50%(2)50% menganggap dokumen ini bermanfaat (2 suara)
583 tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas 7 dosa audit internal yang dapat merusak karier auditor, yaitu: 1) menerbitkan laporan yang salah, 2) menyerahkan kertas kerja tidak lengkap atau palsu, 3) kehilangan kontrol emosi dengan klien, 4) mengaudit dengan agenda tertentu, 5) mengkhianati perjanjian kerahasiaan, 6) melanggar kebijakan perusahaan, dan 7) mengeluarkan laporan audit yang tidak bermanfaat.
Dokumen tersebut membahas 7 dosa audit internal yang dapat merusak karier auditor, yaitu: 1) menerbitkan laporan yang salah, 2) menyerahkan kertas kerja tidak lengkap atau palsu, 3) kehilangan kontrol emosi dengan klien, 4) mengaudit dengan agenda tertentu, 5) mengkhianati perjanjian kerahasiaan, 6) melanggar kebijakan perusahaan, dan 7) mengeluarkan laporan audit yang tidak bermanfaat.
Dokumen tersebut membahas 7 dosa audit internal yang dapat merusak karier auditor, yaitu: 1) menerbitkan laporan yang salah, 2) menyerahkan kertas kerja tidak lengkap atau palsu, 3) kehilangan kontrol emosi dengan klien, 4) mengaudit dengan agenda tertentu, 5) mengkhianati perjanjian kerahasiaan, 6) melanggar kebijakan perusahaan, dan 7) mengeluarkan laporan audit yang tidak bermanfaat.
Berikut "dosa audit internal" yang berpotensi merusak karier yang cemerlang :
1. Menerbitkan laporan yang salah.
Tidak dapat dipahami jika ada orang yang sengaja membiarkan kesalahan besar atau kecil dalam laporan audit internal. Kesalahan tersebut bisa berdampak sama menghancurkannya. Bukan hanya karena kesalahan itu sendiri, tetapi juga karena laporan yang telah ditarik kembali atau yang diubah tersebut tidak dapat terlupakan begitu saja yang tentunya akan berdampak kedepanya. Terlebih lagi, kalau kemungkinan laporan salah tersebut dapat mempermalukan klien dan atasan, satu atau keduanya tersebut tentunya akan memiliki riwayat panjang kedepanya. 2. Menyerahkan kertas kerja tidak lengkap / palsu. Anda mungkin tidak ketahuan jika "menipu/meniru" pada kertas kerja Anda, tetapi jika anda melakukanya, hasilnya tidak akan baik. Menyajikan kertas kerja yang tidak lengkap atau palsu adalah perbuatan tidak etis, secara jelas dan sederhana tidak ada tempat untuk itu dalam audit internal. Anda boleh mengasumsikan atasan akan bereaksi dengan meneliti melalui kertas kerja sebelumnya dengan mencari masalah yang serupa. Terlepas dari apa yang mungkin ditemukan, pekerjaan atau mungkin karier anda jelas berisiko. 3. Kehilangan kontrol emosi dengan klien. Ketika klien dalam audit internal berada dalam kesulitan, kadang-kadang mereka bisa bertindak menyerang secara tidak adil. Mungkin terlihat wajar untuk melawan, bahkan jika kita merasa dalam pihak yang benar, tetapi tetap tidak sepantasnya untuk bertindak secara tidak profesional dan tentu saja tidak produktif. Ingatlah bahwa, jika anda sampai meninggikan suara selama pertemuan dengan klien, semua orang mungkin akan mengingat anda hanya berteriak-berteriak saja daripada alasan ketidaksepakatanya. Itu bukan jenis kesan melekat yang ingin anda buat. Dan sebelum menanggapi email dari klien yang tidak mengenakkan, yang terbaik menunggu dulu waktu yang sesuai atau mencari dewan penasihat dari atasan anda. 4. Mengaudit dengan "agenda" tertentu. Merupakan pelanggaran etika yang sangat besar untuk melakukan audit dengan terdapat konflik kepentingan. Reputasi dalam melaksanakan audit yang adil dan tidak memihak akan hilang selamanya jika mungkin saja hanya kelihatanya bahwa anda melaksanakan audit internal tidak sebatas untuk "mendapatkan seseorang" atau hanya membebaskan seorang teman, dan terlepas dari adanya rasa bersalah atau tidak bersalah. Tidak pengaruh apakah konflik kepentingan itu terlihat secara nyata atau hanya diasumsikan. Hal ini dapat dikatakan mustahil untuk memulihkan kembali walau bahkan anda tetap dibiarkan bekerja sebagai audit internal. 5. Mengkhianati perjanjian kerahasiaan. Ada beberapa ketentuan bahwa informasi yang diperoleh selama audit internal tidak boleh digunakan. Jika auditor membagikan informasi tentang klien secara tidak tepat, maka kepercayaan kedua pihak akan hancur dan kabar akan cepat tersebar begitu saja. Dengan begitu auditor internal tersebut terkenal dengan reputasi sebagai penyebar berita, kemampuan apa pun untuk melakukan pembicaraan terbuka dengan manajemen akan sangat sepenuhnya tidak maksimal. Tidak ada yang mengundang auditor internal yang tidak bijaksana untuk kunjungan kembali. 6. Melanggar kebijakan perusahaan. Jika klien meyakini bahwa auditor internal melanggar kebijakan perusahaan, maka auditor jangan heran kalau dia tidak memiliki kemampuan persuasi ketika membuat rekomendasi mengenai kepatuhan klien terhadap kebijakan. Jika klien mengetahui bahwa anda tidak melaksanakan seperti yang disetujui perusahaan, mereka akan mengabaikan dan dapat mengasumsikan bahwa mereka tidak akan lupa. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa auditor internal tidak boleh membuat pengecualian untuk kebijakan dalam keadaan apa pun. Tetapi setiap pengecualian harus dibenarkan dengan kebijakan yang benar, tidak baik bagi auditor yang bertindak seolah-olah kebijakan perusahaan tidak berlaku baginya. 7. Mengeluarkan laporan audit internal yang remeh atau tidak ada nilai tambah. Kita semua tahu bahwa audit internal bukan hanya menunjukkan apa yang salah, ini tentang membantu manajemen untuk mencapai tujuan mereka dan untuk mengambil keuntungan dari peluang yang mungkin terlewatkan. Tidak ada yang diuntungkan jika audit hanya membuang- buang waktu untuk hal-hal yang tidak penting. Laporan audit internal yang berisi temuan atau rekomendasi yang terkesan ngawur dan tidak hemat biaya akan membuat anda mendapatkan reputasi sebagai pengguna anggaran yang berlebihan saja atau lebih buruk. Atau mungkin dengan menggunakan kembali program audit yang sebelumnya yang telah menemukan beberapa kesalahan tidak signifikan, dan tentunya menjalankan kembali audit tahun yang lalu bukan merupakan cara terbaik untuk menambah nilai.