Anda di halaman 1dari 21

RINGKASAN MATERI KULIAH

AUDITING

REGULASI DAN STANDAR MUTU PEKERJAAN AUDITOR

Disusun Oleh :
Ign. Novie Endi Nugroho
Reguler I / Angkatan XVII

DOSEN PENGAMPU :
Drs. M. Agung Prabowo, M.Si., Akt., Ph.D.

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI (MAKSI)


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012

1
REGULASI DAN STANDAR MUTU PEKERJAAN AUDITOR

A. Regulasi Tentang Auditor


1. Regulasi
Regulasi yang mengatur mengenai profesi akuntan publik di Indonesia saat ini dapat
dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu:
a. Pemerintah
1. Undang-undang No. 5 Tahun 2011
2. Undang-Undang No.34 tahun 1954 : Tentang Pemakaian Gelar Akuntan.
3. Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik.
4. Keputusan Menteri Pendidikan No.179/U/2001: Tentang Penyelenggaraan Pendidikan
Profesi Akuntan
5. Keputusan Menteri Keuangan No.331/KMK/017/1999: Tentang Register Negara
6. Keputusan Menteri Keuangan No. 426/KMK.06/2002 dan No. 359/KMK.06/2003:
Pemberian jasa
7. Rancangan Undang-Undang Akuntan Publik
b. Organisasi Profesi Akuntan:
1. StandarAkuntansi
2. StandarAudit
3. Kode Etik Profesi

B. Undang-Undang Akuntan Publik


Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa
asuransi mengenai: informasi keuangan historis; jasa review atas informasi keuangan historis;
dan jasa asuransi lainnya.
Ada beberapa perubahan mendasar dengan dikeluarkannya UU no 5 tahun 2011 ini. salah
satunya syarat menjadi akuntan publik. Kini untuk menjadi seorang akuntan publik tidak harus
berasal dari lulusan jurusan akuntansi atau yang bergelar akuntan. Undang-Undang Akuntan
Publik yang disahkan DPR pada tanggal 3 Mei 2011 ini menyatakan untuk menjadi akuntan
publik bisa berasal dari berbagai latar pendidikan. Hal ini dilakukan untuk mempercepat dan
memperluas kuantitas Akuntansi Publik di Indonesia. Seseoarang dengan Latar belakang
Hukum, Agama, Psikologi, Teknik, Pertanian, dokter dan latar belakang pendidikan lainnya bisa
menjadi Akuntan Publik. Tentunya harus terlebih dahulu mengikuti Ujian Sertifgikasi Akuntan
Publik.
Syarat-syarat mengikuti USAP ini, menurut UU nomor 5 tahun 2011 yaitu:
1. Memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik yang sah;
2. Berpengalaman praktik memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3;

2
3. Erdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
4. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
5. Tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin Akuntan Publik;
6. Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
7. Menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Menteri; dan
8. Tidak berada dalam pengampuan.

C. Standar Profesional Akuntan Publik


Standar Profesional Akuntan Publik (disingkat SPAP) adalah kodifikasi berbagai pernyataan
standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi Akuntan Publik di
Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan
Publik Indonesia (DSPAP IAPI).
Tipe Standar Profesional
1. Standar Auditing
2. Standar Atestasi
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
4. Standar Jasa KonsultansI
5. Standar Pengendalian Mutu
Kelima standar profesional di atas merupakan standar teknis yang bertujuan untuk mengatur
mutu jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik di Indonesia.

D. Standar Auditing
Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan
standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar auditing merupakan pedoman audit atas
laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk
Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut
masing-masing standar yang tercantum di dalam standar auditing.
Di Amerika Serikat, standar auditing semacam ini disebut Generally Accepted Auditing
Standards (GAAS) yang dikeluarkan oleh the American Institute of Certified Public
Accountants (AICPA).

E. Standar Atestasi
Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan yang diberikan
oleh seorang yang independen dan kompeten yang menyatakan apakah asersi (assertion) suatu
entitas telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Asersi adalah suatu pernyataan yang
dibuat oleh satu pihak yang dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain, contoh asersi dalam

3
laporan keuangan historis adalah adanya pernyataan manajemen bahwa laporan keuangan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi :
1. pemeriksaan (examination),
2. review,
3. prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures).

Salah satu tipe pemeriksaan adalah audit atas laporan keuangan historis yang disusun
berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pemeriksaan tipe ini diatur berdasarkan
standar auditing. Tipe pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan atas informasi keuangan
prospektif, diatur berdasarkan pedoman yang lebih bersifat umum dalam standar atestasi.
Standar atestasi ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia.

F. Standar Jasa Akuntansi Dan Review


Standar jasa akuntansi dan review memberikan rerangka untuk fungsi non-atestasi bagi jasa
akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review.
Sifat pekerjaan non-atestasi tidak menyatakan pendapat, hal ini sangat berbeda dengan tujuan
audit atas laporan keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan standar auditing. Tujuan audit
adalah untuk memberikan dasar memadai untuk menyatakan suatu pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan, sedangkan dalam pekerjaan non-atestasi tidak dapat dijadikan
dasar untuk menyatakan pendapat akuntan.
Jasa akuntansi yang diatur dalam standar ini antara lain:
1. Kompilasi laporan keuangan
Penyajian informasi-informasi yang merupakan pernyataan manajemen (pemilik) dalam
bentuk laporan keuangan
2. Review atas laporan keuangan
Pelaksanaan prosedur permintaan keterangan dan analisis yang menghasilkan dasar
memadai bagi akuntan untuk memberikan keyakinan terbatas, bahwa tidak terdapat
modifikasi material yagn harus dilakukan atas laporan keuangan agar laporan tersebut sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
3. Laporan keuangan komparatif
Penyajian informasi dalam bentuk laporan keuangan dua periode atau lebih yang disajikan
dalam bentuk berkolom

G. Standar Jasa Konsultansi


Standar Jasa Konsultansi merupakan panduan bagi praktisi (akuntan publik) yang
menyediakan jasa konsultansi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Dalam jasa
konsultansi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Sifat dan lingkup

4
pekerjaan jasa konsultansi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dengan kliennya.
Umumnya, pekerjaan jasa konsultansi dilaksanakan untuk kepentingan klien.

Jasa konsultansi dapat berupa:


1. Konsultasi (consultation)
Memberikan konsultasi atau saran profesional (profesional advise) berdasarkan pada
kesepakatan bersama dengan klien. Contoh jenis jasa ini adalah review dan komentar
terhadap rencana bisnis buatan klien
2. Jasa pemberian saran profesional (advisory services)
Mengembangkan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi untuk dipertimbangkan dan
diputuskan oleh klien. Contoh jenis jasa ini adalah pemberian bantuan dalam proses
perencanaan strategik
3. Jasa implementasi
Mwujudkan rencana kegiatan menjadi kenyataan. Sumber daya dan personel klien digabung
dengan sumber daya dan personel praktisi untuk mencapai tujuan implementasi. Contoh
jenis jasa ini adalah penyediaan jasa instalasi sistem komputer dan jasa pendukung yang
berkaitan.
4. Jasa transaksi
Menyediakan jasa yang berhubungan dengan beberapa transaksi khusus klien yang
umumnya dengan pihak ketiga. Contoh jenis jasa adalah jasa pengurusan kepailitan.
5. Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya
Menyediakan staf yang memadai (dalam hal kompetensi dan jumlah) dan kemungkinan jasa
pendukung lain untuk melaksanakan tugas yang ditentukan oleh klien. Staf tersebut akan
bekerja di bawah pengarahan klien sepanjang keadaan mengharuskan demikian. Contoh
jenis jasa ini adalah menajemen fasilitas pemrosesan data
6. Jasa produk
Menyediakan bagi klien suatu produk dan jasa profesional sebagai pendukung atas instalasi,
penggunaan, atau pemeliharaan produk tertentu. Contoh jenis jasa ini adalah penjualan dan
penyerahan paket program pelatihan, penjualan dan implementasi perangkat lunak komputer

H. Standar Mutu Pekerjaan Auditor


1. Standar Mutu Pekerjaan Auditor
Standar auditing adalah standar yang mangatur mengenai kriteria atau ukuran mutu kinerja
audit. Standar auditing terdiri dari 10 kelompok yang dikelompokan ke dalam 3 bagian, yaitu:
1) Standar Umum
2) Standar Pekerjaan lapangan
3) Standar Pelaporan

5
1) Standar Umum
Standar umum mencangkup tiga bagian yaitu :
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memilikikeahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensidan sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajibmenggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama

2) Standar Pekerjaan Lapangan


Standar pekerjaan lapangan terdiri dari tiga, yaitu:
1. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jikadigunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadaai atas pengendalian interen harus diperolehuntuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup
3. Bahan Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melaluiinspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasisebagai dasar memahami untuk menyatakan
pendapat atas laporankeuangan auditan.

3) Standar Pelaporan
Standar pelaporan terdiri dari empat item, diantaranya:
1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum atau sesuai dengan SAK
2. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada ketidakkonsistenanpenerapan prinsip
akuntansi dalam penyusunan laporan keuanganperiode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansitersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harusdipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapatmengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersibahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.

I. Standar Pengendalian Mutu


Standar Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik (KAP) memberikan panduan bagi
kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh
kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional
Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI) dan Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh IAPI.

6
Unsur-unsur pengendalian mutu yang harus harus diterapkan oleh setiap KAP pada semua jenis
jasa audit, atestasi dan konsultansi meliputi:
1. Independensi
Meyakinkan semua personel pada setiap tingkat organisasi harus mempertahankan
independensi

2. Penugasan personel
Meyakinkan bahwa perikatan akan dilaksanakan oleh staf profesional yang memiliki tingkat
pelatihan dan keahlian teknis untuk perikatan dimaksud
3. Konsultasi
Meyakinkan bahwa personel akan memperoleh informasi memadai sesuai yang dibutuhkan
dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi, pertimbangan (judgement), dan
wewenang memadai
4. Supervisi
Meyakinkan bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh
KAP
5. Pemekerjaan (hiring)
Meyakinkan bahwa semua orang yang dipekerjakan memiliki karakteristik semestinya,
sehingga memungkinkan mereka melakukan penugasan secara kompeten
6. Pengembangan profesional
Meyakinkan bahwa setiap personel memiliki pengetahuan memadai sehingga
memungkinkan mereka memenuhi tanggung jawabnya. Pendidikan profesional
berkelanjutan dan pelatihan merupakan wahana bagi KAP untuk memberikan pengetahuan
memadai bagi personelnya untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan untuk kemajuan
karier mereka di KAP
7. Promosi (advancement)
Meyakinkan bahwa semua personel yang terseleksi untuk promosi memiliki kualifikasi
seperti yang disyaratkan untuk tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi.
8. Penerimaan dan keberlanjutan klien
Menentukan apakah perikatan dari klien akan diterima atau dilanjutkan untuk
meminimumkan kemungkinan terjadinya hubungan dengan klien yang manajemennya tidak
memiliki integritas berdasarkan pada prinsip pertimbangan kehati-hatian (prudence)
9. Inspeksi
Meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur lain pengendalian mutu
telah diterapkan dengan efektif

7
Tanggung Jawab Auditor Dan Lingkungan Laporan Keuangan
Menurut Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP), tanggung jawan Auditor dibagi menjadi 6:
1. TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERHADAP PROFESI
Tanggung jawab ini meliputi tanggung jawab mematuhi ketentuan yang telah disepakati
bersama oleh IAI, tanggung jawab mematuhi PABU, standar auditing yang telah ditetapkan IAI
dan kode etikakuntan Indonesia.

2. TANGGUNG JAWAB AUDITOR UNTUK MENDETEKSI KEKELIRUAN DAN


KETIDAKBERESAN
Auditor harus menetukan resiko bahwa kekeliruan dan ketidakberesankemungkinan menyebabkan
laporan keuangan berisi salah sajimaterial.

3. TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN AUDITORATAS


KEMAMPUAN SATUAN USAHA MEMPERTAHANKAN HIDUPNYA.Auditor harus menilai
apakah terdapat kesangsian besar terhadapsatuan usahadalam mempertahankan hidupnya dalam
periode waktu tertentu.

4. TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERHADAP KOMUNIKASI DENGANKOMITE AUDIT


Audit yang dilaksanakan dapat ditunjukan ke berbagai masalah yangmenjadi kepentingan komite
audit. Misalnya, struktur pengendalianinternal dan laporan keuangan yang bebas dari salah saji
material.

5.TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERHADAP PENEMUAN KEMUDIANATAS FAKTA


YANG ADA PADA TANGGAL LAPORAN AUDITOR.Setelah auditor menerbitkan laporannya,
ia tidak berkewajiban untukmengajukan pertanyaan lebih lanjut atau melaksanakan proseduraudit
apapun atas laporan keuangan yang diauditnya.

6.TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN ATASPROSEDUR YANG


TIDAK DILAKSANAKAN PADA TANGGAL LAPORANAUDITOR.Setelah auditor

8
menerbitkan laporannya, ia betanggung jawabmelaksanakan review ke belakang terhadap
pekerjaannya. Agar apabila ada prosedur yang tidak dilakukan dapat terungkap.

STANDAR UMUM AUDIT


Keahlian dan pelatihan teknis yang memadai Kompetensi auditor ditentukan oleh tiga faktor, yaitu
(1) pendidikan universitas formal untuk memasukiprofesi,
(2) pelatihan praktik dan pengalaman dalam auditing, dan
(3) mengikuti pendidikan profesiberkelanjutan selama karir profesional auditor.

Independensi dalam sikap mental


Auditor juga harus bebas dari pengaruh klien dalam melaksanakan audit serta dalam
melaporkantemuan-temuannya. Standar umum yang keduai ini mengaitkan peran auditor dalam
suatu audit denganperan sebagai penengah dalam perselisihan perburuhan atau sebagai hakim dalam
kasus hukum.Auditor juga harus memenuhi persyaratan independensi dalam kode prilaku
profesional

Penggunaan kemahiran profesional


Auditor juga diharapkan memiliki kesungguhan dan kecermatan dalam melaksanakan audit
sertamenerbitkan laporan atas temuan. Dalam memenuhi standar ini, seorang auditor yang
bepengalamanharus secara kritis melakukan review ataspekerjaan yang dikerjakan dan
pertimbangan yang di gunakanoleh personil kurang berpengalaman yang turut mengambil bagian
dalam audir. Standar penggunaankemahiran ini mengharuskan seorang auditor berlaku jujur dan
tidak ceroboh dalam melakukan audit

STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN


Perencanaan dan supervisi yang memadai Agar suatu audit dapat dikatakan efktif dan efisien, maka
audit harus direncanakan dengan baik.Perencanaan meliputi pengembangan strategi audit serta
rancangan program audit yang akandipergunakan dalam melaksanakan audit. Supervisi yang benar
merupakan hal penting karena sering kalisebagian besar pelaksanaan program audit dilaksanakan
oleh asisten staf dengan pengalaman yangterbatas.

Pengalaman atas struktur pengendalian intern


Struktur pengendalian intern klien merupakan faktor yang penting dalam suatu audit. Sebagai
contoh,struktur pengendalian internal yang dirancang dengan baik dan efektif akan mampu
melindungi asetklien dan menghasilkan informasi keuangan yang andal. Oleh karena itu,
merupakan hal yang sangatmendasar bagi seorang auditor untuk memahami struktur pengendalian
intern, sehingga dapatmerencanakan suatu audit yang efektif dan efisien

9
Mendapatkan bukti audit kompeten yang cukup
Tujuan akhir standar pekerjaan lapangan adalah menyediakan dasar yang memadai bagi auditor
untukmenyatakan pendapat atas laporan keuangan klien. Untuk memenuhi standar ini
diperlukanpenggunaan pertimbangan profesional dalam menentukan jumlah (kecukupan) dan mutu
(kompetensi)bukti audit yang di perlukan untuk mendukung pendapat auditor

STANDAR PELAPORAN AUDIT


Laporan keuangan disajikan sesuai GAAP
Standar pelaporan yang pertama mengharuskan auditor mengetahui bahwa GAAP merupakan
kriteriayang ditetapkan untuk digunakan dalam mengevaluasi asersi laporan keuangan manajemen.

Konsistensi dalam penerapan GAAP


Untuk memenuhi standar pelaporan, seorang auditor harus mencantumkan secara eksplisit
dalamlaporan auditor tentang adanya setiap kondisi dimana prinsip akuntansi tidak diterapkan
secarakonsisten dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam kaitannya dengan
prinsipakuntans yang diterapkan pada periode sebelumnya. Standar ini dirancang untuk
meningkatkan dayabanding laporan keuangan dari satu periode ke periode yang lain. Dengan
menggunakan standar ini, danapabila GAAP telah diterapkan secara konsisten, maka masalah
konsistensi tidak perlu dicantumkandalam laporan auditor

Pengungkapan informatif yang memadai


Setandar ini berkaitan dengan kecukupan catatan atas laporan keuangan dan bentuk-
bentukpengungkapan lainnya. Standar ini hanya berpengaruh pada laporan auditor, bila
pengungkapanmanajemen dianggap tidak mencukupi. Dalam banyak hal, auditor diminta untuk
mencantumkanpengungkapan yang tidak perlu dalam laporan auditor.

Pernyataan pendapat
Standar pelaporan mengharuskan auditor menyatakan pendapat atas laporan keuangan
secarakeseluruhan atau menyatakan bahwa pendapat tidak dapat diberikan

PENERAPAN STANDAR AUDITING


Standar audit dapat diterapkan pada setiap audit laporan keuangan oleh seorang auditor
independentanpa memandang skala ukuran kegiatan klien, bentuk organisasi, jenis organisasi, atau
apakah tujuanentitas adalah mencari laba atau nirlaba. Konsep materialitas dan risiko akan
mempengaruhi aplikasiseluruh standar, khususnya pada standar pekerjaan lapangan dan standar
pelaporan, materialitasberkaitan dengan arti penting relatif sesuatu hal. Risiko berkaitan juga
dengan kemungkinan suatu halitu tidak benar

10
HUBUNGAN ANTARA STANDAR AUDITING DENGAN PROSEDUR AUDITING
Prosedur auditing (auditing procedures) adalah metode-metode yang digunakan serta tindakan
yangdilakukan oleh auditor selama audit berlangsung. Standar auditing yang dapat di terapkan pada
setiapaudit laporan keuangan, maka prosedur auditing dapat berbeda antara satu klien dengan klien
yanglainnya, karena adanya perbedaan dalam skala kegiatan suatu entitas dengan entitas lainnya,
perbedaankarakteristik, serta sifat dan kompleksitas operasi dan sebagainya

KEYAKINAN YANG DISEDIAKAN OLEH AUDIT


pengguna laporan keuangan yang di audit mengharapkan auditor untuk:
1.Melaksanakan audit dengan kompetensi teknis, integritas, independensi dan objektivitas
2.Mencari dan mendeteksi salah saji yang material, baik yang disengaja maupun yang tidak
3.Mencegah penerbitan laporan keuangan yang menyesatkan

Independensi auditor
Independensi merupakan dasar dari profesi auditing. Hal itu berarti auditor akan bersifat
netralterhadap entitas, dan oleh karena itu akan bersifat objektif. Publik dapat mempercayai fungsi
auditkarena auditor bersikap tidak memihak serta mengakui adanya kewajiban untuk bersiikap adil.
Entitasadalah klien auditor, namun CPA memiliki tanggung jawab yang lebih besar kepada para
penggunalaporan auditor yang jelas telah diketahui. Auditor tidak boleh memposisikan diri atau
pertimbangannyadi bawah kelompok apapun dan siapapun. Independensi, integritas dan objektivitas
auditor mendorongpihak ketiga untuk menggunakan laporan keuangan yang tercakup dalam laporan
auditor dengan rasayakin dan percaya sepenuhnya

Keyakinan yang memadai


Auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk
mendapatkankeyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang
material, akan tetapi,konsep keyakinan yang memadai tidak dapat memastikan atau menjamin
akurasi laporan keuangan.Konsep keyakinan yang memadai menunjukkan bahwa dalam audit telah
dilakukan sejumlah pengujian.Jarang sekali auditor melakukan pemeriksaan 100 persen atas butir-
butir yang ada dalam suatukelompok akun atau transaksi. Yang lazim dilakukan auditor adalah
memilih beberapa butir danmenerapkan sejumlah prosedur atas butir-butir terpilih tersebut guna
membentuk suatu pendapat ataslaporan keuangan. Konsep keyakinan yang memadai juga
menunjukkan bahwa laporan keuanganmanajemen mencantumkan adanya estimasi yang tidak pasti.
Meskipun auditor telah memberikanperhatian penuh guna memahami bisnis dan industri klien,
namun cepatnya perubahan kondisi ekonomimengubah keterbatasan penting pada audit laporan
keuangan. Oleh kerena itu, suatu audit tidak dapatmenjamin akurasi laporan keuangan.

11
DETEKSI KECURANGAN
Dua jenis salah saji yang berkaitan dengan kecurangan yaituKecurangan pelaporan keuangan
(fraudulent financial reporting) terdiri dari tindakan-tindakan seperti:
Memanipulasi, pemalsuan atau pengubahan catatan akuntansi atau dokmen pendukung
yangmenjadi sumber penyusunan laporan keuangan
Representasi yang salah atau penghapusan yang disengaja atas peristiwa-peristiwa, transaksi
transaksi, atau informasi signifikan lainnya yang ada dalam laporan keuangan
Salah penerapan yang disengaja atas prinsip-prinsip akuntansi yang berkaitan dengan
jumlah,klasifikasi, cara penyajian atau pengungkapan.Penyalahgunaan asset (misappropriation of
assets) meliputi penggelapan atau pencurian aset entitasdimana penggelapan tersebut dapat
menyebabkan laporan keuangan tidak disajikan sesuai prinsip-prinsip yang berlaku umum.
Penyalahgunaan tersebut dapat dilakukan dengan cara
Menggelapkan penerimaan
Mencuri aset
Menyebabkan entitas membayar barang dan jasa yang tidak diterimaPenyalahgunaan aset dapat
disertai juga dengan pemalsuan atau pengabaian catatan atau dokumen

Tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan


Tangung jawab auditor untuk mendeteksi kecurangan ataupun kesalahan-kesalahan yang
tidakdisengaja, diwujudkan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit untuk mendapatkan
keyakinan yangmemadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material yang
disebabkan olehkesalahan ataupun kecurangan. Secara spesifikasi SAS no. 82 memberikan
pedoman bagaimana auditormenanggapi hasil penilaian risiko dengan cara memikirkan urutan
langkah-langkah audit, dan caramengevaluasi hasil uji audit yang dikaitkan dengan risiko salah saji
akibat kecurangan.Aspek penting dalam pelaksanaan audit dengan kemahiran profesional yang
cermat dan seksama adalahsikap keraguan profesional auditor. Auditor harus mengevaluasi semua
bukti dan konsisi yang diamatiselama audit. Apabila auditor mengamati indikator yang dikaitkan
dengan risiko kecurangan yang lebihtinggi, auditor harus meyakinkan bahwa pendekatan auditor
yang digunakan telah memiliki derajatkeraguan profesional yang tepat.

Tanggung jawab untuk melaporkan kecurangan


Auditor juga bertanggung jawab untuk mengomunikasikan temuan kecurangan kepada manajemen
danmungkin juga kepada pihak lainya. Tanggung jawab kunci auditor dalam mengkomunikasikan
temuankecurangan adalah sebagai berikut:
apabila menemukan bahwa terdapat bukti adanya kecurangan maka hal itu harus
menjadiperhatian menajemen yang pada umumnya satu tingkat lebih tinggi dimana kecurangan
terjadi

12
setiap kecurangan yang melibatkan manejemen senior, dan kecurangan yang terjadi padatingkat
manapun yang menyebabkan salah saji yang material pada laporan keuangan, harusdilaporkan
langsung oleh auditor ke komte audit atau dewan direksi
secara etis dan legal, pada umumnya auditor tidak dapat mengungkapkan kecurangan yangterjadi
di luar entitas, namun auditor dapat diminta mengungkapkan dalam hal
1. sebagai tanggpan atas dakwaan pengadilan
2. dikirimkan kepada SEC, apabila auditor mengundurkan diri atau diberhentikan dari
perikatan,atau bila auditor telah melaporkan adanya tindakan melawan hukum kepada
komite auditatau dewan direksi dan komite maupun dewan tidak mengambil langkah tindak
lanjut yangtepat
3. kepada auditor pengganti yang mengajukan pertanyaan sesuai dengan standar professional
4. kepada badan pembiayaan atau badan lainnya sesuai dengan persyaratan audit bagi
entitasyang menerima bantuan keuangan dari pemerintah

TINDAKAN MELAWAN HUKUM YANG DI LAKUKAN OLEH KLIEN


Tindakan melanggar hukum (ilegal act) meliputi pembayaran suap, mengambil bagian dari
kegiatanpolitik yang melanggar hukum, pelanggaran ketentuan pemerintah dan hukum tertentu
lainnya

Tanggung jawab untuk mendeteksi dan melaporkan tindakan hukum yang dilakukan klien
Dua karakteristik tindakan melanggar hukum yang mempengaruhi tanggung jawab auditor
untukmendeteksi adalah:
penentuan apakah suatu tindakan dikatakan menggar hukum atau tidak, bergantung
padapertimbangan hukum yang pada umumnya di luar kompetensi profesional auditor
tindakan melanggar hukum dalam kaitan dengan laporan keuangan sangat beragam
jenisnya.Beberapa ketentuan dan peraturan, seperti hukum pajak penghasilan, memiliki akibat
langsungdan material terhadap laporan keuangan. Namun beberapa ketentuan yang berkenaan
dengankesahatan dan keselamatan kerja perlindungan lingkungan hanya memiliki pengaruh
tidaklangsung pada laporan keuangan.Ketentuan dalam AU 317.05 Ilegal Acts By Clients,
menunjukkan bahwa tanggung jawab auditor atassalah saji yang berasal dari tindakan melanggar
hukum yang memiliki pengaruh langsung dan materialpada penentuan jumlah laporan keuangan
adalah sama dengan tanggung jawab auditor atas kesalahandan kecurangan. Auditor
mengembangkan perencanaan audit berdasarkan indikator risko. Indikatorberikut ini dapat
menunjukkan adanya peningkatan risiko tindakan melanggar hukum, yaitu
(1) transaksidi luar kewenangan ,
(2) investigasi yang dilakukan oleh pejabat kantor pemerintah, dan
(3) kegagalanmengarsipkan formulir-formulir perpajakan.

13
Apabila auditor mencurigai adanya tindakan melanggarhukum, ia harus membahasnya dengan
manajemen pada tingkat yang tepat serta mengadakankonsultasi dengen penasehat hukum klien.
Apabila dipandang perlu, auditor harus menerapkan jugasejumlah prosedur tambahan untuk
memperoleh pemahaman atas tindakan tersebut dan pengaruhnyaterhadap laporan keuangan.

Tanggung jawab untuk melaporkan tindakan melanggar hukum


Tanggung jawab utama auditor adalah menyatakan pendapat atas kewajaran penyajian suatu
laporankeuangan. Apabila suatu tindakan melanggar hukum berpengaruh material terhadap laporan
keuangan,auditor harus mendesak manajemen untuk melakukan revisi atas laporan keuangan
tersebut. apabilarevisi atas laporan keuangan tersebut ternyata kurang tepat, auditor bertanggung
jawab untukmenginformasikan kepada para pengguna laporan keuangan melalui pendapat wajar
denganpengecualian , atau pendapat tidak wajar bahwa laporan tersebut tidak di sajikan sesuai
dengan GAAP.Tanggung jawab auditor untuk mengkomunikasikan kepada pihak luar tentang
tindakan melanggarhukum yang dikaitkan dengan klien, sama halnya dengan tanggung jawab
auditor terhadap kecuranganyang material. Selain itu Private Securities Ligitation Reform Act 1995
mengharuskan adanya suatupersyaratan kondisi tertentu yang dihadapi auditor independen atas
perusahaan yang dimiliki publiksesuai dengan Securities Exchange Act tahun 1934. Undang-
undang mengatur lebih jauh bahwa tidaksatu auditor pun wajib mengambil langkah pribadi atas
setiap temuan, kesimpulan atau pernyataanyang diberikan dalam laporan kepada SEC.

Keyakinan tentang kelangsungan klien


AU 342, The Auditor’s Consideration Of An Entity’s Ability To Continue As A Going Concern
(SAS 59)menyatakan bahwa auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat
keraguansubstansial atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
(going concern) dalam periode waktu yang memadai, tidak melampaui waktu satu tahun setelah
tanggal laporankeuangan diaudit. Konsep tentang keraguan substansial atas kemampuan entitas
dalammempertahankan kelangsungan hidupnya (substansial doubt about an entity’s ability to
continue as a going concern) bukan hanya sekedar keraguan.Apabila auditor menyimpulkan bahwa
terdapat keraguan substansial tentang kemampuan entitas dalammempertahankan kelangsungan
hidupnya selama periode tahun setelah tanggal pelaporan keuangan,keraguan tersebut harus
dinyatakan dalam laporan audit. Apabila manajemen mencantumkanpengungkapan yang memadai
tentang kemampuan etantitas dalam mempertahankan kelangsunganhidupnya dalam laporan
keuangan, auditor akan menerbitkan pendapat wajar tanpa pengecualiandengan paragraf tambahan
yang menjelaskan ketidakpastian kelangsungan usaha.

SURAT KETERANGAN KESEHATAN

14
Beberapa pengguna laporan keuangan menganggap laporan standar auditor sebagai surat keterangan
kesehatan (bill of health).
Para pengguna keuangan lainnya merasa bahwa suatu audit akan memberikankeyakinan positif
bahwa bisnis merupakan tempat yang aman untuk berinvestasi, serta tidak akan gagal.Padahal tidak
ada petunjuk yang mengindikasikan tentang keraguan substansial dalam laporan auditormemberikan
keyakinan tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.Suatu audit
dapat meningkatkan keyakinan para pengguna bahwa laporan keuangan tidak mengandungsalah saji
yang material. Karena auditor adalah seorang ahli yang independen dan objektif yang
jugamengetahui bisnis entitas serta persyaratan pelaporan keuangan

Dalam memenuhi tanggung jawabnya, auditor harus memerhatikan :


a. Salah saji material vs. Tidak material
Kesalahan saji dianggap material jika gabungan dari kesalahan-kesalahan yang belum dikoreksi dan
kecurangan dalam laporan keuangan akan mengubah atau memengaruhi keputusan orang –orang
yang menggunakan laporan keuangan tersebut
b. Keyakinan yang memadahi
Keyakinan adalah ukuran atas tingkat kepastian yagn telah didapatkan oleh auditor saat pengauditan
telah diselesaikan namun tidak bersifat absolut karena :
1. Sebagian besar bahan bukti audit berasal dari pengujian sampel populasi
2. Penyajian akuntansi bersisi estimasi yang kompleks melibatkan ketidakpastian dan dapat
dipengaruhi oleh kejadian di masa mendatang
3. Sulit mendeteksi salah saji dalam laporan keuangan ketika terjadi kolusi di antara manajemen
c. Kesalahan vs. Kecurangan (PSA 70 SA 316)
Kesalahan adalah salah saji dalam pelaporan keuangan yang tidak disengaja
Kecurangan adalah salah saji dalam pelaporan keuangan yang disengaja, kecurangan terbagi
menjadi penyalahgunaan aset yang disebut kecurangan karyawan dan kecurangan dalam pelaporan
keuangan yang sering disebut dengan kecurangan manajemen
d. Skeptisme profesional (PSA 04 SA 230)
Skeptisme profesional merupakan suatu perilaku pemikiran yang secara kritis dan penilaian kritis
atas bukti audit. Auditor tidak harus menganggap bahwa manajemen telah berlaku tidak jujur,
namun kemungkinan bahwa adanya ketidakjujuran harus dipertimbangkan

Tanggungjawab auditor dalam mendeteksi kesalahan saji material adalah auditor menekan
beragam kesalahan yang diakibatkan oleh kesalahan dalam perhitungan, kealpaan, kesalahpahaman
dan kesalahan penerapan standar akuntansi serta kesalahan dalam pengelompokan dan penjelasan.

Tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan material

15
Kecurangan yang diakibatkan kecurangan dalam pelaporan keuangan membahayakan para
pengguna dengan cara memberikan informasi laporan keuangan yang salah untuk membuat
keputusan. Kecurangan akibat penyalahgunaan aset para pemegang saham, kreditor, dan lainnya
akan mendapatkan bahaya karena aset tersebut tidak lagi tersedia bagi para pemiliknya yang berhak.
Terdapat perbedaan penting antara penggelapan aset dan salah saji yang material dari penggelapan
aset dengan beberapa pertimbangan yaitu :
1. Aset yang diambil dan digelapkan ditutupi dengan cara menyalahsajikan aset
2. Aset diambil dan digelapkan ditutupi dengan mengurangsajikan pendapatan atau melebihsajikan
beban

Tanggung jawab auditor untuk membongkar tindakan ilegal


Berdasarkan PSA 31 (SA 317) tindakan ilegal adalah pelanggaran terhadap hukum atau peraturan
pemerintah selain kecurangan
a. Tindakan ilegal berdampak langsung : mengevaluasi apakah terdapat bahan bukti yang tersedia
dan mengindikasikan adanya pelanggaran yang signifikan terhadap peraturan perpajakan
pemerintah
b. Tindakan ilegal berdampak tidak langsung misalnya melanggar hukum perlindungan
lingkungan, insider trading, hukum hak sipil, dan peraturan keselamatan karyawan

Auditor memiliki tiga tingkat tanggung jawab untuk menemukan dan melaporkan tindakan-tindakan
ilegal sebagai berikut :
a. Akumulasi bukti ketika tidak ada alasan untuk meyakini adanya tindakan ilegal berdampak tidak
langsung
b. Akumulasi bukti ketika ada alasan untuk meyakini adanya tindakan ilegal berdampak langsung
atau tidak langsung yang mungkin timbul. Jika auditor yakin bahwa suatu tindakan ilegal telah
terjadi maka tindakan yang harus diambil adalah :
1. Menanyakan pada manajemen yang tingkatannya lebih tinggi dari pihak yang dicurigai terlibat
dalam tindakan ilegal yang potensial
2. Auditor harus berkonsultasi dengan penasihat hukum klien atau ahli lainnya
3. Auditor harus mempertimbangkan untuk menambah akumulasi bahan bukti audit

Tindakan ketika auditor mengetahui adanya tindakan ilegal


1. Mempertimbangkan dampaknya terhadap laporan keuangan termasuk kecukupan
pengungkapannya. Jika auditor menyimpulkan bahwa pengungkapan terkait tidak memadahi maka
auditor harus memodifikasi laporan audit yang diterbitkan
2. Mempertimbangkan dampak terhadap hubungan KAP dengan manajemen
3. Mengomunikasikan dengan komite audit dan otorasi lainnya

16
Siklus laporan keuangan
Pengauditan dilakukan dengan membagi laporan keuangan ke dalam kelompok yang lebih
kecil. Memperlakukan setiap saldo akun dalam laporan keuangan sebagai kelompok yang terpisah
tidak efisien dan berakibat audit yang terpisah atas akun-akun yang berhubungan sangat dekat.

Pendekatan siklus dalam pengelompokan audit


Pendekatan siklus adalah mengelompokkan audit dengan tetap menjaga jenis atau kelompok
transaksi dan saldo akun yang terkait erat ke dalam satu kelompok yang sama. Pendekatan siklus
praktis digunakan karena menggabungkan transaksi yang dicatat dalam jurnal-jurnal yang berbeda
dengan saldo yang tercatat di buku besar yang ditimbulkan dari transaksi-transaksi tersebut.
Macam-macam siklus :
- Siklus penjualan dan penagihan
- Siklus pembelian dan pembayaran
- Siklus penggajian dan kepegawaian
- Siklus akuisisi modal dan pelunasan

Hubungan antar siklus

Menetapkan tujuan pengauditan


Auditor menjalankan pengauditan atas laporan keuangan dengan menggunkan pendekatan
siklus dalam melakukan pengujian audit atas transaksi-transaksi yang memengaruhi saldo akhir
suatu akun serta melakukan pengujian audit atas saldo akun dan pengungkapan terkait. Cara yang
paling efektif dan efisien untuk melakukan pengauditan dengan mendapatkan beberapa kombinasi
keyakinan untuk setiap kelompok transaksi dan untuk saldo akhir akun-akun terkait.
1. Tujuan audit terkait transaksi adalah beberapa tujuan audit harus terpenuhi sebelum auditor
dapat menyimpulkan bahwa transaksi tersebut telah dicatat dengan tepat
2. Tujuan audit terkait saldo adalah beberapa tujuan audit harus terpenuhi oleh masing-masing
saldo akun
3. Tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan informasi laporan keuangan

Asersi manajemen
17
Asersi manajemen adalah pernyataan yang tersirat atau tertulis oleh manajemen mengenai
kelompok-kelompok transaksi dan akun-akun terkait serta pengungkapan dalam laporan keuangan.
Asersi manajemen secara langsung terkait dengan standar akuntansi karena asersi ini merupakan
bagian dari kriteria bahwa manajemen telah mencatat dan mengungkapkan informasi akuntansi
dalam laporan keuangan
Pengelompokan asersi menurut PSA 07 (SA 326)
1. Asersi mengenai kelompok-kelompok transaksi dan kejadian-kejadian selama periode yang
diaudit
- Keterjadian => asersi menekankan apakah transaksi yang telah tercatat dan telah dilaporkan
dalam laporan keuangan benar-benar telah terjadi selama periode pembukuan. Pelanggaran atas
asersi ini akan mengakibatkan lebih saji akun
- Kelengkapan => asersi ini menekankan apakah sumua transaksi yang seharusnya dimasukkan
dalam laporan keuangan sudah dicatat dengan lengkap. Kelengkapan ini merupakan kebalikan dari
asersi keterjadian. Pelanggaran atas asersi ini akan mengakibatkan kurang saji
- Akurasi => asersi ini membahas apakah transaksi telah dicatat dengan jumlah yang benar
- Klasifikasi => asersi ini menekankan apakah transaksi telah dicatat dengan nama akun yang
tepat
- Pisah batas => asersi ini membahas apakah transaksi telah dicatat pada periode pembukuan yang
tepat

2. Asersi mengenai saldo akun di akhir periode pembukuan


- Keberadaan => asersi ini terkait apakah aset, liabilitas, dan ekuitas yang dimasukkan dalam
neraca memang benar-benar ada di tanggal neraca tersebut. Pelanggaran asersi ini akan
mengakibatkan lebih saji
- Kelengkapan => asersi ini terkait apakah semua akun yang harusnya disajikan dalam laporan
keuangan benar-benar telah dimasukkan dalam laporan keuangan dan merupakan kebalikan dari
asersi keberadaan. Pelanggaran akan asersi ini mengakibatkan kurang saji
- Penilaian dan alokasi => asersi ini terkait apakah aset, liabilitas, dan ekuitas telah dimasukkan
dalam laporan keuangan dengan jumlah yang tepat termasuk penyesuaian yang menggambarkan
nilai aset pada nilai realisasi bersihnya
- Hak dan kewajiban => asersi ini menekankan apakah aset merupakan hak entitas tersebut dan
apakah liabilitas merupakan kewajiban entitas tersebut pada suatu tanggal tertentu

3. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan


- Keterjadian dan hak dan kewajiban => asersi ini membahas apakah kejadian-kejadian yang
diungkapkan telah benar-benar terjadi dan merupakan hak dan kewajiban entitas tersebut
- Kelengkapan => asersi ini terkait dengan apakah semua pengungkapan yang diharuskan telah
dimasukkan dalam laporan keuangan

18
- Akurasi dan penilaian => asersi ini terkait dengan apakah informasi keuangan telah diungkapkan
dengan wajar dan dengan jumlah yang tepat
- Klasifikasi dan pemahaman => asersi ini terkait dengan apakah jumlah-jumlah telah
diklasifikasikan dengan tepat dalam laporan keuangan dan catatan-catatan kaki dan apakah
penjelasan saldo dan pengungkapan terkait dapat dipahami

Tujuan Audit Terkait Transaksi dimaksudkan untuk memberikan kerangka untuk membantu
auditor dalam mengumpulkan bahan bukti audit yang memadahi yang diharuskan oleh standar
ketiga pekerjaan lapangan dan untuk memutuskan bukti yang tepat untuk dikumpulkan bagi setiap
kelompok transaksi sesuai dengan kondisi kontrak kerja tersebut
Tujuan umum audit terkait transaksi
1. Keterjadian – transaksi yang dicatat benar-benar ada
2. Kelengkapan – transaksi yang ada telah dicatat
3. Akurasi – transaksi yang dicatat disajikan dalam jumlah yang benar
4. Pemindahbukuan dan pengikhtisaran – transaksi yang dicatat telah dimasukkan dalam arsip
utama dengan tepat dan telah diikhtisarkan dengan benar
5. Klasifikasi – transaksi yang dimasukkan dalam jurnal klien telah diklasifikasikan dengan tepat
6. Penetapan waktu – transaksi dicatat pada tanggal yang benar
Setidaknya ada satu tujuan audit khusus terkait transaksi yang harus dimasukkan ke dalam
setiap tujuan umum audit terkait transaksi kecuali jika auditor yakin bahwa tujuan umum audit
terkait transaksi tidak relevan dan tidak penting dalam situasi tersebut.
Terdapat hubungan satu per satu antara asersi manajemen dengan tujuan audit terkait
transaksi kecuali asersi akurasi, karena asersi akurasi memberikan panduan dalam melakukan
pengujian akurasi transaksi bagi auditor.

Tujuan audit terkait saldo adalah untuk memberikan kerangka kerja untuk membantu auditor
untuk mengumpulkan bahan bukti yang memadahi terkait saldo akun
Tujuan umum audit terkait saldo :
1. Keberadaan – jumlah yang dicatat memang benar-benar ada
2. Kelengkapan – jumlah yang ada telah dicatat
3. Akurasi – jumlah yang dimasukkan dinyatakan dalam jumlah yang benar
4. Klasifikasi – jumlah yang dimasukkan pada daftar milik klien telah diklasifikasikan dengan benar
5. Pisah batas – transaksi mendekati tanggal neraca dicatat dalam periode yang benar
6. Keterikatan perincian saldo akun sesuai dengan jumlah di arsip utama yang terkait sesuai dengan
jumlah total saldo akun dan sesuai dengan jumlah di buku besar
7. Nilai terealisasi – aset dicatat pada estimasi jumlah yang dapat terealisasi
8. Hak dan kewajiban – sebagai pelengkap asersi manajemen tentang hak dan kewajiban untuk
saldo akun

19
Setidaknya ada satu tujuan audit khusus terkait saldo yang harus dimasukkan ke dalam
setiap tujuan umum audit terkait saldo kecuali jika auditor yakin bahwa tujuan umum audit terkait
transaksi tidak relevan dan tidak penting dalam situasi tersebut.
Hubungan antara asersi manajemen dan tujuan audit terkait saldo merupakan hubungan
satu-satu kecuali untuk penilaian dan asersi lokasi karena masalah kompleksitas dari penilaian dan
kebutuhan untuk menyediakan panduan tambahan untuk menguji penilaian bagi auditor

Tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan sama dengan asersi manajemen untuk
penyajian dan pengungkapan

Bagaimana memenuhi tujuan-tujuan audit


Auditor harus mendapatkan bukti audit yang memadahi untuk mendukung semua asersi
manajemen dalam laporan keuangan, hal ini dilakukan dengan mengakumulasi bukti-bukti untuk
mendukung kombinasi yang tepat dari tujuan audit terkait transaksi dan tujuan audit terkait saldo.
Untuk melakukan ini, auditor menjalankan sebuah proses audit yang merupakan sebuah metodologi
yang sangat jelas untuk pengorganisasian sebuah audit untuk meyakinkan bahwa bukti yang
dikumpulkan memadai dan tepat serta semua tujuan audit yang diperlukan telah dinyatakan dengan
jelas dan terpenuhi. Jika klien merupakan perusahaan publik, auditor juga harus merencanakan
untuk mencapai tujuan yang dikaitkan dengan efektivitas pengendalian internal terhadap pelaporan
keuangan.

(Fase I) Merencanakan dan Merancang Sebutah Pendekatan Audit


Pertimbangan untuk memilih pendekatan untuk mengaudit :
1. Bukti memadai dalam jumlah yang cukup harus dikumpulkan untuk memenuhi tanggung jawab
profesional dari auditor
2. Biaya pengumpulan bahan bukti sebaiknya diminimalisir

Aspek kunci pendekatan audit :


1. Mendapatkan pemahaman atas entitas klien dan lingkungannya
2. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian => auditor mengidentifikasi
pengendalian internal dan mengevaluasi efektivitasnya
3. Menilai risiko salah saji material dengan memahami industri dan strategi bisnis klien serta
efektivitas dalam pengendalian internal

(Fase II) Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi


Pengujian pengendalian adalah menguji efektivitas pengendalian. Tes substantif transaksi
adalah auditor mengevaluasi catatan transaksi klien dengan melakukan verifikasi jumlah nominal

20
transaksi. Demi tercapainya efisiensi seringkali kedua jenis pengujian tersebut dilakukan pada
waktu yang sama.

(Fase III) Melakukan Prosedur Analitis dan Pengujian atas Rincian Saldo
Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan keterkaitan untuk menilai apakah saldo
akun atau data lain disajikan secara wajar. Menguji rincian saldo merupakan prosedur khusus yang
dimaksudkan untuk menguji salah saji nilai nominal saldo akun di laporan keuangan.

(Fase IV) Menyelesaikan Audit dan Menerbitkan Laporan Audit


Setelah auditor menyelesaikan seluruh prosedur untuk masing-masing tujuan audit dan laporan
keuangan serta pengungkapan yang terkait, sangat penting untuk menggabungkan informasi yang
didapatkan untuk mencapai kesimpulan menyeluruh mengenai apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar. Ketika audit telah diselesaikan, seorang akuntan publik harus menerbitkan
laporan audit untuk menyertai laporan keuangan yang diterbitkan oleh klien

21

Anda mungkin juga menyukai