Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur wawacan Mahabarata dan nilai
etnopedagogik yang terdapat di dalamnya. Sumber data penelitian ini adalah buku Wawacan
Mahabarata karya R. Memed Sastrahadiprawira dkk. Dalam penelitian ini digunakan metode
deskriptif. Data dikumpulkan melalui teknik studi pustaka. Data yang terkumpul diolah
dengan teknik analisis unsur langsung. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa struktur
formal Wawacan Mahabarata meliputi guru gatra, guru wilangan, guru lagu, watak pupuh,
dan sasmita pupuh. Struktur naratif Wawacan Mahabarata memiliki tema sosial, ada 162
tokoh, latar cerita (tempat, waktu, suasana), dan alur maju. Nilai etnopedagogik dalam cerita
ini tergambar dari moral kemanusiaan, yakni moral manusia terhadap Tuhan, moral manusia
kepada diri pribadi, moral manusia kepada manusia lain, moral manusia kepada alam, moral
manusia kepada waktu, dan moral manusia dalam mencapai kepuasan lahir batin.
Abstract
This study aims to describe the structure of Wawacan Mahabharata and its ethnopedagogic
values. The data source of this study data is the book Wawacan Mahabharata of R. Memed
Sastrahadiprawira et al. This study used descriptive method. Data collected through
literature study techniques. The collected data is processed by direct element analysis
technique. Based on the research results, it is found that the formal structure of Wawacan
Mahabharata includes guru gatra, guru wilangan, guru lagu, watak pupuh, and sasmita
pupuh. The narrative structure of Wawacan Mahabharata has a social theme. There are 162
characters, story background (place, time, atmosphere), and forward sequel. The
ethnopedagogic value in this story is depicted from the moral of humanity, the moral of
human to God, the moral of human to themself, the moral of human to other human beings,
the moral of human to nature, the moral of human to time, and the moral of human in
achieving physical and mental satisfaction.
39
40 | LOKABASA Vol.8, No.1, April 2017
8-u, 8-i, 8-a, dan 8-a. Kesalahan penulisan kelompok Kurawa serta tokoh-tokoh di
pupuh Wirangrong terdapat pada bait ke-4 sekitar kedua kelompok tersebut. Tokoh-
larik ke-1. tokoh cerita yang utama dalam Wawacan
Hasil analisis watak pupuh Mahabarata adalah Yudistira, Bima,
menunjukkan bahwa pupuh Asmarandana Aruna, Suyudana, Kresna, Bisma,
menggambarkan saling mengasihi dan Destarata, Sakuni dan Dorna.
kasih sayang; pupuh Dangdanggula Tokoh cerita tambahan adalah
menggambarkan keagungan dan kebaha- Sentanu, Setyawati, Pandu, Pratipa, Prabu
giaan; pupuh Durma menggambarkan Hasti, Kuru, Barata, Dasa, Abiyasa,
marah dan perang; pupuh Kinanti meng- Prasara, Citragada, Wicitrawirya, Amba,
gambarkan keprihatinan; pupuh Magatru Ambika, Ambalika, Salwa, Dewa Siwa,
menggambarkan keprihatinan; pupuh Srikandi, Destarata, Drupada, Suharta,
Maskumambang menggambarkan nelangsa Rara Rugu, Dewi Kunti, Basudewa,
dan keprihatinan; pupuh Pangkur meng- Bismaka, Sura, Ugrasena, Dewi Madrim,
gambarkan nasu, amarah, dan perang; Salya, Gandari, Batara Darma, Batara
pupuh Pucung menggambarkan ajaran; Bayu, Batara Indra, Batara Aswin, Nakula,
pupuh Sinom menggambarkan kegem- Sadewa, Dursasana, Dulasa, Karna,
biraan dan kesenangan; serta pupuh Widura, Baradwaya, Aswatama, Ekalaya,
Wirangrong menggambarkan rasa malu. Batara Surya, Batara Guru, Adirata,
Hasil analisis sasmita pupuh Purocana, Jurumudi, Hidimbi, Hidimba,
ditemukan ada dua sasmita pupuh yang Gatitgaca, Baka, Erawan, Ijrapa, Drupadi,
digunakan dalam Wawacan Mahabarata, Destajumena, Baladewa, Kresna, Subadra,
yaitu dangdanggula untuk menggambar- Buta, Kowara, Ulupi, Rawan, Abimanyu,
kan penggantian pupuh Dangdanggula dan Waruna, Agni, Jarasanda, Supala,
megat untuk mengambarkan penggan- tian Damagosa, Srutaswara, Maitreya,
pupuh Magatru. Sanyaya, Dewi Uma, Baradaswa, Nala,
Damayanti, Lomasa, Sukania, Kama,
Analisis Struktur Naratif Wawacan Markadea, Sawitri, Batara Yama,
Mahabarata Banaspati, Kangka, Balawa, Wrehanala,
Dalam menganalisis struktur naratif Dama Gratika, Tantripala, Malini, Kicaka,
Wawacan Mahabarata digunakan teori dari Utara, Utari, Setyaki, Nyai Rada, Susarma,
Robert Stanton (2012:20) yang menye- Trigarta, Bagadata, Buriswara, Soma,
butkan bahwa struktur prosa fiksi terdiri Jayadata, Sudaksina, Brehadbale,
atas tema, fakta cerita (tokoh, latar, dan Behadnata, Citragada, Kretawarma, Nila,
alur), serta sarana sastra. Tetapi, dalam Krepa, Destraketu, Jayasena,
penelitian ini hanya dianalisis tema dan Hiranyawarma, Rukma, Matsyapati,
fakta ceritanya saja karena dianggap cukup Wratsangka, Seta, Dewa Wisnu, Srenggi,
untuk mengetahui nilai etnopedagogik. Wersaya, Jayadrata, Lasmana, Pratipea,
Berdasarkan analisis struktur cerita Gayaksa, Saraba, Lembusana, Lembana,
dalam Wawacan Mahabarata ditemukan Kala Srenggi, Kalana Sura, Raa Bargawa,
"+0,+% 1#4+% -#$!1+% + +(+0% 56#0! '7+.% Badega, Warsa Komara, Kerpa,
898!+(:;% <+(% !.!% 1#$(!0+1% +$!% 69.=(!6% -#$!1+% Kertawarma, Pancawala, Usinara,
yang menggambarkan kehidupan di Jayadagni, Rinuka, Parikesit, Kali,
lingkungan kerajaan Astina dan kerajaan Dwapara, Narada, Yadawa, Samba, Jara,
Amarta. Daruka.
Tokoh cerita dalam Wawacan Dilihat dari perilaku tokoh terdiri
Mahabarata dilihat dari kedudukannya di atas tokoh protagonis dan tokoh antagonis.
kerajaan sebagai kelompok Pandawa dan Tokoh protagnis merupakan tokoh-tokoh
Fajar Sukma Nur Alam: Wawacan Mahabarata... | 43
batin tergambar dari sikap tokoh yang dalam mencapai kebahagian lahir dan
beruasaha untuk mencapai keinginannya batin, yang tercermin dari sikap tokoh yan-
walaupun dengan resiko yang besar. g berusaha mencapai keinginannya.