Sni 03 6475 2000 PDF
Sni 03 6475 2000 PDF
Daftar isi
Hal.
1. Ruang Lingkup................................................................................................ 1
2. Acuan ............................................................................................................. 1
5. ProsedurPembebanan .................................................................................... 6
8. Laporan .......................................................................................................... 10
Lampiran B : Gambar-Gambar............................................................................... B1
i
SNI 03-6475-2000
1. Ruang Lingkup
1.1. Metode uji ini mencakup prosedur pengujian satu buah pondasi tiang tegak atau
miring dan pondasi kelompok tiang tegak untuk menentukan perilakunya akibat
pembebanan tekan statis yang bekerja pada sumbu tiang atau kelompok tiang. Metode uji ini
dapat diterapkan pada seluruh jenis pondasi dalam yang mempunyai fungsi serupa dengan
pondasi tiang tanpa meninjau metode pemasangannya. Metode uji disusun dalam beberapa
butir yaitu :
Dokumen Acuan butir 2
Peralatan Pembebanan butir 3
Peralatan Pengukur Pergerakan butir 4
Prosedur Pembebanan butir 5
Prosedur Pengukuran Pergerakan butir 6
Persyaratan Keamanan butir 7
Laporan butir 8
1.2. Nilai-nilai dinyatakan dalam satuan SI dan dianggap sebagai satuan standar.
Catatan 1 : Peralatan dan prosedur dengan keterangan “opsi” hanya digunakan bila dipersyaratkan
dalam spesifikasi proyek atau atas persetujuan perencana pondasi.
Catatan 2 : Metode uji tidak mencakup interpretasi (penafsiran) hasil uji atau penerapannya dalam
disain. Lampiran XI berisi komentar mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi penafsiran hasil
uji. Seorang ahli geoteknik harus menafsirkan hasil uji untuk memperkirakan kapasitas dan kinerja
pondasi tiang. Istilah “runtuh” yang digunakan dalam metode uji ini adalah indikasi penurunan
beruntun secara cepat dari sebuah tiang atau kelompok tiang akibat beban tetap.
2. Acuan
ASTM :
- ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load
ANSIS :
- ANSIS B 30.1 Safety Code for Jacks.
3. Peralatan Pembebanan
3.1. Umum
3.1.1 Peralatan untuk pemberian beban tekan kepada tiang atau kelompok tiang uji harus
sesuai dengan butir 3.3, 3.4 dan 3.5 atau dipersyaratkan tersendiri dan harus disusun
sedemikian rupa sehingga beban diberikan pada sumbu memanjang dari tiang atau
kelompok tiang untuk memperkecil eksentrisitas pembebanan.
Butir 3.3 ditujukan untuk pemberian beban aksial kepada satu buah tiang tegak atau tiang
miring sedangkan butir 3.4 dan 3.5 ditujukan hanya untuk pemberian beban vertikal saja.
1 dari 21
SNI 03-6475-2000
Catatan 3 : Pada uji beban vertikal kelompok tiang dapat terjadi rotasi dan perpindahan horizontal dari
kepala tiang. Apabila hal ini tidak dikehendaki maka peralatan penahan harus diperhitungkan pada
rancangan dan pembuatan peralatan pembebanannya.
Catatan 4 : Apabila pemberian beban aksial pada tiang miring tidak memungkinkan maka pengujian
tiang tegak didekatnya mungkin dapat digunakan untuk mengevaluasi daya dukung aksial tiang miring
tersebut.
3.1.2. Apabila kondisi memungkinkan, tanah dasar pada tiang tunggal atau kelompok tiang
harus digali sampai pada elevasi rencana pemotongan tiang. Tiang atau tiang-tiang uji harus
dipotong atau dibuat sampai pada elevasi tertentu sehingga memudahkan pemasangan
peralatan pembebanan, penempatan peralatan pengukuran dan pengamatan
pengukurannya. Apabila diperlukan, tiang uji harus disangga dan atau diikat sehingga
penekukan tiang dapat dicegah tanpa mempengaruhi hasil uji.
3.1.3. Apabila kepala tiang rusak setelah pemancangan maka bagian tiang yang rusak
tersebut harus dibuang sebelum uji dilakukan. Untuk uji kelompok tiang, kepala tiang-tiang
harus disatukan dengan pelat beton bertulang (blok tiang) yang dirancang dan dibuat
berdasarkan panduan praktis.
Catatan 5 : Jarak bersih nominal antara blok tiang dan permukaan tanah perlu ditentukan sehingga
penyangga tekuk tidak perlu dipasang. Rangka baja yang memadai dapat menggantikan blok kepala
tiang untuk keperluan uji tiang.
3.1.4. Pada butir 3.3 dan 3.4 dan untuk pengujian tiang tunggal pada butir 3.5, landasan
dari pelat baja (pelat uji) dengan tebal tidak kurang dari 50 mm untuk menghindari lenturan
akibat beban, harus dipasang di titik pusat penampang tiang atau blok tiang serta tegak lurus
terhadap poros memanjang tiang atau kelompok tiang. Untuk pengujian kelompok tiang
dengan pembebanan pada dua titik atau lebih, landasan pelat baja harus dipasang pada
setiap titik pembebanan tersebut serta harus dipasang secara simetris terhadap titik pusat
kelompok tiang. Pada pengujian tiang tunggal, ukuran pelat uji tidak boleh lebih kecil dari
ukuran penampang tiang dan tidak boleh lebih kecil dari ukuran penampang dasar dongkrak
hidraulik. Sedangkan pada pengujian kelompok tiang, ukuran pelat uji tidak lebih kecil dari
dua kali luas penampang dasar dongkrak hidraulik.
3.1.5. Untuk pengujian pada tiang beton pracetak atau cetak ditempat, pelat uji harus
dipasang dengan menggunakan bahan graut yang cepat mengering bertekanan tinggi. Untuk
pengujian pada tiang baja H tunggal, pelat uji harus dipasang dengan pengelasan. Untuk
pengujian pada tiang kayu tunggal, pelat uji dapat langsung di atas kepala tiang yang telah
dipotong sebelumnya agar pelat uji sepenuhnya menumpu pada permukaan tiang; sebagai
alternatif pelat uji dapat dipasang dengan bahan graut yang cepat mengering dan
berkekuatan tinggi.
3.1.6. Pada butir 3.3 dan 3.4, dongkrak hidraulik harus diletakkan di titik pusat pelat uji.
Pelat baja landasan harus dipasang diantara permukaan atas piston dongkrak dengan
permukaan bawah balok uji. Apabila alat ukur beban dengan ketelitian tinggi atau peralatan
lain yang setara digunakan, maka alat ukur beban tersebut harus diletakan pada titik pusat
pelat baja di atas dongkrak dan harus dipasang landasan pelat baja lainnya dengan
ketebalan cukup diantara pengukur beban dan permukaan bawah balok uji.
3.1.7. Pada butir 3.5 untuk pengujian kelompok tiang, pelat uji yang digunakan dapat
mengacu pada butir 3.1 atau sebagai alternatif balok uji dapat langsung diletakkan di atas
blok kepala tiang atau pembebanan dapat langsung diletakan di atas blok tiang. Untuk
mendapatkan tumpuan maka pemasangan balok uji pada blok tiang menggunakan bahan
graut yang cepat mengering dan berkekuatan tinggi apabila diperlukan.
2 dari 21
SNI 03-6475-2000
3 dari 21
SNI 03-6475-2000
3.4. Pembebanan tiang tunggal atau kelompok tiang dengan dongkrak hidraulik dan
bordes/kotak beban (Gambar 3).
3.4.1. Pasang balok uji dengan ukuran dan kekuatan yang cukup agar lendutannya kecil
pada titik pusat tiang atau kelompok tiang. Jarak bebas antara sayap bawah balok uji dan
bagian atas kepala tiang atau blok tiang harus cukup untuk menampung pelat uji, pelat
landasan, dongkrak hidraulik dan pengukur beban (bila digunakan). Topang kedua ujung
balok uji tersebut dengan susunan balok kayu atau penyangga sementara lainnya.
3.4.2. Pasang bordes atau kotak beban ditengah bentang balok uji dengan kedua ujung
balok melintang sejajar dengan balok uji. Tumpu kedua ujung balok melintang dengan
susunan balok kayu permanen atau tiang penyangga dalam jarak yang cukup jauh dari tiang
atau kelompok tiang uji dan tidak kurang dari 1,5 m. Apabila digunakan susunan balok kayu,
maka daerah tumpuannya harus cukup luas agar tidak terjadi penurunan tanah dasar yang
berlebihan.
3.4.3. Isi bordes atau platform dengan material yang sesuai seperti : tanah, batuan, beton,
baja atau tangki air dengan berat total (termasuk balok uji dan bordes atau kotak beban)
minimum 10% lebih besar dari maksimum beban uji.
3.4.4. Bebani sesuai prosedur baku pada butir 5.1 atau menurut spesifikasi pembebanan
dongkrak hidraulik dengan balok uji untuk tiang tunggal dan kelompok tiang.
3.5. Pembebanan langsung dengan berat tertentu pada tiang tunggal atau kelompok tiang
(Gambar 4, 5 dan 6).
3.5.1. Pasang balok uji secara simetris terhadap pelat uji atau blok tiang dengan berat
tertentu, ukuran dan kekuatan secukupnya untuk menghindari lendutan yang berlebihan.
Penyangga susunan balok kayu sementara dapat dipasang pada kedua ujung balok uji agar
balok tersebut stabil. Sebagai alternatif beban uji dengan berat yang diketahui dapat
langsung diletakkan di atas kepala tiang atau blok tiang.
3.5.2. Letakkan titik tengah bordes di atas balok uji pada titik pusat pelat uji sehingga
bordes setimbang atau diletakan langsung dititik pusat blok kepala tiang. Kedua ujung balok
melintang bordes harus sejajar dengan balok uji dan harus disangga oleh susunan balok
kayu atau tiang penyangga. Jarak bebas antara susunan balok penyangga bordes dengan
tiang atau kelompok tiang uji tidak kurang dari 1.5 m.
3.5.3. Letakkan pasangan pasak diantara penyangga dan balok melintang bordes sehingga
bordes dapat setimbang selama pemberian dan pelepasan beban uji.
3.5.4. Apabila bordes siap dibebani, singkirkan penyangga sementara pada kedua ujung
balok uji dan pasak harus dikencangkan. Pembebanan pada bordes harus mengikuti
prosedur baku pada butir 5.1 atau disyaratkan dengan menggunakan material seperti baja
dan beton sehingga berat kenaikkan beban dapat ditetapkan sebesar 5%.
Catatan 8 : Pada peralatan pembebanan butir 3.5, dapat dilakukan pembacaan langsung elevasi
batang bulat di atas titik tengah kepala tiang atau blok tiang atau pelat uji untuk mengukur penurunan
kepala tiang seperti pada butir 4.2.3. Untuk pengujian pada tiang beton, diperlukan lubang ditengah
pelat uji agar jarum baja yang ditanam di atas kepala tiang atau blok tiang dapat muncul di atas pelat
uji. Untuk pengujian pada tiang baja H atau tiang kayu pembacaan dapat dilakukan di atas pelat uji.
Untuk mengakomodasikan batang bulat digunakan dua buah balok uji dengan jarak antara yang
cukup dan sebuah lubang perlu dibuat pada dasar bordes. Lubang pada dasar bordes tersebut tidak
boleh tertutup oleh benda uji agar supaya batang bulat dapat terlihat.
4 dari 21
SNI 03-6475-2000
5 dari 21
SNI 03-6475-2000
6 dari 21
SNI 03-6475-2000
4.4.2 Pergerakan memanjang kepala tiang uji harus diukur dengan jarum ukur (lihat
butir 4.2.1). Pergerakan setiap ujung atas batang regangan relatif terhadap kepala tiang
harus diukur dengan jarum ukur sampai ketelitian 0,025 mm. Jarum ukur harus mengacu
pada titik tiang uji di bawah pelat uji tetapi dapat pula mengacu pada puncak pelat uji, kecuali
bila pelat uji di las pada tiang atau apabila pergerakan relatif antara pelat uji dengan tiang uji
diukur sesuai dengan butir 4.2.1 (lihat gambar 7).
5 Prosedur Pembebanan
5.1 Prosedur Pembebanan Standar
Jika tidak terjadi keruntuhan, bebani tiang uji sampai 200% dari beban uji rencana untuk
pengujian tiang tunggal atau 150% untuk pengujian kelompok tiang dengan peningkatan
pembebanan sebesar 25%. Pertahankan pembebanan sampai laju penurunan tiang tidak
lebih dari 0,25 mm/jam selama tidak lebih dari 2 jam. Apabila tiang uji (tunggal atau
kelompok) belum mengalami keruntuhan dan besarnya penurunan tidak lebih dari 0,25 mm
selama 1 jam maka pembebanan dihentikan setelah selang 12 jam pengujian; sedangkan
apabila besarnya penurunan lebih dari itu maka pembebanan total harus tetap diberikan
untuk selang waktu 24 jam. Setelah pembebanan total mencapai 24 jam, pembebanan harus
dikurangi dengan laju pengurangan beban 25% untuk setiap 1 jam. Apabila kegagalan tiang
uji terjadi, pembebanan harus dilanjutkan sampai penurunan tiang mencapai 15% dari garis
tengah tiang atau diagonal tiang.
5.1.1 Metode Pembebanan Langsung
Pada metode pembebanan langsung seperti yang disebut dalam butir 3.5, peningkatan
pembebanan pertama harus memperhitungkan berat dari balok uji dan bordes pembebanan.
Sebelum penambahan atau pengurangan beban, pasak harus dikencangkan agar bordes
tetap stabil. Pada saat penambahan atau pengurangan beban harus dijaga agar tidak terjadi
pembebanan akibat benturan/tumbukan.
Catatan 13 : Pengujian sampai pada keruntuhan tiang memberikan informasi sangat berharga kepada
perencana. Hal ini dianjurkan sebelum perancangan pondasi untuk mengevaluasi kinerja dari
berbagai jenis tiang yang berbeda. Pengujian tersebut dapat digunakan untuk menentukan jenis dan
beban rencana optimum dari tiang.
Catatan 14 : Apabila pengujian dapat atau telah menunjukkan; penurunan yang sangat kecil pada
beban rencana atau keruntuhan pada pembebanan uji total, maka pertimbangan untuk; menaikkan
laju pembebanan pada awal (sebelum atau setelah) pengujian atau menurunkan laju pembebanan
penambahan pada pengujian tiang berikutnya dapat dilakukan.
7 dari 21
SNI 03-6475-2000
8 dari 21
SNI 03-6475-2000
Catatan 15 : Untuk butir 5.5 dan 5.6, disarankan agar beban uji total dikurangi dalam 4 tahap dengan
tingkat penurunan yang hampir sama dan dalam selang waktu 5 menit untuk tiap tahap. Dengan
demikian kurva pengurangan beban dapat ditentukan.
5.7 Metode pembebanan dengan peningkatan penetrasi tetap untuk tiang tunggal
(opsi).
5.7.1 Peralatan pembebanan harus mempunyai kapasitas yang sesuai dengan beban uji
maksimum dan harus sesuai dengan persyaratan pada butir 3.3 atau 3.4.
5.7.2 Lakukan pembebanan secara bertingkat agar dicapai tingkat penurunan pangkal
tiang sebesar 1% dari rata-rata diameter tiang atau diagonal tiang. Pembebanan dapat
diubah-ubah seperlunya agar setiap tingkat penurunan dapat dipertahankan serta beban
tidak boleh ditambah sampai laju perubahan beban untuk mempertahankan tingkat
penurunan konstan kurang dari 1% beban uji total per jam. Pembebanan dilanjutkan dengan
laju penurunan tersebut sampai dengan penurunan total kepala tiang sebesar 10% dari
diameter rata-rata tiang atau diagonal tiang atau sampai dengan kapasitas peralatan
pembebanan tercapai.
5.7.3 Krangi beban uji total dalam 4 tingkatan pengurangan beban yang sama setelah
mempertahankan tingkat penurunan terkahir atau setelah laju perubahan beban kurang dari
1% beban uji total per jam. Pengurangan beban yang kedua dapat dilakukan apabila laju
pemantulan tiang (pergerakan ke atas) pada pengurangan beban pertama kurang dari 0.3%
diameter rata-rata atau diagonal tiang per jam.
5.7.4 Prosedur pengukuran berdasarkan butir 6.5.
Catatan 16 : Untuk tiang pancang pada tanah kohesif harus diberikan selang waktu yang cukup
antara pemancangan dan pengujian untuk memberi waktu pada pengurangan tekanan air pori yang
dihasilkan oleh pemancangan. Selang waktu tersebut tergantung pada beberapa hal seperti;
besarnya tekanan air pori yang terjadi, tingkat gangguan pada struktur tanah akibat pemancangan
dan parameter tanah yang bersangkutan. Selang waktu tersebut dapat berkisar antara 3 hari sampai
dengan 30 hari atau lebih; kebutuhan waktu yang sebenarnya dapat ditentukan melalui pengujian
(misalnya : pemukulan ulang tiang) atau berdasarkan pengalaman sebelumnya.
Catatan 17 : Untuk menghindari rangkak yang berlebihan pada tiang beton cor ditempat, selang
waktu antara pengecoran dengan pengujian harus cukup agar penurunan suhu dan pengerasan beton
dapat berlangsung dengan baik. Waktu yang dibutuhkan untuk pengerasan beton di lapangan lebih
lama dari pada beton uji di laboratorium.
(tunggal atau kelompok) tidak mengalami keruntuhan, ukur dan catat dengan selang waktu
sebagai berikut; tidak lebih dari 20 menit untuk 2 jam pertama, tidak lebih dari 1 jam untuk 10
jam berikutnya dan tidak lebih dari 2 jam untuk 12 jam berikutnya. Apabila keruntuhan tiang
terjadi maka lakukan pengukuran dan pencatatan segera sebelum pengurangan beban
tingkat pertama. Pada saat pengurangan beban, lakukan pengukuran dan pencatatan
dengan selang waktu tidak melebihi 20 menit. Pengukuran pemantulan tiang dilakukan 12
jam setelah seluruh beban dikurangi.
Catatan 18 : Apabila pengukuran tingkat regangan pada butir 4.4 dilakukan dengan alat ukur
regangan, maka pembacaan dan pencatatannya harus dilakukan sebelum dan setelah pemasangan
tiang uji dan sesaat sebelum dibebani, sehingga riwayat lengkap regangan didapat dan tegangan sisa
dapat diperhitungkan.
6.3 Pengukuran untuk pembebanan dengan laju penetrasi tetap
Lakukan pembacaan dan pencatatan waktu, beban dan penurunan paling sedikit setiap
30 detik untuk menentukan laju penetrasi (penurunan) tiang uji. Apabila pembacaan dan
pencatatan dilakukan dengan alat otomatis maka alat tersebut harus dioperasikan selama
pengujian berlangsung. Bila laju penetrasi telah mencapai yang ditentukan, lanjutkan
pembacaan dan pencatatan selama durasi pembebanan dan pembebanan maksimum
ditentukan. Segera setelah pengurangan beban, baca dan catat waktu, beban dan pantulan
tiang harus dilakukan. Lanjutkan pembacaan dan pencatatan akhir 1 jam setelah seluruh
beban dihilangkan.
10 dari 21
SNI 03-6475-2000
7 Persyaratan Keamanan
7.1 Seluruh pelaksanaan pekerjaan yang berkaitan dengan pengujian pembebanan tiang
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi atau menghindari bahaya
kecelakaan :
7.1.1 Seluruh daerah kerja, jalan kereta api, bordes dan sebagainya harus bebas dari
barang bekas, sampah, peralatan kecil dan akumulasi lumpur, gemuk, oli atau pelumas
lainnya.
7.1.2 Semua material dan penyangga kayu harus berkualitas baik dan dalam kondisi layak
pakai dengan permukaan rata dan tepi bersudut tajam.
7.1.3 Dongkrak hidraulik harus dilengkapi dengan pelat tumpuan berbentuk bola atau
harus kontak penuh dengan permukaan dasar tumpuan dan harus dipasang pada sumbu
untuk mencegah eksentrisitas.
7.1.4 Beban tidak boleh diangkat, digantung atau diturunkan di atas kepala seseorang.
7.1.5 Pengikatan balok uji atau portal uji terhadap tiang angker harus dirancang dan
dipasang untuk menyalurkan seluruh beban dengan faktor keamanan yang memadai.
7.1.6 Pada pengujian tiang miring, semua dongkrak, pelat tumpuan, balok atau portal uji
harus terikat kuat pada tempatnya atau ditahan secukupnya agar tidak tergelincir (selip)
pada saat pengurangan beban.
7.1.7 Seluruh beban harus stabil dan setimbang. Jika menggunakan metode pembebanan
pada butir 3.5, pasak harus berada pada tempatnya setiap saat untuk mencegah bordes
menjadi miring. Selama pengujian, pergerakan beban atau sistem peralatan uji harus
dimonitor untuk mengetahui kemungkinan ketidakstabilan.
7.1.8 Semua balok uji, portal uji, bordes dan kotak beban harus selalu ditumpu secukupnya
setiap saat.
7.1.9 Hanya petugas pelaksana yang diperbolehkan berada dalam daerah pengujian.
8 Laporan
8.1 Laporan pengujian harus mencakup informasi berikut ini, apabila diperlukan :
8.1.1 Umum
8.1.1.1 Identifikasi Proyek
8.1.1.2 Lokasi Proyek
8.1.1.3 Lokasi Pengujian
8.1.1.4 Pemberi Pekerjaan
8.1.1.5 Ahli Struktur
8.1.1.6 Ahli Geoteknik
8.1.1.7 Kontraktor Pelaksana Pekerjaan Pondasi Tiang
8.1.1.8 Kontaktror Pemboran Uji
8.1.1.9 Tanda dan lokasi pemboran uji terdekat terhadap pengujian pembebanan tiang.
8.1.1.10 Bor log dari pemboran uji terdekat tersebut.
8.1.1.11 Datum horizontal (koordinat)
8.1.1.12 Datum vertikal (elevasi)
8.1.2 Peralatan pemasangan tiang
11 dari 21
SNI 03-6475-2000
12 dari 21
SNI 03-6475-2000
13 dari 21
SNI 03-6475-2000
Catatan 21 : Foto-Foto yang sesuai akan sangat membantu untuk mengetahui susunan peralatan uji,
lokasi alat penyipat datar dan titik-titik acuan.
Catatan 22 : Hasil uji tanah di laboratorium dan lapangan harus tersedia untuk evaluasi hasil
pengujian sebagai informasi tambahan di dalam laporan
14 dari 21
SNI 03-6475-2000
Lampiran A
Daftar Istilah
15 dari 21
SNI 03-6475-2000
Lampiran
Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengujian
1. Potensi sisa beban pada tiang yang dapat mempengaruhi interpretasi distribusi beban
pada ujung tiang dan sepanjang selimut tiang.
2. Kemungkinan interaksi beban geseran pada tiang uji yang dihasilkan oleh pergerakan ke
atas dari tiang angker.
3. Perubahan tekanan air pori yang disebabkan oleh pemancangan tiang, timbunan dan
pelaksanaan pekerjaan lainnya yang dapat mempengaruhi daya dukung geseran hasil uji
pada tanah relatif kedap air seperti lempung dan lanau.
4. Perbedaan keadaan pada saat pengujian dengan saat pemasangan tiang seperti
perubahan permukaan air tanah.
5. Potensi kehilangan daya dukungan tanah terhadap tiang.
6. Kemungkinan perbedaan unjuk kerja sebuah tiang dalam kelompok atau sebuah
kelompok tiang terhadap tiang tunggal.
7. Berpengaruh pada unjuk kerja jangka panjang sebagai akibat dari faktor seperti :
rangkak, pengaruh lingkungan terhadap bahan tiang, beban geseran negatif yang belum
diperhitungkan sebelumnya dan kehilangan kekuatan.
8. Jenis bangunan yang akan didukungnya termasuk kepekaan bangunan terhadap
penurunan dan hubungan beban hidup dan mati.
9. Prosedur pengujian khusus yang mungkin diperlukan untuk penerapan suatu kriteria atau
metode interpretasi tertentu.
10. Perbedaan-perbedaan kondisi pada saat pengujian dan pengoperasian tiang seperti :
kondisi tanah, jenis tiang, panjang tiang, ukuran dan kekakuan tiang, metode
pemasangan tiang dan peralatan pemasangan.
16 dari 21
SNI 03-6475-2000
Lampiran B
Gambar-Gambar
Keterangan :
1. Balok uji
2. Pelat landasan
3. Dongkrak hidrolis
4. Pengukur gerak
5. Pelat uji
6. Balok acuan
7. Tiang uji
8. Tiang jangkar
Keterangan :
1. Balok baja
2. Balok uji
3. Pelat landasan
4. Dongkrak hidrolis
5. Pelat uji
6. Pengukur gerak
7. Balok acuan
8. Blok tiang
9. Tiang jangkar
10. Kelompok tiang uji
17 dari 21
SNI 03-6475-2000
Keterangan :
1. Bordes
2. Balok melintang
3. Balok uji
4. Pelat landasan
5. Dongkrak hidrolis
6. Pelat uji
7. Pengukur gerak
8. Balok acuan
9. Tiang uji
Keterangan :
1. Beban uji
2. Bordes beban
3. Balok melintang
4. Pasak
5. Balok uji
6. Pelat uji
7. Susunan balok
8. Pengukur gerak
9. Balok acuan
10. Tiang uji
18 dari 21
SNI 03-6475-2000
Keterangan :
1. Beban uji
2. Bordes beban
3. Pengukur gerak
4. Pasak
5. Balok uji
6. Balok acuan
7. Susunan balok
8. Blok tiang beton
9. Kelompok tiang uji
Keterangan :
1. Beban uji atau kotak beban
2. Blok tiang beton
3. Pengukur gerak
4. Balok acuan
5. Kelompok tiang uji
19 dari 21
SNI 03-6475-2000
Keterangan :
1. Balok uji
2. Pelat landasan
3. Dongkrak hidrolis
4. Pelat uji
5. Pengukur gerak (1)
6. Pengukur gerak (2)
7. Skala pembacaan langsung dan kaca
8. Baja siku
Keterangan :
1. Pelat uji
2. Balok acuan
20 dari 21
SNI 03-6475-2000
Lampiran C
Daftar Nama dan Lembaga
1) Pemrakarsa
Pusat Litbang Teknologi SDA, Badan Litbang Kimbangwil
2) Penyusun
NAMA LEMBAGA
21 dari 21