Anda di halaman 1dari 14

AUDIT INVESTIGASI DAN

AKUNTANSI FORENSIK

Kasus PT Pertamina
Hulu Energi
KELOMPOK 1

Agustin Nadia Riyani 1806268313


Cahyani Wahyuningtyas 1806268383
Elysabet Meryane Hutauruk 1806268465
Evanggelia Anugerah Tri Putri 1806268471
Fadhlul Mukhlishin 1806268484
Indra Fakhri Akbar 180268534
Joshua Gunaydo 1806268585
Mutiara Surihaniopera 1806268641
Rizky Almadinah Agusty 1806268736
PENJELASAN KASUS
PT Pertamina melakukan kegiatan akuisisi atau investasi non-rutin
berupa pembelian sebagian aset ROC Oil Company Ltd di ladang
minyak Basker Manta Gummy (BMG) Australia pada 2009. Karen
Agustiawan yang saat itu menjabat sebagai direktur PT Pertamina
Hulu Energi melakukan investasi participating interest (PI) di Blok
BMG Australia tanpa melakukan pembahasan dan kajian terlebih
3
dulu. Selain itu, investasi tersebut tanpa ada persetujuan dari bagian
legal dan dewan komisaris PT Pertamina.
Berdasarkan Agreement for Sale and Purchase-BMG Project, nilai
pembelian mencapai A$31,92 juta dengan tambahan biaya lain-lain
A$26,8 juta atau dengan total sebesar Rp568,06 miliar.
Selain itu, PT PHE wajib membayar kewajiban biaya operasional
(cash call) dari blok BMG Australia sampai dengan tahun 2012
meskipun ROC telah menghentikan produksi di Blok BMG sejak 20
Agustus 2010.
Apakah memang terjadi
kerugian negara?
Perbuatan Karen Agustiawan tersebut memperkaya Roc Oil
Company Limited (ROC) Australia. Atas perbuatan itu, negara
juga mengalami kerugian Rp 568 miliar. Hakim juga
menyatakan Pertamina tidak memperoleh keuntungan
secara ekonomis lewat investasi di Blok BMG. Sebab, sejak
4
20 Agustus 2010, ROC selaku operator di blok BMG
menghentikan produksi dengan alasan lapangan tersebut
tidak ekonomis lagi.
Pada 20 Agustus 2010, ROC telah menghentikan produksi di
Blok BMG. Tetapi, berdasarkan SPA (Sale Purchase
Agreement) antara PT Pertamina Hulu Energi (PHE) dengan
ROC, PT PHE wajib membayar kewajiban biaya operasional
(cash call) dari blok BMG Australia sampai dengan tahun 2012.
Dalam hal ini menambah beban kerugian bagi PT Pertamina.
Apakah KAP dapat ditugaskan
Kejaksaan untuk melakukan audit
kerugian negara ? Standar Apa
yang bisa dipakai

Bisa, Kejaksaan bisa meminta KAP untuk


melakukan audit investigasi dengan ruang 5

lingkup atau scope tertentu saja


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2004, standar pemeriksaan merupakan
patokan untuk melakukan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara
Standar pemeriksaan terdiri dari standar umum, standar
pelaksanaan, dan standar pelaporan pemeriksaan yang
wajib dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa. Dalam
melaksanakan tugas pemeriksaan, BPK telah menyusun
standar pemeriksaan pertama kali pada tahun 1995 yang
disebut Standar Audit Pemerintahan (SAP). Seiring dengan
perubahan konstitusi dan peraturan perundang-undangan di
bidang pemeriksaan, pada Tahun 2007 BPK menyusun
standar pemeriksaan dengan nama Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN).
6

Setelah hampir sepuluh tahun digunakan sebagai standar


pemeriksaan, SPKN 2007 dinilai tidak sesuai lagi dengan
perkembangan standar audit internasional, nasional, maupun
tuntutan kebutuhan saat ini. Oleh karena itu, SPKN 2007
perlu disempurnakan. Perkembangan standar pemeriksaan
internasional saat ini mengarah kepada perubahan dari
berbasis pengaturan detail (rule-based standards) ke
pengaturan berbasis prinsip (principle-based standards).

Berdasarkan PBPK no 1 tahun 2016

Pasal 2
(1)BPK dapat menunjuk Akuntan Publik pada
KAP untuk melakukan pemeriksaan
keuangan negara yang bekerja untuk dan
atas nama BPK.
(2)Pihak lain selain BPK dapat menunjuk
KAP untuk melakukan pemeriksaan
keuangan negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3)Pihak lain sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) wajib menyampaikan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) kepada BPK.

7
Keuangan Negara
Pasal 3

Berdasarakan Standar Pemeriksaan

(1) SPKN terdiri dari:


a. Kerangka Konseptual Pemeriksaan; dan
b. PSP.
(2) Kerangka Konseptual Pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
BPK ini.
(3) PSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri
dari:
a. PSP Nomor 100 tentang Standar Umum;
b. PSP Nomor 200 tentang Standar Pelaksanaan
Pemeriksaan; dan
c. PSP Nomor 300 tentang Standar Pelaporan Pemeriksaan.

8

(4) PSP Nomor 100 sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan BPK ini.

(5) PSP Nomor 200 sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


huruf b tercantum dalam Lampiran III yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan BPK ini.

(6) PSP Nomor 300 sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


huruf c tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan BPK ini.

Pasal 4

SPKN berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan


terhadap entitas, program, kegiatan, serta fungsi berkaitan
dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang memiliki tingkat keyakinan memadai.

9

Pasal 5

SPKN berlaku bagi:

a. BPK;

b. akuntan publik atau pihak lainnya yang melakukan


pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara, untuk dan atas nama BPK;

c. akuntan publik yang melakukan pemeriksaan keuangan


negara berdasarkan ketentuan undang-undang; dan

d. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang melakukan


audit kinerja dan audit dengan tujuan tertentu.

10
Mengapa Dua Direksi Pertamina
Akhirnya Dijebloskan di Penjara ?
Karen dinilai mengabaikan hasil due diligence report yang
dilakukan oleh tim eksternal PT Deloitte Konsultan (SKI)
sebagai financial advisory dalam projects diamond
berdasarkan surat penunjukan dari Feredeck St Siahaan
selaku Direktur Keuangan melalui memorandum Nomor
007/H 20/00/2009-S tanggal 6 Januari 2009 yang 11

menyatakan akan sangat berisiko tinggi apabila PT


Pertamina mengakuisisi participating interest (PI) sebesar
10 persen dan dari Baker McKenzie Sydney menyatakan
kurang lengkapnya data termasuk dalam kategori risiko
tinggi.Bahwa akibat menyalahgunakan aturan yang
digariskan dalam perusahaan (PT Pertamina)
mengakibatkan kerugian negara company (ROC Oil)
menguntungkan Anzon Australia sebagai anak perusahaan
dari ROC Oil sebesar Rp 586 miliar.
Bagaimana Mahkamah Agung
Menilai Kasus Ini?

MA memvonis lepas (onslag) Karean Agustiawan dan


Frederick Siahaan pada 10 Maret 2020.
perbuatan yang didakwakan kepada Karen 12
Agustiawan terbukti, namun perbuatan itu bukan
tindak pidana (korupsi)
Kegagalan Pertamina dalam akuisisi saham BMG
tidak berarti dapat dihitung sebagai kerugian
negara. Sebab modal dan sahamnya tidak berasal
dari penempatan langsung dari negara. Hal itu
sesuai putusan MK Nomor 01/PHPUPres/XVII/2019.
Pelajaran yang dapat diambil dari
kasus ini
Pelajaran yang dapat diambil dari kasus tersebut
adalah harus berhati-hati dalam berinvestasi dan jika
ingin melakukan investasi harus mempertimbangkan 13
hasil due diligence report yang dilakukan oleh financial
advisory. Berdasarkan kasus Pertamina, dalam
berinvestasi harus mempertimbangkan cadangan
ladang minyak yang dapat di produksi dan lamanya
produksi yang dapat dilakukan di lapangan. Hal
tersebut dilakukan guna mengukur keekonomian
lapangan migas sebelum melakukan investasi.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai