Anda di halaman 1dari 6

WAWACAN MAHABARATA

KARYA R. MEMED SASTRAHADIPRAWIRA DKK.


(Kajian Struktural dan Etnopedagogik)

Fajar Sukma Nur Alam


STKIP Muhammadiyah Kuningan
Pos-el: aa_ajay89@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur wawacan Mahabarata dan nilai
etnopedagogik yang terdapat di dalamnya. Sumber data penelitian ini adalah buku Wawacan
Mahabarata karya R. Memed Sastrahadiprawira dkk. Dalam penelitian ini digunakan metode
deskriptif. Data dikumpulkan melalui teknik studi pustaka. Data yang terkumpul diolah
dengan teknik analisis unsur langsung. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa struktur
formal Wawacan Mahabarata meliputi guru gatra, guru wilangan, guru lagu, watak pupuh,
dan sasmita pupuh. Struktur naratif Wawacan Mahabarata memiliki tema sosial, ada 162
tokoh, latar cerita (tempat, waktu, suasana), dan alur maju. Nilai etnopedagogik dalam cerita
ini tergambar dari moral kemanusiaan, yakni moral manusia terhadap Tuhan, moral manusia
kepada diri pribadi, moral manusia kepada manusia lain, moral manusia kepada alam, moral
manusia kepada waktu, dan moral manusia dalam mencapai kepuasan lahir batin.

Kata kunci: wawacan, struktural, etnopedagogik

WAWACAN MAHABARATA OF R. MEMED SASTRAHADIPRAWIRA et al.


LITERARY WORKS
(Structural and Ethnopedagogic Studies)

Abstract

This study aims to describe the structure of Wawacan Mahabharata and its ethnopedagogic
values. The data source of this study data is the book Wawacan Mahabharata of R. Memed
Sastrahadiprawira et al. This study used descriptive method. Data collected through
literature study techniques. The collected data is processed by direct element analysis
technique. Based on the research results, it is found that the formal structure of Wawacan
Mahabharata includes guru gatra, guru wilangan, guru lagu, watak pupuh, and sasmita
pupuh. The narrative structure of Wawacan Mahabharata has a social theme. There are 162
characters, story background (place, time, atmosphere), and forward sequel. The
ethnopedagogic value in this story is depicted from the moral of humanity, the moral of
human to God, the moral of human to themself, the moral of human to other human beings,
the moral of human to nature, the moral of human to time, and the moral of human in
achieving physical and mental satisfaction.

Keywords: wawacan, structural, etnopedagogic

39
40 | LOKABASA Vol.8, No.1, April 2017

PENDAHULUAN quotient), jembar budayana (emotional


Wawacan merupakan salah satu quotient), dan rancage gawena (actional
jenis sastra lama yang tersebar di wilayah quotient).
Sunda. Mendalami wawacan bukan Catur diri insan merujuk kepada
perkara yang mudah seperti halnya karya moral yang menjadi pandangan hidup
sastra lainnya. Padahal wawacan kaya akan orang Sunda, yaitu moral manusia kepada
pandangan hidup, filsafat dan nilai-nilai Tuhan (MMT), moral manusia kepada diri
luhur yang perlu diperkenalkan kepada pribadi (MMP), moral manusia kepada
masyarakat. Tetapi, masyarakat sekarang manusia lain (MMM), moral manusia
jarang sekali membaca wawacan, akibat- kepada waktu (MMW), moral manusia
nya masyarakat sekarang kurang mengenal keada alam (MMA), dan moral manusia
bentuk wawacan. Kurangnya media dalam mencapai kebahagian lahir dan batin
informasi yang mengenalkan karya sastra (MMLB) (Warnaen dkk, 1987:8).
lama mengakibatkan masyarakat zaman Sebagai cerita dalam bentuk
sekarang tidak mengenal bentuk karya tulisan, Wawacan Mahabarata bisa
sastra lama. Oleh karena itu, perlu adanya dianalisis dari segi struktur dan nilai-nilai
upaya untuk mengenalkan wawacan moral dalam lingkup etnopeadgogik. Sehu-
kepada masyarakat. bungan dengan hal tersebut, penelitian ini
Wawacan merupakan karya sastra !"#$!% &' '(% )*+,+-+.% /+0+"+$+1+% 2+$3+%
lama yang dibentuk oleh beberapa jenis R. Memed Sastrahadiprawira dkk. (Kajian
pupuh seperti dijelaskan oleh Iskandar- Struktur dan Etnopedgogik).
wassid (1996:168) bahwa wawacan adalah Penelitian ini akan menjelaskan
cerita yang didangding, disajikan dalam gambaran isi cerita Wawacan Mahabarata;
bentuk puisi pupuh, umumnya panjang struktur cerita Wawacan Mahabarata; dan
serta sering berganti pupuh, biasanya nilai etbopedagogik yang terkandung
berbarengan dengan bergantinya episode. dalam Wawacan Mahabarata.
Wawacan merupakan karya sastra Tujuan umum penelitian ini untuk
hasil pemikiran manusia yang kaya akan mengetahui dan memaparkan jenis karya
nilai-nilai moral yang perlu diteliti untuk sastra lama yang berupa wawacan. Secara
memberi gambaran kehidupan masyarakat. khusus penelitian ini untuk memaparkan
Seperti gambaran tentang moral manusia Wawacan Mahabarata berdasarkan isi
kepada Tuhan, moral manusia keoada diri cerita, struktur cerita, dan nilai etno-
pribadi, moral manusia kepada manusia pedagogiknya.
lain, moral manusia kepada waktu, moral Penelitian ini sangat bermanfaat
manusia keada alam, dan moral manusia bagi secara teortis maupun secara praktis.
dalam mencapai kebahagian lahir dan Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat
batin. dimanfaatkan untuk dijadikan dokumentasi
Sejalan dengan penelitian yang dalam perkembangan sastra Sunda,
akan membahas etnopedagogik dalam khususnya karya sastra Sunda lama yang
wawacan bahwa etnopeagogik berpusat berbentuk wawacan. Penelitian ini pun
pada keunggulan manusia secara paripurna dapat dijadikan sebagai sumber referensi
yang mempunyai pengalaman lahiran dan bagi penelitian karya sastra Sunda lama.
batiniah (Sudaryat, 2015:124). Karena Secara praktis, hasil penelitian ini dapat
mempunyai pengalaman lahir dan batin, dimanfaatkan bagi masyarakat untuk
pusat etnopedagogik Sunda menciptakan memberi pengetahuan tentang wawacan
catur diri insan selaku manusia unggul, dan bagi peneliti dapat dijadikan sebagai
yaitu pengkuh agamana (spiritual penambah pengetahuan mengenai struktur
quotient), luhung elmuna (intelectual dan nilai etnopedagogik wawacan.
Fajar Sukma Nur Alam: Wawacan Mahabarata... | 41

METODE Pupuh dalam Wawacan


Sumber data dalam penelitian ini Mahabarata terdiri atas sebelas jenis pupuh
adalah buku Wawacan Mahabarata karya dan 2842 bait. Pupuh yang ada dalam
R. Memed Sastrahadiprawira, R. Wawacan Mahabarata yaitu (1) Kinanti,
Satjadbrata, dan M.A. Salmun, yang (2) Sinom, (3) Asmarandana, (4)
disadur dari Cerita Mahabarata karya Dangdanggula, (5) Mijil, (6) Pucung, (7)
Wyasa. Buku ini diterbitkan oleh Balai Maskumambang, (8) Pangkur, (9) Durma,
Pustaka tahun 1949, ukuran buku 17,7 x (10) Magatru, dan (11) Wirangrong.
23,3 cm, tebalnya 284 halaman. Hasil analisis berasarkan guru lagu
Dalam penelitian ini digunakan dan guru wilangan ditemukan pupuh yang
metode deskriptif untuk mendeskripsikan sesuai dengan aturan dan pupuh yang tidak
hasil analsisi Wawacan Mahabarata. sesuai dengan aturan. Pupuh yang sesuai
Instrumen pengumpul data yang dengan aturan adalah pupuh Magatru dan
digunakan dalam penelitian ini adalah pupuh Pucung. Sementara, pupuh yang
kartu data. Untuk mengumpulkan data tidak sesuai dengan aturan adalah pupuh
digunakan teknik studi pustaka. Data yang Asmarandana, Dangdanggula, Dura,
terkumpul dianalisis dengan teknik analisis Kinanti, Maskumambang, Mijil, Pangkur,
unsur langsung. Sinom, dan pupuh Wirangrong.
Penelitian terhadap Wawacan Pertama, aturan penulisan pupuh
Mahabarata dilakukan elalui beberapa Asmarandana yaitu 8-i, 8-a, 8-e/o, 8-a, 7-a,
langkah, yakni (1) memperhatikan data 8-u, dan 8-a. Kesalahan penulisan terdapat
yang telah dikumpulkan; (2) membuat pada bait ke-1 larik ke-3. Kedua, aturan
klasifikasi data berdasarkan struktur dan penulisan pupuh Dangdanggula yaitu 10-i,
nilai etnopedagogik; (3) menganalisis 10-a, 8e/o, 7-u, 9-i, 7-a, 6-u, 8-a, 12-i, dan
wawacan berdasarkan struktur cerita dan 7-a. Kesalahan penulisan terdapat pada bait
nilai etnopedagogik; (4) mendeskripsikan ke-4 larik ke-9 dan bait ke-11 bait ke-5.
wawacan Mahabarata berdasarkan hasil Ketiga, aturan penulisan pupuh Durma
analisis; dan (5) menafsirkan dan yaitu 12-a, 7-i, 6-a, 7-a, 8-i, 5-a, dan 7-i.
menyimpulkan struktur cerita dan nilai Kesalahan penulisan pupuh durma terdapat
etnopedagogik. pada bait ke-10 larik ke-6. Keempat, aturan
penulisan pupuh Kinanti yaitu 8-u, 8-i, 8-a,
HASIL DAN PEMBAHASAN 8-i, 8-a, dan 8-i. Kesalahan penulisan
Analisis Struktur Wawacan Mahabarata pupuh Kinanti terdapat pada bait ke-7 larik
Anaisis struktur Wawacan ke-3, bait ke-12 larik ke-3, dan bait ke-17
Mahabarata terbagi menjadi dua bagian, larik ke-2. Kelima, aturan penulisan pupuh
yaitu analisis struktur formal dan analisis Maskumam- bang yaitu 12-i, 6-a, 8-i, dan
struktur naratif. 8-a. Kesalahan penulisan pupuh
Maskumambang terdapat pada bait ke-10
Analisis Struktur Formal Wawacan larik ke-1. Keenam, aturan penulisan
Mahabarata pupuh Pangkur yaitu 8-a, 11-i, 8-u, 7-a,
Dalam menganalisis struktur 12-u, 8-a, dan 8-i. Kesalahan penulisan
formal Wawacan Mahabarata dignakan pupuh Pangkur terdapat pada bait ke-10
teori Hermansoemantri dalam Ruhaliah larik ke-1 dan bait ke-12 larik ke-2.
(2013:14) yang menyatakan bahwa Ketujuh, aturan penulisan pupuh Sinom
wawacan sebagai bentuk pupuh dan dalam yaitu 8-a, 8-i, 8-a, 8-i, 7-i, 8-u, 7-a, 8-i, dan
struktur penulisan harus memperhatikan 12-a. Kesalahan penulisan pupuh Sinom
patokan guru lagu, guru wilangan, watak, terdapat pada bait ke-2 larik ke-6. Aturan
dan sasmita pupuh. penulisan pupuh Wirangrong yaitu 8-i, 8-o,
42 | LOKABASA Vol.8, No.1, April 2017

8-u, 8-i, 8-a, dan 8-a. Kesalahan penulisan kelompok Kurawa serta tokoh-tokoh di
pupuh Wirangrong terdapat pada bait ke-4 sekitar kedua kelompok tersebut. Tokoh-
larik ke-1. tokoh cerita yang utama dalam Wawacan
Hasil analisis watak pupuh Mahabarata adalah Yudistira, Bima,
menunjukkan bahwa pupuh Asmarandana Aruna, Suyudana, Kresna, Bisma,
menggambarkan saling mengasihi dan Destarata, Sakuni dan Dorna.
kasih sayang; pupuh Dangdanggula Tokoh cerita tambahan adalah
menggambarkan keagungan dan kebaha- Sentanu, Setyawati, Pandu, Pratipa, Prabu
giaan; pupuh Durma menggambarkan Hasti, Kuru, Barata, Dasa, Abiyasa,
marah dan perang; pupuh Kinanti meng- Prasara, Citragada, Wicitrawirya, Amba,
gambarkan keprihatinan; pupuh Magatru Ambika, Ambalika, Salwa, Dewa Siwa,
menggambarkan keprihatinan; pupuh Srikandi, Destarata, Drupada, Suharta,
Maskumambang menggambarkan nelangsa Rara Rugu, Dewi Kunti, Basudewa,
dan keprihatinan; pupuh Pangkur meng- Bismaka, Sura, Ugrasena, Dewi Madrim,
gambarkan nasu, amarah, dan perang; Salya, Gandari, Batara Darma, Batara
pupuh Pucung menggambarkan ajaran; Bayu, Batara Indra, Batara Aswin, Nakula,
pupuh Sinom menggambarkan kegem- Sadewa, Dursasana, Dulasa, Karna,
biraan dan kesenangan; serta pupuh Widura, Baradwaya, Aswatama, Ekalaya,
Wirangrong menggambarkan rasa malu. Batara Surya, Batara Guru, Adirata,
Hasil analisis sasmita pupuh Purocana, Jurumudi, Hidimbi, Hidimba,
ditemukan ada dua sasmita pupuh yang Gatitgaca, Baka, Erawan, Ijrapa, Drupadi,
digunakan dalam Wawacan Mahabarata, Destajumena, Baladewa, Kresna, Subadra,
yaitu dangdanggula untuk menggambar- Buta, Kowara, Ulupi, Rawan, Abimanyu,
kan penggantian pupuh Dangdanggula dan Waruna, Agni, Jarasanda, Supala,
megat untuk mengambarkan penggan- tian Damagosa, Srutaswara, Maitreya,
pupuh Magatru. Sanyaya, Dewi Uma, Baradaswa, Nala,
Damayanti, Lomasa, Sukania, Kama,
Analisis Struktur Naratif Wawacan Markadea, Sawitri, Batara Yama,
Mahabarata Banaspati, Kangka, Balawa, Wrehanala,
Dalam menganalisis struktur naratif Dama Gratika, Tantripala, Malini, Kicaka,
Wawacan Mahabarata digunakan teori dari Utara, Utari, Setyaki, Nyai Rada, Susarma,
Robert Stanton (2012:20) yang menye- Trigarta, Bagadata, Buriswara, Soma,
butkan bahwa struktur prosa fiksi terdiri Jayadata, Sudaksina, Brehadbale,
atas tema, fakta cerita (tokoh, latar, dan Behadnata, Citragada, Kretawarma, Nila,
alur), serta sarana sastra. Tetapi, dalam Krepa, Destraketu, Jayasena,
penelitian ini hanya dianalisis tema dan Hiranyawarma, Rukma, Matsyapati,
fakta ceritanya saja karena dianggap cukup Wratsangka, Seta, Dewa Wisnu, Srenggi,
untuk mengetahui nilai etnopedagogik. Wersaya, Jayadrata, Lasmana, Pratipea,
Berdasarkan analisis struktur cerita Gayaksa, Saraba, Lembusana, Lembana,
dalam Wawacan Mahabarata ditemukan Kala Srenggi, Kalana Sura, Raa Bargawa,
"+0,+% 1#4+% -#$!1+% + +(+0% 56#0! '7+.% Badega, Warsa Komara, Kerpa,
898!+(:;% <+(% !.!% 1#$(!0+1% +$!% 69.=(!6% -#$!1+% Kertawarma, Pancawala, Usinara,
yang menggambarkan kehidupan di Jayadagni, Rinuka, Parikesit, Kali,
lingkungan kerajaan Astina dan kerajaan Dwapara, Narada, Yadawa, Samba, Jara,
Amarta. Daruka.
Tokoh cerita dalam Wawacan Dilihat dari perilaku tokoh terdiri
Mahabarata dilihat dari kedudukannya di atas tokoh protagonis dan tokoh antagonis.
kerajaan sebagai kelompok Pandawa dan Tokoh protagnis merupakan tokoh-tokoh
Fajar Sukma Nur Alam: Wawacan Mahabarata... | 43

yang berperilaku psositif, sedaangkan Analisis alur dalam cerita


tokoh antagonis merupakan tokoh-tokoh Wawacan Mahabarata terdiri dari sebelas
yang berperilaku negatif. Di antara tokoh- episode dengan menggunakan alur maju.
tokoh antagonis dalam Wawacan
Mahabarata yaitu Setyawati, Dewi Amba, Analisis Etnopedagogik dalam Wawacan
Kurawa, Suyudana, Karna, Sangkuni, Mahabarata
Hidimba, Dorna, dan Aswatama. Analisis etnopedagogik dalam
Dilihat dari wataknya, tokoh cerita Wawacan Mahabarata mengacu kepada
dibedakan atas pelaku kompleks seperti moral kemanusiaan, yaitu moral manusia
Sentanu, Setyawati, Bisma, Bima, kepada Tuhan (MMT), moral manusia
Suyudana, Drupada, Dorna, Arjuna, kepada diri pribadi (MMP), moral manusia
Yudistira, Karna, Kresna, Kurawa, kepada manusia lain (MMM), moral
Gatotgaca, Aswatama, dan Sakuni. Tokoh manusia kepada waktu (MMW), moral
sederhana dalam cerita Wawacan Maha- manusia keada alam (MMA), dan moral
barata yaitu Prabu Hasti, Dewi Amba, manusia dalam mencapai kebahagian lahir
Suharta, Dewi Kunti, Supala, Dursasana, dan batin (MMLB) (Warnaen dkk,
Drupadi, Batara Indra, dan Banaspati. 1987:8). Keenam moral kemanusiaan
Dilihat dari kriterianya dibedakan tersebut masing-masing dipaparkan
atas tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh sebagai berikut.
dinamis yaitu Dorna, Setyawati, Hidimbi, Pertama, analisis moral manusia
Bima, Sakuni, Karna, Yudistira, Bisma, terhadap Tuhan tergambar dari keper-
dan Destarata. cayaan masyarakat kepada Dewa. Juga
Dilihat dari pencerminan, masyaraat yang taat pada ajaran agama.
dibedakan tokoh tipikal dan tokoh netral. Kedua, analisis moral manusia
Tokoh tipikal yaitu Pandawa, Yusidtira, kepada diri pribadi tergambar dari sifat-
Arjuna, Bima, Sentanu, Bisma, Setyawati, sifat yang dimiliki oleh para tokoh cerita
Abiayasa, Kresna, Suyudana, Destarata, seperti adil, jujur, pemarah, bijaksana,
dan Sakuni. teguh pendirian, dendam, sabar, setia, tidak
Analisis latar dalam Wawacan egois, dan iri hati.
Mahabarata terbagi menjadi latar tempat, Ketiga, analisis moral manusia
waktu, dan latar sosial. Latrar tempat kepada manusia lain tergambar dari sikap
terdiri atas lingkungan kerajaan yang tokoh terhadap tokoh lain yang saling
berada dalam lingkup negara Hindustan. menolong, taat kepada aturan, tidak pilih
Latar waktu terdiri atas waktu berdasarkan kasih, rukun sesama keluarga, tidak me-
titimangsa sepeti hiji mangsa, hiji wanci, ngambil hak orang lain, saling memaafkan,
hiji waktos, lima ratus taun ka tukang, saling menghargai, dan saling mem-
tengah poe, poe kadua, poe katilu, poe percayai.
kasapuluh, beurang, peuting, burit, siang- Kelima, analisis moral manusia
wengi, enjing-enjing, subuh, magrib, terhadap alam tergambar dari sikap para
sareuna, isukna, isukan, usum halodo, dan tokoh dalam memanfaatkan sesuatu yang
katiga. Berdasarkan durasi yaitu sataun, berhubungan dengan alam termasuk me-
tilu welas taun, dua belas taun, tujuh taun, manfaatkan tumbuh-tumbuhan.
tilu rebu taun, lima welas taun, dan Keenam, analisis moral manusia
sasasih. Latar sosial yaitu keadaan terhadap waktu tergambar dari sikap para
kerajaan-kerajaan di Hindustan, khususnya tokoh dalam memanfaatkan dan meng-
kerasaan Astina. hargai waktu.
Ketujuh, analisis moral manusia
dalam memncapai kebahagiaan lahir dan
44 | LOKABASA Vol.8, No.1, April 2017

batin tergambar dari sikap tokoh yang dalam mencapai kebahagian lahir dan
beruasaha untuk mencapai keinginannya batin, yang tercermin dari sikap tokoh yan-
walaupun dengan resiko yang besar. g berusaha mencapai keinginannya.

Simpulan PUSTAKA ACUAN


Struktur formal Wawacan Maha- Iskandarwassid. (1996). Kamus Istilah
barata berasarkan guru lagu dan guru Sastra. Bandung: CV Geger Sunten.
wilangan ditemukan pupuh yang sesuai Ruhaliah. (2013). Sejarah Sastra Sunda.
dengan aturan dan pupuh yang tidak sesuai Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa
dengan aturan. Pupuh yang sesuai dengan Daerah FPBS UPI.
aturan adalah pupuh Magatru dan pupuh Sudaryat, Yayat. (2015). Wawasan
Pucung. Sementara, pupuh yang tidak Kesundaan. Bandung: Jurusan Pen-
sesuai dengan aturan adalah pupuh didikan Bahasa Daerah FPBS UPI.
Asmarandana, Dangdanggula, Dura, Stanton, Robert. (2012). Teori Fiksi.
Kinanti, Maskumambang, Mijil, Pangkur, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sinom, dan pupuh Wirangrong. Struktur Warnaén, Suwarsih spk. (1987). Pan-
narataf Wawacan Mahabarata mengacu dangan Hidup Orang Sunda Seperti
kepada tema, tokoh, latar, dan alur. Tercermin Dalam Tradisi Lisan dan
Analisis tokoh dilihat dari kedudukan, Sastra Sunda. Bandung: Departemen
watak, kriteria, dan penceriman. Analisis Pendidikan dan Kebudayaan Direk-
latar terdiri atas latar tepat, waktu, dan torat Jenderal Kebudayaan Bagian
latar sosial. Analisis etnopedagogik dalam Proyek Penelitian dan Pengkajian
Wawacan Mahabarata mengacu kepada Kebudayaan Sunda.
moral kemanusiaan, yaitu (1) moral
manusia kepada Tuhan, yang tercermin Ucapan Terimakasih
dari kepercayaan kepada dewa; (2) moral Saya ucapkan terimakasih pada Allah
manusia kepada diri pribadi, yang S.W.T. yang terus memberikan nikmat
tercermin dari karakter tokoh; (3) moral sehingga makalah ini rampung dikerjakan.
manusia kepada manusia lain, yang Terimakasih pada seluruh dosen Prodi.
tercemin dari sikap tokoh kepada tokoh Pendidikan Bahasa dan Budaya Sunda,
lain; (4) moral manusia kepada waktu, terutama pada Dr. H. Yayat Sudaryat,
yang tercermin dari sikap tokoh yang M.Hum dan Dr. Dedi Koswara, M. Hum.
memanfaatkan dan menghargai waktu; (5) yang memberi masukan perihal tulisan ini.
moral manusia kepada alam, yang ter- Terimakasih juga kepada pihak jurnal yang
cermin dari sikap tokoh yang meman- telah bersedia menerbitkan artikel ini.
faatkan alam; dan (6) moral manusia

Anda mungkin juga menyukai