Fadiah Nur Salsabila1, Siti Maryam2, Siti Masitoh3, Ulfa Aulia Febriana4, Yeti5
Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah, STKIP Muhammadiyah Kuningan, Indonesia1,
Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah, STKIP Muhammadiyah Kuningan, Indonesia
2
, Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah, STKIP Muhammadiyah Kuningan,
Indonesia3, Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah, STKIP Muhammadiyah Kuningan,
Indonesia4, Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah, STKIP Muhammadiyah Kuningan,
Indonesia5
nursalsabilafadiah@gmail.com1, smariyam1512@gmail.com2,
masitohsiti931@gmail.com3, ulfaalfe@gmail.com4, melatiyeti9@gmail.com5
*Penulis korespondensi
1
Nama Penulis/Judul
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol. ....., No. ....., Januari/Juli… Hal 1 – .....
2
Fadiah Nur Salsabila, Siti Maryam, Siti Masitoh, Ulfa Aulia Febriana, dan Yeti/Judul Nilai Didaktis Pada
Wawacan Mahabarata…
3
Nama Penulis/Judul
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol. ....., No. ....., Januari/Juli… Hal 1 – .....
4
Fadiah Nur Salsabila, Siti Maryam, Siti Masitoh, Ulfa Aulia Febriana, dan Yeti/Judul Nilai Didaktis Pada
Wawacan Mahabarata…
Cara Mengungkapkan
Kedidaktisan pada Wawacan
Loeloehoer Pandawa karya R.
Memed Sastrahadiprawira
Teknik pengungkapan kedidaktisan
dalam Wawacan Loeloehoer Pandawa
karya R. Memed Sastrahadiprawira
berkenaan dengan telaah teknik
HASIL DAN PEMBAHASAN pengungkapan karya sastra, yaitu
Dalam Wawacan yang berjudul dilihat dari alur dan pengaluran; tokoh
Loeloehoer Pandawa karya R. Memed dan penokohan; latar-tempat; waktu;
Sastrahadiprawira berisi enam pupuh sosial; dan suasana. Alur cerita pupuh
yaitu pupuh Dangdanggoela, ini menggunakan alur mundur yang
asmarandana, Kinanti, Midjil, Sinom, disajikan dengan gaya cerita tempo
dan Poetjoeng. Dibuka dengan pupuh terdahulu yang memang sedikit sulit
Dangdanggoela yang menceritakan isi untuk dipahami oleh pembaca zaman
dari kitab Mahabarata yang sekarang. Pupuh ini diawali dengan
menggunakan Bahasa Sanskrit. Dalam pupuh Dangdanggoela sebagai
pupuh tersebut dijelaskan bahwa pembuka yang mengenalkan tokoh
Pupuh dangdanggoela merupakan utama pada cerita tersebut. Hal ini
pupuh pembuka yang dikutip dari terlihat dari penggalan cerita berikut :
kitab Kahot, pusaka milik orang Hindu “ Katjatoerkeun noe djadi narpati,
yang merupakan Kitab Mahabarata. geus Kawentar kaadilannana
Pengutipan kitab tersebut memiliki djenenganana kasohor, Maha Praboe
tujuan agar orang-orang Sunda bisa santanoe, poetra Goesti Sri Narapati,
mengambil pembelajaran. Namun pada Maha radja Pratipa,
akhirnya Kitab mahabarata tersebut
mengalami perubahan sifat, yang poetoena Sang Praboe, anoe
menyebabkan isinya pun menjadi ngawangoen astina, kakasihna Sri
berubah. Narenda Praboe Hasti, Hasti hartina
Kumpulan pupuh tersebut Gadjah.”(halaman 18)
menceritakan kisah Seorang Raja Kisah ini berlanjut saat Sang adji
gagah nan pemberani yang Bernama tak sengaja bertemu dengan seorang
Maha Praboe santanoe (Sang Adji) perempuan yang sedang merantau, ia
putra dari Goesti Sri Narapati. Lama bernama Satyawati. Saat bertemu
sang Adji menjadi raja sampai dengan Sang Adji, satyawati tidak
akhirnya sang Adji meninggal dunia mengetahui bahwa ia seorang raja dan
dan diganti oleh adiknya yang ia sempat mengkritik Sang Adji yang
Bernama witjitrawirja. Dan setelahnya mengenakan perhiasan berlebihan.
Witjitrawirja meninggal, lalu diganti Namun setelah mengetahui bahwa
oleh Bisma putra dari sang adji. yang dihadapannya adalah seorang
5
Nama Penulis/Judul
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol. ....., No. ....., Januari/Juli… Hal 1 – .....
6
Fadiah Nur Salsabila, Siti Maryam, Siti Masitoh, Ulfa Aulia Febriana, dan Yeti/Judul Nilai Didaktis Pada
Wawacan Mahabarata…
7
Nama Penulis/Judul
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol. ....., No. ....., Januari/Juli… Hal 1 – .....
8
Fadiah Nur Salsabila, Siti Maryam, Siti Masitoh, Ulfa Aulia Febriana, dan Yeti/Judul Nilai Didaktis Pada
Wawacan Mahabarata…
9
Nama Penulis/Judul
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol. ....., No. ....., Januari/Juli… Hal 1 – .....
yang loma, bukan berarti tidak santun wawacn ini yang sulit dipahami.
melainkan sebagai bentuk keakraban Berikut beberapa penggalan diksi yang
mereka dalam berkomunikasi. Tetapi digunakan dalam Wawacan
dalam segi teknologi ini sangat Loeloehoer Pandawa.
tertinggal karena cerita wawacan ini “ teu aja pisan bentenna, mo
terjadi pada 2000 kebelakang. kenging ditarik deui, soemawonna ha
Sehingga pengembangan ilmu lieu mah, sanes adat satria, hina temen
pengetahuan dan teknologi kurang diri abdi, anoe kitoe sanes tabe’at
berkembang. oetama”
Aspek budaya yang terdapat dalam (Halaman 28)
Wawacan terlihat pada kutipan berikut
ini: PENUTUP
-“Mangkat tjatoer mimiti digoerit, Struktur formal Wawacan Mahabarata
kaajaan nagara Hindoestan, djaman berasarkan guru lagu dan guru
behditoeeun kahot, geus nandjoeng wilangan ditemukan pupuh yang
pandjang-poendjoeng, kaboedajan sesuai dengan aturan dan pupuh yang
djeung tatanagri, beres atoeranana, tidak sesuai dengan aturan. Pupuh
make pangaweroeh, saahlina-saahlina, yang sesuai dengan aturan adalah
teu patjorok kabeh make tata-titi, pupuh Magatru dan pupuh Pucung.
poegoeh oegeranana.” (Halaman 17) Sementara, pupuh yang tidak sesuai
-“ Anoe matak kakasih Sang Adji, dengan aturan adalah pupuh
ngalap kana ngaran sato hewan, Asmarandana, Dangdanggula, Dura,
sapedah ari Gadjah the, sato noe gagah Kinanti, Maskumambang, Mijil,
pamoek, pinter hodeng pinoeh kawani, Pangkur, Sinom, dan pupuh
minangka perlambangna, salira Sang Wirangrong. Struktur intrinsik
Praboe, lantaran Sri Maha Radja, Wawacan Mahabarata mengacu
harita the kaseboet radja pinilih, pinter kepada tema, tokoh, latar, dan alur.
djeung gagah rongkah.” (Halaman 18) Analisis tokoh dilihat dari kedudukan,
watak, kriteria, dan penceriman.
Wawacan ini menceritakan kisah Analisis latar terdiri atas latar tepat,
perjuangan Radja Bisma untuk waktu, dan latar sosial. Analisis
meneruskan keturunan Barata. Dalam didaktis dalam Wawacan Mahabarata
wawacan ini banyak membahas terkait mengacu kepada (1) cara
perjuangan seorang anak yang patuh mengungkapkan kedidaktisan; (2)
dan taat terhadap orang tuanya, isi/ungkapan kedidaktisan; dan (3)
sehingga Bisma tidak sedikitpun penggunaan bahasa.
berani untuk mengelak kepada orang
tuanya. UCAPAN TERIMA KASIH
Kami ucapkan terimakasih
Bahasa dalam Wawacan pada Allah S.W.T. yang terus
Loeloehoer Pandawa karya R. memberikan nikmat sehingga jurnal ini
Memed Sastrahadiprawira dapat dikerjakan tepat waktu.
Dalam setiap alur kisah Wawacan Terimakasih pada seluruh dosen Prodi.
Loeloehoer Pandawa karya R. Memed Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah,
Sastrahadiprawira ini menggunakan terutama pada Fajar Sukma Nur Alam,
Bahasa sunda terdahulu. Sehingga M.Pd. yang telah memberi masukan
banyak diksi yang digunakan dalam perihal tulisan ini.
10
Fadiah Nur Salsabila, Siti Maryam, Siti Masitoh, Ulfa Aulia Febriana, dan Yeti/Judul Nilai Didaktis Pada
Wawacan Mahabarata…
11
Nama Penulis/Judul
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol. ....., No. ....., Januari/Juli… Hal 1 – .....
12
Fadiah Nur Salsabila, Siti Maryam, Siti Masitoh, Ulfa Aulia Febriana, dan Yeti/Judul Nilai Didaktis Pada
Wawacan Mahabarata…
13