A. LATAR BELAKANG
Setiap tahunnya, dilakukan audit yang dilakukan oleh auditor eksternal yang bersifat
independent, memiliki kualifikasi, serta kompeten. Hal ini bertujuan untuk memberikan
asurans eksternal serta obyektif dan memperlihatkan bahwa laporan keuangan sudah
memperlihatkan posisi keuangan serta kinerja perusahaan yang bagus.
Auditor eksternal memiliki tanggung jawab, yaitu memberikan opini atau saran
mengenai kewajaran laporan keuangan yang disusun oleh manajemen. Sedangkan
fungsi dari auditor eksternal adalah memberikan keabsahan mengenai laporan
keuangan serta meminimalisir risiko informasi mengenai laporan keuangan yang salah
atau menyesatkan.
Sedangkan tugas dari auditor internal adalah memberikan jasa asurans yang diperlukan
perusahaan, memastikan bahwa sistem pengendalian internal berjalan dengan baik.
Auditor internal juga menyediakan kebutuhan bagi auditor eksternal.
Auditor juga harus berkonsisten dengan UU PT, UU Pasar Modal, serta UU Perbankan
(UU No.7 Tahun 1992 dan telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998) mewajibkan
laporan keuangan dari perusahaan yang memiliki aset besar, perusahaan publik,
institusi keuangan yang bank atau non-bank untuk dilakukan audit.
Apabila auditor menemukan sesuatu yang janggal seperti manipulasi laporan keuangan,
maka dengan ini dapat dijadikan dasar oleh pemegang saham memberikan sanksi,
pemecatan kepada direksi.
Standar Audit yang Berkualitas Tinggi
Terdapat badan yang menetapkan standar terhadap audit, badan tersebut adalah Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI). IAPI telah mempublikasikan kode etik menurut Code
of Ethics from International Ethics Standards Boards for Accountans 2016 Editions
pada akhir tahun 2018, yang memiliki keefektifan tanggal 1 Juli 2019 tanpa melibatkan
Non-Compliance with Laws and Regulation atau bisa disebut dengan NOCLAR.
Menurut UU AP, telah dibentuk Komite Profesu Akuntan Publik yang memiliki
tugas pada kebijakan pengawasan, pembinaan pada akuntan publik serta KAP,
melakukan penyusunan standar akuntansi serta SPAP.
UU No.5 Tahun 2011, Akuntan Oublik mengatur isin untuk menjadi akuntan
publik:
1. Mempunyai sertifikat kelulusan profesi akuntan publik
2. Mempunyai pengalaman dalam memberikan jasa
3. Bertempat tinggal di Negara Kesatuan Republik Indonesia
4. Mempunyai NPWP
5. Tidak pernah terkena sanksi yaitu pencabutan izin Akuntan Publik
6. Tidak pernah dihukum dengan tindak pidana penjara 5 tahun atau lebih
7. Tidak di posisi pengampunan
Audit Fee
Audit fee telah menjadi isu serta menjadi masalah ketergantungan oleh auditor
eksternal cukup lama. Saat kehilangan pelanggan yang lumayan besar, hal itu
memberikan dampak buruk unutk remunerasi individu akuntan publik serta
KAP. Namun, ketergantungan terhadap audit fee ini juga berisiko terhadap
pengeluaran opini oleh audit eksternal, opini mereka akan tidak sesuai dengan
kualitas laporan keuangan perusahaan. Di sisi lain, audit fee yang rendah bisa
menyebabkan auditor eksternal melaksanakan proses audit yang tidak sesuai
dengan standar.
Jasa Non-Audit
Saat KAP menerima non-audit dari suatu perusahaan,, dapat timbul isu
independensi. Hal ini mampu mengurangi independensi auditor serta dapat
menyebabkan auditor melaksanakan audit sesuai kehendak mereka. Pengaruh
lain dari non-audit fee adalah dapat memengaruhi independensi auditor
eksternal, dimana auditor eksternal yang akan mengaudit perusahaan yang
melakukan penawaran perdana saham ke publik (Initial Public Offering atau
IPO). Auditor bisa memiliki insentif untuk menerbitkan opini audit wajar tanpa
pengecualian dikarenakan dari pertimbangan dia tidak mau kehilangan fee dari
jasa yang dia berikan.
Kualifikasi
Seorang akuntan publik wajib memiliki izin yang dikeluarkan oleh Menteri
Keuangan. Akuntan yang berkegiatan di Pasar Modal harus terdaftar di OJK
dan memenuhi persyaratan dari OJK. Diperlukannya Pendidikan dan Pelarihan
Berkelanjutan (PPL) serta pengawasan pengalaman kerja. Pada PMK
No.17/PMK.01/2008 mengharuskan Akuntan Publik mengikuti PPL yang
diadakan oleh IAPI serta PPAJP.
Menurut KPMG (2008), auditor internal memiliki tanggung jawab membantu direksi
serta dewan komisaris, yaitu:
1. Pengevaluasian pada risiko serta kerangka pengendali internal
2. Analisa sistem pada proses bisnis
3. Penilaian pada nilai serta keberadaan aset
4. Sumber informasi untuk major fraud and irregularities
5. Penilaian pada area serta risiko yang tidak bisa diterima
6. Penilaian kerangka kepatuhan serta isunya
7. Penilaian dari kinerja operasional serta keuangan
8. Menyarankan pemakaian sumber daya yang efisien
9. Penilaian pada pencapaiandari tujuan suatu perusahaan
10. Umpan balik pada kepatuhan nilai serta kode etik perusahaan.
Ada tiga pertanyaan mengenai audit internal pada bagian E, yaitu mengenai tanggung
jawab dewan. Dua pertanyaan mengenai adakah fungsi internal audit serta apakah
pemilihan dan pemberhentian ketua internal audit harus disetujui komite audit atau
dewan komisaris, serta diharuskan dijalankan di Indonesia.
Terdapat penalty yang diberikan jika perusahaan mendapat opini audit selain opini
wajar tanpa pengecualian (WTP) dan jika perusahaan melakukan revisi laporan
keuangan selain dikarenakan alasan perubahan kebijakan akuntansi. Penalti diberikan
juga kepada direksi atau manajemen senior adalah mantan karyawan atau partner dari
KAP yang pada saat itu mengaudit perusahaan selama dua tahun terakhir.