Anda di halaman 1dari 13

JALADRI (3.

2) (2017)
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah
http://jurnal.upmk.ac.id/index.php/jaladri/

KARAKTERISTIK TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN PADA WAWACAN


ALADIN SUNTINGAN RANY FEBRIANI UNTUK BAHAN AJAR BERBASIS
KARAKTER DI TINGKAT SMA/SMK/MA

Siti Nur’azizah, Rany Febriani

Email 1: azizah.akhwat@gmail.com

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah


STKIP Muhammadiyah Kuningan
Gedung A Lt. 3 Kuningan Jawa Barat

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penelitian ini meiliki tujuan untuk mendeskripsikan karakteristik
Diterima 29 Juni 2017 tokoh dan nilai pendidikan dalam Wawacan Aladin dan desain
Disetujui 25 September 2017 bahan ajar wawacan berbasis karakternya di tingkat
Dipublikasikan 10 Oktober 2017 SMA/SMK/MA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskripsi analisis. Teknik dalam penelitian ini adalah studi
pustaka. Struktur wawacan diantaranya meliputi alur campuran,
terdapat lima motif cerita, tokoh utama dalam certita adalah Aladin,
latar cerita meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial, serta
tema cerita dalam Wawacan Aladin adalah kepemimpinan. Pupuh
yang digunakan dalam Wawacan Aladin seluruhnya ada 28 kanto
dari 12 pupuh yang terdiri dari 550 pada. Dilihat dari tokoh yang
membangunnya ada 28 tokoh. Karakteristik tokohnya meliputi
karakter-karaker yang positif dan karakter negatif. Karakter positif
yang terlihat dari tokoh dalam Wawacan Aladin diantaranya: 1)
Kata Kunci: Nilai Pendidikan Karakter pada Tuhan-Nya, 2) Nilai Pendidikan
Karakter pada Dirinya, diantarana: (1) Karakter Jujur, (2) Karakter
Wawacan Aladin; Tanggung jawab, (3) Karakter Disiplin, (4) Karakter Giat Bekerja,
Struktur; (5) Karakter Percaya diri, (6) Karakter Logis dan Kritis, (7)
Karakteristik; Karakter Mandiri, (8) Karakter Rasa ingin tahu, (9) Cinta Ilmu, 3)
Nilai Pendidikan Nilai Pendidikan Karakter pada Sesama, diantaranya: (1) sadar
akan hak dan kewajiban, (2) taat pada aturan sosial, (3) menghargai
karya dan prestasi, (4) santun, dan (5) demokratis, 4) Nilai
Pendidikan pada Bangsanya yaitu toleransi.
.

Abstact
29
Nur’azijah at et,. Karakteristik Tokoh Dan Nilai Pendidikan pada Wawacan Aladin Suntingan Rany Febriani
Untuk Bahan Ajar Berbasis Karakter Di Tingkat SMA/SMK/MA (Siti Nur’azizah, Rany Febriani)
30

The background of this research is the lack of society’s knowledge


and reading interest in Wawacan. The purposes of this research
are to describe, to analyze, and to unvestigate the karakteristik
tokoh and the educational values in Wawacan Aladin that onward
Key Words: will be arranged design material character wawacan based
inSMA/SMK/MA. Source data from this research is Wawacan
Wawacan;
Aladin written by Sastera and edited by Rany Febriani. This
Structure; research used analythical descriptive method. Technique are used
characteristic; in this research is the literature technique. According to the study,
education value. Wawacan Aladin told about life and walk aladin accompanied
jimatfigures. The Structure Wawacan Aladin has a mix storyline,
there are five motifs of the story, the first character in Wawacan
Aladin is Aladin, the background of story background includes
spaces, time, and social, as well as the theme of the story in
Wawacan Aladin is kepemimpinan. There are 28 kantos from 12
pupuh and 550 padas used in Wawacan Aladin. Seen from the
built that figure is 28.Characteristic of the characters covering
positive and negative character.The positive character seen from a
figure inWawacan Aladin analyzed to be an education value of
them: 1) The education value in His Lordcharacter2) The
education value to himself character, of them: (1) Honest
character, (2) Responsible character, (3) Discipline character, (4)
Hardworking character, (5) Confident character, (6) Logical and
critical character, (7) Autonomous character, (8) Curiosity
character, (9) Love saince, 3) Theeducation value on one another
character, including: (1) aware of rights and obligations, (2) obey
the social, (3) appreciate work and accomplishments, (4) manners,
and (5) democratic, 4) The educationvalue in his people with him
tolerance.
PENDAHULUAN awal hingga akhir cerita yang dikaji melalui
dua struktur karya yaitu puisi serta prosa.
Karya sastra merupakan hasil cipta karya
Penelitian ini berpusat pada pengkajian
serta kreasi manusia dari setiap kebudayaan
wawacan berdasarkan struktur puisi (formal)
yang ada dalam kehidupan.Luasnya hasanah
serta prosa (naratif). Struktur puisi menurut
budaya salahsatunya dimiliki oleh mayarakat
Hermansoemantri (Ruhaliah, 2010: 14),
Sunda di Indonesia. Manusia Sunda di
diantaranya yaitu guru gatra, guru lagu, guru
Indonesia memiliki kekayaan budaya yang
wilangan, wirahma, adegan, sasmita pupuh
ditunjukan oleh salahsatu wujud sastra yang
dan watak. Sedangkanmenurut Christomy
diciptakannya. Hal ini dapat dilihat dari
(2003: 34) struktur cerita wawacan terdiri dari
banyak dan beragamnya karya yang dihasilkan
galur, motif cerita, tokoh, latar, serta tema.
dari setiap periodisasinya.
Wawacan tersebut berjudul “Wawacan
Salahsatu karya sastra yang dikenal
Aladin”.Wawacan Aladin merupakan hasil
sempurna serta tidak asing bagi masyarakat
transliterasi serta suntingan Rany Febriani
Sunda adalah wawacan. Wawacan merupakan
(2011) dari aksara pégon Sunda ke latin
karya sastra lama yang dibangun berdasarkan
Sunda. Adapun alasan digunakannya sebagai
dua struktur sastra yang berbeda yaitu puisi
bahan penelitian adalah selain karena
dan prosa,dalam pembacaan wawacan tersebut
penelitinnya yang pertama dilakukan dalam
mengikuti aturan pupuh yang digunakan
bentuk naskah, Wawacan Aladin merupakan
dengan cara dilagukan atau dalam bahasa
hasil kajian filologi yang dilakukan oleh ahli
Sunda lebih dikenal dengan
garapan dibidangnya yaitu sastra
ditembangkeunsesuai dengan nama pupuh
murniyangtelah dipertanggung jawabkan.
yang digunakannya.
Penelitian Rany Febriany (2011) di dalamnya
Yus Rusyana (Koswara, 2011:
mengkaji keadaan fisik naskah serta tekstologi
82)menjelaskan bahwa “Wawacan téh carita
dalam mendukung analisis topik, kemudian
panjang anu dianggit maké patokan pupuh.
diteruskan pada kagiatan transliterasi
Jalan caritana loba bagian-bagianna. Kitu
menggunkan edisi standar dimana naskah
deui palaku jeung tempat ngalalakon loba
Wawacan Aladin bersih dari kesalahan. Hal ini
pisan atuh mangsa anu kacaturna ogé lila.
dilakukan supaya peneliti bisa melanjutkan
Dina wawacan mah umumna osok aya hal-hal
penelitian pada tahap selanjtunyayang
anu pamohalan mungguhing cek akal mah.
berpusatpada isi teks untuk kemudian
Upamana palakuna sarakti, lain baé jelema,
dijadikan bahan ajar.
tapi jin, siluman, buta, déwa, jeung sajabana.
Wawacan Aladin merupakan wawacan
Tapi wawacan anu teu ngandung pamohalan
yang menarik untuk dikaji secara mendalam
ogé aya”.Dari keterangan tersebut dapat
menggunakan teori pengkarakteran tokoh
disimpulkan bahwa wawacan merupakan
dalam karya. Karakter-karakter tersebut
karya sastra yang menarik untuk dipelajari dari
dikelompokan menjadi karakter positif yang
isi serta jalan ceritanya.
bisa dipahami oleh pembaca serta bisa
Kini, wawacan merupakan karya sastra
djadikan acuan dalam bersikap atau bertingkah
yang kurang dikenal oleh siswa di Sekolah.
laku hususnya bagi siswa. Pengelompokan
Materi wawacan hanya mencapai indikator
tersebut disebut pengelompokan nilai
pengenalannya sebagai karya sastra yang
pendidikan karakter.Berdasarkan Jamal
tergolong pada jenis sastra lama dan terikat
Ma’mur Asmani (2011: 36-41), Nilai
oleh aturan pupuh. Karya wawacan juga
Pendidikan Karakter tersebut terdiri dari, (1)
tergolong jarang diketahui oleh masyarakat
Nilai Pendidikan Karakter pada Tuhan, (2)
karena jumlahnya yang terbatas disajikan dari
Nilai Pendidikan Karakter pada Dirinya, (3)
awal hingga akhir cerita. Maka dari itu
Nilai Pendidikan Karakter pada Sesama, (4)
diperlukan penelitian mengenai wawacan dari
Nilai Pendidikan Karakter pada Lingkungan,
32
33 Jaladri, Volume 3, No. 2, Oktober 2017, pp. 29-39

dan (5) Nilai Pendidikann Karakter pada Langkah-langkah dalam analisis


Bangsa. Wawacan Aladin secara kualitatif terdiri dari:
Setelah pengkajian nilai pendidikan, 1) Membaca dan memahami Wawacan
maka untuk selanjutnya disusun bahan ajar Aladin;
berbasis karakter dari penelitian yang telah 2) Data diklasifikasikan berdasarkan
dilakukan. Bahan ajar tersebut untuk siswa masalah penelitian yaitu struktur
SMA/SMK/MA dengan materi pemahaman formal wawacan, struktur naratif
wawacan berdasarkan pada struktur naratif wawacan, karakteristik tokoh dan nilai
yaitu pengkarakteran tokoh. pendidikan yang ada dalam Wawacan
Aladin;
3) Membuat kesimpulan dari hasil
analisis Wawacan Aladin; dan
4) Menyusun hasil penelitian Wawacan
Untuk membuat penelitian mengenai Aladinberupa bahan ajar.
Wawacan Aladin, maka penelitian ini diberi 5) Analisis Struktur Formal Wawacan
judul “Karakteristik Tokoh jeung Ajén Atikan Aladin
dina Wawacan Aladin Suntingan Rany 6) Teori struktur formal dalam Wawacan
Febriani pikeun Bahan Ajar Berbasis Karakter Aladin yaitu memakai teori
di Tingkat SMA/SMK/MA ”. Hermansoemantri (dalam Ruhaliah,
2013, hal. 14) yang melihat wawacan
METODE PENELITIAN sebagai bentuk pupuh dan dalam
struktur penulisannya harus
Sumber data dalam penelitian ini yaitu
memperhatikan pedoman guru lagu,
teksWawacan Aladinsuntingan Rany Febriani.
guru bilangan, watak/karakter pupuh,
Penulisnya yaitu Bapak Sastera.
dan sasmita pupuh. Pupuh yang ada
Instrument yang dipakai dalam penelitian
dalam Wawacan Aladin terdiri 28
ini yaitu kartu data.Kartu data yaitu kartu yang
kanto dari 12 pupuh yang digunakan
dipakai untuk menganalisis struktur formal,
dan 550 bait. Pupuh yang ada dalam
struktur naratif, karakteristik toh, dan nilai
Wawacan Aladin yaitu pupuh sinom,
pendidikan yang terkandung di dalamnya. Di
kinanti, dangdanggula, pangkur,
dalam kartu data terdapat pengkodean data.
durma, magatru, balakbak, pucung,
Pengkodean data terdiri dari kanto (nomor
asmarandana, ladrang, mijil,
pupuh), halaman, bait, kode (struktur formal,
wirangrong.
struktur naratif, karakteristik dan nilai
7) Guru lagu dan guru bilangan dalam
pendidikannya).
Wawacan Aladin ada yang sesuai
Metode yang dipakai dalam penelitian ini
dengan guru lagu dan guru bilangan
yaitu metode deskriptif.Metode deskriptif
dalam teori penulisan pupuh dan ada
digunakan untuk mendeskripsikan hasil dari
pula yang tidak sesuai dengan guru
analisis Wawacan Simbar Aladin Tekhnik
lagu dan guru bilangan penulisan
yang dipakai dalam penelitian ini yaitu tekhnik
pupuh. Pupuh yang sesuai dengan
studi pustaka.Tekhnik studi pustaka yaitu
guru lagu dan guru bilangan penulisan
tekhnik mengumpulkan teori-teori untuk
pupuh yaitu pupuh magatru, pucung
bahan tulisan agar dijadikan pedoman dalam
dan pupuh wirangrong. Pupuh
melakukan penelitian (Suyatna, 2002. hal. 19).
magatru, pucung dan wirangrong
Penelitian ini merupakan penelitian
sesuai dengan pedoman guru lagu dan
kualitatif.Penelitian kualitatif yaitu penelitian
guru bilangan pupuh. Adapun guru
yang mempunyai tujuan untuk
lagu dan guru bilangan pupuh magatru
mendeskripsikan dan menganalisis kejadian,
yaitu 12-u, 8-i, 8-u, 8-i, dan 8-o.
aktivitas sosial, kepercayaan, persepsi, dan
Selain pupuh magatru ada juga pupuh
pemikiran manusia baik secara individu
pucung yang sesuai dengan guru lagu
maupun kelompok (Sukmadinata, 2012, hal.
dan guru bilangan yaitu 12-u, 6-a, 8-
60).Menurut Miles dan Huberman (dalam
é/o, 12-a. Sedangkan pupuh
Sugiyono, 2013, hal. 246), aktivitas dalam
wirangrong yaitu 8-i, 8-o, 8-u, 8-i, 8-a,
analisis data yaitu reduksi data, penyajian data,
dan 8-a. Hasil analisis pupuh yang
dan penarikan kesimpulan serta verifikasi.
tidak sesuai dengan guru lagu dan
Nur’azijah at et,. Karakteristik Tokoh Dan Nilai Pendidikan pada Wawacan Aladin Suntingan Rany Febriani
Untuk Bahan Ajar Berbasis Karakter Di Tingkat SMA/SMK/MA (Siti Nur’azizah, Rany Febriani)
34

guru bilangan yaitu pupuh sinom, bilangan seperti 10-e, 8-a, 8-i, 12-a.
pupuh kinanti, pupuh dangdanggula, Kesalahan yang terjadi pada pupuh
pupuh pangkur, pupuh durma, pupuh ladrang terdapat pada baris pertama
balakbak, pupuh asmarandana, pupuh yang ditulis 12-i, guru lagu pada baris
ladrang, dan pupuh mijil. Aturan ke-2 8i, serta pada baris ke-3 8a.
penulisan pupuh sinom yaitu 8-a, 8-i, Pupuh mijil memiliki pola guru lagu
8-a, 8-i, 7-i, 8-u, 7-a, 8-i dan 12-a. dan guru bilangan seperti 10-i, 6-o,
kesalahan yang terdapat dalam 10-e, 10-i, 6-i, 6-u. Kesalahan pada
penulisan pupuh sinom umumnya pupuh mijil adalah pada baris ke-1
terdapat pada kesalahan dalam guru tertulis 11-i, baris ke-3 9-e, dan baris
bilangan ganjil yang digenapkan ke-4 8-i.
seperti 7-i dan 7-a yang menjadi 8-i 8) Dari kesalahan-kesalahan diatas
serta 8-a. Aturan penulisan guru lagu umumnya penulis keliru dalam guru
dan guru bilangan pupuh kinanti yaitu bilangan pada setiap barisnya yang
8-u, 8-i, 8-a, 8-i, 8-a, dan 8-i. Di dalam semestinya ganjil akan tetapi ditulis
penulisan pupuh kinanti terdapat genap. Ini menandakan bahwa
kesalahan dalam penulisan guru lagu pengarang dalam Wawacan Aladin
dan guru bilangan umumnya pada memiliki aturan sendiri dalam
penulisan guru lagu pada bait ke-4 penulisan guru lagu dan guru bilangan.
setiap pupuh menjadi 8-e. Pupuh 9) Hasil penelitian struktur formal
dangdanggula memiliki guru lagu dan Wawacan Aladin dilihat dari karakter
guru wilangan seperti 10-i, 10-a, 8-é/o, pupuh yaitu pupuh sinom
7-u, 8-i, 8-a, 6-u, 8-a, 12-i, 7-a. menggambarkan kegembiraan, pupuh
kesalahan penulisan pada pedoman kinanti menggambarkan penantian,
penulisan pupuh dangdanggula yaitu pupuh dangdanggula menggambarkan
pada baris ke-4 guru bilangannya kegelisahan, pupuh pangkur
adalah 8-u, semestinya adalah 7-u, menggambarkan keagungan, pupuh
sedangkan baris ke-5 guru durma menggambarkan peperangan,
bilangannya 10-i seharusnya 9-i, baris pupuh magatru menggambarkan
ke-6 tertulis tertulis 8-a. Pupuh keagungan, pupuh balakbak
pangkur memiliki guru lagu serta guru menggambarkan kebingungan, pupuh
bilangan 8-a, 11-i, 8-u, 8-a, 12-u, 8-a, pucung menggambarkan humor,
dan 8-i. Kesalahan yang terjadi ada pupuh asmarandana menggambarkan
pada baris ke-2 yaitu memiliki guru kasih sayang, pupuh ladrang
bilangan 12-i, sedangkan baris ke-4 menggambarkan kekecewaan, pupuh
tertulis 8-a. Pupuh durma memiliki mijil menggambarkan humor, pupuh
guru lagu dan guru bilangan seperti wirangrong menggabarkan kesialan.
12-a, 7-i, 6-a, 7-a, 8-i, 5-a, 8-i. 10) Struktur formal Wawacan Aladin
Kesalahan terjadi ada pada baris ke-2 dilihat dari sasmita pupuh, terdapat 12
yang ditulis 8-i, baris ke-3 yang ditulis sasmita yaitu: 1) nganti, antian
8-a, baris ke-4 ditulis 8-a, dan baris menggambarkan akan gantinya pupuh
ke-7 ditulis 8-i. Pupuh balakbak kinanti, 2) manis menggambarkan
memiliki guru lagu dan bilangan akan gantinya pupuh dangdanggula, 3)
seperti 15-e, 15-e, 15-e. Kesalahan pungkur dan mundur menggambarkan
pada penulisan barisnya adalah akan gantinya pupuh pangkur. 4)
memiliki guru bilangan yang mundur menggambarkan gantinya
berjumlah 16-e pada setiap barisnya. pupuh durma. 5) pegat, megat dan
Pupuh asmarandana memiliki guru kapegat menggambarkan gantinya
lagu dan guru bilangan seperti 8-i, 8-a, pupuh magatru. 6) marakbak dan
8-o, 8-a, 7-a, 8-u, 8-a. Kesalahan pada barakbak menggambarkan gantinya
penulisan terdapat pada baris ke-5 pupuh balakbak. 7) marucung dan
yang ditulis 8-a. Pupuh ladrang mucung menggambarkan gantinya
memiliki pola guru lagu dan guru pupuh pucung. 8) kasmaran
35 Jaladri, Volume 3, No. 2, Oktober 2017, pp. 29-39

menggambarkan gantinya pupuh sebuah peperangan yang besar yang


asmarandana. 9) anom dan nonoman akan terjadi pada dua kerajaan
menggambarkan gantinya pupuh tersebut.
sinom. 10) ladrang menggambarkan 15) Tokoh utama yang terdapat dalam
gantinya pupuh ladrang. 11) bijil Wawacan Aladin yaitu Aladin. Tokoh
menggambarkan gantinga pupuh mijil. yang lainnya adalah Abdul Pakar,
12) wirang menggambarkan gantinya Nyai Ratna Kandum, Raja Cina, Ki
pupuh wirangrong. Mustapa, Jin Surandil, Indung Bapa
11) Analisis Struktur Naratif Wawacan Aladin, Raden Sungking, Raja Jaya
Aladin Oman, Raja Sabrang, Raja
12) Analisis struktur naratif Wawacan Jambangan, Raja Sonaje, Dewi
Aladin menggunakan teori Christomy Lodaya, Bapa Nyi Lodaya, Mayang
(2003, hal. 34), yang terdiri dari alur Cinde, Balad Jin, Saroja, Mardefa,
cerita, motif cerita, tokoh cerita, latar Patih Keswara.
cerita, dan tema cerita. 16) Latar cerita dalam Wawacan Aladin
13) Alur cerita dalam Wawacan Aladin terbagi ke dalam tiga latar, yaitu latar
terdapat lima episode. Adapun tempat, waktu, dan sosial. Latar
rinciannya yaitu: 1) episode ke-1 tempat terbagi menjadi tempat yang
menceritakan kehidupan Aladin ketika ada di dalam lingkungan kerajaan dan
masih kecil menemukan jimat dan di luar lingkungan kerajaan. Latar
bertemu dengan jin dalam jimat tempat yang ada di dalam lingkungan
tersebut, 2) episode ke-2 yaitu keraajaan meliputi kerajaan Jabal kaf,
menceritakan kisah putri dari kerajaan kerajaan Cina, kerajaan
Cina, 3) episode ke-3 yaitu Aladin Karanggantungan, dan kerajaan
yang beranjak dewasa akan Jungring. Sedangkan latar tempat di
dinikahkan dengan putri dari kerajaan luar lingkungan kerajaan yaitu di
Cina, 4) episode ke-4 yaitu Adanya gunung, leuweung ganggung, cagar
Raden Sungking yang membalas bolang. Latar waktu dalam Wawacan
dendam pada putri kerajaan Cina yang Aladin terbagi kedalam tiga waktu
ditolak, 5) episode ke-5 yaitu yaitu waktu lamanya, dan waktu
berkumpulnya para lelaki dari empat kejadiannya. Waktu lamanya dalam
kerajaan yang ditolak lamarannya oleh Wawacan Aladin terdapat tujuh puluh
putri Cina kemudian membalas tahun, tujuh hari, tujuh hari tujuh
dendam kepada dua kerajaan yaitu malam, sebentar, semalam. Waktu
Cina dan Aladin. berdasarkan waktu kejadiannya dalam
14) Motif cerita yang terdapat dalam Wawacan Aladin terdapat waktu itu,
Wawacan Aladin yaitu motif wasiat, pada satu masa, di akhir, sore, siang,
perjalanan, jimat/pusaka, pernikahan, siang-malam, dahulu, hari jum’at,
dan mimpi. Motif wasiat yaitu wasiat sekarang, malam, hari ini, besok,
Ki Mustapa, Bapana Abdul Pakar ka waktu maghrib. Latar sosial dalam
Abdul Pakar mengenai harus Wawacan Aladin yaitu status dalam
ditemukannya sebuah jimat di sebuah kerajaan, yang lainnya adalah
salahsatu gua dan pemiliknya adalah masyarakat tidak mampu, miskin,
Aladin. Motif perjalanan yaitu tokoh kaya, orang pinggiran, terkenal, orang
Abdul Pakar yang mencari pusaka gunung.
serta pemilik pusaka yaitu Aladin . 17) Tema cerita dalam Wawacan Aladin
Motif jimat/pusaka yaitu simbol dari yaitu kepemimpinan. Ini terlihat dari
cerita tokoh Aladin yang bisa bagaimana Aladin dengan sifatnya
mengabulkan setiap keinginan Aladin. yang bijaksana mempmpin rakyatnya
Motif pernikahan adalah adanya dari mulai umat manusia hingga
pernikahan putri kerajaan Cina dengan bangsa jin.
Aladin yang tak lain mempersatukan
kekuatan dua kerajaan. Motif mimpi HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dialami Ayah mertua Aladin
adalah pertanda akan datangnya Analisis Struktur Umum Wawacan Aladin
Nur’azijah at et,. Karakteristik Tokoh Dan Nilai Pendidikan pada Wawacan Aladin Suntingan Rany Febriani
Untuk Bahan Ajar Berbasis Karakter Di Tingkat SMA/SMK/MA (Siti Nur’azizah, Rany Febriani)
36

Analisis struktur umum Wawacan Aladin tambahan yang diceritakan sebagai orang
menurut Kuswari (2007: 71-72) terdiri dari ketiga yaitu Ki Mustapa, Rama Nyi Lodaya.
Manggalasastra/Alofon, Isi, dan Selebihnya adalah tokoh-tokoh tambahan yang
Panutup/Kolofon. Wawacan Aladin pun melengkapi jalannya cerita.
dibangun oleh ketiga struktur umum tersebut, Berdasarkan peran tokoh-tokoh dalam
Maggalasastra sebagai pembuka sebelum perkembangan alur dalam Wawacan Aladin
cerita dimulai berupa tulisan terdapat tokoh protagonis dan tokoh antagonis.
bismillahirahmanirahim, merendahkan diri, Tokoh protagonis yaitu Aladin, Bapa Aladin,
permintaan maaf, serta manfaat wawacan. Isi Indung Aladin, Ratna Kandung, Raja Duriyah.
berupa cerita dari awal hingga akhir. Sedangkan tokoh antagonis yaitu Dulpakar,
Sedangkan kolofon berupa penutup dari Raden Sungking, Empat Raja, dan Lodaya.
penulis secara langsung mengenai keterangan Berdasarkan perwatakan terdapat
cerita berakhir, keterangan tamat, permintaan tokoh biasa dan tokoh bulat. Tokoh biasa atau
maaf atas penulisan yang kurang jelas disertai tokoh yang memiliki satu kualitas pribadi yang
waktu penulisan. sifatnya monoton dalam Wawacan Aladin
yaitu Bapa Aladin, Indung Aladin, Patih
Analisis Struktur Wawacan Aladin Surandil, Ratna Kandung, dan Raden
Analisis struktur Wawacan Aladin terdiri Sungking. Sedangakan tokoh bulat yaitu
dari analisis struktur formal dan struktur Aladin, Raja Duriyah, Lodaya dan Empat
naratif Wawacan Aladin. Raja.
Berdasarkan berkembang atau
. tidaknya tokoh dalam cerita terdapat tokoh
statis dan tokoh berkembang. Tokoh statis
Analisis Karakteristik Tokoh dalam dalam Wawacan Aladin yaitu Bapa dan
Wawacan Aladin Indung Aladin, Patih Surandil, Ratna
Analisis karakteristik tokoh dalam Kandung, Raden Sungking, Badega Putri,
Wawacan Aladin menurut Nurgiyantoro Mardefa dan Saroja. Sedangkan tokoh yang
(2013: 259-277) berdasarkan pada 1) peran termasuk berkembang adalah Abdul Pakar,
dan pentingnya tokoh dalam cerita fiksi (tokoh Raja Duriyah, Lodaya, dan Empat Raja.
utama dan tokoh tambahan), 2) peran tokoh- Berdasarkan kemungkinan tokoh
tokoh dalam perkembangan alur (tokoh cerita yang timbul merupakan sekelompok
protagonis dan tokoh antagonis), 3) manusia dalam kehidupan nyata yaitu tokoh
perwatakan (tokoh biasa dan tokoh bulat), 4) tipikal dan tokoh netral. Tokoh tipikal atau
berkembang atau tidaknya tokoh dalam cerita tokoh yang hanya ada dalam imajinasi
(tokoh statis dan tokoh berkembang), 5) pengarang yaitu dalam Wawacan Aladin
kemungkinan tokoh cerita yang timbul digambarkan oleh Patih Surandil. Sedangkan
merupakan sekelompok manusia dalam tokoh netral atau yang hidup di dunia nyata
kehidupan nyata (tokoh tipikal dan tokoh yaitu Indung Bapa Aladin.
nétral).
Berdasarkan peran dan pentingnya Analisis Nilai Pendidikan pada Wawacan
tokoh dalam Wawacan Aladin terdapat tokoh Aladin
utama pertama yaitu Aladin, sedangkan tokoh Nilai Pendidikan pada Wawacan Aladin
utama kedua yaitu Abdul Pakar dan Patih menggunakan analisis Asmani meliputi nilai
Surandil. Tokoh tambahan yang terdapat pendidikan karakter yang jumlahnya terdiri
kaitannya langsung dengan tokoh utama yaitu dari 77 aspek, diantaranya: 1) nilai pendidikan
Ratna Kandung, Bapa Aladin, Indung Aladin, karakter pada Allah SWT dibangun oleh 3
Raja Duriyah. Tokoh tambahan kedua yang aspek yaitu Percaya pada Allah SWT, rajin
memunculkan persoalan inti yaitu Raden berdo’a, dan rajin mengaji, 2) nilai pendidikan
Sungking, Empat Raja, Nyi Lodaya. Tokoh karakter pada dirinya, diantaranya: (1) karakter
tambahan yang muncul serta tidak ada jujur dibangun oleh 5 aspek yaitu jujur pada
kaitanya dengan tokoh utama secara langsung seluruh orang, jujur pada sikap dan
yaitu Patih Keswara, Badega Putri, Nyi perbuatannnya sendiri, jujur pada isi hatinya,
Mardefa, Saroja, Mayang Cinde. Tokoh jujur meskipun pahit, jujur si setiap waktu (2)
37 Jaladri, Volume 3, No. 2, Oktober 2017, pp. 29-39

Karakter tanggung jawab dibangun oleh 9 memaafkan/ toleransi, melaksanakan aturan,


aspek yaitu tanggung jawab sebagai orang tua (3) menghargai prestasi dan hasil karya 3
yang mendidik anak, tanggung jawab yang aspek yaitu menjaga dan memelihara budaya,
tidak hanya pada diri sendiri tapi kepada orang memuji keiindahan pada apa yang dicipta,
lain juga, harus bisa memegang amanah, wajib memberi gelar terhadap apa yng dilakukan, (4)
menjalankan wasiat, menerima segala bentuk santun 5 aspek yaitu meminta ijin pada orang
tanggung jawab, berani menyalahkan dirinya tua sebelum pergi, menggunakan bahasa yang
sendiri, berani menerima kekalahan, baik dan benar, mengenal cara bertamu yang
profesionalisme, dan teliti dalam mengemban baik, adab tunduk paada orang tua, saling
tugas, (3) karakter disiplin diwangun oleh satu menghargai dan menghormati , dan (5)
aspek yaitu gesit dalam menjalankan demokratis 3 aspek yaitu menghargai pendpat
pekerjaan, (4) Karakter kerja keras dibangun orang lain, mencari jalan keluar dalam setiap
oleh 4 aspek yaitu menggunakan bekerja permasalahan, adab bekerjasama dalam
sepenuh hati, saling mengingatkan dalam mencapai satu tujuan, 4) Nilai Pendidikan
pekerjaan, memulai pkerjaan darihal terkecil , pada Bangsanya yaitu toleransi 2 aspek yaitu
(5) karakter percaya diri dibangun oleh 6 saling menghargai, dan hidup bersama dalam
aspék yaitu yakin bisa membahagiakan orang setiap perbedaan yang ada.
tua dengan kemampuannya, berani membela
diri yang tak bersalah, tahu kemampuan Analisis Bahan Ajar Berbasis
sendiri, berani tampil di hadapan umum, Karakter pada Wawacan Aladin
mempersiapkan apa yang akan dilakukan, Bahan ajar berbasis karakter yang digunakan
saling membantu, (6) karakter logis jeung pada Wawacan Aladin mencakup: 1) Matéri
kritis dibangun oleh 3 aspek yaitu mengukur Wawacan, 2) Struktur Umum dalam Wawacan
kemampuan sendiri, berfikir untuk kebaikan, seperti: Manggalasastra, Isi, dan Kolofon. 3)
berhati-hati pada orang yang baru dikenal, (7) Unsur-unsur Naratif dalam Wawacan
Karakter mandiri 3 aspek yaitu berani diantaranya: a) Tema certita, b) Pelaku/tokoh
menghadapi apa yang ditakuti oleh dirinya c) Galur d) Amanat e) Latar dan f) Kutipan
sendiri, tidak menyusahkan orang lain, bisa Wawacan. 4) Pengkarakteran Tokoh seperti:
berpenampilan baik untuk diriinya, (8) secara langsung dan tidak langsung dalam
Karakter rasa ingin tahu 5 aspek yaitu rasa cerita atau percakapan.
ingin tahu pada pasangan hidup (suami), rasa
ingin mengenal orang yang baru dikenal, raasa KESIMPULAN
ingin tahu pada pasangan hidup (istri), peka Struktur formal Wawacan Aladin
terhadap apa yang dikatakan oleh alam, rasa dilihat dari hasil analisis guru lagu dan guru
ingin mengenal teman-teman dari anaknya, (9) bilangan terdapat pada pupuh magatru, pucung
cinta ilmu 2 aspek yaitu belajar pada siapapun dan pupuh wirangrong. Sedangkan pupuh
yang memiliki ilmu, memelihara budaya yang tidak sesuai dengan guru lagu dan guru
sendiri, 3) Nilai Pendidikan Karakter pada bilangan pupuh sinom, pupuh kinanti, pupuh
Sesama, diantaranya: (1) sadar pada hak dan dangdanggula, pupuh pangkur, pupuh durma,
kewajiban 19 aspek yaitu memberi nasihat pupuh balakbak, pupuh asmarandana, pupuh
pada anak, anak membahagiakan orang tua, ladrang, dan pupuh mijil. Karakter pupuh
harus bisa meluruskan kesalahan anak, dalam Wawacan Aladin: pupuh sinom
melakukan perintah orang tua, meminta restu menggambarkan kegembiraan, pupuh kinanti
orang tua, melakukan perintah demi kebaikan, menggambarkan penantian, pupuh
mendengarkkan keluh kesah anak, berani dangdanggula menggambarkan kegelisahan,
berkata tidak dan menolak demi kebaikan, pupuh pangkur menggambarkan keagungan,
harus memuliyakan tamu, patuh pada perintah pupuh durma menggambarkan peperangan,
orang tua demi kebaikan anak, sayang pada pupuh magatru menggambarkan keagungan,
saudara sendiri, saling menyayangi, saling pupuh balakbak menggambarkan
melengkapi, memberi kepercayaan kepada kebingungan, pupuh pucung menggambarkan
orang lain, siap terhadap setiap resiko, humor, pupuh asmarandana menggambarkan
memiliki rasa malu, saling menolong, (2) taat kasih sayang, pupuh ladrang menggambarkan
pada aturan sosial 4 aspek yaitu percaya paada kekecewaan, pupuh mijil menggambarkan
orang tua, menghormati dan melaksanakan humor, pupuh wirangrong menggabarkan
hukum adat yang ada di masyarakat, saling kesialan.
Nur’azijah at et,. Karakteristik Tokoh Dan Nilai Pendidikan pada Wawacan Aladin Suntingan Rany Febriani
Untuk Bahan Ajar Berbasis Karakter Di Tingkat SMA/SMK/MA (Siti Nur’azizah, Rany Febriani)
38

Struktur naratif Wawacan Aladin (3,9%), (8) Karakter rasa ingin tahu 5 aspek
terdiri dari: 1) alur ceritanya campuran dan (6,5%), (9) cinta ilmu 2 aspek (2,6%), 3) Nilai
terdapat 5 episode; 2) motif cerita terdiri dari Pendidikan Karakter pada Sesama,
lima motif (wasiat, perjalanan, jimat/pusaka, diantaranya: (1) sadar pada hak dan kewajiban
pernikahan, dan mimpi); 3) tokoh cerita terdiri 19 aspek (24,7%), (2) taat pada aturan sosial 4
dari tokoh protagonis dan antagonis; 4) Latar aspek (5,2%), (3) menghargai prestasi dan
cerita dalam Wawacan Aladin terbagi ke hasil karya 3 aspek (3,9%), (4) santun 5 aspek
dalam tiga latar, yaitu latar tempat (di dalam (6,5%), dan (5) demokratis 3 aspek (3,9%), 4)
lingkungan kerajaan terdiri dari empat latar Nilai Pendidikan pada Bangsanya yaitu
dan di luar lingkungan kerajaan terdiri dari toleransi 2 aspek (2,6%).
tiga latar), latar waktu (waktu lamanya terdiri Wawacan Aladin bisa digunakan
dari lima waktu, dan waktu kejadiannya untuk bahan ajar alternatif untuk siswa di
terdiri dari tiga belas waktu), dan latar sosial tingkat SMA/SMK/MA. karena wawacan
terdiri dari enam latar. merupakan cerita yang menarik dan tentu jelas
Analisis Karakteristik dalam Wawacan jalan ceritanya. Bahasa yang digunakan dalam
Aladin terdiri dari: 1) peran dan tulisannya termasuk mudah dimengerti.
pentingnya tokoh dalam cerita fiksi (tokoh Adapun beberapa kosakata yang tidak
utama yaitu Aladindan tokoh tambahan yaitu dimengerti merupakan pengetahuan untuk
Rarna Kandung), 2) peran tokoh-tokoh dalam pembendaharaan kosa kata Sunda untuk
perkembangan alur (tokoh protagonis yaitu siswanya. Cerita ini bisa merangsang daya
Aladin, Bapa Aladin, Indung Aladin, Ratna imajinasi siswa untuk menambah pengetahuan
Kandung, Raja Duriyah dan tokoh antagonis mengenai karya sastra lama. Bahan Ajar
yaitu Dulpakar, Raden Sungking, Empat Raja, Wawacan Aladin meliputi analisis,
dan Lodaya), 3) perwatakan (tokoh biasa yaitu idéntifikasi, terhadap unsur dan kaidah-kaidah
Bapa Aladin, Indung Aladin, Patih Surandil, wawacan
Ratna Kandung, dan Raden Sungking dan
tokoh bulat yaitu Aladin, Raja Duriyah,
REFERENSI
Lodaya dan Empat Raja), 4) berkembang atau
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian
tidaknya tokoh dalam cerita (tokoh statis yaitu
Abidin, Yunus. 2013. Pembelajaran
Bapa dan Indung Aladin, Patih Surandil, Ratna
Bahasa Berbasis Pendidikan
Kandung, Raden Sungking, Badega Putri,
Karakter. Bandung: PT Refika
Mardefa dan Saroja dan tokoh berkembang
Aditama.
yaitu Abdul Pakar, Raja Duriyah, Lodaya, dan
Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Membaca
Empat Raja), 5) kemungkinan tokoh cerita
Berbasis Pendidikan Karakter.
yang timbul merupakan sekelompok manusia
Bandung: PT Refika Aditama.
dalam kehidupan nyata (tokoh tipikal yaitu
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur
Patih Surandil dan tokoh nétral yaitu Indung
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Bapa Aladin ).
Aminudin. 2010. Pengantar Apresiasi Karya
Nilai Pendidikan pada Wawacan Aladin
Sastra. Bandung: Sinar Baru
menggunakan analisis Asmani meliputi nilai
Algesindo.
pendidikan karakter yang jumlahnya terdiri
Christomy, T. 2003. Wawacan Sama’un: Edisi
dari 77 aspek, diantaranya: 1) nilai pendidikan
Teks dan Analisis Struktur. Jakarta:
karakter pada Allah SWT dibangun oleh 3
Djambatan.
aspek (3,9%), 2) nilai pendidikan karakter
Darsa, Undang Ahmad. Kodekologi Sunda.
pada dirinya, diantaranya: (1) karakter jujur
Bandung: Lembaga Penelitian
dibangun oleh 5 aspek (6,5%), (2) Karakter
Universitas Padjajaran.
tanggung jawab dibangun oleh 9 aspek
Danadibrata, R.A. 2006. Kamus Basa Sunda.
(11,7%), (3) karakter disiplin diwangun oleh
Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
satu aspek (1,3%), (4) Karakter kerja keras
Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat. 2013.
dibangun oleh 4 aspek (5,2%), (5) karakter
Kurikulum Tingkat Daerah Muatan
percaya diri dibangun oleh 6 aspék (7,8%), (6)
Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan
karakter logis jeung kritis dibangun oleh 3
Sastra Sunda untuk
aspek (3,9%), (7) Karakter mandiri 3 aspek
39 Jaladri, Volume 3, No. 2, Oktober 2017, pp. 29-39

SMA/SMK/MA/MAK. Bandung: Dinas Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter.


Pendidikan Jawa Barat. Jakarta: Kencana.
Febriani, Rany. 2011. Wawacan Aladin:
Sebuah Teks dari Timur Tengah
(Kajian Filologis). Skripsi FS
UNPAD: Teu dipedalkeun.
Haerudin, Dingding. Spk. 2013. Panganteur
Talaah Buku Ajar. Bandung: JPBD
FPBS UPI.
Isnendes, Retty. 2010. Teori Sastra. Bandung:
JPBD FPBS UPI.
Iskandarwassid. 2003. Kamus Istilah Sastra.
Bandung: CV. Geger Sunten.
Kemal, Yusuf. 2009. Teori Sastra. Surabaya:
FA JBSA.
Koswara, Dedi. 2010. Sastra Sunda Modern.
Bandung: JPBD FPBS UPI.
------------------ . 2011. Racikan Sastra.
Bandung: JPBD FPBS UPI.
Kuswari, Usep spk. 2007. Pendidikan Bahasa
Daerah. Bandung JPBD FPBS UPI.
Ma’mur Asmani, Jamal. 2011. Internalisasi
Pendidikan Karakter di Sekolah.
Jogjakarta: Diva Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian
Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
Univerity Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Teori, Metode,
dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rohaedi, Edi. 2014. Analisis Karakteristik
tokoh-tokoh novel Tanjeur na juritan
jaya di Buana karangan Yoseph
iskandar pikeun Bahan Ajar Maca di
Kelas XI SMA/SMK/MA. Skripsi
PBSD STKIP Muhammadiyah
Kuningan: Tidak Diterbitkan.
Rosidi, Ajip. 2010. Wawacan. Bandung: PT
Kiblat Buku Utama.
Ruhaliah. 2010. Wawacan: Sajarah Sastra
Sunda. Diktat Perkuliahan JPBD UPI
Bandung: Teu dipedalkeun.

---------- . 2012. Sejarah Sastra Sunda.


Bandung: JPBD FPBS UPI.
Stanton, Robert. 2012. Teori Fiksi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Teeuw, A. 2015. Sastra dan Ilmu Sastra.
Bandung: PT. Dunia Pustka Jaya.
Tri haryanta, Agung. 2012. Kamus
Kebahasaan dan Kesusastraan.
Surakarta: Aksarra Sinergi Media.
29 Jaladri, Volume 3, No. 2, Oktober 2017, pp. 29-39

Anda mungkin juga menyukai