutup
sebagian saluran napas maka terjadi penurunan tidal volume yang berdampak
pada penurunan saturasi oksigen, sehingga tubuh melakukan kompensasi
dengan peningkatan frekuensi pernapasan dan peningkatan denyut jantung
(Potter & Perry, 2010). Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien dengan
3

kondisi tersebut yaitu dengan pemberian oksigen (Hudak & Gallo,


2010).Pemenuhan kebutuhan oksigen ditunjukan untuk menjaga
kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan kehidupannya dan
melakukan aktivitas bagi berbagai organ dan sel. Adanya kekurangan oksigen
ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat
menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan
(Anggraini & Hafifah, 2014).
Keadaan tersubut akan muncul masalah bersihan jalan napas dalam
diagnosa keperawatan yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan ketidakmampuan dalam
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk menjaga
bersihan jalan nafas (Nanda, 2013).
Dikatakan penderita mengalami ketidakefektifan bersihan jalan napas
yaitu dyspnea, orthopnea, sianosis, kelainan suara napas seperti rales,
wheezing, kesulitan berbicara, gelisah, perubahan frekuensi dan irama napas,
produksi sputum, dan batuk tidak efektif atau tidak ada. Pengeluaran dahak
yang tidak lancar akibat ketidakefektifan jalan nafas adalah penderita
mengalami kesulitan bernafas dan gangguan pertukaran gas di dalam paru
paru yang mengakibatkan timbulnya sianosis, kelelahan, apatis serta merasa
lemah. Dalam tahap selanjutnya akan mengalami penyempitan jalan nafas
sehingga terjadi perlengketan jalan nafas dan terjadi obstruksi jalan nafas.
Untuk itu perlu bantuan untuk mengeluarkan dahak yang lengket sehingga
dapat bersihan jalan nafas kembali efektif (Nugroho, 2011). Obsuksi jalan
napas merupakan kondisi yang tidak normal akibat ketidakmampuan batuk
secara efektif, dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebih akibat
penyakit infeksi, imobilisasi, statis sekresi, dan batuk tidak efektif karena
penyakit persyarafan seperti cerebrovaskular accident (CVA).
Penanganan untuk ketidaefektifan bersihan jalan napas akibat
akumulasi sekresi adalah dengan melakukan tindakan penghisapan lendir
(suction) dengan memasukkan selang kateter suction melalui
hidung/mulut/Endotrakheal Tube (ET) yang bertujuan untuk membebaskan
4

jalan napas, mengurangi retensi sputum dan mencegah infeksi paru. Secara
umum, pasien yang terpasang ETT memiliki respon tubuh yang tidak baik
sehingga sangat diperlukan tindakan penghisapan lendir (suction).
Kurt (2007) menyatakan dalam jurnalnya yang berjudul “Emergent
Endotracheal Intubation and Mortality in Traumatic Brain Injury” bahwa
penggunaan endotrakhea intubasi pada pasien dapat memperpanjang
kehidupan. Kemudian penulis juga melakukan suction dengan tujuan untuk
membersihkan sekret maupun saliva yang menumpuk pada jalan nafas, agar
oksigen masuk dengan bebas.
Menurut Wiyoto (2010), apabila tindakan suction tidak dilakukan pada
pasien dengan gangguan bersihan jalan nafas maka pasien tersebut akan
mengalami kekuarangan suplai oksigen (hipoksemia), dan apabila suplai
oksigen tidak terpenuhi dalam waktu 4 menit maka dapat menyebabkan
kerusakan otak yang permanen. Cara yang mudah untuk mengetahui
hipoksemia adalah dengan pemantauan kadar saturasi oksigen (SpO2) yang
dapat mengukur seberapa banyak presentasi oksigen yang mampu dibawa
oleh hemoglobin.
Berdasarkan rekap data RSUP Persahabatan, khususnya ruang rawat
melati atas Mei – Juni 2014 ditemukan banyak 16 kasus, yang hampir 90%
mengalami stroke hemoragik dan pasien mengalami ketidakefektifan bersihan
jalan napas dan hampir 100% pasien dilakukan penghisapan lendir.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengangkat kasus stroke ini
dikarenakan melihat dari penderita stroke yang mengalami peningkatan setiap
tahunnya dan tergolong penyakit yang beresiko tinggi. Selain itu, dalam
menangani masalah pasien dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan
napas diperlukan peran perawat untuk menjaga kebersihan jalan napas.
Berdasarkan alasan tersebut penulis mengangkat kasus tentang perawatan
pasien dengan stroke sebagai bahan karya tulis ilmiah dengan judul “ Asuhan
Keperawatan Dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Pasien
Stroke Hemoragik Di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Dr. Soedirman
Kebumen”.
5

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat
disusun rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah gambaran asuhan
keperawatan dalam masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan
napas pada pasien stroke hemoragik?”.

C. Tujuan Studi Kasus


a. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pasien dengan masalah
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien stroke
hemoragik.
b. Tujuan Khusus
1. Mendiskripsikan pengkajian dengan masalah bersihan jalan napas
pada pasien stroke hemoragik.
2. Mendiskripsikan diagnosa keperawatan dengan masalah bersihan
jalan napas pada pasien stroke hemoragik.
3. Mendiskripsikan tindakan keperawatan dengan bersihan jalan napas
pada pasien stroke hemoragik.
4. Menggambarkan asuhan keperawatan masalah ketidakefektifan
bersihan jalan napas.
5. Menggambarkan proses peningkatan bersihan jalan napas
menggunakan suction.
6. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan dengan ketidakefektifan
bersihan jalan napas menggunakan suction.

D. Manfaat Studi Kasus


Karya Tulis ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :
1. Masyarakat
Masyarakat dapat merawat penderita stroke dan meningkatkan
pengetahuan tentang gangguan bersihan jalan napas terutama pada pasien
stroke hemoragik.
6

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan


Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan
dalam bersihan jalan napas pada pasien stroke hemoragik.
3. Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan,
khususnya studi kasus tentang pelaksanaan bersihan jalan napas.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2011). Gejala, Penyenan, dan Akibat Stroke.[Online]. [Cited 2013 Oct
27] ; [1 sreen]. Avaible from : URL :
www.merkmanual.com/home/seco6/ch086d.html.

Battcaca, B. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan Sitem


Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Berman, A, Synder, S, dan Kozier, B. (2010). Buku Ajar Praktik Keperawatan


Klinis (5th ed). Jakarta : PT. EGC.

Bustan, MN. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka


Cipta.

Buston, M. (2011). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rinek.

Dapertemen Kesehatan RI (Depkes RI). (2008). Riset Kesehatan Dasar


(Riskesdas) 2007. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengem-bangan
Kesehatan.

Doenges, Moorhose, dan Murr. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman


untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien (3th ed).
Karisa dan Sumawarti. (2013) (Alih Bahasa).
Garner, Anne & Yogen Amin. Publish online : 2012. The Management of
neuromuscular respiratory failure : A review. Vol. 2. University College
London Hospitals, 394 – 398.

Global Rights, Elsevier. (2013). Nursing Outcames Classification (NOC). (5th


ed.). United Kingdom : CV. Mocomedia.

Hahn. 2010. 10 consideration for Endotracheal Suctioning. Rtmaga=ine.com


melalui http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/19.Diakses pada
tanggal 1/2./2013.

Herdman, T. Heather. (2012). NANDA International DIAGNOSA


KEPERAWATAN Definisi dan Klasifikasi 2012 – 2014. Buku Kedokteran :
EGC.

Herdman, T. Heather. (2015). NANDA International Inc. Nursing Diagnoses :


Definitions & Classification 2015 – 2017 (10th ed). Buku Kedokteran :
EGC.
Hockbenberry, M dan Wilson, David. (2013). Wongs Essentials of Pediatric
Nursing (9th ed). St.lovis Missouri : Elsevier Mosby.

Hudak, C. M. & Gallo, B. M. (2010). Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik,


Vol. 1. Allenidekania, Betty Susanto, Teresa, Yasminn, & monica Ester
(Ahli Bahasa). Jakarta : PT. EGC.

Ikawati, Z. (2011). Penyakit Sistem Terapi dan Tatalaksana Terapinya.


Yogyakarta : Bursa Ilmu

Israr, Yayan A. Stroke. [Online]. 2008 [Cited 2013 Oct 27]; [1 sreen]. Avaible
from :URL :http://yayanakhrar.files.wordpress.com/2009/01/case-s-t-r-o-
k-e.pdf.

Junaidi, I. (2011). Stroke Waspadai Ancamanya. Yogyakarta : CV. Andi.

Kozier dan Erb. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis (5th ed). Eny
Maliya, Esti Wahyuningsih, Devi Yulianti (Ahli Bahasa). Jakarta : PT.
EGC.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2011). Buku Ajar Findamental
Keperawatan, Konsep Proses dan Praktik. Jakarta : PT. EGC

Kurt. R, Donninghoff. (2007). Emmegent Endotrcheal Intubation and Mortality In


Traumatic Brain Injur. Jurnal Emergency Media. 184 – 189.

Lynda Juall, Carpenito. (2008). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta :


EGC.
Maggiore, S.M. et al,. (2013). Decreasing the Adverse Effect of Endotracheal
Suctioning During Mechanical Ventilation by Changing Practice.
Continuing Respiratory Care Education, Vol 58, 1588-1597.
Medical Record RSUD AWS. (2016). 10 Besar Penyakit, diperoleh dari
http://rsudaws.com/10-besar.html, diunduh tanggal 30 juni 2016
Moleong, Lexy. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya.

Muttaqin, A. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persayarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika

Nasisi, Denise, (2010). Hemoragic Stroke Emedicine. Medscape, 2010. [diunduh


dari :http://emedicine.medscape.com/artikel/793821-overview].
National Institute of Neurological Disorders and Stroke. New tool allows early
predicition of patient’s stroke outcome [intemet]. 2010. [update 2010 May
21; cited 2010 dec 2] Avaible from :
http://www.ninds.nih.gov/news.and.event/news.articles/pressrelease_strok
e. outcome. 063001. html.

Notoatmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT. Rineka


APR.

Notoatmojo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :


Rineka Cipta

Nursalam. (2011). Proses dsn Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika.
Ozden, D & Gorgulu, R. S. (2014). Effect of Open and Close Suction System on
The Haemodynamic Parameters In Cardiac Surgery Patients.Jurnal.
Dipublikasikan. Fakultas Keperawatan Universitas Dokuz. Eylul : Turki
Potter, P.A & Perry, A. G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Buku
3.Edisi : 7. Renata Komalasari, Dian Evriyani, Enie Novieastari, Alfrina
Hany dan Sari Kurnianingsih (Ahli Bahasa). Jakarta : Salemba Medika.

Price, S. A dan Wilson, L. M. (2008). Patofisiologi Konsep Klinis Proses –


Proses Penyakit (6th ed). Jakarta : EGC.

Pudiastuti, RD. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta : Nuha Medika.

Ratnasari. (2015). Hubungan Penerapan Oksigenasi Pasien Gawat Darurat


Dengan Peningkatan Kesadaran Kuantitatif Pada Pasien Di IGD RSUD
DR Abdoer Rahem Situbondo. Jurnal Keperawatan Rahem Situbondo.
Jurnal Kepwerawatan Fikes UMJ.

Riset Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar, RIS KESDAS. Jakarta :


Balitbang Kemenkes.

Safrizal, Saanin, & Bahtiar. (2013). Hubungan Oxygen Delivery Dengan Outcome
Rawatan Pasien Cedera Kepala Sedang. Padang : Bagian Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Unand

Schell,H.M & Puntilo, K. A. (2006). Nursing Secrets Series Critical Care Nursing
Secrets. Second Edition. Philadelphina : Mosby Elsevier

Setyopranoto, I. Stroke : Gejala dan Penatalaksanaan. CDK 185/ Vol. 38 no.


4/Mei-Juni 2011.
Setyopranoto, I. (2011). Stroke : Gejala dan Penatalaksanaan. Artikel Cermin
dunia : Kedokteran 185, vol (38/4) : Mei – Juni p 247 – 250. Diunduh pada
tanggal 24 Juni2014 dari
http://www.kalbe.co.id/foles/cdk/files/05_185strokegejalapenatalaksanaan.
pdf

Smeltzer. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta.

Sudoyo, A. W. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 2 3 (4th ed).
Internal Publishing. JakartaComprehensive Overview of Nursing theand
interdiscaplinary Care of the AcuteIschemic from The American Heart its
soogton.

Tarwoto dan Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Timby, B. K. (2009). Fundamental Nursing Skill and Concepts. Philadelphia :


Lippincott William & Wilkins.

Weinstock, Doris. (2010). Rujukan cepat di ruang ICU/ CCU. Jakarta : EGC

Whoold Health Organization. (2010). The Top 10 Causa of Death.


http://emedicine.medscape.com/article/196662 - overview. (diakses Juli
2016).

Whoold Health Organization. (2015). Riset Cardiovaskulae Diseases World


Health Organization. Geneva Cited July 15th 2014. Avaibble From URL :
http://www.who.int/cardiovascular_diseases/about_avd/en/accessed on.

Wiyoto. (2010). Hubugan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Prosedur


Suction Dengan Perilaku Dalam Melakukan Tindakan Suction di ICU
Rumah Sakit dr. Kariadi Semarang (Online),
(http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op+read+jtptunimus-
gdl-wiyotog2a2-5560, diakses tanggal 01 November 2013, jam 09.35
WITA).

Yayasan Stroke Indonesia. (2011). Sekilas Tenaga Stroke. Jakarta


ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. K DENGAN MASALAH
KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS PADA
PASIEN STROKE HEMORAGIK DI RUANG INTENSIVE
CARE UNIT (ICU) RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Karya Tulis Imliah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Persyaratan Untuk Menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma Keperawatan

NUR FITRIYANI
A01401935

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK
2016/2017
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. K
Temapat, Tanggal lahir : Kebumen, 4 Juli 1940
Umur / Jenis Kelamin : 77 tahun / Laki - laki
Alamat : Lembupurwo, Kebumen
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SD
No. Rekam Medik : 350-296
Tanggal Pengkajian : 6 Juli 2017 pukul 13.00 WIB
Diagnosa Medis : Stroke Hemoragik
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. S
Umur : 51 tahun
Alamat : Lembupurwo, Kebumen
Hubungan dengan pasien : anak kandung
3. Identitas Penanggungjawab
a. Keluhan utama
Pasien nampak sesak dan mengalami penurunan kesadaran.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Dr. Soedirman Kebumen pada tanggal 5Juli 2017 pukul 21:38
WIB dengan penurunan kesadaran. keluarga mengatakan sebelumnya pasien sempat jatuh
sekitar pukul 09:00 WIB dan pasien beranjak tidur dan tidak sadarkan diri. Pada tanggal 6
Juli 2017 pukul 12:45 WIB pasien dibawa ke ruang ICU. Pada pukul 13:00 WIB dilakukan
pengkajian didapatkan hasil tekanan darah 167/88 mmHg, nadi 167x/menit, RR 38x/menit,
suhu 37.80C, dan SpO2 98%, pasien terpasang mayo ukuran 3, terpasang NRM 10 lpm,
terpasang kateter ukuran 16, dan terpasang NGT. Kesadaran sopor dengan GCS E 2M2V1 ,
pasien sesak terdengar suata napas tambahan, bibir sianosis. Pasien sempat kejang, akral
dingin, dan kelumpuhan anggota tubuh bagian kanan. Terpasang infus asering 20 tpm.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Keluarga mengatakan pasien pernah dirawat di RS Depok ±5 tahun yang lalu dengan
keluhan hipertensi. Keluarga mengatakan pasien sering mengeluh nyeri kepala dan berobat
ke puskesmas. Pasien menderita vertigo.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan dikeluarganya terdapat riwayat penyakit seperti ini yaitu kak pasien
dan istri pasien. Kakak pasien meninggal ±30 tahun yang lalu dan istri pasien meninggal
sejak ±10 tahun yang lalu. Dikeluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
menular seperti TBC dan HIV.
e. Genogram

Keterangan :
: Laki – laki : Kawin
: Perempuan : Ikatan Saudara
: Meinggal : Pasien

4. Pola Fungsional Virginia Handerson


a. Pola Napas
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien sering mengeluh nyeri kepala, pasien
tidak mengalami gangguan pernapasan, pasien mengeluh sesak bila
merasa capek.
Saat dikaji : pasien nampak sesak dengan RR 38x/menit, terpasang NRM 10 lpm,
terdengar suara napas tambahan, terdapat sekret disaluran pernapasan.

b. Pola Nutrisi
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien nafsu makan bai, makan 3x sehari
dengan porsi sedang dengan nasi, lauk pauk, dan sayur. Minum 3 – 5
gelas sedang air putih, sering minum kopi 5 gelas sedang sehari, pasien
tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan atau minuman tertentu.
Saat diakji : Pasien terpasang NGT, pasien dilakukan bilas lambung dan cairan
yang keluar ±300 cc. Cairan berwarna hijau kehitaman.

c. Pola Eliminasi
Sebelum MRS : Kelurarga mengatakan pasien BAB 1 – 2 hari sekali dengan
konsistensi padat, berwarna coklat dan berbau khas. BAK 10 – 12 x/hari
dengan warna kuning pekat dan berbau khas. Pasien tidak ada keluhan
saat BAB dan BAK.
Saat dikaji : Pasien terpasang katetr, urin tertampung ±250cc/6jam, urine berwarna
kuning pekat. Pasien belum BAB sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit.
d. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien tidur malam pukul 21:00 WIB sampai
03:00 WIB, pasien tidur nyenyak terkadang terbangun karena ingin
BAK. Pasien terkadang sulit tidur. Pasien jaarang tidur siang.
Saat dikaji : Pasien mengalami penurunan kesadaran
e. Pola gerak dan keseimbangan
Sebelum MRS :Keluarga mengatakan pasien dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan
orang lain, pasien berjalan pelan tanpa alat bantu gerak.
Saat dikaji : Pasien mengalami penurunan kesadaran dan mengalami penurunan
kekuatan otot bagian kanan.
f. Rasa aman dan nyaman
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien jarang meggunakan alas kaki saat
melakukan pekerjaan rumah. Keluarga mengatakan takut bila ada benda
yang dapat melukai kaki pasien.
Saat dikaji : Pasien mengalmi penuruann kesadaran dan tempat tidur pasien
terpasang restrain (pelindung tempat tidur).
g. Pola mempertahankan daya suhu tubuh
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien sering menggunakan baju pendek, jika
pasien merasa dingin pasien menggunakan pakaian berlengan panjang
dan selimut.
Saat dikaji : Pasien demam dengan suhu 37.80C. Pasien menggunakan selimut dan
pakaian yang disediakan rumah sakit.
h. Pola belajar
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan bellum begitu mengerti mengenai penyakit yang
dialami pasien.
Saat dikaji : Keluarga nampak cemas, dan sering bertanya – tanya tentang kondisi
pasien.
i. Pola rekreasi
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien suka melakukan kegiatan seperti
berkebun.
Saat dikaji : Pasien mengalami penurunan kesadaran.
j. Pola spirittual
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien selalu menjalankan ibadah shalat 5
waktu. Jika pasien sakit pasien selalu berdoa dan menganggap bahwa
ini adalah peringatan untuknya.
Saat dikaji : Keluarga selalu mendoakan pasien agar lekas sembuh dan keluarga
melantunkan ayat – ayat al-qur’an disisi pasien saat waktu kunjung.
k. Pola komunikasi
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan apsien menggunakan bahasa jawa dan
berkomunikasi dengan baik dan lancar.
Saat dikaji : Pasien mengalami penurunan kesadaran, mulut pasien terpasang mayo
dan NRM 10 lpm.
l. Pola berpakaian
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien mengganti pakaiannya 2x sehari.
Saat dikaji : Pasien mengalami penurunan kesadaran, pakaian pasien diganti
2x/hari disediakan oleh RS.
m. Personal hygiene
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien mandi 2x/hari yaitu pada waktu pagi dan
sore, menggunakan sabun mandi. Pasien jarang menggosok gigi
terkadang tidak pernah menggosok gigi dalam satu hari, menggunakan
pasta dan sikat gigi. Keramas seminggu sekali menggunakan sampo.
Saat dikaji : Pasien diseka oleh perawata 1x/hari yaitu pada pagi hari, tetapi sejak
kemarin pasien belum diseka dan belum dilakukan oral hygiene.
n. Pola bekerja
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien senang berkebun. Bila badan terasa lelah
pasien mearsa sesak.
Saat dikaji : Pasien mengalami penurunan kesadaran
5. Pengkajian Kritis ―B6‖
a. B1 / Breathing
Pasien nampak sesak dengan RR 38x/menit, terdapat retraksi dinding dada, terdengar suara
napas tambahan, terdapat sekret di saluran napas, terpasang NRM 10 lpm, dan terpasang
mayo.
b. B2 / Blood
Irama jantung reguler, tidak terdapat bunyi tambahan (s3), tekanan darah 167/88 mmHg,
nadi 167x/menit.
c. B3 / Brain
Kesadaran sopor dengan GCS E2M3V1, reaksi pupil isokor, simetris dengan diameter 2mm
/ 2mm, dan mengalami penurunan kekuatan otot tubuh bagian kanan.
d. B4 / Bladder
Pasien terpasang kateter, urin tertampung sebanyak ±250cc/6jam, urin berwarna kuning
pekat, tidak ada distensi kandung kemih, pemasangan kateter hari kedua.
e. B5 / Bowel
Mukosa bibir pucat, lidah kotor, tidak mengalami distensi abdomen, terpasang NGT,
dilakukan bials lambung cairan yang keluar ±300cc, cairan berwarna hijau kehitaman, tidak
emngalami distensi abdomen.
f. B6 / Bone
Pasien mengalami penurunan kekuatan otot tubuh bagian kanan, tidak ada fraktur atau luka,
turgor kulit buruk, akral dingin, dan CRT >2 sekon.
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran / GCS : Sopor / E2M2V1
Tanda – tanda Vital :
Tekanan darah : 167/88 mmHg Nadi : 167x/menit
RR : 38x/menit Suhu : 37.80C
SpO2 : 97 %
BB / TB : 54 kg / 164 cm
Pemeriksaan Head To Toe
a. Kepala
Kepala simetris, tidak ada lesi, bersih, rambut pendek berwarna putih, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.

b. Wajah
Sklera ikterik, konjungtiva anemis, reflek pupil terahadp cahaya ada, mulut pelo, tidak ada
pernapasan cuping hidung, terpasang NRM 10 lpm, RR 38x/menit, mulut sianosis, terdapat
sekret disalauran napas, mulut terpasang mayo.
c. Dada
Inspeksi : Terdapat retraksi dinding dada, RR 38x/menit, tidak ada polip, simetris
Palpasi : Simetris, tidak ada nteri tekan, ictus cordis pada IC ke tiga
Perkusi : Sonor
Aukultasi : Irama reguler, ronkhi.
d. Abdomen
Inspeksi : simetris, cembung, warna kulit sawo matang, tidak ada bekas luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati
Aukultasi : bising usus 12x/menit
e. Extermitas
Atas : Tidak ada oedem, kekuatan otot tangan kiri 4, kanan 1. Terpasang infus
asering 20 tpm
Bawah : Tidak oedem, kekuatan otot kaki kiri 4, kanan 1. Akral teraba hangat.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Pada tanggal 5 Juli pukul 21:38 WIB
Hasil bacaan : Terdapat infark serebri di kortek sinistra dengan jumlah cairan ±150cc
b. Laboratorioum
Pada tanggal 5 Juli 2017 pukul 21:41 WIB
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Darah Otomatis
Imoglobin L 9.7 g/dL 13.2 – 17.3
Leukosit H 14.7 10^3/uL 3.8 – 10.6
Hemotokrit L 3.1 % 40 – 52
Eritrosit L 3.7 10^6/uL 4.40 – 5.90
Trombosit 188 10^3/uL 150 – 440
MCH 26 pg 26 – 34
MCHC L 31 g/dL 32 – 36
HCV 84 fL 80 – 100

Diff Count
Eosinofil L 0.00 % 2–4
Basofil 0.10 % 0–1
Netrofil H 82.50 % 50 – 70
Limfosit L 11.90 % 22 – 40
Monosit 5.50 % 2–3

Kimia Klinik
Kimia Rutin
GDS H 225 mg/dL 80 – 100
Ureum 25 mg/dL 10 – 50
Kreatinin 0.92 mg/dL 0.8 – 1.3
SGOT H 42 µL < 37
PGOT 13 µL < 42

Elektrolit Kimia
Kalium 4.3 mmol/L 3.5 – 5.3
Natrium 136 mmol/L 135.0 – 147.0
Chlorida 104 mmol/L 98.0 – 107.0

Sero Imunologi
CRP Negatif Negatif
Hbs Ag Rapid Non Reaktif Non Reaktif

8. Program Terapi
a. Terapi pada tanggal 6 Juli 2017 (diberikan di IGD)
Nama Obat Dosis Rute Waktu Pemberian
Metilprednisolon 62.5 mg Oral 08
Cefotaxime 3 x 1gr IV 08
Omeprazol 1 x 20 gr IV 23
Citicolin 2 x 100 mg IV 08
Manitol 2 x 125 cc IV 08
Asering 20 tpm IV

b. Terapi pada tanggal 7 Juli 2017


Nama Obat Dosis Rute Waktu Pemberian
Manitol 2 x 125 cc IV 08 18
Kalnex 3 x 500 IV 08 16 24
Citicolin 2 x 100 IV 08 18
Phenytoin 2 x 100 IV 08 18
Ranitidin 2 x 50 IV 08 18
Asering 20 tpm IV 08 18
Sonde (DG) 200 cc NGT 08 12 17 22

c. Terapi pada tanggal 8 Juli 2017


Nama Obat Dosis Rute Waktu Pemberian
Manitol 2 x 125 cc IV 08 18
Kalnek 3 x 500 IV 08 16 24
Citicolin 2 x 100 IV 08 18
Phenytoin 2 x 100 IV 08 18
Ranitidin 2 x 50 IV 08 18
Ceftriaxone 3 x 1000 mg IV 08 16 24
Asering 20 tpm IV
Sonde (DG) 200 cc NGT 08 12 17 24

B. ANALISA DATA
Waktu Analisa Data Problem Etiologi
Tanggal Ds : Ketidakefektifan Infrak
6 Juli Keluarga mengatakan pasien sering perfusi jaringan serebral
2017 merasa nyeri pada kepala dan serebral
pukul pernah menderita vertigo.
13.30 Do :
WIB - Pasien mengalami penurunan
kesadaran yaitu sopor dengan
GCS E2M2V1
- Mengalami penurunan kekuatan
otot tubuh bagian kanan, akral
hangat
- Terpasang NRM 10 lpm
- Tekanan darah 167/88 mmHg,
nadi 167x/menit, suhu 37.80C,
dan SpO2 97%.
- Hasil radiologi terdapat infrak
serebri dikorteks sinistra
Ds : - Ketidakefektifan Akumulasi
Do: bersihan jalan sekret
- Pasien nampak sesak dnegan napas
RR 38x/menit, terdapat retraksi
dinding dada
- Terdapat suara napas tambahan
- Terdapat sekret disaluran napas
- Pasien tidak dapat batuk dan
menelan.

C. PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan infark serebral.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi sekret.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Waktu dx Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi ttd
Tanggal 1 Setelah dilakukan tindakan a. Monitoring Neurologis
- Monitor ukuran,
6 Juli / keperawatan selama 3 x 7
kesimetrisan, reaksi
pukul jam diharapkan masalah dan bentuk pupil.
- Monitor tingkat
13.30 ketidakefektifan perfusi
kesadaran pasien
WIB jaringan serebral teratasi - Monitor tanda –
tanda vital
dengan kriteria hasil:
- Monitor respon
Indikator IR ER pasien terhadap
pengobatan
- TD sistolik 3 4 - Hindari aktivitas
dan diastolik jika TIK meningkat
- Meningkatny - Observasi kondisi
a tingkat 2 4 fisik pasien
kesadaran b. Terapi oksigen
- Rasa nyeri, - Bersihkan jalan
mual,
napas dari sekret
muntah
3 4 - Pertahankan jalan
napas tetap efektif
Keterangan : - Berikan oksigen
1 : Gangguan ekstrem sesuai indikasi
- Monitor aliran
2 : Berat oksigen atau kanul
3 : Sedang oksigen dan
humidifier
4 : Ringan
5 : Tidak ada gangguan
2 Setelah dilakukan tindakan a. Respiratory
Management
keperawatan selama 3 x 7
- Pantau rate, irama,
jam diharapkan masalah kedalaman, dan
usaha napas.
bersihan jalan napas
- Perhatikan gerakan
kembali efektif dengan dada, amati
kriteria hasil : kesimetrisan,
penggunaan otot
Indikator IR E
aksesoris.
R - Monitor suara napas
tambahan
- Frekuensi 2 4 - Monitor pola napas :
dalam batas bradipnea,
normal (16 – hiperventilisasi
24 x/menit) b. Airway Management
- Irama dan - Berikan posisi yang
kedalaman nyaman
napas 2 5 - Lakukan
- Kemampuan penghisapan lendir
untuk (suction) sesuai
mengeluarka kebutuhan pasien
n sekret - Kolaborasi dalam
1 4
- Suara napas pemberian
tambahan broncodilator
- Akumulasi c. Airway Suctioning
sekret - Aukultasi suara
- Penggunaan napas sebelum dan
otot bantu sesudah dilakukan
2 5
napas suction
- Gunakan aliran
2 4 rendah untuk
menghilangkan
sekret
2 5 - Monitor status
oksigen pasien dan
Keterangan : status hemodinamik.
1 : Berat
2 : Cukup
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak ada gangguan

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Waktu dx Implementasi Respon ttd
Tangga 1 - Mengkaji kesadaran - S: -
pasien O : Kesadaran pasien
l 6 Juli
sopor dengan GCS
2017
E2M2V1
Pukul
13.00
- Memonitor ukuran,
kesimetrisan, reaksi - S:-
pupil dan bentuk pupil O : Ada reflek pupil
mata pasien
terhadap cahaya, simetris
2mm/2mm

- Memonitor tanda –
- S :-
tanda vital
O : Tekanan darah
167/88 mmHg, nadi
167x/menit, suhu 37.80C

- Memberikan oksigenasi
- S :-
NRM 10 lpm
O : Pasien nampak
nyaman, sesak berkurang

- Mendengarkan suara - S:-


2
napas tambahan O : Suara napas ronkhi,
terdapat sedikit sekret
dimulut.

- Mengobservasi gerakan
- S:-
dada, rate, kedalaman,
O : gerakan dada
dan usaha respirasi
simetris, RR 32x/menit,
terdapat retraksi dinding
dada, napas nampak
berat dan dalam.
Tangga - Melakukan perawatan - S : -
pada pasien : Menyeka O : Pasien nampak bersih,
l 7 Juli
dan oral hygiene.
baju terganti.
2017
pukul
- Memberikan terapi - S :-
08.00 sesuai program O: Terapi masuk sesuai
WIB program, tidak ada reaksi
alergi.

1 - Mengkaji kesadaran - S :-
O: kesadaran sopor
dengan GCS E2M2V1
- Memonitor ukuran,
kesimetrisam, reaksi
- S: -
dan bentuk pupil mata
O: Ada reflek terhadap
pasien
cahaya, simetris dengan
diameter 2mm/2mm.
Pukul 2
- Mengaulkultasi suara - S: -
09.00
napas tambahan O: Suara napas ronkhi, RR
WIB
39x/menit, terdapat sekret
dimulut, pasien tidak
dapat batuk dan menelan.

- Memonitor tanda –
- S: -
tanda vital
O: Tekanan darah 168/101
mmHg, nadi 127x/menit,
RR 39x/menit, suhu
0
36.4 C, SpO2 97%
Pukul 2
10.00 - Melakukan - S:-
penghisapan lendir O: Sesak napas berkurang,
WIB
RR 30x/menit, suara
ronkhi berkurang, sekret
berkurang, sekret
berwarna putih encer.

- Memonitor tanda – - S:-


tanda vital setelah O: Tekanan darah 159/112
suction
mmHg, nadi 121x/menit,
RR 29x/menit, suhu
36.40C, SpO2 : 98%

Pukul 2
- S:-
- Memposisikan pasien
10.15 O: Setelah 5 menit
miring kanan
WIB kemudian kejang, sesak
bertambah RR 42x/menit

2 - S: -
- Memposisikan pasien
supinasi O: Kejang berkurang,
sesak berkurang RR
33x/menit

Pukul
- Mengobservasi NGT
11.30 - S: -
dan memberikan diit
O: tidak ada aspirasi,
WIB
Sonde masuk 200cc, tidak
ada muntahan.

- Menghitung balance
- S: -
cairan
O: Input 320, output 600.
Bc -225cc
Pukul 1
- Memonitor keadaan
13.00
dan kesadaran pasien - S: -
WIB O: keadaan lemah,
kesadaran koma dengan
GCS E1M1V1

1 - Memonitor tanda – - S: -
tanda vital O: Tekanan darah 125/101
mmHg, nadi 103x/menit,
RR 32x/menit, suhu
36.00C, SpO2 97%.

1
- Memonitor status
- S :-
oksigenasi
O: Pasien terpasang NRM
10 lpm, RR 33x/menit,
SpO2 97%
2
- Mengaukultasi suara
- S :-
napas tambahan
O: Suara napas ronkhi,
terdapat sekret dimulut
Pukul 2
- Melakukan
13.15 penghisapan lendir - S: -
O: Sekret berkurang,
WIB
ronkhi tidak terengar, RR
32x/menit.
- Memonitor tanda –
tanda vital setelah
- S: -
suction
O: Tekanan darah 137/111
mmHg, nadi 128x/menit,
RR 27x/menit, suhu
0
36.4 C, SpO2 91%.
Tangga - Menyeka pasien dan - S : -
melakukan oral hygiene O:Pasien nampak bersih,
l 8 Juli
dan wangi.
2017 /
Pukul
- Memberikan terapi obat
- S: -
08.00 sesuai program
O: Terapi obat masuk
WIB
sesuai program, tidak ada
alergi.

Pukul 1 - Memonitor kesadaran


- S: -
dan keadaan umum
09.00 - O: Keadaan Umum lemah,
pasien
kesadaran koma dengan
WIB
GCS E1M1V1

- Memonitor ukuran, - S: -
kesimetrisan, reaksi dan O: Pupil isokor, simetris
bentuk pupil mata pasien
dengan diameter
1mm/1mm.

- Mengobservasi tanda – - S: -
tanda vital O: Tekanan darah 98/78
mmHg, nadi 88x/menit,
RR 27x/menit, suhu
36.00C, SpO2 84%.

2 - Mengaukultasi suara
- S: -
napas tambahan
O: Suara napass ronkhi,
terdapat akumulasi sekret.
2 - Mengobservasi irama, - S: -
kedalaman, dan usaha O: Simetris, terdapat
respirasi.
retraksi dinding dada,
napas tampak dalam.

- Melakukan penghisapan - S: -
Pukul 2
lendir O: Sekret berkurang, suara
09.30
napas tambahan berkurang
WIB
RR 22x/menit.

- Mengobservasi tanda – - S: -
Pukul 2 tanda vital setelah O: Tekanan darah 121/77
suction
09.45 mmHg, nadi 71x/menit,
WIB suhu 36.10C, SpO2 88%.

Pukul - Memberikan sondse - S: -


melalui NGT O: Sonde masuk 200cc,
11.30
tidak muntah.
WIB

- S: -
- Menghitung balance O: Input 325 cc, output
cairan
900cc, bc -525 cc.

Pukul 1 - Memonitor kesadaran


- S: -
pasien
13.00 O: Kesadaran koma
WIB dengan GCS E1M1V1

- Memonitor tanda – tanda - S: -


vital O: Tekanan darah 98/77
mmHg, nadi 74x/menit,
suhu 36.00C, RR
25x/menit, SpO2 81%.

F. EVALUASI KEPERAWATAN
Waktu dx Evaluasi Ttd
Tanggal 1 S:-
6 Juli O:
2017 / Kesadaran pasien sopor E2M2V1, pupil isokor, simetris
Pukul dengan diameter 2mm, tekanan darah 167/88 mmHg,
14.00 nadi 167x/menit, RR 38x/menit, suhu 37.80C, SpO2 97%,
WIB pasien terpasang NRM 10 lpm, terpasang mayo.
A:
Masalah belum teratasi
P:
Monitoring neurologis, monitor oksigenasi, monitor
hemodinamik.
2 S:-
O:
Pasien nampak sesak dengan RR 38x/menit, terdapat
sekret pada saluran pernapasan, dilakukan penghisapan
lendir, pernapasan terdengar suara napas tambahan,
terdapat retraksi dinding dada, pasien posisi semifowler.
A:
Masalah belum teratasi
P:
Respiratory Management, Airway Management, dan
Airway Suctioning.
Tanggal 1 S:-
7 Juli O:
2017 / Kesadaran pasien koma dengan GCS E 1M1V1, pupil
Pukul isokor, simetris dengan diameter 2mm, tekanan darah
14.00 132/111 mmHg, nadi 128x/menit, RR 27x/menit, suhu
WIB 36.40C, SpO2 91%, pasien kejang saat dimiringkan
kekanan, dan kejang berkurang saat diposisikan supinasi
pasien terpasang NRM 10 lpm.
A:
Masalah belum teratasi
P:
Monitor Neurologis, Monitor status hemodinamik,dan
terapi oksigen.
2 S: -
O:
Pasien nampak sesak RR 27x/menit, sekret produksi,
dilakukan suction berkala, suara napas tambahan,
terdapat retraksi dinding dada, napas tampak dalam.
A:
Masalah belum teratasi
P:
Monitory respiratory, Airway management, dan airway
suctioning.
Tanggal 1 S:-
7 Juli O:
2017 / Keadaan umum pasien lemah, kesadaran koma dengan
Pukul GCS E1M1V1, pupil isokor, simetris dengan diameter
14.oo 1mm, tekanan darah 90/77 mmHg, nadi 74x/menit, suhu
WIB 36.00C, RR 25x/menit, SpO2 81%, pasien terpasang
NRM 10 lpm.
A:
Masalah belum teratasi
P:
Monitor status neurologis, Monitor hemodinamik, dan
monitor terapi oksigenasi.
2 S: -
O:
Suara napas tambahan, produksi sekret, terdapat retraksi
dinding dada, napas tampak dalam, dilakukan suction,
tanda – tanda vital setelah dilakukan suction yaitu
tekanan darah 90/77 mmHg, nadi 74x/menit, SpO2 81%,
SpO2 81%, RR 25x/menit, bibir sianosis, belum ada
reflek batuk dan menelan.
A:
Masalah belum teratasi
P:
Airway management, hemtikan suction, dan respratory
management.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. K DENGAN MASALAH


KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS PADA
PASIEN STROKE HEMORAGIK DI RUANG INTENSIVE
CARE UNIT (ICU) RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Karya Tulis Imliah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Persyaratan Untuk Menyelesaikan Program
Pendidikan Diploma Keperawatan

NUR FITRIYANI
A01401935

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG


PRODI DIII KEPERAWATAN
2016/2017
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Tempat / Tanggal lahir : Kebumen / 1 Juli 1937
Umur / Jenis Kelamin : 80 tahun / Laki - laki
Alamat : Kutowinangun, Kebumen
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Kawin
No. Rekam Medik : 542-360
Tanggal Pengkajian : 14 Juli 2017 Pukul 09.00 WIB
Diagnosa Medis : Stroke Hemoragik
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. S
Umur : 50 tahun
Alamat : Kutowinangun, Kebumen
Hubungan dengan pasien : Anak kandung
3. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama
Pasien nampak sesak dan mengalami penurunan kesadaran.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Dr. Soedirman Kebumen pada tanggal 14 Juli 2017 dengan
penurunan kesadaran. dan dilakukan perawatan bangsal Kenanga, karena kondisi kondisi
pasien mengalami penurunan kesadaran dan adanya gangguan bersihan jalan napas maka
pada tanggal 12 Juli 2017 pukul 10.00 WIB pasien dipindahkan ke ICU. Saat dilakukan
pengkajian pada tanggal 14 Juli 2017 pukul 09.00 WIB didapatkan tekanan darah 112/80
mmHg, nadi 120x/menit, RR 28x/menit, suhu 38.10C, dan SpO2 98%. Pasien sedang
diberikan terapi parasetamol 500 mg, suara napas terdengar ronkhi, terdapat sekret dimulut.
Pasien tidak dapat batuk dan menelan, pasien mengalami mual dan muntah. Pasien
mengalami penurunan anggota gerak tubuh bagian kanan. Kesadaran pasien somnolen
dengan GCS E4M3V1, terpasang binasal kanul 4 lpm, terpasang kateter no 16, dan urin yang
tertampung ±300cc, terpasang NGT. Pemeriksaan kekuatan oto kiri 5, untuk otot kanan 2
untuk tangan, dan 3 untuk kaki. Tangan kiri terpasang infus parasetamol 60 tpm.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga mengatakan pasien sebelumnya pernah dirawat di RSUD Kebumen dengan
keluhan yangb sama. Pasien memiliki riwayat hipertensi, riwayat jatuh dari kamar mandi
±12 tahun yang lalu. Keluarga mengatakan pasien jarang minum obat jika sakit hanya
mengoleskan balsem disekitar tubuh yang sakit. Pasien memiliki riwayat stroke ± 1 tahun 3
bulan yang lalu.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti TBC dan HIV.
e. Genogram

Keterangan :
: Laki – laki : Kawin
: Perempuan : Ikatan Saudara
: Meinggal : Pasien

4. Pola Virginia Handerson


a. Pola napas
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki riwayat asma, tidak
mengalami gangguan pernapasan, pasien tidak mengalami sesak.
Saat dikaji : Pasien nampak sesak dengan RR 28x/menit, terdapat seret dimulut,
suara napas ronkhi, terpasang binasal kanul.
b. Pola Nutrisi
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan nafsu makan pasien kurang, makan 2x/hari
dengan porsi kecil dengan syur, lauk pauk, dan nasi. Pasien minum air
putih sebanyak 5 – 7 gelas sedang perhari, pagi teh manis satu gelas
besar, dam sore minum satu gelas sedang kopi. Pasien tidak memiliki
riwayat alergi terhadap makanan atau minuman tertentu.
Saat dikaji : Pasien terpasang NGT, pasien diberikan sonde diit jantung 4x/hari
sebanyak 200 cc.
c. Pola Eliminasi
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien BAB 2 – 3 hari sekali dengan konsistensi
padat dan berwarna coklat. Pasien BAK 6 – 9x/hari dengan warna
kuning dan berbau khas. Tidak ada keluhan saat BAB ataupun BAK.
Saat dikaji : Pasien terpasang kateter, urin tertampung sejumlah ±300cc/6 jam,
warna kuning jernih. BAB 1 – 2 hari sekali dengan konsistensi cair
berwarna coklat dan berbau khas.
d. Pola Istirahat dan tidur
Sebelum MRS : Keluarga mengtakan pasien tidur malam ±6jam, tidur sering terbangun
pada malam hari karena keluhan ingin BAK dan sering tiba – tiba
terbangun saat dini hari dan pasien jarang tidur siang.
Saat dikaji : Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien terbangun bila sesak
dan merasa mual.
e. Pola gerak dann keseimbangan
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien dapat melakukan kegiatan dan aktivitas
secara mandiri. Pasien dapat berjalan secara pelantanpa alat bantu
gerak.
Saat dikaji : Pasien mengalami kelemahan anggota badan sebelah kanan dengan
kekuatan otot kanan 2 untuk tangan dan 3 untuk kaki, otot kiri 5 untuk
tangan dan kaki.
f. Peronal hygiene
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien mandi 2x/hari menggunakan sabun
mandi. Pasien gosok gigi 1x/hari menggunakan sikat dan pasta gigi.
Keramas 1x seminggu menggunakan shampoo.
Saat dikaji : Pasien diseka oleh perawat setiap pagi, oral hygiene, dan keramas.
g. Berpakaian
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien dapat memilih dan memakai pakaiannya
secara mandiri. Pasien mengganti pakaiannya 2x/hari setiap setelah
mandi.
Saat dikaji : Pasien menggunakan pakaian yang disediakan RS, pakaian diganti 1x
sehari dan diganti jika pakaian basah atau kotor. Pasien dibantu
sepenuhnya oleh perawat.
h. Mempertahankan suhu tubuh
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan jika dingin pasien menggunakan pakaian
panjang dan jika merasa panas pasien mengenakan pakaian tipis dan
pendek.
Saat dikaji : Pasien mengenakan pakaian dari RS. Pasien nampak menggunakan
selimut dan suhu pasien 38.10C.
i. Bahaya lingkungan dan kecelakaan
Sebelum MRS : Pasien selalu menjaga tubuhnya dari bahaya seperti memakai sandal
saat berpegian.
Saat dikaji : Pasien mengalami penurunan kesadaran.
j. Komunikasi
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan dapat bberomunikasi dengan orang lain secara
lancar dan baik dengan menggunakan bahasa jawa.
Saat dikaji : Pasien mengalami penurunan kesadaran.
k. Bekerja
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien menjadi petani, pasien senang melakukan
kegitannya itu. Sehingga pasien lupa makan dan istirahat.
Saat dikaji : Pasien mengalami penurunan kesadaran.
l. Ibadah
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien menjalankan ibadah shalat 5 waktu.
Saat dikaji : Pasien tidak dapat menjalankan ibadah shalat 5 waktu.
m. Rekreasi
Sebelum MRS : Keluarga mengatakan pasien mengisi waktu luang untuk berkebun dan
berkumpul bersama keluarganya.
Saat dikaji : Pasien hanya tiduran, keluarga sering menjenguk dan mengajak
berbicara dengan pasien.
n. Belajar
Sebelum MRS :Keluarga mengatakan keluarga sudah sedikit mengerti penyakit yang
diderita pasien karena sebelumnya pasien pernah menderita penyakit
seperti ini.
Saat dikaji : keluarga mengatakan selalu bertanya – tanya tentang penyakit pasien.
5. Pengkajian Kritis B6
a. B1 / Breathing
Pasien nampak sesak dengan RR 28x/menit, terdapat retraksi dinding dada, terdapat sekret
disaluran napas, terdapat suara napas tambahan, terpasang binasal kanul 4 lpm.
b. B2 / Blood
Irama jantung regular, tekanan darah 112/80 mmHg, nadi 120x/menit.
c. B3 / Brain
Kesadaran somnolen dengan GCS E4M3V1, pupil isokor, simetris dengan ukuran diameter
2mm, mengalmai penurunan kekuatan otot tubuh bagian kanan.
d. B4 / Bladder
Pasien terpasang kateter, tidak ada distensi kandung kemih, pemasangan kateter hari ke
dua.
e. B5 / Bowel
Mukosa bibir kering, tidak mengalmai distensi abdomen, terpasang NGT.
f. B6 / Bone
Pasien mengalami kelemahan anggota tubuh bagian kanan, tidak ada fraktur atau luka,
turgor kulit baik, suhu 38.10C, CRT <2 sekon.
6. Pengkajian Fisik
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran / GCS : somnolen E4M3V1
Tanda – tanda vital :
Tekanan darah : 112/80 mmHg Nadi : 120x/menit
RR : 28x/menit suhu : 38.10C
SpO2 : 98%
BB / TB : 57 kg . 169 cm
Pemeriksaan Head To Toe
a. Kepala dan leher
Kepala simetris, tidak ada polip, bersih, tidak ada nyeri tekan, rambut jarang, berwarna
putih, pada leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
b. Wajah
Sklera ikterik, konjungtiva anemis, pupil isokor, simetris dengan diameter 2mm/2mm, tidak
ada pernapasan cuping hidung, hidung terpasang binasal kanul 4lpm, RR 28x/menit,
terdapat mukus dimulut, pasien tidak dapat batuk dan menelan.
c. Dada
Inspeksi : terdapat retraksi dinding dada, simetris, RR 28x/menit, tidak ada bekas luka.
Palpasi : Simetris, tidak ada nyeri tekan, teraba hangat.
Perkusi : Sonor
Aukultasi : Tidak ada auara tambahan (s3), suara napas tambahan (ronkhi)
d. Abdomen
Inspeksi : Simetris, cembung, kulit sawo amtang, bersih.
Aukultasi : Bising usus 13x/menit.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran organ.
Perkusi : Thympani
e. Ektermitas
Mengalami penurunan kekuatan otot tubuh bagian kanan.
Ekstermitas atas : Tidak ada oedem, kekuatan otot kanan 2, kiri 5, dan terpasang infus
parasetamol 60 tpm pada tangan kanan.
Ekstermitas bawah : Tidak oedem, kekuatan otot kanan 3 dan kiri 5.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
1) Pada tanggal 3 Juli 2017 pukul 21:55 WIB
Hasil pemeriksaan rontgen thorak adalah terdapat cardiomegali, oedem paru, dan
adanya pelebaran pada vasculer.
2) Pada tanggal 8 Juli 2017 pukul 20:10 WIB
Hasil pemeriksaan USG adalah terdapat kelainan pada hepar, VU, dan VF.
3) Pada tanggal 10 Juli 2017 pukul 17:11 WIB
Hasil bacaan CT-scan adalah terdapat infark serebri dikortex sinistra dan cairan ±75cc.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pada tanggal 3 Juli 2017 pukul 19:01 WIB
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah otomatis
Hemoglobin L 11.9 g/dL 13.2 – 17.3
Leukosit 8.3 10^3/µL 3.8 – 10.6
Hemotokrit L 35 % 40 – 52
Eritrosit L 38 10^6/µL 4.40 – 5.90
Trombosit 190 10^3/µL 150 – 440
MCH 31 pg 26 – 24
MCHC 34 g/dL 32 – 36
MCV 92 fL 80 – 100

Diff Count
Eosinofil L 0.10 % 2–4
Basofil 0.20 % 0–1
Netrofil H 70.50 % 50 – 70
Limfosit L 16.20 % 22 – 40
Monosit H 13.00 % 2–8

Golongan Darah B
Kimia Klinik
Kimia Rutin
GDS H 133 mg/dL 80 – 110
Ureum H 60 mg/dL 10 – 50
Kreatinin H 148 mg/dL 0.3 – 1.3
SGOT H 44 µL < 37
SGPT H 14 µL < 42

Sero Imunologi
Widal
S. Thypi O Pos1/200
S. Thypi H -
S. Parathypi O – A -
S. Parathypi O – B -
HbsAg Non Reaktif Non Reaktif

8. Program terapi
Tanggal 14 Juli 2017
Nama Obat Dosis Rute Waktu Pemberian
Ambroxol 3 x 1 tab Enteral 08 16 24
Uriter 3 x 1 tab Enteral 08 16 24
ISDN 2 x 5 mg Enteral 08 20
Amlodipin 1 x 10 mg Enteral 08
Spinorolactan 1 x 25 mg Enteral 08
Irbesartan 1 x 300 mg Enteral 08
Gentamycin - Topikal Mencegah dekubitus
Ceftriaxone 2 x 1 gr Parenteral 08 20
Ranitidin 2 x 1 ampul Parenteral 08 20
Citicolin 2 x 1 ampul Parenteral 08 20
Furosemid 1 x 1 ampul Parenteral 08
Kalnekx 2 x 500 mg Parenteral 08 20
Nebulizer 3x1 Inhaler 08 16 24
Parasetamol inf. 4 x 500 mg Parenteral 08 14 16 20 24
Bisolvon 3 x 1 ampul Parenteral 08 16 24
Metilprednisolon 3 x 30 mg Parenteral 08 16 24
Asering 20 tpm Parenteral -
Sonde DJ 200 cc NGT 08 12 17 24

Tanggal 15 Juli 2017


Nama Obat Dosis Rute Waktu Pemberian
Ambroxol (Sirup) 3 x 1 sendok Parenteral 08 16 22
Zitanid 2 x 1 tab Enteral 08
Urinter 3 x 1 tab Enteral 08 16 22
ISDN 2 x 5 mg Enteral 08 20
Amlodipin 1 x 10 mg Enteral 08
Spironolactan 1 x 25 mg Enteral 08
Irbesartan 1 x 300 mg Enteral 08
Gentamycin - Topikal Cegah Dekubitus
Ceftriaxone 2 x 1 gr Parenteral 08 20
Ranitidin 2 x 1 ampul Parenteral 08 20
Citicolin 2 x 1 ampul Parenteral 08 20
Furosemid 1 x 1 ampul Parenteral 08
Kalnek 2 x 500 mg Parenteral 08 20
Nebulizer 3x1 Inhaler 08 16 20
Parasetamol inf. 4 x 500 mg Parenteral 08 14 16 20
Bisolvon 3 x 1 ampul Parenteral 02
Methylprednisolon 3 x 30 mg Parenteral 08 16 22
Asering 42 tpm Parenteral -
Clinimix 1000cc/24jam Parenteral -
08 12 17 24
Sonde DJ 200 cc NGT

Tanggal 16 Juli 2917


Nama Obat Dosis Rute Waktu Pemberian
Methyldopa 2 x 20 mg Enteral 08 20
Methylprednisolon 3 x 30 mg Parenteral 08 16 22
ISDN 2 x 5 mg Enteral 08 20
Ambroxol 3 x 1 sdk Enteral 08 16 22
Urinter 3 x 1 tab Enteral 08 16 22
Amlodipin 1 x 10 mg Enteral 08
Spironolactan 1 x 25 mg Enteral 08
Irbesartan 1 x 300 mg Enteral 08
Gentamycin - Topikal Cegah Dekubitus
Ceftriaxone 2 x 1 gr Parenteral 08 20
Ranitidin 2 x 1 ampul Parenteral 08 20
Citicolin 2 x 1 ampul Parenteral 08 20
Furosemid 1 x 1 ampul Parenteral 08 20
Nebulizer 3x1 Inhaler 08 16 22
Bisolvon 3x1 Parenteral 08 16 22
Pamol Ekstra Parenteral
GG 3x1 Enteral 08 16 22
Zitamid 2x1 Enteral 08 20
Asering 42 tpm Parenteral
Clinimix 1000cc/24jam Parenteral
Sonde DJ 200 cc NGT 08 12 17 24

B. ANALISA DATA
Waktu Analisa Data Problem Etiologi
Tanggal Ds: Ketidakefektifan Infark
14 Juli Keluarga mengatakan pasien perfusi jaringan serebral
2017 / memiliki riwayat stroke ±3 bulan serebral
Pukul yang lalu dan memiliki riwayat
09.00 hipertensi.
WIB
Do:
- Kesadaran somnolen dengan
GCS E4M3V1
- Mengalami penurunan
kekuatan otot tubuh bagian
kanan
- Terpasang binasal kanul 4 lpm
- Bibir kering, conjungtiva
anemis
- Hasil radiologi : Terdapat
infark serebri dikortex sinistra
dengan jumlah cairan ±75 cc
- Tekanan darah 112/80 mmHg,
nadi 120x/menit, SpO2 98%.
Ds : - Ketidakefektifan Akumulasi
bersihan jalan sekret
Do: napas
- Pasien nampak sesak dengan
RR 28 x/menit
- Terdapat sekret dimulut, suara
napas ronkhi
- Terdapat retraksi dinding dada
- Pasien tidak dapat abtuk dan
menelan.
- Suhu 38.10C

C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan infark serebral
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi sekret.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Waktu dx Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi ttd
Tanggal 1 Setelah dilakukan tindakan c. Monitoring Neurologis
- Monitor ukuran,
14 Juli / keperawatan selama 3 x 7
kesimetrisan, reaksi
pukul jam diharapkan masalah dan bentuk pupil.
- Monitor tingkat
13.30 ketidakefektifan perfusi
kesadaran pasien
WIB jaringan serebral teratasi - Monitor tanda –
tanda vital
dengan kriteria hasil:
- Monitor respon
Indikator IR ER pasien terhadap
pengobatan
- TD sistolik 3 4 - Hindari aktivitas
dan diastolik jika TIK meningkat
- Meningkatny - Observasi kondisi
a tingkat 2 4 fisik pasien
kesadaran d. Terapi oksigen
- Rasa nyeri, - Bersihkan jalan
mual, napas dari sekret
muntah - Pertahankan jalan
3 4
napas tetap efektif
Keterangan : - Berikan oksigen
1 : Gangguan ekstrem sesuai indikasi
- Monitor aliran
2 : Berat oksigen atau kanul
3 : Sedang oksigen dan
humidifier
4 : Ringan
5 : Tidak ada gangguan
2 Setelah dilakukan tindakan d. Respiratory
Management
keperawatan selama 3 x 7
- Pantau rate, irama,
jam diharapkan masalah kedalaman, dan
usaha napas.
bersihan jalan napas
- Perhatikan gerakan
kembali efektif dengan dada, amati
kesimetrisan,
kriteria hasil :
penggunaan otot
Indikator IR E aksesoris.
- Monitor suara napas
R
tambahan
- Frekuensi 2 4 - Monitor pola napas :
dalam batas bradipnea,
normal (16 – hiperventilisasi
24 x/menit) e. Airway Management
- Irama dan - Berikan posisi yang
kedalaman nyaman
napas 2 5 - Lakukan
- Kemampuan penghisapan lendir
untuk (suction) sesuai
mengeluarka kebutuhan pasien
n sekret - Kolaborasi dalam
1 4 pemberian
- Suara napas
tambahan broncodilator
- Akumulasi f. Airway Suctioning
sekret - Aukultasi suara
- Penggunaan napas sebelum dan
otot bantu 2 5 sesudah dilakukan
napas suction
- Gunakan aliran
2 4 rendah untuk
menghilangkan
sekret
2 5 - Monitor status
oksigen pasien dan
Keterangan : status hemodinamik.
1 : Berat
2 : Cukup
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak ada gangguan

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Waktu dx Implementasi Respon ttd
Tanggal 14 - Menyeka pasien dan - S: -
melakukan oral hygiene O: Pasien nampak
Juli 2017
wangi dan bersih
Pukul 08.00
WIB
- Memberika terapi obat
- S: -
sesuai program
O: Terapi obat
masuk sesuai
program, tidak ada
alergi

- S: -
- Memberikan sonde
O: Sonde 200 cc
sesuai diit sebanyak 200
cc melaui via NGT masuk melaui via
NGT, pasien tidak
muntah

09.00 WIB 1 - Mengkaji kesadaran - S: -


pasien O: Kesadaran pasien
somnolen dengan
GCS E4M3V1

- Memonitor reaksi pupil - S: -


O: Pupil isokor,
simetris dengan
diameter 2mm.

- Mengobservasi kondisi - S: -
pasien O: keadaan umum
pasien lemah, akral
hangat.

- Memonitor tanda – tanda - S: -


vital O: tekanan darah
159/79 mmHg, nadi
66x/menit, suhu
37.00C, SpO2 97%.

- S: -
- Mengkaji kekuatan otot
O: Penurunan
pasien
kekuatan otot bagian
kanan. Pada bagian
kanan kekuatan pada
tangan 2 dan kaki 3.

- S: -
2 - Mengobservasi rate,
O: RR 28x/menit,
irama, kedalaman, dan
usaha respirasi. terdapat retraksi
dinding dada,
simetris, napas
tampak dalam.

- S: -
- Memonitor suara napas
O: terdapat suara
tambahan
napas tambahan
(ronkhi), pasien
belum dapat batuk
dan menelan, tetapi
sudah ada sedikit
reflek batuk.

- S: -
O: Pasien dalam
2 - Memposisikan pasien
semifowler posisi semifowler,
pasien nampak
nyaman.

- S: -
2
- Kolaborasi dalam O: Menambahkan
pemberian obat nebulizer
terapi fentolin 4x
sehari

- S: -
11.30 WIB - Memberikan sonde 200 O: Sonde masuk
cc melalui via NGT
melalui via NGT,
tidak ada reflek
muntah.

- S: -
O: Input 700, aoutpu
- Menghitung balance
cairan pasien 600, dan bc +100

- S: -
O: Terapi inhalasi
12.00 WIB 2 - Memberikan terapi
masuk, produksi
nebulizer
mukus bertambah,
pasien sesak
bertambah.

- S: -
- Mendengarkan suara O: Suara terdengar
napas pasien
ronkhi, sedikit reflek
batuk

- S: -
- Melakukan penghisapan O: Sesak berkurang,
lendir (suction)
sekret berkurang,
pasien nampak
nyaman, sekret
berwarna kuning
kental.

- S: -
O: Kesadaran
13.00 WIB 1
- Mengkaji kesadaran somnolen dengan
GCS E4M3V1 ,
pasien mulai dapat
membuka mata.

- S: -
O: Pupil isokor,
- Mengkaji reflek pupil simetris dengan
diameter 2mm.

- S: -
Suara napas ronkhi,
- Mengaukultasi suara RR 26x/menit.
2
napas pasien

- S: -
O: Tekanan darah
124/98 mmHg, nadi
- Mengobservasi tanda –
14.00 WIB 1
tanda vital pasien 112x/menit, RR
24x/menit, suhu
36.40C, SpO2 99%.

Tanggal 15 - Menyeka dan melakukan - S: -


oral hygiene pada pasien O: Pasien nampak
Juli 2017
bersih dan wangi
Pukul 08.00
WIB
- S: -
- Memberikan terapi obat
O: Pemberian
sesuai program
kalnek dihentikan.
Terapi obat
diberikan sesuai
program.

1
- Mengkaji kesadaran
- S: -
pasien
O: Kesadaran pasien
somnolen dengan
GCS E4M3V1,
pasien nampak
tiduran.

- S: -
- Mengkaji rekasi pupil
O: Pupil isokor,
simetris dengan
diameter 2mm.

- Memonitor tanda – tanda


- S: -
vital
O: Tekanan darah
109/98 mmHg, nadi
127x/menit, RR
27x/menit, suhu
0
36.7 C, SpO2 100%.

2
- Mengaukultasi suara
- S: -
napas pasien
O: Suara napas
terdengar ronkhi,
terdapat sekret
dimulut.

- Memberikan terapi - S: -
nebulizer O: Terapi nebu
massuk, produksi
sekret, pasien sesak.

08.00 WIB - Mengaukultasi suara - S: -


napas pasien O: Suara napas
tambahan (ronkhi),
terdapat sekret di
saluran napas, sudah
ada reflek batuk
pada pasien.

- Melakukan penghisapan
- S: -
lendir
O: suara napas
tambahan
berkurang, reflek
batuk saat disuction.

- Melakukan ROM pasif - S: -


O: Otot pasien
nampak lemas,
pasein nyeri saat
dimiringkan kekiri,
pasien batuk –
batuk.
10.30 WIB 2
- Memposisikan pasien
- S: -
miring kekanan ±1.5 jam
O: Pasien
dimiringkan
kekanan.

11.30 WIB
- Memberikan sonde
- S: -
200cc melalui via NGT
O: Sonde 200 cc
masuk melalui via
NGT, tidak ada
muntahan.

11.35 WI
- Menghitung balance - S: -
cairan O: Input 700, output
750, dan bc -50.
12.00 WIB 2
- Memberikan terapi
- S: -
nebulizer
O: Terapi inhalasi
masuk, 30 menit
setelah terapi pasien
batuk, produksi
sekret.

- Melakukan penghisapan
- S: -
lendir
O: Pasien tidak mau
membuka mulut saat
disuction, paien
nampak dapat
menelan, dan pasien
sudah dapat batuk.

13.30 WIB 1
- Mengkaji kesadaran - S: -
pasien O: Kesadaran Pasien
somnolen dengan
GCS E4M3V1.

- Mengobservasi reflek - S: -
pupil O: Pupil isokor,
simetris dengan
diameter 2mm.

- Memonitor tanda – tanda


vital - S: -
O: Tekanan darah
114/97 mmHg, nadi
103x/menit, RR
19x/menit, SpO2
98%, dan suhu
0
36.1 C
2
- Mengaukultasi suara
napass pasien
- S: -
O: Suara napas
ronkhi, RR
19x/menit
Tanggal 16 - Menyeka dan melakukan - S: -
oral hygiene pada pasien O: Pasien nampak
Juli 2017
bersih dan rapi.
Pukul 08.00
WIB
- Memberikan terapi obat
- S: -
sesuai program terapi
O: Terapi obat
masuk sesuai
program, tidak ada
alergi.

- Memasukkan sonde 200 - S: -


cc melalui via NGT O: Sonde DJ 200 cc
masuk, tidak ada
mual muntah.

- S: -
- Memberikan terapi O: Terapi masuk,
08.30 WIB 2
nebulizer
sekret produksi,
pasien batuk –
batuk.

09.00 WIB 1
- Mengkaji kesadaran
- S: -
pasien
O: Kesadaran
somnolen dengan
GCS E4M3V1

- Mengkaji reflek pupil


- S: -
O: Pupil isokor,
simetris dengan
diameter 2mm.

- Mengobservasi tanda –
tanda vital pasien - S: -
O: Tekanan darah
117/87 mmHg, nadi
98x/menit, RR
21x/menit, suhu
36.30C, SpO2 100%.

- Mengaukultasi suara
napas pasien - S: -
2
O: Suara napas
ronkhi, sekret
produksi.

- Melakukan suction
- S: -
O: Ronkhi sedikit
terdengar, sesak
berkurang, pasien
tampak nyaman.

- Mengkaji kekuatan otot


10.00 WIB 1 - S: -
O: Penurunan
kekuatan otot tubuh
bagian kanan yaitu 2
kaki dan 3 tangan.
11.30 WIB

- Memberikan sonde 200 - S: -


cc melalui via NGT O: Sonde 200 cc
masuk, tidak ada
reflek muntah atau
mual.

- Menghitung balance
- S: -
cairan
O: Input 400, output
350, dan bc +50

- Memberikan terapi - S: -
nebulizer O: Pasien sudah ada
12.00 WIB 2
reflek batuk dan
menelan dengan
baik, pasien nampak
dapat membuka
mata, produksi
sekret masih
produksi.

- Melakukan suction
- S: -
O: Sekret berkurang,
pasien tampak
nyaman.

- Mengkaji kesadaran dan


reaksi pupil - S: -
13.30 WIB 1
O: Kesadaran pasien
somnolen E4M3V2,
pupil isokor,
simetris dengan
diameter 2 mm.

- Mengobservasi tanda –
tanda vital pasien - S: -
O: Tekanan darah
108/94 mmHg, nadi
111x/menit, RR
19x/menit,, suhu
36.30C, SpO2 100%

- Mengaukultasi suara
napas. - S: -
O: Suara napas
ronkhi

F. EVALUASI KEPERAWATAN
Waktu dx Evaluasi ttd
Tanggal 14 1 Ds: -
Juli 2017 / Do:
Pukul 14.00 Kesadaran pasien somnolen dengan GCS E 4M3V1,
WIB pupil isokor, simetris dengan diameter 2mm,
mengalami penurunan kekuatan otot tubuh bagian
kanan dengan nilai kekuatan tangan 2 dan kaki 3,
tekanan darah 124/98 mmHg, andi 112x/menit,
RR 24x/menit, suhu 36.40C, SpO2 99%, terpasang
binasal kanul 4 lpm.
A:
Masalah belum teratasi.
P:
Monitor kesadaran pasien, monitor status
hemodinamik, dan monitor terapi oksigen.
2 Ds :-
Do:
Pasien nampak sesak dnegan RR 24x/menit,
terdapat akumulasi sekret, pasien tidak dapat
batuk dan menelan, terdapat retraksi dinding dada,
terdapat suara napas tambahan, pasien dalam
posisi semifowler.
A:
Masalah belum teratasi
P:
Airway management, respiratory management,
dan airway suctioning.
Tanggal 15 1 Ds: -
Juli 2017 / Do:
Pukul 14.00 Kesadaran pasien somnolen dengan GCS E 4M3V1
WIB , pupil isokor, simetris dengan diameter 2 mm,
tekanan darah 114/97 mmHg, nadi 103x/menit,
terpasang binasal kanul 4 lpm, penurunan
kekuatan otot tubuh bagian kanan dengan nilai 2
unutk tangan dan 3 untuk kaki.
A:
Masalah belum teratasi
P:
Monitor status neurologis, monitor status
hemodinamik, dan monitor terapi oksigenasi.
2 Ds:-
Do:
Terdengar suara napas tambahan, terdapat sekret,
pasien sudah ada reflek batuk, belum dapat
menelan, terdapat retraksi dinding dada, RR
19x/menit, dilakukan suction secara berkala.
A:
Massalah belum teratasi
P:
Airway management, respiratory management,
dan airway suction.
Tanggal 16 1 Ds : -
Juli 2017 / Do:
Pukul 14.00 Kesadaran pasien somnolen dengan nilai GCS
WIB E4M3V2, pupil isokor, simetris dengan diameter
2mm, penurunan kekuatan otot tubuh bagian
kanan dengan nilai 2 untuk tangan dan 3 untuk
kaki, pasien sudah dapat membuka matanya,
terpasang binasal kanul 4 lpm, pasien posisi
supinasi, SpO2 100%.
A:
Masalah belum teratasi
P:
Monitor status neurologis dan status hemodinamik
2 Ds:-
Do:
Suara napas reguler, produksi sekret, dilakukan
suction secara berkala, terdapat retraksi dinding
dada, RR 19x/menit, pasien nampak nyaman.
A:
Masalah belum teratasi
P:
Airway managemen, respiratory monitoring.
Decreasing the Adverse Effects of Endotracheal Suctioning
During Mechanical Ventilation by Changing Practice
Salvatore Maurizio Maggiore MD PhD, Franc¸ois Lellouche MD, Claudia Pignataro MD,
Emmanuelle Girou PharmD, Bernard Maitre MD, Jean-Christophe M Richard MD PhD,
Franc¸ois Lemaire MD, Christian Brun-Buisson MD, and Laurent Brochard MD

BACKGROUND: Little is known about the incidence of and risk factors for adverse effects from
endotracheal suctioning. We studied the incidence and risk factors, and evaluated the effect of
suctioning practice guidelines. METHODS: During a 3-month period, in 79 mechanically
ventilated subjects, we recorded the adverse effects in 4,506 suctioning procedures. Then practice
guidelines were implemented, and 1 year later, during another 3-month period, in 68 subjects, we
recorded the adverse effects in 4,994 suctioning procedures. RESULTS: In the first period, adverse
effects occurred frequently: oxygen desaturation in 46.8% of subjects and 6.5% of suctionings,
hemor-rhagic secretions in 31.6% of subjects and 4% of suctionings, blood pressure change in
24.1% of subjects and 1.6% of suctionings, and heart rate change in 10.1% of subjects and 1.1% of
suction-ings. After guidelines implementation, all complications, both separately and all together,
were reduced. The incidence of all complications together decreased from 59.5% to 42.6% of
subjects, and from 12.4% to 4.9% of procedures (both P < .05). PEEP > 5 cm H2O was an
independent risk factor for oxygen desaturation. Receiving > 6 suctionings per day was a risk
factor for desaturation and hemorrhagic secretions. The use of guidelines was independently
associated with fewer com-plications. CONCLUSIONS: Endotracheal suctioning frequently
induces adverse effects. Tech-nique, suctioning frequency, and higher PEEP are risk factors for
complications. Their incidence can be reduced by the implementation of suctioning guidelines. Key
words: endotracheal suctioning; closed suctioning system; practice guidelines; mechanical ventilation;
ARDS; PEEP. [Respir Care 2013; 58(10):1588 –1597. © 2013 Daedalus Enterprises]

Introduction Endotracheal suctioning is therefore needed to avoid ac-


cumulation of secretions into the lung, and its associated
The presence of an artificial airway during mechanical complications. Nevertheless, endotracheal suctioning is an
ventilation makes coughing less effective or not possible. invasive procedure, and is not free from hazards and, ex-
1
ceptionally, from lethal adverse events. Numerous side

Dr Maggiore is affiliated with the Department of Anesthesiology and


Intensive Care, Agostino Gemelli Hospital, Catholic University of the Sacred
Heart, Rome, Italy. Drs Lellouche, Pignataro, Richard, Lemaire, Brun-
Dr Maggiore presented a version of this paper at the International
Buisson, and Brochard are affiliated with the Medical ICU; Dr Girou is
Conference of the American Thoracic Society, held May 17–22, 2002, in
affiliated with the Infection Control Unit; and Dr Maitre is affiliated with the
Atlanta, Georgia.
Department of Pulmonology, Henri Mondor University Hospi-tal, Cre´teil,
France. Dr Lellouche is also affiliated with the Cardiac Sur-gery ICU, Laval The authors have disclosed no conflicts of interest.
University Hospital, Que´bec City, Canada. Dr Pignataro is also affiliated
with the Department of Anesthesiology and Intensive Care, Lariboisie`re Correspondence: Salvatore Maurizio Maggiore MD PhD, Department of
Hospital, Paris, France. Drs Richard and Brochard are also affiliated with the Anesthesiology and Intensive Care, Agostino Gemelli Hospital, Catholic
Intensive Care Department, University Hospital, University of Geneva, University of the Sacred Heart, Largo Agostino Gemelli 8, 00168 Rome,
Geneva, Switzerland. Dr Brochard is also affili-ated with the Institut National Italy. E-mail: smmaggiore@rm.unicatt.it.
de la Sante´ et de la Recherche Me´dicale (INSERM) Unit 955, Paris 12
University, Cre´teil, France. DOI: 10.4187/respcare.02265

1588 RESPIRATORY CARE  OCTOBER 2013 VOL 58 NO 10


DECREASING THE ADVERSE EFFECTS OF ENDOTRACHEAL SUCTIONING

2-11
effects of endotracheal suctioning have been reported.
Some old studies on selected patient populations sug- QUICK LOOK
gested a high frequency of specific adverse events, such Current knowledge
1,12
as oxygen desaturation and arrhythmia. Leur and co-
13 Endotracheal suctioning is associated with various
workers reported a relatively low incidence of some en- com-plications, ranging from discomfort to
dotracheal suctioning adverse events in a selected popu-
hemodynamic collapse, but the incidence and severity
lation of surgical patients without ARDS and with a short
of these com-plications has not been systematically
duration of mechanical ventilation. Thus, the incidence
studied. The use-fulness of adherence to suctioning
and risk factors of adverse effects of endotracheal suction-
ing in a general medical population of critically ill guidelines has also not been addressed.
patients are uncertain.
What this paper contributes to our knowledge
Adverse effects of suctioning, particularly oxygen de-
SEE THE RELATED EDITORIAL ON PAGE 1707 saturation and hemorrhagic secretions, were frequent
and were reduced by the implementation of practice
In 2010 the American Association for Respiratory Care guidelines. Factors that increased the risk of
published updated clinical practice guidelines for endo-
suctioning-related complications included more
9 frequent suction-ing, requirement for a PEEP of 5 cm
tracheal suctioning, with the aim of optimizing the pro-
H2O, and the presence of ARDS.
cedure and reducing the hazards. Specific suctioning strat-
14
egies are not systematically used in ICUs, and their
usefulness has not been well assessed. Moreover, the op-
timal approach to reduce endotracheal-suctioning-related
15,16 Study Design and Data Collection
complications has not been fully clarified. Therefore we
carried out a clinical investigation to evaluate the in-cidence
of endotracheal-suctioning-associated adverse events in Endotracheal-suctioning-related adverse events were
mechanically ventilated patients, and to deter-mine whether collected daily during the 2 3-month periods. During the
the implementation of practice guidelines could decrease the first period, endotracheal suctioning was performed ac-
rate. Suctioning-induced adverse events before and after the cording to the usual practice at that time: suctioning pro-
implementation of practice guidelines were compared using cedures were mainly performed routinely every 2 hours or
the same methodology. Practice guidelines for endotracheal more often if secretions were visible in the endotracheal/
suctioning were drafted inde-pendently from those of the tracheostomy tube; subjects were disconnected from the
9
American Association for Respiratory Care, and before their ventilator; the duration of the procedure, the vacuum pres-
release. sure (frequently 400 cm H2O), size of the suction cath-
eter, and depth of suctioning were not standardized; saline
Methods was instilled in case of dry, tenacious secretions; no spe-
cial precaution was used in subjects with ARDS; in gen-
Study Location and Subject Population eral, closed suction systems were not used.
In the 1-year interval between the 2 study periods, clin-
The study was conducted in the 26-bed medical ICU of ical practice guidelines for endotracheal suctioning were
Henri Mondor University Hospital, Cre´teil, France. The developed during the first month based on the available
institutional ethics committee approved the study and evidence, and subsequently implemented. The rationale and
waived the requirement for informed consent. All consec- the feasibility of each guideline were discussed in depth with
utive patients needing mechanical ventilation and physicians and nurses until a consensus was reached and,
$ 18 years old were included during two 3-month periods, finally, guidelines were described in a written protocol. To
from February to April 2000 (period 1) and from April to facilitate implementation, repeated meetings were organized
June 2001 (period 2). According to clinical requirements, to educate and to instruct the whole per-sonnel about this
subjects received sedation by continuous infusion, follow-ing protocol. Repeated informal follow-up training was also
our local protocol, which was the same in the 2 study performed, and a medical referent was always available for
periods. They were mechanically ventilated with volume any questions and technical needs.
controlled continuous mandatory ventilation or pressure In the second period, endotracheal suctioning was per-
support mode. Heat and moisture exchangers were gener-ally formed according to practice guidelines. No major change
used. In all subjects, pulse oximetry, electrocardiog-raphy, took place in the unit in between these 2 periods regarding
and arterial blood pressure were continuously mon-itored, airway and ventilator management. During the 2 study
according to routine practice. periods, nurses were instructed to detect and report daily

RESPIRATORY CARE  OCTOBER 2013 VOL 58 NO 10 1589


DECREASING THE ADVERSE EFFECTS OF ENDOTRACHEAL SUCTIONING

on standardized data collection sheets all adverse events • Depth of Endotracheal Suctioning. To minimize muco-
for each suctioning procedure. During and just after the sal trauma, shallow suction (limited to the artificial air-
intervention period (period 2), adherence to practice way and the trachea) was performed, instead of deep
guide-lines was also assessed by respiratory therapists and 13
suctioning. In practice, approximately 8 –10 cm of the
phy-sicians not involved in suctioning procedures. They suction catheter was left outside the endotracheal tube.
ran-domly observed suctioning procedures and, for each With a tracheostomy the suction catheter was
procedure, reported if guidelines were followed. A total of introduced up to approximately half its length. In any
600 observations were performed during night and day. case, insertion was stopped if an obstacle was met, and
Nurses were not informed of the observers’ task. the suction catheter was withdrawn approximately 1
Adherence to the study protocol was assessed daily by cm. Suction-ing was then started while gradually
investigators and respiratory therapists. This was done by withdrawing the catheter.
comparing the number of suctioning procedures reported 21-23
on the subject’s daily clinical chart and the number of • Instillation of saline was avoided. In case of dry,
procedures reported on the specific daily sheet used for tenacious secretions, the heat and moisture exchanger
the study. In addition, in an attempt to validate the reli- was replaced by a heated humidifier. Selective suction-
ing under direct visualization by fiberoptic bronchos-
ability of detecting and reporting adverse effects of endo-
copy was performed if a mucus plug was suspected.
tracheal suctioning following the given instructions, one
of the investigators repeatedly observed suctioning pro- • Size of the Suction Catheter. This had to be adapted to
cedures and reported if these instructions were followed. the size of the endotracheal tube, so that the diameter of
Reliability in reporting adverse events of suctioning was the suction catheter was 50% the inner diameter of the
calculated as: 10,11,17,24,25
artificial airway. In practice, 16 French suc-
tion catheters were used with artificial airways with an
Number of correctly reported events/number of observations
inner diameter $ 9 mm, 14 French suction catheters
100
were used with 8.0-mm or 8.5-mm endotracheal tubes,
A total of 540 observations were performed: 270 in and 12 French catheters with 7.0-mm or 7.5-mm endo-
each period. tracheal tubes.
• The duration of endotracheal suctioning was limited to
17,26,27
Clinical Practice Guidelines for Endotracheal 10 –15 seconds. If needed, the suctioning pro-
Suctioning cedure was repeated after a time period sufficient for
restoring baseline ventilation and oxygen saturation.
The guidelines for endotracheal suctioning were as • The suction pressure had to be set between 200 and
follows: 250 mm Hg.17,25,27,28
• In subjects with ARDS, to minimize suctioning-induced
• Frequency of Endotracheal Suctioning. The suctioning
lung derecruitment, a closed suction system was used,
procedures had to be performed according to the sub-
17 and ventilator auto-triggering was allowed during the
ject’s needs, and not routinely. The need for endotra- 5,6
procedure. Closed suctioning systems were changed
cheal suctioning was evaluated based on oscillations on
18 in case of mechanical failure or visible soiling only: not
the expiratory part of the flow-time curve and tracheal or 23,29-31
19,20 routinely. Recruitment maneuvers were used in
bronchial respiratory sounds. Ventilator alarms case of persisting hypoxemia after suctioning.
4,32
(increased peak airway pressure during volume controlled
continuous mandatory ventilation, or decreased tidal vol- A sterile technique was employed at all times. The sub-
ume during pressure-targeted ventilation modes), pres-ence ject’s appearance (eg, sweating, skin color, agitation), vital
of secretions in the endotracheal tube or oxygen signs (oxygen saturation, heart rate, cardiac rhythm, arte-rial
desaturation, after excluding other possible causes, were blood pressure), and ventilatory parameters (breathing
also considered as later indicators of the need for suc- frequency, tidal volume, peak inspiratory pressure) were
tioning. In paralyzed subjects, endotracheal suctioning was 17,27
performed every 4 hours, even if the aforemen-tioned signs monitored during the whole suctioning procedure.
were absent.
Adverse Effects of Endotracheal Suctioning
• Disconnection from the ventilator had to be avoided.
The suction catheter was introduced through the swivel
adapter of the catheter mount, or a closed system was Adverse effects of endotracheal suctioning were
6 defined a priori, as follows:
used.

1590 RESPIRATORY CARE  OCTOBER 2013 VOL 58 NO 10


DECREASING THE ADVERSE EFFECTS OF ENDOTRACHEAL SUCTIONING

• Oxygen desaturation: an SpO2 decrease of 5% Table 1. Subjects, Outcomes, and Number of Suctioning Procedures

• Hemorrhagic secretions: blood visible in suctioned se- Before After


Cretions Guidelines Guidelines P
n 79 n 68
• Severe hypertension: an increase in systolic blood pres- Age, y 57.7 17 60.2 15.5 .36
sure to 200 mm Hg SAPS II at admission 46.1 16.5 50.5 20.3 .16
• Severe hypotension: a drop in systolic blood pressure to Admission type, %
80 mm Hg Medical 74.7 79.4
Surgical 8.9 5.9 .74
• Severe tachycardia: an increase in heart rate to 150 Emergency surgery 16.5 14.7
beats/min Diagnoses, %
Respiratory failure 29.1 29.4 .97
• Severe bradycardia: a decrease in heart rate to 50 beats/ Sepsis or septic shock 27.8 17.6 .14
min ARDS 13.9 23.5 .13
Heart failure 15.2 5.9 .07
• Arrhythmia: any new appearance of sustained supra-
Cardiac arrest 5.1 8.8 .37
ventricular or ventricular arrhythmia
Hemorrhagic shock 1.3 7.4 .06
Cerebrovascular disease 2.5 5.9 .31
Statistical Analysis Pulmonary embolism 1.3 1.5 .91
Neurological disease 3.8 0 .10
Results are reported as mean SD, except when oth- Duration of mechanical ventilation, d 10.9 12.2 14.5 19.5 .18
erwise indicated. Incidence density, expressed per 100 ICU stay, d 17.3 15.4 23.3 32.2 .14
ven-tilator days, was calculated according to the formula: ICU survival, % 65 49 .051
Suctioning procedures, no. 4,506 4,994 .23
Suctioning procedures/subject/d 6.6 2.2 6.7 2.8 .91
(Number of events/study days) 100 Subjects with 6 suctionings/d, % 65.8 51.5 .08
Ventilator days, no. 604 621 .34
Dichotomous variables were compared with use of the Ventilator days/subject 7.7 7.8 9.1 10.8 .34
chi-square test, and continuous variables with the Student values are mean SD.
t test. After assessing normality, the continuous variables SAPS Simplified Acute Physiology Score
were dichotomized using adequate cut-points. Logistic
regression analysis was performed, incorporating all fac-
tors with P .10 in the univariate analysis. A P # .05 in a 2- equately reported in 95.2% of cases, varying from 94.8%
tailed test was used to indicate significance. All analyses in period 1 to 95.6% in period 2. As shown in Table 1, the
were performed using statistics software (StatView 5, general characteristics of the subjects, number of
SAS Institute, Cary, North Carolina). collected suctioning procedures, and outcomes were not
statistically different between the 2 periods.
Results
Adverse Effects of Endotracheal Suctioning Before
We included 147 subjects, and 9,500 suctioning proce- Guidelines Implementation
dures were recorded during a total of 1,225 ventilator
days. During the pre-intervention 3-month period (period In period 1, 47 subjects (59.5%) experienced at least
1), 4,506 suctioning procedures in 79 subjects were one complication from endotracheal suctioning: oxygen
collected during 604 ventilator days. After guidelines desaturation occurred in 37 subjects, hemorrhagic secre-
implementa-tion (period 2), 4,994 suctioning procedures, tions in 25, hypertension in 14, hypotension in 7, tachy-
in 68 sub-jects, were collected during 621 ventilator days. cardia in 5, and bradycardia in 4 (Fig. 1). One subject
Nurse reliability in detecting and reporting suctioning experienced transient ventricular tachycardia, which re-
adverse effects was 94% overall, varying from 91% in solved spontaneously after suctioning. Adverse effects
period 1 to 96% in period 2. The most common errors in occurred in 559 procedures (Fig. 2) and 173 ventilator
reporting adverse events concerned severe hypotension days (Fig. 3), which calculated to a rate of endotracheal-
(20%) and oxygen desaturation (17%). The comparison suctioning-associated adverse effects of 92.5 per 100 ven-
between the number of suctioning procedures reported on tilator days. Oxygen desaturation (incidence density of
the subject’s daily chart and the number of procedures 48.3 per 100 ventilator days) and hemorrhagic secretions
reported on the specific daily sheet used for the study (incidence density of 30 per 100 ventilator days) were the
showed that endotracheal suctioning procedures were ad- most frequent adverse effects.

RESPIRATORY CARE  OCTOBER 2013 VOL 58 NO 10 1591


DECREASING THE ADVERSE EFFECTS OF ENDOTRACHEAL SUCTIONING

Fig. 1. Mean percentages of subjects who suffered adverse effects from endotracheal suctioning. The sum of proportions for specific
complications is greater than the percentage for all complications, because several complications could occur with a single procedure. * P
.05. † P 004.

Fig. 2. Mean percentages of suctioning procedures that had complications. The sum of proportions for specific complications is greater
than the percentage for all complications, because several complications could occur during a single procedure. * P .001. † P .006

Effect of Practice Guidelines on Endotracheal- adverse effects of 39 per 100 ventilator days (P .001).
Suctioning-Associated Adverse Effects This reduction concerned all adverse effects, with a de-
crease of 40% for oxygen desaturation (incidence density
Adherence to practice guidelines was 95.9%. The ef-fects of 31.1 per 100 ventilator days) (P .001), 83% for
of guidelines implementation are shown in Figures 1, 2, and hemorrhagic secretions (5.5 per 100 ventilator days) (P
3. Compared to period 1, the proportion of subjects .001), 78% for hypertension (1.8 per 100 ventilator days)
experiencing any complication from endotracheal suction-ing (P .001), 94% for hypotension (0.3 per 100 ventilator
was significantly reduced after guidelines implemen-tation days) (P .001), 75% for tachycardia (1.8 per 100 ven-
(P .04). Particularly, fewer subjects presented hemorrhagic tilator days) (P .001), and 67% for bradycardia (0.6 per
secretions (P .004), hypotension (P .04), and, after adjusting 100 ventilator days) (P .006). The proportion of days of
for the duration of mechanical venti-lation, oxygen mechanical ventilation with complicated suction-ing
desaturation (P .02). No subject pre-sented any form of procedures was also significantly reduced in period 2 (P
arrhythmia during period 2. The rate of complicated .001). Oxygen desaturation and hemorrhagic se-cretions
suctioning procedures was reduced by 61% in period 2, with remained the most frequent adverse effects. In period 2
a rate of endotracheal-suctioning-associated the proportion of subjects with frequent suction-

1592 RESPIRATORY CARE  OCTOBER 2013 VOL 58 NO 10


DECREASING THE ADVERSE EFFECTS OF ENDOTRACHEAL SUCTIONING

Fig. 3. Mean percentages of ventilator days on which suctioning procedures had complications. The sum of proportions for specific
complications is greater than the percentage for all complications, because several complications could occur during a single procedure. *
P .001. † P .01 ‡ P .05.

ing procedures ( 6/d) was lower, albeit not significantly, suctioning-induced blood pressure changes was the occur-
than in period 1 (see Table 1). rence of oxygen desaturation.

Risk Factors for Endotracheal-Suctioning-Associated Discussion


Adverse Effects The main results of this study are that:
For the analysis, hypertension and hypotension were • Endotracheal suctioning was frequently complicated, mainly
grouped together into a ―blood pressure changes‖ cate- by oxygen desaturation and hemorrhagic secretions.
gory, and tachycardia and bradycardia were grouped into
• The implementation of practice guidelines reduced the
a ―heart rate changes‖ category. The results of the uni-
incidence of all adverse effects.
variate analysis for individual and grouped adverse effects
are shown in Table 2. General characteristics were not • Frequent suctioning, PEEP 5 cm H2O, and ARDS were
different between subjects with or without endotracheal- risk factors for the main adverse events (oxygen
suctioning-associated adverse effects. For all adverse desaturation and hemorrhagic secretions).
events, frequency of suctioning was significantly higher
in subjects with adverse effects than those without. • Oxygen desaturation was a risk factor for hemodynamic
alterations during endotracheal suctioning.
Subjects exhibiting oxygen desaturation during
endotracheal suc-tioning had a higher frequency of The first step of our education initiative to reduce ad-verse
ARDS, were ventilated with a PEEP higher than 5 cm effects from endotracheal suctioning was to assess their
H2O, and had an FIO2 greater than 0.6 more frequently incidence during current practice. In this study a large
than subjects who did not present oxygen desaturation. proportion of mechanically ventilated subjects experienced
Anticoagulation for at least 3 days was more frequent in adverse events when endotracheal suctioning was not pro-
subjects with hemor-rhagic secretions than in those who tocolized. Previous small clinical studies have reported
1,3,5,6,12
did not present such complication. several complications of endotracheal suctioning. In
The results of the multivariate regression analysis are a population of mostly surgical patients with a relatively
shown in Table 3. Only PEEP 5 cm H2O and 6/d short duration of mechanical ventilation (4 –5 d) and with-
suctioning procedures were independently associated with out ARDS, Leur et al found that complications of routine
13
an increased risk of oxygen desaturation during suction- endotracheal suctioning occurred in 38.6% of procedures.
ing. By contrast, not having ARDS and being in period 2 When a less invasive suctioning technique was adopted
were independent protective factors for desaturation. Fre- (using a modified suction catheter), complications were
quency of suctioning ( 6/d), but not anticoagulation, was reduced to 28.6%. In the first period of our study (routine
independently associated with an increased risk of hem- suctioning), we found a smaller incidence of hypertension
orrhagic secretions, while period 2 was a protective factor and arrhythmia, but a larger incidence of oxygen desatu-
for this complication. The only independent risk factor for 13
ration than previously reported. Differences in the defi-

RESPIRATORY CARE  OCTOBER 2013 VOL 58 NO 10 1593


DECREASING THE ADVERSE EFFECTS OF ENDOTRACHEAL SUCTIONING

Table 2. Univariate Analysis of Complications of Endotracheal Suctioning

Subjects Subjects
With Adverse Without Adverse P
Events Events
Oxygen desaturation (n 60) (n 87)
Age, mean SD 59.6 16.5 58.3 16.3 .65
SAPS II, mean SD 46.3 16.1 49.4 19.9 .32
ICU survival, % 58.3 56.3 .81
ARDS, % 25 13.8 .08
PEEP 5 cm H2O, % 58.3 33.3 .003
FIO2 0.6, % 66.7 41.4 .003
6 suctionings/d, % 81.7 43.7 .001
Period 1/2* 37/23 42/45 .02
Hemorrhagic secretions (n 33) (n 114)
Age, mean SD 56.3 16.7 59.6 16.2 .32
SAPS II, mean SD 44.3 13.9 49.3 19.4 .17
ICU survival, % 60.6 56.1 .65
Anticoagulation 3 days, % 36.4 21.9 .09
6 suctionings/d, % 84.9 51.8 .001
Period 1/2 25/8 54/60 .004
Blood pressure changes† (n 26) (n 121)
Age, mean SD 56.1 16.4 59.4 16.3 .35
SAPS II, mean SD 45 16.1 48.8 18.9 .35
ICU survival, % 73.1 53.7 .07
Oxygen desaturation, % 73.1 33.9 .001
6 suctionings/d, % 80.8 54.5 .01
Period 1/2 19/7 60/61 .03
Heart rate changes‡ (n 13) (n 134)
Age, mean SD 60.6 16.6 58.7 16.4 .69
SAPS II, mean SD 49.1 19.5 48.1 18.4 .85
ICU survival, % 46.2 58.2 .40
Oxygen desaturation, % 76.9 37.3 .006
Hemodynamic changes, % 38.5 15.7 .04
6 suctionings/d, % 92.3 56 .01
Period 1/2 8/5 71/63 .55

* After adjustment for the duration of mechanical ventilation.


† The blood pressure changes category includes hypertension and hypotension.
‡ The heart rate changes category includes tachycardia and bradycardia.
SAPS II Simplified Acute Physiology Score II
Period 1 before implementation of guidelines
Period 2 after implementation of guidelines

nition of complications, in suctioning techniques, and in Acute Physiology Score II and greater incidence of
patient population likely explain these discrepancies. In-stead ARDS. This can probably explain the somewhat longer
of relative changes, we used absolute cutoff values for blood duration of mechanical ventilation and ICU stay, and the
pressure and heart rate modifications, to facili-tate the task of trend toward lower ICU survival in period 2 (see Table 1).
reporting adverse effects for nurses. As a consequence, we Our data suggest the usefulness of practice guidelines to
could have underestimated these compli-cations. Not 9,11,23
reduce the hazards of endotracheal suctioning. In par-
surprisingly, we found a greater incidence of oxygen ticular, our results support the clinical value of the recently
desaturation than in Leur’s study, in which pa-tients with updated clinical practice guidelines of the American As-
13 9
severe acute respiratory failure were excluded. Our sociation for Respiratory Care. Our guidelines, indepen-
subjects were sicker, and approximately 20% of them had dently developed on the basis of available evidence, are in
ARDS (see Table 1). In particular, their illness severity was fact very similar, although there may be some differences,
slightly greater, although not significantly, in period 2, as mainly related to the control of the depth of suctioning. Our
suggested by the slightly higher Simplified method consisted of leaving approximately 8 –10 cm

1594 RESPIRATORY CARE  OCTOBER 2013 VOL 58 NO 10


DECREASING THE ADVERSE EFFECTS OF ENDOTRACHEAL SUCTIONING

Table 3. Multivariate Logistic Regression Analysis also influence the occurrence of lung derecruitment and
10,11,25-27
hypoxia. Accordingly, the partial prevention of
Odds
95% CI P derecruitment obtained by avoiding ventilator disconnec-
Ratio
5,6,11
tion or using a closed system in ARDS patients,
Oxygen desaturation (n 60)
PEEP 5 cm H2O 2.96 1.26–6.95 .01
while limiting the duration of procedure, the level of the
6 suctionings/d 6 2.54–14.23 .001 negative suctioning pressure, and the size of the suction
FIO2 0.6 2.25 0.99–5.07 .052
catheter, can explain the observed decrease in oxygen sat-
No ARDS 0.31 0.1–0.9 .03 uration after guidelines implementation. The presence of
Period 2 0.4 0.17–0.93 .03 blood in suctioned secretions is likely explained by air-
Hemorrhagic secretions (n 33) way mucosal trauma caused by repeated introductions of
Anticoagulation 3 days 1.45 0.58–3.64 .43 the suction catheter and application of negative pres-sure.
6 suctionings/d 4.25 1.45–12.44 .008 13
In agreement with a previous study, the reduced depth
Period 2 0.31 0.13–0.78 .01 of suctioning and the limitation of negative pressure
Blood pressure changes (n 26)*
provided by our protocol can account for the large de-
Oxygen desaturation 4 1.46–11 .007
crease in the rate of hemorrhagic secretions in period 2. A
6 suctionings/d 1.88 0.6–5.86 .28
further limitation of the suction pressure might have been
Period 2 0.44 0.16–1.17 .09
associated with a further reduction of oxygen de-
* The blood pressure changes category includes hypertension and hypotension. saturation and hemorrhagic secretions, but this might have
Period 2 After implementation of guidelines also reduced the efficacy of suctioning in clearing
secretions. Blood pressure and heart rate modifications
can result from abrupt changes of intrathoracic pres-sure,
the release of endogenous catecholamines sec-ondary to
of the suction catheter outside the endotracheal tube, or, suctioning-induced stress, hypoxemia, and vagal
1,13,33
in the extreme case of a too deep insertion of the suction stimulation.
catheter inside the trachea so that an obstacle was met, of To our knowledge this is the first study assessing risk
withdrawing the suction catheter before applying the factors for adverse effects of endotracheal suctioning. This
negative pressure. This method may be imprecise for de- may be useful in identifying patients at increased risk for
termining suction depth, and it does not precisely reflect suctioning-related complications. We found that subjects
the recent clinical practice guidelines of the American with ARDS, and subjects ventilated with high PEEP, were at
9 an increased risk of oxygen desaturation (see Table 3). We
Association for Respiratory Care. The use of suction
cath-eters with length marks would be the best solution to have previously shown in ARDS subjects that lung
perform shallow suctioning. Unfortunately, we did not derecruitment observed after ventilator disconnection was
6
have these catheters available in our ICU, as is still the correlated with the level of applied PEEP. Here we could
case in many ICUs. Our protocol, including the tech- quantify the degree of hypoxemic risk conferred by PEEP
nique of suctioning, was designed to make the individual 5 cm H2O (a 196% increase in risk). In addition, we
tasks as easy as possible with the available means. Nev- showed that frequent suctioning procedures ( 6/d) sub-
ertheless, we observed a quite striking decrease in the rate stantially increase the risk of oxygen desaturation and
of hemorrhagic secretions in period 2, suggesting that a hem-orrhagic secretions (see Table 3). No risk factor was
lower rate of mucosal trauma should have occurred after found for heart rate changes, likely because of their low
the implementation of guidelines, and supporting the idea inci-dence, whereas oxygen desaturation was the only
that the depth of suctioning was indeed reduced in pe-riod identi-fied prognostic factor for arterial blood pressure
2. The bleeding rate could have been even lower with a altera-tions (see Table 3). This confirms previous data
more precise control of the depth of suctioning. Our study suggesting that hypoxemia plays a key role for the
design did not permit us to determine the weight of each 33
occurrence of this complication.
recommendation on the global impact of guide-lines The 2 suctioning procedures were applied sequentially,
implementation on adverse effects of endotracheal in 2 different periods, and not randomized. Although ran-
suctioning. domization might have allowed a more rigorous study
Endotracheal-suctioning-induced oxygen desaturation design, the contemporaneous use of 2 different suctioning
results from lung derecruitment secondary to both the loss of procedures would have been a source of confusion for the
positive airway pressure due to ventilator disconnection and nursing staff, potentially leading to major protocol devia-
the application of negative pressure, particularly in patients tions. In addition, the study was designed as an education
3,5,6,11
with ARDS. The duration of the suctioning procedure, initiative, and the study protocol was designed to make
the level of the applied negative pressure, the size of the the individual tasks as easy as possible. The high adher-
suction catheter, and instillation of saline may ence obtained with this approach may have compensated

RESPIRATORY CARE  OCTOBER 2013 VOL 58 NO 10 1595


DECREASING THE ADVERSE EFFECTS OF ENDOTRACHEAL SUCTIONING

at least in part for the less rigorous study design. We did 11. Maggiore SM, Volpe C. Endotracheal suctioning in hypoxemic pa-
not compare directly the efficacy of the 2 suctioning pro- tients. Re´animation 2011;20(1):12-18.
12. Adlkofer RM, Powaser MM. The effect of endotracheal suctioning
cedures, which would require a different study design. All
on arterial blood gases in patients after cardiac surgery. Heart Lung
our recommendations were based on the literature, how- 1978;7(6):1011-1014.
6
ever, and on our own experiments. 13. Leur JP, Zwaveling JH, Loef BG, Schans CP. Endotracheal suction-
ing versus minimally invasive airway suctioning in intubated pa-
Conclusions tients: a prospective randomised controlled trial. Intensive Care Med
2003;29(3):426-432.
The adverse effects of endotracheal suctioning, partic- 14. Sole ML, Byers JF, Ludy JE, Zhang Y, Banta CM, Brummel K. A
multisite survey of suctioning techniques and airway management
ularly oxygen desaturation and hemorrhagic secretions,
practices. Am J Crit Care 2003;12(3):220-230.
are frequent and can be reduced by the implementation of 15. Subirana M, Sola I, Benito S. Closed tracheal suction systems
practice guidelines. Several factors can be used to identify versus open tracheal suction systems for mechanically ventilated
patients at higher risk of airway-suctioning-related com- adult pa-tients. Cochrane Database Syst Rev 2007;(4):CD004581.
plications so that we can pay more attention to high-risk 16. Grivans C, Lindgren S, Aneman A, Stenqvist O, Lundin S. A Scan-
patients and target future intervention studies toward dinavian survey of drug administration through inhalation, suction-
those patients most likely to benefit. ing and recruitment maneuvers in mechanically ventilated patients.
Acta Anaesthesiol Scand 2009;53(6):710-716.
17. American Association for Respiratory Care. Clinical Practice Guide-line.
ACKNOWLEDGMENTS Endotracheal suctioning of mechanically ventilated adults and children
with artificial airways. Respir Care 1993;38(5):500-504.
We thank Grac¸a Salgueiro and Ve´ronique Morisset (nurses) and Sylvie
18. Jubran A, Tobin MJ. Use of flow-volume curves in detecting secre-
Lely and Nicole Jackson (respiratory therapists) for their constant sup-
tions in ventilator-dependent patients. Am J Respir Crit Care Med
port, and Je´roˆme Pigeot and Solenne Taille´ (biomedical engineers) for
1994;150(3):766-769.
technical assistance.
19. Guglielminotti J, Alzieu M, Maury E, Guidet B, Offenstadt G. Bed-
side detection of retained tracheobronchial secretions in patients re-
REFERENCES ceiving mechanical ventilation: is it time for tracheal suctioning?
Chest 2000;118(4):1095-1099.
1. Shim C, Fine N, Fernandez R, Williams MH Jr. Cardiac arrhyth-
20. Lucchini A, Zanella A, Bellani G, Gariboldi R, Foti G, Pesenti A, et
mias resulting from tracheal suctioning. Ann Intern Med
1969;71(6): 1149-1153. al. Tracheal secretion management in the mechanically ventilated
2. McCauley CS, Boller LR. Bradycardic responses to endotracheal patient: comparison of standard assessment and an acoustic
suctioning. Crit Care Med 1988;16(11):1165-1166. secretion detector. Respir Care 2011;56(5):596-603.
3. Brochard L, Mion G, Isabey D, Bertrand C, Messadi AA, Mancebo 21. Ackerman MH. The effect of saline lavage prior to suctioning. Am J
J, et al. Constant-flow insufflation prevents arterial oxygen de- Crit Care 1993;2(4):326-330.
saturation during endotracheal suctioning. Am Rev Respir Dis 1991; 22. Hagler DA, Traver GA. Endotracheal saline and suction catheters:
144(2):395-400. sources of lower airway contamination. Am J Crit Care 1994;3(6):
4. Lu Q, Capderou A, Cluzel P, Mourgeon E, Abdennour L, Law- 444-447.
Koune JD, et al. A computed tomographic scan assessment of en- 23. Pedersen CM, Rosendahl-Nielsen M, Hjermind J, Egerod I. Endo-
dotracheal suctioning-induced bronchoconstriction in ventilated tracheal suctioning of the adult intubated patient—what is the evi-
sheep. Am J Respir Crit Care Med 2000;162(5):1898-1904. dence? Intensive Crit Care Nurs 2009;25(1):21-30.
5. Cereda M, Villa F, Colombo E, Greco G, Nacoti M, Pesenti A. 24. Tiffin NH, Keim MR, Frewen TC. The effects of variations in flow
Closed system endotracheal suctioning maintains lung volume dur- through an insufflating catheter and endotracheal-tube and suction-
ing volume-controlled mechanical ventilation. Intensive Care Med catheter size on test-lung pressures. Respir Care 1990;35(9):889-897.
2001;27(4):648-654. 25. Morrow BM, Futter MJ, Argent AC. Endotracheal suctioning: from
6. Maggiore SM, Lellouche F, Pigeot J, Taille´ S, Deye N, Durrmeyer principles to practice. Intensive Care Med 2004;30(6):1167-1174.
X, et al. Prevention of endotracheal suctioning-induced alveolar 26. Rindfleisch SH, Tyler ML. Duration of suctioning: an important
dere-cruitment in acute lung injury. Am J Respir Crit Care Med variable. Respir Care 1983;28(5):457-459.
2003; 167(9):1215-1224. 27. Hess DR, Kacmarek RM. Technical aspects of the patient-ventilator
7. Lindgren S, Almgren B, Ho¨gman M, Lethvall S, Houltz E, Lundin S, et
interface. In: Tobin MJ, editor. Principles and practice of mechanical
al. Effectiveness and side effects of closed and open suctioning: an
ventilation, 1st edition. New York: McGraw-Hill; 1994:1039-1065.
experimental evaluation. Intensive Care Med 2004;30(8):1630-1637.
28. Lasocki S, Lu Q, Sartorius A, Fouillat D, Remerand F, Rouby JJ.
8. Seymour CW, Cross BJ, Cooke CR, Gallop RL, Fuchs BD. Physi-
Open and closed-circuit endotracheal suctioning in acute lung
ologic impact of closed-system endotracheal suctioning in sponta-
injury: efficiency and effects on gas exchange. Anesthesiology
neously breathing patients receiving mechanical ventilation. Respir
Care 2009;54(3):367-374. 2006;104(1): 39-47.
9. American Association for Respiratory Care. Clinical Practice Guide- 29. Kollef MH, Prentice D, Shapiro SD, Fraser VJ, Silver P, Trovillion
lines. Endotracheal suctioning of mechanically ventilated patients with E, et al. Mechanical ventilation with or without daily changes of in-
artificial airways 2010. Respir Care 2010;55(6):758-764. line suction catheters. Am J Respir Crit Care Med 1997;156(2 Pt 1):
10. Tingay DG, Copnell B, Grant CA, Dargaville PA, Dunster KR, 466-472.
Schibler A. The effect of endotracheal suction on regional tidal ven- 30. Maggiore SM. Endotracheal suctioning, ventilator-associated pneu-
tilation and end-expiratory lung volume. Intensive Care Med 2010; monia, and costs: open or closed issue? Intensive Care Med 2006;
36(5):888-896. 32(4):485-487.

1596 RESPIRATORY CARE  OCTOBER 2013 VOL 58 NO 10


DECREASING THE ADVERSE EFFECTS OF ENDOTRACHEAL SUCTIONING

31. Lorente L, Lecuona M, Jime´nez A, Mora ML, Sierra A. Tracheal strategy after endotracheal suctioning in cardiac surgery patients.
suction by closed system without daily change versus open system. Crit Care Med 2011;39(5):1042-1049.
Intensive Care Med 2006;32(4):538-544. 33. Winston SJ, Gravelyn TR, Sitrin RG. Prevention of bradycardic
32. Heinze H, Eichler W, Karsten J, Sedemund-Adib B, Heringlake M, responses to endotracheal suctioning by prior administration of neb-
Meier T. Functional residual capacity-guided alveolar recruitment ulized atropine. Crit Care Med 1987;15(11):1009-1011.

This article is approved for Continuing Respiratory Care


Education credit. For information and to obtain your CRCE (free
to AARC members) visit
www.rcjournal.com
RESPIRATORY CARE  OCTOBER 2013 VOL 58 NO 10
1
597

-----------------------------------------------------------------------------------------THE SUN Vol. 2(4) Desember 2015

EFEKTIFITAS HIPEROKSIGENASI PADA PROSES SUCTIONING


TERHADAP SATURASI OKSIGEN PASIEN DENGAN VENTILATOR
MEKANIK DI INTENSIVE CARE UNIT
1 2
Superdana, G, M ; Retno Sumara
1,2
Program Studi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surabaya
Email: retnosumara.gmail.com

ABSTRACT
The use of a mechanical ventilator induces the clearance of airway problems, that is, the
increase amount of sputum production so that it is needed appropriate nursing care. One of
the effective nursing interventions is by performing suctioning action. The Suction procedure
is not only mucus is inhaled, but also the supply of oxygen that enters the respiratory tract,
thus allowing it to cause shortly hypoxemia characterized by a decrease in oxygen saturation
(SpO2). Hyperoxygenation is very important in every procedure of inhalation in order to
avoid the decrease of oxygen saturation. This research uses pre-experimental design in the
form of one group pretest-posttest design. Samples were taken 20 patients with mechanical
ventilation in the ICU room of Husada Utama hospital. The respondents were selected using
non probability sampling; sampling saturated. The collection of data itself used is the
observation sheet. And the data is analyzed using statistical test of Wilcoxon Signed Rank
Test.From the results of statistical test with Wilcoxon Signed Rank Test was obtained p-value
$ 0.001 (α <0.05). Based on these results the H1 accepted, it means that hyperoxygenation is
effective in suctioning procedure to saturate oxygen on patients with mechanical ventilation
in the ICU room of Husada Utama Hospital Surabaya. Thus, it is concluded that
hyperoxygenation is effective in suctioning procedure for oxygen saturation.
Keywords: Hyperoksigenation, Suctioning, Oxygen Saturation

PENDAHULUAN
Peranan ventilator mekanik sebagai penghisapan dan harus
salah satu alat terapi gawat nafas sudah digunakan pada semua prosedur
tidak diragukan lagi, sehingga ventilator penghisapan (Clark, et al1990).
mekanik merupakan salah satu alat yang Berdasarkan studi pendahuluan di
relatif sering digunakan di unit perawatan ruang Intensive Care Unit (ICU) di
intensif. Masalah utama pasien dengan alat Rs. Husada Utama pada bulam
bantu nafas atau ventilator mekanik yang Agustus sampai dengan September
sering muncul adalah bersihan jalan nafas 2014 sebanyak 30 pasien dengan
inefektif, salah satu intervensi untuk pemakaian mesin per-hari 3-5 mesin.
masalah tersebut adalah dilakukannya Dengan mode dan diagnosa medis
tindakan suction. Namun pada proses yang berbeda-beda. Dima-na pasien
dilakukan suction tidak hanya lendir yang tersebut diberi hiperoksigenasi
terhisap, suplai oksigen yang masuk ke sebelum suctioning, di dapatkan
saluran pernafasan juga ikut terhisap, bahwa 25 pasien saturasi oksigen
sehingga memungkinkan untuk terjadi meningkat hingga 100% dan 5 pasien
hipoksemia sesaat yang ditandai dengan saturasinya naik sampai dengan 96-
penurunan saturasi oksigen (SpO2). 98%. Fenomena di ICU Rs. Husada
Hiperoksigenasi adalah teknik terbaik Utama masih ada beberapa yang tidak
untuk menghindari hipoksemia akibat melakukan hiperoksigenasi pada
----------------------------------------------------------------------------- ------------THE SUN Vol. 2(4) Desember 2015

proses suctioning pada pasien pengguna memperoleh hiperoksigenasi (Pritchard,


ventilator sebanyak 25%, sisanya sebanyak 75% Flenady, & Woodgate , 2001).
melakukan hiperoksigenasi. Mengingat pentingnya suctioning
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran pada pasien gagal nafas yang mempunyai
oksigen terhadap karbon-dioksida dalam paru-paru masalah bersihan jalan nafas inefektif
tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan mempunyai dampak hipoksemia sesaat
pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh. yang ditandai dengan penurunan saturasi
Hal ini akan menyebabkan tekanan oksigen kurang oksigen, hiperoksigenasi sangat penting
dari 50 mmHg (Hipo-ksemia) dan peningkatan dalam setiap prosedur penghisapan agar
tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg/ tidak terjadi penurunan saturasi oksigen
hiperkapnia (Smeltzer & Bare, 2004). Beberapa yang bermakna. Hal inilah yang telah
kasus gagal nafas berakhir dengan pemberian mendorong penulis untuk melakukan
ventillator mekanik, yang bertujuan untuk membantu penelitian tentang bagimanakah efektifitas
atau mengambil alih fungsi pernafasan. Resiko hiperoksigenasi pada proses suctioning
pemasangan ventilator mekanik pada pasien yang terhadap saturasi oksigen pasien dengan
mengalami gangguan sistem pernafasan merupakan ventilator mekanik di ICU RS. Husada
hal yang harus dihadapi dalam upaya Utama.
menyelamatkan hidup seseorang. Jika ventilator METODE
dapat berfungsi dengan baik maka perlu dipasang Desain penelitian ini adalah pre-
articial airway (jalan nafas buatan) dengan eksperimental design, one group pre test-
endotracheal tube atau tracheostomy. Tindakan post test design. Populasi dalam penelitian
invasive dari pemasangan articial airway ini ini adalah keseluruhan pasien yang
merupakan masalah yang paling sering terjadi menggunakan alat bantu ventilator di ICU
diantaranya hipoksia, trauma jaringan, meningkatkan Rs. Husada Utama Surabaya. Jumlah
resiko infeksi dan stimulasi vagal dan populasi pasien yang menggunakan
bronkoskopasme (Hudak & Gallo, 1998). ventilator di ICU Rs. Teknik sampling
Penggunaan alat ventilator mekanik yang digunakan adalah non probabilty
mempengaruhi munculnya masalah pada bersihan sampling dengan total sampling.
jalan nafas, di antaranya adalah meningkatnya Peneliti mengambil sampel seluruh
produksi sputum sehingga diperlukan tindakan pasien ICU yang menggunakan ventilator
perawatan yang tepat. Salah satu intervensi mekanik kemudian mengadakan pen-
keperawatan yang efektif yaitu dengan melakukan dekatan kepada keluarga pasien.
tindakan suctioning. Suctioning atau penghisapan Pengukuran penelitian menggunkan alat
merupakan tindakan untuk memper-tahankan jalan oxymetri nadi (pulse oxymetri) untuk
nafas sehingga memung-kinkan terjadinya proses mengetahui hasil saturasi oksigen lembar
pertukaran gas yang adekuat dengan cara observasi untuk mengetahui hasil saturasi
mengeluarkan secret pada klien yang tidak mampu oksigen. Pasien yang menggunakan
mengeluarkannya sendiri (Timby, 2009). Pada ventilator setiap waktu sesuai
kebutuhannya dilakukan tindakan suction.
proses dilakukan penghisapan tidak hanya lendir
Sebelum dilakukan tindakan suction pasien
yang terhisap, suplai oksigen yang masuk ke saluran
diberi terapi nebulizer terlebih dahulu
nafas juga ikut terhisap, sehingga memungkinkan
sesuai advis dari dokter kemudian
untuk terjadi hipoksemia sesaat ditandai dengan dilakukan fisioterapi dada. Sebelum
penurunan saturasi oksigen (SpO2). melakukan suction dan hiperoksigenasi
Dalam hal ini diperlukan tindakan peneliti melihat hasil saturasi oksigen
hiperoksigenasi sebelum dan sesudah melakukan terlebih dahulu kemudian melakukan
tindakan suction, hiper-oksigenasi diberikan dengan hiperoksigenasi dilanjutkan dengan suc-
cara meng-gunakan kantong resusitasi manual atau tioning. Kemudian melihat hasil saturasi
melalui ventilator dan dilakukan dengan oksigen setelah dilakukan hiperoksigenasi
meningkatkan aliran oksigen, biasanya sampai 100% dan suctioning. Dalam penelitian meng-
sebelum penghisapan dan ketika jeda antara setiap gunakan uji statistik Wilcoxon Signed
penghisapan (Kozier & Erb, 2002). Penelitian Rank Test dengan confident interval 95%
sebelum menyatakan SPO2 pada kelompok dan ρ < α (0,05).
preoksigenasi lebih tinggi dari kelompok yang tidak
-----------------------------------------------------------------------------------------THE SUN Vol. 2(4) Desember 2015
HASIL
Berdasarkan data diagram pai dibawah
ini didapatkan 10 orang (50%) jenis kelamin
laki-laki dan 10 orang (50%) adalah perempuan.
Berdasarkan gambar 2 didapatkan 10 orang
(50%) berusia 41-60 tahun, 6 orang (30%)
berusia 61-80 tahun, 4 orang (20%) berusia 21-
40 tahun. Dalam data khusus ini akan disajikan
hasil analisa tentang penilaian efektifitas
hiperoksigenasi pada proses suctioning sebelum
dan sesudah terhadap saturasi oksigen pada
pasien dengan ventilator mekanik. Berdasarkan Gambar 1. Distribusi responden
table 1 hasil PO2 112-180 mmHg, suhu berdasarkan Jenis Kelamin.

Gambar 2. Distribusi responden


berdasarkan Jenis Kelamin.
Grafik 1. Hasil PO2, suhu tubuh, asam basa, dan 2-3 DPG pada responden

19
-----------------------------------------------------------------------------------------THE SUN Vol. 2(4) Desember 2015

Tabel 1. 1 Hasil PO2, suhu pasien, Ph, DPG

pasien 36-39, Ph 7,3- 7,5, 2-3 DPG pasien didapatkan 18 pasien (90%) hasil saturasi
tidak ada riwayat hipoksia kronis, anemia, oksigennya 95%-100% dan 2 pasien (5%)
hipertiroid, hipotirois dan transfuse darah hasil saturasi oksigennya < 95%. Nilai
yang multiple saturasi oksigen yang normal untuk orang
dewasa adalah 95-100% (Kozier & Erb,
PEMBAHASAN 2009). Berdasarkan hasil penelitian
Berdasarkan hasil penilaian didapati bahwa hasil saturasi oksigen
saturasi sebelum dilakukan hiper- setalah dilakukan hiperoksigenasi pada
oksigenasi pada prosedur suctioning dari proses suctioning, saturasi oksigen pasien
20 pasien didapatkan 17 pasien (85%) meningkat dan ada yang bertahan di nilai
hasil saturasi oksigennya 95%-100% dan 3 yang sama. penelitian yang dilakukan dari
pasien (15%) hasil saturasi oksigennya < Pritchard, Flenady, Woodgate (2001)
95%. Berdasarkan hasil penilaian saturasi menyatakan SaO2 pada kelompok pre-
sesudah dilakukan hiperoksigenasi pada oksigenasi lebih tinggi daripada kelompok
prosedur suctioning dari 20 pasien yang tidak memperoleh hiperoksigenasi.
20
-----------------------------------------------------------------------------------------THE SUN Vol. 2(4) Desember 2015

Pasien yang mengalami masalah pada Analisis efektifitas hiperoksigenasi


sistem pernapasan terutama iritasi kronis pada jenis kelamin laki- laki sebanyak 9
pada saluran pernapasan dapat pasien (90%) saturasinya 95-100% dan
menyebabkan terjadinya peningkatan hanya 1 pasien (10%) yang kurang dari
jumlah sel-sel globet penghasil 95%. Pada jenis kelamin perempuan
mucus/lendir sehingga dapat sebanyak 10 pasien (100%) saturasinya
meningkatkan jumlah mucus pada pasien 95-100%. Hal ini sesuai dengan proses
yang mengalami masalah sistem suctioning terhadap saturasi oksigen pasien
pernafasan oleh karena itu sangat dengan ventilator mekanik di ICU Rs.
diperlukan tindakan penghisapan lendir. Husada Utama Surabaya.
Saskatoon (2010), mengatakan Hasil yang diperoleh dari penelitian
bahwa komplikasi yang mungkin muncul ini menunjukkan adanya perbedaan kadar
dari tindakan penghisapan lendir salah saturasi oksigen sebelum dan sesudah
satunya adalah hipoksemia/hipoksia. diberikan tindakan hiperoksigenasi pada
Maggiore et, al. (2013), tentang efek proses suctioning. Hasil menunjukkan
samping dari penghisapan lendir ETT terjadi peningkatan kadar saturasi oksigen
salah satunya adalah dapat terjadi dari responden yaitu adanya selisih nilai
penurunan kadar saturasi oksigen lebih kadar saturasi oksigen sebesar 5%. Selain
dari 5%. Sehingga pasien yang menderita itu dari hasil uji statistik Wilcoxon Signed
penyakit pada sistem pernapasan akan Rank Test pada responden yaitu terdapat
sangat rentan mengalami penurunan nilai pengaruh yang signifikan dimana nilai p-
kadar saturasi oksigen yang signifikan value = 0,001 (α < 0.05). Berdasarkan
pada saat dilakukan tindakan penghisapan hasil tersebut maka H1 diterima yang
lendir.Dalam hal ini diperlukan tindakan artinya hiperoksigenasi efektif pada
hiperoksigenasi sebelum dan sesudah prosedur suctioning terhadap saturasi
melakukan tindakan suction, oksigen pasien dengan ventilator mekanik
hiperoksigenasi diberikan dengan cara di ICU Rs. Husada Utama Surabaya.
menggunakan kantong resusitasi manual Penelitian yang dilakukan oleh
atau melalui ventilator dan dilakukan Maggiore et, al. (2013), tentang
dengan meningkatkan aliran oksigen, Decreasing the Adverse Effects of
biasanya sampai 100% sebelum Endotracheal Suctioning During
penghisapan dan ketika jeda antara setiap Mechanical Ventilation by Changing
penghisapan (Kozier & Erb, 2002). Practice, dimana 46,8% responden
Menurut hasil penelitian dan teori mengalami penurunan saturasi oksigen dan
maka pada pasien dengan alat bantu nafas 6,5% disebabkan karena tindakan suction.
atau ventilator mekanik biasanya terjadi Berdasarkan penelitian tersebut dapat
penumpukan mucus di daerah bronkus dan disimpulkan bahwa tindakan suction dapat
alveoli, intervensi yang efektif adalah menyebabkan terjadi penurunan kadar
dilakukannya suctioning. Suctioning saturasi oksigen. Hiperoksigenasi adalah
mempunyai dampak menurunkan saturasi teknik terbaik untuk menghindari
oksigen, karena pada proses penghisapan hipoksemia akibat penghisapan dan harus
bukan hanya lendir saja yang terhisap digunakan pada semua prosedur
namun suplai oksigen yang ada disaluran penghisapan. Hal ini dikuatkan dengan
pernafasan juga ikut terhisap. Dalam hal penelitian dari Clark, Winslow, Tyler, dan
ini hiperoksigenasi sangat penting pada White (1990).
prosedur penghisapan lendir atau Saturasi Oksigen atau daya ikat Hb
suctioning. Hiperoksigenasi mampu terhadap oksigen (afinitas) dipengaruhi
meningkatkan saturasi oksigen atau bisa oleh beberapa faktor diantaranya: 1)
membuat saturasi oksigen tersebut stabil Tekanan parsial oksigen di dalam arteri
atau berada pada nilai yang sama pada (PO2). Normal tekanan PO2 adalah 80-100
proses sebelum penghisapan. mmHg. Semakin tinggi PO2 dalam darah
21
-----------------------------------------------------------------------------------------THE SUN Vol. 2(4) Desember 2015

maka daya ikat hemoglobin (saturasi banyak pasien yang PH dalam darahnya
oksigen) semakin tinggi pula. Sebaliknya normal. 4) 2-3-diphosphoglycrate (2-3-
jika konsentrasi PO2 rendah (hipoksemia) DPG) adalah subtansi sel darah merah
maka daya ikat Hb terhadap oksigen yang mempengaruhi daya ikat Hb terhadap
semakin rendah dan saturasi O2 oksigen. Keadaan yang dapat menye-
mengalami penurunan. Dengan demikian, babkan peningkatan 2-3-DPG diantaranya
konsentrasi PO2 terhadap Hb berbanding hipoksia kronis, anemia dan hipertiroid.
lurus. Berdasarkan hasil penelitian Sedangkan situasi yang dapat menurunkan
responden di dapatkan hasil PO2 berkisar diantaranya hipotirois dan transfuse darah
112-180 mmHg maka daya ikat yang multiple. Peningkatan konsentrasi 2-
hemoglobin (saturasi oksigen) semakin 3-DPG akan mengakibatkan penurunan
tinggi. Konsentrasi PO2 dipengaruhi oleh afinita Hb terhadap O2 sehingga lebih
beberapa hal di antaranya volume gas di banyak ikatan oksigen terjadi di dalam
dalam paru, cukup tidaknya ventilasi plasma dan kurva bergeser ke kanan.
alveolus (tidal volume / menit volume), Dalam hal ini pada penelitian tidak
fraksi oksigen (FiO2) yang diberikan, didapatkan pasien dengan hipoksia kronis,
keadaan difusi dan perfusi antara alveolus anemia, hipertiroid, hipotirois dan
dengan membrane (V/Q), usia seseorang transfuse darah yang multiple.
dan afinitas hemoglobin terhadap oksigen Menurut hasil penelitian dan teori
(status asam basa dalam darah) usia pasien dengan alat bantu ventilator
responden 10 orang (50%) berusia 41-60 mekanik yang dilakukan hiperoksigenasi
tahun, 6 orang (30%) berusia 61-80 tahun, pada proses suctioning terbukti mampu
4 orang (20%) berusia 21-40 tahun. 2) bertahan dan juga meningkat. Mengingat
Suhu tubuh, suhu tubuh mempengaruhi tindakan suction ini dapat menyebabkan
afinitas hemoglobin terhadap oksigen. bahaya, maka sangat diperlukan
Hipertermi mengakibatkan tingginya kewaspadaan dini, kepatuhan melakukan
metabolisme dalam sel sehingga oksigen tindakan suctioning sesuai dengan SPO
lebih cepat berdifusi ke dalam plasma yang benar dan keterampilan yang baik
ketimbang dengan Hb. bagi petugas kesehatan yang melakukan
Dengan demikian semakin tinggi tindakan tersebut, terlebih khusus bagi
suhu tubuh akan semakin mudah pelepasan tenaga perawat. Selain itu juga melihat
oksigen dari Hb. Pada hasil penelitian ini data penunjang lain sperti Po2, Suhu
di dapatkan suhu pasien berkisar 36-39,7 Tubuh, Asam Basa, dan 2-3 DPG dimana
pasien tidak ada yang mengalami apakah pasien ada riwayat hipoksia kronis,
hiportermi. 3) Asam Basa, normal PH anemia, hipertiroid, hipotirois dan
darah adalah 7,35 – 7,45. Asam basa transfuse darah yang multiple. Sebab tanpa
dalam darah mempengaruhi pergeseran adanya hal-hal tersebut, dapat memberikan
kurva disosiasi oksihemoglobin. Keadaan dampak yang buruk bagi pasien yang
asidosis (PH rendah) mengakibatkan dirawat. Salah satunya bisa terjadi
afinitas Hb terhadap O2 menurun penurunan kadar oksigen dan jika petugas
sebaliknya alkalosis (PH tinggi) kesehatan/perawat tidak peka terhadap
mengakibatkan afinitas Hb terhadap O2 masalah yang muncul bisa mengakibatkan
meningkat. Pada hasil penelitian ini pasien mengalami gagal nafas bahkan
didapatkan hasil PH darah 17 pasien 7,3- sampai kepada kematian.
7.4 dan 3 pasien alkalosis yaitu 7,5. PCO2
tinggi (asidosis respiratorik) mengaki- KESIMPULAN
batkan penurunan afinitas Hb Sebaliknya Hiperoksigenasi efektif pada
PCO2 rendah (alkalosis respiratorik) proses suctioning terhadap saturasi
menyebabkan afinitas Hb terhadap O2 oksigen pasien dengan ventilator mekanik
meningkat dan lebih sedikit O2 berikatan di ICU Rs. Husada Utama Surabaya.
dengan plasma. Dalam hal ini masih
22
-----------------------------------------------------------------------------------------THE SUN Vol. 2(4) Desember 2015
DAFTAR PUSTAKA
Clark AP, Winslow EH, Tyler DO, White.
(1990) Effects of endotracheal
suctioning on mixed venous oxygen
saturation and heart rate in
criticallyill adults.
http://www.ncbi.nLm.nih.gov/pubme
d/2211166
Hudak, C. M., & Gallo, B.M. 1998).
Critical Care Nursing : a holistic
approach. Philadelpia : JB.
Lippincott.
Kozier, B., & Erb, G. (2002). Kozier and
Erb’s Techniques in Clinical
th
Nursing 5 Edition. New Jersey:
Pearson Education.
Kozier & Erb. (2009). Buku Ajar Praktik
Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta
: EGC
Maggiore, S.M. et al,. (2013). Decreasing
the Adverse Effects of Endotracheal
Suctioning During Mechanical
Ventilation by Changing Practice.
Continuing Respiratory Care
Education, Vol 58, 1588-1597.
Pritchard M, Flenady V, Woodgate P.
(2001). Preoxygenation for tracheal
suctioning in intubated, ventilated
newborn
infants.http://www.ncbi.nLm.nih.gov
/pubmed/11686960
Saskatoon Health Region Authority
(SHRA). (2005), June. Suctioning
Artificial Airways in Adults.
Paper presented at the RN and LPN
Learning Package, Saskatoon, SK.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2004).
Brunner & Suddarth’s Textbook of
th
Medical Surgical Nursing 10
Edition. Lippincott Williams &
Wilkins.
Timby, B. K. (2009). Fundamental
Nursing Skill and Concepts.
Philadelphia: Lippincott William &
Wilkins.

23
PENGARUH TINDAKAN PENGHISAPAN LENDIR ENDOTRAKEAL
TUBE (ETT) TERHADAP KADAR SATURASI OKSIGEN PADA
PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG ICU RSUP PROF. DR. R. D.
KANDOU MANADO
Berty Irwin Kitong
Mulyadi
Reginus Malara

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : juven_chester@yahoo.co.id

ABSTRACT : Success of the treatment in patients with respiratory failure isn’t only depends
of early detection, but also understanding the cause of the mechanism. One of the conditions
that can lead to respiratory failure is obstruction of the airway, including obstruction of the
endotracheal tube (ETT). An easy way to know of hypoxemia by monitoring of the oxygen
saturation levels (SpO2). This study aims to determine the effect of Endotracheal Tube (ETT )
slime suction action against Oxygen Saturation Levels In Patients treated at ICU department
of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. This research uses a method of pre experiments
using research design One - Group Pretest - Posttest Design. The samples done by purposive
sampling, with a total sample of 16 people. Data analysis was performed using t - test with
95% confidence interval and the value of α = 0.05. The results obtained from this study
showed a difference in oxygen saturation levels before and after the slime suction action
where there is a difference in value of the oxygen saturation level of 5.174 % and p-value =
0.000 (α < 0.05). The conclusion, there is the influence of the ETT slime suction action of the
oxygen saturation levels. Suggestions, for health personnel in order to ETT slime suction
action done with the standard, For Health Institutions need for supervision of nursing
personnel in doing the implementation with the standards and need an inhouse and exhouse
training for the nurses to hone skills and update the new health sciences. Keywords : ETT
Suction, oxygen saturation.

ABSTRAK : Keberhasilan pengobatan pada penderita dengan gagal nafas tidak hanya
tergantung pada deteksi sejak dini, tetapi juga dari pemahaman akan mekanisme
penyebabnya. Salah satu kondisi yang dapat menyebabkan gagal nafas adalah obstruksi jalan
nafas, termasuk obstruksi pada Endotrakeal Tube (ETT). Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui Pengaruh Tindakan Penghisapan Lendir ETT terhadap kadar saturasi oksigen
pada pasien yang dirawat di ruang ICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado . Jenis
penelitian ini menggunakan Metode Pre Eksperimen dengan menggunakan rancangan
penelitian One-Group Pretest-Posttest Design. Penentuan sampel dilakukan dengan cara
purposive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 16 orang. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan uji t-Test dengan confidence interval 95% dan nilai α = 0,05. Hasil
yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan kadar saturasi oksigen
sebelum dan sesudah diberikan tindakan penghisapan lender dimana terdapat selisih nilai
kadar saturasi oksigen sebesar 5,174 % dan nilai p-value =0,000 (α< 0.05). Kesimpulan, ada
pengaruh tindakan penghisapan lendir ETT terhadap kadar saturasi oksigen. Saran, bagi
tenaga kesehatan agar tindakan penghisapan lendir ETT dilakukan sesuai dengan standar,
Bagi Institusi Kesehatan perlunya pengawasan terhadap kepatuhan tenaga perawat dalam
melaksanakan tindakan sesuai dengan standard dan perlu diberikan pelatihan baik inhouse
maupun exhouse training bagi perawat agar dapat terus mengasah ketrampilan dan bisa meng-
update ilmu-ilmu kesehatan terbaru.
Kata kunci : Suction ETT, saturasi oksigen. 1
PENDAHULUAN pengobatan sedatif, dan lain – lain (Hidayat,
2005).
Intensive Care Unit (ICU) merupakan
ruang rawat rumah sakit dengan staf dan Penangganan untuk obstruksi jalan napas
perlengkapan khusus ditujukan untuk akibat akumulasi sekresi pada
mengelola pasien dengan penyakit, Endotrakeal Tube adalah dengan melakukan
trauma atau komplikasi yang mengancam tindakan penghisapan lendir (suction) dengan
jiwa. Peralatan standar di Intensive Care memasukkan selang
Unit (ICU) meliputi ventilasi mekanik kateter suction melalui
untuk hidung/mulut/Endotrakeal Tube (ETT) yang
membantu usaha bernafas melalui bertujuan untuk membebaskan jalan nafas,
Endotrakeal Tube (ETT) atau mengurangi retensi sputum dan mencegah
trakheostomi. Salah satu indikasi klinik infeksi paru. Secara umum pasien yang
pemasangan alat ventilasi mekanik adalah terpasang ETT memiliki respon
gagal nafas (Musliha,2010). tubuh yang kurang baik untuk mengeluarkan
Gagal napas terjadi bilamana benda asing, sehingga sangat diperlukan
pertukaran oksigen terhadap karbon tindakan penghisapan lendir (suction)
dioksida dalam paru – paru tidak dapat (Nurachmah & Sudarsono, 2000).
memelihara laju konsumsi oksigen (O2) Menurut Wiyoto (2010), apabila
tindakan suction tidak dilakukan pada pasien
dan pembentukan karbon dioksida (CO2)
dengan gangguan bersihan jalan nafas maka
dalam sel-sel tubuh. Hal ini pasien tersebut akan mengalami kekurangan
mengakibatkan tekanan oksigen arteri
kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan suplai O2(hipoksemia), dan apabila suplai O2
peningkatan tekanan karbon dioksida tidak terpenuhi dalam waktu 4 menit maka
lebih besar dari 45 mmHg dapat menyebabkan kerusakan otak yang
(Hiperkapnia).Walaupun kemajuan teknik permanen. Cara yang mudah untuk
diagnosis dan terapi intervensi telah mengetahui hipoksemia adalah dengan
berkembang dengan pesat, namun gagal pemantauan kadar saturasi oksigen (SpO2)
napas masih menjadi penyebab angka yang dapat mengukur seberapa banyak
kesakitan dan kematian yang tinggi di prosentase O2 yang mampu dibawa oleh
ruang perawatan intensif (Brunner& hemoglobin. Pemantauan kadar saturasi
Suddarth, 2002). oksigenadalah dengan menggunakan alat
Keberhasilan pengobatan pada oksimetri nadi (pulse oxymetri). Dengan
penderita dengan gagal nafas tidak hanya pemantauan kadar saturasi oksigen yang
tergantung pada deteksi keadaan ini sejak benar dan tepatsaat pelaksanaan tindakan
dini, tetapi juga dari pemahaman akan penghisapan lendir, maka kasus hipoksemia
mekanisme penyebabnya. Langkah yang dapat
pertama yang penting untuk mengenali menyebabkan gagal nafas hingga
bakal terjadinya gagal nafas adalah
mengancam nyawa bahkan berujung pada
kewaspadaan terhadap keadaan dan kematian bisa dicegah lebih dini.
situasi yang dapat menimbulkan gagal Berdasarkan data peringkat 10 penyakit
nafas (Price& Wilson, 2005). tidak menular (PTM) yang terfatal
Salah satu kondisi yang dapat menyebabkan kematian berdasarkan Case
menyebabkan gagal nafas adalah obstruksi Fatality Rate (CFR) pada rawat inap rumah
jalan nafas, termasuk obstruksi pada sakit pada tahun 2010, angka kejadian gagal
Endotrakeal Tube (ETT).Obstruksi jalan napas menempati peringkat kedua yaitu
nafas merupakan kondisi yang tidak normal sebesar 20,98% (Kementerian Kesehatan RI,
akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, 2012).
dapat disebabkan oleh sekresi yang kental Data yang diperoleh dari buku
atau berlebihan akibat penyakit infeksi, registrasi pasien ICU RSUP Prof. Dr. R. D.
imobilisasi, statis sekresi, dan batuk tidak Kandou Manado mulai dari bulan Januari-
efektif karena penyakit persyarafan seperti Oktober 2013 total pasien yang dirawat di
cerebrovaskular accident (CVA), efek ICU adalah sebanyak 411 pasien dan yang
mengalami kejadian gagal napas sebanyak kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah
132 pasien (32,1 %). Rata – rata pasien pasien yang sedang dilakukan tindakan
Resusitasi Jantung Paru (RJP).
yang dirawat di ICU adalah 41-42
pasien/bulan dan rata-rata yang mengalami Instrumen yang digunakan dalam
kejadian gagal napas adalah 13-14 penelitian ini yaitu lembar observasi yang
pasien/bulan serta 10-11 pasien/bulan terdiri dari identitas umum responden yang
meninggal akibat gagal napas. terdapat pada bagian atas lembar observasi.
Mengingat pentingnya pelaksanaan tindakan Sedangkan pada bagian bawah terdapat hasil
penghisapan lendir (suction) agar kasus gagal penilaian pretest dan posttest terhadap
nafas yang dapat menyebabkan kematian tindakan pengisapan lendir (suction) yang
dapat dicegah maka sangat diperlukan dilakukan.
pemantauan kadar saturasi oksigen yang Prosedur dalam penelitian ini, data-data
tepat. Hal inilah yang mendorong penulis awal tentang kadar saturasi oksigen
untuk melakukan penelitian tentang pengaruh dikumpulkan melalui pre test. Meliputi nilai
tindakan penghisapan lendir Endotrakeal dari hasil pengukuran dengan menggunakan
Tube (ETT) terhadap kadar saturasi oksigen alat oksimetri. Selanjutnya responden akan
pada pasien yang dirawat di ruang ICU diberikan tindakan pengisapan lendir
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. (suction). Setelah melakukan tindakan
melalui perlakuan, data akhir penelitian ini
METODE PENELITIAN diambil melalui post test meliputi data-data
Metode yang digunakan pada penelitian mengenai kadar saturasi oksigen dengan
ini yaitu metode Pre-eksperimen dengan pemantauan menggunakan alat oksimetri.
menggunakan desain penelitian One-Group Teknik pengolahan data pada penelitian
Pretest-Posttest Design, yang ini terdiri dari editing, coding, cleaning,
mengungkapkan sebab akibat dengan cara tabulating dan describing. Sedangkan analisa
melibatkan satu kelompok subyek. Suatu data dilakukan dengan pengujian univariat
kelompok diberi perlakuan, tetapi dan bivariat. Setelah mendapat persetujuan
sebelumnya diberikan pre-test, setelah itu kegiatan pengumpulan data bisa dilaksanakan
dilakukan post-test (Wasis, 2006). dengan menekankan pada masalah etika
Desain penelitian merupakan penelitian, antara lain Informed Consent,
rancangan bagaimana penelitian Anonimity, Confidentiality, Benefinence.
dilaksanakan. Desain ini digunakan sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu HASIL dan PEMBAHASAN
ingin mengetahui peningkatan saturasi
oksigen setelah diberikan tindakan Tabel 5.1. Karakteristik Responden
pengisapan lendir (suction) endotrakeal tube. Berdasarkan Jenis Kelamin
Dalam penelitian ini akan dilakukan uji Jenis Kelamin N %
statistik untuk mengetahui ada atau tidaknya Laki-Laki 12 75
pengaruh antara nilai (O2 – O1 ) dengan Perempuan 4 25
menggunakan uji statistik t-test. Jumlah 16 100
Penelitian telah dilaksanakan pada Sumber : Data Primer 2013
bulan Desember 2013 – Januari 2014 di ICU
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Tabel 5.2. Karakteristik Responden
Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh Berdasarkan Umur
penderita di ruang ICU yang sedang Umur N %
terpasang ETT dengan Sampel penelitian 15-24 Tahun 4 25
adalah penderita yang sedang terpasang ETT 25-34 Tahun 1 6
dan terdapat lendir. 35-44 Tahun 4 25
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini 44-54 Tahun 7 44
adalah pasien yang sedang dirawat di ICU
Jumlah 16 100
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado,
Sumber : Data Primer 2013
terpasang ETT, berlendir/sekret dan akan
dilakukan tindakan suction. Sedangkan
Tabel 5.3. Karakteristik Tabel 5.6. Hasil Uji Statistik Pengaruh
Responden Berdasarkan Tindakan Penghisapan Lendir Endotrakeal
Pendidikan Terakhir Tube (ETT) Terhadap Kadar Saturasi
Tingkat Oksigen Pada Pasien Yang Dirawat Di
N % Ruang ICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Pendidikan Manado.
Tidak Tamat SD - -
SD - - Std Std. P
SMP 3 19 Variabel Mean Deviation Error t Value N
SMA 11 69
DIII - - Pre
98.13 1.310 .328 16
Suction
S1/S2/S3 2 12 14.230 .000
Post
Jumlah 16 100 93.63 1.962 .491 16
Suction
Sumber : Data Primer 2013 Sumber : Data Primer 2013

Tabel 5.4. Karakteristik Responden Penelitian dilakukan di ICU RSUP


Berdasarkan Jenis Pekerjaan Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dan
Tingkat hanya melibatkan satu kelompok
N % eksperimen yaitu pasien – pasien yang
Pendidikan
PNS 2 12.5 dirawat di ruangan ICU RSUP Prof. Dr.
Swasta 3 18.7 R. D. Kandou Manado dan diberikan
Wiraswasta 2 12.5 intervensi berupa tindakan pengisapan
POLRI 1 6.3 lendir (suction) ETT sebanyak satu kali
Petani 2 12.5 tindakan. Responden dalam penelitian ini
Buruh 2 12.5 adalah sebanyak 16 orang dengan
IRT 2 12.5 menggunakan metode purposive
Pelajar 2 12.5 sampling berdasarkan kriteria inklusi dan
Jumlah 16 100 eksklusi. Dari hasil penelitian jumlah
responden terbanyak berjenis kelamin
Sumber : Data Primer 2013
laki-laki yaitu 12 orang atau 75 % dan
Tabel 5.5 Nilai Kadar Saturasi Oksigen responden perempuan 4 orang atau 25 %.
Pre dan Post Suction Penelitian ini menunjukkan jumlah
responden terbanyak berumur antara 45-
Saturasi (%)
Responden 54 tahun yaitu 7 orang atau 44%, 15–24
pre suction post suction tahun 4 orang atau 25%, 35-44 tahun 4
1. 98 94 orang atau 25%, dan responden paling
2. 97 93 sedikit yaitu dengan umur antara 25-34
3. 98 92 tahun yaitu 1 orang atau 6%. Menurut
4. 98 93 Kozier dan Erb tahun 2009, nilai saturasi
5. 99 94 oksigen yang normal untuk orang dewasa
6. 97 92 baik laki-laki maupun perempuan adalah
95-100%.
7. 96 93
Berdasarkan hasil penelitian ini
8. 98 96 didapati bahwa kadar saturasi oksigen
9. 100 95 setelah dilakukan tindakan suction
10. 96 90 mengalami penurunan nilai kadar saturasi
11. 100 96 oksigen. Hal ini sesuai dengan penelitian
12. 99 94 yang dilakukan oleh Maggiore, et all
13. 97 90 (2013) dimana 46,8% responden yang
14. 98 94 ditelitinya mengalami penurunan saturasi
15. 99 96 oksigen. Maggiore juga menyatakan
16. 100 96 bahwa tindakan suction ETT dapat
Sumber : Data Primer 2013 memberikan efek samping antara lain
terjadi penurunan kadar saturasi oksigen Hasil penelitian ini sesuai juga dengan
>5%. penelitian yang dilakukan oleh Maggiore, et
al (2013), tentang Decreasing the Adverse
Sebagian besar responden yang Effects of Endotracheal Suctioning During
mengalami penurunan kadar saturasi Mechanical Ventilation by Changing
oksigen secara signifikan pada saat Practice, dimana 46,8% responden
dilakukan tindakan penghisapan lendir ETT mengalami penurunan saturasi oksigen dan
yaitu terdiagnosis dengan penyakit pada 6,5% disebabkan karena tindakan suction.
sistem pernapasan, terlebih pada responden Berdasarkan penelitian tersebut dapat
nomor urut 13 yang mengalami penurunan disimpulkan bahwa tindakan suction dapat
sebesar 7% nilai kadar saturasi oksigen menyebabkan terjadi penurunan kadar
terdiagnosis secara medis dengan ―gagal saturasi oksigen.
napas ec. empisema‖. Adapun hambatan yang terjadi dalam
Price & Wilson (2005) mengatakan penelitian ini adalah tidak adanya
bahwa gagal napas merupakan tahap akhir keseragaman dalam menggunakan ukuran
dari penyakit kronik pada sistem kanul suction. Sebab ukuran dapat
pernapasan. Pada responden no.13 ini yang mempengaruhi dan memberikan perbedaan
terjadi adalah gagal napas kronik, sebab pada nilai saturasi oksigen pada pasien yang
terjadi akibat dari penyakit paru kronik dilakukan tindakan suctioning. Menurut
yaitu empisema (Muttaqin, 2008). Pasien Muhamat Nofiyanto dalam penelitiannya
yang mengalami masalah pada sistem tentang ―Perbedaan Nilai Saturasi Oksigen
pernapasan terutama iritasi kronis pada Berdasarkan Ukuran Kateter Suction Pada
saluran pernapasan dapat menyebabkan Tindakan Open Suction Di Ruang General
terjadinya peningkatan jumlah sel-sel Intensive Care Unit RSUP Dr. Hasan Sadikin
globet penghasil mucus/ lendir sehingga Bandung‖ menyimpulkan bahwa ukuran
dapat meningkatkan jumlah mucus pada kanul suction yang lebih besar (14 Fr) dapat
pasien yang mengalami masalah sistem menurunkan Kadar Saturasi Oksigen lebih
pernapasan oleh karena itu sangat banyak dibandingkan dengan ukuran yang
diperlukan tindakan penghisapan lendir. lebih kecil (12 Fr).
Dalam Saskatoon Health Regional Hambatan lain juga yang penulis temui
Authority (2010) mengatakan bahwa dan tidak dibahas secara mendalam dalam
komplikasi yang mungkin muncul dari penelitian ini yaitu mengenai tingkat
tindakan penghisapan lendir salah satunya pendidikan dan masa kerja perawat yang
adalah hipoksemia/hipoksia. Serta diperkuat melakukan tindakan suctioning tidak
oleh Maggiore et al,. (2013) tentang efek memiliki keseragaman. Sebab hal tersebut
samping dari penghisapan lendir ETT salah bisa memberikan pengaruh secara tidak
satunya adalah dapat terjadi penurunan kadar langsung terhadap ketrampilan perawat dalam
saturasi oksigen lebih dari 5%. Sehingga melakukan suatu tindakan.
pasien yang menderita penyakit pada sistem Mengingat tindakan suction ini dapat
pernapasan akan sangat rentan mengalami menyebabkan bahaya, maka sangat
penurunan nilai kadar saturasi oksigen yang diperlukan kewaspadaan yang dini,
signifikan pada saat dilakukan tindakan kepatuhan untuk melakukan tindakan sesuai
penghisapan lendir. dengan SPO yang benar dan ketrampilan
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yang baik bagi petugas kesehatan yang akan
menunjukkan adanya perbedaan kadar melakukan tindakan tersebut, terlebih khusus
saturasi oksigen sebelum dan sesudah bagi tenaga perawat. Sebab tanpa hal-hal
diberikan tindakan penghisapan lendir. Hasil tersebut dapat memberikan dampak yang
menunjukkan terjadi penurunan kadar buruk bagi pasien yang sementara dirawat.
saturasi oksigen dari responden yaitu adanya Salah satunya bisa terjadi penurunan kadar
selisih nilai kadar saturasi oksigen sebesar oksigen dan jika petugas kesehatan/ perawat
5,174 %. Selain itu dari hasil uji statistik t- tidak peka terhadap masalah yang muncul
Test pada responden yaitu terdapat pengaruh bisa mengakibatkan pasien mengalami gagal
yang signifikan dimana nilai p-value =0,000 napas bahkan sampai kepada kematian.
(α< 0.05).
Hal ini dapat terlihat dari penelitian Dobson, M.B. 1994. Penuntun Praktis
yang dilakukan dimana semua tindakan Anestesi. Jakarta : EGC
penghisapan lendir telah dilakukan sesuai
dengan SPO yang berlaku namun tetap terjadi Hidayat, A.A.A. 2005. Pengantar
penurunan kadar saturasi oksigen yang Kebutuhan Dasar Manusia. Buku 2.
signifikan, apalagi ketika petugas kesehatan/ Jakarta : Penerbit Salemba Medika
perawat tidak melakukan tindakan sesuai
dengan SPO, tentunya bisa sangat HIPGABI Sulut. 2013. Materi Pelatihan
membahayakan nyawa pasien. Emergency Nursing Basic Trauma
Cardiac Life Support. Manado
SIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. 2013.
terdapat pengaruh tindakan penghisapan Buku Registrasi Pasien ICU Tahun
lendir endotrakeal tube (ETT) terhadap kadar 2013. BLU RSUP Prof. Dr. R. D.
saturasi oksigen pada pasien yang dirawat di Kandou Manado.
ruang ICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado serta terdapat perbedaan kadar _________. 2014. Laporan Tahunan ICU
saturasi oksigen sebelum dan sesudah Tahun 2013. BLU RSUP Prof. Dr.
diberikan tindakan penghisapan lendir. R. D. Kandou Manado.

DAFTAR PUSTAKA International Child Health Review


Collaboration. 2014. Terapi/
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Pemberian Oksigen. (http :
Keperawatan – Konsep dan Aplikasi //www.ichrc.org/107-
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : terapipemberian-oksigen, diakses
Penerbit Salemba Medika tanggal 11 maret 2014, jam 22.07
WITA)
Bayuningsih, R. 2011. Efektivitas
Penggunaan Nesting Dan Prone Johnson, J.Y, Temple, J.S, Carr, P. 2005.
Terhadap Saturasi Oksigen Dan Prosedur Perawatan di Rumah
Frekuensi Nadi Pada Bayi Premature Pedoman Untuk Perawat. Jakarta :
Di RSUD Kota Bekasi. Depok : FKUI EGC

BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. 2011. Kementerian Kesehatan RI. 2012. 10
Standar Prosedur Operasional (SPO) Penyakit Tidak Menular Yang
BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. Menyebabkan Kematian Tahun 2010.
Manado Jakarta

Boswick, J.A. 1988. Perawatan Gawat Kozier & Erb. 2009. Buku Ajar
Darurat. Jakarta : EGC Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5.
Jakarta :
Brooker, C. 2001. Kamus Saku EGC
Keperawatan. Edisi 31. Jakarta : EGC
Maggiore, S.M. et al,. 2013. Decreasing
. 2008. Ensiklopedia the Adverse Effects of Endotracheal
Keperawatan. Jakarta : EGC Suctioning During Mechanical
Ventilation by Changing Practice.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Continuing Respiratory Care
Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Education, Vol 58, 1588-1597.
Jakarta : EGC

Djojodibroto, D. 2009. Respirologi


(Respiratory Medicine). Jakarta :
EGC
Mattahay, M.A. 2003. Acute Saskatoon Health Region Authority (SHRA).
Respiratory Distress Syndrome. New 2005, June. Suctioning Artificial
York : Airways in Adults. Paper presented at
Marcel Dekker the RN and LPN Learning Package,
Saskatoon,SK.
Musliha. 2010. Keperawatan Gawat
Darurat. Jakarta : NuMed
Tamsuri, A. 2008. Seri Asuhan
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Keperawatan Klien Dengan Pernapasan. Jakarta : EGC
Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta : EGC
Wasis. 2006. Pedoman Riset Praktis Untuk
Nofiyanto, M. Perbedaan Nilai Saturasi Profesi Perawat. Jakarta : EGC
Oksigen Berdasarkan Ukuran Kateter
Suction Pada Tindakan Open Suction Di
Ruang General Intensive Care Unit RSUP Wiyoto. 2010, April. Hubungan Tingkat
Dr. Hasan Sadikin Pengetahuan Perawat Tentang
Bandung, (Online), Prosedur Suction Dengan Perilaku
(http://www.unpad.ac.id/archieves/12 Perawat Dalam Melakukan Tindakan
8770. diakses tanggal 10 Juni 2014, jam Suction di ICU Rumah Sakit dr.
22.15 WITA) Kariadi Semarang (Online),
(http://digilib.unimus.ac.id/
Nurachmah, E., Sudarsono, R.S. 2000.
gdl.php?mod=browse&op=read=jtptu
Buku Saku Prosedur Keperawatan
nimus-gdl-wiyotog2a2-5560, diakses
Medikal Bedah. Jakarta : EGC
tanggal 01 November 2013, jam
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan 09.35 WITA)
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika

Oman, K.S, McLain, Scheetz. 2008.


Panduan Belajar Keperawatan
Emergensi. Jakarta : EGC

Price, S.A., Wilson, L.M. 2005.


Patofisiologi Konsep Klinis Proses –
Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2.
Jakarta : EGC

PSIK Unsrat. 2013. Panduan Penulisan


Tugas Akhir Proposal & Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan.
Manado

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. 2013.


Profil RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou.
Manado

Sakti, F.M. 2011. Pengaruh dataran tinggi


dan dataran rendah terhadap
hemoglobin penduduk. E-library
Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai