Anda di halaman 1dari 206

1

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Geguritan Dharmawisesa merupakan salah satu bentuk karya sastra puisi Bali tradisional yang dibangun berdasarkan pupuh-pupuh. Geguritan tersebut dikarang oleh I Gusti Ketut Kontoran ( Almarhum ), yang beralamat di Banjar Bona Kangin Gianyar, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar Bali. Si pengarang sangat banyak mentran ormasikan a!aran"a!aran dan nilai"nilai luhur agama #indu yang patut untuk diamalkan sehari"hari. A!aran tentang nilai-nilai pendidikan agama mendapat porsi yang lebih banyak daripada a!aran"a!aran lainnya di dalam karya sastra tersebut. A!aran tentang tu!uan hidup dan pandangan hidup merupakan suatu usaha untuk men!aga keseimbangan kehidupan, karena pada kenyataannya, bah$a tu!uan beragama adalah menu!u keseimbangan. %ang dimaksud tidak sa!a ber$u!ud

keseimbangan isik (!asmani) sa!a, namun !uga mencakup keseimbangan yang bersi at rohani. &i dalam a!aran agama #indu, moksa dan jagadhta merupakan $u!ud dari keseimbangan hidup tersebut dan merupakan tu!uan utama dari umat #ndu. &alam kitab Whaspatitattwa sloka '( dinyatakan sebagai salah satu di antara tu!uh bentuk pelaksanaan dharma. Adapun kutipan sloka tersebut sebagai berikut ) *Sila ngaraning mangrakscara rahayu, yaja ngaraning manghanakn homa, tapa ngaraning umatndriyanya, tan win h ring wiayanya, dana ngaraning w w h, prawrajya ngaraning wiku anasaka !hiku ngaraning 1

'

dikita, yoga ngaraning magaw samadhi nahan praty kaning ngaranya"#$utraSadia, %&&' ( )% *. +er!emahannya)

dharma

* ,erbuatan mulia, yajna, tapa, dana punia, meninggalkan keluarga dan hidup dari sedekah, yoga, inilah secara singkat yang disebut dharma. ila artinya, melakukan perbuatan yang baik, yajna artinya melakukan pemu!aan api, tapa artinya men!adi wiku yang melakukan tapa !ratha, !hiku artinya seorang yang didikita, yoga berarti melakukan meditasi, itulah beberapa macam ciri dharma". -raian sloka di atas memberikan penekanan pada dharma, bah$a dharma dapat berarti ke$a!iban, keba!ikan, dan kebenaran. Secara spesisi ik geguritan dharmawisesa memuat hal"hal yang berkaitan dengan tu!uan hidup umat #indu yang terkonsep di dalam +atur $urusa ,rtha.Konsep tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut ini( 1) ,sih, yaitu mengasihi dan menyayangi sesama makhluk hidup, sesama ciptaan -yang Widhi, .anusia hendaknya saling harga menghargai, cinta mencintai, hornat menghormati, dan mengamalkan a!aran tat twam asi terhadap semua makhluk, agar ter$u!ud kerukunan, kedamaian, dan keharmonisan dalam kehidupan serta ter$u!udnya masyarakat yang se!ahtera. ') $unia, yaitu kemauan dan keikhlasan untuk !erdana punia dalam bentuk pemberian sedekah, untuk me$u!udkan rasa cinta kasih terhadap sesama hidup dengan cara saling tolong menolong agar berman aat bagi orang lain. /) Bhakti, yaitu bersu!ud dengan keiklasan dan kerendahan hati kehadapan -yang Widhi dalam bentuk ibadah dan pelaksanaan upacara yajna.

0) .enumbuhkan rasa kasih sayang pada sesama dan kepedulian terhadap orang lain, dengan mengamalkan a!aran catur paramitha, yaitu maitri, karuna, mudita, upeksa. (1) .aitri, artinya kasih sayang kepada semua makhluk, dengan mengembangkan rasa dan sikap persaudaraan untuk menu!u kese!ahteraan dunia yang disebut jagadhita. (') Karuna, adalah sikap yang selalu berusaha menghilangkan penderitaan semua makhluk, sehingga setiap perkataan selalu di!aga agar tidak menyakiti orang lain. (/) .udita, adalah selalu berpikiran baik dan mau menerima petun!uk orang lain.Berusaha untuk men!adikan orang lain senang dan bahagia. (0) /peksa, dapat mempertimbangka mana yang baik dan mana pula yang tidak baik, ilhlas dan tidak mengharapakan imbalan berupa harta benda dan !uga menghindari pu!ian dan san!ungan. Inti dari a!aran catur paramitha adalah cinta kasih terhadap semua makhluk. A!aran cinta kasih dapat mengangkat martabat manusia men!adi makhluk mulia di dunia ini, oleh karena itu, a!aran +atur $urusa ,rtha dan +atur $aramitha $a!ib hukumnya dan harus dilakukan oleh seluruh umat manusia, lebih"lebih umat yang beragama #indu. Kitab sici .anawa Dharmasastra menegaskan ke$a!iban manusia yang harus dilakukan menurut tingkatan !aman atau yuga.+ahapan !aman itu terdiri dari kerta yuga, treta yuga, dwapara yuga dan kali yuga . .engenai perbedaan ke$a!iban tiap yuga tersebut dapat dikutip dari sloka kitab suci .anawa Dharmasastra seperti di ba$ah ini) * ,nye krtayuga dharmastre tayam dwapare pare

,nye kaliyuge nrrnam yugahrasanu rupatah" # .anawa Dharmasastra, I.1() +er!emahannya ) *Ke$a!iban manusia di !aman kerta yuga berbeda dari ke$!iban"ke$a!iban yang ditentukan di jaman treta yuga, di !aman dwapara yuga, demikian pula di jaman kali yuga2 Selan!utnya .anawa Dharmasastra I.13 men!elaskan sebagai berikut) 0 1apah param krtayuge tretayam jnanam ucyate dwapare yajna ewahur dana ekam kalay yuga". +er!emahannya) *&i !aman krta yuga, tapa adalah sangat mulia,di dalam !aman trta yuga ilmu pengetahuan yang sangat utama, di !aman dwa para yuga melaksanakan yajna besar adalah mulia, namun pada !aman kali yuga danalah yang sangat mulia2. &ari uraian kitab suci di atas dapat di!elaskan bah$a setiap orang $a!ib melaksanakan dharma. &ari uraian di atas peneliti sangat tertarik untuk mengka!i geguritan tersebut ke dalam karya ilmiah dengan alasan bah$a geguritan Dharmawisesa merupakan salah satu karya sastra yang mampu mentran ormasikan nilai"nilai luhur a!aran agama #indu yang masih rele4an sampai saat ini, dan a!aran tersebut perlu diamalkan di dalam kehidupan sehari"hari untuk dapat men!aga keseimbangan dan kedamaian hidup. Geguritan Dharmawisesa menggambarkan secara gamblang dan menguraikan a!aran tentang pegangan hidup dan pandangan hidup yang perlu dika!i secara mendalam untuk dapat diangkat men!adi karya ilmiah, dan sepan!ang pengetahuan penulis belum ada peneliti lain yang mengka!i nilai"nilii pendidikan agama #indu yang terkandung di dalam geguritan geguritan

Dharmawisesa. &engan ter$u!udnya penelitian ini diharapkan

Dharmawisesa mendapat tempat di hati masyarakat Bali seperti geguritan yang lain. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka hal"hal yang men!adi permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ) 1) Bagaimakah bentuk geguritan Dharmawisesa 2 ') Bagaimanakah struktur geguritan Dharmawisesa 2 /) 5ilai"nilai pendidikan apa sa!a yang terkandung dalam geguritan

Dharmawisesa6 1.3 Tujuan Penel t an Setiap akti4itas penelitian senantiasa berorientasi pada tu!uan yang !elas dan terarah sebagai target yang hendak dicapai agar dapat membimbing peneliti dalam men!a$ab problema yang dikemukakan dalam rumusan masalah di atas. +u!uan penelitian ini dapat dibedakan men!adi dua bagian, yaitu tu!uan umum dan tu!uan khusus. 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertu!uan untuk memahami secara mendalam geguritan Dharmawisesa terutama ka!ian bentuk, struktur dan nilai"nilai pendidikan agama #indu yang terkandung di dalamnya.

1.3.2 Tujuan !husus Secara khusus penelitian ini bertu!uan sebagai berikut ) 1) -ntuk mengetahui bentuk geguritan Dharmawisesa. ') -ntuk mengetahui struktur geguritan Dharmawisesa. /) -ntuk mengungkap nilai"nilai pendidikan agama #indu yang terkandung di dalam geguritan Dharmawisesa. 1." Man#aat Penel t an 1.".1 Man#aat Te$ret s Secara teoretis penelitian ini diharapkan seperti di ba$ah ini) 1) &apat menambah $a$asan keilmuan yang berkaitan dengan tran ormasi dana punia dalam geguritan Dharmawisesa. ') 7a$asan keilmuan yang dimaksud terutama mengenai langkah"langkah dalam mengka!i struktur, tran ormasi dana punia dan nilai"nilai pendidikan agama #indu yang terkandung di dalam geguritan Dharmawisesa. /) #asil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu re erensi bagi penelitian berikutnya untuk mengka!i lebih mendalam dalam aspek yang lain dalam geguritan Dharmawisesa, sehingga khasanah kebudayaan Bali tradisional tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan !aman.

1.".2 Man#aat Prakt s Secara praktis hasil hasil penelitian ini diharapkan berman aat sebagai berikut ini) 1) Sebagai masukan bagi umat #indu, terutama di dalam memoti4asi generasi muda #indu untuk mempela!ari geguritan sebagai salah satu upaya untuk menumbuhkembangkan penghayatan terhadap a!aran agama #indu. ') &i samping itu penelitian ini sebagai upaya untuk pelestarian, dan pengembangan produk seni sastra tradisional supaya tetap a!eg dan berkesinambungan yang telah di$ariskan oleh para leluhur. /) Berman aat bagi para pengarang geguritan pemula, pedoman membuat padalingsa suatu pupuh dalam geguritan Dharmawisesa dapat di!adikan acuan pokok untuk membangun geguritan baru.

BAB II !A%IAN PU&TA!A' DE&!RIP&I !(N&EP' LANDA&AN TE(RI' DAN M(DEL PENELITIAN

2.1 !aj an Pustaka Ka!ian mengenai teks geguritan Dharmawisesa belum ada akhli yang mengka!i atau meneliti secara mendalam baik tentang ka!ian ilosopinya ataupun nilai"nilai pendidikan yang rele4an dan masih patut di!adikan pedoman ethika moral oleh para pendidik di dalam dunia pendidikan khususunya pendidikan agama #indu. 5amun demikian, ter!emahan naskah yang a$alnya ditulis di atas daun lontar, kini sudah ditransliterasi ke dalam huru latin, sehingga sangat mudah dibaca. &i samping itu, beberapa hasil penelitian dan re erensi yang di!umpai dipergunakan !uga sebagai bahan perbandingan dan sebagai acuan dalam penelitian ini. -ntuk itu, akan dipaparkan beberapa tulisan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas di dalam penelitian ini sebagai berikut. 5i 5engah Suparti dalam penelitiannya yang ber!udul nilai"nilai pendidikan ke"+uhanan dalam Geguritan Kawi Swara, disebutkan tentang a!aran"a!aran ke" +uhanan yakni a!aran"a!aran yang kongkrit dan abstrak yakni) 3da suud malajahin4 jani maningkahang awak4 tuture resepresepang4inget-ingetang di manah4 !ilih yan sadia-kasadian4ican 5da Sang -yang 1uduh4 mangicenin panyupatan44 +er!emahannya) 9anganlah putus asa dalam bela!ar:dipergunakan untuk memperbaiki diri, a!aran kebaikan agar selalu diingat, di!adikan pedoman hidup, apabila ada keberuntungsn, atas rahmat +uhan memberkati keselamatan.

Bertolak dari uraian di atas. bah$a ilmu pengtahuan

dapat menuntun

bertingkah laku yang sopan, menghargai dan menghormati orang lain. Geguritan Dukuh Sukla, oleh I Ketut Suba dalam penelitiannya yang ber!dul) 5ilai"nilai ,endidikan Agama #indu dalam Geguritan Dukuh Sukla telah memaparkan pokok" pokok a!aran agama #indu yaitu tentang $anca Sradha sebagai berikut) Singgih Wanten Sanghyang Widhi4 madan wariga, Sami marika munggah4 salwiring apa-apane4 yening ala miwah ayu4 yadian mati lawan urip4 sami wariga pamatute ditu44 punika patut nikayang4 mangda titian uning ngresepang ne mangkin4 patut nim!al tem!ang durma44 +er!emahannya) Begini: ada +uhan: $ariga namanya: semua ada di sana: berbagai macam: tentang hal yang baik ataupu !elek: mati maupun hidup:: semua $ariga: adalah sebagai ukuran: itu yang patut dia!arkan: agar saya mengetahui sekarang: sampai pada pupuh &urma:: &ari kutipan di atas, digambarkan dengan !elas ke<=saan Sang -yang Widhi dan untuk bagaimana mendekatkan diri kehadapan Beliau. Semua ciptaan Beliau ada baik dan buruknya, tetapi saling melengkapi. I ,utu Sukarma dalam Geguritan Gunatama, serta nilai"nilai yang terkandung di dalamnya, telah memaparkan a!aran reinkarnasi atau kelahiran kembali akibat karma, sebagai berikut) 5 Gunatama nunasang4 tingkah awaknyane jani4 tum!uh dumadya manusa4 apang tahu linging tutur4 katuturane ring swarga4 sing ya mati4 niskalannya apang tatas44 +er!emahannya) 5 Gunatama mohon pen!elasan: mengenai hal yang harus diker!akannya: lahir men!adi manusia: hendaknya mengetahui tentang a!aran: dikisahkan masih di sorga, !ika meninggal kelak: agar mengetahui dengan !elas alam akhirat.

1>

&ari kutipan tersebut di atas, ter!adi dialog yang melukiskan seorang murid dengan seorang guru spiritual tentang hal"hal yang patut dipela!ari kelak setelah lahir kembali ke dunia. 5i ?uh 5yoman Suprapti dalam penelitiannya ber!udul ) 5ilai"nilai ,endidikan dalam Geguritan 6uh 7aras sebagai sumber daya pendidikan tata susila $anita #indu telah memaparkan konsep ideal seorang $anita yakni sebagai kutipan berikut ini) 1uhu teken awak4 murnama tilem ma!resih4 lewihte dewasa melah4 mangastu ayu4 !atah pra ada pada4 mituutin4 !uku tuara ada pada44 +er!emahannya) Sangat telaten dengan diri: setiap hari purnama dan bulan mati: membersikah diri: lebih"lebih pada hari suci: senantiasa memelihara kesucian: para rema!a yang mengikuti: bagaikan tiada yang menyamai:: Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat dinyatakan bah$a ?uh ?aras adalah simbul $anita ideal, karena ?uh ?aras selalu memberikan contoh kepada kaum rema!a di dalam menentukan sikap harus mandiri dan bertanggung!a$ab. &ari beberapa re erensi hasil penelitian tersebut di atas, maka Geguritan Dharma Wisesa memiliki rele4ansi dengan penelitian di atas, karena Geguritan Dharma Wisesa sarat dengan 5ilai"nilai ,endidikan agama #indu yang rele4an dia!arkan sampai pada saat ini. Adapun nilai" nilai yang akan dika!i adalah) 1) 5ilai ,endidikan +att$a, ') 5ilai ,enidikan +ata Susila, /) 5ilai ,endidikan 1at 1wam ,si, dan 0) 5ilai ,endidikan Budi ,ekerti.

11

2.2 Deskr )s !$nse) 2.2.1 N la Kata nilai sering dipergunakan dalam kehidupan sehari"hari baik di sekolah maupun di masyarakat. ,enggunaan kata nilai dalam suatu disiplin ilmu seperti ilmu ekonomi, ilmu alam, ilmu sosial dan budaya akan memiliki arti yang berbeda sesuai dengan penggunaannya. &i sekolah, misalnya dalam proses bela!ar"menga!ar istilah nilai dipergunakan sebagai ukuran untuk mengetahui proses bela!ar sis$a yang dinyatakan dalam bentuk angka. 5ilai atau angka yang diberikan kepada anak didik ber4ariasi sesuai dengan hasil e4aluasi yang diperoleh dari hasil penilaian guru. 5ilai dalam hal ini merupakan suatu alat moti4asi yang memberikan rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan prestasi bela!ar mereka di masa mendatang. ,enggunaan kata nilai dalam konteks di atas bila diperhatikan mengandung pengertian sebagai angka kepandaian terhadap kemampuan anak. &alam Kamus /mum Bahasa 5ndonesia disebutkan pengertian nilai sebagai berikut ) 1. #arga (dalam arti taksiran harga), misalnya tak ada ukuran yang tentu untuk menentukan nilai intan. '. #arga sesuatu (uang ), misalnya !ika diukur atau ditukarkan dengan yang lain misalnya nilai"nilai dolar Amerika mengalami kegoncangan. /. Angka kepandaian, bi!i, ponten, misalnya sekurang"kurangnya nilai tu!uh untuk ilmu pasti. 0. Kadar, mutu, banyak sedikitnya isi ) misalnya makanan yang tinggi nilai kalori dan proteinnya @ suatu karangan ilmiah yang tinggi nilainya. (. Si at (hal"hal) penting atau berguna bagi kemanusian, misalnya nilai"nilai agama yang perlu kita indahkan (,oer$adarminta, 1;10)388). ,engertian nilai sebenarnya sangat tekait dengan ilsa at, karena ilsa at memiliki cabang ilmu yang menyelidiki tentang hakekat nilai dan 4aluasi

1'

(perkiraan, pandangan tentang nilai) yaitu *aksiologi2. Aksiologi berasal dari bahasa latin yang berasal dari kata aksios dan logos. ,ksios artinya nilai, sedangkan logos berarti ilmu. Aksiologi berarti ilmu tentang nilai. *Istilah itu kiranya kurang tepat karena ilsa at dengan ilmu berbeda dalam aspek ormalnya. Aleh karena itu istilah aksiologi tersebut di atas lebih tepat disebut ilsa at nilai2. (Ghoni,tt)1'). Bilsa at nilai berarti ilmu yang mempela!ari hakekat nilai. #akekat nilai sering dihubungkan dengan kebaikan dan dipandang dua sudut, yaitu dari subyek yang menilai dan obyek itu sendiri. &alam kamus Bilsa at tentang teori nilai ( theori o8 9alue) diuraikan yakni ) ,ada umumnya teori"teori nilai dapat dibagi ke dalam teori yang menghubungkan nilai dengan *minat2 atau *kepentingan2 dan mengandaikan nilai"nilai mempunyai segi obyekti dan dikenal oleh intuisi. +ergantung pada teori nilai"nilai dipandang sebagai kogniti atau non kogniti , obyekti atau subyekti , absolute atau relati4e, natural dan non natural, esensialistik atau sksistensialistik, dan dapat dibenarkan atau tidak dapat dibenarkan. (?orens, '>>>)8'1). &alam GB#5 diungkapkan tentang pengertian nilai sebagai berikut ) 5ilai yang dalam bahasa Inggris :alue termasuk ilsa at menilai berarti ) menimbang yaitu kegiatan manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu. -ntuk selan!utnya mengambil keputusan"keputusan nilai dapat mengatakan @ berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, religius atau tidak religius, hal ini dihubungkan dengan unsur"unsur yang ada pada manusia yaitu !asmani, yaitu cipta, rasa, karsa dan kepercayaan. (&ard!i &armodihar!o dkk, 1;;1)((). Bertens dalam bukunya yang ber!udul =tika, menyebutkan bah$a nilai sekurang"kurangnya memiliki tiga ciri berikut ) 1. 5ilai berkaitan dengan subyek kalau kalau tidak ada subyek yang menilai maka tidak ada nilai !uga. '. 5ilai tampi dalam suatu konteks praktis dimana suatu subyek ingin membuat sesuatu. /. 5ilai"nilai yang menyangkut si at"si at yang *ditambah2 oleh subyek pada si at"si at yang dimiliki obyek pada dirinya. Cupanya hal itu harus

1/

dikatakan karena obyek yang sama bagi berbagai subyek dapat menimbulkan nilai yang berbeda"beda. (Bartens, 1;;8)10). 5ilai dapat muncul apabila ada hubungan antara obyek yang dinilai dengan subyek yang menilai. .eskipun ada obyek yang mengandung nilai tetapi bila tidak ada subyek yang menilai dan menanggapinya, maka obyek tersebut tidak bernilai. Suatu obyek akan mengandung nilai setelah adanya hubungan obyek dengan subyek. &engan kata lain bah$a obyek tersebut bebas nilai selama obyek tersebut belum berhubungan dengan subyeknya, belum dapat perhatian dari subyek dan subyeknya belum memberikan penilaian terhadap obyeknya. *5ilai merupakan suatu yang bagi kita, sesuatu yang disukai, sesuatu yang dicari, sesuatu yang diinginkan, yang menyenangkan, singkatnya sesuatu yang baik.2 (Bartens, 1;;8)10). Bagi manusia nilai di!adikan landasan, alasan atau moti4asi dalam segala perbuatannya. 5ilai di!abarkan dalam bentuk norma, kaidah atau ukuran di mana norma itu merupakan aturan atau standar, sehingga segala sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran, keindahan, kebaikan dian!urkan dan sebaliknya bila tidak benar, tidak indah dan tidak baik akan dicela. .enyimak uraian tersebut dapat

disimpulkan bah$a, geguritan dharmawisesa memiliki nilai kebenaran, keindahan, keba!ikan, kebaikan yang di!adikan pedoman untuk berperilaku berdasarkan norma" norma tata krama dari sudut pandang a!aran agama #indu. 2.2.2 Pen* * kan Agama H n*u Bungsi pendidikan agama #indu tertuang dengan !elas dan terarah dalam buku -impunan Keputusan Seminar Kesatuan 1a8sir terhadap ,spek - ,spek agama -indu 5 - 59, diterbitkan oleh ) ,royek ,engadaan ,rasarana dan Sarana

10

Kehidupan Beragama tersebar di 1 (delapan) Kabupaten &ati II, diperbanyak oleh ,emerintah Kabupaten Badung, adalah sebagai berikut ini ) 1) ,endidikan agama #indu di luar sekolah terdiri dari ) (1) ,engertian pendidikan agama #indu. (') Guna dan tu!uan pendidikan agama #indu. (/) .ateri dan sarana pendidikan agama #indu. (0) ,elaksanaan pendidikan agama #indu. ') ,endidikan agama #indu di sekolah, terdiri dari (1) ,engertian pendidikan agama #indu. (') Guna dan tu!uan pendidikan agama #indu. (/) &idaktik dan metodik pendidikan agama #indu. (0) .ateri ,endidikan agama #indu. (() Sarana ,endidikan agama #indu.(1;;'"1;;/)''). ?ebih lan!ut di!abarkan sebagai berikut ini ) ,endidikan agama #indu di luar sekolah merupakan suatu upaya untuk membina pertumbuhan !i$a masyarakat, dengan a!aran agama #indu itu sendiri sebagai pokok materi. Guna dan tu!uan pendidikan agama #indu di luar sekolah meliputi) (a) menanamkan a!aran agama #indu men!adi keyakinan dan landasan segenap kegiatan umat #indu dalam semua prikehidupannya, (b) a!aran agama #indu mengarahkan petumbuhan kemasyarakatan umat #indu,sehingga serasi dengan ,ancasila dasar 5egara Cepublik Indonesia , (c) menyerasikan dan menyeimbangkan pelaksanaan bagian"bagian a!aran agama #indu dalam

1(

masyarakat antara tattwa, susila, dan yaj;a, (d) untuk mengembangkan hidup rukun antara umat barbagai agama. .ateri pendidikan agama #indu bersumber pada 9eda Smti dan 5tihasa, yang pelaksanaannya sesuai dengan tempat, $aktu, dan tu!uan ( desa, kala, patra), sedangkan sarana"sarana dalam pengembangan pendidikan agama #indu mencakup hal"hal seperti berikut ini) (a) penyuluhan"penyuluhan, (b) lembaga"lembaga masyarakat, seperti &esa, Banjar, Su!ak dan lain"lainnya, (c) perpustakaan, (d) penerbitan"penerbitan (ma!alah"ma!alah, harian"harian, brosure"brosure, dan lain" lain), (e) mass media"mass media (radio,$ayang, ilm, +D,dan lain"lain) /) ,elaksanaan pendidikan agama #indu di masyarakat ditangani oleh) (1) ,arisada #indu &harma. (') &epartemen Agama. (/) =ksponen"eksponen agama #indu dalam masyarakat ( 1;;'"1;;/) '0). ,endidikan Agama #indu di sekolah ialah suatu upaya untuk membina pertumbuhan !i$a raga anak didik sesuai dengan a!aran agama #indu. Sedangkan tu!uan pendidikan agama #indu di sekolah meliputi@ 1) membentuk manusia ,ancasilais yang astiti !hakti (bertaE$a) kepada Sang -yang Widhi Wasa,+uhan %nag .aha =sa, ') membentuk moral, etika dan spiritual anak didik sesuai dengan a!aran agama #indu. &idaktik dan metodik pendidikan agama #indu meliputi hal"hal berikut ini@ 1) pendidikan agama #indu di sekolah hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan !i$a anak didik, ') pendidikan agama #indu dikorelasikan dengan

13

bidang"bidang pendidikan lainnya, /) memberikan contoh"contoh tentang kehidupan beragama yang baik. .ateri pembela!aran pendidikan agama #indu di sekolah bersumber pada Deda Sruti, Smti, dan 5tihasa, yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi di masing"masing !en!ang pendidikan. Sarana pendidikan agama #indu meliputi hal"hal seperti berikut ini ) 1) Kurikulum. ') Buku"buku . /) ,erpustakaan. 0) Guru"guru (1;;'"1;;/)'(). .enyimak uaraian di atas dapat disimpulkan, bah$a kata pendidikan mengAndung makna beragam, bahkan .udyahard!o('>>3)/"1>) membagi de inisi pendidikan men!adi tiga bagian, yaitu ) (1) de inisi maha luas, (') de inisi sempit, (/) de inisi luas terbatas. &e inisi .aha ?uas ) ,endidikan adalah hidup, pendidikan adalah segala lingkungan dan sepan!ang hidup, pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan indi4idu (.udyahard!o,'>>3)/). &e inisi Sempit ) ,endidikan adalah sekolah. ,endidikan adalah penga!aran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan ormal. ,endidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan di sekolah terhadap anak dan rema!a yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan"hubungan dan tugas sosial terhadap hubungan"hubungan dan tugas sosial mereka (.udyahard!o,'>>3)3).

18

&e inisi ?uas +erbatas ) ,endidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, penga!aran dan atau latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepan!ang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang. ,endidikan adalah pengalaman"pengalaman bela!ar terprogram dalam pendidikan ormal, non ormal, dan in ormal di sekolah, dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup yang bertu!uan optimalisasi pertimbangan kemampuan indi4idu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup (.udyahard!o,'>>3)1>). 2.2.3 Geguritan Kata geguritan berasal dari kata dasar gurit yang berarti gubah, karang, sadur. Geguritan berarti saduran cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (7arna,1;;> ) '(0). &alam sastra Bali +radisional, geguritan dikelompokkan ke dalam ranah sekar alit. Sekar dalam !ahasa Bali di samping berarti bunga !uga berarti tem!ang sebagaimana terlihat dalam istilah sekar alit, sekar madya, dan sekar ageng (Sugri$a, 1;88)3@'>>8)'(;). &engan demikian, geguritan adalah

karya sastra Bali yang dalam proses pembuatan dan pembacaannya ditentukan menurut kaidah sekar alit yang disebut pada lingsa) pola puisi Bali +radisional yang terikat oleh (1) !umlah suku kata dalam satu baris@ (') bunyi akhir dalam satu baris@ dan (/) !umlah baris dalam satu bait. 5ama tembangnya cukup banyak, di antaranya Sinom, Ginada, $angkur, $ucung, Ginanti, Dangdang, .as

Kumam!ang, Semarandana, .agatruh, Durma, dan yang lain"lainnya.

11

Geguritan dibedakan dengan peparikan $alaupun proses pembentukan dan pembacaannya sama"sama ditentukan menurut pola padalingsa. Akan tetapi, menurut isinya geguritan lebih bersi at karangan murni, sedangkan paparikan adalah karya saduran ( 7arna, 1;;>) (>1 ). Sebagai karya saduran, paparikan mengambil sumber langsung dari karya sebelumnya. Berdasarkan pandangan di atas, geguritan Dharmawisesa dalam penelitian ini dipahami sebagai geguritan, yakni salah satu puisi Bali tradisional yang termasuk kelompok ragam sekar alit. Geguritan Dharmawisesa dipahami sebagai geguritan karena teks yang men!adi bangun geguritan Dharmawisesa dominan digubah menurut kaidah sekar alit dan isinya secara intertekstualitas tidak bersumber langsung dari teks"teks sebelumnya. Selan!utnya akan di!elaskan mengenai kata dharmawisesa, adalah sebagai berikut ini) 2.2." Dharmawisesa Kata Dharmawisesa terdiri dari dua kata, yaitu kata dharma dan kata

wisesa. &alam Kamus 5stilah ,gama -indu di!elaskan, kata dharma ( s ) berasal dari kata (dhr, yang artinya men!in!ing, memegang ) 1. keba!ikan, kesucian, kebenaran@ '. ke$a!iban, hukum.( ,emerintah ,ropinsi Bali, '>>' ) '; ). .enurut .antra dalam Bukunya 1ata Susila -indu Dharma, mengutip sloka"sloka kitab suci .anawa Dharmasastra yang berkaitan dengan arti dharma dapat diuraikan seperti di ba$ah ini ) *Dharma berarti keadilan, melakukan perbuatan dharma adalah sama dengan melakukan perbuatan yang benar. ,erbuatan itu dapat dikatakan mendorong

1;

pikiran berbuat adil di dalam masyarakat. Berbuat keadilan adalah mendapatkan teman yang tidak pernah men!atuhkan orang. &an apabila semua yang lainnya mengasingkan dia, teman yang setia ini akan tetap setia sampai mati2.( 1;;/ ) '0 ). Bantas ( '>>8 ) mengutip beberapa pengertiam dharma dalam beberapa kitab men!elaskan seperti di ba$ah ini ) 1) Dharma berarti agama. &alam hubungan kehidupan kerohanian, kata dharma diartikan agama baik di Indonesia maupun di India. Sebagai contoh dapat dikemukakan maha wakya )2 .oksartham <agadhitaya ca iti dharma2, yang artinya dharma atau agama itu ialah alat untuk mencapai moksa dan kese!ahteraan hidup mahluk. Dharma atau agama merupakan !alan untuk pergi ke sorga, bagaikan perahu yang merupakan alat bagi pedagang untuk menyeberangi lautan, sesuai dengan ucapan sloka Sarasamuscaya 10 yang berbunyi sebagai berikut ) *ikang dharma ngaranya henuning mara ring swarga ika kadi gatining perahu, an henuning !anyaga umentasing tasik 0, +er!emahannya) 0%ang disebut dharma, adalah merupakan !ala untuk pergi ke sorga= sebagai halnya perahu, sesungguhnya adalah merupakan alat bagi orang dagang untuk mengarungi lautan * ( Kad!eng, tt.11). '* Dharma berarti +uhan &i dalam kakawin Sutasoma terdapat kata dharma yang berarti sebutan untuk +uhan. Kakawin tersebut adalah gubahan dari .pu 1an 1ular, yang bait kakawinnya dapat diuraikan seperti di ba$ah ini ) 07waneka dhatu winuwus wara !udha wiswa, Bhinneki rakwa ringapan kena parwanosen, mangkang jinatwa kalawan siwa tattwa tunggal, !hinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa2.

'>

+er!emahannya) *&ua sebutan +uhan dinyatakan sebagai ,dhi Budha dan Siwa, konon itu berbeda, tetapi sampai kapanpun tidak dapat dibedakan, demikianlah ,dhi Budha dan Siwa adalah tunggal. Berbeda itu tetapi tunggal itu tidaklah ada +uhan yang kedua2,( Bantas, '>>8 ) 0./> ). /* Dharma berarti kebenaran &alam hubungan ini dapat dikutipkan sloka Bhagawadgita sebagai berikut ) *,tha chet twam imam dharmayam sam gramam na karishast, tatah swadharmam kirtim chahitwa papam awapsyasi", # Bhagawadgita , II. // ). +er!emahannya ) *9ika engkau tidak berperang menegakkan kebenaran ini , meninggalkan ke$a!iban dan kehormatanmu, maka dosa papalah bagimu *. Selan!utnya di dalam kakawin 7amayana Sargah '0, pada /1, di!elaskan sebagai berikut ) 0$rihen temen dharma dhumaranang sarat, saraga sang sadhu sireka tutana, tan artha tan kama pidonya tan yasa, ya sakti sang sajjana dharma raksaka" +er!emahannya) *-tamakan dengan benar peraturan"peraturan untuk mengatur negara, sebagai halnya sang pandita beliaulah itu yang sepatutnya untuk ditauladani, tidak mengutamaka harta, demikian !uga kenikmatan hidup yang tidak di dapat dari usaha, keutamaan orang bi!aksana kebenaran # dharma ) yang beliau di pegang teguh *. 0* Dharma berarti ke$a!iban *Swadharmam api cha :eksya, na :ikampitum arhasi, dharmyad dhi yuddhach chhreyo nyat kahatriyasya na w:idyate" # Bhagawadgita, II. /1).

'1

+er!emahannya ) *Apalagi sadar akan ke$a!ibanmu, engkau tidak boleh gentar, bagi ksatria tidak ada kebahagiaan lebih besar daripada bertempur menegakkan kebenaran2. () &harma berarti hukum atau peraturan Dharma adalah hukum yang mengatur kehidupan secara alami menurut peredaran alam semesta. Kata dharma berarti hukum atau peraturan yang mengatur kehidupan, atau memelihara alam semesta beserta semua makhluk. Dharma yang berarti hukum atau peraturan dapat dilihat dari kitab Santiparwa, 1>;. 11 ) seperti berikut ini ) *Dharanad dharma ityahur, dharmena widhetah prajah *.+er!emahannya, *Dharma dikatakan datang dari kata darana yang berarti memangku, memikul, men!un!ung, atau mengatur. &engan dharma seluruh alam diatur dan dipelihara2. &ari uraian pengertian dharma di atas, dapat disimpulkan betapa luas dan uni4ersalnya pengertian dari dharma, karena seluruh alam semesta dengan segala isinya di atur oleh dharma, semua tunduk dengan hukum abadi dharma itu. &alam kaitannya dengan penelitian ini dharma yang dimaksud adalah kebenaran, ke$a!iban, mentaati aturan"aturan, dan swa dharma seseorang di dalam mengabdikan dirnya sebagai insan +uhan yang agamais dan bersosialisa dengan masyarakat lingkungannya untuk menu!u keseimbangan !asmani ( jagadhita) dan kesempurnaan rokhani ( moksa ). &alam Kamus 5stilah ,gama -indu di!elaskan bah$a kata wisesa ( s ) berarti perbedaan, lain daripada yang lain ( '>>' ) 1/0 ). Sedangkan di dalam Kamus <awa - Kuna 5ndonesia ' , " %, kata wisesa berariti ) *( Skt. perbedaan@ tanda khas@ kekhususan@ !enis@ macam@ !asa yang khas@ keunggulan@ ) berbeda dari yang lain, dengan k$alitasnya yang khas@ penting, unggul, terkemuka, terbaik, ulung, yang terpenting, yang tertinggi, men!adi penguasa yang tertinggi2

''

(Foetmulder, '>>> ) 10(> ). &ari beberapa pengertian wisesa tersebut dapat disimpulkan bah$a yang dimaksud dengan wisesa di dalam penelitian ini sebuah karangan atau karya sastra tradisional yang berbentuk tem!ang yang mempunyai k$alitas yang khas, penting dan unggul untuk digali dan dika!i untuk dapat diungkapkan dalam ka!ian akademik. Kata Dharmawisesa berarti sebuah karya sastra tradisional yang berbentuk geguritan atau tem!ang yang isinya memuat tentang a!aran " a!aran agama yang uni4ersal terutama a!aran agama #indu, hukum #indu, ke$a!iban"ke$a!iban yang harus diimplementasikan oleh umat #indu dalam kehidupan nyata, seperti melakukan dana punia, dan a!aran"a!aran tentang ilsa at kehidupan menurut pandangan #indu. 2.3 Lan*asan Te$r 2.3.1 Te$r &truktural &astra Kata sastra berasal dari Bahasa Sanskerta, yakni dari akar kata >?s", dalam kata ker!a turunan berarti mengarahkan, menga!ar, memberi petun!uk atau intruksi. Sementara itu akhiran kata <tra biasanya menun!ukan pada alat atau sarana. Aleh karena itu, >?stra dapat berarti alat menga!ar, kitab suci, sastra, ilmu pengetahuan (+eeu$, 1;10)'/@ Foetmulder, 1;;()1>('@ .onier, 1;;;)1>3>). &alam perkembangannya, ruang lingkup arti istilah sastra lebih

dipersempit. Sastra hanya mencakup bidang seni, yakni seni yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi yang bersi at otonom dengan ciri koherensi (?uGemburg, 1;13)(). ,ada tahap tertentu

'/

karya sastra sama dengan teks agama. ,erbedaannya, sastra merupakan kebenaran ima!inati , sedangkan agama merupakan keyakinan (Catna, '>>0)0(). &alam kebudayaan Bali, kedua arti sastra tersebut masih digunakan. &alam Kamus Bali-5ndonesia (7arna, 1;;>)31() kata sastra diberi arti pengetahuan, a!aran. Dharma sastra berarti a!aran agama@ niti sastra berarti a!aran tentang ketatanegaraan. Sastra !uga berarti huru ) sastra Bali berarti huru Bali. Dharma sastra dalam arti a!aran agama !uga diistilahkan dengan sastra agama. Sebagai sebuah subkepustakaan #indu, dharma sastra adalah kelompok buku yang berisi tentang tuntunan atau aturan"aturan hidup. Istilah sastra agama sering disepadankan maknanya dengan rasa ras?gama (,rjuna Wiwaha HII)3) yang oleh 7iryamartana (1;;>)101) diberi arti inti sari agama. Istilah sastra agama dan ras?gama adalah istilah yang di!a$akan dari kosakata Sanskerta ?gama>?stra *karya"karya suci2, ?gamarasa *esensi karya"karya atau teks"teks suci (.onier, 1;;;)1';@ Foetmulder, 1;;>)1'). &alam tradisi Bali, mereka yang gemar membaca, terutama membaca teks yang terdapat dalam lontar disebut anak nyastra *orang berilmu2, yakni mereka yang senang membaca dan berbuat keba!ikan kepada sesamanya (5gurah Bagus, ;1>@8).Anak nyastra ini memberi perhatian secara khas dan intens, khususnya kepada lontar. 6ontar dipandang bernilai sakral dan dibaca menurut kon4ensinya. +ermasuk di dalamnya lontar-lontar sastra) kakawin, parwa, kidung, geguritan, dan lain"lainnya. Bagi mereka, membaca sastra sering berarti bela!ar agama. Artinya, mereka bela!ar kebenaran keyakinan dari olah teks sastra yang termaksud dalam !udul Geguritan .agending Sam!ilang .alajah, .alajah Sam!ilang

'0

.agending karya Ida Bagus Cai (Agastya, '>>3)(') *bernyanyi sambil bela!ar, bela!ar sambil bernyanyi2. Secara didaktis, !udul tersebut mengisyaratkan cara bela!ar yang se!alan dengan ungsi sastra) menghibur, menga!ar, dam sekaligus mengimbau (+eeu$, 1;110)(1). Iara bela!ar yang dian!urkan tersebut oleh Bagus (Agastya, ed, '>>3)(1) disebut dengan metode sintesis dalam pendidikan agama. &engan memperhatikan kebenaran sastra Bali tradisional tersebut, maka arti luas dan sempit istilah sastra sama"sama diacu dalam penelitian ini. Sastra dalam arti sempit karena secara struktural teks geguritan Dharmawisesa adalah salah satu karya sastra Bali yang tergolong sekar alit yang disebut geguritan. Sebaliknya dalam arti luas, !ika ditin!au dari isi wacananya, geguritan Dharmawisesa dominan berisi wacana agama yang secara intertekstualitas berasal dari teks"teks suci agama #indu. &engan demikian, dapat diasumsikan bah$a geguritan Dharmawisesa dengan metode sintesis mewacanakan dua kebenaran keyakinan. Konsep"konsep kebenaran keyakinan inilah yang dipersoni ikasikan secara ima!inati men!adi rupa, karakter, dan laku tokoh dalam geguritan Dharmawisesa. .enyimak teori tersebut di atas maka, teori struktural sastra sangat tepat dipergunakan untuk membedah permasalahan yang dirumuskan pada rumusan permasalahan kedua, yaitu bagaimana struktur teks geguritan Dharmawisesa6 2.3.2 Te$r &em $t ka Analisis struktural tidak dapat dipisahkan dengan analisis semiotik, karena karya sastra merupakan struktur tanda"tanda yang bermakna. +anda"tanda dimaksud mempunyai makna sesuai dengan kon4ensi ketandaan. Karya sastra merupakan sistem semiotik tingkat kedua yang menggunakan bahan bahasa sebagai

'(

sistem semiotik tingkat pertama (,radopo, '>>/)1>1). &isebut sebagai sitem semiotik tingkat kedua atau !enis bahasa sekunder (Segers, '>>>)10), karena karya sastra dengan petandanya seperti meta ora, konotasi, dan ciri"ciri pena siran ganda lainnya bukanlah bahasa biasa, melainkan sistem komunikasi yang telah sarat dengan pesan kebudayaannya (Catna, '>>0)111). Semiotik adalah suatu disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang ter!adi dengan sarana tanda"tanda dan berdasarkan pada sistem tanda (Segers,'>>>)0). +anda adalah sembarang apa yang mengatakan tentang sesuatu yang lain daripada dirinya sendiri (Catna,'>>0)11'). Studi semiotik sastra adalah usaha untuk menganalisis sebuah sistem tanda"tanda dan arena, itu menentukan kon4ensi"kon4ensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai arti (,reminger dalam ,radopo,'>>/)1>;). Sebagai sebuah ilmu, semiotik mempela!ari sistem tanda dan segala yang berhubungan dengannya @ cara ber ungsinya, hubungannya dengan tanda"tanda lain, pengirimannya, dan penerimaanya oleh mereka yang menggunakannya (Dan Foest,1;;')() berdasarkan kode"kode tertentu. Kode"kode dimaksud dipilih oleh pengarang dan diketahui oleh pembaca. Aleh karena itu, kode memungkinkan pembaca untuk menga$asandikan tanda"tanda tekstual dan mengaitkan makna dengan materi teks (Segers,'>>>)18). Kode tersebut tampak pada tindak komunikasi manusia le$at bahasa. Arti bahasa ini ditingkatkan men!adi makna karua sasta oleh kon4ensi tambahan. Aleh karena itu, untuk mendapatkan makna karya sastra, haruslah diketahui kon4ensi"kon4ensi tambahan yang memungkinkan diproduksinanya makna. Kon4ensi dimaksud sesuai dengan

'3

si at sastra secara umum dan secara khusus sesuai dengan !enis sastra (,radopo,'>>/)1>;). Karya sastra merupakan akti4itas bahasa yang tidak langsung dan bersi at hypogramik. Akti4itas dimaksud bersi at dialektik antara teks dan pembaca, dan dialektik antara tataran mimetik dan tataran semiotik. Sementara itu,

ketidaklangsungannya diakibatkan oleh tida hal. ,ertama, penggantian arti, yaitu pada umumnya kata"kata kiasan menggantikan arti sesuatu yang lain, lebih"lebih meta ora dan metimini. &alam penggantian arti ini suatu kata berarti yang lain. Kedua, penyimpangan arti, yaitu perubahan arti akibat ambiguitas, kontradiksi, atau nonsense. Ketiga, penciptaan arti akibat ruang teks berlaku sebagai prinsip pengorganisasian untuk membuat tanda"tanda ke luar dari hal"hal ketatabahasaan yang sesungguhnya secara linguistik tidak ada artinya. .isalnya, simetri, rima, en!abemen, atau eEui4alensi makna diantara persamaan"persamaan posisi dalam bait. +eori semiotik dipergunakan untuk membedah rumusan permasalahan pertama dalam penelitian ini. 2.3.3 Te$r N la Kata nilai sering dipergunakan dalam kehidupan sehari"hari baik di sekolah maupun di masyarakat. ,enggunaan kata nilai dalam suatu disiplin ilmu seperti ilmu ekonomi, ilmu alam, ilmu sosial dan budaya akan memiliki arti yang berbeda sesuai dengan penggunaannya. &i sekolah, misalnya dalam proses bela!ar"menga!ar istilah nilai dipergunakan sebagai ukuran untuk mengetahui proses bela!ar sis$a yang dinyatakan dalam bentuk angka. 5ilai atau angka yang diberikan kepada anak

'8

didik ber4ariasi sesuai dengan hasil e4aluasi yang diperoleh dari hasil penilaian guru. 5ilai dalam hal ini merupakan suatu alat moti4asi yang memberikan rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan prestasi bela!ar mereka di masa mendatang. ,enggunaan kata nilai dalam konteks di atas bila diperhatikan mengandung pengertian sebagai angka kepandaian terhadap kemampuan anak. &alam Kamus -mum Bahasa Indonesia disebutkan pengertian nilai sebagai berikut ) 1. #arga (dalam arti taksiran harga), misalnya tak ada ukuran yang tentu untuk menentukan nilai intan. '. #arga sesuatu (uang), misalnya !ika diukur atau ditukarkan dengan yang lain misalnya nilai"nilai dolar Amerika mengalami kegoncangan. /. Angka kepandaian, bi!i, ponten, misalnya sekurang"kurangnya nilai tu!uh untuk ilmu pasti. 0. Kadar, mutu, banyak sedikitnya isi ) misalnya makanan yang tinggi nilai kalori dan proteinnya @ suatu karangan ilmiah yang tinggi nilainya. (. Si at (hal"hal) penting atau berguna bagi kemanusian, misalnya nilai"nilai agama yang perlu kita indahkan (,oer$adarminta, 1;10)388). ,engertian nilai sebenarnya sangat tekait dengan dengan ilsa at, karena ilsa at memiliki cabang ilmu yang menyelidiki tentang hakekat nilai dan 4aluasi (perkiraan, pandangan tentang nilai) yaitu *aksiologi2. Aksiologi berasal dari bahasa latin yang berasal dari kata aksios dan logos. ,ksios artinya nilai, sedangkan logos berarti ilmu. Aksiologi berarti ilmu tentang nilai. *Istilah itu kiranya kurang tepat karena ilsa at dengan ilmu berbeda dalam aspek ormalnya. Aleh karena itu istilah aksiologi tersebut di atas lebih tepat disebut ilsa at nilai2. (Ghoni,tt)1'). Bilsa at nilai berarti ilmu yang mempela!ari hakekat nilai. #akekat nilai sering dihubungkan dengan kebaikan dan dipandang dua sudut, yaitu dari subyek yang menilai dan obyek itu sendiri. &alam GB#5 diungkapkan tentang pengertian nilai sebagai berikut )

'1

*5ilai yang dalam bahasa Inggris 4alue termasuk ilsa at menilai berarti ) menimbang yaitu kegiatan manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu. -ntuk selan!utnya mengambil keputusan"keputusan nilai dapat mengatakan @ berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, religius atau tidak religius, hal ini dihubungkan dengan unsur"unsur yang ada pada manusia yaitu !asmani, yaitu cipta, rasa, karsa dan kepercayaan2.(&ard!i &armodihar!o dkk, 1;;1)((). Bertens dalam bukunya yang ber!udul =tika, menyebutkan bah$a nilai sekurang"kurangnya memiliki tiga ciri berikut ) 1. 5ilai berkaitan dengan subyek kalau kalau tidak ada subyek yang menilai maka tidak ada nilai !uga. '. 5ilai tampil dalam suatu konteks praktis dimana suatu subyek ingin membuat sesuatu. /. 5ilai"nilai yang menyangkut si at"si at yang *ditambah2 oleh subyek pada si at"si at yang dimiliki obyek pada dirinya. Cupanya hal itu harus dikatakan karena obyek yang sama bagi berbagai subyek dapat menimbulkan nilai yang berbeda"beda. (Bartens, 1;;8)10). 5ilai dapat muncul apabila ada hubungan antara obyek yang dinilai dengan subyek yang menilai. .eskipun ada obyek yang mengandung nilai tetapi bila tidak ada subyek yang menilai dan menanggapinya, maka obyek tersebut tidak bernilai. Suatu obyek akan mengandung nilai setelah adanya hubungan obyek dengan subyek. &engan kata lain bah$a obyek tersebut bebas nilai selama obyek tersebut belum berhubungan dengan subyeknya, belum dapat perhatian dari subyek dan subyeknya belum memberikan penilaian terhadap obyeknya. *5ilai merupakan suatu yang bagi kita, sesuatu yang disukai, sesuatu yang dicari, sesuatu yang diinginkan, yang menyenangkan, singkatnya sesuatu yang baik.2 (Bartens, 1;;8)10). Bagi manusia nilai di!adikan landasan, alasan atau moti4asi dalam segala perbuatannya. 5ilai di!abarkan dalam bentuk norma, kaidah atau ukuran dimana norma itu merupakan aturan atau standar, sehingga segala sesuatu yang mempunyai

';

nilai kebenaran, keindahan, kebaikan dian!urkan dan sebaiknya bila tidak benar, tidak indah dan tidak baik akan dicela. Geguritan Dharmawisesa penuh dengan kandungan nilai, baik nilai agama, nilai budaya dan nilai pendidikan agama #indu. 5ilai pendidikan akgama #indu tidak terlepas dari nilai"nilai pendidikan secara umum . ,endidikan secara umum adalah usaha yang dilakukan dengan sadar oleh orang de$asa kepada anak yang belum de$asa. %ang dimaksud de$asa adalah orang yang bertanggung !a$ab secara !asmani dan rohani serta berdiri sendiri yang dapat dari proses pendidikan. &ari proses pendidikan itu sendiri manusia akan dapat lebih dibudayakan. -ntuk mendapatkan pengertian yang lebih !elas tentang pengertian pendidikan, berikut akan dikemukakan pendapat para ahli sebagai berikut ) .enurut Brod!onegoro dalam Su$arno (1;;') 1"') pendidikan berasal dari beberapa bahasa yaitu ) a. Bahasa %unani @ $aedagogiek atau teori pendidikan berasal dari perkataan pats yang berarti anak, dan gogos yang berarti penutur, dengan demikian paedagogiek berarti ilmu menuntun anak. b. Bahasa Belanda ) @p:eoding yang pada permulaannya berarti *membesarkan2 dengan makanan, !adi membesarkan anak dalam arti !asmaniah. &alam artian luas, op:eoding berarti tindakan untuk membesarkan anak dalam arti mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan $atak sang anak. c. Bahasa 9a$a ) $angualwentah yang berarti mengolah, !adi mengolah ke!i$aannya, ialah mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan $atak sang anak. d. Bahasa Coma$i ) (termasauk bahasa Inggris) ada istilah * educare2 yang artinya mengeluarkan dan menuntun. Istilah ini menun!ukkan untuk merealisasikan *innerijk anteng2 atau potensi anak, yang diba$a $aktu dilahirkan di dunia. 9adi *educare2 berarti *membangunkan2 kekuatan terpendam atau mengakti kan kekuatan potensial yang dimiliki anak. e. Bahasa 9erman ) 3rAichung hampir sama artinya dengan *educare2. 9adi mengeluarkan dan menuntun.

/>

&ari pengertian pendidikan tersebut di atas, maka Brod!onegoro dalam Su$arno (1;;') ') merumuskan pengertian, bah$a pendidikan atau mendidik adalah tuntunan kepada manusia yang belum de$asa untuk menyiapkan diri agar dapat memenuhi sendiri tugas hidupnya atau dengan secara singkat pendidikan adalah tuntunan kepada pertumbuhan manusia mulai lahir sampai tercapainya kede$asaan, dalam arti !asmaniah dan rohaniah. ,ada dasarnya pendidikan merupakan rangkaian tugas mendidik, yang berlangsung karena adanya kegiatan proses bela!ar menga!ar antara seseorang dengan orang lain. &i mana salah satu pihak selaku anak didik atau orang yang di didik dan dipihak lain di sebut sebagai pendidik atau orang yang di didik dan pihak lain sebagai pendidik atau orang yang mendidik, orang yang memberikan bimbingan (tuntunan), atau orang yang memberikan bantuan. Berdasarkan hal itu muncul de inisi, bah$a pendidikan adalah bantuan atau bimbingan yang diberikan dengan senga!a oleh orang yang de$asa kepada anak dalam pertumbuhan !asmani maupun rohaninya untuk mencapai tingkat kede$asaan. .enurut tokoh ,endidikan 5asional Ki #a!ar &e$antara, dalam Su$arno (1;;') /) menyatakan bah$a ) ,endidikan diartikan sebagai daya upaya untuk memberikan tuntunan pada segala kelemahan kodrat yang ada pada anak"anak agar mereka men!adi baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. &apatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup lahir dan bathin yang setinggi"tingginya, serta mencintai sikap rendah hati terhadap ilmu. Konsep ,endidikan Ki #a!ar &e$antara tersebut dapat diartikan sebagai peletak dasar kodrat yang pertama dan utama dalam proses pendidikan. &imana orang tua mempunyai ke$a!iban untuk mengabdikan diri pada anak"anaknya

/1

dengan cinta kasih pada sesama mahluk dan memberikan kebebasan untuk mengembangkan bakat dan minat dalam hal apapun dalam artian yang positi yang sesuai dengan alam budaya Indonesia. ?ebih lan!ut Ki #a!ar &e$antara menyebutkan bah$a pendidikan adalah daya upaya untuk mema!ukan budi pakerti, pikiran yang tumbuh dari anak. Berdasarkan de inisi tersebut, dapat diuraikan secara garis besarnya, yaitu daya berarti kekuatan, sedangkan upaya adalah usaha. 9adi daya upaya adalah kekuatan untuk berusaha dan di sebut !uga sebagai usaha yang sungguh"sungguh yang disertai dengan rasa tanggung !a$ab. Budi pakerti maksudnya adalah sikap:prilaku. Sedangkan pikiran adalah kemampuan intelektual dan tubuh sama artinya dengan tingkat kede$asaan secara lahir dan bathin. Selan!utnya pengertian pendidikan yang tertuang dalam -ndang"undang 5o. '> tahun '>>/ tentang Sistem ,endidikan 5asional , bah$a ) ,endidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk me$u!udkan suasana bela!ar dan proses pembela!aran agar peserta didik secara akti mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. &alam kaitannya dengan pendidikan agama #indu, maka di dalam buku -impunan Keputusan Seminar Kesatuan 1a8sir 1erhadap ,spek-aspek ,gama -indu 5-5B, menyebutkan bah$a pendidikan agama #indu dapat dibedakan atas dua bagian dasar yaitu ) 1. ,endidikan agama #indu di luar Sekolah adalah merupakan suatu upaya untuk membina pertumbuhan !i$a masyarakat, dengan a!aran agama #indu itu sebagai pokok materi.

/'

'. ,endidikan agama #indu di Sekolah adalah suatu upaya membina pertumbuhan !i$a raga anak didik sesuai dengan a!aran agama #indu (,#&I ,usat, '>>>) '/"'0). ,endidikan agama #indu memberikan tuntunan dalam menempuh kehidupan dan mendidik masyarakat, bagaimana hendaknya berpendirian, berbuat atau bertingkah laku supaya tidak bertentangan dengan dharma, etika dan agama. Agama dapat menyempurnakan manusia dalam meningkatkan hidup baik secara material maupun spiritual. .ateri pokok pendidikan agama #indu bersumber dari kitab suci 7eda dan telah di!abarkan dalam pustaka"pustaka #indu yang lainnya, dan semua itu menga!arkan tentang dharma yang harus diingat dan dilaksanakan oleh umat #indu, seperti yang telah disebutkan dalam kitab Sarasamuscaya, sloka 0>, sebagai berikut ) Kunang kengetakena sassing kajar de sang hyang Sruti dharma ngaranika,sakajar de sang hyang smerti, kuneng dharma ta ngaranika, sistecara kunag, acaranika sang sista, dharma ta ngaranika, cista ngaran sang hyangsetyawati, sang apta, sang patirtan, sang panadahan upadesa sangksepa ikakatiga, dharma ngaranira. +er!emahannya ) .aka yang patut diingat adalah segala apa yang dia!arkan oleh sruti, disebut dharma, semua yang dia!arkan smerti, pun dharma pula namanya itu, demikian pula tingkah laku yang cista, disebut !uga dharma, cista artinya orang yang berkata !u!ur yang setia pada kata"katanya, orang yang dapat memberikan a!aran"a!aran atau nasehat"nasehat, singkatnya ketiga"tiganya itu disebut dharma (Kad!eng, '>>() //"/0). ,endidikan agama #indu merupakan kaidah"kaidah atau norma"norma yang menuntun manusia selalu berbuat baik demi tercapainya hidup rukun secara damai dan membentuk manusia yang mulia serta selalu astiti !hakti kepada 5da Sang -yang Widhi Wasa dengan penuh pengabdian dan pengorbanan yang sesuai dengan a!aran agama #indu. 9adi pendidikan agama itu tidak lain daripada bimbingan atau

//

tuntunan yang dibrikan pada seseorang untuk menun!ukkan perkembangan budi pakerti dalam menanamkan rasa cinta kepada a!aran agama dan mau berbuat sesuai dengan a!aran agama. ?ebih lan!ut dikatakan, yang men!adi konsepsi pendidikan agama #indu adalah memberikan dan menciptakan pendidikan agar peserta didik dapat mengembangkan kesehatan !asmaninya, ketenangan rohaninya dengan moral yang tinggi dan mental yang tangguh, serta memberikan peserta didik untuk mengembangkan keterampilannya sampai men!adi seorang yang pro essional (7iana, 1;;8) 3(). &ari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bah$a pendidikan agama #indu adalah penerepan a!aran"a!aran yang di$ahyukan oleh 5da Sang -yang Widhi Wasa yang kekal abadi serta mengandung petun!uk"petun!uk tentang perbuatan baik yang patut dilaksanakan oleh umat #indu dan menghindari perbuatan yang tercela dan men!auhkan diri dari perbuatan yang melanggar norma" norma keagamaan, sehingga tercapai kesempurnaan hidup !asmani dan rohani Berdasarkan uraian di atas, teori nilai dipergunakan untuk membedah rumusan permasalahan ketiga di dalam penelitian ini.

2." M$*el Penel t an ,ada dasarnya model penelitian mengandung kaitan antar berbagai konsep atau 4ariabel yang dipergunakan sebagai kerangka pemikiran penulis untuk memper!elas alur dan proses penelitian. Sehubungan dengan hal itu, -ma Sekaran dalam Cedana ('>>3);;) men!elaskan bah$a kerangka berpikir dapat diartikan

/0

sebagai model konseptual mengenai bagaimana

teori berhubungan dengan

berbagai aktor atau 4ariabel yang telah yang telah dikenali (diidenti ikasi) sebagai masalah yang penting sekali. ,enentuan suatu 4ariabel atau aktor dipertimbangkan untuk diteliti, karena merupakan salah satu penyebab timbulnya masalah, benar" benar didasarkan pada teori yang rele4an. .odel penelitian atau kerangka berpikir pada hakikatnya merupakan bagian dari penelitian yang menggambarkan alur pikiran pneliti, dalam memberikan pen!elasan kepada orang lain, mengapa dia mempunyai anggapan seperti yang diutarakan dalam penelitian tersebut. Sebuah model penelitian atau kerangka berpikir dikatakan baik, apabila memuat beberapa hal seperti berikut ini. -ma Sekaran dalam Burhan Bungin (1;;')'1/). 1. Dariabel"4ariabel yang diteliti harus di!elaskan. '. &iskusi dalam kerangka berpikir harus dapat menun!ukkan dan men!elaskan pertautan:hubungan antar 4ariabel yang diteliti, dan ada teori yang mendasari. /. &iskusi !uga harus dapat menun!ukkan dan men!elaskan apakah hubungan antar 4ariabel positi atau negati , berbentuk simetris, kausal atau timbal balik (interakti ). 0. Kerangka berpikir tersebut, selan!utnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram (paradigma penelitian atau model penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka berpikir yang dikemukakan dalam penelitian. .odel penelitian atau pun kerangka berpikir berguna dalam men!elaskan tentang alasan atau argumentasi bagi rumusan hipotesis (dasar perumusan

/(

hipotesis), dan merupakan tempat peneliti memberikan pen!elasan tentang hal"hal yang berhubungabn dengan 4ariabel pokok, sub 4ariabel pokok masalah yang ada dalam penelitian. Berangkat dari pengertian tersebut, penulis mencoba membuat model penelitian sekaligus sebagai peta konsep tentang geguritan Dharmawisesa.

,eta konsep tersebut dapat dilihat dalam gambar '.1 seperti di ba$ah ini)

BUDA+A L(!AL

GEGURITAN DHARMA WISESA

BUDA+A INDIA

Bentuk Geguritan Dharma Wisesa

&truktur Geguritan Dharma Wisesa

N la ,n la )en* * kan -ang terkan*ung *alam Geguritan Dharma Wisesa

Gambar '.1 .odel ,enelitian !eterangan ) A!aran dalam agama #indu dapat ditemukan dalam berbagai bentuk tulisan, satu diantaranya dapat di!umpai dalam naskah geguritan Dharmawisesa. .unculnya naskah geguritan Dharmawisesa dapat dipandang sebagai kolaborasi nilai budaya lokal dengan nilai"nilai budaya asing yaitu India. Geguritan

/3

Dharmawisesa dapat dicermati dari segi bentuk, struktur, dan nilai"nilai pendidikan agama #indu yang terkandung di dalam geguritan tersebut, dengan tu!uan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang moksartham jagadhitaya ca iti dharma.

/8

BAB III MET(DE PENELITIAN

3.1 Ran.angan Penel t an &alam penelitian ini mempergunakan pendekatan kualitati . 3.2 L$kas Penel t an Sesuai dengan !udul penelitian ini, maka seting penelitian telah ditetapkan secara tegas dan !elas Geguritan Dharmawisesa karya 5 Gusti ,ji Kontoran Banjar Bona Kangin Kecamatan Bla!atuh Kabupaten Gianyar selama 3 bulan yaitu dari bulan 9uli '>1' sampai 9anuari '>1/. &engan ditetapkannya lokasi penelitian ini, akan memudahkan dalam menentukan in orman dan dalam proses pengumpulan data penelitian. Alasan pemilihan dan penetapan lokasi ini adalah, karena lokasinya tidak terlalu !auh dari tempat peneliti, di samping itu Geguritan Dharmmawisesa ini cukup menarik dan unik untuk dibahas dan diteliti secara mendalam melalui kegiatan penelitian secara akademik. 3.3 %en s *an &um/er Data 3.3.1 %en s Data 9enis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui upaya"upaya sebagai berikut@ a) ,enelitian lapangan ( ield research) yakni peneliti langsung ke lapangan untuk mendapatkan data primer. b) ,eneliti Kepustakaan (library research ) yaitu penelitian untuk mendapatkan data sekunder dari se!umlah sumbernya yang berupa hasil penelitian sebelumnya yang ob!eknya sama atau se!enis dan literature"literatur yang ada

/8

/1

kaitannya dengan pokok permasalahan. &alam penelitian ini !enis data yang dikumpulkan adalah data kualitati . =mJir ('>>8)18) men!elaskan bah$a sumber data utama dalam penelitian kualitati adalah kata"kata atau tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, oto dan sebaginya. &ari pendapat =mJir tersebut, data yang akan di!aring dalam penelitian ini adalah data tentang) a) bentuk geguritan Dharmawisesa, b) struktur geguritan Dharmawisesa , c) 5ilai"nilai pendidikan agama #indu yang terkandung di dalam geguritan Dharmawisesa. 3.3.2 &um/er Data .enurut sumbernya, data penelitian dibedakan men!adi dua !enis data, yaitu data primer dan data sekunder. &ata primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya (dari tangan pertama), sedangkan data yang diperoleh dari sumber yang kedua disebut data sekunder (Surakhmad, 1;1()13/). &ata ,rimer penelitian ini berupa naskah lontar Geguritan Dharmawisesa. Sumber data sekunder akan didapat dari sumber tertulis ditin!au dari segi sumber data, bahan tambahan yang bersumber dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan ma!alah ilmiah, sumber berupa arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi (.oeloeng, '>>()1(;). Sehubungan dengan hal itu, penelitian ini didukung oleh beberapa sumber kepustakaan, seperti geguritan Sucita Su!udi, geguritan 1amtam, geguritan Basur, geguritan <ayaprana dan sebagainya. 3." Penentuan In#$rman &alam penentuan in orman teknik yang dipergunakan adalah Sampling $urposi:e. Sampling $urposi:e adalah teknik penentuan sampel (in orman) dengan pertimbangan tertentu. (Sugiyono, '>>1)1'0). ?ebih lan!ut diuraikan, misalkan

/;

akan melakukan peneltian makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang akhli makanan, atau penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah maka sampel sumber datanya adalah orang yang akhli politik di suatu daerah. Sampel ini lebih cocok dipergunakan dalam penelitian kualitati , atau penelitian"penelitian yang tidak melakukan generalisasi. Berdasarkan uraian di atas, maka teknik penentuan in orman yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah Sampling $urposi:e karena peneliti memiliki kedekatan dengan ob!ek yang diteliti yaitu 5ilai"nilai pendidikan yang terkandung dalam Geguritan Dharmawisesa. 3.0 Tekn k Pengum)ulan Data ,enelitian ini bertu!uan untuk memperoleh data yang akurat, transparan dan lengkap mengenai bentuk , struktur , dan5ilai"5ilai ,endidikan Agama #indu yang terkandung dalam geguritan Dharmawisesa. Sehubungan dengan hal tersebut, maka data dan in ormasi yang telah dikumpulkan akan dianalisis secara deskripti kualitati . &ata yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. +eknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah ) 1) 7a$ancara, ') Studi &okumen atau Studi ,ustaka 3.0.1 1a2an.ara 7a$ancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan !uga peneliti ingin mengetahui hal"hal yang lebih mendalam dari responden.. +eknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri,

0>

atau sel8-report, atau setidak"tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Sugiyono mengemukakan bah$a, anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode inter:iew, dan !uga kuesioner (angket) adalah sebagai berikut ) 1) Bah$a sub!ek (respondent) adalah orang yang paling tahu tentang dirinyasendiri. ') Bah$a apa yang ditanyakan oleh sub!ek kepada peneliti adalah benar dan dapatdipercaya. /) Bah$a interpretasi sub!ek tentang pertanyaan"pertanyaan yang dia!ukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti. (Sugiyono,'>>1)1/1). 7a$ancara dapat dilakukan secara terstuktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (8ace to 8ace) maupun dengan menggunakan telepon. +eknik $a$ancara berstruktur, yaitu teknik $a$ancara yang

menggunakan pedoman $a$ancara yang disusun secara rinci sehingga menyerupai cheek-list. ,e$a$ancara tinggal memberi tanda cheek ( ) pada nomor sesuai pertanyaan. +eknik $a$ancara tidak berstruktur yaitu suatu teknik yang menggunakan pedoman $a$ancara yang hanya memuat garis"garis besar yang akan ditanyakan (Arikunto, 1;;1)11/). &ari uraian di atas, penelitian ini mempergunakan teknik $a$ancara tidak berstruktur. 7a$ancara tidak berstruktur dikenal !uga dengan istilah $a$ancara mendalam, $a$ancara intensi , $a$ancara kualitati , $a$ancara etnogra is atau $a$ancara terbuka. 7a$ancara tidak berstruktur ini bersi at lu$es. Susunan pertanyaannya dan susuna kata"katanya dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada

01

saat $a$ancara, disesuaikan dengan kebutuhan saat kebutuhan saat $a$ancara berlangsung. &alam hal ini in orman akan mendapat kesempatan yang seluas" luasnya untuk bercerita atau pertanyaan yang dia!ukan oleh penulis (pe$a$ancara). &emikian pula pertanyaan tidak ditentukan !umlahnya, akan tetapi sebelumnya telah disiapkan pertanyaan pokok yang merupakan pedoman $a$ancara. &engan $a$ancara mendalam ini diharapkan agar peneliti dapat mengambil peran pihak yang diteliti, yaitu intim menyelam ke dalam dunia psikologis dan sosial mereka. ,ada kesempatan ini in orman diharapkan lebih banyak memberikan pena siran sendiri terhadap pengalaman yang mereka lakukan, bukan pena siran oleh peneliti atau orang lain. &engan cara seperti itu diharapkan makna ob!ekti dalam penelitian kualitati dapat di$u!udkan (Arikunto, 1;;1)11;). 3.0.2 &tu* D$kumen Studi pustaka atau dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang bersumber dari tulisan"tulisan, surat"surat, buku"buku pedoman, laporan resmi, catatan harian, laporan hasil rapat (Arikunto,1;;1)1'1). Setelah data terkumpul, kemudian dicocokkan dengan pokok permasalahan pada penelitian ini. &okumen"dokumen yang penulis dapatkan dilapangan berupa buku"buku yang berkaitan dengan Geguritan. &okumen berupa naskah geguritan Dharmawisesa yang telah dialihaksarakan dari lontar ke buku oleh &inas Kebudayaan ,ro4insi Bali +ahun '>1>. 3.3 Instrumen Penel t an &alam penelitian kualitati , peneliti adalah instrument utama dan dibantu oleh in orman yang dianggap mengetahui dan memahami permasalahan yang

0'

diteliti. ,engertian dasar instrumen penelitian adalah men!a$ab pertanyaan dalam hal bagaimana dan apa yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data di lapangan, di samping itu, instrumen penelitian merupakan bagian paling rumit dalam proses penelitian (Burhan Bungin, '>>();0). Instrumen penelitian yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah teknik non tes yang berupa $a$ancara, dalam hal ini dipergunakan pedoman $a$ancara. 7a$ancara dilakukan terhadap para nara sumber atau in orman yang dianggap menguasai permasalahan yang dibahas di dalam peneltian ini. 3.4 Tekn k Anal s s Data .etode analisis data adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan cara mempergunakan suatu teknik analisa data tertentu sehingga diperoleh suatu sintesa. Analisisn data merupakan proses mencari data, mengatur secara sistematis transkrip $a$ancara, catatan lapangan, dan bahan"bahan lain,yang telah terhimpun. +u!uannya untuk memperoleh pengetahuan mengenai data tersebut dan mengkomunikasikan apa yang telah ditemukan. Aleh karena dalam penelitian ini ber$u!ud kata"kata, kalimat, dan paragraph yang dinyatakan dalam bentuk narasi yang bersi at deskripti sebagai cirri khas dari penelitian kualitati , maka dilakukan analisis kualitati dengan teknik deskrpti , dengan tiga !alur kegiatan yang

merupakan satu kesatuan yaitu) (1) reduksi data, (') penya!ian data, (/) penerikan kesimpulan atau 4ery4ikasi (Bogdan dan Biklen dalam .oelong, '>>(). &ata yang dikumpulkan ber$u!ud data kualitati . Sedangkan data dianlisis dengan melakukan serangkaian kegiatan, yakni reduksi data, menya!ikan,

0/

mana sirkan, dan menarik simpulan. Cangkaian tersebut dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut) Bagan /.1 Komponen"Komponen Analisis &ata .odel Interakti

,engumpualan &ata

,enya!ian &ata

Ceduksi &ata

.enarik Kesimpulan

Sumber ) .iles dan #aberman ( 1;;')'>) Berdasarkan bagan tersebut, proses pengolahan data dilakukan melalui proses interakti dan siklus, antara tahapan) pengumpulan data, reduksi data, penya!ian data dan kesimpulan atau 4eri ikasi data. &ata yang diperoleh dari lapangan dan sumber pustaka (data collection) dianalisis dengan cara reduksi yaitu dirangkum, dipilih hal"hal yang pokok, di okuskan pada hal"hal yang penting berdasarkan rumusan masalah yang dika!i, kemudian dicari tema dan polanya. +ahap reduksi tersebut akan di!adikan dasar dalam pengumpulan data selan!utnya, sampai dipandang memadai untuk menggambarkan dan menemukan !a$aban terhadap rumusan masalah yang dika!i.

00

&ata yang telah direduksi, kemudian disa!ikan ( data disply) dalam bentuk uraian (narasi), bagan, dan hubungan antara katagori tentang bentuk, struktur dan nilai"nilai pendidikan agama #indu yang terkandung dalam Geguritan

Dharmawisesa. ,enya!ian data akan memudahkan untuk memahami apa yang ter!adi, merencanakan ker!a selan!utnya berdasarkan apa yang telah dipahami. ,enya!ian data dalam penelitian ini merupakan proses penya!ian sekumpulan in ormasi yang komplek ke dalam kesatuan bentuk yang sederhana, selekti , sehingga mudah dipahami maknanya. &ata yang diperoleh selama penelitian dipaparkan, kemudian dicari tema"tema yang terkandung di dalamnya sehingga !elas maknanya. +ahapan selan!utnya adalah menarik kesimpulan dan 4eri ikasi. Bertitik tolak pada penya!ian data maka dapat ditarik kesimpulan terhadap rumusan masalah yang dika!i. Kesimpulan yang dikemukakan di4eri ikasi berdasarkan teori dan konsep yang digunakan dalam membedah masalah penelitian. &engan demikian kesimpulan merupakan !a$aban terhadap masalah penelitian, dan diperkuat melalui 4eri ikasi penelitian. ,enarikan kesimpulan setelah melalui proses analisis data, baik analisis selama pengumpulan data maupun analisis setelah pengumpulan, maka dilakukan penarikan kesimpulan. 1. Bagaimanakah bentuk geguritan Dharmawisesa6 '. Bagaimakah struktur geguritan Dharmawisesa6 /. 5ilai"nilai ,endidikan apa sa!a yang terkandung dalam geguritan Dharmawisesa6

0(

BAB I5 &ALINAN NA&!AH GEGURITAN DHARMAWISESA

Ang A$ignam Astu 5ama Sidem


Pu)uh Durma I 1. &urmita pengataging kali yuga, tan mari punang $iyadi, tekng perangadbuta, oreg pra!a mandala, tar$inilang kang $ibogi, bagna mepasah, durgama ikang bumi. '. 7areg angel Ida Sanghyang Kalantaka, ni$akang danda pati, m$ang lara $iyoga, ring sang masadana, moha murka duskreti, kang kinalampahan, palaanya mangke pinanggih. /. ?$ir baskra sinaputan andakara, moga pepet ring nga$iyati, tar panon tikang rat, mangkana budining ng$ang, $uta tekaping kaprihatin, m$ang kadurnayan, patute nora kaeksi. 0. Amboking ng$ng tumu$uh ring kaliyuga, tri gunane mandadi, dadiyannya trimala, trimal ng$i!ilang, mi!il tri moda ning hati, hati apanas, panase ngerugang bumu. (. Suastiastu kanugraha pari purna, sang ngamaca tat$a iki, bilihnya kahidepa, terus tekning laksana, sepatuduh iking a!i, nora ya simpang, dirge yusa maka le$ih. 3. %eki gagelaran nira sangamenget, inget ring raga !ati, !etinikang dharma, dharmane ma$ak sunia, nyunia ritelenging hati, hati sukarah, pasrahe puput nampi. 8. 5asapi masmitan nira Sanghyang suksma, sang nuksmeng budi mahning, eninge dadi manon, tinon rupan sang manon, satinone sai eling, elinge tunggal, tunggale tan ana malih. 1. Anta$an ingisun Ida Sanghyang &harma, kalih hyang Saras$ati, nadah $arndnyana, m$ang pehning $ara mreta, pangru$at papa klesadi, s$aatang rat, pari purna tang laksmi. ;. Singgih pukulu hyang muni$ara, Byasa lan 7araruci, asung anugraha, panyudaning dasa mala, sakeng peh adnyana sandi, kang kalinggayanang, ri sara samuscaya!i. 1>. ?uir $akyan sanghyang Astadasa ,ar$a, ngampehang malaning hati, ma$ak bayu ba!ra, madagi panoning ng$ang, manuduh enu aradin, ngungsira dharma, kasampurnan pati urip. 11. .angke kareping nguang apuniyang kata, ngantin de baca tasni, ma$eh si katunan, dumadak kahidepa, sedaging punang pakreti, nging ampurayang, kimuda ma bek ririh.

0(

03

1'. +ambayan nikang kata duk anurat, suryan nira alindi, $ariyagung punika, ireng paksame tunggal, sadad ikang cita rasmia, yusaning loka, Indonesia ne andiri. 1/. Ka$it d$i!a karanga murtining bumia, ring manenang pra!eng Kadiri, aran A!i Saka, subagiang tri lokia, purnan nikang !agat iki, sangkan kinucap, Isaka tahun ireki. 10. Ke$arna ta Bega$an 7esampeyana, mitututri sang A!i, prabu 9aname!aya, lingikang .ahabrata, kotamane tanpa tanding, patut resepang, paguanin sahi gulik. 1(. -duh anaku saluir $arah"$arah, pidartan catur $argi, separi polahin, katekaning ambeknia, suba ada mungguh dini, pragat make!ang, sekancane ada dini. 13. %ang $ilang tumu$uhe make!ang, sok i!adma manusaki, Ada milu nuturang sakeng ya nulad, nging yan tan mungguh iriki, lianan masih nora, $enten atetiron, ruruh ring aksara sami, pragat make!ang, tong ada buin ngelangkungin. 18. %an $ilang sar$a tumu$uhe make!ang sok i!adma manuseki, dadi bannya nyupat, dosa la$an salahnin, antuk ayunin pekardi, patut arepang, palan anake numadi. 11. Krana eda ya sanget manyebteng, diastu nista tur miskin, tumbuh dadi !adma, dingelahe day a bangga, keneh gede a!um mangengkig, apanga sama, pit$i candela yoni. 1;. Sangkan ya kinucap paling utama, le$ihe bannya uning, nglebur papa nraka, darsanane karma melah, sapolah manga$e asih, ento presida, utamane dadi alih. '>. 9adma ane tan mad$e kerti melah, taban lara ring kepatin, pe!ah p$a y sira, sama tekening $ang lara, lunga mareng dura desi, tanpa ubad, slampah laku sedih kingking. '1. Sangkan !ani saenun uripe serakang, dimatine enyen takonin, !api ke$eh saratang, ane abot pla!ahang, !u!urang s$argane le$ih, apang !a sida, mangde tan malih numadi. ''. +$ah !ani sedeng ngardi karmane melah, ri$ekas palane kabukti, satelah palaning karma, manumadi kita m$ah, $esanan karmane ngiring, bekel toadannya, !ele melah $antah kepanggih. '/. 7esana tegene satsat dadi sekar, tamsah ambune ngiring, s$arga mi$ah nraka, milu nutug menyadma, yan karmane ring kepatin, nora mepala, t$ah ne !ani kabukti. '0. Sangkannya kedharmane malu serekang, uripe kadi tatit, maklep asaksana, yan kasep sengka pisan, $astu tibeng nga$eci, lintang sangsara, ambah s$argane ga$enin. '(. Ana !anna tan ngarepang dharma sedana, teleb ring suka lan pipis, loba ambeknia, lenan ada buin !anma, presida ka$enang ring darmi, tan ngentas papa, kabancana maka kalih.

08

'3. Krana bapa melid nguduh lan mainget, arta lan sukena le$ih, ne masedana darma, eda pido ring kedar$an, ambulto bapa nuturin, ndatan karenga, kedarmane t$ah ya ketil. '8. %an misadiayang arta lan kasukan, kedarman anggon nyalarin, ayu kepangguha, pan saking darma sedana, temungarta lan suka le$ih, sangkan pucukang, darmane malu !alanin. '1. .ekadi pemargan ida sang pandita, sang darmika keastuti m$ang kinalemira, sangkan ida nemu suka, tan ngalemne suka sugih, dadi angkara, danane nyukaning ati. ';. Kadarmane maka ambah mareng s$arga, sana la$an bena$i, !alanan bandega, margannia ngentasing segara, ento pagehang mela!ahin, anake darma, amangguh kasukan le$ih. />. Sang yatna nagrdi arta mi$ah kasukan, lan kamoksane malih, ika tan pepala, bina ring sang keyatnan, maring darma sedana yukni, ento mepala, diastu $a$u ring hati. /1. Sekadi pemargan Ida Sanghyang Surya, rikalan ida mi!il, ngampehang petengning rat, mangkana sesamania, sang maulah darma !ati, iyu nyapuhang, saluir papane basmi. /'. Sal$ir $ang t$i nista madia motana, !a$at ayu kang kinardi, sateleb ring manah nia, dadia ta mresideyang, sasinadianing ngati, manuting lampah, sarat agung dengan alit. //. Kotaman darmane saking lila arsa, nto pe!alane le$ih, mi$ah maka sraya, denira sang pandita, tikang darma dadi margi, ambah mentasa, maring tri b$ana iki. /0. Ana $ang pageh budinnia nara ginggang, ngambel sedananing darmi, iya madan bagia, tan keneng lara $igna, prade iya nglalu mati, m$ang kaniseka, mangka ling sang maha yati. /(. Kadi angganing metengin tebu punika, liu ane sareng s$arga numadi, sangkan bagus maguna, sugih mi$ah me$angsa, suka $irya tandang le$ih, keto palannia, $esanan karmane ngiring. /3. 9anma tikang ngelaksanyang karma melah, sakeng s$arga numadi, sangkan bagus maguna, sugih mi$ah me$angsa, suka $irya tan le$ih, keto palannia, $esanan karmane ngiring. /8. Saluir genah sane mangresresing manah, mekadi ebet alas pingit, !urang srebi sema sana, l$ir madianing paparangan, tan ana baya ngre$edin, ri sang darmika, kemban don karmania sahi. /1. Ikang rabi sooa pianak luh melah"melah, tur sandang ban nganggoin, bisa ngetus hati liang, dulurin ngelah umah melah, kayangan purane becik, $ibuhing boga, ra!a brana $astradi.

01

/;. ,unika make!ang dadi ya gelah anak, pa$eh punia sang kari bina ring tang $ad$a, lan kesaning tegakan, bakti ya teka mangungsi, mareng sang dana, l$ir sumur katak mangungsi. 0>. A$inan pakatonan ida sang menget, pageh rasa tan keneng pati, olihnia ngertiang, paga$eruh laning arta, ngingyan mangertiyang mangertiyang darmi, kton tinadah, mretiyune takut ya lari. 01. %aning kita tatas mang$eruhana, tan mari ngemban sahi, tur nunggang ulunnia, kala .retiyu punika, tan aarsa menadah $iyakti, mingkinte !anma, sang pageh ring darma!ati. 0'. Sangkan !ani sarekang mungpung enu ba!ang, kadarmane ga$enin, arta lan kabisan, sa$ireh nora sama, enyantua rered sami, dadi metu ala, kasidiane punah sami. 0/. Siyos malih ene madan upasaman, si rare manggeh $iyakti, !atin upasama, dituasane $etu beda, srining a$ake tan kari ento ranayang, elingang duke enu cerik. 00. Separi tingkahing ngadadi !anma, rare anom kinanti, anom ngantiyang tu$a, sampun katemu tikang tu$a, ndatan simpang ring kepatin, suba ya pragat, manggane darma pre$reti. 0(. Apan ida sanghyang .retiyu ta sira, masrati sar$a $iyadi uripe kasaya, dadiya pati tang praptia, a!a lupeng patitis, karmane suba, nuntun kita ring pengungsi. 03. +$ah mula ene patut pantes arepang, uli !ani elengin, darma medana ne buat, pan urip tan keneng olah, sapa $eruh $ekaning pati, $ilanging uripnia, pada tan keneng pinasti. 08. %an mati brayane mengateh teked di sema, sane tumus mangiring, pega$ene suba, sangkan ayune ga$enang, dadi a!ak kayang mati, ya mengaterang, nu!u tongose le$ih. 01. +ingkah nyane iya ikadang $arga, yang kita suba mati, enu ne ma$ak ala, punika yan saihang, tan bina ring pipis clebing, t$ah asaksana, brayane girang nyungkomin. 0;. Su$ud keto la$ut matulak make!ang, tan panolih kaori, ditu enyen ne ga$ah, sangkan darmanae serekang, iya dadi anggon kanti, tan bisa lempas, ke!agat bukti"bukti. (>. &armane ma$ak ayu lan $iba$a, suka lilaning hati, manah papolosan, pageh ring suka duhk, ika ngaran tamba !ati, pemrayascita, pamupug $isyane mandi. (1. Ana malih mangete ring samiyadnyana, $eruheng tatua lan a!i, ika ngaren enak, lan aingsa ngarannia, sang roma ngemati"mati, tan taman kroda, byakta ngaran suka le$ih. ('. %antunggal punika sanghyang ngagama, nora ta sangsaya mami, nyengguh ayu ika, s$arga pa$arga pala, katah misadya angungsi, mabina paksa, pada seyos pengarti.

0;

(/. 5to kranadadi iya kalolitan, tan manggeh ring ke!atin nu!u ungg$an nira, ana ring gua Gah$ara, ida sanghyang ayu le$ih, ento paguruang, rising $eruhang ke!atin. (0. Sangkan ida bannya tulak ring $ongatu$a, mingkin patut takonin, reh tikanang darma, sama la$aning ula, pe!alane tan pinasti, e$eh ngrasayang, ane ngaran darma !ati. ((. Sruti araning sanghyang Iatur 7edha, Smerti hyang darma a!i, ida premana akna, turut me$arahira, saka luirraning pemargi, yang tuhu satya, aleph yang darma pre$reti. (3. Sang hyang 7edha ngadakang catur $arna, tuingkahing utpati, saupa cara s$ang, samangkana tikang rat, mi$ah sang catur asrami, maka luir ira, mekdi sang Brahmacari. (8. Grahasta $anaprasta lan biksuka, punika ka$ikon le$ih, tataging tri pada, me$astu $us dadia, $astu ya sdengana malih, $astu yangken dadia, sakeng 7edha tekannia sami. (1. Sanghyang 7edha pari purnakna sira, masedana kekalih, Sanghyang Itiyasa, la$an sanghyang purana, takut ida kurang a!i, sangkan tinulak, hyang dateng ngemarani. (;. Ane patut ingetang saluir pe$arah, pituduh sanghyang Sruti, lan hyang Smreti m$ah, punika ngaran darma, malih $arah sang katrini, sang Sipta lan Apta, m$ang $arah sang Satya$adi. 3>. Apan o$eh nuturang ne madan darma, kena bannya ndayanin l$ir kehanan darma, ento da nglempasang, sedaging punang pekardi, ene me$astu !le melah, saking lampah manah munyi. 31. Saka luir yaning tan map$ara suka, yen me$astu sebet brangti, mantukeng a$akta, ne keto eda nyalanang, arepe ring $on glen sami, manisaruma, lila lega lega$eng ati. 3'. +ingkah ida sang tiga mekadi sang Sista, sang Apta lan Satya$adi, 9itendriya sira, satya tuhuningabener punika lingganing darmi, sasolahira, make!ang patut sedeng iring. 3/. Sanghyang darma masusupan mider sagenah, nging tan ana ngangkenin, mi$ah ne keangkenan, tan sira kapo ida, la$an ikang asing"asing, l$ir babin!at, aketo yn upami. 30. &ening iya t$ara mena$ang bapa, dadi tan ana ngangkenin m$ang akuinnya bapa, e$eh ban ngerasayang, #yang darma suksma pingit, li$ating sengka, brate matungtung pati. 3(. Suba telah daging sane kasengguh darma, resepang sepal di hati, eda baanga ilang, pedasang sahi ingetang, samunyin bapane nguni, sikut dia$ak, satingkah mangunasih.

(>

33. .elid bapa cecel comel manuturang, ene mep$ara sebet brangti, eda ni$akang ring liyan, a!a lupeng $i$eka, sangapageh ngambel darmi, sapolahira, nora keneng lara $iyadi. 38. ,retingkahing $ang pretak!ana, tan darma stata ya sedih semanah tan sida, idupe ma$ara pe!ah, yang mati nagih numadi, sakit, tan pegat, saksat padang ring kepatin. 31. 7ang para ceda ri pre$retining darma, sakeng punggung durbudi, teleb ya maring orta, ne me$astu tan darma, sanga milu menyarengin, nora luputa, tibeng lara sakit hati. 3;. Ambek nikang $ang kinucapekan muda, tleb ring sane tan darmi, margan %amanilok, ya numitis menadiya, sar$a buron la$an paksi, malih a$ekas, mandadi nista lara sedih. 8>. %an mam$at kasugiyane utama, I bapa nyepel manik, kayu tegese pula, saratang ya mepageh, dadi lui ngelah mas manik, tan bisa ilang, anggon bekel mati urip. 81. 9a$at ti$as !ani tur kasengsaran, pageheng darma pre$reti, ento mas manik melah, kasugiyan sang pandita, saratang satunggun urip, tong bisa ilang, kebaya dening maling. 8'. Ke$ala nyak mangugu tur ngidepang, tuduh darma pre$reti, dyastu kakurangan, apa krana tong maan, sambilang iya mengalih, !angan lan toya, dening le$ih labane ngiring. 8/. Katah manyu!urang masucian ring alas, tukad nyane dalem mahning, sumarin hyang ulan, tan paguna tan $iba$a, akeh karya kurang bukti, pan!angan yusa, $astu kaseping kerti. 80. &arma sedanane patut !alanang, sambilang ya mengalih, sangu mi$ah karya, kadi lembu upama, mider ngedeng tenggala ring carik, olih nyambet padang, anggona legnati. 8(. ?i$at sa$at e$eh lingganing hyang darma, perama suksma a$ingit, l$ir sekadi tampak, i$ak melak$eng toya, pineta !uga de sang Cesi, le!eh apageh, upasema den amerih. Pu)uh Pangkur II 1. Sauntat tikang kedarman, mangke ka!ara tikang catur $arni, brahmana ikang pembayun, tumuting ksatriya, lasing $esya tiga anak puniku, d$i!ati kap$ t sir tegesnia ping ro manyadmi. '. Ci kalanira magurua, diksa brata sang skara $us kreti, sampun $eruh ring patinnipun, ya aran ping r$a anyadma ikang sudra eka!ati puniku, tan $enang brata sangskara kalih la$an brahmacari. /. Kedarman ikang Brahmana, menga!i$a meyadnya dana punia di, matirt lan mapitutur, m$ang $ik$aningayadnya, la$an menanggapa dana ring ayu, pupating sapta darma, bratanira roar siki.

(1

0. ,retekanikanang brata, darma satya tapa dama yadnya erih, $imatsarit$a puniku, titiksa anasuya, dana dreti ksama saminipun, punika dahat pa$itra, pasucian Brahmana !ati. (. &arma satya tegese pag$an, tapa aran sarira sang sosani, manesin sariran ipun, miyerin ka$isayan, m$ang dama upasama dening turur, yadnya ika demen mamu!a, mademang erang ngaran erih. 3. 7imatasarit$a $astannya, nora iri lan titiksa t$ara pedih, anasuyane puniku, tan nyakitin lan midanda, dana bares mi$ah dreti puniku, iya ngaran mapeningan, ksama sami panas tis. 8. Ksatrya ulahira, u!iya sanghyang 7edha lanamalih, nitya gniotra puniku, mi$ah moga$e yadnya, ngraksa !agat ring pan!ak priksa ngrungu, ring kadang $arga ya dana, yan keto s$arga kepanggih. 1. -lahnira sang $esia, menga!ia maring sang brahmana !ati, ring ksatria tumungkul, ring dana kala medana, lan dina melah mi$ah demen matetulung, suka lila mengasta$a, ring ida Sanghyang +riagni. ;. Sanghyang +riagni arannya, api tetelu luir Aha$aniyagni, punika anggon mapunpun, lan ngaran Garaspatya, gni saksi ing pe$arangan puniku, Iitagni pangeseng sa$a, yaning tuhu manggih s$argi. 1>. Isudra melaksana baktya, sume$a ring sang tiga mungg$eng aria, ngga$e tustan sang katelu, mangkana ambeking sudra, dadi supat papa nkrakannia lebur, amanggih kasida karyan, keto patut sang eka !ati. 11. Iihnaning amanggih ala, ratu a$edi brahmana sar$a baksadi sang $esya mega$e mayus, sudra prih tinangkilan, dening ida sang tri$angsa puniku, mi$ah pandita dursila, menak mambek nist tani. 1'. Sang brahmana mangalyang, istri !alir degag tan papakkering, lan $ana prasta puniku, mataki"taki kamoksan, dereng telas semarania kasor rampung, nundenang iya markertya, ngulah ketu$on memargi. 1/. .$ang nistaning sang petirtan, sok amangguh pe$arah tan tekengati, mi$ah !ro tatan peratu, grahsta tanasi ma$eka, m$ang !agat punika tan kapirungu, make!ang amanggih dukita, sar$a alane ngalilit. 10. &arsanan sang catur !anma, ar!a$a tegese pepatutan yekti, lan anresabgaya teges ipun, iya nora nresangsya, sakit kadang da t$ara ngarungu, eda ngulah lega padidiyan, atma tan suka para malih. 1(. +ang dama nglemekin a$ak, indriya nigraha tegese puniki, ngoret indriya apanga kukuh, daging sane petang soroh, dakatin sang catur !anma ayu, sakeng $ecanan betara, Sanghyang .anu ane nguni. 13. +ikang yogya kaka$as, aingsa lan satya $ecana malih, sitan nyakitin tumu$uh, tan ngrusak sar$a prania, sikelan uning maleh"maleh kayun, sanga nga$angge makatiga, sida mangguh suka le$ih.

('

18. .retyu yogya kaka$asa, aingsa lan satya $ecna malih, sitan nykitin tumu$uh, tan ngrusak sar$a prania, sikelan uning maleh"maleh kayun, sanga ngangge makatiga, sida mangguh suka le$ih. 11. Kunang tekang tan nressengse, iya iku pengarep ikang darmi, kelan tegesing ksameku, iya ma$ak kesaktian, mengenting sangkan mareng a$ak ya $eruh, tatag maring atma tat$a, mengarn adnyan pingit. 1;. Si satya punika ngaran, mistuning brata pada dibya le$ih, alaning nressanga ika, iya gedegin !anma, sang polos somah masih tan ngarungu, liur alangin telaga nya, gni ageng kela$an duri. '>. Kotaman nikanang dama, kepesaman me$astu iya eling, mituturin manah ipun, sangkan le$eihan ring dana, tikang dana, kerti sekala iku, palania ring ucap pada, ikang dama langkung le$ih. '1. Ana malih kacrita, ndatan mandus ane madan maresih, sang nganggo dama puniku, mandus mabresih ngaran, sinanguh danta, padyusaning $iku, masucian $aya bbyantara mangkana ling nikang resi. ''. Kunang laksananing danta, tar linyok tan ngirang anamu suka le$ih, yan nraka nora sungsut, enaknia $euheng tat$a, sida banny munggelin manah ipun, dening iya nganggo dama, sira danta ngaraneki. '/. +ikang indriya arania, s$arg nraka $luya maka !ati, kayeki kraman ipun, yan bisa ngret indriya, suba !ati s$rga le$ih kepangguh, yan bakat lumbar tu$utang, dadi arakane kepnggih. '0. ,alanikang ngaret indriya, dirge yusa upa lasana becik ring yoga pageh manulus, sakti tur sida yasa, la$an malih manggih tang darma patut, sugih katekanikang arta, sulabaning mangret budi. '(. Karma pata ngaranira, pangret indriya adasa yan $ilangin, dagingnia ring manah tatelu, dagingikang $ak patpat, la$an kaya pangisine buin tetelu, genp adas katahira, pretekania siki"siki. '3. ?ampahing manah ka!ara, ay$a dengki ngedotang gelah anak malih, maring sato pangda bendu, ane medeng gugu depang, karma pala tegese buah penga$eku, keto yan mengamong manah, sane tiga apang eling. '8. 7ak ngaran u!ar lampahina, eda ngucapang sar$a ala tan yukti, u!ar banggras puniku, m$ang u!ar mamisuna, eda ngalinyok, keto sang ngamong $u$us, maka catur tan kucapang, ingetan bilang mamunyi. '1. Kaya ngaran tikang ulah, eda nylanin saluir amati mati, eda ngerusak sekancan ipun, ngadu keparadaran, eda nyalanang tingkahe maka tetelu, dyastu yang maring naapkala, t$i maring pangipian ugi. ';. Sang tatasin pnga$ikan, tikang u!ar m$ang mnah ulah malih, maka tetelu anggennya ngetus, mengalap asihning $ang, tansah ayu patut laning alus, angge ring kaya $ak manah, biasa apang eling sahi.

(/

/>. Sangkan sengka ban ngrasayang, ne manguna ring kaya $ak manah sahi, reh ke$ehe deremg kepangguh, rasane i$at susah, yaning sampun ngecapang rasaning seduk, nora ke$eh ya mekenta, pineh rasanireng hati. /1. &agingipun ikang manah, maka andel ikang adnyan !ati dadi !alaran satuhu, ma!alan tikang u!ar, lumkasikang pre$retinipun, a$inn tikanng manah, araning predana !ati. /'. Apan sangkanikang manah, dadi ka$it indrinyane ya sami, mapre$ereti ya puniku, ring suba asuba karma, pangkan !ani manahe eret ya malu, pineh timbang menyalanang apanga ya mapala becik. //. 5ihan kramanikang manah, s$aba$ania sebete lunga teke malih, katah anggen" anggenipun, $etu sesangi sangsaya, maka$aknia sang sida mangret kayun, sira ta amanggih suka, mangre ring para loka l$ih. /0. .$ang katuturaning manah, tikang mata punika ke$angsitin, amulet ring sar$a $astu, manah kartinikang mata, yan kalesa nora makanti pandulu, iya mulat nora pedas, pan manah ene sengeh !ati. /(. 5ihan mara kegetanta, pekatotaning stri desania piningit, ikta yogya $inu$us, m$ang ana laki ateles, lan angru$ek rahasyaning istri iku, tingkah ikang laki ika apa bedanika kalih. /3. Kabancana $ang denika, dadi simanggah dudu puniki, maka !ati karanaipun, sakeng katunan manah, ka$it $antah sakeng manah puniku, ika ngaraning predana, semngkana tekang !ati. /8. Ana mukasa$a ngaran, madya mata apan tutuk puniki, asilih silih kramanipun, kamilau$aning kania, katonika norana bedanipun, nilu la$an mukasa$a, yan nilu araning !anmi. /1. Gedeng yaning kimud !eben, demen yaning pongah tan ngubdeng hati, punika mancana ipun, maka sedan aran, ikang !anma ga$enin ane patut, kertinira mareng !agat, manah tikang ma$ak aglis. /;. Kehananing $astu tunggal, idepning $ang mabina beda sami, luir susunikanang ibu, dudu aptining anak, moneng ibu lan aptening bapaeku, sakeng manah ga$e beda, siyos !anma len penampi. 0>. Kene drestania s$ang"s$ang, minakadi $ang biksuka brayadi, pariba!raka puniku, len tang kamukasa$a, kasmaran teleb ya maring anak luh, bina malih asu alas, maka telu mabina kapti. 01. .ulat istri ayu rupa, pada dudu kaptinirang katrini, $angke ling paribad!reku, pan menget ring nitya tat$a ling kamuka teka sih arsa ya lulut, mangsa keeping sregala, manah tang $etu beda sami. 0'. .aran kengeta ya !uga, sudin manah tinutikang pre$reti sahananing sar$a $astu, l$ir tingkahing sang bapa, nesek rabi angoras anak ipun, tan mangkana arepira, manah kriyo beda !ati.

(0

0/. Ana mangke kramaning $ang, iya edot tekening glah anak prih, dengki ring kasukanipun, l$irning !anma mangkana asaksana sukannya dadi lacur, yan misadya suka lana eda aketo ngamong budi. 00. 7enten mangkin sedeng elingang, budi tuhu asih ring sar$a prani, manahedengki ya rarung, eda ngangen lan ngedotang, ngame"ame ne m$astu nora tuhu, ane nora lan tan sida, eda nyinggahang dihati. 0(. Sangkan tegul eret pagehang, pancendriya mi$ah manahta malih, eda ngalumbar manurut, anak ya ila"ila, $astu kupet norana labanipun, mep$ara ya dadi ala, ngrusak $esana se!ati. 03. Ane iri tekening anak, sugih emas surupa lan $irya le$ih, sane kasub lan $angsa agung, mi$ah sane kinalemang, ri samangkana dadiya metu iripun, ika !anma kasangsaran, lara tan keneng usadi. Pu)uh & n$m III 1. Sinom ,akelingin manah, sasolahaning dumadi, satekanireng mrecepade, ksama$an dadiya margi, tegesire maka !ati, sng kelan upasameku, aneng rat ya pinu!a, ka!erihin $ong sabumi, tur kasungsung, kasub ring manusa pada. '. Ksama ika inucap, mas manic kasugian le$ih, bisa ngasorang indriya, becik tan ana ngelangkungin, dana peta ngaraning, tan simpang ring marga ayu, separan masedana, nora milih dina becik, suba lu$ung, pati urip manggih sadya. /. +an ana sang ksema$an, saksat sanghyang ,riti$i, nora na manggehang mitra, kla$an satrunnia malih, sang ida ninggalin pedih, maseda ksameku, kadi kramaning hyang ulan, mninggalang aling"aling, budi luhur, manggeh utamaning !anma. 0. Kapit$i nikang manusa, samusuhne kasor sami, yaning kroda ngematiyang, asing bani ngamusuhin, seda$anikang urip, nora pegat ngelah satru, yan enu nu$ukang kroda, sane tanpa satru ta!i, turingayu, $antah sang ninggal. (. Ana kinumdenta nira, pandita purusotmi, tang kroda sida denira, !api panas mangsul dadi, tan lara papa malih, tan nirayasa sang mangipun, tan sebarang $ang nyidayang, sangkan ida sakti le$ih, tur ka$u$us, sida mangguh kopesaman. 3. +ingkahing sang kepesaman, asih maring sar$a murip, samasameng a$akira, san!are alus manis, nora ya menyakitin, mi$ah tan kehanan bendu, punika ne ngerageyang, sar$a kasukane le$ih, sangkan mangguh, suka nulus maring !agat. 8. Kunong tikang gengning kroda, asring mengadakang kali, separan mangguh dukita, sapolahnia ta malih, ring paturonia !ati, tan pegat menandang sungsut, dening manahe !ap!ap, kadi tulu kala arip, umahiku, medaging naga $isesa. 1. .angke kramanikang !anma, tar enak turuniangarip, sekancaning $ang kelaran, mi$ah tikang sangsaya !rih, la$an malih sangapedih, lan mengangen karyan

((

ipun, malih !anma kasmaran, manahe punika sami, nyandang tundung, yennya singgah mareng a$ak. ;. Kale$ihannya yang timbang, sang ng$asa ring k$aseng brangti nugraha lan ka$irya$an, sama ring sang kelan malih, mareng tan kelan sangsih, !anma maring tan !anmeku, bina ring upa boga, le$ihing dana danyadi, sanga$iku, la$an sane tan pandita. 1>. ?$ir sang kina$aseng kroda, sal$ir aturannya sami, m$ang dana puniannya reko, kla$an yasania malih, mi$ah karyania sami, sekancanikang ka$u$us, pala$a kambil make!ang da sanghyang %amadipati, tuyuh ngapung, pocol ndatan mapiknoh. 11. %aning tapa kinaraksan, dadi pemadem tan brangti, kuneng hyang Sri kinoraksan, maka peademing iri, malih yan sang hyang #a!i, angkara a!ume lebur, sang mengraksa punika, yan mengamong a$ak malih, t$i kapangguh, tayaning premade ika. 1'. Kroda ngaran kalantaka, tresnane ya $etarini, l$ah dahating durgama, matoya panas lanetis, kuneng ta sanghyang #a!i, sanghyang Cahasyadnyaneku, lembu metuang sekarep, ikang kasantosan malih, ya kayunyun, nandana $ana arannya. 1/. 7ang kina$aseng kroda, dadi metu tang nora becik, yata angga$e ulah bap, ring guru tan papakering, tan ngugu u!aring ha!i, bani melaksana ring guru, mlih pangpang dursila, angupaya brahmeng hati, ri sang sadu, t$ara mengitung candela. 10. Sang kek$asa dening kroda, dadi bingung ndatan uning, selah bener ikang u!ar, ring ulah larangan malih, ling gama tan kesadin, tungkas maring darma patut, nora takut ngucapang, ra$os sane ndatan yukti, ya mamurug, manah peteng kabingutan. 1(. Iendet daging ikang kroda, ento musuhe kapit$i, mengkeb nyangid aneng a$ak, sira pre$irang a!urit, ngasorang satru iki, aneng rat iya ka$u$us, tur ka!erihin pinu!a, kinalemang de sabumi, marganipun, aprang abrata adbuta. 13. =ne ada larangan buat, tan $enang ni$akang brangti, risang prabu ring de$ata, brahmana lan rare kari, manyusulan $ong sakit, ri $angatan suba sisu, yang murug ageng candela, ingetang mangeret brangti, keto patut, margining darma laksana. 18. Siyos !ani katuturang, si kelan maring panastis, yeka kasidaning darma, katem$aning arta malih, yan sira kelan maring, ala ayunikang $u$us, katemu pademing kroda, mekada kadiran !ati, t$i kayunyun, tikang !agat denta sira. 11. =da nanggo lan mangingetang, l$ir sane tan ngugonin, ri hananing paraloka, la$an palanikang karmi, nyacad de$ata malih, nyeda sanghyang 7edha iku, sanga mu!iang a$aknia, si angkara kroda iri, panas murub, tur pati dingeh" dingehang.

(3

1;. ,ituhun a$ay sangsaya, ananing para loka t$i, la$an palan suba karma, tar linyok sira sang resi, sanghyang agama iring, eda tolak maring pituduh, ananing s$arga nraka, keto ko!eraning ha!i, yang tan ngugu, nora !le tatan salah. '>. Sangkan andel sang pandita, sira $ruheng ko!atin, ananikang para loka, la$an s$arga nraka uning, denira pageh sahi, sanghyang gama ne kagugu, saksat kanggen premana, nora sedeng sengsayain, yening ngugu, nora !le tatan salah. '1. %an tan kangen $arahira, sanghyang 7edha !ati le$ih, malih tan mangugu $arah, ida sanghyang darma ha!i, lan malih tan mangiring, paksan sanghyang gama iku, ri patinggaling atma, punarba$a ya me$ali, pasti ipun, ri mangsara ya kalenggak. ''. %aning ulah sang nastika, tan ngugu ka$entenaning, pala karma tur muruga, sanghyang gama manglemekin, !api iya tresna bakti, eda manesek !anma iku, kadi ya linus adres, ebuk masepuk yata malih, tan rahayu, asing nesek tibeng ala. '/. Kramanikang $ang nastika, $ang niskriya ngaraning, mangtan rungu ring tri $arga, ling gama tan kapisinggih, $arah sang guru malih, ingsaka pre$retinipun, tegese amati matiya, m$ang tan duracara malih, saminipun, mati ngaran kali$atan. '0. ,reingkahing $ang nastika, sok mangingu de$ek sahi, mangulahang a$ak mokoh, ngalih bukti pera !ani, yan t$ara mapikolih, mendep ya tan kapirungu, yaning mepalari$ekas, yadin manggih s$arga le$ih, nora cumpu, mingkinte mutangang lampah. '(. Kalih ulahaning !anma, mekrana iya inastuti, sang midanda ulah salah, la$an $ak parusa malih,anong rat ya pinu!i, ra$ose ba$ak ne lu$ung, eda ngra$os nya$a tara, eda mepa!angin orti, ilik iyun, dadya tan mengga$e melah. '3. %an rahayu nikang u!ar, ayu ucapanga !ati, katah!anma suka denia, yadiapin rahayu !ati, yan kucapang nora becik, sanga ma!arang puniku, iya matemahan lara, mingkin u!ar ala $yakti, kadi tusuk, ringati lara migena. '8. Sal$ir sane ngga$e lara, resepang ring prana malih, tekeng taulan punika, mi$ah nyusup mareng hati, tan kangge de sang darmi, kadiang alas puniku, !api abas tumbuh mu$ah, kadi manah keneng tan becik, nora metu, eda ngentikang sane ala. '1. Ane nyandang ya kahadang, yang ana $ng $ikarati, tuna le$ih nga$e"a$iya, mi$ah tan uning ring ha!i, $ang dur baga punika, mangupet"upet tan surud, $ang tanpaa mslan muda, $ang ala m$ang $ong a$edi"$edi, saminipun, pa$aking $ang u!ar parusya. ';. Sangkan ida sang pandita, satya hratane kapu!i, nora ida nguman uman, t$ara mamisuna !uti, tan angupet ya sami, nora mresa$adeng $u$us, yatna mangerating u!ar, nimbang pepineh tan lali, suka nulung, ri sang amanggih pake$eh.

(8

/>. .angke ane kramaning $ang, aneng a!eng ya mamu!i, ringuri nira mangupet, orol ngaran$ang kayeki, ri pe!ahnia manggih $esti, eda ngucpang lan ngarungu, sar$a upetaning lian, tukup ikang karma kalih, a!a $u$us, kahadin iya tur e!ohang. /1. Atakut ya $ang nastika, mari kang $ang mitya !uti, $ang geng kroda sama la$an, nagane maupas mandi, sang darmika tan sudi, $isya merta ring a$ak mungguh, pengkung teleb ring tan darma, $isyane sinah pinanggih, satya teguh, lan darma anmu mreta. /'. Kotaman nikang kesatyam, ring yadnya ring dana malih, ring brata ika pangentas, kesatyan ikang pinih le$ih, yang ring $ang brahmana le$ih, ring te!a tikang suryaku, ulu yan anong a$ak, yan ring saran darma sami, satya iku, ikang le$eihing $isesa. //. Sakengu!ar sangkan papa, langgan mesanggup ya pasti, makusara sida karya, la$ut ya mitya ring munyi, ya mangga$enang sakit, dadi balik dandanipun, ya nmuang papa nraka, sangkan tangarin mamunyi, pineh malu, ametang !ane nuraga. /0. +ekening u!ar apang satya, eda ngucapang mematyani, eda ngupet lan mamisuna, eda ngra$os misi brangti, u!ar darmane manis, eda ngra$os ngga$e sungust, malih ndatan nresangsa, mati iba idup kai, tabuh ulus, margining anake suka. /(. ?aksanan tikang ksatyan, ana tinanya tan muni, ma!ara tari sang muda, saka$eruhnia tuhu asih, nora ya salah tampi, mangkana pre$retinipun, laksanan nikang satya, ana ta siyosan malih, dagingipun, tn sang mresa ngaran mitya. /3. +an si tu$on ngaran satya, kuneng presida ring isi, !api mitya tikung u!ar, lamun tehher darma !ati, ngga$e sukaning murip, iya ngaran stya tuhu, dagingipun tan muda, ma$asana tan nyukanin, ring tumu$uh, yakita ngaraning mresa. /8. Butaita ne ga$enang, pang asih ri sar$a prani, apan ya mengaran prana, a$ianannya pageh malih, catur $arga puniki, darma arta kama lan mur, mur ngaraning kamoksan, tan matinggal dening !anmi, pranannipun, sang mengraksan catur $arga. /1. 7ang misadya hidup pang kuat, apa krana iya dadi, ngilangang prananing lian, bisa aneh ya puniki, sikute tan memargi, ndatan ana gamanipun, ngulah suka riya$aknia, tan panolih ne kesamping, ta ayu, alpa yusa tinemunira. /;. Ikang sarira tan lana, nitya ya apaning mati, ma$ak nista apanira, ulun nyane langkahaning, denikang sato cicing mangkana ketat$anipun, apata krananika, para pida ya inguni, sangkan mangguh, endi yata yogyanira. 0>. ,engrusak iking sarira, bilih uler la$an cacing, bilih a$u la$an butaita, asih ring buron tan ginggir, ri kalanikang lumak$a, alungguh turu lan tangi, yaning

(1

nora mekardi, palan asih ring buteku, sama ya nora bina, la$an pre$retin puniki, ikang pasu, yta sato ngaran nira. 01. Ko!aratan sato kidang, kala manak ya asiki, bina la$an asu ika, katah anaknyane $yakti, nemnem pitu bise lebih, nora sami kari hidup, apan upa laksana, sakeng ala kang binukti, sang kayeku, mangguh kagenganing $igna. 0'. %an ana kramaning $ng, tan nga$e klesa ring prani, mi$ah nora mengapusa, la$an tan ngemati"mati, setata ya manyukanin, ring sar$a prani puniku, ya manggih prama suka, tusing tuyuh mapikolih, t$i ring kayun, ring angen lan sapinarn. 0/. ?e$ih laba kepangguha, lan nora keneng penyakit, lenayu kang pisadya, sampurna nir$ikarani, kadirga yusan !ati, malih pradnyan kang pinangguh, sakti la$an kasuran, langgeng maring tutur !ati, !anma iku, $enang tir$aning segat. 00. ?a$an sang ma$eh nirbaya, ika ngaran tayaning $edi, $ehennia ring sar$a ba$a, den ipun langkungin asih, ya ri$ekasaaning pati, kang nora baya $inangsul, dendrang sar$a ba$a, mi$ah ana malih becik, sang mamulung, uriping prani sanunggal. 0(. .asor tikang dana punia, gatik alih yaning dacin, apan tanana bobotan, sakeng prana araneki, ke$ala tikang urip mulia ring triloka iku, mashie ring ene lian. 03. %aning !ani kramanira, nora ketamanan brngti, apageh ring ksatyan, tur nora amati"mati, tan misoda nyakitin, sasolahe suda nulus, yan mangkana kramania, kadirgayusan pinanggih, $ekasipun, katekaning mangke !uga. 08. Kalingane kramaning$ang, mang!anma ya kasmala t$i, $yadi m$ang duracara, malih ya ingsa pre$reti, alpa yusa ta malih, sangkan keto dadinipun, krura karma iya pecak, ring ngapur$a !anma nguni, mangkin tinmu, pala karmane mahala. 01. %ening !ani kramaning $ang, m$atang emas apang sugih, pengamdeling ka$isesan, akeh dulurannya malih, tan mas !uga inambil, milu tang darma puniku, kla$anikanang arta, muang kama yata malih, tegesipun, kama aran sukaning rat. 0;. Kunang sang nora mengalap, dre$eyaning asing"asing, ya tika tan ketakuta, galang separan nira becik, l$ir sang sinanggah maling, sangsaya alampahlaku, stata memanah !ap!ap, kadi tang mong yanupama, !rih takut, mara mareng desa ramya. (>. +atelu pinaka dre$eya, mas manik ling sang maharsi, pa$ilangannya punika, si tan hyun mati matyani, sang satyeng u!ar malih, tan mangga$e sakit iku, ika $astuning mulya, dra$enta gina$a pati, sakeng $u$us, ida sang maha purusa. (1. -lahe tulung ring kadang, katekaning lara prihatin, yan maring sa$itra kuneng, ya buating aminang kanti, krepaarania !ati, kalintang utamaningpun, beda kang paradara, ika tan yogya !alanin, kancanipun, ene muhara alpayusa.

(;

('. Sang pradnyan lan sang susila, sang $ruh pari!nyana malih sang mahyun kadir!a yusan, tan menganggen nira ingin, ri paradareng budi, sang demen mengaras iku, mareng rabin nikang $ang, dagingnya sama tang istri, !atinipun, sok menga$e ya bancana. (/. 5ihan dayan nikanang $ang, tar $ak kaya manah teki, mahayu tang ulah karma, $antah sakeng ulah dadi, ala ayu pinanggih, yaning ala tingkah ipun, katmu ala ya !uga, eda ngamatyangsar$a murip, lampah iku, eda nganggo menyalanang. (0. .aka sedanang trikaya, l$ir kaya $ak manah teki, prihen nugraha lan dana, apan sila araneki, naling sang maha resi, denikang darma styeka, maryada yukti muah, kesaktin lanikang sri, sangkanipun, sakeng sila stunira. ((. Apanikang tri b$ana, kasor keke$asa $yakti, denira sang memagehang, marekanang sila yukti, pan tusing ada tossing kasidaning sila ayu, sekatahne katekan, elingang tang sila yukti, ya puniku, predanananing dadi !anma. (3. ,ro$retining $ang dursila, apa pisadyaneng urip, ring $iba$a m$ang kabisan, tana langgeng ya puniki, yanora sila yukti, yadin brahmana t$a tuhu, yan dursila ya nista, !apisudra yan sila l$ih, darmika tuhu, $nang pinu!a kinabaktyan. (8. ,re$reti ayu punika, sedananing rumaksang darmi, yanida sanghyang Aksara, !nyana pageh iya dadi, eka cita sedananing, keraksanira puniku, kunang tikanang rupa, keraksa dening siradin, yan $ong agung, kasusilan mngeraksa. (1. -lah rahayu mekerana, $angsana bisa me$ali, ka$angane pecak hilang, ne mangkin malih kepanggih, sanghyang catur 7edha t$i, sanghyang Sangkya ,uraneku, ngale$ihangke$angsan, $ang dursila nora polih, palanipun, se!a$aning $ang susila. (;. +ar$enang kadng kula gotra, matulung mangentasaning, sakengkaduhkitaning $ang, mi$ah tang kasugyan le$ih, emas ka$angan lan a!i, ka$iryan lan mantra iku, sal$ir ika tan sida, nanging kasusilaan !ati, bias nulung, mademang duhka ri$ekas. 3>. Ana kramanikang !anma, ma$eha nugraha le$ih, pengga$e sukaning lara, enak manah nira $yakti, dadya aputra $redi, $eak pekarya tekeng putu, katah katahang $enang $enang, lan ulahnira kocaping, !ati ayu, ngga$e suka la$an dana. 31. ?en making kramanikang $ang, prade musuhira t$i, l$ir ngira kira ring ala, salemah lara prihatin, teka ya manunan kanti, la$ut kicenin pitulung, ikang krama mangkana, purusa sata keharanin, sa!ana tuhu, $isesaning $ang punika. 3'. 5irang rincining mitra ngaran, $angadagang bandega t$i, malih ya $ani!a karma, mitraning $ong lunga teki, mitra ning grehasta t$i, strinira ya puniku, yan nikang !anma lara, amitra balyan mami"mami, sang tambis lampus, dana bares mitranira.

3>

3/. ,unika sang dana punia, tan bapa ibunia mukti, palaning dana punika, sang mangga$e ne amukti, mangkan ling sang resi, !anma ne tatan marunyuh, !enekeng darma sedana, yan pageh sinah amanggih, tang rahayu, sama ri palaning dana. 30. Kunang pala tyaga dana, upa boga ne kepanggih, se$aka ring $ang kebayan, medagunana kepanggih, ring tutur tragya eling, mareng sang singsa iku, si tan pemati"matya, kadirga yusaning urip, palanipun, mangkan ling sang pandita. 3(. Apan aneng tri b$ana, pega$ene nora ketil, beda sakeng tikang dana, agung tresnane ring daging, apan tuyuh tur sakit, makelihang arta iku, yaning !anma katunan, arta Amanda tan urip, mangkanipun, baya dana tur sangkala. 33. Kasob ri manah ning$ang, denira sang maninggalin, sekatahing dre$enira, duskara ulahaneki, tan kemarganen ri mami, ulah tekang mangkana neku, nilarin emas lanarta, ika tau sida de mami, ndatan surud, tresneng angen kalingania. 38. Iki ana ko!arania, si sugih ma$ah ring miskin, tatan padona lingira, apan tan patehing daging, keto idep isugih, gunaning arta puniku, yen t$ara ya danayang, lara kati$asan $yakti, $astanipun, dadi guna lan $iguna. 31. Sang $ruhing kap$enakira, tar tinenget tikanang urip, mingkinte kang emas nira, lamun pararta kepanggih, $ruh ri !atining pati, ri +anana langgenging $astu, sangkan nia suka sirna, pararta pala kang pinerih, yata iku, sang putusing pangarsan. 3;. Kone dedayan nikang $ang, nora tanget sanga eling, ma$e$eha dana punia, malih tekaning ya amukti, apan tan tlas iki, tikang $iba$a puniku, yan tan telas tang pla, sakeng karmannya puniku, marganipun, angesti ayuning !agat. Pu)uh Dang Dang 6en* s I5 1. ,ituture sabda alus manis, palaning menga!i sanghyang 7edha, si$agni kapu!a reko, ring mantra tatasing $ruh, ya yadnya $idi $edanadi, yanarta pisadyayang, mukti medanaku, yan mam$atang rabi ba!ang, lingganing krida sentana dya mi!il, keti pikolihira. '. ,alaning $ruh maring sanghyang ga!i, rahayuning sila muang acara, sila ngaran s$aha$ane, acara ya puniku, pre$reti ko!aranga!i, apa pakenaning arta, yantan dana nulus, malih yang nora kabuktya, tan padon gunanikang kesakti le$ih, yaning nora !ayeng perang. /. +an padona panga$ruheng a!i, yan tan nyuluhang darma sedana, m$ang budi kepradnyanane, yan tan ngasorang ikung ra!ah tamah kindriyengati, b$ina dadre$ening $ang, emasinia mara mundur, tan ngitung mapedana, mati aran dyastu ning mangkyanaurip, $alayu pangububan. 0. Abaya dane bobotnya le$ih, dana bares tan antuking brahana, kasor sal$ir danane, yatika kramanipun, tan metakut sal$iring sami, mega$e dinanire, sang

31

melaksana iku, tan ketaman baying rat, me$astu asih a$las nungkulabakti sar$a ba$ano dlaha. (. Ikang dana agung palaneki, desa kala agama ksetra, dre$e ya data manahe, katahipun papitu, desa ngaran bubaga iki, ayu sucining a$ak, sang ma$eh dana iku, kala manu!u dina melah, tikang utarayana laku suryadi, lan agama punika. 3. 5garanira $arah sanghyang a!i, kramania manut $arahing gama, ksetra ngaran sang ka$eh, anung si laksana ayu, lan sang supatra sir malih, dre$e ya ngaran ne danayang, kang utama iku, data ngaran sang ma$eha, sang ya!emana lila arsaning hati, krana le$ihing pala. 8. ?a$an malu sang mapunia nasi, kala durbikan ya ri katunan laning ana malih $aneh, mapunia emas iku, rikala subiksa ya le$ih, dana kalih punika, sama ya ringayu, ri luhuring s$arga ri$ekas, enggonaning punika sang maka alih, tuhu ning mautama. 1. ,retekaning subakala iki, ana daksina yana punika, tambyaning ngidul suryane, utara yana iku, ka$it surya ngalara margi, kang sada siti muka, l$irning graham iku, surya candra $isu$asa, kala punika mangun dana tuhu becik, mepala mahabara. ;. +ikang dana pit$i bobot alit, klamun sarat sang manarima, dadi agung palannyane, yadnyaningma!i liyu, yan antuk miseka nyakitin, nispala tikang dana, tan sakeng alit agung, ngaba gede cenikin pala, manut lampah mengicen masih pilihan, tatasang kramanira. 1>. .a$eh dana a!a ri $ong tan becik, eda nga!umang gagunaning a$ak, a!a nampi dana pa$eh, sakeng $ong tana sadu, ring duracara eda mekanti, malih yan maring putra, ene suda cara $ruh, makerti ayu tur pradnyan, mara patut $ohin dana ling sang resi, nora sebarangan $ang. 11. Sane patut $ehin dana $yakti, l$ir sang ayu makerti ring !agat, $ong daridra kurang tedane, si kelaran ka$elas yun, agung palanikang daneki, ka$enangan sang medana, tan ngulati ka!um, m$ang tan sakeng ketakutan, ring undagi pangupakara tan amerih, yan aketo dadu dana. 1'. 5anging yan bapebunia ngidih, dyastu uripe patut serahang, apan ya ngadakang rook, dening gong ke$ehipin, sinandang duk ring garba nguni, sekancaning piutang, tan sida ya tina$ur, !api $aneng satus tiban, nora puput pena$uranira sami, eda tulak ring rerama. 1/. A!a ma$eh dana ring I sugih, sang daridra patut $ehin dana sanga gring tambanin reke, yang maring $aras ika, tan rinasa tambane mandi, a!a $eh ri tan minta, dadi aranipun, si nresanga $isesaning darma, mangde nora sapunika ne kepanggih, ulyaning dana punika. 10. %aning ana $ang nye$aka ngidih, a!a tulak ring $ang mangkana, !a$ating $ang candela !lek, eda gedeg tur manundung, prade ya nista cicing gudig, nora

3'

tatan mepala, danane puniku, asal pantes bani $aking, $enang tinulung ri sang kelaranasedih, lamun ya nagih tulungan. 1(. 9a$at ne menasi sari"sari, mi$ahing $ang mlaku minta dana laning $ang ka$elas arsane, sama kla$aning guru, ma!ar darma sang ma$eh teki, malane rered sadina, sekadi $ang masuluh, ring meka mela$ata rupania, mala hilang dening sampun katon !ati, sang manasi mngkana. 13. ,apan tekang kalih langkung le$ih, sang mesaur nastiya punika, yaning ipun kase$aken, +anana kang pesaur, malih ipun sang mu!ar dehi, demen tekening pebahang, dideh ka$u$us, nora sama papanira, sekadi kang cupar m$ang sicalep puniki, tar $enang anggen sa$itra. 18. ,a$itraning tingkah sang mangidih, sekadi sang manasi minta dana, saha $arah ituture, kayeki u!ar ipun, ay$a teget tan dana kinardi, kertyangta iya $ekanta, tan kadyang sng ulun, nguni tan ga$e ya dana, sangkan kene tem$ang ngagendong buka !ani, tan manasin yan mangkana. 11. 9a$at danane tan mapikolih, mingkinte sane mepal melah, tan usak anake bares, sekayane rahayu, punika dadi dana becik, patutang mani$ahang, pang tan salah surup, mi$ah ngaturang mapu!a, t$ah mepala lamun sakeng kapi t$i, galang galas ring manah. 1;. .edana punia emastanah sampi, kalintang pa$itra meka tiga, ngilangang klesa tegese, lan kes$arga katuntun, papatute malih danayang becik, $astra la$an mas pirak, manik soca iku, lan tanah punika make!ang, sal$ir sane utama mulya ma!i l$ih, a!a ene tan kinonengan. '>. ?embu ireng lan danayang le$ih, saha nganggo $astra lan tanduk mas, lan kangsa be!ana reke, saha makta tedanipun, palanira ri$ekas puniki, kamadugdenu ngaran, lembu met$ang sekayun, betari 5andini sekala, ya puniku maka dre$enta su!ati, ring paraloka $ekasan. '1. %aning lisah lan asep $e$angi, $edak $astra la$an gagempolan sekar, sal$ir punika dadane, sang ma$eh litu ayu, nir$yadi rupa laksana becik, katemu denira $ekasan, ana dana aluh, lenga $ungkal la$an dammar, loya $reti dadya palaning numadi, masuka sukan la$an kadang. ''. ?i$at sesngka tirta ring kepatin, ana mega$esalila dana, sinah ketemu rahayu ne, $ekasan tan kirang !banyu, malih sang medanayang sundih, ayuning mata ri$ekas, langsing nyamp$ah bagus, sute!a ba$ane $ekasan, mapunia dammar ri$ekasan sute!a dadi, alep m$ang bagus abra. '/. ,alaning mapunia tedung puniki, naring sang brahmana dadinira, mantuking indra lokane, kina!rihan kasungsung, de $idya dara $idya dari, malih yaning tarumpah, paduka puniku, rahayu ta paripurna, nir$ikara mulih maring s$arga le$ih, kinasihan dening hyang. '0. ,radene padre$enta sami, pedanayang punika telasang, yaning mehala budine, nora !enek riyat riyut, nispala ya nora lila ning, lan sal$irne sayangang, m$ang

3/

sang kayunyun dayang ring sang maguna, yanig misadya kepegatan bukti, maring kang !admantara. '(. Bedania kang dana yan ngaturin, ngundang sang brahmana kupekare, pinu!a sapula paline, la$ut puniae katur, ika dana utama le$ih, daging dana punika, palannyane agung, yan anti ya mase$aka, madya nikang dana tang kayeki, palania masih madya. '3. Sang medana yan bimbang ring hati, malih tan sangkaning areda suka, tan binger ngugu karmane, dana nista puniku, nista palania ling sang resi, upa laksana yeka, ma$e$eh matutur, tapa saulahing darma, kanista ngaran yan tan aredaning hati, tanpa pla ring paratra. '8. Kang dana karma tinakitaki, taambar ananing danania sekareng, mekadi prat lungat lutike, bungkil samsam puniku, telas tyaga licir nglilas laris, mari sang ka$ehannia, ika byasayang ipun, daging danane punika, ng$ehin rah daging ipun maka !ati, sane mangkin ke$ala. '1. Ana $ang mapitutur kayeki, makona mega$e dana punia, yadnyan akdik bilih akeh, kramaning $ang puniku, tan sidaning saadya pinanggih, kalis pisadyanira, b$at tingkah ipun, kadi laksananing kli$a, nora mepala ana tutur kurang bukti, yantan linksanayang. ';. .angkin angga$e kerti, sal$ir ulahing darma sedana, lingnira le$ih ayune, nanging mega$e tan tuhu, ddai hilang istanania iki, la$aning purtan niyeka, ista arannipun, pamu!ane maring sanghyang, =kagni mi$ah mu!a ring sanhyang +riagni, la$an dana ring kunda. />. Ikang ngaraning purta puniki, punia sumur lan tlaga tan embah, punia tlaga membah reke, punia !ron de$a iku, punia ulul la$an kemalir, pa$edayan sregep, punia nasi iku, malih punia pa$iraman, mi$ah papenggak saprekarania asri, palania ngaran putra. /1. Ana $ang nora kreta ring kerti, ndaatan kasidan ring catur $arga, takut ya ri tekan patine, nanging sang ampun putus, mega$eya darma ya lan kerti, suka sir menganiya, tikahing mretyu, kadi legane mengantyang, palan yasane nge$angaun ista le$ih, suka tekaning ptinnia. /'. Ikang $ang ane mangkin mepekardi, ngga$enin tikang darma sedana, apa kranaa tingkah nyane, dadya enak aturu, patya mareng ebet puniki, nraka loka kabukya, ana $ang ma$eh sekul, sakeng bannya manuyuhang, masu$uhan tan ngasen kenyel di margi, pala ageng kepangguha. //. .angkin $enten ulah nikang !anmi, iti$as brag agunging pake$eh, tan uning ngalih sanguine, yan seduk kecaru saru, dadya purna nora ana kari, yan ana ma$eh boga, ilang seduk ipun, ban kimude mekrane, nora kesamen ayunie mareng bumi, katekaning ya ri$ekas. /0. Ana dana mangga$eya trepti, arsaning ma$eh lan sang $inaha, !anten kadi pega$ene, malih $angalara sungsut, pitulung ika danne le$ih, $ang kalesen

30

marinyan, tikeh kasure lu$ung, $ong kasatan $ineh toya, sanga lap patute nasi ya $ehin, dana anuting saguna. /(. 7enang ya gina$e ulat amanis, $u$us enak manah suka rena, nasi pradang penamyune, sah dana dinulur, yaning sang peradnyan pradang sami, samsan lan panginangan, mi$ah toya nginum, manis halus ikang sabda, satya pageh darmaning pra$reti !ati, tan mari ring se!ana. /3. %an ana $ang tan mucukang rihin, de$a $ongat$a tamyu anak aturin malu mngane, kang aneng umah ipun, tika dudu ulahing !anmi, raksasa padannira, apan ya tatan $ruh, ring #yang 7astkara mantra, nora manut kramaning de$a linu$ih, ika a$ay manulad. /8. +an $enang nunggalang leganati, ri sarin rasan a!eng a!engan, tan $enang nunggalang ga$e, dayan kadange into, tan $enang nunggala ri margi, la$an malih tan $enang, manyelag ya bangun, rikalaning anak nidra, tan kasidaning terus manggih ya becik, sengkala pangguhira. /1. Ana iya $ang kramania mangkin, tan sepaken sang ram arena, saapinangan nira reke, tan inayap puniku, dening sang ram arena sami, ikang tinada ira, sesani tedanipun, yayahibu malu mangan, mara ya tetep pageh sai"sai, prama prama suka katemmunira. /;. Ikang sinengguh anak ngaraning, sanga dadya srananing anata nulung kadang lara reke, antuking saktinipura, medanayang sekaya !ati, pisadyane ma$eh teda, mareng $ongalacur, mangkana ta ikang !anma, ikang ngaran anak !ati le$ih, yan dudu iya nora. 0>. 7ang pina srayaning kadang sami, kadimargining hyang Indra maka, uripin sar$a ba$ane, m$ang kadi l$irning kayu, maka panguripaning peksi, tuhu $antah mangkana, ika pati patut yan maka panguripana, sapakurennia pinuka maka sami, ya anak ngaranika. 01. Sikadang mangasraya ring sugih, $aasu kene$ehan !uga denia, tuyuh tar $eruheng pangane, kadi l$ir kidang iku, mangasraya ring kayu aking, lam ageseng tinunu$an, $ong kadya pinuku kramanirang samangkana, kasmala dahat sattingkah tar $enang tampi, prade ya ma$eh dana. 0'. Sang $enang a!ak !umah ne menganti, l$ir nian kadang tikang kame$ehan, $ong agung lacur nrakane, malih sa$itra lacur, $ad$aning musuh ngalidang urip, punika sane patpa, tur $enang ya iningu, a!ak ya menganti !umah, ana lian tan $enang a!a menganti, tar $enang $ehin dunungan. 0/. Sangademen mengutang"ngutang pipis, $ang babotoh kereng doyan amah, $ong precede gedegin akeh, $ong prebancaneku $ong brungas $ang tan ngelah erring, $ang tan $ring kala desa, la$an mali ipun, nga$esa ene tan yogya, sekatahing punika tan $enang tampi, yan minta dunungan. 00. ?$ir pretekaning ne $enang pinrih, sang brahmana menga!i Ceg 7edha, mageguroning sastrane, nyama ka$angan patuh, mi$ah sisya lan kadang mlih,

3(

punika kang patuh, mi$ah sisya lan kadang malih, kang pradnyan $icaksana ring darma sastra $eruh, lan margining sistacara, ya punika kang patut ulati pinrih, saratang apang sida. 0(. Sang dru$aka maring guru a!i, mi$ah maring bapa ibunira, pradennyane ring tingkahe, presanga antuk $u$us, pradennya mareng manah malih, kramaning $ang mangkana, agung papanipun, le$ihan sakeng brunaha, tegesing ngaran kapapan sang ngulungan beling, li$ating papa nraka. 03. 5iang ketat$an bapedu puniki, bapebunira sane ngalekadang ndatan langgeng ika reka, nging maka !atinipun, mekadi sang brahmana iki, puruhita ngupadya, sangkan ana iku, kang presida tinutaken, $inarah"$arah angupdya se!ati, tar keneng lara patia. 08. Sang kaping a!eng sembahen $yakti, sang ma!ar sanghyang lokika $idya, m$ang $edika $idya $aneh, dyatmika $idya iku, la$an penga!ian irika $ih, malih ta mareng gurua, eda e$er asa$ur, peten tayaning dukania, alapana hatinia suka tresna sih, dersana ngenaking cita. 01. A!a ngupet paring guru a!i, pradene selah ulahan nira, prenamya supakarane, kasidaning angguguru, yaning mreseda guru a!i, mekrana cendet yusa, papa nraka katemu, yan sang pageh astiti baktya, ring bapebu sama la$aning mabresih, tapa satya lan darma. 0;. %an timbang sang ibu bobote lebih, la$an bobot kabuataning tanah, tar keneng hitung kale$ihane, tang bapa l$ihhing luhur, timbang maring luhuring lengit, l$ih becat tikang manah, kela$an angina iku, k$ehan nikang angen angen, yan $ilangen la$an dukut maring bumi, resep pineh ring manah. (>. Cing ka$itan pang satiti bakti, paritusta denirang ka$itan palania ri $ekas laning mangke, teteg inaleming ayu, l$ir tetelu kang bapane !ati, sarira kreta ngarania, sang rupaka iku, prana data ngaranira, sang nulung urip malih, ana ngaraning, anadata ma$eh teda. (1. Ikang ngaraning anak su!ati, sang nga$e suka renaming bapa, nanging si bapa gu$ene, ayuning anak ring ayu, tan sereset bapane $yakti, mangkana ibu !uga, mreta sih ipun, ring anake $enang tan $enang, mangunaning guba ane lacur lan sugih, tan bina ya maputra. ('. 5anging tikang anak sinah !ati, dit$aning bapebunia tan sama, kadi $elasning bapannyane, $elasnia maring bapebu, yadnyan bapannya lacur miskin, prihnia ma$eha !uga, malih sanga tuhu, sera$uhing anak putunnya, yan baktine mibu kadi ring de$adi, pan!ang yusa lan s$arga. (/. %ang kainggatang ring ibania t$i, ri kadang nyamania kapalakuang, pupnika lacur arane, mi$ah iya ngaran sungsut, nga$e sunianing rat ngaraning, patute maring mat$a, prenamya si mantu, masila ri a!eng mat$a, menangkil nunas saha atur bakti, ya rangkat ngaran nira.

33

(0. &oning rered uriping rare t$i, yaning katekan nikanang mat$a, $enang yatna kap$a si rare, mengayu"ayu nungsung, turanembah dadya ta malih, me$antun urip nira, anania satuhu, palan bakti ri $angat$a, pat ikang $redi mekadi l$ir niang kerti, ayusa bala yasa. ((. Kerti ngaran pangaleming ayu le$ih, ayusa ngaran urip punika, bala ngaran kesaktiane, lan yasa ngaranipun, patinggalan rahayu le$ih, ma$e$eh paripurna, ane bakti nulus, tur saying maring $angat$a, keto palanya sedeng tir$aning $ong sabumi, yata prih kasidannia. (3. 7u$uhning sarira apang eling, tang bala lan ba!ang tekaningat$a, adungang kepatutane, tingkahe suba atut, pantesang iya daingae malih, sekayane sidayang, tresna asih nulus, tinuting pangnyadmanira, malih adungang payas tandang lan munyi, ngaba keneh ya pantesang. (8. 7ong $odanan ngaraning puniki, anak kenyel $ang kesakitan m$ah, ti$as nista nirganane, laning $ang katetakut, anak seduk $ong miyegan ya sakit, sang dre$enaya ka!uang, kerampas l$iripun, malih hilang kepandungan, $anganemu duhka prihati maka sami, ngangsur angkihan nira. (1. Girasang ya manahe mela!ahin, tutur $erah sanghyang darma sastra, asih ring catur !anmane, sar$a kandaning darmeku, anggo ya laksanayang sai, pagu$unin byasayang, sistacara iku, ayu yuktine !alanang, dening $ang ya nora tuhu yukti, l$ir margan sistacara. (;. &adya pega$ennyane su!ati, darma sedanane ya gayang, tan kabukti palannyane, nanging sang pageh tuhu, maring sista cara puniki, pala ayu kabuktya, sang brahmana iku, maring tanggal ping pat belas, ring purnama ri panglong asta brahma cari, ring istri tar $enang tumpek. 3>. Ay$a ngalap yan tan puput !an!i, nyalanang demen sakeng mrekosa, mareng ma!eng eda menyadeg, a!a amityeng $u$us, malih a$ay amati"mati, eda ngangen keparadaran, yaning kita mahyun, mantuk maring s$arga loka, tinutaken ko!aran tuduhing a!i, ane sedeng piyerin pisan. 31. Kang pinangan lan masannia ingenin, a$ay ngigel mi$ah momyan"omyan, a$ay meganda lepana, eda metandak angidungg , eda masekar tranggana rinanggit, eda banal masuka sukan, ngulah ulah laku, eda ngulurin nidra lan t$ak, yan kanidan mepala ya s$arg le$ih, kabukti maring dlaha. PUPUH &EMARANDANA 5 1. Kasemaran idepe tasmi, dening brata d$ang dasa, sapuluh brata %amane, punika anggo setata, ingetang a!a lupa la$an niyama sapuluh, !alanin apanga tatas. '. %an tan punika marganin, tiba ring niraya loka, kasengsaran sela$ase, rika$ah cambra gomuka, ento krana serekang mungpung !ani enu hidup, dimatine tan pedaya.

38

/. Brata yama puniki, anresangsya lan kesama, satya lan aingsane reke, dama lamaning ar!a$a, priti m$ang presada, madurya marda$a puput, kayeki pidartanira. 0. Anresangsyane $elas asih, tegesing ksama punika, sang pageh ring panas tise, satya si tan mrese$ada, nyukanin sar$a ba$a, teges dama upasameku, $ruh mituturin manah. (. Ar!a$ane bener se!ati, priti agung asih tresna, presada ening manabe, madurya manising ulat, la$anikanang u!ar, marda$ane artinipun, alus tus numain manah. 3. 5iyama adasa malih, dana i!iya la$an tapa, dyana laning s$adyayane, mi$ah upasta nigraha, brata m$ang upa$ana, mona la$an snana iku, tatasang ika maguruang. 8. &ana bares terusing hati, i!iya pamu!a ring de$a, kla$aning pitra reke, tapa menyakitin raga, dyana si$asmarana, mi$ah s$adyaya puniku, anglarang $eda 1. -pasta nigraha malih, ngeret purus tegesira, brata iku artine, mresihang la$ange sanga, manggelin indriyannya upa$asane kasebut, natasang patemoning tunggal. ;. Brata mona ndatan ngeling, snana tri sandya se$ana, madyus sabilang sore, puput sampun dnang dasa, punika laksanayang, yadin seka laning e$uh, apan mepala utama. 1>. Sal$ir pega$ene malih, darsanain sar$a darma, tur pikolih pega$ene, punika pinarah tiga, apang yatna mangedumang, yang misadya manggih ayu, kene tingkaha ngepahang. 11. Abagi anggon nyalarin, nyalarin, nu!urang buat kedarman, ene malih abagi reke, sedananta nyakaning $ang, apang !ana nuraga, ene abagi apang patut, !alarannya menambaha. 1'. &oning pekardin isugih, yan masedana kedarman, ya iku laba arane, suka sugih tinemunira, yan nora samangkana, kasmala ika sinengguh, a!a lempas ring kadarman. 1/. Ana kramaning $ang malih, ndatan sudi mareng darma, sok ring artataleb ga$ane, pisadyannya tikang arta, anggen nyu!urang darma, yan aketo eda manyadar, saksat mengambahing mala. 10. Sekancaning soca sami, socan tiying socan !aka, socan kayu lan tebune, ne mea!i soca mirah, tai patuh pada soca, bina kautamanipun, mangkene ikang kasugian. 1(. %an arta olih sangkaning, matungkas mi$ah ngupaya, malih sakeng nyakitin reke, mi$ah sekaya aturan, satru sane kuci$a, sagung ning arta puniku, eda !$a mangedotang.

31

13. %adin sang m$angsa le$ih, yan nya ngedotang kasogyan, olihing rananggane, hilang kepradnyane nira, antuking kalebannia, yang pradnyane hilang sampun, sri lan $iba$a ne sir$a. 18. +iga pikolihang urip, darma arta la$an kama, darma tegesira reke, tan sah angga$e sukaning $ang, arta sugih tur dana, kamane nuraga nulus, ngalap ska tresnananing $ang. 11. =da mangutang masa sai, alih pikolihe tiga, darma arta lan kamane, apang sa!a bin nyalanang, ene patut pucukang, dihidupe de katungkul, takut kacep glisan pe!ah. 1;. Sang tan madre$e pakerti, kasidaning darma arta, kama mi$ah kamoksane, angon mareng kahuripan, stata ngingu a$ak, suba mokoh pacing katur, ring ida sang kalantaka. '>. Sangkan kasugyane !ani, tinggalang patut danayang pilih"pilih masih ma$eh, kayeka boga paboga, lan sal$irning $isaya, bukti saenakning kayun, pan mretyu tan keneng tulak. '1. &ening kramanikang !anmi, suka mangke nraka ri$ekas, $ekasan suka nraka mangke, suba mangke suka ri$ekas, nraka engke nraka ri$ekas, pilihin tang !alan catur, apang sa!a tan nyalanang. ''. Kapratamaning pamargi, !anma sugih tanpahingan, sok kabukti lan ingangge, ana malih kemargayang, asodana darma kriya, pre$reti !anma puniku, suka mangke nraka re$ekas. '/. Ana $ang tansah mesamadi, !enek ngemargyang tapa, sadina nora kasep, ngulik tutur d$epayana, !itondriya ta sira, asih ring sar$a tumu$uh, ika !alan kaping r$a. '0. ,emagi ikang kaping tri, tan pegat masedana darma, pari purna pemargane, saking ayu ngardi arta, mukti $isaya ring rebya, sami sakeng darma arus, tan sangkaning parirosa. '(. .i$ah meyadnya astiti, amu!a ya ring de$a, ring pitra le$ih pu!ane, puput sami kahaturan, palan !anma punika, mangkin suka ne kapangguh, tan pegut kayang ka$ekas. '3. Kaping pate $ang tan pa!i, nora tapa tan pamu!a, nora yadnya tatan bares, kang gina$e manda bagya, ti$as lan tanpaguna, asing solahang nomu sungsut, tan pegat amanggih nraka. '8. 7ang tan ketamanan brangti, apagehta ya ring brata, satya taya $esanane, asih maring sar$a sat$a, tan bina ring a$akira, palan tirta yatra katemu, denira maring dlaha. '1. 5ora p$asa tigang $engi, ndatan adyus ring tirta, mi$ah tan mapunia godel, kla$an medanayang emas, kramaning $ang mangkana, ya daridra aranipun, alaning nora matirta.

3;

';. +irta yatrane mearti, sang masusupan mrih tirta, mahotama kasuciane, le$ihan yan tinimbang, ring pe$ananing yadnya, sang daridra sane patut, menyalanin apan ti$as. />. ?i$at lacur kucap mati, keto masih ikang desa, 5egara lan $a$engkone, punika yan tan perat$a, masih mati arania, mangke pitra tarpaneku, sal$iring amu!a pitra. /1. %antan sang Srotri ya nga!engin, tegese sang tataging 7edha, mati !uga arane, mangkana ikanang yadnya, yaning tan pedaksina, taler mati aranipun, sami nora sida karya. /'. Ana $ang daridra malih, tan pattuting pelaksana, ngemargiyang sal$ir papane, yoka beksaning abeksa, klesaning aklesa, ya lacuraning alacur, mati yaning ngamatiyu. //. Sang daridra !api ririh, tan kaidep so!arania, !a$at becik bener dagingne, mingkinte ya pengkung kenyat, gdegeting sang mirengang, +anana $ang sudi ngrungu, mangkaalaning daridra. /0. Sang daridra yadin le$ih, tan guna $icayanira, ndatan karengsunang reke, pan becike kasemeran, sangkaning sri dadya, tang guna purnaning ayu, l$ir surya nyinarin buta. /(. Sang daridra sama maring, $ong sinanggahing candela, sama nora na danane, $ang candela yan medana, +anana kang menanggap, sang daridra lintang lacur, +anana anggenya dana. /3. -mahing daridra !ati, yen rinasa kadi ka$ah, rupa +anana emasnyane, samun ndatan ana anak, kla$anikanang boga, mi$ah rasanikang lembu, resem srebi kadi sema. /8. Ikang tang daridra malih, sinanggeh kuru $astannya, pradene kuat bayune, doning ipun ndatan pemas, tan mampuh dadinya yaning tan pekaya iku, tan sida amri pangan. /1. 7ang ndatan petamyu malih, tandad$e ungsen ungsenan, punika pateh arane, pada kuru iya make!ang, tan mampuh semanahnya, apang nora manggih kuru, guna kayune !u!urang. /;. Sang daridra ngalih bukti, sakeng dre$en sa$itrannya, pemelenia rising ma$eh, antuking manah kasmala, loba cupar ngaloyang, saking lepang buktinipun, suka mati yan mangkana. 0>. ?araning $ang daridra l$ih, sdih kingking sadina"dina pindo reke sakit nyane, sakit lara sakit ti$as, yaning I sugih lara, katah !amba sida nulung, ento pinehang dimanah. 01. ,resida tingkah sang sugih, manyil mici nyinying pisan, nanging sang daridra kosen, sar$i kopa lan angopa, saking lapa mekrana, make!ang enak rasanipun, sang sugih dudu mangkana.

8>

0'. &agingipun siyos malih, tang lapa ngilangang yatna, ri sadananing darmane mi$ah kadirane ical, katekaning punang !i$a, menget maring rasa iku, ika memateking lapa. 0/. 7ongapungggung lara sedih, pekertine kaseselang, tan ican de$a $idine, aturane kaontengang, lupa paring pel ksana, !ele karma nyane sampun, sangkan nemu lara duhka. 00. Ana $ang tan mapikolih, koos boros sekayannya, aringan pocol peng$ene, nguni tan mekarya melah, !ani asehin pe!alan, adayan tapane !u!ur, guna palane tanana. 0(. Ada lacur pradnyan ririh, pageh anteng tingkahira, norana pikolihne, saking pala karma melah, setindak nora sadya, pican ring alan manyusup, mangelarang tapa brata. 03. 7ong sing nglaring suka malih, kayung t$a nora sida, mapi kolih idep nyane, masih takut mareng alas, dadi lampas ring tapa, dening ke$eh nyane patuh, nanging palan nyane bina. 08. I kayu mentik ring krikil, puret sendoh mailutan, amah subatah punyan nyane, kulit nyane kelet bakbak, betanineya munggah, bongkol nyane umahin semutt, idup nyane lara"lara. 01. Keto sakit nyane sai, kedi laran kayu ika, sangsataning dari drane, tan mari monga!ap"a!ap, nagih mati tong sida, tetelu sakite makumpul, sakit manah lara lapa. 0;. 5e madan mangke sakit, manahe prih nga!ap"a!ap, ane tan sida inulame, amrih bukti saking manah, dana pa$eh ingarep, punika nyakitin kayun, sama la$aning daridra. PUPUH 6INANTI 5I 1. Ginanti tekanang pupuh, nyambuhng tat$a mungg$eng arsi, pageh Ida hyang berahma, sar$a buta kaingonin, dadoyane tatan sama, guna rupa lan pre$reti. '. Sekatahing bangsaipun, sama rata nora ke!il, katekaning mangke !uga, nging asiki kaimpasin, ikang sumbung sumbar, sapanu!u kai$agin. /. ,rih sang sumbar an!a!aluk, sama la$an tambis mati, angsurane suba tungggah, bayu runtag rupa gesit, ra$ose kali$at"li$at, ento dadi menyakitin. 0. .elalah yaning mararembug, la$an sang maguna le$ih, mekadi $angining sekar, asing neket milu miyik, maring $astra minyak toya, ngalih mitra ya pilihin. (. Budining $ang mara mundur, sakeng sa$itra $yakti, yaning belog anggon mitra, dadi nista ikang budi, yaning patuh dadi tileh, yan utama dadi le$ih. 3. %adin kedik gunaipun, yan marani sang guna l$ih, sai a!ak ma$irasa, gunane ma$e$eh sai, kadi minyak tibeng toya, sangkan ne utama alih. 8. %adin gagunane liyu, lamun mareng nista kasih, titin kabisane pegat, kadi karang ukiran alit, ngga$e papindanning ga!ah, dadinipun ga!ah alit

81

1. Cing gagunan apanga $eruh, edamangga$e tingkah pelih, eda ngitung tuyuh me!alan, pan beloge ngga$e sakit, yan a$ake tan paguna, liyu musuh menyakitin. ;. +$ah ida sang darma sadu, ane patut anggon kanti, anggon kadang taler ida, yadyan tungkas kasihin, tan len rising sadu !uga, yaning nora rare !ati. 1>. .ungg$ing tingkah sanga sadu, nora sebet kecacadin, ndatan kendel yang alemang, tusing ketamanan brangti, yang kinu!araning ala, tar robah maah mahning. 11. &osaning $ang tar karungu, sang mengucap menyacadin, guna mi$ah tingkah ida, ayu !uga idep aening, mangkana sang dudu ngaran, sira ta purusa tami. 1'. -pasamanira putus, polos nguntuk saking le$ih, guna lan kabisanira, angganing taru lan pari, manguntul sangkaning enged, buahnyane mi$ah !elih. 1/. S$aba$anira sang sadu, tan anyacad mungg$ing uri, yatna nulung sang kelaran, tan tungkas ring asing"asing, $elas asih ring minta sraya, sedeng ida sai tangkilin. 10. Sakeng tingkah nban manyuluh, sanga $uruh tatanging a!i tur ya $ibuhing ka$iyan, prenanya tur ka!erihin, rauhing tingkah sami melah, ne keto pandita le$ih. 1(. %anta sida ban maniru, tingkah sang purusa sami, bankatahe mi$ah sengka, apang sida ne asiki, panulak lara laning ka$ah, samba$ane minakadi. 13. .aring sang meambek sadu, sekancane sami asih, tekeng ida sanghyang atma, seneng maring lampah becik, tresna asih ne meraga, sangkan luput lara kingking. 18. Sang se!ana buating kayun, nora sakeng punia le$ih, ndatan rungu mareng laba, $i$eka ring pre$erti, lampah sadu lan purusa, punika sane kaungsi. 11. Apang yatra ban mamu!ur, sane pagehing pakerti, kadi tingkah sang se!ana, sang susila !api miskin, sugih ngaran sane liyang, sang dursila manyungkalik. 1;. 7i$ekane artinipun, tetimbange pineh sai, salah benehe pedasang, tingkah a$ake elingin, patute sameng pandita pelihe sama ring sampi. '>. Ala ayun karmanipun, sang menga$e ya menampi, mi$ah sane manuduhang, sang mituhu masih pelih, sami salah maka tiga, timbang malu apang !ati. '1. Sangkannya karmane ayu, srekang !ani mengardinin, prade papa ga$enanga, ayu anggon masilihin, sang mangga$e papa ika, manggih papa kayang mati. ''. ,ang yatna satunggun idup, ngalih ambah sane becik, malih menek sengka pisan, tingkah ngalih pucak bukit, nyeburin pangkung dengan pisan, peteng katon ludin sakit. '/. Apan sang mekarma ayu, tekanira saking s$argi, yaning mareng mrecepada, tingkah becik ngaran kirti, ngga$enya pageh setata, ya ngaran manusa se!ati. '0. Ikang kirti satsat ibu, saking urip tekaning pati, ndatan ilang kirtinira, sang duryasa sama maring, mretyyu ikang ngga$e lara, mati idup kesakitin.

8'

'(. %ang mengambel kirti ayu, eda dro$aka ring kekasih, ring kantilan ene parcaya, ri sang ma$eh ngidih nasi, ngepet pati ngaran dro$aka, kretagna papa le$ih. '3. Brama gna aranipun, sang brahmana kepatenin, lan ngilangang brahma mantra, bagna brata araneki, !anma ikang ngelebur brata, sura sang nginum t$ak malih. '8. ?an corah sami puniku, papanira ?angkung le$ih, nging ana pemrayascita, kretagna mungguhheng arsi, tan petamba papanira, yadin pinrayascita le$ih. '1. 7ang mahala budinipun, mara risang budi suci, demen iya ngga$e papa, kramanikang $ong puniki, margan ka$ahe tinutnya, durgama resresengati. ';. Sang maulah papa iku, maringa$ak tatan asih, doninga$ak ngardi ala, a$aknya !uga amukti, mupu palanikang karma, papa nraka sedih kingking. />. 5em nistaning !anma iku, $ong ikang ngga$e penyakit, !anma a!um pariceda, sang kreng ngalinyok malih, geng smara kreng ring t$ak, ndatan pageh pangubekti. /1. Kramaning $ang hae puniku, pagunem lan papa karmi, nglalain dosanira, kadi angganing taru urip, milu gaeng yan makosod, la$anikang taru aking. /'. =da makanti makampung, la$an !anma ala karmi, malih ngla$an atukara, $ang dur!ana yanupami, dadya reged sinilepan, napi malih sunggut cicing. //. Ikang dar!ana puniku, pateh kadi tingkah kuri, dad$a dnyane glaring, dadupak mi$ah klidia, e!ohin yan ring dur!ana, m$ang musuhin apang !irih. /0. 7ang dur!ana eda mangugu, !api nungkul saking lami, a!ahin mi$ah sayangang, upami kali lalipi, !a$at uruk saking la$as, diingene ya mangutil. /(. 9anma nica kraman ipun, yan ngatonang anak lu$ih, prenamya tumungkula, antuk tingkah nyane lu$ih, nora erang mangatpada, kadi pangrapaning asti. /3. Ana dayaning sang sadu ay$a percayeng dur!ani, !api bakt manembaha, tinulak tan ka$ehin, tan aketo !atinika, isumur !emakang $erih. /8. =da mangadelang $ing kayun, ra$ose tan katung kasin, denikanang $ang dur!ana, apan agong ambek niking, $ang kalilit dening ula, luputaya tan kagutil. /1. %adin muluk alus rempuh, ikang u!ar nyonyor manis, yaning munyin sang dur!ana, edangendelang munyi manis, kadi sekar metu salah masa, cirin baya pacing prapti. /;. 9anmane curah puniku, tan sida alus manisin, yadin iya kamretanan, darman mi$ah pakerasin, banggrasin masih tong sida, kari midep ng$isyaning. 0>. Kadi ipule punika, yadin tebteb kari pahit, yadyan tandur pahit !uga, olesin madu lan gendia, borehang campur gegandan, sekar mi$ah $angi"$angi. 01. +aler pahit nyane kantun, keto kramanikang !anmi, alannikang $ang dur!ana, inayu"ayu tong dadi, ingala"ala nu ala, tong ada bisa mesalin. 0'. Sanghyang a!i mapitutur, a!ume telasang sami, nanging yaning $ang dur!ana, nyumangkinang a!um malih, tan uning ucap anak, buta peteng mareng hati.

8/

0/. Kadi surya upaminipun,. .angicalang peteng sami, mangedatang panoning rat, yan eclepuk manyungkalik, buta peteng bane ulap, sayan galang nora ngaksi. 00. +atelu sangkan dadi a!um, rea$aking dur!anaki, $idyadana abi!ana, $idya mada araneki, a!um bane da$ang sastra, dana mada tegese malih. 0(. Bane sugih pesu a!um, abi!ana mada malih, a!um sakeng $angsanira, keto yaning pelih penampi, siyos ida sang se!ana, dadi upasama sami. 03. %an saihang besi puniku, lemuhan ring manah dur!ana, besi ne dadi baan ngeleg, bisa lengkong yan apinin, nanging manah sang dur!ana, akas kukuh kekeh gati. 08. ?intang ka$idagdanipun, sang dur!anangubdang budi, nyangidang manahe corah, sakuat medang menyakitin, panas genit nora katon, keto dayannyane silib. 01. Ka$unganta manah ingsun, ri budi nikang rat sami, apan sang dadu sinamyan, bisa nahan kayun brangti, mapuhara dadi ledang, maring sang dur!aneng budi. 0;. Sang dur!ana tingkah ipun, !a$at sabatun kesa$i, dosan sang sadu punika, ngilis katon dennya !ati, sa$eh bila dosannira, tan karenga !agat kepanggih. (>. Suka rebate sang dadu, yatna bakti nambah maring, sang putusing pandita at$a, nging dur!ana nora bakti, li$a pari kramanira, dadya tolas sukaning hati. (1. Sanga sugih dahat $ibuh, tan mangga$e dana bakti, belog ti$as pangkung loba, pangampuning kadang margi, ndatan $eruh maring sastra, maka telu mudeng hati. ('. Ana ta $ang kramanipun, galak nyacada tingkah polih, masih milu menyalanang, pedih ring tan $enang pedihin, duka maring sang k$asa, lintang muda !anma iki. (/. Ideping $ang papa iku, yaning mo!ar halus manis, rikalaning ya pake$eh, ring sangkan nyane tan eling, yan pandukang l$ih tang mas, alah ring ara$ad buat nyangih. PUPUH DURMA III 1. +an mundur pupuhe mangkin $aliyang, kadi kang nguni !ati, sampun anemun gelang, ping nem ganti nglantya, pangkur sinom dandang gendis, samarandana, katah tekaning kari. '. Kesungkanan ta sang sadu manah nira, akarya salah margi, tan sadu karyan nira, pan samangkana sira, tar idep purusa !ati, !api ya $uruha, ri kang tan sadu sami. /. Kunang kramaning pandita aranira, yaning ida miarsa, ala ayu u!ar, kang ayu inalapan, kadi angsa yan amukti, susu ring toya, ampahane kapilihin. 0. Sang sadu yan kinca maulah salah, tar kaidep $iyakti, lan mangrengu"rengu, yan nikang !anma dusta, yadyan tulak gelomakin, masih puruga, pangkung tong dadi tulurin.

80

(. 9api $eruh liyu mena$ang sastra, yan solahe tan becik, nirguna punika, anggon nyaluh patut niya, ngalih solah ane yukti, lan mas icupar, seliyune nir don $iyuki. 3. Apan gunna ikang emas patutt danayang, dharma sedanane prih, mangke $ang kasmala, sakti ya ngga$e papa, ilacur upakayang !uti, sami nirguna, yang sang sadu ngga$e asih. 8. %an Sang #yang A!i malungguh ring duursila, nirguna ndatan suci, kadiyang toya ma$adah, antuk $alung kepala, lamun ring malih s$a dreti, punika ngaran, $adah bban kulit cicing. 1. +$i Sanghyang Samyadnyana ka$eruhan nira, $ang dursila $iyakti, tan padan ta sira, apan tan $enang sira, molih ista sadiya !ati, yan tan rinaka, dening nista cara iki. ;. -pami kadi ikuh asu punika, anggen ilih tana becik, la$an penyapuan, tana meragang ala, lu$ir alu laler puniki, yata mangkana, samiyadnyana nura krami. 1>. %an ring loka karma pinaka ka$itan pala karma pinanggih, dagingnya punika, sakancan karmane suba, mangkin ring lika pinanggih, a!ak make!ang, ento kausa tuduh !ati. 11. Sal$ir karma buah pega$ene suba, kabuktiyang ane !ani, mora bina lempas, kadyang godel punika, tan kasarungan mengalih, ka$it iinannya, yadin katah menyarengin. 1'. %ang menget maring pala karmane suba, tong dadi alih kelidin, lan ma!u mundurang, angganing puspa pala, masannyane kaelingin, pedum a$aknya, ingetang a!a lali. 1/. +ingkah ala ayun pega$ene suba, kalanira mengardi, rare ba!ang atu$a, !ani muktiang palania, nurutt da$ege mengerdi, apa kinarya, keto !ani pinanggih. 10. Ana !anma priksa pradnyan $i$eka, katah sang demen mengunggsi, sang sura $ong gina, sang dira brata surupa, tanpa cedatu$on t$i, dyastu mangkana, $ang soran nganggen kuli. 1(. ,unika sakeng pala karma ngeranayang, pangnyadman nira nguni ana malih !anma, dahat akaryeng papa, !ani nemu ke$eh ring margi, sarat manegen, nyu$un mangrendotan sai. 13. Kap$a aneng loka $antah sangkaning e$eh, yan mahyun suka le$ih, apan sakti denia, ngga$e darma sedana, yata tinuttnia $iyakti, palaning karma, kang tinemun nira !ani. 18. Kina baktina mi$ah tungkase punika, aget lacure malih, yata kina $asa, ka$ibuhane make!ang, mara mundur aneng bumi, katemunira, buah pega$ene nguni. 11. Sang sreset ri dre$enia numadi ti$as, sang pecak mademang nguni, kematiang ri$ekas, ento utang adannya, sekancan bibite nguni, ane kapula, buah nyane !ani tampi.

8(

1;. +an bina upami kadi mamula, ane pula ya mentik, ento ane pup$ang, keto tingkahe suba, ri $ekas bakal ya mentik, tur ya mabuah, tan dadi tara tampi. '>. %an ring s$arga loka amukti tang suka, ring murtya loka !ani mukti suka duhka, yan maring nraka loka, duhka setata kang binukti, ring moksa pada, prama sukane kabukti. '1. ?elima !alarane rauhing s$arga, mekadi sumur kang sari, lan suba punika, peken mi$ah empelan, bale !a!ar tembok becik, maka lelima, palannya melih s$argi. ''. =da mangenak"enak ga$enin ne $ekasan, !ani pesan ga$enin, eda buin nyangkeyang, mretyune tan mengantyang, during sampun ndatan uning, ento pucukang, kertine malu ga$enin. '/. ,rade Sanghyang .retyu anggen pasa$itran, tan keneng t$a pati, eda t$ara mekarya, kertyang !ani na $ekasan, apan ento patut kardinin, eda ngalengayag, ingetang sai"sai. '0. +anpa ingan punika tang kala ngaran, akudang atus $arsi, ndatan peraryan, nging pre$reti teka, malu$angan yan seeping gati, urip asaksana, a!a luya ngga$e darmi. '(. Akedik tang urip pan ambil lalu$angan, satenga $engi mengambil, anggenia manidra, ikang kari satengah, lara sebet t$a mengambil, m$ang pake$eh, sangkan t$ah akedik kari. '3. Apan nikang sar$a saripe sinamyan, kalebu ri sa!eroning, segara sangsara, buayannyane irika, lara t$a lan prihati ndatan mengeta, di ba!ange len pangungsi. '8. +anana tamba mantra homa lan !apa, nyidayang nulung pati nulak mretyu ika, punah ikang mantra, risang ngucarang me$ali, sanghyang mantra, !apa arania iki. '1. Ana $ang pageh liang idepnia tan he$eh, +anana ngere$edin, egar !irna mangeton, anak ruyud sane tu$a, $angalara lan $ong mati, tan mangeputang, mirib tong bakal manggihin. ';. =ndane a$aknyane tusing manem$ang, minab iya tan uning, $i$ekaning tatimbang, ane langgeng la$an melah, sangkan tuture ya gulik, resepresepang, tetampene apang !ati. />. %adin sampun ng$asa tang catus segara, tekeng pretisinnya sami, sangkayeng saktinnia, taler tan kaluputang, nakeng laru tan pati, sangkan ga$enang, darma sedarane !ati. /1. Sanghyang mretyu ngurun kambil maka a$akira, la$a aholatradi, ksana nimeca, pinaka rupanira, lara tan kang kinaksi, mider masusupan, k$asa ngebekin gumi.

83

/'. Sira mangan sar$a mauripe make!ang, sangkannia dadi mati, kadi angganing ula, mangan nikanang pe$ana, mangkana tingkahnia !ati, apang preyatna, ngemban a$ake se!ati. //. Srekang !ani mangga$e darma sedana, di t$ane maguna sakit, dahating sangsara, !ani pedasin ane t$a, tong sida banya megatin, $isayannira, dening gong tresna $yakti. /0. 9anma punika kadi asu tu$a pa$ah, tresneng balung tanpa isi, ke$ala iya mahan, manyilapin kanggoanga, demene !ani nyakitin, ento rasayang, indriyane ya punggelin. /(. Ikang sar$a murpe pateh ring salah, $ong dosa saka orat pati, ingater mareng sema, matindak tuna uripnia, keto sekancaning murip, enced sadina, sayan aparek tang pati. /3. +ekanang mretyu ndatang kena tinulak, ndatan kayun monganti, sangkannia marayang, eda ngantyang mani puan, puniyang darmane margania, anggon mengalap, darma sedanane le$ih. /8. +an ana prasida ke$ahaning karya, len sakeng mretyu iki, ngrearesin kalintang, sangkan serekang gatiyang, dharma sedana karyania, kadyang $ho"$ohan, ulungaya kang inanti. /1. 5ging tinuting mretyu pala karmane pecak, nyantosing tuduh ganti, !api siyu keni panah, during iya ngemasin pe!ah, as aging yan gantine prapti, tuni goret padang, dadya mangemasin mati. /;. +ang mretyungintu sar$a muripe make!ang, ring paturon lan palinggih, ring !alan kala mangan, ketutt buri stata, upaminya kita mangkin, saksat i$ak, sampun iya me$adah dungki. 0>. Siah bakal mahan ngentasin !alan, li$ating sengka sulit, tong dadi reranan, ndatan makta gaga$an, bu$in dusing ada kodetin, tangkeda andelang, sal$irnya su$ung sepi. 01. ,eteng ddedet tan katon !agat ditu mentas, de$ek tong ada kanti, engsek tanpa daya, ditu apane angan, $usadana punyang karmi, lan prana adnyana, punika kanti le$ih. 0'. &isubane pragat sebete tatan manget, matanne negak"negak nalik, ceceh maurab celekutan, angkiane pacing matinggal, peteng puniku kacelepin, pragat padidyan, pianak somah tan kari. 0/. &agingnya yaning $us karereh ban itu$a, anome ilang magedi, dainya ke$eh geriba, ksaktyanne matinggal, saking !aba manekanin, telah rusak make!ang, keto dadine panguning. 00. Sangkannya kita apang prayatna pisan, ngaba bekel mas manic, dru$en sang pandita, rehayuning laksanan, ga$e dana punya le$ih, ento dadi bekelang, ngaran mas manic kang le$ih.

88

0(. Ikanang $iba$a lan mirah utama, tingkahe ayu le$ih, tan sida punika, anggen sedana nulak, tikang lara tu$a pati, ene bu$in ada, nora langgeng melah sami. 03. ?$ir ba!ange uripe laning rupa, lan $iba$ane sami, $elaka mantra sanggama, merasa ento make!ang, senana ida sang resi, nora menelebang, bahane ya obah sami. 08. =da ampah"ampah sok teleb ngeresepang, ngelidin ke$eh ring sakit, manyu!ur $iba$a, merihang yusane pan!ang, ento sami nga$e !e!eh ri, lu$ir musuh geni upas, tong ada ane ngetisin. 01. Ida sang pandita tan kina$asaken, dening ra!a sarpestri, $eda boga yusa, $ang se$akeng satru mu$ah, sami tanunggala maring, ide pandita, dening ya manecin sami. 0;. +ingkahing $ong tutug lara sebet lan tu$a, raga la$an prihati, menget ring punika, sangkannya sang pandita, kamoksane kemarganin, apan to dadya, tumben ikang duh kale$ih. (>. 7antah dumunan tang urip la$an sarira, a$ake ngandelang urip, sangkannya, karma ya ada a$ak, ilang urip a$ak tan kari, daging punika, bareng metu bareng mati. (1. ,elaksanan ayune nga$enang a$ak, apan a$ake amukti, palanya ri$ekas, a$ake talia sangsara, misayan suka duhka tu$i, kerana bapa, apang eda bu$in numadi. ('. +$ah mula keto tingkahe dadi !anma, kalane ngu$asa $iyakti, masambung sengsara, ada !ani mengampah, maha ening akunang budi, ambek kembang, rumagep tang mokasa margi. (/. C$a tang marga pitra yang de$a yana, sang grehasta karma malih, sang mangelarang pu!a, panca yadnya utama, pitra yanane kaungsi, sangsis tresna, tinga nyakitin ragedi. (0. &e$a yama margane kang kinambaha, punika $enten malih, sang nyu!ur pitra yana, ngemargayang yadnya tapa, yamani semedi malih, ista cara brata, mantuk ring s$arga le$ih. ((. 7us irika matulak malih mang!anma, sangkanya ane sedeng prih, t$ah sang hyang kamoksan, pisadyan sang pradnyan, dane tan numadi ya malih, kemeng tuma patya, nirana ikang patitis. (3. Kasebetan a$ake aneng s$arga loka, satelah palaning karmi, nga$it iya maseselan, numadi geng kasebetan, keto ring sura loka tu$i, ring brahma loka, pateh kramannya sami. (8. &uhkaning anake mang!anma punika, sakeng s$arga ngetutt buri, tan dadilempasang, ngeresresin kali$at, sangkannya mami tan ingin, ring s$arga pada, masih duhka prihati.

81

(1. Cing s$arga loka ngaran kramannya duhka, ring neraka loka malih, salu$ir duhkane lintang, yama kingkarane nanda, numadi sato nista t$i, sampi lan macan, salu$ir megaange malih. (;. ?angkung sangsara deniya m$ah timpal, ring pitra loka ungsi, sebetnyane bedak layah, numadi !anma nista, sebete meganti"ganti, keto isinya, resep" resepang diati. 3>. +ingkahing dadi $ang pengelaraning duhka, sedeng manengah Sanghyang Ari, m$astu bedak layah, sesampune amangaa, semarana menyakitin, surup #yang Arka, matane ma$etunrip. 31. .angkana p$a kraman nikanang sengsara, timbang ane !alania, eda nyangsaren a$ak, apan a$ake $antah, kadang a$ake su!ati, a$ake !uga, dadi musuh a$ake t$i. 3'. %aning tresna asih anake ya ma$ak, kemoksane ya ungsi, a$ake dadya kadang, yaning nora sih tresna, a$ake me$ak sengit,tan !angka nglumbar, ento musuh a$ake !ayti. 3/. Apan nikang manah mangga$e sangsara, yan nalana ngaraketin, prade yaning nir mala, tan ketaman sangsara, samara kelesane ton kari sidaning moksah, be$arna$a $us kamtingking. 30. +unggal punika ikang satru ngarannyya, sipendang maka !ati, tan ana sesarannya, saktining punggung ika, yan pengdar$e ngeliputia, nga$etuang ala, dadi laksana tan becik. 3(. Sangkan nikang manemu suka la$an duhka, sakeng punggung makardi, pangkunge sakng loba, krana loba punika, saking pangkung mang$ad tia, sangkan sangsara, kanit pengkung mibitin. 33. =da ngampah pedasang ane mekada dosa, sakeng loba ya mentik, angkara adnyana, nyapa kadi aku tegesnya, magul kuat $iyakti, punggung sangkannya, punika pineh punggelin. 38. .elahang pengkung masedana kepradnyanan, ngaran tuture le$ih, ida sang pandita, pradnyan ta maring tat$a, sida ngentas $on glen t$i, ba$arna$a, masadana bena$i. 31. ,erahu kang $inangun dening kepradnyanan, yaning sipengkung !ati, tan sida baan nya, apan tan $eruh ing tat$a, a$akniya tan kentas $yakti, kalingke elenan, dadya beloge nyakitin. 3;. Kadi angganing lunga adoh tanpa ro$ang, baya duka kepanggih, si punggung areng rat, le$ih agung sangsarannya, sangkania si pradnyan le$ih, nginak ring tat$a, sira $isesa !ati. 8>. Si punggung manahnya prihatine tan sah, kala satra pinanggih, pasha ring kekasihan, ala den angkarannya, nora liyan punggunge !ati, maka kramannya, duhkane setata malindih.

8;

PUPUH PAN6!UR 5III 1. Ka$ingking ayu$a manggala, manahe punggung gempur lebur kasmi, kadiyang pande mas puniku, iya ngalebur emas perak, yaning ampah $iyakti sa$e mapunpun, yaning tangar prayatna, sinah gelis emase beresih. '. 5angkana urip punika, yaning kinaksi mangda suci bersih, malaning semarane lebur, sa$e bersih yaning ampah, lamun pesa!a yatna kuat mangalebur, beresih nyane sinah enggal, lamun tiling sida !ati. /. Kadi adiyus yan upama, yan akedik dakinnyane sa!a gelis, ngebegang nora tayuh, y$a dakine dugalan, yatna sa$e tuyuh ngebeg baan sabun, kroda lobane mala lu$at, yadin kuat pakerengin. 0. Sabun pangilangan kroda, sitan renge"rengen m$ang kereng maminahin, semarane ilang ipun, sesahning prapancadnyanne, loba moha santosane manempur, $isayune sabda rupa, rasa ganda apa$a malih. (. Kasar dening $ruhing tat$a, ana malih manahing ngati"ati, ista sadya pinerih ipun, titah $idi ngilangang, yan $iba$a ratna $astra lan sangu, elas kalise ngicalang, manahh $ong ada ngarankerti. 3. Ikang tresna asih punika, ilang dening $ruhing nitya tat$aki, sesanane sirna lebur, manah angen lan duhka, nora liyan yogane ngicalang iku, yan bisa mangeret manah, pandita aran niraki. 8. .anahe kang parirasa, alah dening kapi$elasan karuni, tresna kasar dan ipun, sar$a sukaning manah, yan demana sar$a karya manempur, !umbuh a!ume ya kalah, dening sami yadnyana le$ih. 1. Ilang pariraseng manah, !agate sami pada suka asih, yang semarane telas rampung, panggah tang prama suka, ilang kroda satrune telah nungkul, yaning tresnane suba telah, tong ada sebetang diati. ;. Samba$anikang indriya, ma$isaya $ing a$a gocara sami, katinut aken paniku, kang inilan sang pandita, ane mekrama lelana lan raga iku, tan mepala dharma sedana, ikang tan sininggahaning. 1>. Kaputusan nulak samara, serana eda nga!ap lan ngangen di ati, eda ngaras mi$ah mandulu, sa$isayaning samara, yaning sida ban sangelarang puniku, sida punah ikang samara, rasa tan ada nyakitin. 11. Apan nikang samara ika, prepancadnyana nga$i!ilang $iyakti, yaning ya sumbar satu$uk, sayan akeh dadinnya, yaning ida sang ,andita ne nundung, takut sakit laning dasa, menget maring tat$a le$ih. 1'. ,aglokikan nikang tat$a, apang priksa langgeng nolaheng bumi, apang santosane pangguh, dening lumrahing !agat, kale$ihanne serapan boga katemu, sagenah amangguh kasukan dadi $ang materampah $iyakti.

1>

1/. Salu$ir umbi pala $i!a, ring priti$i mandala saka lu$ir, satekaning selaka lan lembu, stri ratna lan sastra, maka sami $ang amerihang puniku, yadin nde$ek iya muntang, siloba nora nyukupi. 10. Sekatahnya kari kirang, dadi eling ida ring tutureki, sangkan sang ,andita nyu!ur, kasantosaning manah, dening $eruh ane ana tur langgeng kukuh, salu$ir demene me!alaran, bisa suud tur nyakitin. 1(. 5ora ida ngangen"angen, gu$an nane sampun telase kebukti, enaknia lan ayun ipun, salu$ir ane kaselihang, kesampingang kapinoh gunan ipun, dadi ilang angen nira, dane nora langgeng !ati. 13. Sangkan lara apasaha, dening angen ring guna lan geng sah, eling ane buktiyang sampun, matu prihati kasubetan, yan balikang alannya dasan ipun, punika angon elingang asih sebete ilang sami. 18. Ana nikang sar$a daya, yang ataru engsapang saka sami, yan mangipi kala taru, punika ngga$e ala, apan nikang ra!ah tamahe sumaput, yan sang $eruh ing sanyadnyana, irika kalebur sami. 11. ,uniki larangan nira, sang misadya mamet kung ayu !ati, kala $engi a!a lumaku, a$ay taru rahina, eda mangeling a!a teleb sanggameku, a!a manu$ukin t$ak, tingkah rusuh eda menyangid. 1;. =datara ngeret indriya, $enten malih ngeret kayun apang !ati, yan nora eret punika, degang tekang indriya, ngusak"asik $isayane dusta langkung, dadinnya mapu$ara ala, sinah mangguh duhka sai. '>. %an ulurin pangu$esanannya, $isayan nikang indriyane sami, ndatan ana $areg ipun, mangdeh amangguh sadiya, lu$ir ayam mesayuban ring la$ut ipun, kalaning isikep ngindang, !oh ara suka pinanggih. '1. +an u$usan tekan samara, yadin $ehin sakitane tu$ukin, sayan ulurin ya maun!uk, kadi geni yang upama, turu$in lengis sumangkin ndilah murub, mangkana ta ikang samara, becik nyane eret pincatin. ''. Sekatahing kasemaran, stri punika nga$e papa pinih le$ih, apaning kedadan ipun, sangkaning sar$a ala, mea$inan kesampingang stri iku, tan kangen"angen ring manah, antuk sang utama le$ih. '/. Solahe becik hina otah, dadi ka$on kranan nyane saking stri, lan kriya upayan ipun, nguna kaya prih pangan, sangkan prihati sakeng stri puniku, sangkan eda manelebang, demen mengamong rabi. '0. Anginaderes tan pantara, sending riyut laning #yang .retiyu malih, tan pati lan gni marub, tang upas kala kuta, $eda$ang nala geni alu kuda iku, angenah ring dasar petala, sang $iala ketara malih. '(. +ang landeping ku$a"ku$a, ana malih tekang prekupita gni, sekatahayang puniku, bilih sinulih tungal, ya tumurun stri penadiyan ipun, mangkana sinenggahang tat$a, sangkan ala tekang stri.

11

'3. Kraman tekang stri punika, teka kasih matannia galak umanis, ling nikang sang sampun $eruh, tali dadung punika, saksat pencar !arring tekal lu$ir ipun, paprentahan mange!uk ulam, yaning kran!ang pangurung kedis. '8. +ong ada ane impasinnya, dening stri tan mapilih $angsa malih, la$an t$a ba!ang ipun, bagus becek tan tulak, asal muani tong ada ne me$antun, kalan rira kasamaran, memayu tan bisa !erih. '1. Kramaning stri duracara, tusing bisa nyekapang munyine pingit, pan ring manahnya tan patuh, katon !erih ya ring somah, dening nora ngadu ada ngu!uk" u!uk, tan takute makrana, lan kepari ba$a malih. ';. Sanghyang A!i pakaryan ida, Bega$an Sukra la$an $rehaspati maka kalih eman tuhu, sida bina bane biasa, sai"sai apang yatna matuhu, yening stri manah nira, nora nyakitang puka. />. +an presida kakisannya, yadin ipun prayatna sai"sai, sangkan kereng ngereta ulun, kenkenanga kapo iya, antuk ipun sang presida sampun, ane mengastelang punika, ke$eh ban ngerasa dihati. /1. Sanghyang Agni nora $eseh, mbasmi taru satumanah ring bumi, makin ageng ndilah murub, mi$ah tekang segara, nora $areg salu$ir banyu kainum, kretyu mangan sar$a ba$a, stri tan $aneh sanggana. /'. 5datan telas ban nuturang, dosaning stri yan kereng nga$ilangin, yadin $ong salidah siyu, maumur satus tiban, nora telas ban mangitung dosan ipun, ay$a nyambut karya liyan, uli cerik kayang mati. //. ,retingkahing stri ngaran, sama la$an ring agni rupa !anmi, minyak padanirang !alu, asal nesek dekdek buyar, linglung paling keto panga$esan ipun, yana pageh tan ke$asa, rahayune !ati panggih. /0. Ikang stri ketat$anira, ma$ak kroda bancana sung"lap malih la$an $atek kimburu, sangkan niya kae!ohang, olih ida sang ,andita ane putus, sama la$an mediya bibetan, apan campur camah $yakti. /(. Kramaning stri punika, mangga$e ala lara lan prihati, sar$a karya dadi urung, keto $antah p$arannya, sangkan eling ida sang ,andita putus, preyatna tangar merabiya, akeh nyukla brahma cari. /3. A$akning stri banyu a$ig, lintang bibatan kara rameh $iyakti, ay$a arsa !enek salulut, patut pineh tur e!ohang, dening ipun mangga$e buduh ulangun, dadi rered punah make!ang, demene tungkas piyerin. /8. .angke ring manusa loka, sang ,andita ida $icaksana le$ih nora ana dina ayu nerus, kina$asa punika, kapariba$a dening stri puniku, kulit sasumpiti kidang, maka prenatan niya !ati. /1. Citengahing kulit punika, ana kanimenga tar keneng $aras $iyakti, pinaka ambah ipun, putra kela$an nikang rah, ibek aringet lan kang sar$a letuh, ma$inan ulangun ring rat, dadi ya bungeng buduh paling.

1'

/;. +ikanang kani punika, sinuhun pari"pari nora trebia, pinggir nyane ndatan rubuh, aneng !ero nora kena, kalih ika kang anuhan satuhu, durbala kesaktiyang ilang, kasugiane telas sami. 0>. +an kami lintang $ibatnya, ngamedalang lu$ir malan sarira sami, ka$eranan dening ipun, kala mar $uduk lu$at"lu$at ya subara tresna lulut ulangun, kalintang pemancanan nira, angob ingsun ngres eng ati. 01. Sangkaniya e!oh"e!ohang, ikang stri u!arnia pang tan piragi, pabisikne eda ngarungu, rupane eda ngingetang, maka mi$ah pamudang liga iki, nto make!ang amangun samara, pineh"pineh sambil makelid. 0'. =da t$ara yatna tangar, ila"ila mekaron, guyu nge$erin, nyama panak la$an ibu, apan ngelis nga$esa, semarane dadi llita ulangun, yadiyan ida sang ,andita, karsara dening puniki. 0/. Kadi agni yan upama, !roning taru telas geseng deniya sami, punya tekaning akah ipun, yan raketang raga d$esa, darma arta lan kamoksane lebur, kasemarane $iyakti melah, nora langgeng tur nyakitin. PUPUH &IN(M I7 1. ,ara sinome elingang, tuture ri a!eng gulik, apang eda kadung kali$at, semarane negul nalinin, sang nyidayang ngimpasin, ring brahma pada ya mantuk, dahating prana suka, tar keneng lara t$a pati, aran ipun, nir$ara pada punika. '. ,uniki dabdab sidayang, semarane sarat punggeling, lan krodane ya pademang, pineh piyeria sai"sai, ane salah mi$ah yukti, ala ayu ikang $u$us, yaning suba presoida, marga sanga tan ngelaranin, ya ka$u$us, raga murka ngaran nira. /. 7enten reke ikang !anma, tan nyelap ya mangga$e pelih, mi$ah ndatan ruprasa salah, iya tan patut dukain, saking tambat bisa pelih, mi$ah saking ampah ipun, sangkan pineh !angkayang, i$ang patute mamunyi, eda bas laut, munyine mekada dosa. 0. %aning $ang ku$asang raga, raga ngaran iyunnya maring, sekancan nikang $isaya, dadi ta kama puniki, kama ngaran iyun maring, cumbana ring anak luh, yaning kreset tang manah, ica ngaran iyunyaa maring, $isesa tuhu, ica ng$etu$ang katresnan. (. +resnane ngadakang ala, mapu$ara gedeg lan a$edi, demen nyane ring tan darma, !e!eh dadiya papa panggih, yan tresnane ngelilit, kauyang tur salah sengguh, nesekin sar$a boga, katon nganyud"anyudin ati, kadi $edua, barat birit dot ring padang. 3. Anom ginantining tu$a, keto pedume ketampi, ana $aras dadi lara, sapunika tikang urip, meseh ya dadi mati, pitresnane nora kantun, yan mati milu ilang, apan pedum Sanghyang 7idhi, ala ayu, ane ana iya nora.

1/

8. Katon !anma tikang tu$a, gigi ogle suba gan!ih, rambut ruru telas uban, kari tresna mareng urip, tekening kasugian malih, mara rered kari kukuh, sang ageng tresnan nira, nora sida ban ngebekin, kadi laut, tusing taen bek meluab. 1. Kapi tresnane ngagengang, kasukane menga!akin, kadi lembu yan upama, a$ak la$an tanduk saih, ngancan agen a$ak isampi, sayan pan!ang tandung ipun, mangkana tekang tresna, dimentike ya punggelin, apan ipun, mepada ya papa nraka. ;. 5ora bina ikang tresna, ring istri kasmala saih, lakinira kina$asa, makena ulah tan yukti, erang kimude malih, sa$a la$an nikang ibu, bisa ngelemekin ulah salah, sane elekne telas sami, ya amurug, ucap gama muang samara. 1>. Isinnya tresna punika, ala nga$esa sayekti, sangkan ada tungkas aperang, alan ambek tri bu$aneki, sakeng tresna menadi, sang sida megat puniku, dadiyannya tan a$era, tan daridra mi$ah sugih, !atinipun, galang nora kasebetan. 11. &i!a enu ada kastresnan, yan amonto ban nuturin, ana ane tan pa a$ak, ring a$ak leket makilit, palasang nora dadi, I belog ya dahating e$uh, ninggalang sakeng a$ak, leket raket nora ngingsir, ndatan milu, yadin sirna tang sarira. 1'. ?angkung me$eh tang sarira, kraketan ya puniki, lara dira keambahang, keto yaning kraket dadi, a tresna kang pepasih yan sida ninggalang iku, dadiya sida karyanta, suka le$ih tang pinanggih, tur rahayu, sekala katekan niskala. 1/. Sukaning panca $isaya, ring martya loka kabukti, lan malih ring sura loka, kasukana maka kalih, angkep daiyang asiki, yaningg timbang bobot ipun, ngela$an tekanang suka, ane ningulang tresna $iyakti, suratnya langkung, pan tresna kesaya suku. 10. Sakeng katresnan punika, loban idepe ya mentik, tumu$uh ikang kaloban, metu budi papa tan sini, yan darma ane kaesti nora darma dadinipun, ane mapala duhka, nanging a$aknyaa amukti, lara sungsut, mati idup kasengsaran. 1(. Ikang kaloban punika, umah padunungan niking, sar$a papane irika, apan nikang lubda malih, kalobane nyaputin, sanah papa ulah ipun, dadinnya tan santosa, amangguh lara prihati, sayan ma$u$uh, penga$asaning indriya. 13. ?oba nga$esa indriya, kepradnyanane tan kari, mi$ah sal$ir nikang sastra, pang$ruhne ilang sami, kadi kramaning a!i, nora sidi palanipun, punah rered make!ang, asing desek mengalahin, sami takut, ri sang loba dremaka. 18. ,reba$a nikang kaloban, yan makarya gung prihati, dipelihe manintiang, ma$e$eh tikang prihati, tuhu teken ngelah pipis, bedeoe iri petunipun, mangga$e daya upaya, yaning ipun nelasang pipis, lintang sungsut, pit$i mango upakara. 11. 5api malih yaning telas, sangkaning !an!in iya miskin, kalintang banya mangenang, rasannya matungtung pati, daging !inah puniki, dahating kasmalan iyun, apaning upakaya, polih sakeng nyakitin, ngga$e sungsutt, sangkan mepala mangkana.

10

1;. 7entening arta punika, tuyuh bannya mangga$enin, disugihe $etu beda, ulangun ya ampah dadi, ma$astu telas sami, maseselan lintang sungsut, meling tuyuh kenyel mekarya, tong ada mertayang !ani, sangkan ipun, ring $i$eka a!a lupa. '>. Idep sang sugih punika, !e!eh tangar sai"sai, ring maling mi$ah sang nata, ring braya la$an agni, kadi sal$iring murip, takut maring Sanghyang .retyu, tansah !e!eh sengsaya, manah nyane rebut sai, yan sang $eruh, liyang galang tanpa amengan. '1. Sang sugih punika sama, la$an paksi reng"reng daging, !e!eh ke$eh separannya, yaning nongos maring langit, ya takutt maring paksi, ring lemah takut ring asu, yaning magenah ring topa, ikan sane ka!erihin, sugih sungsut, separan anemu sangsaya. PUPUH DAN6DAN6 6EDI& 7 1. Sabda alus tuhu manis, da$ning melah tikang sar$a ba$a, sah sakeng pakumpulane, anak pepasahipun, la$an niking sarirareki, ikang urip mangkana, sinah pacing lampus, ma$inan sang yogi"yoga, $eruh sira ri tan langgening aba iki m$ang tan ananing langeng. '. =ngken karma nyandang serek amerih, ngungsiyang ka$iba$an punika, apan tan langgeng anane, apa prihang satuhu, papa ikang mamerih se!ati, kenken bannya mamerihang, sane madan patutt, tingkahe dadi manusa, mangde ndatan saleh surup maring margi, reh tan dadi balikang. /. Apan ana $ang umaksa urip, mati aprang edotnya ring $iba$a, dudu ikang nis kranane, amerih kagungan ipun, $iba$a mangun es$aryadi, ya ngaran basa nggodag, umah dosa iku, apan ika nora langgeng, tan urunggngga$e manah $ika ra dadi, mangkana tang es$arya. 0. +etiga kranan ampahe dadi, me$astu si pungung kalolitan, stri boga lan es$aryane, sapa telebing puniku, ya ta ngaran tan $ruh ing rat t$i, $ang aturu $aluya, tan $eruh ala ayu, ndatan $enten tatimbangan, binekang pradnyan $i$eka tata"titi, sangkan nira luputa. (. Ikang $iba$a la$an stri malih, mara mundur kalis dadi ombak, asing"asing !enek telebe, yadian ida sang 7iku, yan medana sama maring, ma$eha pesayuban, maring tutuk ipun, sang $iala sarpa punika, ndi kapan sukane tan mep$ara sakit, sangkannya timbang pedasang. 3. A!a bingung lan kali$at ngalih, ka$iba$an pan a$ake narima, mep$ara kasukerane, tan dadi anggon sangu, lan bekelang muang nulungin, kalaning panamaya, pemancutan rauh, saking Sanghyang 7idhi 7asa, irika laksanane nampi pesilih, sapatuduh iringang. 8. ?acure punika lintang sangsih, mesehang ngela$an kraton punika, dening sang adre$e lakamine, byapara obahing kayun, nging sang taiga manesin diri, ya

1(

lacur kati$asan, lintang suba tinemu, pan setata galang apadang, tan ana kina sangsayan mareng hati, utamane kalintang. 1. Apan sekatahing $anga sugih, seananing sang pradnyan ring naya, punika ta sekancane, nora ana tan pake$uh, mangka kraman nira su!ati, sangkan ida sang menget, ninggalang puniku, ikang arta mi$ah kelesa, kang tinu!u sukane nunggal ing budi, sane tanpa !alaran. ;. Suba duhkane sangkaniang ati, apana kala sang ,rabu lunga, saha sanpa carane, $ong !ero pari ngarungu, $enten sane mepangenan sedih, done ya kesayangang, $enten malih ipun, dahat suka manah nira, dening ipun kesakitan kepanesin, saking manah $etu beda. 1>. ,uniki $enten niyos maih, sang manget ring bacakane tiga, lu$ir ka$e$ehan artane, kedanganan ilacur, sebeta ngempu pe$ahan malih, pineh timbang rasayang, ento maka tetelu, sang yatna manguna kara, tur uning masang surudang mareng hati, $iyakti nora kebasta. 11. =da mange$ehang sal$ir ingapti, apan ke$eh$ agung alannya, kadi uled tingkahnyane, ngga$e umah ya urug, ban ke$ehne sangkan ugeraris, meyasa ngeput a$ak, yan raket sih lulut, aptinia mareng manah, selampah laku setata nandang prihati lila lega$ane melah. 1'. Apaning asih malaning prihati, ikang sih ngeratang medbed nekekang, kedadian nikang sebete, kraketing sih salulut, ri sakuren anak lan rabi, tan urug nemu pake$eh, sapamargan ipun, tan bina ring ga!ah tu$a, ring endute kalebu tan dadi metangi, mangkana yadanira. 1/. 7iyaktinira sih aputra lan rabi, na$a ring upase mandi ngaran, sakti tan ana tambane, sapa kakenan paniku, sangsara sebet ulangun sedih, paling lenged mideran, pasesan!anipun apaning sih ane mamrentah, keto dadi ana saying ngancan mungil, masih pacing nemu duhka. 10. Sesanan nikang amegatning asih, maring anak lan rabi punika, tirunan karma ulada, kang $etu ring de$ek ipun, tininggala nora kangkenin, nanging sane siyosan kangkenan, den ipun, apan pateh sama bangsa, dening manah $astuning ka$on lan becik, nanging salah ban ngemban. 1(. Sakeng asih krana bayu panggih, punika anggoning lara duhka yening tinggalang asihe, prana suka kapanggih, ay$a ngangon tegul kadang $argi, kamoksane sadyayang, eda masunggu lampus, pacing mela!ahin kamoksan, uli !ani apang tatas pedas !ati, yaning pelih tan tulak. 13. Sakeng a$ak dadi karma sami, ngalakang suka duhka mu$ang tu$a, pati prihatine kabeh, a$ak kraman puniku, nanging menganutin pekardin, malih kadi $atangan, melah mara mudur, antuk ombaking segara, ikang tinemu bisa malih ilang magedi, mangka tang sar$a ba$a. 18. Sapunika anak putu malih, buyut kadang $arga mutra samian asaksana patemne, malih pepasahipun, sangkan eda nraketang asih, ento menadi duhka,

13

ngaletehin kayun, malan idepe sapuhang, sal$ir ngeraket maring ati apang bresih, punika le$ih utama. 11. &adi !anma tan $eruh ing ka$it, punika luput kina lakaran yan itung panumadine, se$uan bapan ipun, ibunira anak lan rabi, ri sa!eroning ayuga, keto dadinipun, timbang ri anbahe tepet, engken tu!u ento ne !ani pilihin, ring patitis apang terang. 1;. Ane tan melah patemon araneki, mungg$ing ikang patemone punika, $iyakti nora ketemu reke, patemon taya puniku, la$an niking sariranta t$i, nora langgeng punika, apasaha iku, deinking pani pada, ay$a $era anuturaken puniki, la$an nikang !anma liyan. '>. Sangkaning taya marika malih, taya muliha marikang taya isinnya punika reke, tan akun ta puniku, ika tan sapa la$an ta t$i, ya su!ati mangkana, apa ka!ar eku, lan nikang apa pelaha, apang !ati mangde tan salah penampi, isin ra$ose pedasang. '1. Ilang tang mas la$an anak mati, rabi bapa ibun niya sinamian, langkung sakitsebet atine, yan tahu ring kayeku, karyanang tamban sakit ati, malih ta ana !anma, ngangen patin ipun, me$astu ilang tan sida, lara sebet dadine ngangen ane tan kari, ya mangun ala ngaran. ''. Sang prasida tambaning prihati, salu$ir nikang mati lunga ilang, ay$a nyambat lan angene, engsapang mangde saru, yan angene ngeraket diati, makin a$u$uh lara, lan sedih mi$ah sungsut, ay$a ta ingangen"angen, sang luputing angen" angen lintang le$ih, manah suci nirmala. '/. 5ihan mas katilarang den sang sugih, muang sang sugih katilarin den mas, gina$e upakarane, nora langgeng puniku, patemoning !alan lan nyalanin, sangkan sang $eruh tan nelebang, pagehang ya malu, pan sar$a muripe obah, laksanane !ani ane ada !ani, manian tekaning $ekasan. '0. Sal$iring ane $astu melah $iyakti, yadin kelayu sekaran punika, sang $eruh ing nitya tat$ane, nora nyesel muang sendu, nanging sang kraketan $iyakti, tar $eruh ing nitya tat$a, sangkan dahat sungsut, langkung manastapa sira, sapunika sang teleb ring sar$a melah t$i, tan pegating kasebetan. '(. %aning ana $ag nelabuh agni, mangulilingi gnine dumilah, ngelalu ban panas atine, nora mangitung kebus, dening madannya, sinangguh le$ih, dudu ya satya tapa, yaning sang sampun $eruh, masusupan manesin raga, lara duhkanira katinggalang sami, nyu!ur nir maladnyyana. '3. Suka muang duhka $antah magenti, tikang sugih kela$aning daridra, muang ana la$an tayane, pati lan uripeku, ananira mangkin magenti, eling p$a sang ,andita, sane sampun putus, sangkan ida tan girang, mi$ah ay$a la$aning duhka prihati, setata ening manah nira. '8. %aning suka tekan nyane metampi, nanging yaning duhka eda nulakang, nyalanang patut ya !angken, suka lan dukha iku, eda rgutang karyane menganti,

18

karyan darma punika, upania ipacul, panas tisniya ketahanang, sambil mekarya saganti $ehning pari, suka menerima titah. '1. Suka duhkana tong dadi kelidin, penga$asan nikang $idhi$asa, karana sar$a mauripe, manemu legal an sungsut, ni$ah 7idhi $asa puniki, pur$a karma tinut baya, ma$ak ala ayu, sangkan nikang suka duhka, nora liyan kadi cakraning pedati, magenti sor luhur niya. ';. Ana ke!araning tat$a le$ih, ne mengaran madnyana punika, !a$at $ang nangka adnyanane, tan kraket suka sungsut, ne aketo sinangguh Cesi, ya teka pradnyan ngaran, tinggalang tang sangsut, ya ngaran adnyane bala, saktining !ayana ngale$ihin bayuh bala t$i, $isesaning sarira. />. &uhkan nikang manah ya meradi, maneda ring a$ak dadi lara kadi menemu besine, yan tampon bbesina kebus, tayane apayuk anesida, toyane milu panas, !ani apang kukuh, mademang duhkaning manah, antuk kepradnyanane tuhu sandi, niscaya sirna taya. /1. +an sakeng t$ane $ruh ing !ati, tan sangkaning tegul iya bungkusa, nora tan kisat kulite, tan sang aban puniku, t$ah sang $eruh ing tat$a pradnyan !ati, sakeng panga$eruh ika, pinaku ta prahu, dinatine anggon melayar, ngali$ating babaran$a dungaran le$ih, manu!u nirtana cintya. /'. Sang manyun me$astu pradnyan !ati, nora sebet katekan nikang pake$eh, tan agirang disukane, nora kateman bendu, nora takut la$an prihati, pageh ening tutur nira, ndatan pacing surud, apan nikang pradnyana, muni$i araning amadnyana puniki, ento pineh resepang. //. Satusan siyuna teka sai"sai, lara baya lan sebete punika, ri atin sar$a madane, mengasesa ya ditu, nanging ri kayun maha Cesi, ika sami tan ana, daning ida putus, apan nikanang pradnyan, nis kalengka tegese morone tan kari, katemu tang sat$a guna. /0. Sat$a ke$ala tan kraket $iyakti, denikang ra!ah tamah punika, satah ba$ah teges sat$ane, si utama !ayaneku, cita sat s$a ba$an niyeki, pateh nora keneng tresna, patinggal citeku, katemu p$a sat$a guna, presanatmaka sang tan raket ring ragi, luputing karma pala. /(. Ana ta malih sang pradnyan le$ih, yadian se!eroning $isaya sira, ka$it panca sisayane, nesek ri boga iku, nora teleb raket ring ati, bina ta kraman nira, pring $ong apunggung pit$ine ti$as daridra, mera$at matra bogane ya kaesti, tan mari nga!ap"a!ap. /3. %adian nikang kepradnyanne le$ih, yaning ka$aran malaning !ayana, sinah tan becik katone, angganing kadi ngalebur, emas punika nora bresih, sadurunge keraketang, maring $esi puniku, kabecikane nora sinah, kepradnyanane punika kurang ha!i, dening sari a$or camah. /8. &aging pamutus nyane puniki, ilang kalesan a$ake punika, kepanasan ban !ayanane, yan kelesane tan kantun, samiyadnyana !ati kepanggih, yaning ilang

11

tang !anma, mari tang ba$eku, kadi sangganing sar$a $i!a, kepanasan dening sinar ikang ra$i, mati kedapane sirna. /1. 5ora kona linaksanan puniki, nora katon luput $ini kalpa, !ayananing sang !ayani reke, kadi angganing manuk, tumpak niya ane ngelayang ring langit, $iyakti ndatan Katina, nu$ang ikang puniku, tan katon tampake ring toya, $iyakti pingit luputing sar$a piranti, ikang paguren akna. PUPUH ME6ATRUH 7I 8II9 1. Iki putus ikang tat$a mungg$ang ayun, ingsun minta ampurasih, ri padaning sang ulun, sanga maca lan miarsi, basa pupuh lintang po!ol. '. Guna pacul masih milu ne mengapus, mungg$ing kreta kirang arti, sangkan basa patikacuh, sasuduke ndatan keni, mangde ledang sang memaca. /. Stingkahing sang putusing panga$eruh, ma$eh titi la$an cermin, mangde $enten ane katu$ut, anggon nyuluh ka$on becik, eman ida ring I belog. 0. Kedeh cucud tan sah ida mapitutur, kalinggayang mareng a!i, ri rasa samuscayeku, ling ngira sang maha .uni, amitutur ri sang katong. (. +ut burinen $akiyaning sang maha biksu, denikang utama le$ih, patut resep maring kayun, apan sal$ir tingkah sami, sakeng !aba terus ka!ro. 3. Kocap tuduh Ida Sanghyang 7idhi iku, pala karma kapitutin, karma manut sabda .anu, ala ayuning pakardi, sangkan mangguh becik kaon. 8. 5to ane dadua kina$asa dening tuduh, yan ida sampun uning, manunggalang patemon kayun, luput sakeng tuduh !ati, nir $ikara nora epot. 1. Kan tuning malih puniki ne menyambung, tutupang aksarune nga$it, apada alih abuku, ditu uning ngematanin, sane ngapus lintang kaon. ;. 5ing dusun $iyakti during mangguh garu, genah nuriasang basa ka$i, bangga a!um taler ngupus, nora kimud kaguyonin, puput narima kema$on. 1>. 5e ya sakeng titiyang ngadu panga$eruh, sangkan nyalin anggon gending, mangda katah seneng kayun, alit"alite me!alahin, sambilang di carik ngangon. 11. 5a nging titiyang ne mangkin muputang atur, yaning $enten tuna le$ih, ledang ngrah mangda patut, tat$eke apang !ati, mangda ngnuting gaguron. (+elas) .

1;

BAB 5 BENTU! GEGURITAN DHARMAWISESA


0.1 Bahasa *an D ks Geguritan Dharmawisesa 0.1.1 Bahasa Sebagaimana umumnya karya geguritan yang digubah di Bali, geguritan Dharmawisesa pun memakai bahasa Bali Kepara sebagai media kreati4itas sastranya. Akan tetapi, karena geguritan Dharmawisesa merupakan karya trans ormasi karya"karya sebelumnya, terutama karya"karya yang berbahasa 9a$a Kuno, kosakata bahasa 9a$a Kuno cukup me$arnai dan sekaligus memperkaya perbendaharaan bahasa Bali di dalamnya. ,emin!aman kosakata 9a$a Kuno memang senga!a dilakukan oleh I Gusti 5yoman Kontoran, karena geguritan Dharmawisesa yang beliau gubah babonnya adalah kitab suci Sarasamuscaya, sudah dapat dipastikan kosakata 9a$a Kuno di dalam kitab Sarasamuscaya masih dipergunakan di dalam bait"bait pupuh yang membangun geguritan tersebut. Beberapa contoh kosakata 9a$a Kuno yang dibalikan dapat disa!ikan dalam tabel (.1 berikut ini)

1;

;>

+abel ) (.1 Iontoh Kosakata 9a$a Kuno yang dibalikan Kosakata Bahasa Ka$i dan Sansekerta .aalaCtanahC DuskttiCsangat !ahatC sanghayang kalantakaCde$a mautC punyaCiklas berkorbanC !uddhi C kata hatiC aa daa parwa DmahabharataC am!ek DpikiranC am!kC keinginanC muniwaraCorang bi!aksanaC sarasamuEcayjiCpustaka suciC kaa DceritaC Sebagai seorang kawi , I Gusti Kontoran menaruh perhatian dan penghargaan yang cukup tinggi pada keberadaan bahasa Bali, lebih"lebih pada rasa bahasanya. #al tersebut tercermin pada kemampuannya memilih dan memadu kata" kata men!adi kalimat yang berisi dan indah (dibicarakan lebih lan!ut pada bagian alamkara). Bagi Gusti Kontoran, keberhasilan hidup seseorang di samping ditentukan oleh kemampuan berpikir dan berkreati4itas, keberadaannya !uga sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam menggunankan bahasa. &alam konteks ini kemampuan tersebut ialah berbahasa Bali yang benar dan baik. ,esan pentingnya kesantunan berbahasa dinyatakan dalam kutipan pupuh durma (I.;.') berikut ini ) seperti muniwaraCpanditaC sasamuscaya"buku suci" kataCceriteraC &ibalikan .en!adi .andalaC alam atau bumiC DuskertiCpen!ahatCperbuatan hinaC !hatara kalaCde$a mautC punyaCkurban tanpa pamerihC !udiCpikiranC asta dasa parwaCmahabharataC

;1

Singgih pukulun hyang muniwara, Byasa lawan Wararuci, asung anugraha, panyudaning dasa mala, sakeng mpeh adnyana sandi, kang kalinggayanang, ri sarasamuEcayji

*7ahai orang yang ari! bi!aksana, Bhaga$an Byasa dan 7araruci, berkenan memberikan anugerah, menyucikan sepuluh kekotoran diri, muncul dari hati yang suci, yang selalu hamba stanakan, di kitab Sarasamuscaya.

6uir wakyan sanghyang asta dasa parwa, segala a!aran dari .aha!harata, ngampehang malaning hati, memusnahkan kekotoran pikiran, mwak !ayu !ajra, bagaikan angin rebut, madangi panoning ngwang, menyebabkan !elasnya pandangan, manuduh enu aradin, men!adikan orang tertarik, ngungsira dharma, mennu!u kebenaran dharma, kasampurnan pati urip. kesempurnaan hidup dan mati. Krana eda ya sanget manye!etang, diastu nista tur miskin, tum!uh dadi jadma, dingelahe day a !angga, keneh gede ajum mangengkig, apanga sama, pitwi cendala yoni. Sangkan ya kinucap paling utama, lewihe !annya uning, ngelur papa neraka, darsanane karma melah, sapolah mangawe asih, ento prasida, utamane dadi alih. <adma ane tan madwe kerti melah, ta!an lara ring kapatin, pejah pwa ya sira, sama tekaning wang lara, lunga mareng dura desi, tanpa u!ad, slampah laku sedih kingking. 0Aleh karenanya !angan menyesal, meskipun hina dan miskin, lahir men!adi manusia, pada $aktu punya !angan bangga, tinggi hati bangga dan congkak, supaya sama, meskipun dalam keadaan cacat. Itu sebabnya disebut utama, kelebihannya karena mengetahui, melebur derita dan neraka, berlandaskan perbuatan baik, segala perilaku berdasarkan kasih, itu yang menyebabkan, kemuliaan itu bisa dipela!ari. Arang yang !asanya tidak baik, sangat menderita setelah ia mati, setelah ia mati, sama penderitaannya dengan orang lara, pergi menu!u $ilayah yang lain, tiada orang menolong, sepan!ang per!alanan sedih dan menderita.

Iontoh pupuh di atas menggambarkan kemampuan pengarang geguritan Dharmawisesa mengkolaborasikan tiga bahasa yang indah, yaitu bahasa Sansekerta, <awa Kuno, dan !ahasa Bali.

;'

0.1.2 D k s Syair pupuh di atas menggambarkan betapa luas kosakata pengarang geguritan Dharmawisesa, sehingga mampu mentras ormasikan kata"kata tersebut ke dalam bentuk karya geguritan. +anpa kemampuan berbahasa yang benar dan baik niscaya keberhasilan komunikasi dan sastra dapat diperoleh. &alam rangka sastra geguritan, kelincahan dan kecermatan sang kawi dalam olah bahasa dalam kerangka metrum) padalingsa merupakan prasyarat utama yang menentukan keberhasilannya sebagai mpu sastra. Goris Kera ('>>')'0) menyatakan bah$a ada tiga hal utama yang bersangkutan dengan pilihan kata, yaitu ) (1) ,ilihan kata mencakup pengertian kata"kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk kata"kata tepat atau menggunakan ungkapan"ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. (') ,ilihan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa" nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. (/) ,ilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan se!umlah besar kosakata bahasa itu. &alam rangka itu diksi dilakukan dengan cara"cara, antara lain (a) kata bersinonim, (b) kelompok kata yang memiliki kese!a!aran bunyi, (c) korespondensi bunyi, dan (d) penggunaan kata"kata asing ( Suarka,'>>8)(((). &alam sastra

;/

macapat 9a$a, Saputra (1;;')11) mengatakan bah$a adanya ketentuan guru-lagu, Dpola bunyi ahkirK dan guru wilanganC!umlah suku kataK mempengaruhi pilihan kata. Adapun teknik pemenuhan 4okal akhir larik agar sesuai dengan guru-lagu adalah dengan (a) menggunakan ragam bahasa krama L!iasaK di samping menggunakan bahasa inggil LhalusK (b) mengubah 4okal akhir tanpa mengubah maknanya, (c) memilih kata yang searti, dan (d) !aliswara, yaitu pembalikan susunan kata dari yang seharusnya. +eknik dimaksudnya tampaknya diman aatkan oleh Gusti Kontoran ketika menggubah geguritan Dharmawisesa. Beberapa contohnya dapat disa!ikan di ba$ah ini. ,ilihan kata"kata bersinonim yang dalam !ahasa Bali yang disebut kadang !asa atau dasanama sangat dominant dilakukan dalam geguritan Dharmawisesa. ,ilihan ini dilakukan paling tidak didasarka atas pertimbangan ) (a) pemenuhan metrum, (b) tata krama berbahasa Bali yang disebut sor-singgih !asa, (c) penguatan daya estetik ungkapan, dan (d) penguatan pen!elasan $acana, antara lain mohamurka- duskerti bingung marah !ahat, praja-mandala tanah, bumi, $ilaayah, nistamiskin nista dan miskin, utama-lewih utama, jadma-manuseki manusia, warahwarah-pidarta nasehat, sang pandita-sang darmika pendeta, suka-wirya kaya, kayangan-pura tempat suci, kala"mtyu de$a kala, samyaj;ana-aji-tattwa ilsa at, gua-gahwara goa, sruti-sanghyang catur weda $eda. Ada sebuah syair yang mengangkat persoalan pilihan kata dengan maksud untuk menegaskan isi $acana (&urma, I.3.8)1) seperti di ba$ah ini) Feki gagelaranira sangamenget, inget ring raga jati, jatinikang dharma, dharmane mawak sunia, LIni adalah pegangan orang yang sadar, ingat akan kese!atian hidup, kebenaran akan dharma : agama, dharma (+uhan) berbadankan sunyi,

;0

nyunia ri telenging hati, hati sukarah, pasrahe puput nampi. Gasapi masmitan nira, Sanghyang Suksma sang nuksmeng !udhi mahning, eninge dadi manon, tinon rupan sang manon, satinone sai eling, elinge tunggal, tunggale tan hana malih.

amat sunyi di tengahnya hati, hati yang membahagiakan, hanya pasrah menerima.K Semua mengakui $u!ud +uhan gaib, hanya tampak dalam hati suci murni, hanya dalam kesucian akan tampak, akan tampak $a!ah yang melihat, setelah tampay ingatlah selalu, ingatlah yang tunggal, hanya tunggal tiada yang lainnya.

,ilihan kata dalam bentuk alamkara (pertautan bunyi akhir kemudian men!adi kata a$al di kalimat berikutnya), diupayakan untuk memenuhi kaidah metrum@ pada"lingsa, !uga untuk mengentalkan daya estetik geguritan

Dharmawisesa. &iksi dalam bentuk korespondensi bunyi dalam geguritan Dharmawisesa, di ungsikan untuk pemenuhan metrum dan penghalusan rasa bahasa. #al tersebut terlihat pada pilihan kata"kata yang mengalami (a) penggantian atau penghilangan bunyi 4okal (terkadang konsonan), (b) persandian, dan (c) mengubah bunyi akhir tanpa mengubah maknanya, antara lain dura-desi" dura-desaKdi luar desaK, dharmidharmaC kebenaranK, utama-utami LmuliaK,marga-margi CberbanggaCcatur brahmanaK, D!alanK ,!enawacatur

!enawiCpulauC,lega-legawa-lega-legaweng warniKempat $arnaK,

warna

!rahmana-!rahmaniK

punika-punikuKituK,

mangaji-mangajiaKbela!arK, makerti-makertya KberamalK, grhaspati-grehaspatyaK tempattinggalK, sarwaprani-sarwapranyaK segala yang diciptakanK kapanggihkapangguh Kber!umpaK.

;(

,ilihan kata dalam bentuk penggunaan kata"kata asing, antara lain, denngan memin!am kata"kata bahasa Ka$i (9a$a Kuno). +u!uan peman aatan kata"kata !ahasa Kawi, di samping karena istilah agama yang tidak sertamerta dapat dicari padanannya dalam !ahasa Bali, !uga untuk men!adikan $acana tampak lebih berdaya estetik. Iara pilihan kata ini dominant dalam geguritan Dharwawisesa, antara lain seperti yang terlihat dalam tabel (.1 di atas.

0.2 & n$)s s Geguritan Dharmawisesa ,engarang geguritan Dharmawisesa menga$ali gubahannya dengan tembang (pupuh* Durma mengisahkan tentang datangnya !aman kali yuga. ,engaruh !aman kali yuga ini mengakibatkan tatanan tata karma dan kehidupan di muka bumi sangat kacau. Sehingga kehidupan di muka bumi terasa durgama yaitu mengerikan. Akibat pengaruh !aman kali yuga ini, tiga karakter manusia yang dinamakan tri guna berubah men!adi tri mala, dan dari tri mala melahirkan tri modaning hati, tiga si at angkara yang membara, yaitu cepat marah, cepat tersinggung, dan merasa paling benar. Seseorang akan dapat menyelamatkan diri, apabila mereka selalu $aspada akan dirinya, mengikuti petun!uk dharma, selalu memu!a sanghyang suksma (+uhan .aha Gaib) yang bersemayam di dalam hati setiap orang. &an agar selalu mengikuti a!aran yang tersirat dan tersurat di dalam kitab ,sta Dasa $arwa, a!aran dalam Asta &asa ,ar$a dianggap mampu menerbangkan segala kekotoran dalam pikiran manusia.

;3

,engarang !uga memohon arahan, bimbingan, dan tuntunan

kehadapan

Sang $aita maha besar, yaitu Bhagawan Wyasa penyusun kitab ,sta Dasa $arwa dan Bhagawan Wararuci penyusun kitab SarasamuEcaya, yang merupakan intisari dari a!aran ,sta Dasa $arwa. +u!uan dari pengarang menggubah geguritan ini adalah untuk dapat berderma (punia) kepada khalayak, namun dengan kerendahan hati pengarang memohon maa budiman. &ikisahkan Bhagawan Waisampayana, sedang memberikan pen!elasan kehadapan mahara!a <anamejaya tentang kisah .aha!harata (asta dasa parwa) yang patut selalu dipela!ari kemuliaan ceritanya. &i!elaskan oleh Bhagawan Waisampayana, bah$a segalanya telah ada terkisahkan dalam kitab asta dasa parwa, apa yang ada di lain tempat, di sini (.aha!harata) !uga ada, dan apa yang tidak ada di sini, di tempat lain !uga tidak ada.. 9uga di!elaskan, di antara sekian banyak ciptaan +uhan, hanya manusia yang memiliki ke$enangan nyupat (membersihkan) dosa dan nestapanya dengan melaksanakan perbuatan baik. Itulah sebabnya manusia dikatakan sakti dan utama. &ikatakan sakti karena, hanya manusia yang dapat menolong dirinya dari derita, dan dikatakan utama karena, hanya manusia yang dapat menentukan perbuatan baik dan tidak baik. Seseorang yang tidak meiliki perilaku baik, pada $aktu meninggalnya sangat menderita, bagaikan orang sakit yang sedang mencari obat ke luar daerah, sudah pasti sangat tersiksa selama dalam per!alannya. &ikisahkan, terdapat orang yang tidak mau menghiraukan a!aran dharma, mereka itu hanya tekun menghamba kepada harta benda dan uang, pikirannya kehadapan para pembaca yang

;8

sangat serakah, ada !uga perilaku manusia lainnya yang selalu melanggar dharma, tidak berusaha mengurangi dosa"dosanya, mereka"mereka seperti itu pasti akan ditimpa bencana. -ntuk mendapat harta dan kekayaan hendaknya berdasarkan atas dharma, agar mendapatkan keselamatan. #endaknya perilaku men!adi manusia mulia yang ditu!u, memberi dana punia dengan tulus, men!adikan orang lain senang hatinya. Arang yang gemar berderma atau bersedekah (madana punia), pahalanya tidak akan diterima oleh ayah ibunya, pahala bagi orang yang !erdana punia dinikmati oleh mereka yang !erdana punia, adapun pahala dari tyaga dana adalah menemukan upa!hoga yaitu berlimpah"limpahnya sandang pangan, pahala orang mengabdi kepada ke!ayan (sulinggih), akan mendapat a!aran weda yang mulia, selalu akan mendapatkan pela!aran tentang budi pekerti, pahala yang didapatkan !ika bersahabat dengan orang yang tidak senang menyakiti sesama adalah berumur pan!ang, demikian sa!da sang pandita. ,ahala bagi orang yang menguasai sanghyang aji (ilmu) adalah rahayu (selamat) dalam hal sila dan acara. Sila artinya perilaku mulia, dan acara berarti kemasyuran, demikian disebutkan dalam sastra. #arta itu akan tidak berman aat, apabila tidak di dana-punia"kan, dan !uga tidak untuk dinimati, tiada berguna !uga apabila memiliki kesaktian yang hebat, apabila tidak menang di dalam peperangan. 9uga tiada berguna banyak ilmu apabila tidak dipergunanakan untuk membela kebenaran, dan budi pekerti mulia tiada berguna apabila tidak mampu menundukkan si at"si at rajas dan tamas, demikian !uga orang yang kaya akan perhiasan emas, apabila tidak didermakan kepada orang"orang miskin, orang seperti itulah yang disebut mati meskipun sesungguhnya dia hidup. ,!aya dana berpahala sangat tinggi karena mampu

;1

memberikan perlindungan kepada orang yang ditimpa bencana, dana punia yang dilaksanakan dengan lascarya tulus yang seiklas"iklasnya, dana itulah yang mengalahkan segala macam dana punia lainnya. Ada !uga pahala dana punia yang lain yang nilainya setimpal dengan a!ayadhana yaitu !erdana punia dalam $u!ud desa, kala agama, ksetra, drewe, data, manah. %ang dinamakan desa adalah punia berupa tanah, atau bumi diperuntukkan untuk tempat ibadah atau tempat tinggal, kala berarti berdana punia berdasarkan hari" hari baik (su!a dewasa), menurut a!aran #indu hari yang baik untuk !erdana punia adalah pada $aktu mata hari condong ke utara atau berada disebelah utara garis katulisti$a ( uttarayana*. Agama berarti !erdana punia hendaknya mengikkuti petun!uk"petun!uk agama dan berdasarkan sastra"sastra agama, ksetra yaitu si penderma iklas mendermakan miliknya, drewe artinya benda"benda yang didermakam adalah hak milik, data artinya orang yang memberikan derma sangat merasa senang dengan apa yang didermakannya, dan manah adalah pikiran yang suci dan merasa terpanggil untuk berderma. Arang yang memberi punia dalam bentuk makanan (nasi), itu dinakan punia dalam tingkat kecil (sederhana), orang yang !erdana-punia berupa emas pada hari" hari yang ditentukan, itu adalah tingkatan dana tahap kedua, kedua derma$an itu akan mendapatkan surga. %ang tergolong hari"hari baik di dalam melakukan dana punia adalah daksina yana, yaitu pada $aktu matahari berada di selatan katulisti$a, uttarayana, yaitu matahari di utara katulisti$a, sada siti muka, yaitu pada $aktu gerhana matahari ataupun pada $aktu gerhana bulan, !ika pada $aktu"$aktu itu melakukan dana punia akan berpahala sangat tinggi mutunya. .eskipun $u!ud

;;

dana punia itu sangat sedikit, namun sangat diperlukan oleh orang yang menerimanya, itu !uga berbobot besar, meskipun dana punia yang diberikan sangat banyak dan berkualitas, tetapi yang !erdana"punia mengeluarkan kata"kata yang tidak menyenangkan, tiada !erpahala dana seperti itu. .emberikan dana punia !angan sembarangan, atau memberikan dana punia kepada orang yang !ahat, disarankan !uga agar tidak menerima dana punia dari orang yang tidak sadu, yaitu orang mulia. %ang patut diberikan dana punia adalah orang miskin dan orang"orang cacat. 9angan pula memberikan dana punia kepada orang kaya, memberikan obat"obatan kepada orang yang tidak meminta obat, tetapi !angan sampai menolak memberikan sesuatu kepada pengemis yang datang meminta" minta ke rumah. 0.3 Ins *en *an Alur 0.3.1.1 Ins *en Insiden atau peristi$a adalah peralihan dari keadaan yang satu ke keadaan yang lain. &ari peristi$a ini diseleksi semua peristi$a yang benar ada di dalam sebuah cerita agar didapatkan sesuatu peristi$a atau insiden yang benar"benar dapat mengacu pada pertumbuhan plot. Seleksi itu dikelompokkan dalam ) (1) peristi$a ungsional yaitu peristi$a"peristi$a yang secara menentukan mempengaruhi perkembangan plot, (') peristi$a kaitan yaitu peristi$a kecil yang mengaitkan peristi$a utama, (/) penerima acuan yang tidak langsung mempengaruhi perkembangan plot. Insiden ini mengacu perkembangan unsur yang lain, (0) hubungan antara peristi$a yaitu pengaturan kelompok"kelompok peristi$a

1>>

(episode) yang ditemukan kemudian disaring agar didapatkan seuatu peristi$a pokok ( ?uGemburg dkk, 1;10) 1(>"1(0). .enurut Sukada (1;18)(1), insiden adalah ke!adian atau peristi$a yang terkandung dalam cerita, besar atau kecil. Secara keseluruhan, insiden"insiden ini diu!i mengenai ada tidaknya hubungan yang satu dengan yang lainnya. -nsur yang dipakai mengu!i adalah plot. Itulah sebabnya sistematisasi analisis, insiden mendapat tempat yang pertama. Beran!ak dari uraian di atas, insiden dapat dibedakan men!adi dua, yaitu) (1) insiden pokok yang mengandung ide"ide, pokok cerita yang men!uruskan kesimpulan cerita kepada adanya plot, (') insiden sampingan yaitu insiden yang menyimpang dari sebab akibat yang logis yang mengandung ide"ide sampingan dank arena itu men!urus atau tidak menun!ang adanya plot. &alam insiden, yang dipentingkan adalah ke$a!aran atau kelogisan ke!adian, peristi$a yang ter!adi dalam ccerita, tidak ada kesan yang dibuat"buat. Insiden sebagai bagian peristi$a hanya dapat diterima atau ditangkap secara $a!ar, seperti sungguh"sungguh ter!adi atau sungguh"sungguh ada, ada dengan sendirinya. Insiden memang memegang peranan dalam membangun sebuah karya sastra, sebab dalam insiden"insiden terkandung berbagai ide, tendens, amanat, moti dan latar yang dituangkan seseorang pengarang. Berdasarkan uraian pendapat mengenai insiden di atas, maka dapat disimpulkan bah$a insiden merupakan suatu ke!adian atau peristi$a yang terkandung dalam suatu cerita, besar atau kecil yang secara keseluruhan men!adi kerangka yang membentuk struktur cerita. Bertolak dari pengertian inilah, analisis

1>1

insiden Geguritan Dharmawisesa ini dilakukan. Insiden"insiden yang kronologis dapat dilihat dari bait"bait Geguritan Dharmawisesa. Insiden yang mengisahkan seorang pendeta yang bernama Wararuci, memberikan penghormatan yang setinggi"tingginya kehadapan .aharsi Wyasa dan .aharsi Wesampayana. .aharsi Wyasa adalah penghimpun Weda dan penulis kitab .aha!harata, dan !uga salah seorang orang suci bagi umat #indu. Bhagawan Wesampayana adalah salah seorang murid 7si Wyasa, yang menyampaikan kisah .aha!harata kepada ra!a -astinapura terakhir, yaitu <ana .ejaya. Intisari dari a!aran"a!aran Wyasa ini ditulis oleh Bhagawan Wararuci yang lebih dikenal dengan kitab SarasamuEcaya. Kitab SarasamuEcaya ini kemudian memberikan inspirasi kepada pengarang Geguritan Dharmawisesa untuk menyadurnya ke dalam bentuk geguritan. #al ini dapat dilihat dalam kutipan pupuh durma seperti di ba$ah ini) Singgih pukulun hyang muniwara, Byasa lan Wararuci, asung anugraha, panyudaning dasa mala, sakeng pHh adnyana sandi, kang kalinggayang, ri sarasamuscayaji, #Dharmawisesa, 5.&* +er!emahannya) 7ahai paita maha kawi, .aharsi Wiyasa dan Wararuci, semoga berkenan memberikan anugerah, menyucikan sepuluh kekotoran, dari kemuliaan ilmu pengetahuan, yang tersurat, dalam kitab suci sarasamuEcaya. Kutipan di atas sangat !elas menggambarkan bah$a, pengarang Geguritan Dharmawisesa memu!a dua orang paita besar (maha kawi), agar beliau berkenan

1>'

memberikan anugerah di dalam menggubah kitab SarasamuEcaya ke dalam bentuk geguritan dengan maksud, agar para pembaca khususnya si pengarang disucikan kekotoran batinnya (dasa mala), dan !uga terhadap siapa sa!a yang telah membaca karya"karya maharsi Wyasa dan Wararuci. Keutamaan dan keagungan kitab ,sta Dasa $arwa atau kitab .aha!harata, dapat menerbangkan kekotoran yang melekat pada diri seseorang, sehingga men!adi orang yang mampu mengenal dirinya. #al tersebut dapat dilihat dalam kutipan di ba$ah ini) 6uir wakyan Sang -yang ,sta Dasa $arwa, ngampehang malaning hati, mawak !ayu !ajra, madangi panoning wang, manuduh enu haradin, ngungsira dharma, kasampurnan pati urip. (Dharmawisesa, I.1>). +er!emahannya) Betapa mulianya a!aran di dalam kitab ,sta Dasa $arwa (.aha!harata), melenyapkan kekotoran batin, berbadankan angina topan, memberikan pandangan yang !elas kepada setiap orang, memberikan petun!uk hidup dan selalu tertarik untuk membaca, menu!u kebenaran se!ati, kesempurnaan dalam menghadapi hidup maupun kematian. Bila dicermati kutipan di atas, siapa sa!a yang membaca dan menghayati, mengamalkan isi kitab .aha!harata, batinnya akan bersih, akan memiliki pandangan hidup yang !elas, dan tidak ragu ataupun takut di dalam menghadapi kematian. &engan begitu agung dan mulianya kandungan kitab .ahabharata, maka pengarang Geguritan Dharmawisesa bermaksud mensosialisasikan (apunyang katha) kepada khalayak intisari a!aran .aha!harata ( kitab Sarasamuscaya) dalam bentuk geguritan. #al ini dapat dilihat dalam kutipan di ba$ah ini )

1>/

.angke kareping ngwang apuniyang katha, nganutin de !aca tasni, maweh si katunan, dumadak kahidepa, sadadaging punang prakerti, nging ampurayang, kimuda mam!ek ririh # Dharmawisesa, 5.%%* +er!emahannya ) Sekarang ini saya berkeinginan menyumbangkan ide, mengikuti keinginan yang sedang haus kebenaran, semoga dapat memberikan sumbangan kehadapan orang yang haus a!aran kebenaran, mudah"mudahan tercapai, segala yang diharapkan bersama, etapi mohon dimaa kan, orang pemalu dan bodoh berpura"pura pintar. Insiden di atas menggambarkan keinginan si pengarang Geguritan ikut berperan serta di dalam menyubangkan karya"karyanya, dan !uga si pengarang sangat berharap agar karyanya mampu memberikan secercah sinar bagi mereka yang haus akan tuntuan a!aran agama. +etapi si pengarang dengan tulus dan rendah hati menyatakan diri orang yang pemalu dan berpura"pura tahu sesuatu. Beran!ak dari kutipan di atas, si pengarang kemudian memulai gubahannya di a$ali dengan Bhagawan Wesampayana menceriterkan kisah .aha!harata kehadapan 7aja <anamejaya, yaitu ra!a terakhir keturunan $andawa di -astina $ura. Bhagawan Wesampayana men!elaskan, bah$a segala a!aran yang sangat sempurna telah tersirat di dalam kitab .aha!harata, dan segala yang tidak ada di dalam .aha!harata, di tempat manapun di dunia ini !uga tidak ada. #al tersebut dapat dilihat di dalam kutipan di ba$ah ini ) /duh anaku saluir warah-warah, pidartan catur wargi, separi polahing.

1>0

katekaning am!eknia, su!a ada mungguh dini, pragat makejang, sakancane ada dini #Dharmawisesa,I.1(). +er!emahannya) 7ahai putraku segala a!aran yang utama, yang menga!arkan tentang empat tu!uan hidup, termasuk segala perilakunya, dan !uga pemahamannya, segalanya telah ada di sini, sudah sangat sempurna seluruhnya, segalanya tersedia di sini. Selan!ut dalam kutipan berikut di!elaskan sebagai di ba$ah ini) Fan wilang sarwa tumuwuhe makejang, sok 5 jadma manusaki, ada milu nuturang sakeng ya nulad, nging yan tan mungguh i riki, lianan masih nora, wentene atetiron, ruruh ring aksara sami, pragat makejang, tong ada !uin ngalangkungin #Dharmawisesa,I.13). +er!emahannya) 9ika disebutkan segala yang hidup di muka bumi, hanya manusialah, yang ikut menceriterakan hanya karena ikut"ikutan, tetapi !ika tidak ada tersirat di sini, di tempat lainnya !uga tidak ada, adanya hanya karena mengutip dan meniru, !ika dicermati di segala a!aran, tiada yang melebihi a!aran dari .aha!harata. Bhagawan Wesampayana men!elaskan tentang kesempurnaan dari .aha!harata, inti a!arannya adalah rasa syukur kehadapan +uhan, karena ditakdirkan lahir sebagai manusia. #anya manusia yang dapat merobah nasibnya sendiri dan hanya manusialah yang mampu melaksanakan amal baik dan buruk.

1>(

Aleh karena itulah hendaknya manusia dapat berbuat su!ha karma (amal baik) semasih di dunia ini. #al ini di!elaskan di dalam kutipan di ba$ah ini) Krana eda ya sanget nye!etang, diastu nista tur miskin, tum!uh dadi jadma, dingelahe da ya !angga, keneh gede ajum mangengkig, apanga sama, pitwi candalayoni. #Dharmawisesa,I.11) +er!emahannya) Aleh karena itu !anganlah sangat bersedih, meskipun dilahirkan men!adi orang hina dan miskin, dilahirkan sebagai manusia, pada $aktu punya !anganlah terlalu bangga, besar kepala dan conggkak, agar sama, meskipun pada $aktu tertimpa duka. .engapa manusia dikatan mulia dan utama 6 Karena hanya manusia sa!a yang mampu melebur segala ke!ahatannya dengan melaksanakan karma mulia. #al ini dapat diuraikan di dalam kutipan berikut ini) Sangkan ya kinucap paling utama, luwihe !aannya uning, ngle!ur papa neraka, darsanane karma melah, sapolah mangawe asih, ento prasida, utamane dadi alih. #Dharmawisesa,I.1;). +er!emahannya) .engapa manusia dikatan paling utama6 utama karena manusia tahu, memusnahkan segala dosa, dengan !alan melakukan perbuatan baik, segala tindakan mencerminkan kasih, hanya itu yang mampu, menyeberangi lautan dosa.

1>3

&i!elaskan !uga bah$a, orang yang tidak memiliki amal baik sepan!ang hidupnya, orang demikian diibaratkan sama dengan orang sakit dalam per!alanan !auh dan tidak ada orang yang mau menolong. 9ika meninggal, orang itu tetap akan disiksa. #al ini dapat dilihat dalam kutipan di baah ini) <adma ane tan madrue kerti melah, ta!an lara ring kapatin, pejah pwa ya sira, sama tekaning wang lara, lunga mareng dura desi, tanpa u!ad, salampah laku sedih kingking #Dharmawisesa,I.'>). +er!emahannya) Arang yang tidak memiliki amal baik, sampai matipun akan selalu disiksa, ibaratkan orang menderita, ia melakukan per!alanan !auh, tanpa berbekal obat, sepan!ang per!alanannya akan selalu menderita. Insiden selan!utnya, adalah a!aran tentang cara memdapatkan kekayaan harta benda. &ia!arkan bah$a, harta yang didapat hendaknya selalu berlandaskan dharma. 9ika sudah berlandaskan dharma, sudah dipastikan akan mendapatkan kebahagiaan. #al ini diuraikan dalam kutipan seperti di ba$ah ini) Fan misadyayang harta lan kasukan, kadharman anggon nyalarin, ayu kapangguha, pan saking dharma sadana, sangkan pucukang, kadharmane malu jalanin #Dharmawisesa,I.'8). +er!emahannya) 9ika menginginkan harta dan kebahagiaan, hendaknya didasarkan atas !alan dharma, pasti menemukan kebahagiaan,

1>8

karena didapat melalui !alan yang benar, mendapatkan harta dengan !alan dharma pasti utama, itulah sebabnya harus diutamakam, yang dinamakan kebenaran itu terlebih dahulu dilaksanakan. A!aran agama manapun di dunia ini, pasti menga!arkan pemeluknya untuk saling mengasihi. #anya dengan cinta kasih, kebenaran atau dharma dapat di$u!udkan dengan baik. Sanghyang Dharma adalah a!aran kebenaran, a!aran agama yang harus diyakini dan diimplementasikan di dalam pergaulan hidup sehari"hari. Dharma adalah Sanghyang +atur Weda. #al ini dilihat dalam kutipan berikut ini) Sruti araning Sanghyang +atur Weda, Smerti -yang Dharma aji, ida pramana akna, urut mawarahira, saka luiraning pamargi, yan tuhu satya, alep hyang dharma prawerti. #Dharmawisesa,I.(() +er!emahannya) %ang dinamakan Sruti adalah Sanghyang +atur Weda, Smerti adalah Dharma, itu patut dihayati, ikuti segala a!aran"a!arannya, sepan!ang hidup, !ika benar"benar setia, akan menampakkan diri +uhan dalam diri. &ari a!aran"a!aran yang tersirat di dalam kitab suci Weda melahirkan +atur Warna, yang mengatur tentang tata krama di dalam pergaulan hidup. &ari +atur Warna melahirkan +atur ,srama, yaitu empat tingkatan hidup yang sudah pasti akan dilalui oleh umat manusia. .engenai hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut di ba$ah ini)

1>1

Sanghyang Weda ngadakang +atur Warna, tingkahing utpati, saupacara suang, samangkana tikang rat, miwah sang +atur ,srami, maka luir ira, makadi Sang Brahmacari. #Dharmawisesa,I.(3) +er!emahannya) Sanghyang Weda melahirkan +atur Warna, yang mengatur perilaku hidup, termasuk segala tingkatannya, demikianlah dalam kehidupan di dunia, kemudian lahirlah +atur ,srama, antaranya, Sang Brahmacari. ?ebih lan!ut diuraikan tentang pembagian +atur ,srama, setelah Brahmacari adalah sebagai berikut ini) Grhasta wanaprasta lan !iksuka, punika kawikon luih, tataging tri pada, mawastu wus dadia, wastu ya sedengan malih, wastu yangken dadia, sakeng Weda tekania sami. #Dharmawisesa,I.(8). +er!emahannya) Grhasta, Wanaprasta dan Bhiksuka, itu a!aran kebi!aksanaan yang sangat utama, gunakan tri pada sebagai penyangganya, sudah pasti berhasil, semoga berman aat, semoga selalu dipela!ari, semuanya itu bersumber dari Weda. Selan!utnya di!elaskan tentang betapa sempurnanya a!aran Weda, yang harus di!adikan pedoman oleh umat manusia di muka bumi ini.

1>;

0.3.1.2 Alur atau Pl$t Setelah memahami aspek insiden Geguritan Dharmawisesa, maka analisis plot atau alurnya dapat dilakukan dengan lebih mudah, karena insiden secara implisit telah terkandung dalam plot. &engan kata lain, analisis insiden akan dapat menggambarkan atau mendukung analisis plot. #al ini se!alan dengan pendapat 7allek dan 7arren, bah$a plot dibangun dari insiden"insiden yang lebih kecil, insiden dan per$atakan (1;3') '18). ..S #utagalung (1;38)'18) menyatakan bah$a, alur atau plot diartikan sebagai !alinan cerita , yakni bagaimanakah si pengarang menyusun peristi$a" peristi$a dalam ceritanya itu bersebab akibat dan peristi$a itu hendaknya

merupakan akibat logis dari suatu peristi$a sebelumnya. ,endapat lain !uga menyatakan bah$a, alur itu merupakan sambung sinambung peristi$a berdasarkan hukum sebab akibat, alur tidak mengemukakan apa yang ter!adi, melainkan men!elaskan mengapa hal itu ter!adi (?ukman Ali, 1;38)1'>). ,anuti Sud!iman men!elaskan bah$a, alur adalah rangkaian peristi$a yang direka dan di!alin dengan seksama, yang menggerakkan !alan cerita melalui rumitan ke arah klimak dan selesai ( 1;13)0). Sedangkan A +eeu$ men!elaskan bah$a, alur atau plot merupakan keseluruhan urutan peristi$a dalam cerita rekaan yang secara sadar disusun selogis mungkin, sehingga urutan tersebut meupakan rangkaian sebab akibat (1;10)1/>). .ursal =sten, men!elaskan tentang pembagian alur men!adi dua bagian, yaitu alur erat dan alur renggang. Alur erat adalah peristi$a !alinan yang sangat padu di dalam suatu karya sastra, sedangkan alur renggang adalah !alinan peristi$a

11>

yang tidak padu dalam sebuah karya sastra. ?ebih lan!ut di!elaskan, alur cerita rekaan dapat dibedakan men!adi empat, yaitu ) alur buka, alur tengah, alur puncak, dan alur tutup. Alur buka yaitu situasi mulai terbentang sebagai suatu kondisi permulaan yang akan dilan!utkan dengan kondisi berikutnya. Alur tengah adalah suatu kondisi mulai bergerak ke arah kondisi yang mulai memuncak. Alur puncak adalah kondisi mencapai titik puncak sebagai klimak peristi$a. Alur tutup adalah kondisi yang memuncak sebelumnya mulai menampakkan pemecahan masalah atau penyelesaian. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bah$a, yang dimaksud alur atau plot mempunyai kaitan yang sangat erat dengan !alan cerita tetapi harus dibedakan. &apat dikatakan plot sebagai tulang punggung dari sebuah cerita harus selalu ada. Ierita tanpa plot tidak akan menarik. &ari permulaan atau (!eginning) yang tertuang di dalam Geguritan Dharmawisesa ada disebutkan katalimat durmita pangataging kali yuga, yang berarti suatu ceritera dia$ali dengan perist$a datangnya !aman kali yuga, mungkin yang dimaksud adalah pemberitahuan a$al tentang kacaunya tatanan kehidupan di dunia. &i samping atau ada !uga penyampaian rasa rendah hati si pengarang, dengan menggunakan kaliamat swastyastu kanugraha paripurna, sang ngamaca tattwa iki, yang artinya semoga selalu dalam keadaan baik dan sempurna, siapapun yang berkenan membaca hasil karya si pengarang Geguritan ini. &i lain pihak, tidak ada disebutkan nama seoarang ra!a yang bertindak sebagai pelindung dalam permulaan (!eginning) tersebut, namun sang kawi menyebutkan dua orang pu!angga besar pada !aman Weda yang sangat dihormati,

111

dan pu!angga tersebut adalah seorang ,dikawya atau muniwara yang sangat muliat dan utama, beliau adalah Bhagawan Wyasa dan Bhagawan Wararuci. Bhagawan Wyasa adalah di samping mengkodi ikasi dan menghimpun +atur Weda Samhita, beliau !uga sebagai pengarang kitab .aha!harata, sedangkan Bhagawan Wararuci merupakan mahamuni yang menyimpulkan a!aran"a!aran di dalam .aha!harata yang dinamakan kitab SarasamuEcaya. Kehadapan kedua pendeta tersebut si pengarang memohon anugerah, agar karya yang disusunnya dapat melebur sepuluh kekotoran (dasa mala) yang ada pada diri manusia. &iyakini oleh pengarang, bah$a dengan membaca .aha!harata dan SarasamuEcaya secara berkali"kali akan berpahala besar, bah$a si pembaca memperoleh kesucian diri dan kesempurnaan hidup. Biasanya sebelum !eginning itu ditulis untuk menyebutkan hal"hal yang harus disebutkan dalam !eginning, ada kata lain yang secara tradisioanal sudah men!adi kebiasaan untuk menuliskannya, baik itu dalam naskah Bali maupun kaka$in 9a$a Kuno, yaitu kata @m ,wighnamastu Gama Sidem, yang bermakna untuk memohon kehadapan +uhan %ang .aha Agung, agar tiada aral melintang selama si pengarang menggubah karangannya. ,enulisan kata tersebut merupakan konsep yang bersi at kon4ensional. Kata tersebut merupakan kata pembuka sebelum bait"bait yang memuat pada permulaan yang dituliskannya. 0." Pen$k$han *an Per2atakan Aspek per$atakan (penokohan) merupakan suatu masalah yang tidak dapat terlepas dari pembicaraan ka!ian nilai pendidian Agama #indu dalam karya sastra.

11'

,er$atakan yang digambarkan dalam cerita Geguritan Dharmawisesa adalah ima!inasi pengarang untuk dapat menimbulkan kesan hidup bagi pembaca. ,er$atakan pada umumnya dikembangkan melalui $atak tokoh"tokoh dalam cerita. -ntuk menggambarkan tokoh"tokoh tersebut, ada dengan cara menganalitik, yaitu pengarang langsung menceriterakan bagaimana $atak tokoh" tokohnya, dan ada dengan cara dramatic, yaitu pengarang tidak secara langsung menceriterikan bagaimana $atak tokoh"tokohnya. ,enokohan dapat

melalui2penggambaran tempat dan lingkungan tokoh, bentuk lahir (potongan dan lain sebagainya), melalui perbuatan seorang tokoh2 (.ursal =sten, 1;81)'8). *Sebagai syarat untuk membangun per$atakan tokoh dalam sebuah karya sastra sehingga dapat diterangkan secara baik dan !elas, maka aspek tersebut harus memiliki tiga dimensi, yaitu isiologis, psikologis, dan sosiologis *(#utagalung, 1;3/)3/). Ke tiga dimensi di atas merupakan struktur pokok yang membangun per$atakan sehingga dapat menggerakkan tokoh"tokoh, dapat dikatak berhasil digambarkan apabila dapat menarik emosi pembaca sebagai ge!olak kepuasan tersendiri. Setelah membicarakan pengertian per$atakan, tentunya penulis

mengalihkan pembicaraan kepada kepada pokok masalah, yaitu mengenai tokoh per$atakan yang ada dalam Geguritan Dharmawisesa. +etapi untuk menguraikan dan mencari per$atakan tersebut, sebelumnya perlu diperhatikan atau diketahui tokoh"tokoh itu sendiri yang ber ungsi sebagai pelaku dalam cerita. &alah hampir semua narati menyebutkan bah$a tokoh dalam cerita terlihat dari banyak sedikitnya tokoh yang berhubungan dengan tokoh lain, yang dalam

11/

cerita ada tiga tokoh penting, yaitu tokoh utama, tokoh kedua (sekunder), dan tokoh komplementer (pelengkap). Sehubungan dengan per$atakan dalam Geguritan Dharmawisesa, maka penulis utamakan untuk melihat tokoh utamanya. +okoh utama selamanya selamanya mendukung ide pengarang, mendapat porsi penulisan paling banyak diantara tokoh"tokoh yang lainnya. ?agi pula sebab akibat selamanya bersumber dari tokoh utama tersebut, yang menumbuhkan adanya alur selalu bersumber kepada tokoh utama (Sukada, 1;1/)'3). Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat dan diketahui bah$a tokoh utama dalam Geguritan Dharmawisesa adalah .aharaja <anamejaya dan .aharsi Wesampayana. .ahara!a 9aname!aya adalah ra!a terakhir kera!aan -astina $ura dalam cerita .aha!harata. Beliau adalah putra $arikesit dan cucu dari $andawa terutama ,rjuna. Setelah perang $andawa dan Korawa berakhir, maka $ra!u <anamejaya berkeinginan untuk mengetahui silsilah dari nenek moyang beliua. .aharaja <anamejaya menanyakan hal tersebut kepada .aharsi Wesampayana hal ikh$al leluhur .aharaja <anamejaya. A!aran"a!aran beliau itu kemudian dihimpun oleh Bhagawan Wararuci, a!aran inilah yang kemudian men!adi SarasamuEcaya. Kedua tokoh utama ini memliki tipe"tipe $atak tertentu yang sesuai dengan identitasnya yang telah dipersiapkan. Setelah mengetahui tokoh utama dalam cerita, sampailah pada tin!auan per$atakan masing"masing tokoh. ,ernyataan akan tokoh"tokoh utama dapat diuraiakan sebagai para pelaku yang dilukiskan karakterisasinya melalui si at isik (lahir) dan si at dalam (batin). Kedua karakterisasi si at tokoh ini dalam cerita tersebut banyak dari si at bathiniah (dalam) yang dilukiskan di samping itu !uga

110

si at

isiknya. &alam hubungannya dengan karakterisasai itu, di sini akan

diuraiakan secara singkat tentang $atak tokoh yang lahir dari dalam (bathiniah) dan sedikit mengenai si at yang datang dari luar (!asmania). ,er$atakan yang ditampilkan oleh tokoh utama yang bernama <anamejaya yang lahir dari dalam (bathiniah) adalah meun!ukkan keluhuran budhinya, setia dan bi!aksana dalam mengikuti petuah"petuah, atau petun!uk"petun!uk Bhagawan Wesampayana, baik tentang a!aran empat tu!uan hidup (+atur $urusa ,rtha), konsep 1ri Warga, +atur Warna, Dana $unia, dan tu!uan hidup yang se!ati. Kedua tokoh tersebut dalam Geguritan Dharmawisesa akan membentuk satu kesatuan dalam menampilkan diri sebagai satu kesatuan yang utuh. &ari uraian di atas dapat disimpulkan bah$a, per$atakan yang ditampilkan oleh tokoh utama yang bernama <anamejaya dan Bhagawan Wesampayana sebagai guru menun!ukkan keluhuran budhinya, setia dan bi!aksana dalam mengikuti petuah" petuah sang guru. Seperti yang telah diuraiakan dalam bait pupuh Durma sebagai berikut ini) Kawarna ta Bhagawan Wesampayana, mituturi Sang ,ji, $ra!hu <anamejaya, lingikang .aha!harata, kotamane tanpa tanding, patut resepang, pagugwanin sai gulik. (Dharmawisesa,I.10) +er!emahannya) &iceriterakan Bhagawan Wesampayana, memberikan a!aran kepada belaiu, pra!u <anamejaya, kisah cerita .aha!harata, keutamaan kisahnya tidak ada yang menandingi,

11(

hendaknya dipercaya dan pela!ari berulang"ulang. &alam kutipan berikutnya dapat di!elaskan seperti di ba$ah ini) /duh anaku saluir warah-warah, pidartan catur wargi, separi polahing. katekaning am!eknia, su!a ada mungguh dini, pragat makejang, sakancane ada dini #Dharmawisesa,I.1(). +er!emahannya) 7ahai putraku segala a!aran yang utama, yang menga!arkan tentang empat tu!uan hidup, termasuk segala perilakunya, dan !uga pemahamannya, segalanya telah ada di sini, sudah sangat sempurna seluruhnya, segalanya tersedia di sini. .enyimak makna pupuh di atas, sangat !elaslah menun!ukkan $atak yang ditampilkan oleh seorang guru terhadap sisianya, antara Bhagawan Wesampayana dengan $ra!hu <anamejaya. Kedua tokoh utama tersebut sama"sama memiliki ksiapan mental secara !asmaniah ataupun rohaniah. Bhagawan Wesampayana

men!elaskan bah$a men!adi manusia hendaknya seperti matahari ( dewa Surya), yaitu pada saat mulai terbit beliau telah melenyapkan kegelapan dunia, sehingga dunia men!adi terang benderang. #al ini berarti bah$a !ika seseorang di dalam hidupnya berlandaskan dharma laksana maahari yang mampu menyinari setiap orang, dan mengantarkan orang"orang gelap menu!u ke !alan yang terang. #al ini dapat dibuktikan dalam kutipan di ba$ah ini ) Sakadi pamargin ida sang hyang Surya, rikalan ida mijil, ngampehang petengning rat, mangkana sesamenia,

113

sang maulah dharmajati, iya nyapuhang,saluir papane !asmi. (Dharmawisesa,I./1) +er!emahannya) Bagaiakan per!alan matahari, pada $aktu terbit, meniup gelapnya dunia, seperti itu persamaannya, !ika melaksanakan dharma, itu yang menerbangkan, segala noda dan dosa dimusnahkan. Berdasarkan uraian di atas, Sang $andita kemudian men!elaskan keutamaan men!elma men!adi manusia. Semua yang dilahirkan men!adi manusia, apakah hina ataupun sempurna itu merupakan karma yang harus diterima akibat dari apa yang dilakukan pada $aktu yang lampau. #al ni dapat dilihat dalam kutipan pupuh seperti berikut ini.) Salwir wang twi nista madia motama, jawat ayu kang kinardi, satele! ring manahnia, dadia ta mresidayang, sasinadianing hati, manuting lampah, sarat agung dangan alit. #Dharmawisesa,I./'). +er!emahannya) Semua manusia apakah nista, biasa dan utama, apakah melakukan perbuatan baik, teguh dengan kata hatinya, pastia dia akan mampu, akan berhasil sesuai dengan harapannya, sesuai dengan perbuatan, apakah berat, besar ataukah kecil. Berdasarkan bait pupuh di atas, bah$a Bhagawan Wesampayana merupakan tokoh sentral yang di!adikan panutan oleh pra!hu <anamejaya atau bahkan seluruh umat manusia di muka bumi ini. &engna demikian $atak yang

118

diperankan oleh Bhagawan Wesampayana tidak diragukan lagi, mengingat beliau adalah pendeta kera!aan -astina$ura dan orang suci yang sangat dihormati karena beliau benar"benar men!adi panutan hidup manusia untuk menu!u tara hidup yang lebih sempurna sesuai dengan a!aran"a!aran agama. ,endeta 7esampayana adalah orang suci yang berbudi pekerti mulia, beliau men!elaskan tentang keutamaan hidup ini, antara lain) Sangkan jani saenun uripe serakang, dimatine enyen takonin, japi keweh saratang, ane a!ot plajahang, jujurang swargane lewih, apang ya sida, mangda tan malih numadi. #Dharmawisesa, 5.)%* +er!emahannya) Aleh karena itu semasih hidup di dunia ini, !ika telah mati siapakah yang akan ditanyakan6 meskipun sangat berat harus diusahakan, yang sulit dipela!ari, untuk mendapatkan surga yang sangat mulia, agar didapatkan, agar tidak lagi men!elma ke dunia ini.
Bait di atas menggambarkan, betapa berbudi pekertinya Bhagawan

Waisampayana untuk menga!arkan a!aran yang maha tinggi kepada umat manusia. ,ada $aktu masih hiduplah manusia di muka bumi ini berbuat yang mengakibatkan pahala dari perbuatan itu menu!u surga, bahkan diharapkan tidak akan men!elma lagi ke muka bumi ini. .emang sesungguhnya lahir men!adi manusia itu tidak terlepas dari penderitaan, oleh karenanya di dalam hidup ini diusahakan untuk dapat mengurangi dan bahkan menghapus penderitaan dengan !alan melaksanakan dana punia. &ana

111

punia yang dilakukan oleh setiap orang, pahalanya akan diterima olehnya yang melakukan dana punia itu, bukan ayah atau ibu. #al ini dikisahkan dalam bait pupuh Sinom di ba$ah ini) $unika sang dana punia, tan !apa i!unia mukti, palaning dana punika, sang manggawe ne amukti, mangkana ling sang resi, janma ne tan marunyuh, jenekeng dharma sadana, yan pageh sinah amanggih, tang rahayu, sama ri palaning dana. #Dharmawisesa,55.IJ* +er!emahannya) Itu, orang yang melaksanakan dana punia, bukan ayah inunya yang menerima, hasil dari dana punia yang dilakukan, hanya yang berbuat yang menerimanya, demikian sabda Cesi 7esampayana, orang yang tidak ragu"ragu , untuk mengamalkan a!aran dharma, !ika tekun di dalam mengamalkan a!aran dharma, pasti selamat, demikian pahalanya orang berdana punia. Setelah per$atakan yang ditampilkan melalui a!aran"a!aran yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bah$a pelaku (sang pendeta) yang dilukiskan karakterisasinya sangat bi!aksana yang ditekankan pada si at dalam ataubathiniah, sedangkan karakterisasi melalui isik atau si at luhur dilukiska hanya sekedar sebagai pelengkap. &ari $atak yang diperankan oleh Bhagawan Wesampayana dapat diambil kesimpulan bah$a secara keseluruhan tokoh"tokoh utama tersebut mempunyai karakter yang sama mulia yakni sesuai dengan identitasnya seperti $ra!hu <anamejaya ber$atak mulia, karena beliau adalah seorang ra!a dan sebagai

11;

sisia, sedangkan Bhagawan 7esampayana adalah orang suci, guru besar dan pendeta istana yang memiliki kemampuan ilmu yang sempurna dan beliau !uga sebagai Guru yang bi!aksana. Karakterisasi per$atakan itu digerakkan dalam pupuh"pupuh yang ditembangkan , sehingga dapat membentuk suasana yang menimbulkan ge!olak hati para pembaca serta para pendengar dalam menyimak makna yang terkandung di dalam bait"bait pupuh itu. 0.0 Latar ?atar dapat diartikan sebagai salah satu unsur sastra yang berhubungan dengan tempat, keadaan, dan $aktu ter!adinya peristi$a dalam sebuah cerita. ?atar atau setting merupakan gambaran tempat dan $aktu atau segala situasi di tempat ter!adinya peristi$a. ?atar yang baik selalu dapat membantu elemen"elemen dalam cerita seperti plot dan per$atakan. ?atar bukanlah sekedar pelukisan $aktu dan tempat. Suatu adegan sedih akan lebih terasa bila ditopang oleh lukisan suasananya, seperti a$an mendung, kesunyian, dan sebagainya. -ntuk melukiskan latar yang baik, tergantung pada kekuatan pelukisan dari pengarang pula. +ergantung dari daya ima!inasi pengarang. (#utagalung, 1;38)1>/). ,endapat lain mengatakan latar adalah keseluruhan lingkungan cerita termasuk adat istiadat, kebiasaan, pandangan hidup tokoh. &i samping itu latar !uga berarti tempat ter!adinya peristi$a dalam cerita dan $aktu berlangsungnya tindakan"tindakan (Abrams Dia Sarman, 1;10)'). 9adi !elas bah$a pemilihan latar dapat membentuk tema tertentu dan plot tertentu. ?atar bisa berarti tempat tertentu, daerah tertentu, dengan $atak"$atak tertentu akibat situasi tertentu dan Jamannya cara hidup tertentu, cara berpikir tertentu, (9oko Sumar!o, 1;11)83).

1'>

Bungsi latar adalah pertama"tama memberikan in ormasi tentang situasi (ruang dan $aktu) sebagaimana adanya. Selain itu ada latar yang ber ungsi sebagai proyeksi keadaan batin para tokoh. ?atar men!adi methapor dan keadaan emosional dan spiritual tokoh ( +!itra 7asita 4ia ,anuti Sud!iman, 1;;')03). ?ebih lan!ut dikatakan bah$a latar dapat dipergunakan untuk maksud dan tu!uan tertentu, antara lain @ pertama, suatu latar yang dapat dengan mudah dikenal kembali, dan !uga yang dilukiskan dengan terang dan !elas serta mudah diingat, biasanya cenderung untuk memperbesar keyakinan terhadap tokoh dan gerakan serta tindakannya@ kedua, latar suatu cerita dapat mempunyai dua relasi yang lebih langsung dengan arti keseluruhan dan di atas yang umum dari suatu cerita. Ketiga, kadang"kadang mungkin !uga ter!adi bah$a latar itu beker!a bagi maksud yang lebih tertentu dan terarah daripada penciptaan suatu atmos ir yang berman aat dan berguna. ?atar dalam cerita rekaan tentang nama"nama peristi$a yang ter!adi, kerap kali sukar atau tidak dapat dicocokkan dengan tempat"tempat yannnnng ada dalam kenyataan (Sulastin Sutrisno, 1;(>)(/). &alam cerita iksi, latar melukiskan tempat ke!adian dan $aktu ter!adinya ke!adian tersebut. ?atar erat hubungannya dengan karakter pelakutema cerita, dan dengan unsur"unsur cerita lainnya (Bagus, 1;;>)(>). ?atar sebuah karya sastra ber ungsi untuk menghidupkan cerita. &engan latar yang !elas akan membuat segala yang diangankan pengarang men!adi lebih kongkret. 9adi latar sebagai 8isualisasi peristi$a, masalah dan situasi cerita sehingga dengan demikian seakan"akan cerita yang 8ikti8 men!adi suatu yang dapat

1'1

diindera (+im Bakultas Sastra dan Kebudayan, -ni4ersitas Gad!ah .ada, 1;11:1;1')1'). #udson membedakan latar men!adi dua, yaitu latar sosial dan latar isik atau material. ?atar sosial mencakup penggambaran masyarakat, kelompok"kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa dan lain"lainnya yang melatari peristi$a. ?atar isik atau material adalah dalam $u!ud isik bangunan, daerah, dan sebagianya. ,engertian"pengertian latar yang telah dikemukakan di atas, pada dasarnya tidaklah saling bertentangan melainkan saling melengkapi antara yang satu dengan yang lainnya. Bertolak dari batasan"batasan tersebut, maka dalam menganalisis latar Geguritan Dharmawisesa ini terdiri atas latar isik dan latar sosial. ?atar isik mencakup tempat dan $aktu ter!adinya peristi$a. ?atar sosial mencakup penggambaran masyarakat pendukung cerita. &alam Geguritan Dharmawisesa ini, tempat peristi$a"peristi$a ter!adinya disekitar Bhagawan Wesampayana. pasraman

Analisis latar dalam Geguritan Dharmawisesa akan

dia$ali dengan analisis latar isik, kemudian dilan!utkan dengan analisis latar sosial. &alam Geguritan Dharmawisesa, latar kebanyakan perisi$a"peristi$a isik yang dapat diuraikan

tersebut berlangsung di asrama #pasraman)

Bhagawan Wesampayana, untuk menga!arkan tentang $urusa ,rtha dan keutamaan dari .aha!harata lainnya. -ntuk hal tersebut diuraikan dalam kutipan pupuh $angkur seperti di ba$ah ini) Kedarmanikang Brahmana, mangajiya mayadnya dana punia di, matirta lan mapitutur, mwang wikwaningayadnya,

1''

lawan mananggapa dana ring ayu, puputing sapta darma, !ratanira roras siki (Dharmawisesa, II./) +er!emahannya) Swadharma atau ke$a!iban !rahmana, bela!ar melaksanakan yajna dam terutama dana punia, melaksanakan pemu!aan dan sebagai sumber ilmu, dan menguasai ilmu tentang yajna, dan !uga dapat menentukan hari baik dalam melaksanakan dana punia, dan menguasai sapta darma, disiplin seorang pandita dua belas !umlahnya. &ari kutipan di atas dapat terlihat bah$a latar dari Geguritan Dharmawisesa adalah di pasraman sang pandita, beliau didatangi oleh seorang sis$a untuk mendapatkan tuntunan kehidupan dan siraman rohani di pasraman. #al ini dilakukan oleh .aharaja <anamejaya di pasraman Bhaga$an Wesampayana. Di pasraman ini .aharaja <anamejaya memohon agar di!elaskan lebih lan!ut ke$a!iban +atur Warna di muka bumi ini. #al ini dapat dilihat dari kutipan di ba$ah ini ) $retekanikang !rata, darma satya tapa dama yajna erih, wimatsaritwa puniku, titiksa anasuya, dana dreti ksama samipipun, punika dahat pawitra, pasucian !rahmana jati. #Dharmawisesa, II.0). +er!emahannya) Adapun !rata seorang !rahmana, darma satya tapa dama yajna dan piwelas asih, dan wimatsaritwa, titksa dan anasuya, dana dreti ksama demikian itu, itulah pembersihan sangat utama, pasucian seorang !rahmana jati.

1'/

Kutipan pupuh berikutnya adalah sebagai berikut ini) Darma satya tegese pagwan, tapa aran sarira sang sosani, manesin sariranipun, miyerin kawisayan, mwang dama upasama dening tutur, yajna ika demen mamuja, mademang erang ngaran erih #Dharmawisesa, 55.K* +er!emahannya ) %ang dimaksud dengan darma satya adalah selalu dipercaya, tapa berarti mengendalikan ha$a na su, menahan diri untuk dapat menahan emosi, menghilangkan na su !ahat, dan sangat lemah lembut dan selalu memberi maa , yang dimaksud ya!na adalah sangat senang melakukan persembahan, mampu mengendalikan emosi disebut erih. Wimatsaritwa wastannya, nora iri lan titiksa twara pedih, anasuyane puniku, tan nyakitin lan midanda, dana !ares miwah dreti puniku, ia ngaran mapeningan, ksama sami panas tis. #Dharmawisesa, II.3). +er!emahannya ) %ang dimaksud dengan wimatsaritwa, tidak iri dengan orang lain titiksa tidak marah, dan anasuya artinya, tidak menyakiti dan tidak menghukum, dana berarti sangat sosial dan dreti adalah, selalu berpikiran suci, sama dalam suka dan suka. Selan!utnya .aharaja <anamejaya memohon untuk men!elaskan ke$a!iban ksatria, adalah sebagai berikut ini) Ksatria ulahira, amuja Sanghyang Weda lana malih, nitya gniotra puniku, miwah mogawe yajna, ngraksa jagat ring panjak priksa ngrungu,

1'0

ring kadang warga ya dana, yan keto swarga kapanggih. #Dharmawisesa, II.8), +er!emahannya) Ke$a!iban ksatria adalah, memegang teguh a!aran Weda dan mentaatinya, selalu melakukan pemu!aan kepada dewa ageni, dan melaksanakan upacara yajna, memelihara lingkungan dan mengayomi masyarakat, dan !uga kepada akir miskin agar diberikan bantuan, !ika seperti itu surga akan di!umpai. Kemudian Bhagawan Wesampayana menyampaikan swadharma dari wesia, yaitu seperti kutipan di ba$ah ini) /lahira sang Wesia, mangajia maring sang !rahmana jati, ring ksatria tumungkul, ring dina kala madana, lan dina melah miwah demen matetulung, suka lila mangastawa, ring 5da Sang -yang 1ri ,geni. #Dharmawisesa, 55.'*
+er!emahannya)

Swadharmanya Wesia, bela!ar kepada sang Brahmana jati, dan kepada ksatria patut hormat, dan pada hari"hari tertentu hendaknya !erdana punia, dan !uga pada hari"hari baik dan suka membantu, senang melakukan pemu!aan, kehadapan 5da Sang -yang 1ri ,geni. Bhagawan Wesampayana kemudian menguraikan secara rinci tentang tri ageni, sesuai dengan kutipan pupuh pangkur di ba$ah ini) Sanghyang tri ageni aranya, api tetelu luir ,hawaniyageni, punika anggon mapumpun, lan ngaran grhaspatya, gni saksi ring pawarangan puniku, citageni pangeseng sawa,

1'(

yaning tuhu manggih swargi. #Dharmawisesa, 55.&*. +er!emahannya ) %ang dinamakan Sanghyang 1ri ,geni, tiga !enis api antaranya ahawaniageni, api yang dipakai untuk memasak, api grhaspatya namanya, adalah api yang ber ungsi sebagai api pada $aktu pernikahan, api cita geni adalah untuk membakar mayat, !ika demikian pasti menemui surga. Kemudian dilan!utkan dengan Swadharma warna Sudra, sesuai dengan kutipan pupuh di ba$ah ini) 5 Sudra malaksana !aktya, sumewa ring sang tiga munggweng aria, ngga$e tustan sang ketelu, mangkana am!eking sudra, dadi supat papa nrakannia le!ur, amanggih kasida karyan, keto patut sang eka jati. #Dharmawisesa, II.1>), +er!emahananya) Ke$a!iban Sudra adalah harus selalu bakti, mengabdikan diri dengan tulus kepada ketiga golongan itu, men!adikan senangnya ketiga golongan, demikian ke$a!iban sudra, !ika demikian papa dan dosa terhapuskan, menemukan keberhasilan dalam usaha, seperti itu sesungguhnya ke$a!iban ekajati. Berdasarkan kutipan " kuitipan di atas dapat disimpulkan bah$a latar di atas mencakup latar personal dan sekaligus latar sosial antara Bhagawan wesampayana dengan $ra!u <anamejaya yang ter!adi dilingkungan pasraman sang Guru dengan nuansa yang harmonis.

1'3

BAB 5I &TRU!TUR GEGURITAN DHARMAWISESA


3.1 &truktur :$rmal Geguritan Dharmawisesa 3.1.1 Rasa Tem/ang 7asa dalam tradisi ritual Bali terutama diungkapkan dengan sekar LbungaK. Bunga yang indah itu dipetik , ditata, lalu dipersembahkan. &i samping sekar sebagaimana adanya, sekar !uga berarti tembang sebagaimana dimaksud dalam istilah sekar alit, sekar madia, dan sekar ageng dalam tradisi sastra Bali tradisioanl (Sugri$a, 1;88)3 @ Suarka, '>>8) '(; @ Sukayasa, '>1> ) 1'8). Sekar dalam $u!ud puisi ini pun dipersembahkan, baik kepada istadewata Lde$a pu!aanK maupun kepada masyarakat untuk dinikmati bersama. Geguritan Dharmawisesa sebagai sebuah sekar diciptakan berdasarkan kaidah estetik sekar alit yang di 9a$a popular dengan nama macapat. .enurut ,admosoekot!o (dalam ?aginem, 1;;3)10) kon4ensi macapat adalah guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu atau !umlah larik dalam bait, !umlah suku kata dalam larik, dan bunyi suku kata akhir larik (Foetmulder, 1;1/@10/@ Suarka, '>>8)'01). Kaidah prosodi tersebut di Bali disebut padalingsaCrimaC.$adalingsa dan reng LiramaK yang meliputi nada, tempo dan dinamik suara adalah tuntunan, baik dalam proses penciptaan maupun dalam pembacaan atau nem!angang LmelagukanK. Kaidah pembacaan ditentukan menurut kaidah macapat. .acapat artinya membaca teks geguritan menurut pedhotan Kpen!edaanK pemenggalan iramaK dalam pola empat suku kata (Saputra, 1;;')'83@ ?aginem, 1;;3)8;). ,enembang dalam membuat 4ariasi nada dan irama tembang yang disebut cengkok - wilet, mengatur

1'3

1'8

keras " lemahnya suara yang disebut ngees-ngunca!, dan mengatur na as yang disebut ngunjal angkihan (Suarka, '>>8)'81) dengan mengutamakan pembacaan empat suku kata. 5otasinya menurut larasC tangga nadaK tembang) pelog atau slendro. +iti nada dasarnya adalah sebagai berikut ini) Ta/el 3.1 Laras Pelog atau patutan Gong
D /a.a Ren*ah &e*ang T ngg 8n9 * ng I i 8n9 *$ng ( $ o " 8n9 *eng E e e 0 8n9 *ung U u u 4 8n9 *ang A a a I

3 N$t Angka 8&uarka' 2;1; < 12=9

Ta/el 3.2 Laras Slendro atau patutan Gender D /a.a Ren*ah &e*ang T ngg 8n9 * ng I i 8n9 *$ng ( $ o 2 8n9 *eng E e e 3 8n9 *ung U u u 0 8n9 *ang A a a 3

N$t Angka 1 8 &uarka' 2;;4<23=9

+iti nada dasar tersebut digunakan untuk mengungkapkan paca pariring Lnada dasarK tem!ang yang digunakan dalam Geguritan Dharmawisesa. ,atokan nada dasar geguritan umumnya ditentukan dengan nada sedang. Kemampuan penembang dalam ngengkal Lolah suaraK, yakni dengan mengombinasikan sengkokwilet , ngees- ngunca!, dan ngunjal angkihan yang harmonis membuat alunan suara dalam tembang men!adi sangat indah (Suarka, '>>8)'8'). $adalingsa dan reng adalah unsur metrum. .etrum, selain ber ungsi sebagai pengatur tiap !enis tembang, !uga ber ungsi sebagai ciri pembeda dan penentu nuansa tembang yang satu dengan tembang yang lainnya. Kumpulan bait dengan tembang tertentu dalam sekar alit dalam penelitian ini dinamakan pupuh.

1'1

$upuh sering diartikan sama dengan tembang, misalnya pupuh Sinom, pupuh $angkur. &alam Kamus Bali"5ndonesia (7arna, 1;;>)((8) pupuh diartikan bentuk lagu yang terikat oleh padalingsa. 9adi, sama dengan metrum. Sementara itu, tembang berarti lagu, tembang Sinom berarti lagu Sinom. Geguritan Dharmawisesa dibangun dengan 8 tembang dan di antara

ketu!uh tembang itu terdapat pengulangan penggunaan pupuh, sehingga keseluruhannya ber!umlah 11 pupuh, yaitu tembang Durma, $angkur, Sinom, Dangdang Gendis, Semarandana, Ginanti, Durma, $angkur, Sinom. Dangdang Gendis, .agatruh, dengan !umlah bait seluruhnya (/( bait. Brekuensi penggunaan tembang dalam Geguritan Dharmawisesa yang diteliti ini dapat dilihat dalam tabel berikut di ba$ah ini)
Ta/el 3.3 :rekuens Penggunaan Tem/ang *alam Geguritan Dharmawisesa

,eringkat I II III ID D DI DII DIII IH H HI 9umlah 3.1.1.1 Tem ang Durma

+embang Durma $angkur Sinom Dangdang Gendis Semarandana Ginanti Durma $angkur Sinom Dangdang Gendis .agatruh 11

9umlah Bait 8( 03 3; 31 0; (1 3; 0/ '1 /1 11 (/(

1';

&alam Geguritan Dharmawisesa dikisahkan bah$a akibat dari pengaruh !aman Kaliyuga tidak putus"putusnya masalah yang bermunculan, sampai menimbulkan perang dan bencana yang sangat mengerikan. .anusia sangat susah mencari na kah, bahkan ke!ahatan manusia semakin tidak terkendali. &unia men!adi kacau dan sangat mengerikan. Bhatara Kala sampai kekenyangan memakan manusia yang tiada mengindahkan tata karma kemanusiaan . .anusia telah men!adi rendah martabatnya akibat diperbudak oleh materi dan keserakahan dirinya. #utan"hutan dan isi bumi lainnya dieksplorasi secara berlebihan, perut bumi dikuras, dan alam me!adi murka, alam tidak bersahabat lagi dengan manusia, akibat dari ulah manusia itu sendiri. &alam konteks seperti inilah memilih tembang Durma untuk menembangkan kisah yang dibangunnya. .enurut 7inter (dalam Sukayasa, '>1>)101) mengartikan kata durma berasal dari kata 9a$a yang berarti harimau. Sesuai dengan arti tersebut Durma ber$atak bersemangat, keras, dan ganas. &igunakan untuk mengungkapkan kemarahan, ke!engkelan, dan membangkitkan semangat !uga kepahla$anan. Berikut kutipan dua contoh pupuh Durma yang merupakan bait pertama dan kedua yang menga$ali struktur Geguritan Dharmawisesa ini, adalah sebagai berikut ini) Durmita pangataging kaliyuga, tan mari punang wiyadi, tekang perang ad!huta, oreg praja mandala, tar winilang kang wi!ogi, !agna mapasah, durgama ikang !umi. #Dharmawisesa, 5.%* +er!emahannya) &iceriterakan tentang datangnya !aman Kaliyuga, Kontoran

1/>

tiada henti " hentinya persellisihan, perang dahsyat dan sangat mengerikan, tatanan kehidupan di dunia men!adi kacau, tiada ternilai dan tiada terhitung kehancuran, terkena bencana tiada henti, dunia sangat mengerikan. Kutipan berikutnya adalah seperti di ba$ah ini) Wareg angel 5da Sanghyang Kalantaka, niwakang danda pati, mwang lara wiyoga, ring sang masadana, moha murka duskerti, kang kinalampahan, phalania mangke pinanggih. #Dhamawisesa,5.)* +er!emahannya) Bhatara sangat puas dan kenyang, memberikan hukuman, dan menebarkan $abah, kepada orang yang berperilaku, moha (mabuk) murka (pemarah dan duskerti (orang yang asu!hakarma), hanya dosa yang mereka perbuat, sekarang di!umpai pahalanya. $aca pariring berlaras pelog dan padalingsa"nya sebagai berikut) i o e u . . .: u u e e. . . .: i i A A ....: 6wir-!as-ka-ra si-na-pu-tan an-da-ka-ra,
e e e a. . .: i o i i. . . .: M 1'a M 1i

mo- ga-pe-pet -ring-nga-wya-ti,


i i o i e i i . . .: e o. . . .: i.....: i o i i M 3a M1a

tar - pa- non- ti- kang-rat, mang-ka- na- !u - di - ning-ngu-wang,


o i A -. . .: A i o i M1i

wu - ta-

te - kping- ka- pri- ha - tin,

1/1

i e

i e

A e

M0a o i i . . . .:: M1i

ka- dur- na pa- tu(I./) +er!emahannya)

yan
a. . . .: i

te-

no-

ra -

ka-

ak-

si

Bagaikan matahari yang ditutup oleh a$an, tertutup oelh kegelapan hati, tiada dilihatnya dunia ini, seperti itu gelap hati seseorang, buta dan gelap hatinya, dan kenestapaan, karena kebenaran tiada tampak.

&ari uraian di atas dapat di!elaskan bah$a, pengarang menggambarkan pengaruh orang"orang yang hidup pada !aman kaliyuga. ,ikiran dan hatinya sangat gelap, manusia sangat !auh dari kebenaran. 5amun, pengarang !uga membeikan !alan, yaitu hanya dengan sada diri dan membaca kitab ,sta Dasa $arwa secara berulang"ulang kali, kegelapan hati dan pikiran akan diterbangkan !auh. #al ini dapat diuraikan dalam kutipan berikut ini) Feki gagelaran nira sang menget, inget ring raga jati, jatining dharma, dharmane mawak sunia, nyunia ri telenging hati, hati sukarah, pasrahe puput nampi.#Dharmawisesa,I.3).

+er!emahannya) Ini adalah pegangan orang yang sadar, ingat akan kese!atian hidup, kebenaran akan dharma : agama, dharma (+uhan) berbadankan sunyi, amat sunyi di tengahnya hati, hati yang membahagiakan,

1/'

hanya pasrah menerima. &ari syair di atas diketahui bah$a tembang durma di samping di ungsikan untuk menembangkan kisah yang mencitrakan wirarasa, !uga untuk menembangkan kisah yang mengandung nuansa ad!huta rasa L rasa kagumK. 3.1.1.2 Pang!ur Kata $angkur berarti buntut LekorK. +embang $angkur dikatakan berkarakter gagah per$ira, bergairah, dan bersemangat. Aleh karena itu, dalam tradisi macapat di 9a$a di ungsikan untuk memberi semangat, melukiskan cinta yang berapiapi, dan suasana yang bernada keras (?aginem,1;;3)18 @ Suarka, '>1> ) 100). Berbeda dengan pendapat tersebut, di Bali tembang $angkur digunakan untuk melukiskan kesedihan atau suasana hati yang lagi bimbang atau gelap batin. Ketika melukiskan tentang betapa rahasianya dharma atau kebenaran itu, Lliwat sawat eweh lingganing hyang dharma, parama suksma awingitC , luir kadi tampak iwak malakweng toyaC. Kontoran menggunakan pupuh $angkur untuk menembangkan kisahnya. &alam kisah tersebut dikisahkan bah$a Bhagawana Wesampayana menga!arkan tentang Swadharma (ke$a!iban sendiri) dan

$aradharma #ke$a!iaban orang lain) terhadap Sang +atur Warna. ,enggalan kisah Geguritan Dharmawisesa bertembang $angkur adalah sebagai berikut. Bhagawan Wesampayana men!elaskan, dharma harus dicari

meskipun susah untuk dilakukan. &engan melaksanakan ke$a!iban diri sendiri (swadharma) akan !auh lebih !erpahala dharma itu meskipun di dalam menempuhnya tiada sempurna dibanding sukses melakoni peker!aan orang lain (paradharma), tetapi tiada !erpahala. Aleh karen itu, #indu menga!arkan tentang

1//

empat golongan #warna) yang harus men!alankan swadharmanya masing"masing, agar dunia ber!alan dengan harmonis. 9ika +atur Warna tersebut tidak lagi melakukan ungsinya, maka tatanan kemasyarakatan akan men!adi kacau, hidup manusia tidak terarah lagi, maka kacaulah dunia ini. Beginilah keadaannya dilukiskan dengan tembang $angkur. $aca pariring dan padalingsa"nya adalah sebagai berikut ini) i i i i. . . .: a u a i. . . .: M 1a

+ih-na-ning-a i o a u. . . .:

mang-gih-a- la M0i

ra- tu- we- di u I I e I I I I e A I u A I I e u e a. . . .: u u. . . .: e a u e i e A saa u I di M1u M1a M0a a o e i u a u. . . . : ku M1a M1u M1i !rah-ma-na- sar sang-we- sya- ma I . . . .: I. . . . : u. . . .: I. . . .: su -dra-me-rih de-ning -i- da sang-te - ri- wang mi-wah-pan-di e u u a . . . .: sa- pu - nita-dur - si L la u e o I . . . .:: M1i wa- !ak-

ga- we- ma-yus e. . . .: ti -nang-ki-lan

e. . . . :

me-nak-mam-!ek (II.11). +er!emahannya)

nis -ta - ta - ni

Iiri"ciri akan menemui bencana,

1/0

ra!a tidak lagi dicintai, para !rahmana memakan segala, para wesia tidak ra!in beker!a, si sudra berusaha agar disan!ung"san!ung, oleh karena mereka yang disebut tri wangsa itu, termasuk !uga para tokoh agama berbuat dursila, orang terpela!ar berperilaku seperti tidak terpela!ar. &i samping untuk mengungkapkan srnggara rasa Lrasa cintaK yang dalam konteks ini adalah wipralam!ha srnggara Lrasa cintaK yang dalam terhadap dipertahankannya tradisi +atur Warna tersebut. 1em!ang $angkur dipergunakan !uga untuk menembangkan kisah karuna rasa Lbelas kasihK. #al ini dikisahkan, bah$a !ika tatanan catur warna tersebut tidak ber!alan, maka para istri (kaum $anita) banyak yang tidak setia pada suami ( jalir), mantra dam $eda para brahmana tidak sidi (magis) lagi, orang tua tidak lagi memiliki rasa cinta kasih kepada putra"putrinya, dan manusia tidak lagi peduli dengan lingkungan Ljagat tan kapirunguK. #al ini dilukiskan di dalam pupuh $angkur sebagai berikut) Sang !rahmana manglaliang, istri jalir, degag tan papakering, lan wanaprasta puniku, mataki-taki kamoksan, dereng telas, semarania kasor rampung, nundenang iya makertya, ngulah ketuwon mamargi . (II.1').

+er!emahannya) ,ara !rahmana melupakan, kaum permpuan tiada setia, sangat angkuh tiada takut dosa, kemudian di dalam hal $anaprasta, bersiap"siap menu!u moksa, belum berhasil, dikalahkan oleh pengaruh asmara,

1/(

kemudian memberitahukan orang lain berbuat, perbuatan itu tanpa arah. +idak terbatas hanya berkaitan dengan kisah sedih, $angkur dalam Geguritan Dharmawisesa !uga dipakai untuk menembangkan tutur yang dilatari oleh ad!huta rasa Lrasa tak!ubK seperti yang dikisahkan dalam pupuh $angkur (II.'1) seperti di ba$ah ini) -ana malih kacarita, ndatan mandus, ane madan ma!resih, sang nganggo dama puniku, mandus ma!resih ngaran, sinangguh danta, padyusan wiku masucyan, waya !iyantara, mangkana ling nikang resi. +er!emahannya) Ada lagi yang ingin disampaikan, tidak mandi, tetapi tetap disebut bersih, yang mengamalkan a!aran dama., yang dinamakan mandi dan membersihkan diri, yang dinamakan putih bersih, tempat permandian para pandita, setiap hari, demikian sa!da pandita bi!aksana. 3.1.1.3 Sinom Kata Sinom ada kaitannya dengan kata sinoman, yaitu kumpulan pemuda untuk membantu orang yang mempunyai ha!at. Sinom dikatakan !uga berarti daun muda sehingga itu diisyaratkan dengan lukisan daun muda (Saputra, 1;;')'/). Sebagai nama tembang, Sinom dikatakan memiliki $atak senang, gembira, dan memikat. Aleh karena itu, di ungsikan untuk menggambarkan suasana, gerak yang menun!ukkan kelincahan. &alam Geguritan Dharmawisesa, tembang Sinom lebih

1/3

banyak di ungsikan untuk menembangkan a!aran atau pencerahan spiritual. &engan demikian, arti kata sinom men!adi dekat artinya dengan kata somya yang berarti lemah lembut, se!uk, penuh keba!ikan, lunak, dan ramah (Foetmulder, 1;;(@110). ,ernyataan tersebut mengisyaratkan bah$a sinom adalah $ahana tutur

yang pas. Bagi Kontoran, daya pesona irama sinom itu bagaikan pesona seorang peramah dan pemaa dan rendah hati, yang dalam Geguritan Dharmawisesa diistilahkan dengan ksama. Ksama ibarat irama gadis cantik yang suaranya indah. Geguritan Dharmawisesa merupakan tutur, sebagai $acana yang bernuansa anta rasa Lmemberikan ilham rasa damaiK bahagiaK, ia sepatutnya !uga di$acanakan kata yang da!da! LpelanK alusK dan santunK senada dengan nuansa tembang sinom agar ngulanguninKmempesonaK. 9adi, menurut hemat Kontoran, tutur dan tembang Sinom adalah isi dan bentuk yang sepaut yang secara bersama"sama dapat menyebabkan penikmat linglung mangresepi Llupa daratanK terpesona

menghayatinyaK. Sinom dimaksud !uga adalah $akil tembang sekar alit, yaitu $akil tembang" tembang terpilih lainnya yang dipakai dalam Geguritan Dharmawisesa. Kontoran memandang sekar alit inilah media didaktis yang tepat karena sedang populer sebagai nyanyian masyarakat Bali agraris, terutama pada Jaman Kontoran semasih hidup. +u!uan Gusti Kontoran menembangkan tutur adalah agar mudah dimengerti oleh masyarakat terutama kandungan nilai"nilia pendidikan agama #indu yang tersirat dan tersurat di dalam kitab Sarasamuscaya. #al itu dilakukan sebab tutur L$acana religiusK seperti LtattwaK ilsa at agama #induK !ika disampaikan menurut sistem $acana tattwa L ilsa at agamaK hanya e ekti untuk kalangan terbatas. Bagi

1/8

masyarakat umum, $acana tatt$a yang padat dan abstrak itu sering kali membosankan. 9adi, untuk mengatasi kebosanan dan agar $acana religius lebih memasyarakat dipilihlah cara magending sam!ilang malajah, Lbernyanyi sambil bela!arK atau malajah sam!ilang magending Lbela!ar sambil bernyanyiK (Cai, 1;3; @tt). &engan cara demikian, Gusti Kontoran berharap agar nilai"nilai spiritual #indu yang terdapat dalam teks lontar dapat di$arisi oleh masyarakat. Ia mengatakan ) Suastiastu kanugraha paripurna, sang ngamaca tattwa iki, terus tekaning laksana, sapatuduh iking aji, nora simpang, dirga yusa maka luih L Supaya selalu dalam keadaan selamat, bagi anda yang membaca tattwa karya saya ini, amalkan terus dalam perbuatan, turuti apa"apa yang tersirat di dalam buku ini, karena tidak ada yang menyimpang, pahalanya adalah pan!ang umur dan kemuliaanK. ,ilihan tembang di samping mempertimbagkan popularitas tembang !uga berdasarkan karakter tembang itu sendiri. 7asa agama Geguritan Dharmawisesa diharapkan mencapai puncak rasa, yaitu santa rasa Lrasa damaiK. .encapai santa rasa berarti mencapai kasidan LkeberhasilanK. -ntuk itu, seperti telah disinggung di atas, tembang sinom dipilih untuk menyatakan rasa senang, gembira dan memikat. Kemampuan kreati4itas Gusti Kontoran LbermainK bahasa memenuhi kaidah prosodi tembang sinom dapat disimak seperti di ba$ah ini )

u . . . .:

u . . . .:

M 1a

Si - nom-pa-kee u e e . . . .:

li-ngin- ma- nah e u a a . . . .: M 1i

1/1

sa -so -la- ha u a e u . . . .:

ning-du-ma- di e o o e . . . .: M 1a

sa - te- ka- nio o e u . . . .:

reng-mrca-pa-da e e o o . . . .: M 1i

ksa-ma-wan-da o e u a . . . .:

di - ya-mar- gi u e u a . . . .: M 1i

te - ge - si- ra o e o o . . . .:

ma- ka - ja - ti e u a u . . . .: M 1u

sang-ke-lan-u e e e u . . . .:

pa- sa - me- ku e o o e . . . .: M 1a

a - neng-rat-ya u a e u. . . .:

pi - nu- ja- ya e e o o . . . .: M 1i

ka -je - ri -hin o e u u . . . .:

wong-sa-!u-mi M 0u

tur-ka-sung-sung e u e e . . . .: u a u u. . . .: M 1a

ka-su!-ring-ma ( III.1 ) +er!emahannya)

nu- sa- pa- da

+embang Sinom dipakai untuk mengingatkan hati, tentang tingkah laku men!adi manusia, setelah lahir ke alam ana ini, hanya si at pemaa dan rendah hati, itulah inti dari pen!elmaan, yaitu suka mengampuni dan mengasihi, dipu!i !uga dia di atas dunia ini, !uga dihormati oleh semua orang,

1/;

dan dipu!i"pu!i, dan terkenal di atas dunia ini. &alam tradisi Bali ada se!umlah irama tembang sinom. Salah satu yang paling umum disebut Sinom .anis (&asar) dengan paca pariring Lnot dasarK laras pelog seperti tertera di atas baris syair terkutip. Iontoh tembang sinom pada pupuh di atas berisi $acana ibadat sang ka$i yang penuh rasa pengampunan ( ksama*, dan merupakan inti dari pen!elmaan ke alam ini. &i!elaskan lebih lan!ut, bah$a ksama merupakan harta benda mulia seperti emas, permata, dan kekayaan lainnya, si at ksama mampu menundukkan indria, sangat mulia dan tidak ada yang melebihinya.

3.1.1." Tem ang Dangdang 5ama tembang dangdang disebut !uga Dangdang Gula. &i 9a$a, Dhangdhang Gula konon diambil dari nama ra!a Kediri, ,rabu Dangdang Gendis, yang terkenal sesudah prabu <aya!aya, 7atak tembang ini manis, lu$es, memukau. Aleh karena itu, di 9a$a digunakan terutama untuk melagukan syair yang melukiskan hal yang memabukan atau harapan akan kebaikan dan berkasih" kasihan (Sukayasa, '>1>)10;). Ketika Bhagawan Wesampayana dengan tutur kata yang manis men!elaskan pahala orang yang suka mempela!ari Sanghyang Weda Lpalaning mangaji Sanghyang WedaK. &i!elaskan, pahala dari orang yang banyak tahu tentang ilmu, berperilaku baik dan bertata krama yang baik . 9ika seseorang banyak ilmunya , !ika tiada untuk memperbaiki perilaku sendiri, dan !uga tidak dipergunakan untuk menundukkan tri guna yaitu tiga karakter manusia, terutama si at rajas dan tamas, ilmu itu tiada berguna. #al ini dapat dilihat dari uraian pupuh di ba$ah ini )

10>

$ituture sada alus manis, palaning mangaji sanghyang Weda, Siwageni kapuja reko, ring mantra tatasing weruh, ya yadnya widi wedanadi, yan artha pisadyayang, mukti medanaku, yan mamwatang ra!i !ajang, lingganing krida sentana ya mijil, keto pikolihira. #Dharmawisesa, 59.%* +er!emahannya) %ang dilahirkan, seperti itu pahalanya. 1utur kata sangatlah manis dan lembut, pahala orang yang mempela!ari Weda, Dewa ,genilah yang dipu!a, !uga mantra-mantra pasti sudah dikuasai dengan baik, itu !uga dinamakan yajna untuk dipersembahkan kepada +uhan, !ika tertu!u kepada kekayaan berupa harta, setelah ketemu harus didermakan, !ika yang diharapkan istri cantik dan muda, hasilnya adalah keturunan Kutipan selan!utnya lebih ta!am men!elaskan hal di atas, seperti kutipan di ba$ah ini) $alaning weruh maring sanghyang aji, rahayuning sila mwang acara, sila ngaran swahawane, acara ya puniku, prawreti kojaring aji, apa pakenaning arta, yan tan dana nulus, malih yan nora ka!uktya, tan padon gunanikang kasaktin lewih, yaning nora jayeng perang. #Dharmawisesa, ID.'). +er!emahannya) #asil orang yang banyak ilmu pengetahuannya, bertingkah laku baik dan tata krama baik, sila artinya perilaku mulia, dan yang dinamakan acara,

101

mampu memberikan ilmu kepada orang lain, !ika harta yang dimiliki berlimpah, !ika tidak dipergunakan berdana punia, dan !uga tidak dinikmati, tiada berguna memiliki kesaktian yang mumpuni, !ika tidak menang di dalam berperang. 9uga di!elaskan, bah$a ilmu pengetahuan itu akan tiada berman aat apabila tiada beramal baik, menerangi kehidupan, demikian pula budi pekerti mulia tiada berguna !ika tidak dipergunakan untuk mengendalikan rajah (si at serakah) dan tamah (sikap bodoh dan malas). -ntuk lebih !elasnya kutipan pupuh tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini) 1an padona pangawruheng aji, yan tan nyuluhang darma sadana, mwang !udi kapradnyanane, yan tan ngasorang ikung rajah tamah kindriyengati, !wina dadrewening wang, emasinia mara mundur, tan ngitung mapedana, mati aran dyastuning mangkya na urip, waluya pangu!u!an. #Dharmawisesa, ID./). +er!emahannya) +iada guna berilmu banyak, !ika tiada memperbaiki diri, dan !uga budi pekerti, !ka tidak mampu mengendalikan ra!ah dan tamah dan indria lainnya, dan apapun yang dimiliki oleh seseorang, semua itu mundur namanya, !ika tiada dipergunakan untuk !erdana punia, orang itu mati namanya meskipun kenyataannya ia hidup, bagaikan menimbun mayat. $adalingsa dan paca pliring pupuh Dangdang Gula berlaras pelog seperti di ba$ah ini ) a u e o. . . .: o o o o . . . .: o e u a . . . .: M 1'i

10'

$i- tu- tuu e i

re e . . . .:

ya- sa- da- a-

lus - tur- ma- nis M 0a

ma-nga- ji- ya e a u e. . . . : e o i . . . .: M 8a

Sang-hyang-We-da

Si- wa- gni

i. . . .:

i . . . .:

M 1i

ka- pu- ja- re o o o

ko- tao

ta- sing e e . . . .: M 1u

e . . . .: i

yaj-na-wi-di i i i i . . . .:

we-da- na- wruh i o prih-!ii o i i i . . . .: nuk-ti i. . . .: M1a M 1i

yan -ar -t a- mi i i i i . . . .:

pi- sa- dya-yang


o i A rao - . . . .: !i

ka- da- na- yang


A i i i . . . .: M 1u

ya- nyao o

!a- jang-a- yu o e o . . . .: M 1a

e . . . .: i

ling-ga-ning-kri I o A ni e

da-san- ta- na A . . . .: ka u....: e u a a . . . .: M 1i M 0a

pa - la e e

pu- tra- san- ta i i i

na - ya - mii . . . .: e ao i

jil i . . . .:: M 1a

nga-ran - wa --rah

ji - ga - ma

10/

+er!emahannya) 1utur kata sangatlah manis dan lembut, pahala orang yang mempela!ari Weda, Dewa ,genilah yang dipu!a, !uga mantra-mantra pasti sudah dikuasai dengan baik, itu !uga dinamakan yajna untuk dipersembahkan kepada +uhan, !ika tertu!u kepada kekayaan berupa harta, setelah ketemu harus didermakan, !ika yang diharapkan istri cantik dan muda, hasilnya adalah keturunan, demikian disebutkan dalam a!aran agama. Karakter tembang dangdang gula dikatakan halus, lu$es, dan memelas atau menanti"nanti kebaikan, maka tepatlah untuk menembangkan syair yang

mengekspresikan srnggara rasa Lrasa asmaraK sam!hoga srnggara Lcinta dalam pertemuanK seperti syair di atas. 3.1.1.0 Tem ang Semarandana Kata Semarandana beasal dari kata samara (smara) dan dahana. Semara artinya asmara atau cinta, dahana artinya pembakaran, pembakaran oleh api@ api, nyala api (Foetmulder, 1;;()118). Sesuai dengan arti kata tersebut, semaradahana berarti terbakar oleh api cinta. Sebagai sebuah tembang, karakter tembang semarandana sesuai dengan arti dasar dimaksud, LasmaraK. Aleh karena itu, sering digunakan untuk melukiskan kerinduan, kesedihan hati, mesra, dan sedih

(,admosoekot!o dalam #aryatmo, '>>/)11 @ Sukayasa, '>1> ) 1(3). &alam konteks Geguritan Dharmawisesa, Semarandana digunakan untuk melukiskan gairah cinta, yaitu cinta yang tulus seorang guru ( Bhagawan Wesampayana) kepada sisianya (murid), yaitu pra!u <anamejaya di dalam

100

memberikan petuah"petuah a!aran agama terutama tentang tu!uan hidup. Gairah cinta seorang spiritual orang suci yang api asmara dunia$inya telah terbakar. Gairah cinta Illahinya terinspirasi oleh keindahan alam @ langit yang cerah, air yang !ernih. Bagi orang suci, pemandangan yang indah itu adalah yantra Lsarana meditasiK. &engan yantra alam itu, orang"orang suci mengonsentrasikan pikirannya, sehingga batinnya segera terserap ke tu!uan religius, yakni ke Cealitas Se!ati yang selalu memikat hati dan memabukkan orang"orang suci. &engan

demikain aspek rasa yang terpancar dari syair yang bernama tembang Semarandana dimaksud adalah Lsrnggara rasaK gairah cintaK Illahi yang menuntun pikiran sang resi mencapai ketunggalan semesta, mencapai santa rasa Lrasa damaiK. &ikisahkan, bah$a Bhagawan Wesampayana memberikan petuah tentang pelaksanaan Dasa Fama Brata, yaitu sepuluh macam pengekakangan ha$a na su dalam tara !asmani (lahir) dan Dasa Giyama Brata (pengekangan indria) dalam tahap rohani. Beliau men!elaskan, kesemaran idepe !asmi, artinya @ Lkeinginan pikiran yang selalau menuruti ha$a na su dimusnahkanK, !asmi dening !rata duang dasa, Lmusnahkan dengan melaksanakan dua puluh !enis pengendalian (!rata), sepuluh dari !enis !rata itu adalah Dasa Fama Brata, !ika tidak itu yang dipakai membasmi akan !atuh ke !urang neraka Lti!a ring niraya lokaK. ,enulisan tembang Semarandana, dengan padalingsa dan paca pariring yang berlaras pelog seperti di ba$ah ini) u u u u . . . .: a i a u . . . .: M 1i

Ka-sma- ran - 5 I e e e . . . .:

de- pe -tas -mi o o I I. . . .: M 1a

10(

de-ning-!ra- ta I o e u. . . .:

du- ang-da- sa e o e o . . . .: M 1o:e

sa- pu- luh- !ra e o I

ta - ya ma- ne o I I . . . .: M 1a

A . . . .: I

pu - ni - ka - ang

go - se - ta - ta

I . . . .:

I . . . .:

M 1a

5 - nge- tang- nto e o I A . . . .: ya-

a- ywa-l u- pa I ma A sao e o . . . .: M 1u

la- wan- nio ja e u

pu- luh I I . . . .:: M 1a

e . . . .: I a pa-

la- nin-

nga - ta- tas

( D.1) +er!emahannya) .enuruti ha$a na su patut dimusnahkan, oleh dua puluh macam pengendalian, sepeluh macam yama !rata, itu selalu dipergunakan, ingatlah !angan sampai dilupakan, dan sepuluh !enis pengendalian niyama, lakukan dan amalkan dengan benar. Selan!utnya di!elaskan akibat dari tidak dilaksanakannya Fama Giyama Brata itu, dituliskannya dalam pupuh berikut ini. Fan tan punika marganin, ti!a ring niraya loka, kasangsaran salawase, ri kawah cam!ra gomuka, ento krana serekang, mungpung jani enu idup,

103

dimatine tan pedaya. #Dharmawisesa, D.'). +er!emahannya) Apabila tidak melakukan hal itu, !atuh ke alam neraka, akan menderita selamanya, di ka$ah cam!ra gomuka, itulah sebabnya diusahakan, semasih hidup di dunia, !ika telah mati tiada berdaya. ,embagian dari Dasa Fama Brata di!elaskan dalam bait pupuh berikutnya) Brata yama ne puniki, anresangsia lan kesama, satya lan ahingsane reke, dama lamaning arjawa, priti muang prasada, madurya mardawa puput, kayeki pidartanira. #Dharmawisesa, D./) +er!emahannya) Sepuluh bagian yama !rata itu adalah, anrengsa dan ksama, satya dan ahimsa, dama dan !uga arjawa, priti serta prasada, madurya mardawa terakhir, seperti itu pembagiannya. &iuraikan lebih lan!ut pembagian dari dasa yama !rata tersebut seperti syair di ba$ah ini) ,nresangsyane welas asih, tegesing ksama punika, sang pageh ring panes tis, satya si tan mresawada, nyukanin sarwa !awa, teges dama upasameku, weruh mituturin manah. #Dharmawisesa, D.0)

108

+er!emahannya) ,nresangsia artinya si at $elas asih, adapun ksama artinya, orang yang tahan akan suka duka, satya adalah orang !u!ur, membuat orang lain bahagia, dama artinya suka mengampuni, dan dapat menasehati diri sendiri. ,rjawane !ener sejati, priti agung asih tresna, prasada ening manahe, madurya manising ulat, lawanikanang ujar, mardawane artin ipun, alus tur ngulangunin manah. #Dharmawisesa,D.(). +er!emahannya) ,rjawa adalah kebenaran se!ati, priti berarti cinta kasih yang tulus, prasada beripkiran suci, madurya adalah simpati dan berkata"kata lembut, mardawa berarti halus dan menyenangkan hati. Giyama adasa malih, dana ijya lawan tapa, dhyana laning swadyayane, miwah upastanigraha, !rata muang upasama, mona lawan snana iku, tatasang ika magurwang. #Dharmawisesa, D.3) +er!emahannya) Kesepuluh pembagian Giyama itu, dana ijya dan tapa, diana da swadyaya, serta upastanigraha,

101

kemudian !rata dan upasama, mona dan !uga snana, tekunilah itu dan dipela!ari. 3.1.1.3 Tem ang Ginanti Kata ginanti memiliki kata dasar ganti Lganti, tukarK, Ginanti berarti diganti atau ditukar. Sebagai nama metrum, dalam tradisi macapat di 9a$a disebut kinathi. Kata kinanthi berarti bergandengan, teman, nama Jat atau benda, nama bunga. 7atak tembang kinathi dikatakan terpadu, gembira, dan mesra. Ia di ungsikan untuk memberi nasehat, mengungkapkan kasih sayang (?aginem, 1;;3) 11,03 @ Sukayasa, '>1> ) 1/;). +embang ginanti sesuai dengan karakternya yang menceriterakan kasih sayang !uga dihadirkan untuk menembangkan tutur. Sebagai contoh pada pupuh 3 dipakai ntuk menembangkan persoalan tattwa atau ilsa at. -ntuk hal itu dapat dilihat dalam syair pupuh di ba$ah ini ) Ginanti tekaning pupuh, nyam!ung tattwa munggweng arsi, pageh 5da -yang Berahma, sarwa !uta kaingonin, dadoyane tatan sama, guna rupa lan prawerti. #Dharmaprawerti, DI.1). +er!emahannya) $upuh Ginanti yang menggantikan, untuk menyambung tentang tattwa di atas, sangat teguh beliau dewa Brahma, segala unsur dipelihara beliau, meskipun keinginannya tidak sama, kepandaian dan keterampilan.

10;

Sekatahing !angsanipun, sama rata nora kejil, katekaning mangke juga, nging asiki kaimpasin, ikang sum!ung sum!ar-sum!ar, sapanuju kaiwangin. #Dharmawisesa,DI.'). +er!emahannya) Seluruh yang diciptakannya, semuannya dipelihara tanpa bilih kasih, sampai kapanpun itu, tetapi hanya satu yang perlu dihindari, !angan sombang dan sesumbar, sepan!ang !alan akan disalahkan. $rih sang sum!ar anjajaluk, sama lawan tam!is mati, angsurane su!a tunggah, !ayu runtag rupa gesit, rawose kaliwat-liwat, ento dadi manyakitin. #Dharmawisesa, DI./). +er!emahannya < Akibat dari mereka yang sesumbar, sama dengan orang yang nyaris mati, na asnya sudah ngosngosan, na as berdegup kencang dan $a!ah kusam, karena bicara yang terlalu angkuh, itu yang menyebabkan menyakiti diri sendiri. &alam tradisi ma!e!asan di Bali, tembang ginanti pun dilagukan dengan beberapa 4ersi irama. Salah satu 4ersi yang umum iramanya dengan paca pariring laras slendro seperti tertera di ba$ah ini). u u u e . . . .: u i a u . . . .: M 1u

Swa-!a- wa- ni

ra- sang-sa- du

1(>

e . .. .:

o. . . .:

M 1i

tan-a-nya-cad o e u a . . . .:

mung-gwing-u-ri u e o I . . . .: M 1a

yat-na-nu-lung I I I o . . . .:

sang-ke-la-ran A I A - . . . .: M 1i

tan-tung-kas-ring o o o o . . . .:

a-sing- a -sing e u e o . . . .: M 1a

wlas-a-sih-ring e u I A . . . .:

min- ta - sra- ya A I o I . . . .: M 1i

sdeng-i-da-sa (DI.1/)

i- tang-ki-lin.

&ari beberapa kutipan pupuh di atas, maka dapat dikatakan bah$a pupuh ginanti sangat tepat untuk melukiskan, betapa tulusnya Bhagawan Wesampayana memberikan tuntuan hidup kepada murid dan sekaligus ra!a -astina $ura, yaitu <anamejaya.

3.1.1.4 Magatruh $upuh .agatruh dipergunakan sebagai puncak dari alur cerita, dan akhirnya menu!u ke posisi berakhir. $upuh .agatruh terdiri dari 11 bait. &ari 11 bait tersebut merupakan pernyataan tulus dari pengarang, yang mana si pengarang Geguritan Dharmawisesa menyatakan diri wong pacul Lorang bodohK, oleh karena

1(1

itulah bahasanya kurang teratur dan kurang sedap di dengar L sangkan !asa patikacuh. Kaidah prosodi pupuh .agatruh dan paca priringnya adalah sebagai berikut) 5ki putus ikang tattwa munggwing ayun, ingsun minta ampura sih, ri padaning sanghulun, sang amaca lan miarsi, !asa pupuh lintang pojol. # Dharmawisesa, 955.%*. +er!emahannya ) Sekarang ini berakhirlah tentang tattwa yang mulia ini, hamba memohon ampun dan belas kasih, kehadapan semua orang, yang sempat membaca ataupun yang mendengarkan, bahasa dan tembangnya sangat polos. Guna pacul masih milu ne mangapus, munggwing kreta kirang arti, sangkan !asa pati kacuh, sasuduke ndatan keni, mangde ledang sang amaca. #Dharmawisesa, DII.').
+er!emahannya)

M 1' u M 1i M 8u M 1i M 1o

Arang sangat bodoh hanya ikut"ikutan membuat karangan, dan seluruhnya tiada berarti, oleh karena bahasanya tiada beraturan, intinya tiada tersambungkan, semoga yang sempat membaca. Stingkahing sang putusing pangaweruh, maweh titi lawan cermin, mangde wenten ane katuut, anggon nyuluh kaon !ecik, eman ida ring 5 !elog. #Dharmawisesa,DII./).

1('

+er!emahannya) ,erilaku orang yang banyak ilmunya, beliau di!adikan !embatan dan tauladan, agar dapat diikuti, dipergunakan untuk menenrangi salah dan benar, beliau takut akan orang bodoh. Kedeh cucud tan sah ida mapitutur, kalinggayang mareng aji, ri sarasamuscayeku, ling ngira sang .aha .uni, amitutur ri sang katong. #Dharmawisesa,DII.0) +er!emahannya ) Beliau selalu memberikan nasehat, disuratkan dalam a!aran"a!aran suci, antara lain dalam Sarasamuscaya, petun!uknya sang .aha ,endeta, memberikan pela!aran kepada setiap orang. 1ut !urinen wakyaning sang maha !iksu, denikang utama luih, patut resep maring kayun, apan salwir tingkah sami, sakeng ja!a terus ka jro. #Dharmawisesa, DII.()
+er!emahannya) +urutilah segala a!aran para pandita, karena a!aran itu maha mulia, sangat patut diresapkan dalam hati, karena segala perilaku semua orang, dari dalam diri sampai ke luar.

Kocap tuduh 5da Sang -yang widhi iku, pala karma kapitutin, karma manut sa!da .anu, ala ayuning pakardi, sangkan mangguh !ecik kaon. #Dharmawisesa, DII.3).
+er!emahannya)

Karena takdir %ang .aha Kuasa,

1(/

pasti akan mendapatkan hukum dari karma kita, karma itu sesuai dengan a!aran .anu, sesuai dengan baik buruk peruatan, oleh karenanya ada baik dan !elek. Gto ane dadua kinawasa dening tuduh, yan ida sang sampun uning, manunggalang patemon kayun, luput sakeng tuduh jati, nir wikara nora epot. #Dharmawisesa, 955.M*. +er!emahannya) +erdapat dua hal itu yang ditakdirkan, +uhan adalah maha tahu, menyatukan hati, yang telah luput dari takdir, menu!u surga (nir$ana) tidak sulit. Kan tuning malih puniki ne menyam!ung, tutupang aksarane ngawit, apada alih a!uku, ditu uning ngematanin, sane ngapus lintang kaon. #Dharmawisesa, DII.1).
+er!emahannya) Akan ada lagi sambungannya, diakhira dengan tulisan pada $aktu memulai, satu bait ataupun satu buku, di situ diketahui sesungguhnya, bah$a si pengarang amatlah bodoh.

Ging dusun wiyakti durung mangguh guru, genah nuriasang !asa kawi, !angga ajum taler ngapus, nora kimud kaguyonin, puput narima kemawon . #Dharmawisesa, DII.;).
+er!emahannya) Karena saya orang bodoh sungguh"sungguh tiada pernah bersekolah, tempat bertanya tentang bahasa Kawi,

1(0

bangga dipu!i"pu!i sam membuat karya sastra, tiada malu direndahkan, hanya siap menerima sa!a. Ge ya sakeng titiyang ngadu pangaweruh, sangkan nyalin anggon gending, mangda katah seneng kayun, alit-alite melajahin, sam!ilang di carik ngangon . #Dharmawisesa, DII.1>). +er!emahannya) Bukannya saya ingin menyombongkan kepintaran, oleh karena saya menyalinnya dengan menggunakan pupuh, tu!uannya adalah agar banyak orang berminat, kaum rema!a agar senang bela!ar, ketika sedang mengembala di sa$ah.

Ganging titiyang ne mangkin muputang atur, yaning wenten tuna lewih, ledang ngrah mangda patut, tatweke apang jati, mangda nganutin gaguron D #Dharmawisesa, DII.11).
+er!emahannya)

+etapi sekarang ini saya akhiri, !ika ada yang kurang berkenan, agar sudi memberikan masukan, supaya intinya dapat dicari, agar sesuai dengan a!aran guru. 3.2 Pen- m)angan Padalingsa &ari (/( bait yang membangun Geguritan Dharmawisesa beberapa bait di antaranya menun!ukkan !umlah suku kata lariknya ada yang lebih atau kurang dari ketentuan pola padalingsa. Berkenan dengan penyimpangan itu, Saputra (1;;' )0;) mengatakan bah$a pengabaian aturan !umlah suku kata ini memang sering

1((

di!umpai pada sekar macepat

yang diciptakan secara spontan dan langsung

ditembangkan oleh seseorang. Kelebihan atau kekurangan satu atau dua suku kata tampaknya tidak begitu mempengaruhi tembang. ,andangan yang senada !uga dikemukakan oleh &!apa (1;;;)iii), yaitu LBacakane sane munggah ring ajeng wantah marupa anceng kewanten, duaning sajeroning panglaksananipun, kirang langkung kecape malih asiki kekalih, sampun ketah kemargiang D bacaan yang tercantun di depan ( tabel, (./) hanya merupakan patokan. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya kekurangan atau kelebihan satu atau dua suku kata dalam larik bait geguritan tidak dipandang sebagai penyimpangan atau dapat dikatakan sebagai penyimpangan yang dapat ditoleransi. Aleh karena itu contoh *penyimpangan2. Iontoh *penyimpangan2 larik bait Geguritan Dharmawisesa (Durma,I.1) tampak berikut ini) Durmita pangataging kali yuga tan mari punang wiyadi tekang parangad!uta oreg praja mandala tar winilang kang wi!ogi !agna mapasah durgama ikang !umi ,enyimpangan M 11 a seharusnya 1' a M 1i M 8a seharusnya 3a M 8a seharusnya 1a M 1i M (a seharusnya 0a M 8i seharusnya 1i aktor

pada larik ke"1 boleh !adi bukan karena

ketidaksenga!aan, tetapi karena aktor pertimbangan makna syair dan rasa bahasa. &alam keadaan memulia suatu karangan isik dan mental sungguh"sungguh

memerlukan konsentrasi yang prima, yaitu mencapai tingkat keheningan yang dapat mendatangkan inspirasi, hal ini dinamakan melakukan semedi atau samadhi. Sesungguhnya untuk melengkapi padalingsa pada larik ke"1 di atas Ldurmita pangataging kaliyugaK dapat ditambahkan kata LniK diantara kata LdurmitaK,

1(3

sehingga men!adi LdurnimitaK. ,enambahan suku kata LniK tersebut tidak akan mengubah makna yang dimaksud pengarang, dan !uga tidak akan mengurangi rasa bahasanya. &engan penambahan suku kata L niK kaidah prosodi pupuh Durma pada larik ke"1 terpenuhi tanpa mengurangi makna dan rasa bahasanya. &emikian !uga pada larik ke"/. Kaidah prosodi larik ke"/ pada pupuh Durma seharusnya 3 suku kata dengan 4okal akhir adalah L aK. &alam larik ke"/ di atas !umlah suku katanya adalah 8 suku kata Ltekang parangad!utaC, hal itu menak!ubkan atau mengerikanK. 9adi secara kon4ensional pupuh &urma, seharusnya di larik ke"/ adalah 3 suku kata, namun suku katanya lebih lagi satu suku kata. -ntuk menghindari kesalahan kaidah prosodi tersebut di atas, kiranya kata LtekangK dapat dituliskan dengan pasang tumpuk L men!adi kata D tkangC, tanpa mengurangi makna dan rasa bahasanya. &i larik ke"0 seharusnya 1 suku kata, yang tersurat adalah 8 suku kata. ?arik tersebut berbunyi Loreg praja mandalaC, dunia men!adi kacauK. .enurut hemat peneliti, kata LoregK, dapat ditambahkan dengan LingK, sehingga men!adi kata Loreging KkacaunyaK tanpa mengurangi makna yang terkandung dalam larik tersebut. &alam larik ke"3 seharusnya 0 suku kata dengan 4okal akhir adalah LaK, namun yang tertuang dalam naskah adalah ( suku kata, artinya, terdapat suku kata yang lebih,C !agna mapasahCsemuanya hancurK, menurut hemat peneliti, kata mapasah dapat diganti dengan kata pasah , men!adi kata L!agna pasahC yang memiliki makna sama dengan LmapasahK. Sedangkan dalam larik terakhir, yaitu pada larik ke"8 seharusnya 1 suku kata dengan 4okal akhir adalah LiK , ternyata suku katanya kurang lagi 1 suku kata. &i larik tersebut tertulis Ldurgama ikang !umiC , maka larik tersebut kurang lagi 1 suku kata untuk

1(8

memenuhi kaidah prosodi pupuh Durma pada larik terakhir. .enurut hemat peneliti, kata LdurgamaK dapat ditambakhkan dengan suku kata D nian 4 nyanC, dengan tidak mengurangi makna dan rasa bahasa yang dimaksud oleh pengarang, sehingga men!adi L durgama nyan ikang !umiC sangat mengerikan dunia ini. &ari uraian contoh penyimpangan"penyimpangan larik di atas dapat disimpulkan bah$a, pengarang geguritan Dharmawisesa, senga!a atau tidak disenga!a banyak ter!adi penyimpangan " penyimpangan padalingsa di dalam karya Geguritan &harma$isesa.

BAB 5II NILAI,NILAI PENDIDI!AN DALAM GEGURITAN DHARMAWISESA


4.1 N la Pen* * kanTattwa +eologi atau !rahma:idya adalah ilmu tentang +uhan. 1heos (bahasa %unani) berarti +uhan dan logos (bahasa %unani) berarti ilmu (,ud!a,1;;;)/). 5askah $arisan agama #indu di Indonesia yang memuat a!aran ke"+uhanan disebut lontar tattwa atau lontar tutur (Sukayasa,'>>0)(/). &engan demikian,

1(1

dalam rangka mengimplementasikan

ungsi teologi pengarang Geguritan

Dharmawisesa menga!arkannya ungsi tersebut melalui tembang atau pupuh. ,rinsip hidup orang Bali dalam bela!ar menggunakan metode L malajah sam!ilang magendingK bela!ar sambil bernyanyiK atau L magending sam!ilang malajahC bernyanyi sambil bela!arK. &alam akti4itas keagamaan umat #indu di Bali, pelaksanaan upacara atau yajna sementara ini masih mendominasi. /pac?ra keagamaan yang dimaksud adalah menyangkut $anca .aha Faj;a. $anca .aha Faj;a itu terdiri dari dewa yaj;a, i yaj;a, manusa yaj;a, pitra yaj;a, dan !huta yaj;a . Kata yaj;a terbentuk dari kata yaj berarti memu!a atau menyembah. ,emu!aan atau penyembahan ditumbuhkan untuk mencakup aspek"aspek kehidupan yang beragam serta eksistensi kehidupan sebagai satu kesatuan. Sepintas yaj;a terlihat sebagai ritualistik tetapi sesungguhnya di dalamnya terkandung aspek sosiologis dan religio" iloso is. A$alnya ,ra!apati " Brahma, +uhan %ang .aha Kuasa diidenti ikasikan sebagai penguasa semua yaj;a, .aka kemudian timbul kesadaran bah$a manusia harus melaksanakan yaj;a, karena yaj;a1(1 - cakra adalah hukum kesemestaan yang tidak dapat dihindari oleh manusia. +anpa melaksanakan yaj;a, manusia hidup sia" sia (Agastia,'>>1)8), Sebenarnya $anca .aha Faj;a merupakan satu kesatuan pemikiran tentang kesemestaan. +idak ada suatu benda yang bisa mencipta kecuali yang tunggal. &engan demikian semua yang ada adalah $u!ud pengembangan yang tunggal yang merupakan esensi dari semua yang ada. Setiap makhluk hidup

1(;

termasuk manusia selalu ketergantungan dengan yang lainnya. &emikian !uga setiap makhluk hidup berhutang kepada yang lainnya.. &alam kaitannya dengan ungsi teologis dalam Geguritan Dharmawisesa, yaj;a, yaitu upac?ra yang dipersembahkan kepada +uhan dalam $u!ud !anten. Akti4itas keagamaan masyarakat #indu di Bali sangat tinggi, artinya di Bali, tiada hari tanpa upac?ra. /pac?ra-upac?ra yang dilakukan tersebut bersumber dari sastra"sastra #indu yang berkaitan erat dengan kepercayaan, adat" istiadat, ritual, , ataupun kehidupan sosial budaya masyarakat sebagai satu ciri yang mencerminkan kehidupan masyarakat Bali begitu kompleks. Setiap melaksanakan upacara keagamaan, baik di pura yang berstatus kahyangan desa, kahyangan jagat, atau dang kahyangan, bahkan dirumah"rumah pribadi umat #indu secara pribadi, apabila melaksanakan upacara agama akti4itas matembang pasti ada. Akti4itas matem!ang ini dinamakan dharmagita. Dharmagita merupakan kidung"kidung rokhani, nyanyian suci keagamaan, apakah ditembangkan dengan pupuh, kidung, atau sekar agung. 1em!ang-tem!ang itu mengandung nilai iloso is di samping mengandung makna magis. Bait"bait yang mengandung nilai pendidikan iloso is tersirat seperti di ba$ah ini) ,ja ngupet ring guru aji, pradene salah ulahan nira, pranamya supakarane, kasidaning angguguru, yening mreceda guru aji, makrana cendek yusa, papa nraka katemu, yan sang pageh astitya !aktya, ring !ape!u, sama lawaning ma!eresih, tapa satya lan darma. (ID.01). 9angan coba"coba mengumpati guru, meskipun beliau melakukan kesalahan, hendaknya anda rendah hati, agar sukses di dalam menuntut ilmu, !ika anda selalu menghina guru, akan berakibat pendek umur, akan berakibat derita, !ika teguh dan astiti bakti, kehadapan ayah ibumu, ibarat telah melakukan pembersihan.

13>

$anglokikan nikang tattwa, secara logika ilsa at itu, apang priksa langgeng nolaheng !umi, sebab teguh pendirian di dunia, apang santosane pangguh, kedamaian pasti di!mpai, dening lum!rahing jagat, karena telah limbrah di bumi, kalewihane saparan !oga katemu, kemuliaannya tiada kurang makan, sagenah amangguh kasukan, disegala pen!uru akan berbahagia, kadi wang materampah wyakti. sebagai orang yang ari bi!aksana. Suka muang duka wantah magenti, Suka dan duka silih berganti, tikang sugih kalawaning daridra, ada yang kaya ada pula miskin, muang ana lawan tayane, ada !uga orang tanpa tu!uan, pati lan uripeku, mati dan hidup itu, ananira mangkin magenti, hanya di dunia nyata ini, eling pwa sang pandita, orang bi!aksana mengetahui hal itu, sane sampun putus, yang telah berilmu tinggi, sangkan ida tan girang, itu sebabnya beliau tiada bersukaria, miwah awya lawaning duhka prihati, dan !uga tiada bersedih hati, setata ening manah nira. beliau selalu tenang sentosa. (H.'3). Suka duhkane tong dadi kelidin, pangawasan nikang widiwasa, karana sarwa mauripe, manemu lega lan sungsut, miwah widiwasa puniki, purwa karma tinut !aya, mawak ala ayu, sangkan nikang suka duhka, nora liyan kadi cakraning pedati, magenti sor luhur niya. (H.'1). 4.2 N la Pen* * kan Ethi!a Suka dan duka tidak dapat dhindari, itu adalah takdir +uhan %ang =sa, oleh karena segala yang hidup, bertemu dengan suka dan derita, adapun takdir +uhan itu, karma yang lalu mengikuti, ber$u!ud baik dan buruk, itulah sebabnya suka duka itu, tiada ubahnya bagaikan roda pedati, bergantian di atas dan di ba$ah

#idup yang ideal haruslah mempunyai tu!uan yang !elas, okus menu!u cita" cita luhur, kemanunggalan. .enurut paham #indu, tu!uan hidup itu disebut +atur $urusrtha disebut !uga catur warga @ dharma, artha, kma, moksa. Karena se$arga, secara sistemik keempat komponen itu saling membangun dan saling menata. Wacana catur warga tersebut diilhami oleh a!aram catur warga yang merupakan isi pokok atau batang tubuh a!aran Bhagawan Wararuci dalam kitab Sarasamuscaya (terutama sloka ; " '8 dan pen!elasannya). #al yang menarik

131

adalah $acana sistematik Bhagawan Wesampayana bah$a ada hubungan saling terkait antara landasan, cara, dan tu!uan hidup. +erutama, bila telah diperoleh, dapat men!adi landasan dan cara untuk memperoleh tu!uan berikutnya, demikian seterusnya sampai tu!uan terakhir dicapai. Dharma sebagai cita"cita pertama, setelah diraih lalu ber ungsi sebagai landasan dan cara untuk mendapatkan cita"cita kedua) artha. &emikian seterusnya, dharma dan artha secara bersama"sama ber ungsi untuk mendapatkan cita"cita ketiga) kama. Akhirnya, dengan kendali dharma atas artha dan kama, seseorang memungkinkan untuk mencapai cita"cita terakhir) moksa. .oksa, di samping dalam arti hidup bebas bahagia di alam

baka !uga memiliki makna praktis dan penting untuk hidup di dunia ini. Bagi #indu, hidup ini adalah tempat persinggahan sementara, dapat dipandang sebagai tangga untuk menu!u ke surga. #al ini di!elaskan dalam kitab suci Sarasamuscaya, 10, 11 seperti di ba$ah ini) 5kang dharma ngarania, hnuning mara ring swarga ika, kadi gatining perahu, an hnuning !ayga nntasing tasik (Kad!eng, 1;;8"1;;1 ) 11) +er!emahannya) %ang disebut dharma, adalah merupakan !alan untuk pergi ke surga@ sebgai halnnya perahu, sesungguhnya adalah merupakan alat bagi orang dagang untuk mengarungi lautan. 9ika di dalam hidup ini, seseorang telah mencapai kebahagiaan, niscaya di alam baka pun ia hidup bahagia. &emikian keyakinan #indu. #al tersebut di$acanakan di dalam kitab Sarasamuscaya, 11 seperti di ba$ah ini) .wang kottaman ikang dharma, prasiddha sangkaning hitwasana, irikang mulahakn ya, mwang pinakEraya sang paita. Sang kepanya, dharma mentasaknikang triloka. (Kad!eng, 1;;8"1;;1)1').

13'

+er!emahannya) &an keutamaan dharma itu sesungguhnya merupakan sumber datangnya kebahagiaan bagi yang melaksanakannya@ lagipula dharma itu merupakan perlindungan orang yang berilmu@ tegasnya hanya dharma yang dapat melebur dosa tri loka atau jagadhita itu. &i dalam Geguritan Dharmawisesa a!aran catur warga itu digubah ke dalam pupuh Durma sebagai berikut ini) Kadarmane maka am!ah mareng swarga, sama lawan !anawi, jalanan !andega, margannia ngentasing segara, ento pagehang malajahin, anake darma, amangguh kasukan luih (I.';). Agama merupakan !alan untuk ke surga, bagaikan lautan, !alan menyeberang bagi nelayan, !alan untuk mengarungi lautan itu yang harus dipela!ari dengan tekun, orang yang yakin akan agama, menemukan kebahagiaan sempurna.

Kutipan di atas menggambarkan bah$a, betapa tingginya kadar dharma (agama) itu. Dharma (agama) bagaikan perahu yang merupakan alat untuk

menyeberangi samudra luas (gelombambang kehidupan). Aleh karena itu setiap orang hendaknya menghayati dan mengamalkan a!aran agamanya masing"masing dengan benar. &i !elaskan pula bah$a, bagi mereka yang hanya diperbudak oleh materi dan menuruti na su, itu tiada ber pahala baik, untuk menu!u kemanunggalan dengan Sang .aha ,encipta (moksa), namun hanya dengan mempela!ari dan mengikuti petun!uk"petun!uk a!aran dharma, segala dosa dan kekotoran !asmani maupun rohani dapat disapu bersih. #al ini dapat dilihat dari kutipan berikut ini) Sang yatna ngardi arta muah kasukan, lan kamoksane malih, ika tan papala, !ina ring sang kayatnan, mangkana sesamania, sang maulah darma jati, iya nyapuhang, mereka yang hanya setia kepada materi, dan !uga kemanunggalan, itu tiada berpahala, beda itu dengan orang yang tekun, demikian persamaannya, mereka yang benar"benar darma, ialah yang membersihkan,

13/

saluir papane !asmi. (I./1).

segala dosa dan kekotoran.

Dharma (agama) itu sangatlah mulia, harus dipela!ari berulang"ulang. #anya dharmalah yang merupakan sahabat se!ati untuk mele$ati tri loka, yaitu dari alam manusia menu!u ke alam dewa, dan dari alam dewa ke nirwana).Aleh karena itu orang bi!aksana #pandita) berpegang teguh pada kebenaran a!aran a!aran dharma. Kutipan tentang hal ini dapat dilihat dalam kutipan pupuh di ba$ah ini) Kotaman kadarmane saking lila arsa, ento pajalane lewih, miwah maka sraya, de nira sang pandita, tikang darma dadi margi, am!ah mentasa, maring tri !wana iki. (I,//). Keutamaan darma itu sudah se!ak !aman lampau, hanya itu !alan satu"satunya, dan sebagai sahabat se!ati, oleh para pandita (orang pandai), darma itu yang di!adikan lalu lintas, jalan untuk menyeberangi dosa, tiga alam #!hur loka. !wah loka, dan swah loka).

Bagi orang yang teguh dan taat men!alankan perintah agama dan tidak tergoyahkan oleh godaan apapun, itulah yang dinamakan kebahagiaan se!ati, mereka tidak terkena halangan atau bencana. Dharma itu harus diyakini dan dipegang teguh a!arannya. #al ini dituliskan dalam pupuh di ba$ah ini) ,na wang pageh !udinnia nora ginggang, ngam!el sedananing darmi, iya madan !agia, tan keneng lara wigena, prade iya nglalu mati, mwang ka!iseka, mangkana ling sang mahayati . (I./0). .ereka yang teguh hatinya tiada tergoyahkan, taat akan a!aran dharma, itu dinamakan kebahagiaan se!ati, tidak kena derita dan bencana, meskipun mereka nglalu pati, dan mungkin diperdaya, demikian a!aran dari orang bi!aksana.

130

Arang yang dilindungi oleh darma, kematian itu tidak akan dapat mendekat. &e$a mautpun tidak mampu mendekatinya. #al ini di!elaskan dalam kutipan di ba$ah ini) ,winan pakatonan ida sang menget, Itu sebabnya pandangan orang yang sadar, pageh rasa tan keneng pati, teguh hatinya tidak kena kematian, olihnia ngertian, itu pahala dari darma, pangaweruhning arta, dapat melakukan tu!uan mulia, inggiyan mangertyang darma, yang berlandaskan a!aran darma, katon tinadah, !ika disuruh memakan, mretiyune takut ya lari. de$a maut tiada berani. (I.0>). Selan!utnya kutipan di ba$ah ini men!elaskan betapa de$a maut takut kepada orang yang berpegang pada dharma. Faning kita tatas mangweruhana, tan mari ngem!an sahi tur nunggang ulunnia, kala mretyu punika, tan arsa manadah wyakti, mingkin te jadma, sang pageh ring darmajati. (I.01). 9ika anda sadar mengetahuinya, ,!angan takut mengasuhnya sehari"hari, dan duduk di kepalanya, de$a maut, dia tidak akan dapat memakannya, !ika seseorang, teguh dan yakin akan dharma su!ati.

Selagi masih muda, diharapkan untuk menekuni mempela!ari dharma, karena hanya dharma sa!alah yang langgeng, !ika harta atau materi dan kepandaian itu dapat hilang dan berkurang. #ilangnya harta benda menimbulkan kesedihan yang sangat menyiksa. Kesaktianpun akan sirna pula. &i ba$ah ini kutipan pupuhnya) Sangkan jani serekang mungpung !ajang, kadarmane gawenin, arta lan ka!isan, sawireh nora sama, yening tua rered sami, dadi metu ala, kasidiane punah sami. (I,0'). Selagi masih muda diusahakan betul, hanya dharmalah yang harus didahulukan, harta benda dan kepandaian, karena hal itu tiada langgeng, !ika tua semuanya berkurang, yang menyebabkan derita, kesaktianpun sirna pula.

13(

Dharma itu langgeng adanya. Adapun sanak saudara itu hanyalah semu kesetiaannya. 9ika sudah mati, mereka hanya bersedih sementara, tetapi dharma mengantarkan seseorang menu!u ke manapun rohnya pergi. 1ingkahnyane iya i kadang warga, yan kita su!a mati, enu mawak ala, punika yan saihang, tan !ina ring pipis cle!ing, twah asaksana, !rayane girang nyungkomin. (I.01). perilakunya para kerabat, !ika anda telah meninggal, masuh berbadan kotor, itu !ika diumpamakan, tidak obahnya seperti uang clebing, hanya sebentar sa!a, kerabat itu senang sementara.

Setelah manusia di!adikan abu atau dikuburkan, para sahabat dan sanak saudara yang tadinya setia dan bersedih akan segera meninggalkannya, mereka pergi dan bahkan tiada menoleh lagi, hanya dharma sa!a yang akan menemani. #al ini ditulis dalam gubahan berikut ini) Suwud keto matulak makejang, tan panolih kaori, ditu enyen ne gawah, sangkan darmane serekang, iya dadi anggon kanti, tan !isa lempas, kajagat !ukti-!ukti. (I.0;). Setelah itu seluruhnya akan meninggalkan, bahkan tiada menoleh ke belakang, pada saat itu siapa yang simpati, itu sebabnya hanya dharmalah temanmu, itu adalah sahabat se!ati, tidak akan pernah berpisah, kemanapun anda pergi.

Kemudian di!elaskan kemuliaan dharma yang lain, bah$a mereka yang berpegang pada dharma pasti selamat dan ber$iba$a, selalu bahagia, dan !uga di!adikan obat oleh orang yang sangat keruh batinnya. #al itu dilukiskan dalam pupuh di ba$ah ini) Darmane mawak ayu lan wi!awa, darma berbadankan keselamatan dan $iba$a, suka lilaning hati, senang dan bahagianya hati,

133

manah papolosan, pageh ring suka duhka, ia ngaran tam!a jati, pamrayascita, pamupug wisyane mandi. (I.(>).

pikirannya tiada neko"neko, seimbang dalam suka dan duka, itu namanya obat se!ati, sebagai pembersih, memusnahkan segala noda dan dosa.

,pan eweh nuturang ne madan darma, Sangatlah sulit !ika hanya dibicarakan sa!a, kena !annya nayanin, manusia harusnya punya upaya, lwir kahanan darma, tentang keberadaan dharma, ento da nglempasang, hal itu !angan sampai diteledorkan, sadaging punang pakardi, berbuatlah sesuai dharma, enu mawastu jele melah, hasilnya berupa hal baik dan buruk, saking lampah manah munyi. muncul dari perbuatan, pikiran dan kata" kata. (I.3>). Kebenaran dharma itu merasuki segala tempat, tetapi tidak ada orang yang mampu men!elaskan, dan !uga yang akan di!elaskan, dharma itu adalah Leka twa dan aneka twaK satu dalam keberagamanK. namun yang beragam itu hanya satuK. #al itu di!elaskan di ba$ah ini)

Sanghyang darma masusupan mider sagnah, Kebenaran itu berada disemua tempat, nging tan hana ngangkenin, tetapi tidak mampu di!elaskan, miwah ne keangkenin, dan !uga yang akan di!elaskan, tan sira kapo ida, karena tiada ber$u!ud, lawan ikang asing-asing, dan ber$u!ud dalam segala bentuk, lwir !a!injat, bagaikan tidak ada, aketo yan upami. seperti itu diumpamakan. (I.3/). &alam uraian berikutnya di!elaskan, bagaimana mendapatkan harta dengan !alan dharma. Dharma itu harus diusahakan di dalam mendapatkan makanan, mencari peker!aan. 9adikanlah dharma itu lembu, meskipun dipergunakan untuk memba!ak sa$ah, sambil mengelilingi pematang sa$ah, si lembu tiada lupa untuk

138

mengambil rumput dipergunakan untuk menyenangkan hatinya. ,erhatikan kutipan pupuh di ba$ah ini) Darma sedanane patut jalanang, sam!ilang ya mengalih, sangu miwah karya, kadi lem!u upama, mider ngedeng tenggala ring carik, olih nyam!et padang, anggona leganati. (I.80). Siyos jani katuturang, si kelan maring panes tis, yeka kasidaning darma, katemwaning arta malih, yan sira kelan maring, ala ayunikang wuwus, katemu pademing kroda, mekada kadiran jati, twi kayunyun, tikang jagat denta sira. (II.18) Dharma itu patutlah dilakukan, sambil mendapatkan , makanan dan peker!aan, ibaratkan bagaikan lembu, berkeliling menarik ba!ak di sa$ah, ia tidak lupa memakan rumput, dipakai untuk menyenangkan hati.

?ain lagi yang diceritakan, mereka yang tiada tergoda, yang berhasil melaksanakan dharma, mendapatkan harta, !ika selalu percaya, dengan baik buruknya ucapan, pahalanya adalah sirnanya kemarahan, penyebab keberhasilan se!ati, apalagi yang diharapkan, kebahagiaan dunia olehnya.

Segala peker!aan agar selalu berlandaskan dharma. ,rtha yang didapatkan dengan dharma hendaknya dipergunakan untuk tiga hal. Kutipan pupuhnya adalah sebagai berikut ini) Saluwir pagawene malih, darsanain sarwa darma, tur pikolih pagawene, punika pinarah tiga, apang yatna mangedumang, yan misadya manggih ayu, kene tingkahe ngepahang . (D.1>). ,!agi anggon nyalarin, nujuang !uat kadarman, ane malih a!agi reke, sedananta nyukaning wang, apang jana nuraga, ane a!agi apang patut, Segala peker!aan itu, didasari oleh dharma, dan hasil dari ker!a itu, hendaknya dibagi tiga, agar sama pembagiannya, !ika hendak ingin selamat, seperti ini cara membaginya. sepertiga bagian untuk sarana, menu!u dharma, sepertiganya lagi, untuk kepentingan pribadi, supaya menyenangkan, sepertiganya lagi sepatutnya,

131

jalarannya manam!aha. (D.11).

untuk disimpan atau ditabung.

&i ba$ah ini di!elaskan tentang artha yang didapatkan dengan !alan yang tidak benar. &an tidak menghiraukan dharma, Kutipan pupuhnya adalah sebagai berikut) ,na kramaning wang malih, ndatan sudi mareng darma, sok ring arta tele! gawene, pisadyannya tikang arta, anggen nyujurang darma, yan aketo eda manyadar, saksat mangam!ahing mala. (D.1/), Fan arta olih sangkaning, matungkas miwah ngupaya, malih sakeng nyakitin reke, miwah sekaya aturan, satru sane kuciwa, sagung ning arta puniku, eda juwa mangedotang. (D.1(). Ada !uga prilaku seperti ini, tiada percaya akan dharma, hanya menge!ar harta yang dilakukan, pikirannya hanya pada materi, seharusnya dharma dilakukan, !ika denikian sadarlah, bagaikan membukakan pintu derita. 9ika harta didapatkan karena ke!ahatan, bertengkar atau memaling, dan !uga karena merampok, dan !uga hal itu dipersembahkan, musuh yang dikalahkan, biarpun banyak harta itu, !angan sampai diinginkan.

Selan!utnya di!elaskan tentang tiga hal yang di dapat oleh manusia hidup, yaitu dharma, artha, dan kama. #al tersebut di!elaskan seperti di ba$ah ini) 1iga pikolihing urip, darma arta lawan kama, darma tegesira reke, tan sah anggawe sukaning wang, arta sugih tur dana, artha kamane nuraga nulus, kama ngalap sutresnaning wang. (D.18). +iga hal yang didapat semasih hidup, yaitu dharma, artha, dam kama, yang dinamakan dharma itu, adalah membuat senang orang lain, artinya kaya dan derma$an, artinya keinginan yang mulia, dapat mengambil hati orang.

Selan!utnya di!elaskan tentang penggunaan $aktu semasih hidup untuk menge!ar dharma, artha, dan kama itu. &i!elaskan dalam pupuh di ba$ah ini. 3da mangutang masa sai, alih pikolihe tiga, darma arta lan kamane, apang saja !an nyalanang, 9anganlah sampai membuang"buang $aktu, ke!arlah itu tu!uan hidup, dharma, artha, dan kama itu, tetapi lakukan dengan sungguh"sungguh,

13;

ene patut pucukang, diidupe de katungkul, takut kecap gelisan pejah . (D.11).

hal itu yang harus diutamakan, saat masih hidup !angan malas, karena takut akan cepat mati.

&i!elaskan bah$a, mereka yang tidak memiliki !asa baik di muka bumi ini, dikatakan tidak akan mampu meraih dharma, artha, dan kama itu, apalagi yang dinamakan moksa. 7aktu hidup hanya dipergunakan untuk makan dan tidur, setelah gemuk dimakan oleh de$a maut. .ati tanpa !asa baik. #al ini di!elaskan dalam kutipam di ba$ah ini. Sang tan madrewe pakerti, kasidaning darma arta, kama miwah kamoksane, anggon mareng kauripan, stata ngingu awak, su!a mokoh pacang katur, ring ida sang kalantaka. (D.11) .ereka yang tidak berbuat baik, tidak mampu menu!u dharma, artha, dan kama apalagi moksa, yang dilakukan dalam hidupnya, hanya untuk makan dan mnum, setelah gemuk akan dipersembahkan, kehadapan dewa kala.

4.3

N la Pen* * kan Upa"ara .enurut #indu, karma berasal dari urat kata k yang artinya berbuat dan

perbuatan. Segala perbuatan adalah karma. Istilah ini !uga mengandung akibat dari perbuatan. Secara spiritual, karma memiliki arti yang lebih luas, yaitu segala peristi$a dan pengalaman yang ter!adi sekarang semata"mata disebabkan oleh perbuatan pada kelahiran masa lampau (Di4ekananda, 1;;1)1). Ini berarti bah$a peristi$a yang ter!adi sekarang merupakan akibat perbuatan masa lalu dan sekaligus men!adi sebab bagi pengalaman pada masa kelahiran yang akan datang. Karma adalah hukum yang berlaku diseluruh alam. Aleh karena itu, karma merupakan prinsip tindakan uni4ersal yang bersumber pada rta (g4eda )

18>

11/.0@H.38)'). 7ta adalah prinsip atau etos ker!a, yaitu hukum semesta yang berpusat pada ker!a. Sri Ka (BG,III)() menyatakan) 7alaupun untuk sesaat, tak seorangpun mampu untuk tidak beker!a. Karena stiap manusia dibuat tak berdaya oleh hukum alam yang memaksanya untuk beker!a. Kemudian Bhagawan Wararuci dalam kitab Sarasamuscaya, 8 mengimbau ) ,pan iking janma mangke, pagawayan u!hu!hakarma juga ya, ikang ri pna pa!huktyan karmaphala ika, kalinganya, ikang u!hu!hakarma mangke ri pna ika an pa!hukti phalanya, ri pgat ni ka!huktyanya, mangjanma ta ya muwah, tNmNta wsanning karmaphala, wsan sangskra, turahning am!mtra, ya tinNtning pari!hs, swargayuta, narakayuta, kunang ikang u!hu!hakarma ri pna, tan paphala ika, matangnyan mangke juga pngpHnga u!hu!hakarma. (Kad!eng, 1;;8"1;;1) 8). +er!emahannya) Sebab, kelahiran men!adi manusia sekarang ini adalah kesempatan untuk berbuat baik atau buruk, yang hasilnya akan dinikmati di kemudian hari. Artinya, perbuatan baik atau buruk yang kini dilakukan, pahalanya akan dinikmati di akhirat, setelah selesai menikmatinya, men!elmalah kembali mengikuti wasana dari pahala perbuatan. Wasana adalah sangskara, yaitu sisa"sisa hasil perbuatan yang diikuti apakah lahir dari surga atau dari neraka. Adapun perbuatan baik atau buruk yang dilakukan di akhirat, itu tidak ada akibatnya. Aleh karena itu, giatlah berbuat baik atau buruk sekarang ini. Barangkali karena termoti4asi oleh maksud $acana suci seperti tersebut, maka Gusti Kontoran menggubahnya ke dalam larik seperti di ba$ah ini) ,la ayun karman ipun, sang mangawe ya manampi, miwah sane manuduhang, sang mituhu masih pelih, sami salah maka tiga, tim!ang malu apang jati. (DI.'>). Baik dan buruknya perbuatan anda, hanya yang berbuat akan medapatkan, dan !uga yang memberi petun!uk, yang menerima !uga dosa, ketiganya itu berdosa, pertimbangkan dahulu kebenarannya.

181

Kutipan di atas menegaskan bah$a baik buruk dari perbuatan seseorang, tidak hanya mereka yang melakukan dosa sa!a yang menerima, melainkan !uga orang yang memberi petu!uk, dan !uga orang yang menerima. Ketiga orang tersebut adalah bersalah dan berdosa. -ntuk itu, setiap orang diharapkan melakukan karma yang baik selagi masih hidup, !ika dosa yang diperbuat, maka dosanya akan diba$a sampai mati. #al ini ditegaskan dama pupuh di ba$ah ini. Sangkannya karmane ayu, srekang jani mangardinin, prade papa gawenanga, ayu anggon masilihin, sang manggawe papa ika, manggih papa kayang mati. (DI.'1). $ang yatna satunggun idup, ngalih am!ah ane !ecik, malih menek sengka pisan, tingkah ngalih pucak !ukit, nye!urin pangkung dangan pisan, peteng katon ludin sakit. (DI.''). Akibat dari perbuatan yang baik, pada saat inilah saatnya, !ika neraka diperbuatnya, kebaikan dipergunakan untuk membalas, orang yang berbuat !ahat itu, akan menderita sampai mati. Agar $aspada men!aga hidup ini, mencari !alan hidup yang baik, !ika naik sangat sulit, bagaikan mendaki gunung, ter!un ke !urang sangat gampang, gelap gulita dan sangat sakit.

&i!elaskan bah$a, orang yang berperilaku baik segalanya akan mudah, orang"orang seperti itu merupakan kelahiran dari surga, karenanya mereka berbudi luhur atau kirti. #al ini dilukiskan dalamkutipan pupuh di ba$ah ini) ,pan sang makarma ayu dangan pisan, tekanira saking swargi, yaning mareng mrecapada, tingkah !ecik ngaran kirti, nggawenya pageh satata, ya ngaran manusasejati, (DI.'/). Karena perbuatan baik amat ringan, kelahirannya dari surga, !ika hidup di dunia ini, perbuatan baik kirti namanya, perilakunya amat tekun, itulah disebut manusia se!ati.

18'

Kirti bagaikan ibu yang memelihara dari se!ak dalam kandungan sampai meninggal. tidak hilang kirti (!asa) nya, tetapi orang !ahat tiada bedanya dengan kematian, ke!ahatan akan menimbulkan penderitaan. #al ini diuraiakan dalam kutipan pupuh berikut ini) 5kang kirti saksat i!u, saking urip tekaning pati, ndatan ilang kirtinira, sang duryasa sama maring, mretyu ikang nggawe lara, mati idup kasakitin. (DI.'0). &i!elaskan !uga bagi mereka Kirti tidak ubahnya seorang ibu, dari hidup sampai mati, tidak hilang kirti(!asanya), sedangkan orang !ahat, sama dengan kematian membuat derita, saat hidup dan kematian menderita. yang tidak mencintai dirinya sendiri, hukum

sebab akibat (karma phala) pasti akan diterima. Badan yang dipergunakan untuk melakukan ke!ahatan, badan pula yang menerima pahalanya. #al ini di!elaskan dalam kutipan di ba$ah ini) Sang maulah papa iku, maring awak tatan asih, doning awak ngardi ala, awaknya juga amukti, mupu palanikang karma, papa nraka sedih kingking. (DI.';). .ereka yang berbuat papa itu, tidak saying akan dirinya sendiri, karena badan yang melakukan dosa, badannya !uga yang menerima dosa, harus diterima hasilnya karma itu, dosa dan derita yang menyedihkan.

#ukum karma itu ibaratnya anak sapi yang tidak keliru akan induknya. .eskipun anak sapi itu dilepas se!auh mungkin, ia akan menandai induknya. &emikian !uga dengan hukum karma itu, apa yang diperbuat itulah hasilnya . Kutipan pupuhnya adalah seperti di ba$ah ini) Saluir karma !uah pagawene su!a, ka!uktiyang ane jani, nora !isa lempas, kadyang godel punika, tan kasarungan mangalih, kawit inannya, Segala perbuatan adalah karma yang lalu, dapat diterima sekarang ini, tidak akan nyasar, bagaikan anak sapi, tidak akan keliru mencari, induk semangnya,

18/

yadin katah manyarengin. (DII.11).

meskipun banyak sapi menyertai.

#ukum karma,!ika sudah tiba $aktunya untuk diterima, pasti datang dengan sendirinya. Ibarat pohon pala, !ika sudah tiba $aktunya berbunga ia pasti berbunga. #al ini diuraikan dalam kutipan berikut ini) Fan menget maring karma palane su!a, tong dadi alih kelidin, lan maju mundurang, angganing puspa pala, masannyane kaelingin, pedum awaknya, ingetang aja lali. (DII.1'). 1ingkah ala ayun pagawenya su!a, kalanira mangardi, rare !ajang atuwa, jani muktiang palania, nurut dawege mangardi, apa kinarya, keto jani pinanggih. (DII.1/) $unika sakeng pala karma ngranayang, pangjadman nira nguni, ana malih jadma, dahat akaryeng papa, jani nemu keweh ring margi, sarat manegen, nyuwun magrendotan sai. (DII.1(). 9ika diingat hukum karma yang lalu, itu tidak bisa dihindari, dan !uga diatur untuk ma!u dan mundur, bagaikan bunga pala, pada $aktunya kembang pasti berbunga, itu bagian kehidupan, yang menguasa !angan lupa.

Baik buruk karma yang lalu, pada $aktu berbuat, dari kecil de$asa dan tua, sekarang diterima hasilnya, menurut $aktu berbuat, apa yang diperbuat, itu yang diterima saat ini.

Itu merupakan hukum karma penyebabnya, pen!elmaan $aktu yang lampau, dan ada !uga orang, sangatlah dosa perbuatannya, sekarang sangat susah hidupnya, sangat berat memikul, mengusung dan men!in!ing selalu.

180

Seseorang menerima pahala dari karmanya, bagaikan menanam sesuatu, !ika yang ditanam itu hidup buahnya itu akan petik. #al ini ditulis dalam kutipan berikut ini) 1an !ina upami kadi mamula, ane pula ya mentik, ento ane pupuang, keto tingkahe su!a, ri wekas !akal ya mentik, tur ya ma!uah, tan dadi tara tampi. #DII.1;* $ahala yang diterima sesuai karma yang dilakukan. Akibat dari pahala itu adalah surga, neraka, hidup di dunia #martya pada* dan alam moksa. Keempat alam itu memiliki kekurangan menurut tingkatannya. Adapun kutipan pupuhnya adalah sebagai berikut ini( Fan ring suarga loka amukti tang suka, ring martya loka jani, mukti ikang suka duka, yan maring nraka loka, duhka satata kang !inukti, ring moksa pada, parama sukane ka!ukti. (DII.'>). 9ika di surga hanya bersenang"senang, di dunia ini sekarang, hanya suka dan duka pahalanya, !ika di alam neraka, hanya penderitaan tiada akhir, sedangkan di alam moksa, suka tan pa$ali duka diterima. tiada ubahnya seperti tanaman, yang ditanam tumbuh subur, itu yang diterima, seperti itu dari dulu, nanti ia akan tumbuh subur, dan !uga berbuah, tidak bisa dihindari untuk menerimanya.

-raian di atas disimpulkan bah$a, kematian itu akan datang dengan sendirinya, tidak usah dicari, dan karma baik dan buruk akan menemani menu!u alam berikutnya. #al ini dikisahkan dalam pupuh berikut ini. Gging tinuting mretyu karmane pecak, nyantosang tuduh ganti, japi siyu keni panah, durung ya ngemasin pejah, +etapi mengikuti kematian karma yang lalu, hanya menunggu takdir sa!a, meskipun seribu anak pana menancap, belum !uga mati,

18(

nanging yan gantine prapti, tuni goret pedang, dadya mangemasin mati. ( DII./8).

tetapi !ika sudah tiba $aktunya, tadinya diiris pedang, akhirnya meninggal.

Sanghyang Dharma adalah a!aran kebenaran, a!aran agama yang harus diyakini dan diimplementasikan di dalam pergaulan hidup sehari"hari. Dharma adalah Sanghyang +atur Weda. #al ini dilihat dalam kutipan berikut ini) Sruti araning Sanghyang +atur Weda, Smerti -yang Dharma aji, ida pramana akna, urut mawarahira, saka luiraning pamargi, yan tuhu satya, alep hyang dharma prawerti. #Dharmawisesa,I.(() +er!emahannya) %ang dinamakan Sruti adalah Sanghyang +atur Weda, Smerti adalah Dharma, itu patut dihayati, ikuti segala a!aran"a!arannya, sepan!ang hidup, !ika benar"benar setia, akan menampakkan diri +uhan dalam diri. &ari a!aran"a!aran yang tersirat di dalam kitab suci Weda melahirkan +atur Warna, yang mengatur tentang tata krama di dalam pergaulan hidup. &ari +atur Warna melahirkan +atur ,srama, yaitu empat tingkatan hidup yang sudah pasti akan dilalui oleh umat manusia. .engenai hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut di ba$ah ini) Sanghyang Weda ngadakang +atur Warna, tingkahing utpati, saupacara suang, samangkana tikang rat, miwah sang +atur ,srami,

183

maka luir ira, makadi Sang Brahmacari. #Dharmawisesa,I.(3) +er!emahannya) Sanghyang Weda melahirkan +atur Warna, yang mengatur perilaku hidup, termasuk segala tingkatannya, demikianlah dalam kehidupan di dunia, kemudian lahirlah +atur ,srama, antaranya, Sang Brahmacari. ?ebih lan!ut diuraikan tentang pembagian +atur ,srama, setelah Brahmacari adalah sebagai berikut ini) Grhasta wanaprasta lan !iksuka, punika kawikon luih, tataging tri pada, mawastu wus dadia, wastu ya sedengan malih, wastu yangken dadia, sakeng Weda tekania sami. #Dharmawisesa,I.(8). +er!emahannya) Grhasta, Wanaprasta dan Bhiksuka, itu a!aran kebi!aksanaan yang sangat utama, gunakan tri pada sebagai penyangganya, sudah pasti berhasil, semoga berman aat, semoga selalu dipela!ari, semuanya itu bersumber dari Weda Bhagawan Wesampayana menga!arkan tentang $urusa ,rtha dan keutamaan dari .aha!harata lainnya. -ntuk hal tersebut diuraikan dalam kutipan pupuh $angkur seperti di ba$ah ini) Kedarmanikang Brahmana, mangajiya mayadnya dana punia di, matirta lan mapitutur, mwang wikwaningayadnya, lawan mananggapa dana ring ayu,

188

puputing sapta darma, !ratanira roras siki (Dharmawisesa, II./) +er!emahannya) Swadharma atau ke$a!iban !rahmana, bela!ar melaksanakan yajna dam terutama dana punia, melaksanakan pemu!aan dan sebagai sumber ilmu, dan menguasai ilmu tentang yajna, dan !uga dapat menentukan hari baik dalam melaksanakan dana punia, dan menguasai sapta darma, disiplin seorang pandita dua belas !umlahnya. &ari kutipan di atas Bhagawan Wesampayana men!elaskan swadharma dari masing"masing warna tersebut. #al ini dapat dilihat dari kutipan di ba$ah ini ) $retekanikang !rata, darma satya tapa dama yajna erih, wimatsaritwa puniku, titiksa anasuya, dana dreti ksama samipipun, punika dahat pawitra, pasucian !rahmana jati. #Dharmawisesa, II.0). +er!emahannya) Adapun !rata seorang !rahmana, darma satya tapa dama yajna dan piwelas asih, dan wimatsaritwa, titksa dan anasuya, dana dreti ksama demikian itu, itulah pembersihan sangat utama, pasucian seorang !rahmana jati. Kutipan pupuh berikutnya adalah sebagai berikut ini) Darma satya tegese pagwan, tapa aran sarira sang sosani, manesin sariranipun, miyerin kawisayan, mwang dama upasama dening tutur, yajna ika demen mamuja, mademang erang ngaran erih #Dharmawisesa, 55.K*

181

+er!emahannya ) %ang dimaksud dengan darma satya adalah selalu dipercaya, tapa berarti mengendalikan ha$a na su, menahan diri untuk dapat menahan emosi, menghilangkan na su !ahat, dan sangat lemah lembut dan selalu memberi maa , yang dimaksud ya!na adalah sangat senang melakukan persembahan, mampu mengendalikan emosi disebut erih. Wimatsaritwa wastannya, nora iri lan titiksa twara pedih, anasuyane puniku, tan nyakitin lan midanda, dana !ares miwah dreti puniku, ia ngaran mapeningan, ksama sami panas tis. #Dharmawisesa, II.3). +er!emahannya ) %ang dimaksud dengan wimatsaritwa, tidak iri dengan orang lain titiksa tidak marah, dan anasuya artinya, tidak menyakiti dan tidak menghukum, dana berarti sangat sosial dan dreti adalah, selalu berpikiran suci, sama dalam suka dan suka. Selan!utnya .aharaja <anamejaya memohon untuk di!elaskan mengenai ke$a!iban ksatria, adalah sebagai berikut ini) Ksatria ulahira, amuja Sanghyang Weda lana malih, nitya gniotra puniku, miwah mogawe yajna, ngraksa jagat ring panjak priksa ngrungu, ring kadang warga ya dana, yan keto swarga kapanggih. #Dharmawisesa, II.8), +er!emahannya) Ke$a!iban ksatria adalah, memegang teguh a!aran Weda dan mentaatinya, selalu melakukan pemu!aan kepada dewa ageni, dan melaksanakan upacara yajna,

18;

memelihara lingkungan dan mengayomi masyarakat, dan !uga kepada akir miskin agar diberikan bantuan, !ika seperti itu surga akan di!umpai. Kemudian Bhagawan Wesampayana menyampaikan swadharma dari wesia, yaitu seperti kutipan di ba$ah ini) /lahira sang Wesia, mangajia maring sang !rahmana jati, ring ksatria tumungkul, ring dina kala madana, lan dina melah miwah demen matetulung, suka lila mangastawa, ring 5da Sang -yang 1ri ,geni. #Dharmawisesa, 55.'* +er!emahannya) Swadharmanya Wesia, bela!ar kepada sang Brahmana jati, dan kepada ksatria patut hormat, dan pada hari"hari tertentu hendaknya !erdana punia, dan !uga pada hari"hari baik dan suka membantu, senang melakukan pemu!aan, kehadapan 5da Sang -yang 1ri ,geni. Bhagawan Wesampayana kemudian menguraikan secara rinci tentang tri ageni, sesuai dengan kutipan pupuh pangkur di ba$ah ini) Sanghyang tri ageni aranya, api tetelu luir ,hawaniyageni, punika anggon mapumpun, lan ngaran grhaspatya, gni saksi ring pawarangan puniku, citageni pangeseng sawa, yaning tuhu manggih swargi. #Dharmawisesa, 55.&*. +er!emahannya ) %ang dinamakan Sanghyang 1ri ,geni, tiga !enis api antaranya ahawaniageni, api yang dipakai untuk memasak, api grhaspatya namanya, adalah api yang ber ungsi sebagai api pada $aktu pernikahan,

11>

api cita geni adalah untuk membakar mayat, !ika demikian pasti menemui surga. Kemudian dilan!utkan dengan Swadharma warna Sudra, sesuai dengan kutipan pupuh di ba$ah ini) 5 Sudra malaksana !aktya, sumewa ring sang tiga munggweng aria, ngga$e tustan sang ketelu, mangkana am!eking sudra, dadi supat papa nrakannia le!ur, amanggih kasida karyan, keto patut sang eka jati. #Dharmawisesa, II.1>), +er!emahananya) Ke$a!iban Sudra adalah harus selalu bakti, mengabdikan diri dengan tulus kepada ketiga golongan itu, men!adikan senangnya ketiga golongan, demikian ke$a!iban sudra, !ika demikian papa dan dosa terhapuskan, menemukan keberhasilan dalam usaha, seperti itu sesungguhnya ke$a!iban ekajati. Berdasarkan kutipan " kuitipan di atas dapat disimpulkan bah$a +atur warna bersumber dari kitab suci Weda yang di ungsikan untuk mengatur keharmonisan kehidupan berdasarkan guna (keakhlian) dan dharma (ke$a!iban).

4." N la Pen* * kan Estet ka &alam Kamus -mum Bahasa Indonenia dikemukakan estetika adalah cabang ilsa at yang menelaah dan membahas keindahan baik rasa, kaidah,

maupun si at hakiki daripada keindahan itu @ keindahan itu adalah seni yang terpantul dari manusia (Badudu"Fain,1;;0)/;;). Begitu !uga menurut &!unaedi Ghony,1;1')1') mengatakan estetika mempersoalkan tentang nilai keindahan, baik

111

keindahan tentang alam maupun keindahan sesuatu yang dibuat oleh manusia. Kemudian untuk bisa men!abarkan keindahan itu diperlukan bentuk. Bentuk itu seperti benda budaya agama yang bersi at religius, yaitu geguritan sebagai bagian akti4itas manusia untuk menangkap kebesaran Sang ,encipta tentu tidak bisa di!elaskan secara keseluruhan. Keindahan sangat diperlukan bagi kehidupan manusia, khususnya untuk keperluan rohani, sebagai kebutuhan emosionalitas. Keindahan adalah energi, memperbaharui dimensi"dimensi ke!i$aan yang selama ini mengalami stagnasi dan gangguan sebagai akibat tidak terpenuhinya bebagai kehendak dalam kehidupan sehari"hari. Berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia memiliki kemampuan luar biasa dengan men!elaskan suatu benda dengan sesuatu yang lain, menghadirkan segala sesuatu yang sesungguhnya tidak hadir, yaitu dengan cara menggunakan simbol"simbol. Aleh karena itulah, Iassier (1;(3);/) dalam Kutha Catna, menyebutkan manusia sebagai animal sym!olicum. &i antara sistem simbol, yaitu ) agama, ilsa at, mitos, ilmu pengetahuan, se!arah, bahasa, dan karya seni, bahasalah yang dianggap sebagai sistem simbol terpenting. ?ebih lan!ut Iassier men!elaskan, ciri khas manusia bukanlah kodrat isik atau meta isik, melainkan hasil karyanya, yaitu kebudayaan yang sebagian besar, bahkan secara keseluruhan didasarkan atas kemampuan bahasa. +anpa bahasa tidak ada kehidupan, dan dengan demikian !uga kebudayaan. +anpa irman +uhan, tanpa kata"kata, sesungguhnya bumi dengan segala isinyapun tidak ada. Bertitik tolak dari uraian di atas, makna estetika religius berkaitan dengan pemakaian tembgang dalam upac?ra keagamaan. .akna magis religius dalam

11'

tembang-tembang pupuh Geguritan Dharmawisesa !ika dikaitkan dengan bahasa, maka ungsi bahasa tersebut sesungguhnya merupakan doa. &oa dalam hal ini merupakan pembuka pintu hubungan antara manusia dengan +uhan berbagai mani estasinya. &ha4amony (1;;()138) dalam Sukadana mengatakan bah$a agama adalah tindakan simbolis. &alam mengekspresikan tindakan simbolis itu, berlangsung konsekrasi, artinya ter!adi perubahan ima!i terhadap sesuatu, baik benda maupun situasi:keadaan. -ntuk mengungkap makna estetika religius dalam Geguritan

Dharmawisesa bertumpu pada teori simbol, dan teori makna. +uhan dalam pandangan weda adalah acintya, yaitu tidak terpikirkan oleh akal mansia. 7u!ud +uhan yang tidak terpikirkan itu akan sangat sulit dapat dibayangkan oleh umat manusia. Aleh karena itu melalui simbol ( nyasa), $u!udnya dapat dikhayalkan melalui antasi manusia itu sendiri, salah satu $u!ud simbol tersebut adalah dharmagita yang sarat dengan nilai estetika religius, yaitu keindahan dan seni berdasarkan nilai"nilai luhur agama #indu. 5ilai ,endidikan estetika religius dalam dharmagita dapat dilihat pada $aktu seseorang menyanyikan tembang atau pupuh ,atau kidung dan kakawin menurut 4ariasi pupuhnya dan !uga nama wirama pupuh itu. Kemampuan manusia untuk berpikir, demikian !uga merasakan, merupakan perkembangan a$al dalam memberikan makna yang berarti terhadapap man aat simbol yang merupakan hasil kebudayaan. Berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia memiliki kemampuan yang luar biasa dalam men!elaskan

11/

suatu benda dengan sesuatu yang lain, menghadirkan segala sesuatu yang sesungguhnya tidak hadir, yaitu dengan cara menggunakan simbol"simbol. Geguritan, wirama, kidung adalah nyanyian atau lagu"lagu rohani yang merupakan pelengkap yang religius memiliki nuansa estetika yang uni4ersal, karena mencakup perpaduan antara estetika, tatt$a, ritual, dan syair"syair suci $eda yang dira alkan pada $aktu itu. Cupanya umat manusia memang diciptakan agar memenuhi ikatan"ikatan, hukum, peraturan, dan undang"undang, baik yang dibuat secara bersama"sama, maupun a!aran yang diperoleh melalui sabda +uhan. #ukum terbesar yang mengatur keterikatan manusia adalah agama, seperti sepuluh hukum dalam agama Kristen, lima hukum dalam agama Islam atau hukum Karmaphala dalam agama #indu. &alam bentuk estetika yang paling embrional, karya seni, seperti@ nyanyian, tarian, lukisan, puisi, kaka$in, drama, patung, seni bangunan, benda"benda budaya dan sebagainya !ustru lahir sebagai bagian akti4itas ritual. .anusia di samping merupakan animal sym!olicum, manusia !uga social animal sekaligus cultural animal (Kutha Catna, '>>8)1'). Iiri yang pertama mengakibatkan manusia hidup berkelompok, ciri yang kedua menciptakan, memelihara, dan menstransmisikan ilmu pengetahuan. Iiri yang pertama mengkondisikan manusia berkomunikasi, sedangkan ciri yang kedua menciptakan secara terus menerus segala sesuatu yang baru sehingga kehidupan selalu berada dalam proses perkembangan. Semata"mata dalam berkomunikasilah, berinteraksi secara terorganisasi yang disebut masyarakat, timbul estetika, dan aspek estetika berkembang tanpa batas. Kebudayaan dan peradaban tergantung pada simbol.

110

Kemampuan dalam menggunakan simbollah yang dapat melahirkan dan mempertahankan kebudayaan. +anpa simbol tidak ada kebudayaan, tanpa simbol manusia hanyalah binatang. Sanderson dalam Kutha Catna ('>>8)1/) ?ebih lan!ut Kutha Catna menyimpulkan empat ciri kebudayaan, yaitu ) a) kebudayaan didasarkan atas simbol, b) kebudayaan bukan pe$arisan biologis, c) kebudayaan merupakan representasi kolekti , d) kebudayaan cenderung terintegrasi. Sesuai dengan hakikatnya, karya seni adalah keindahan bentuk, sebagai konsek$ensinya ilmu pengetahuan adalah keindahan.

BAB 5III &IMPULAN DAN &ARAN


=.1 & m)ulan

11(

=.1.1 Bentuk Geguritan Dharmawisesa mel )ut rasa tem ang. Geguritan Dharmawisesa sebagai sebuah sekar macepat diciptakan

berdasarkan kaidah estetik sekar alit, di 9a$a populer dengan nama macapat. Geguritan Dharmawisesa dibangun dengan 8 tem!ang dan di antara ketu!uh

tem!ang itu terdapat pengulangan penggunaan pupuh, sehingga keseluruhannya ber!umlah 11 pupuh, yaitu tembang Durma, $angkur, Sinom, Dangdang Gendis, Semarandana, Ginanti, Durma, $angkur, Sinom. Dangdang Gendis, .agatruh, dengan !umlah bait seluruhnya (/( bait. =.1.2 &truktur geguritan Dharmawisesa Struktur Geguritan Dharmawisesa dibangun dengan 8 tem!ang dan di

antara ketu!uh tem!ang itu terdapat pengulangan penggunaan pupuh, sehingga keseluruhannya ber!umlah 11 pupuh, yaitu tembang Durma, $angkur, Sinom, Dangdang Gendis, Semarandana, Ginanti, Durma, $angkur, Sinom. Dangdang Gendis, .agatruh, dengan !umlah bait seluruhnya (/( bait. =.1.3 N la ,N la Pen* * kan Agama H n*u *alam Geguritan Dharmawisesa 5ilai"nilai pendidikan agama #indu dalam geguritan Dharmawisesa meliputi) 1) 5ilai ,endidikan 1attwa. #idup yang ideal haruslah mempunyai tu!uan yang !elas, okus menu!u cita"cita luhur, kemanunggalan. .enurut paham #indu, tu!uan hidup itu disebut +atur $urusrtha, disebut !uga catur warga @ dharma, artha, 11( kma, moksa. Karena se$arga, secara sistemik keempat komponen itu saling membangun dan saling menata. Wacana catur warga tersebut diilhami oleh a!aram catur warga yang merupakan isi pokok atau batang tubuh a!aran Bhagawan

113

Wararuci dalam kitab Sarasamuscaya (terutama sloka ; " '8 dan pen!elasannya). ') 5ilai ,endidikan 3thika . Karma adalah hukum yang berlaku diseluruh alam. Aleh karena itu, karma merupakan prinsip tindakan uni4ersal yang bersumber pada ta (g4eda ) 11/.0@H.38)'). 7ta adalah prinsip atau etos ker!a, yaitu hukum semesta yang berpusat pada ker!a. Sri Ka (BG,III)() menyatakan) 7alaupun untuk sesaat, tak seorangpun mampu untuk tidak beker!a. Karena stiap manusia dibuat tak berdaya oleh hukum alam yang memaksanya untuk beker!a. /) 5ilai ,endidikan -pacara, 0) 5ilai ,endidikan =stetika. 5ilai ,endidikan estetika dalam $u!ud dharmagita dapat dilihat pada $aktu seseorang menyanyikan tembang atau pupuh, atau kidung dan kakawin menurut 4ariasi pupuhnya dan !uga nama wirama pupuh itu. Kemampuan manusia untuk berpikir, demikian !uga merasakan, merupakan perkembangan a$al dalam memberikan makna yang berarti terhadapap man aat simbol yang merupakan hasil kebudayaan. Berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia memiliki kemampuan yang luar biasa dalam men!elaskan suatu benda dengan sesuatu yang lain, menghadirkan segala sesuatu yang sesungguhnya tidak hadir, yaitu dengan cara menggunakan simbol"simbol. Geguritan, wirama, kidung adalah nyanyian atau lagu"lagu rohani yang merupakan pelengkap yang religius memiliki nuansa estetika yang uni4ersal, karena mencakup perpaduan antara estetika, tattwa, ritual, dan syair"syair suci $eda yang dira alkan pada $aktu itu. =.2 &aran, &aran

118

Berdasarkan hasil simpulkan di atas, maka hal"hal yang perlu mendapat perhatian bagi seluruh komponen masyarakat khususnya tentang dana punia (sedekah) dapat disarankan seperti di ba$ah ini) &engan memahami apa yang telah diuraikan di atas, bah$asanya kekayaan yang diperoleh harus dipergunakan untuk tu!uan"tu!uan keba!ikan, terutama membantu masyarakat kurang mapu, membantu agar anak " anak #indu yang kurang mampu mendapatkan pendidikan yang layak sebagai aset umat di masa yang akan datang.

DA:TAR PU&TA!A

111

Adia 7iratma!a dkk, I Gusti Ketut.1;81. .urdha Agama #indu (Indonesia) %ogyakarta ) %ayasan #indu &harma ?aksana Saras$ati Agastia, IBG. &kk. '>>1. 3ksistensi Sadhaka dalam ,gama -indu 9akarta ) ,enebar S$adaya Al$asilah, A. Ihaedar. '>>/. $okoknya Kualitati8. 9akarta) Kiblat Buku -tama Ari in, =, Faenal. '>>>. Dasar-Dasar $enulisan Karangan 5lmiah 6engkap dengan Kaidah Bahasa 5ndonesia yang Benar. 9akarta) Grasindo. Arikunto, Suharsimi. '>>'. $rosedur $raktek.%ogyakarta) Cineka Iipta. $enelitian Suatu $endekatan

Arikunto, Suharsimi. '>>3. $rosedur $enelitian Suatu $endekatan $raktek. %ogyakarta) Cineka Iipta Badudu N Jain.1;;0. Kamus /mum Bahasa 5ndonesia. 9akarta ) ,ustaka Sinar #arapan Baharuddin, =sa 5ur 7ahyuni. '>>8. 1eori Belajar dan $em!elajaran. 9akarta) Ar CuJJ .edia. Bergen, Arthur Asa. 1;1'. .edia ,nalisis 1echniOues, Be:erly -ills) Sage ,ublication. Bonar, S.K. 1;18. 1eknik Wawancara. 9akarta) Bina Aksara. Bungin, Burhan. '>>1. .etodologi $enelitian Sosial. Surabaya) Airlangga -ni4ersity ,ress. Bangli, I. B. '>>(. .utiara dalam Budaya -indu Bali. Surabaya ) ,aramitha. &epartemen ,endidikan dan Kebudayaan. 1;;1. Kamus Besar Bahasa 5ndonesia. 9akarta) Balai ,ustaka. =mJir. '>>8. .etodologi $enelitian $endidikan Kuantitati8 P Kualitati8. 9akarta) Ca!agra indo ,ersada. Baisal, Sana iah. '>>>. $engumpulan dan ,nalisis Data dalam Burhan Bungin. '>>>. ,nalisis Data Dalam $enelitian Kualitati8( $emahaman Qilosopis dan .etodologis ke ,rah $enguasaan .odel ,plikasi. 9akarta) Gra indo ,ersada. Bakultas Sastra -ni4ersitas -dayana. '>>1. Dinamika Sosial .asyarakat Bali dalam 6intasan Sejarah. &enpasar) ,anitia #-+ ke"(> dan BK ke"'8 Bakultas Sastra -ni4ersitas -dayana.

11;

#adi Sutrisno. 1;10. .etodologi 7esearch ) $enulisan $aper, Skripsi, 1hesis dan Disertasi. %ogyakarta) %ayasan ,enebitan Bakultas ,sikologi -G.. #amad, Ibnu. '>>0. Kontruksi 7ealitas $olitik dalam .edia .asa( Se!uah Study +ritical Discourse ,nalysis 1erhadap Berita-!erita ,olitik. 9akarta) Granit. . 9endra, I 7ayan. '>>3. Karmaphala $edoman dan 1untunan .oral -idup Sejahtera, Bahagia dan Damai. ,anakom. 9endra, I 7ayan. '>>1. 1uhan Sudah .ati2 -ntuk Apa Sembahyang, Sebuah Studi Celigio iloso is Brahma$idya. Surabaya) ,aramita. Kad!eng, I 5yoman, dkk.1;;8. Sarasamuscaya dengan 1eks Sanskerta dan Bahasa <awa Kuna. 9akarta ) #anuman Sakti Kinten, I Gede. '>>(. Konsep Ketuhanan &alam +eks Ganapati +att$a ,rogram Studi .agister &harma Acarya I#&5 &enpasar Keniten ,idada ,edanda Gede .ade .ayor +ituler.'>>1. ,edoman .emimpin -pacara &e$a %a!nya. Surabaya@ ,aramita. Kuta Catna. I 5yoman. '>>8. 3stetika Sastra dan Budaya. %ogyakarta ) ,ustaka ,erla!ar .aman, Kh. -, .usto a, Ali .. '>>(. .etodologi $enelitian ,gama, 1eori dan $raktek. 9akarta) Ca!a Gra indo ,ersada. .antik, Agus. '>>'. ,enter!emah Brahmasutra, S:ami $engetahuan tentang Ketuhanan. Surabaya) ,aramita. :ires:arananda,

.antra, Ida Bagus. 1;;/. 1ata Susila -indu Dharma. 9akarta ) #anuman Sakti. .enaka, I .ade. 1;1(. Sarasamuscaya. Singara!a) Indra!aya. .iles, .atthe$ B. dan A. .icchael #uberman. 1;;'. ,nalisis Data Kualitati8. 9akarta) -ni4ersitas Indonesia. .arshall I N Cosman, I. 1;;(. Designing Rualitati:e 7esearch. +housand Aak, IA. Sage ,ublications. .as, +an!ung Arba$a ,inandita. Karda I .ade. '>>8. .emahami Konsep SiwaBudha di Bali. Surabaya) ,aramita. .as$inara, I 7ayan. 1;;;. 7g:eda Samhita. .andala I, II, III. Surabaya) ,aramita.

1;>

.oloeng, dan 9. ?eGy. 1;;8. .etodologi $enelitian Kualitati8. Bandung) Cema!a Cosda 9aya. .as ,utra, 5y.I.G.A. 1;;/. $anca Fadnya. &enpasar) %ayasan &harma Santhi. 5iken +anbang Caras.'>>0. Kajeng Kliwon. Kerinduan Kosmik $anca .aha Bhuta. Surabaya) ,aramita. ,iliang, Amir. '>>/. -ipersemiotika, 1a8sir +ultur Studies ,tas .atinya .akna. Bandung) Asuta. ,oloma, .argaret .. 1;;0. Sosiologi Kontemporer. %ogyakarta) %ayasan Solidaritas Ga!ah .ada. ,ud!a, Gede. 1;;3. .anawa Dharmasastra. &iperbanyak oleh ,emerintah &aerah +ingkat II Badung. ,ud!a, Gede. 1;;;. 1heologi -indu. Surabaya ) ,aramita ,ud!a, Gede. '>>(. Kitab Suci Bhagawadgita. Surabaya) ,aramita. ,uniatma!a, I.B.Aka. 1;;/. Dharma Sastra. 9akarta ) %ayasan &harma Sarathi ,usat &okumentasi Kebudayaan Bali. 1;11. ,lih ,ksara 6ontar Coga Sanghara Bhumi, -nit ,elaksana &aerah) ,emerintah ,ro4insi &aerah +ingkat I Bali. ,usat &okumentasi Kebudayaan Bali. 1;11. ,lih ,ksara 6ontar +atur Bumi. -nit ,elaksana &aerah) ,emerintah ,ro4insi &aerah +ingkat I Bali. ,usat &okumentasi Kebudayaan Bali. 1;11. ,lih ,ksara 6ontar ,gama SiwaBudha. -nit ,elaksana &aerah) ,emerintah ,ro4insi &aerah +ingkat I Bali. ,usat &okumentasi Kebudayaan Bali. 1;;3. ,lih ,ksara 6ontar Bhuwana .ah!ah. ,emerintah &aerah +ingkat I Bali. ,usat &okumentasi Kebudayaan Bali. 1;;3. ,lih ,ksara 6ontar $urwa Bhumi Kemulan. ,emerintah &aerah +ingkat I Bali. ,usat &okumentasi Kebudayaan Bali. '>>(. Kajian Gaskah 6ontar Siwa Gama ). ,emda +K. I Bali. ,utnam, Cobert. &. 1;;/. Studi dan ,erbandingan =lit ,olitik dalam .ohtar .asKoed dan Iolin .ac Andre$s (ed). $er!andingan Sistem $olitik. %ogyakarta) Ga!ah .ada -ni4ersity ,ress. ,utra, I. G. A. G, Sadia, I 7ayan. 1;;1. Wrhaspati-1attawa. Surabaya) ,aramita. ,oer$adarminta, 7.9.S. 1;;;. Kamus /mum Bahasa 5ndonesia. 9akarta) Balai ,ustaka.

1;1

,royek ,eningkatan Sarana dan ,rasarana Kehidupan Beragama. 1;;;"'>>>. Siwatattwa. &enpasar) ,emerintah &aerah +ingkat I Bali. ,emerintah ,ropinsi Bali. '>>'. Kamus 5stilah ,gama -indu. &enpasar ) ,e$merintah ,ropinsi Bali. Cao. D.D.B. Si:a $urana. Surabaya) ,aramita. CitJer, George dan &ouglas 9. Godman. '>>0. 1eori Sosiologi .odern. =disi Keenam. 9akarta) Kencana. Sudharta, +!ok. '>>0. Slokantara /ntaian ,jaran 3tika, 1eks, 1erjemahan dan /lasan. Surabaya) ,aramita. Sugiyono. '>>1. .etode ,enelitian Kuantitati8 Kualitati8 dan 7 P D. 9akarta) Al abeta. Suhardana, K... '>>;. 7oga Sanghara Bhumi .Surabaya ) ,aramita. Sukayasa, I 7ayan,'>>0. Brahma 7idya dan nilai"nilai keari an local dalam +att$a 9Oana program studi magister Ilmu Agama dan kebudayaan. -ni4ersitas #indu Indonesia Singgih 7ikarman, I 5yoman Singgih, 1;;1. +aru $alemahan dan Sasih. Surabaya ) ,aramitha. S$astika, ,asek I Ketut .angku, '>>1. Bhuta Fajna, Sai!an, +aru, 1awur, dan Gangluk .rana. &enpasar ) ,ustaka Bali ,ost. Su!ana I .ade N Susila I 5yoman. '>>8. .anggala /pacara. Sura!aya @ ,aramitha. Sudarsana, Ida Bagus.1;;1. Qilsa8at Fadnya. &enpasar) %ayasan &harma Acarya. Suyadnya, I Gusti 5gurah .ade.Dana $unia Dan $ene!usan Dosa.&enpasar ) ,aramita +itib, I .ade. '>>1. 1eologi dan Sim!ol-Sim!ol Dalam ,gama -indu. Surabaya) ,aramita. +itib, I .ade. '>>8. Studi ,gama -indu, (.asalah dan Solusi), Bahan A!ar ,rogram ,asca Sar!ana ,rogram Studi Brahma 7idya, I#&5 &enpasar. +itib, I .ade, '>>8. 1heologi -indu Brahma$idya. Studi +eks dan Konteks Implementasi, Bahan A!ar ,rogram ,asca Sar!ana. ,rogram Studi Brahma 7idya. I#&5 &enpasar

1;'

+eu$, A.1;;/. .em!aca dan .enilai Sastra Kumpulan Karangan. 9akarta) Gramedia. 7arna, I 7ayan dkk.1;1;. Kakawin Bharatayuddha. &enpasar) &inas ,endidikan &asar ,ropinsi Bali. 7arna, I 7ayan dkk1;;>. Kamus Bali 5ndonesia. &enpasar ) &inas ,endidikan &asar ,ropinsi Bali. 7iryamartana, I Kuntara. 1;;>. Ar!una 7i$aha +rans ormasi +eks 9a$a Kuna ?e$at +anggapan dan ,enciptaan di ?ingkungan Sastra 9a$a. %ogyakarta ) &uta 7acana -ni4ersity ,ress. %asa, I 7ayan Suka. '>>(. %adnya Sang Ka$i) *.akna .anggala Geguritan Sucita Subudi * dalam &harma Smrti. 9urnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Dol III.5o.(. April '>>(. &enpasar ) ,rogram .agister Ilmu Agama dan Kebudayaan -ni4ersitas #indu Indonesia. %endra, I 7ayan. '>>3. Iaru =ka Sata. Iara .udah dan .urah .eru$at Cumah. Surabaya) ,aramita. Foetmulder, ,.9. '>>>. Kamus <awa Kuno L 5ndonesia. ' ,"%. 9akarta) Gramedia ,ustaka -tama.

&AB+AC ISI
9-&-?.............................................................................................................. i

1;/

?=.BAC ,=CS=+-9-A5 ,=.BI.BI5G................................................... ...........................................................................................................................ii ?=.BAC ,=5G=SA#A5.............................................................................. KA+A ,=5GA5+AC ..................................................................................... &AB+AC ISI .................................................................................................... ABS+CAK........................................................................................................ ABS+CAI+...................................................................................................... &AB+AC BAGA5 GA.BAC &A5 +AB=?................................................ BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1.1 ?atar Belakang .asalah ..................................................................... 1.' Cumusan .asalah ............................................................................. 1./ +u!uan ,enelitian ................................................................................ 1./.1 +u!uan -mum .......................................................................... 1./.' +u!uan Khusus ......................................................................... 1.0 .an aat ,enelitian .............................................................................. 1.0.1 .an aat +eoretis ...................................................................... 1.0.' .an aat ,raktis ........................................................................ BAB II !A%IAN PU&TA!A' DE&!RIP&I !(N&EP' LANDA&AN TE(RI' DAN M(DEL PENELITIAN .......................................... '.1 Ka!ian ,ustaka .................................................................................... '.' &eskripsi Konsep................................................................................ '.'.1 5ilai........................................................................................... '.'.' ,endidikan Agama #indu......................................................... '.'./ Geguritan................................................................................... '.'.0 Dharmawisesa........................................................................... './ ?andasan +eori ..................................................................................... './.1 +eori Semiotika.......................................................................... './.' +eori Struktural Sastra................................................................ '././ +eori 5ilai.................................................................................. '.0 .odel ,enelitian.................................................................................. BAB III MET(DE PENELITIAN ............................................................... 4ii 1 1 11 11 1/ 18 11 '' '' '0 '3 // /8 iii i4 4ii G Gii i4 1 1 ( ( ( 3 3 3 8

1;0

/.1 Cancangan ,enelitian ........................................................................ /.' ?okasi ,enelitian................................................................................. /./ 9enis dan Sumber &ata........................................................................ /./.1 9enis &ata.................................................................................. /./.' Sumber &ata.............................................................................. /.0 ,enentuan In orman............................................................................ /.( +eknik ,engumpulan &ata.................................................................. /.(.1 7a$ancara................................................................................. /.(.' Studi &okumen........................................................................... /.3 Instrumen ,enelitian............................................................................ /.8 +eknik Analisis &ata........................................................................... BAB I5 &ALINAN NA&!AH 6E6URITAN DHARMA1I&E&A........... BAB 5 BENTU! 6E6URITAN DHARMAWISESA................................. (.1 Bahasa dan &iksi Geguritan Dharmawisesa....................................... (.1.1 Bahasa....................................................................................... (.1.' &iksi......................................................................................... (.' Sinopsis Geguritan &harma$isesa...................................................... (./ Insiden dan Alur.................................................................................. (.0 ,enokohan dan ,er$atakan................................................................. 111 (.( ?atar..................................................................................................... 11; BAB 5I &TRU!TUR GEGURITAN DHARMA1I&E&A.......................... ...........................................................................................................................1'3 3.1 Struktur Bormal Geguritan Dharmawisesa........................................ 1'3 3.1.1 Casa +embang........................................................................... 1'3 3.1.1.1 +embang &urma....................................................... 1';

/8 /8 /8 /8 /1 /1 /; /; 01 01 0' 0( 1; 1; 1; ;' ;( ;;

1;(

3.1.1.' 3.1.1./ 3.1.1.0 3.1.1.( 3.1.1.3 3.1.1.8

+embang ,angkur..................................................... 11' +embang Sinom....................................................... 1/( +embang &angdang................................................. 1/; +embang Semarandana............................................ 10/ +embang Ginanti...................................................... 101 .egatruh.................................................................. 4iii 1(1

3.' ,enyimpangan $adalingsa.................................................................. 1(( BAB 5II NILAI,NILAI PENDIDI!AN DALAM GEGURITAN DHARMAWISESA.......................................................................... ..........................................................................................................1(1 8.1 5ilai ,endidikan+att$a....................................................................... 1(1 8.' 5ilai ,endidikan 3thika....................................................................... 131 8./ 5ilai ,endidikan /pacara .................................................................. 18> 8.0 5ilai ,endidikan 3stetika.................................................................... 111 BAB 5III &IMPULAN DAN &ARAN........................................................... ...........................................................................................................................11( 1.1 Simpulan.............................................................................................. 11( 1.1.1 Bentuk Geguritan Dharmawisesa meliputi rasa tem!ang...... 11(

iG

1;3

1.1.' Struktur Geguritan Dharmawisesa........................................... 11( 1.1./ 5ilai"nilai ,endidikan Agama #indu dalam Geguritan Dharmawisesa .................................................................................................. .................................................................................................. 11( 1.' Saran"saran.......................................................................................... 118 &AB+AC ,-S+AKA ?A.,ICA5"?A.,ICA5

?ampiran >1 ) &a tar 5ama In orman

NAMA IN:(RMAN

1.

5ama -mur ,eker!aan

) &rs. I 5yoman Su!ana, ..,d.# ) (( +ahun ) Guru Agama #indu S.A5 1 Blahbatuh Gianyar

9enis Kelamin ) ?aki"laki

1;8

Alamat '. 5ama -mur ,eker!aan Alamat /. 5ama -mur ,eker!aan Alamat 0. 5ama -mur ,eker!aan Alamat (. 5ama -mur ,eker!aan Alamat 3. 5ama -mur ,eker!aan Alamat

) 9alan ,asunggrigis By.,as Blahbatuh Gianyar. ) &rs. I Gusti Agus Susana ) 0( +ahun ) Guru Agama #indu ) Br. Bona Kangin, &esa Bona,Blahbatuh Gianyar. ) I Gede Ba!ra %asa ) 3( +ahun )+okoh .asyarakat:.antan ,enga$as ,enda #indu ) Br. Bona Kangin, &esa Bona,Blahbatuh Gianyar ) &ra. I Gusti Ayu ,uspa$ati, ..,d.# ) 08 +ahun )Guru Agama #indu S.A5 1 Suka$ati, Gianyar Bali ) Br. Bona Kangin, &esa Bona,Blahbatuh Gianyar. ) Ida Bagus Ketut .anuaba, S.ag. ) (' +ahun )Guru Agama #indu ) Br.Blahbatuh , &esa Blahbatuh Gianyar. ) Ida Bagus Su$esna$a ) 3( +ahun )+okoh .asyarakat: Ialon Sulinggih ) Br. Bona Kangin, &esa Bona,Blahbatuh Gianyar.

9enis Kelamin ) ?aki"laki

9enis Kelamin ) ?aki"laki

9enis Kelamin ) ,erempuan

9enis Kelamin ) ?aki"laki

9enis Kelamin ) ?aki"laki

1;1

8.

5ama -mur ,eker!aan Alamat

) Ida Bagus 5gurah ) (8 +ahun )+okoh .asyarakat:Ketua Seka Santhi ) Br.Keramas. desa Keramas ,Blahbatuh Gianyar. ) I 5yoman Sukaya, S.Ag ) (> +ahun ) Guru Agama #indu ) Br. Bona Kangin, &esa Bona,Blahbatuh Gianyar. ) I Ketut ,arta, S.Ag ) (( +ahun )Guru Agama #indu ) Br.Abianbase , Gianyar. ) I Ketut Subur, S.Ag ) (1 +ahun ) Guru Agama #indu ) Br. Bona Kangin, &esa Bona,Blahbatuh Gianyar.

9enis Kelamin ) ?aki"laki

1.

5ama -mur ,eker!aan Alamat

9enis Kelamin ) ?aki"laki

;.

5ama -mur ,eker!aan Alamat

9enis Kelamin ) ?aki"laki

1>.

5ama -mur ,eker!aan Alamat

9enis Kelamin ) ?aki"laki

11.

5ama -mur ,eker!aan Alamat

) I Gusti Ayu 7i!ayanti ) 3' +ahun ) Guru ) Br. Bona Kangin, &esa Bona,Blahbatuh Gianyar.

9enis Kelamin ) ,erempuan

1;;

?ampiran >' ) ,edoman 7a$ancara

I5S+C-.=5 ,=&A.A5 7A7A5IACA 1. '. Apakah almarhum memang gemar mengarang pupuh 6 Se!ak kapan beliau mulai menggemari puisi Bali +radisional6

'>>

/.

Selain ,upuh: mengarang geguritan, apakah almarhum gemar ma$ira$a atau makaka$in6

0. (.

Apa sa!a hasil karya beliau selama beliau mengarang6 Khusus mengenai Geguirtan &harma$isesa, kapan beliau memulia mengarangnya6

3.

Berapa lama kira"kira beliau (almarhum) menggubah bait"bait kitab Suci Sarasamuscaya tersebut men!adi geguritan &harma$isesa6

8.

&i dalam menggubah geguritan itu, apakah ada putra:putri beliau yang membantu6 Atau barangkali bersama teman sepro esi ikut membantunya6

1. ;. 1>. 11.

Apakah almarhum !uga me$ariskan lontar selain geguritan dharma$isesa6 &i mana almarhum menggubah geguritan dharma$isesa itu6 Apa pendapat bapak tentang almarhum sebagai pengarang geguritan6 &i antara keturunan almarhum, ada tidak yang melan!utkan tradisi yang di$ariskan oleh leluhurnya, terutama dalam mengarang geguritan6

1'. 1/. 10.

Apakah dilingkungan keluarga almarhum suka menulis atau suka masanti6 Berapa kira"kira beliau me$ariskan sastra tulis untuk generasi selan!utnya6 Apakah karya geguritan dharma$isesa itu dicetak oleh percetakan untuk dikomersilkan atau dicetak sendiri oleh seka santi6

1(.

Setelah almarhum me$ariskan beberapa geguritan, apa yang akan bapak lakukan ke depannya6

'>1

&AB+AC BAGA5, GA.BAC &A5 +AB=?

Bagan

) II.1 .odel ,enelitian................................................................

/(

'>'

Gambar ) III.1 Komponen"komponen analisis data model interakti ....... +abel +abel 1'8 +abel 1'8 +abel ) 3./ Brekuensi ,enggunaan +embang dalam Geguritan &harma$isesa ............................................................................................ ............................................................................................ 1'1 ) 3.' ?aras Slendro atau patutan Gender..................................... ) (.1 Iontoh Kosakata 9a$a Kuno yang dibalikan..................... ) 3.1 ?aras ,elog atau patutan Gong...........................................

0/ ;>

Gi4

'>/

ABS+CAK 5ama ,enulis ) Sayang, 5i 5yoman ('>1/). 5ilai"nilai ,endidikan Agama #indu yang terkandung dalam Geguritan Dharmawisesa. +esis ,rogram ,ascasar!ana ,rogram Studi ,endidikan Agama #indu. -ni4ersitas #indu Indonesia &enpasar. ,embimbing I) ,ro .&r.I ,utu Gelgel,S#.,..#um ,embimbing II@ &r. 7ayan ,aramartha, S#.,..,d Kata Kunci ) 5ilai, pendidikan, agama, #indu, Geguritan, dharmawisesa. Geguritan Dharmawisesa menggambarkan secara gamblang dan menguraikan a!aran tentang 5ilai"nilai ,endidikan agama yang perlu dika!i secara mendalam untuk dapat diangkat men!adi karya ilmiah. ,enulis sangat tertarik mengangkat geguritan tersebut ke dalam penelitian ilmiah, karena sepan!ang pengetahuan penulis belum ada peneliti lain yang mengka!i 5ilai"nilai ,endidikan agama #indu yang terkandung di dalam geguritan Dharmawisesa. &i samping itu geguritan Dharmawisesa tidak ( belum ) populer di masyarakat Bali, terutama masyarakat pencinta sastra Bali tradisional, dengan ter$u!udnya penelitian ini diharapkan geguritan Dharmawisesa mendapat tempat di hati masyarakat Bali seperti geguritan yang lain. Berdasarkan uraian di atas, maka hal"hal yang men!adi permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut) 1) Bagaimakah bentuk geguritan Dharmawisesa2 ') Bagaimanakah Struktur geguritan Dharmawisesa 2 /) 5ilai" nilai pendidikan apa sa!a yang terkandung dalam geguritan Dharmawisesa6 +u!uan penelitian ini dapat dibedakan men!adi dua bagian, yaitu tu!uan umum dan tu!uan khusus. Secara umum penelitian ini bertu!uan untuk memahami secara mendalam 5ilai"nilai ,endidikan agama #indu yang terkandung dalam geguritan Dharmawisesa. Secara khusus penelitian ini bertu!uan sebagai berikut ) 1) -ntuk mendeskripsikan bentuk geguritan Dharmawisesa. ') -ntuk mengungkap struktur geguritan Dharmawisesa. /) -ntuk mengungkap nilai"nilai pendidikan agama #indu yang terkandung di dalam geguritan Dharmawisesa. Secara teoretis penelitian ini diharapkan ) 1) &apat menambah $a$asan keilmuan yang berkaitan dengan a!aran agama #indu dalam geguritan Dharmawisesa. ') 7a$asan keilmuan yang dimaksud terutama mengenai langkah"langkah dalam mengka!i bentuk, struktur, dan nilai"nilai pendidikan agama #indu yang terkandung di dalam geguritan Dharmawisesa. /) #asil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu re erensi bagi penelitian berikutnya untuk mengka!i lebih mendalam dalam aspek yang lain dalam geguritan Dharmawisesa, sehingga khasanah kebudayaan Bali tradisional tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan !aman. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan berman aat sebagai berikut ini) 1) Sebagai masukan bagi umat #indu, terutama di dalam memoti4asi genersi muda #indu untuk mempela!ari geguritan sebagai salah satu upaya untuk menumbuhkembangkan penghayatan terhadap a!aran agama #indu. ') &i samping itu penelitian ini sebagai upaya untuk pelestarian, dan pengembangan produk seni sastra tradisional supaya tetap a!eg dan berkesinambungan yang telah di$ariskan oleh para leluhur. /) Berman aat bagi para pengarang geguritan pemula,

'>0

pedoman membuat padalingsa suatu pupuh dalam geguritan Dharmawisesa dapat di!adikan acuan pokok untuk membangun geguritan baru. +eori"teori yang dipergunakan untuk membedah rumusan permasalahan yang telah ditetapkan adalah) 1) +eori struktural sastra untuk membedah rumusan permasalahan pertama, ') +eori Semiotika sebagai pisau bedah rumusan permasalahan kedua, dan /) +eori 5ilai untuk mengungkap nilai"nilai pendidikan agama #indu yang terkandung dalam Gegguritan Dharmawisesa. .etode yang dipergunakan adalah metode ,engumpulan &ata dengan tu!uan untuk memperoleh data yang akurat, transparan dan lengkap mengenai trans ormasi nilai"nilai"nilai pendidikan agama #indu yang terkandung dalam Geguritan Dharmawisesa. Sehubungan dengan hal tersebut, maka data dan in ormasi yang telah dikumpulkan akan dianalisis secara deskripti kualitati . &ata yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. +eknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah ) 1) Abser4asi ') 7a$ancara, /) Studi &okumentasi. Berdasarkan metode dan teori yang ditetapkan, maka dapat digambarkan hasil penelitian ini, bah$a bentuk geguritan Dharmawisesa meliputi rasa tembang. Geguritan Dharmawisesa sebagai sebuah sekar diciptakan berdasarkan kaidah estetik sekar alit yang di 9a$a popular dengan nama macapat. Struktur Geguritan Dharmawisesa dibangun dengan 8 tem!ang dan di antara ketu!uh tem!ang itu terdapat pengulangan penggunaan pupuh, sehingga keseluruhannya ber!umlah 11 pupuh, yaitu tembang Durma, $angkur, Sinom, Dangdang Gendis, Semarandana, Ginanti, Durma, $angkur, Sinom. Dangdang Gendis, .agatruh, dengan !umlah bait seluruhnya (/( bait Adapun a!aran dana punia yang dapat dianalisa yaitu) 1) ajaran dana punia menurut swadharma catur warna, ') a!aran dana punia menurut $aktu, /) a!aran dana punia menurut sasaran. 5ilai" nilai pendidikan agama #indu yang terkandung di dalamnya adalah) 1) nilai pendidikan tattwa , ') nilai pendidikan ethika, /) nilai pendidikan upacara, dan 0) nilai pendidikan estetika.

Gi

'>(

ABS+CAI+ Author 5ame) Sayang, 5i 5yoman ('>1/). =ducational 4alues o #induism is contained in Geguritan &harma$isesa. +hesis .asters #indu Celigious =ducation ,rogram. #indu -ni4ersity o Indonesia &enpasar. Super4isor I) ,ro .&r.I ,utu Gelgel, S#., ..#um Super4isor II@ &r.. 7ayan ,aramartha, S#., ..,d Key$ords) 4alue, education, religion, #indu, Geguritan, dharma$isesa. Geguritan &harma$isesa clearly illustrates and describes the teaching o religious education 4alues that need to be studied in depth to be appointed as scienti ic papers. +he author is 4ery interested in li ting geguritan into scienti ic research, as ar as the author has no other researchers $ho study religious education 4alues contained in the #indu geguritan &harma$isesa. In addition geguritan &harma$isesa not (yet) popular in Balinese society, especially the lo4ers o traditional Balinese literature, $ith the realiJation o this study is eGpecting that geguritan &harma$isesa get a place in the hearts o the people o Bali as like others geguritan. Based on the abo4e eGplanation, the cases that $ill be discuss in this study are as ollo$s) 1) #o$ is the orm o geguritan &harma$isesa6 ') #o$ is the structure o geguritan &harma$isesa6 /) 7hat educational 4alues is contained in geguritan &harma$isesa6 +he purpose o this research can be di4ided into t$o parts, namely general purpose and special purpose. Generally, this study aims to understand deeply 4alues education #induism contained in geguritan &harma$isesa. In particular, the research aims as ollo$s) 1) +o describe the orm geguritan &harma$isesa. ') +o re4eal the structure o geguritan &harma$isesa. /) +o re4eal the educational 4alues o #induism contained in geguritan &harma$isesa. +heoretically, this study is eGpected to) 1) to increase the scienti ic kno$ledge pertaining to #indu religion in geguritan &harma$isesa. ') scienti ic insight is primarily on measures to assess the orm, structure, and 4alues o #indu religious education contained in geguritan &harma$isesa. /) +he results o this research can be used as a re erence or subseEuent research to eGamine in greater depth in other aspects geguritan &harma$isesa, so the repertoire o traditional Balinese culture to gro$ and de4elop in accordance $ith the changing times. In practical results o this study are eGpected to be use ul as ollo$s) 1) As input or #indus, especially in moti4ating young #indu generation to learn geguritan as an e ort to oster appreciation o the teachings o #induism. ') In addition to this study as an attempt to preser4ation and de4elopment o traditional literary art products to remain steady and continuous that has been handed do$n by their ancestors. /) Bene icial or authors geguritan beginners, the guidelines create padalingsa o a stanJa in geguritan &harma$isesa can be used as a re erence or creating ne$ geguritan. +he theories used to dissect the problem ormulation that has been set is) 1) structural literary theory to dissect the irst ormulation o the problem, ') +heory o Semiotics as scalpels second problem ormulation, and /) +heory o Dalue to

Gii

'>3

unco4er the 4alues o #indu religious education contained in Gegguritan &harma$isesa. +he method used is the method o data collection in order to obtain accurate data, transparent and complete the trans ormation o 4alues education 4alues contained in the #indu religion Geguritan &harma$isesa. In connection $ith this, the data and in ormation gathered $ill be analyJed by descripti4e Eualitati4e. &ata collected in the orm o primary data and secondary data. &ata collection techniEues used in this study $ere) 1) Abser4ation ') Inter4ie$, /) Study o &ocumentation. Based on the method and theory o the set, it can be described the results o this study, that the orm geguritan &harma$isesa includes a sense o the song. Geguritan &harma$isesa as an aesthetic principle sekar created by sekar alit in 9a4a and kno$n as macapat. &harma$isesa Geguritan structure built $ith 8 songs and the se4en songs that are repeat use o stanJas, so that the o4erall total o 11 stanJas, the song &urma, ,angkur, Sinom, &angdang Gendis, Semarandana, Ginanti, .agatruh, $ith (/( stanJas +he entire temple teaching punia unds that can be analyJed as ollo$s) 1) teaching unds by S$adharma chess punia color, ') teaching punia und o4er time, /) teaching unds according punia target. =ducational 4alues o #induism contained in it are) 1) tatt$a educational 4alue, ') the 4alue o education ethika, /) the 4alue o education ceremonies, and 0) the 4alue o aesthetic education.

Giii

Anda mungkin juga menyukai