Anda di halaman 1dari 24

Mengenal Kandungan SUSU AHA dan DHA

Kandungan susu AHA dan DHA pasti sudah sering kita


dengar. Tapi sudah tahukah Anda mengenai AHA dan DHA itu sendiri?

 AHA atau DHA adalah kepanjangan dari Arachidonic Acid sedangkan DHA adalah
kepanjangan dari Docosahexaenoic Acid, merupakan salah satu kandungan dalam ASI
(Air Susu Ibu) yang mempengaruhi tingkat kecerdasan otak pada bayi, unsur tersebut
merupakan asam lemak tak jenuh ganda rantai panjang yang merupakan komponen
penting untuk membangun jaringan saraf di retina dan otak. Kandunga susu berupa
AHA dan DHA dalam ASI memiliki kemampuan diserap dengan baik oleh darah,
mempengaruhi ketajaman penglihatan, dan 
perkembangan otak pada bayi Keunggulan itulah maka kandungan AHA dan DHA
ditambahkan dalam susu formula bayi. AHA dan DHA buatan yang ditambahkan pada
susu formula memiliki kelemahan dibandingkan AHA dan DHA dalam ASI, walaupun
AHA dan DHA dalam susu formula diserap sama baiknya dengan yang ada pada ASI oleh
tubuh, ternyata tidak mempengaruhi peningkatan ketajaman penglihatan dan
perkembangan otak bayi. Anak yang diberikan ASI secara ekslusif selama 6 bulan dan
diteruskan hingga mencapai 1 tahun memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi
dibandingkan anak yang mengkonsumsi susu formula dengan kandungan AHA dan
DHA. (Mew)
http://macam25.blogspot.com/2011/12/mengenal-kandungan-susu-aha-dan-dha.html

DHA – Asam Lemak |


Pengertian dan Definisi
Pengertian dan Definisi DHA. DHA atau
Dokosa Heksanoid Acid adalah asam lemak
essensial yang terdapat dalam asam lemak
tidak jenuh linoleat (omega 6) dan linolenat
(omega 3) yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh terutama dalam masa pertumbuhan
dan perkembangan. Karena itu saat anda
mendengarkan iklan produk susu di tv-tv
swasta anda pasti akan sering mendengar
istilah DHA, AHA dan EPA di sebut-sebut
sebagai komposisi unggulan dari suatu
produk susu.
DHA merupakan zat gizi yang sangat penting
bagi pertumbuhan dan perkembangan fungsi
syaraf dan penglihatan. Sayangnya tubuh
tidak dapat memproduksi asam lemak
essensial tersebut sehingga harus di penuhi
kebutuhannya dari makanan. DHA adalah
mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dalam
jumlah sedikit yaitu sekitar 4 mg/kg berat
badan. Kekurangan dan kelebihan DHA akan
sangat berpengaruh pada sistem organ-
organ tubuh terutama sistem syaraf dan
sistem sirkulasi darah.
DHA adalah bahan penyusun lemak
struktural yang membangun 6o% bagian otak
manusia. Asam lemak DHA merupakan zat
gizi penting bagi perkembangan bayi,
terutama untuk perkembangan fungsi syaraf
dan pembentukan membram retina mata.
Selain itu DHA juga dapat meningkatan
kekebalan tubuh, penghambatan berbagai
jenis kanker, pembentukan Air Susu Ibu
(ASI], bahan sperma, dll.
Kelebihan DHA dapat mengakibatkan
berkurangnya pembentukan   prostaglandin
dan tromboksan yang dapat mengakibatkan
berkurangnya zat renin sehingga jika terjadi
pendarahan akan sulit berhenti. Selain itu
karena DHA merupakan anggota lemak tidak
jenuh ganda, jika bertemu dengan Radikal
bebas maka akan mudah diikat atom
Hidrogennya yang kemudian akan bereaksi
dengan oksigen membentuk
hidrogenperoksida yang dapat memicu
terjadinya Atherosklerosis. Itulah sebabnya
DHA disebut sebagai mikronutrien essesial
bagi tubuh yang jika tidak tercukupi dan
kelebihan dapat menyebabkan penyakit.
Makanan sumber DHA yang paling banyak
adalah ikan laut seperti ikan selar, ikan
Kembung, ikan Lemuru, kuning telur
mentah, daging ayam, dll.
http://www.kamusq.com/2012/10/dha-asam-lemak-pengertian-dan-definisi.html
Manfaat AA dan DHA
AA adalah Arachidonic Acid / Asam Arachidonat,
yang merupakan salah satu jenis asam lemak
omega 6 yang banyak dijumpai pada membran sel
dan merupakan senyawa yang penting dalam
komunikasi antar sel serta menjadi senyawa
prekursor (penyusun) bagi senyawa penting
lainnya dalam tubuh.
DHA adalah Cocosahexaenoic Acid / Asam
dokosaheksaenot, yang merupakan asam lemak
tidak jenuh rantai panjang golongan omega 3
yang sangat penting untuk fungsi penglihatan dan
kecerdasan.
Banyak produk yang dijual dipasaran dengan
mencantumkan kandungan isinya berupa AA dan
DHA, tetapi kandungan AA dan DHA yang tinggi
dan terjamin hanya terdapat pada ASI (Air Susu
Ibu). Jadi, jika ibu yang mempunyai produksi ASI-
nya cukup / lebih, jangan sia-siakan untuk
memberikannya kepada buah hati Anda, namun
jika suatu kondisi tertentu, dimana seorang ibu
tidak dapat memberikan ASI kepada si kecil,
diharapkan si kecil mendapat susu pengganti
dengan kandungan kedua zat penting itu,
setidaknya 0,2 – 0,5 % dari total asam lemak,
untuk menjamin perkembangan mata dan otak
yang optimum.
Setelah lepas ASI, anak bisa mendapatkan AA dan
DHA dari makanan yakni daging, ikan-ikan laut
dan telur, serta susu formula dengan tambahan
AA dan DHA.
Manfaat-manfaat AA dan DHA
Kecerdasan
Banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui
manfaat AA dan DHA sebagai suatu pencetak
kecerdasan, salah satunya yang dilakukan oleh
Gregory Finn MD, bahwa anak-anak yang
mendapatkan kecukupan AA dan DHA dari ASI
mempunyai tingkat verbal IQ 112,6; anak-anak
yang mengonsumsi susu tanpa DHA dan ARA
98,8; anak yang mengonsumsi susu dengan
tambahan ARA dan DHA 104,5. Hal ini
menunjukkan, ASI tetaplah yang terbaik untuk
membentuk kecerdasan anak.
Penglihatan
AA dan DHA berperan penting dalam
pembentukan retina mata. Anak-anak usia 12
bulan yang mendapat AA dan DHA mempunyai
tingkat penglihatan sekitar -20/28 vision, sedang
mereka yang tidak, angkanya berkisar -20/41
vision, artinya anak-anak dengan DHA dan AA
mempunyai penglihatan yang lebih tajam dan
jelas dibanding yang tidak. Jadi AA dan DHA
berfungsi sebagai komponen utama pada retina
mata, sekaligus mengoptimalkan fungsi retina itu.
Mencegah Infeksi Repsiratorik
Infeksi respiratorik merupakan penyakit-penyakit
yang disebabkan oleh terjadinya infeksi pada
saluran hidung, sinus, “parynk” dan “lyrynk”. Jenis
penyakitnya cukup banyak seperti flu, sinusitis,
“paryngitis”, infeksi telinga, “laryngitis”, dan
“bronchitis”. Gejalanya bisa berupa batuk-batuk,
radang tenggorokan, hidung tersumbat, demam,
sakit kepala, dan bersin-bersin.
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi
ini, sebaiknya orangtua haruslah bijak dengan
memberikan konsumsi AA dan DHA pada si kecil,
karena dengan pemaberian AA dan DHA dengan
komposisi yang tepat di awal kehidupannya akan
memiliki kemungkinan infeksi saluran respiratorik
yang lebih rendah hingga 45% (76% pada anak
yang tidak mengonsumsi AA dan DHA.
Untuk membantu imunitas dan perkembangan
anak dengan optimal, diperlukan nutrisi-nutrisi
lengkap selain AA dan DHA, yaitu vitamin E, A dan
mineral “zinc” untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
Alergi
Anak-anak yang mendapat asupan AA dan DHA
memiliki kemungkinan alergi hanya 26%
dibanding anak yang tidak mengonsumsinya,
yakni sebesar 55% karenanya sangat dianjurkan
bayi mendapat ASI di 6 bulan pertamanya untuk
memperkecil terjadinya alergi.
Sebagai catatan, dengan pemberian AA dan DHA
serta nutrisi-nutrisi lainnya sebaiknya para
orangtua juga harus memperhatikan kesehatan
lingkungan si anak.
http://keluargakecilbahagia.wordpress.com/2009/12/01/manfaat-aa-dan-dha/

Menakar Kebutuhan AHA/DHA

Susu formula dengan DHA dan AHA belum tentu berefek maksimal untuk 
pertumbuhan otak.

Istilah DHA (Docosahexaenoic acid) dan ARA (arachinoid acid) memang 


tak asing di telinga para ibu. Dalam iklan di televisi, terlihat 
sejumlah perusahaan susu berlomba-lomba menawarkan produk yang 
mengandung DHA dan ARA. Biasanya, susu jenis ini harganya lebih 
mahal dibanding susu formula tanpa asam lemak esensial itu.

Si ibu yang langsung kepincut dua komponen tersebut dan berkantong 


tebal langsung berburu produk itu. Padahal, menurut Dr Hardiono D. 
Pusponegoro, SpA (K), meskipun banyak susu formula mengklaim 
mengandung DHA dan ARA, belum tentu semuanya akan memberi dampak 
yang baik dan maksimal untuk pertumbuhan otak anak.

"Hampir semua produsen susu formula memasukkan berbagai benda dalam 


produknya, tapi jumlahnya sedikit-sedikit. Padahal, bila 
perbandingan DHA dan ARA dalam susu formula tak tepat, hasilnya tak 
akan baik bagi anak. Kecerdasannya tak akan meningkat," ucap 
Hardiono, Selasa lalu di Jakarta, dalam konferensi pres mengenai 
kadar asupan DHA ARA yang tepat dan stimulasi sejak dini untuk nilai 
IQ anak lebih baik.
Hardiono juga menjelaskan, DHA dan ARA sebenarnya terdapat secara 
alami dalam air susu ibu (ASI). Konsultan anak bidang neurologi dari 
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, itu menambahkan, 
dibandingkan dengan susu formula yang diperkaya DHA dan ARA, 
kandungan kedua asam lemak yang terdapat dalam ASI masih jauh lebih 
baik segi kualitas ataupun kuantitasnya. Ini berbeda dengan ASI, 
kandungan DHA dan ARA secara alami memiliki komposisi yang tepat 
bagi tumbuh-kembang bayi.

DHA dan ARA merupakan asam lemak yang sangat dibutuhkan bayi untuk 
pembentukan otak, jaringan saraf, jaringan penglihatan, dan membantu 
pembentukan sistem imun pada bayi. Melalui ASI, bayi akan 
mendapatkan DHA dan ARA yang diperlukan sebagai komponen utama lemak 
membran sel dan merupakan asam lemak tak jenuh dalam rantai panjang 
utama sistem saraf pusat. DHA juga merupakan komponen utama membran 
sel fotoreseptor retina.

Otak tumbuh maksimal sejak 3 bulan terakhir dari masa kehamilan 


sampai kurang lebih usia 2 tahun. Karena itu, dalam periode 
tersebut, bayi sebaiknya mendapat DHA dan ARA dalam jumlah cukup, 
yang tentunya dapat diperoleh dari ASI. Agar mendapatkan kandungan 
DHA dan ARA yang tinggi dalam ASI-nya, ibu hamil bisa mengkonsumsi 
makanan yang menjadi sumber DHA, seperti ikan laut (contohnya 
salmon), minyak ikan, daging, dan telur.

Dari suatu penelitian, Dr Craig Jensen dari Departemen Pediatrik 


pada Baylor College of Medicine Houston, Texas, menyebutkan ibu-ibu 
di setiap negara memiliki kandungan DHA dan ARA dalam ASI berbeda-
beda. 
Perbedaan ini lantaran asupan makanan yang dikonsumsi sehingga dapat 
mempengaruhi kadar kedua komponen tersebut. Walau tak ada angka yang 
pasti, Craig mengatakan DHA dan ARA yang terdapat dalam ASI wanita 
Indonesia tak jauh berbeda dengan negara tetangga, seperti Malaysia, 
yaitu sekitar 0,4 atau 0,5 persen dari total asam lemak. "¨Ya, 
sekitar 0,4 atau 0,5 persen dari total asam lemak. Tapi, meski 
jumlahnya sedikit, DHA dan ARA penting dalam perkembangan 
intelektual dan daya penglihatan anak,¨ ujar Craig.

Dia melanjutkan, dari beberapa hasil studi memperlihatkan asupan DHA 


dan ARA, baik bagi bayi prematur maupun bayi yang lahir normal, 
bermanfaat untuk perkembangan fungsi penglihatan dan perkembangan 
saraf otak pada bayi dan balita.
Selain itu, penelitian yang dilakukan Dr E. Birch menunjukkan, anak-
anak berusia 4 tahun yang mendapatkan asupan DHA dan ARA dengan 
kadar 0,36 persen DHA (90 miligram DHA/100 gram) dan 0,72 persen ARA 
(180 miligram ARA/100 gram) selama 4 bulan pertama memiliki tingkat 
IQ lebih tinggi 7 poin dibanding mereka yang tak mendapat asupan DHA 
dan ARA dalam kadar tersebut. Di samping itu, studi lain menunjukkan 
bahwa skor IQ pada anak usia 4 tahun berkorelasi kuat dengan skor IQ 
pada usia 17 tahun. "Hal ini menunjukkan adanya stabilisasi dalam 
jangka waktu panjang dan mengindikasikan nilai skor IQ yang kurang 
lebih sama tingginya pada usia dewasa," Craig Jensen menjelaskan.

Namun, selain asupan DHA dan ARA dalam kadar yang tepat, Hardiono 
mengingatkan perlunya stimulasi tepat yang diterapkan sejak dini 
untuk melatih kecerdasan anak. Menurut Hardiono, kecerdasan anak 
sangat dipengaruhi oleh rangsangan yang diterimanya pada tahun-tahun 
awal kehidupannya, terutama dua tahun pertama yang sering disebut 
dengan the golden years. Stimulasi yang tepat, baik jenis maupun 
frekuensinya,akan melatih pancaindra anak dan akan mempengaruhi 
kecerdasan.

Nah, jangan sia-siakan masa keemasan anak Anda. Sebab, bila 


terlambat, akan sulit memperbaikinya.
Marlina Marianna Siahaan 
Sumber : Tempo

Perlukah Suplementasi AA/DHA dalam Susu Formula? 


Ditulis Oleh Arifianto MD 

Mohon maaf kalau tulisan ini jadinya seperti artikel semi ilmiah. 
Hanya berusaha menyumbangkan sedikit informasi yang saya punya 
sebelum meninggalkan Jakarta menuju lokasi tanpa koneksi internet 
sama sekali (listrik dan telepon saja belum tahu ada/tidaknya) . 
Maraknya iklan susu formula di mana-mana: TV, majalah, koran 
mendorongku menelusuri lebih lanjut, perlukah suplementasi AA/DHA 
dalam susu formula. 

Tujuan tulisan ini adalah menekankan tidak ada yang mampu 


menggantikan ASI dalam enam bulan pertama kehidupan bayi.
Susu formula dibuat dengan berusaha meniru semirip mungkin kandungan 
yang ada dalam ASI, untuk memenuhi segala kebutuhan nutrisi bayi: 
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Sebagian 
besar formula ini diambil dari susu sapi, yang dinilai kandungannya 
hampir menyerupai air susu manusia, dan mampu memenuhi kebutuhan 
gizi bayi. Sebagian kecil adalah susu kedelai. 

Ada satu kandungan dalam ASI yang tidak terdapat dalam susu formula 
kebanyakan, yaitu AA/DHA. Berbagai penelitian menunjukkan bayi yang 
mendapatkan ASI sampai usia satu tahun memiliki perkembangan otak 
lebih baik dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan ASI. Kandungan 
yang menentukan ini adalah asam arakidonat (arachidonic acid/AA) dan 
asam dokosaheksaenoat (docosahexaenoic acid/DHA), suatu asam lemak 
tak jenuh ganda rantai panjang (long chain polyunsaturated fatty 
acids/PUFA), yang merupakan batu bata utama pembangun jaringan saraf 
di retina (saraf mata) dan otak. Mengetahui hal ini, para peneliti 
biokimia berlomba-lomba memasukkan AA dan DHA dalam kandungan susu 
formula, dan melihat dampaknya apakah menyerupai keuntungan bayi 
yang mendapatkan ASI.

Sebuah tulisan dalam jurnal Nutrition Noteworthy tahun 2002 yang 


berjudul: "Finding the Magic Formula: Should Polyunsaturated Fatty 
Acids be Used to Supplement Infant Formula" yang ditulis Mailan Cao 
menjelaskan tiga hal utama yang menjadi indikator utama outcome 
(keluaran) suplementasi AA/DHA ini, mengingat tidak semua hal yang 
terbukti di laboratorium (in vitro) atau hewan percobaan, lantas 
sama efeknya ketika diterapkan pada manusia. 

1.. Suplementasi AA/DHA dan kadarnya dalam asam lemak plasma (darah)
Setelah dibuktikan aman untuk dikonsumsi tubuh manusia, peneliti 
ingin membutikan apakah suplementasi AA/DHA dapat diserap tubuh sama 
halnya kandungan dalam ASI, melihat bukti kadar AA/DHA dalam tubuh 
bayi yang mendapatkan susu formula tanpa suplementasi AA/DHA lebih 
rendah dibandingkan dengan yang mendapatkan ASI.Ternyata terbukti, 
suplementasi AA/DHA meningkatkan kadarnya dalam plasma darah, 
membran sel darah merah (eritrosit), dan jaringan korteks otak, 
dalam jumlah menyerupai yang mendapatkan ASI. ARTINYA: suplementasi 
AA/DHA mampu diserap tubuh dengan baik. NAMUN ini sama sekali tidak 
menunjukkan dampaknya dalam perkembangan saraf otak dan ketajaman 
penglihatan. 

1.. Suplementasi AA/DHA dan Pengaruhnya dalam (Fungsi) Ketajaman 


Penglihatan Sebuah penelitian 'meta-analisis' menunjukkan adanya 
peningkatan fungsi penglihatan pada bayi yang mendapatkan susu 
formula dengan suplementasi AA/DHA dibandingkan yang mendapatkan 
susu formula biasa, dengan melihat indikator perilaku dan 
elektrofisiologi mata pada bayi berumur 2 dan 4 bulan. Beberapa 
penelitian terdahulu tidak menunjukkan adanya perbedaan. 

1.. Suplementasi AA/DHA dan Perkembangan Kecerdasan/Perilaku


Inilah KUNCI dari impian semua peneliti mengenai suplementasi 
AA/DHA: mampukah menyamai dampaknya dalam meningkatkan
kecerdasan 
bayi, layaknya bayi yang mendapatkan ASI? Ternyata dari berbagai 
penelitian: belum terbukti. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif 
selama 6 bulan pertama kehidupannya, dan diteruskan sampai usia 1 
tahun, memiliki kecerdasan lebih daripada yang mendapatkan susu 
formula dengan AA/DHA sekalipun.Beberapa kendala juga menghadang 
model penelitian ini. 

Antara lain jenis uji yang digunakan untuk mengukur tingkat 


kecerdasan adalah: Bayley Mental Development Index (MDI) dan the 
Psychomotor Developmental Index (PDI). Berbagai penelitian 
menunjukkan hasil berbeda-beda, ada yang menggambarkan hasil 
signifikan pemberian suplementasi AA/DHA, dan sebagian lain tidak 
ada bedanya. Belum lagi pengaruh sosioekonomi responden 
yang mempengaruhi uji statistik. Kadar AA, DHA, dan asam lemak lain 
semacam ALA dan LA juga bervariasi antar penelitian. Sampai 
perbedaan genetik dan lingkungan di berbagai belahan dunia tempat 
penelitian dilakukan (Amerika Utara, Australia, dan Eropa). Juga 
terkadang jumlah sampel terlalu sedikit, umur bayi yang terlalu dini 
untuk dilakukan pengujian, dan jangka waktu penelitian yang 
seharusnya cukup panjang, sehingga dapat dilihat dampaknya hingga 
usia remaja dan dewasa.Pada akhirnya penelitian 
mengenai dampak suplementasi AA/DHA masih terus dikembangkan, dan 
belum berakhir. 

Bagaimana dengan pemasarannya di negara kita? Berbagai iklan dan 


informasi yang tidak jarang datang dari dokter spesialis anak 
sendiri seolah-olah mengklaim perannya signifikan dalam meningkatkan 
kecerdasan bayi.Di AS, Food and Drug Administration (FDA) atau 
serupa Badan POM-nya Indonesia, memberikan ijin kepada dua 
perusahaan: Abbott Laboratories dan Mead Johnson Nutritionals untuk 
mengedarkan susu formula dengan suplementasi AA/DHA kepada khalayak 
sejak awal 2002. Harganya 15-20% persen lebih mahal dibandingkan 
dengan susu formula tanpa suplementasi, dan ini pun memberikan 
keuntungan kepada dua perusahaan tersebut untuk membiayai 
penelitian mengenai AA/DHA.American Council on Science and Health 
memiliki pandangan "the current data has not consistently shown that 
supplementation of formulas with DHA and AA has a lasting beneficial 
effect on infant development" juga hal lain seperti keamanan 
menambahkan asam lemak dalam susu formula belum teruji. Pada 
akhirnya keputusan berpulang pada tangan si konsumen. Apakah akan 
memberikan susu formula dengan suplementasi AA/DHA atau tidak. Yang 
penting adalah memberikan ASI Eksklusif selagi mampu. Sejak masa 
kehamilan, persiapkan diri sebaik mungkin dengan pengetahuan 
menyusui bayi secara optimal. 

Menjelang persalinan, jika Anda berencana melahirkan di Rumah 


Bersalin atau Rumah Sakit, bukan di rumah, mintalah kamar rawat 
gabung. Anda bisa bersama bayi Anda sejak lahir hingga saatnya 
pulang, tanpa dipisahkan sedikit pun dari sisi sang ibu. Satu hal 
yang sangat sulit dilakukan di kota besar seperti Jakarta. Begitu 
bayi lahir, segera dekatkan ke payudara ibu, untuk 
early latch-on-menyusui dini-dengan teknik yang telah Anda ketahui 
baik. 

Sehingga dipastikan kemampuan Ibu untuk menyusui bayinya penuh 


sangat baik. Maka tidak ada alasan lagi: "ASI saya tidak keluar", 
dan harus memberikan susu formula pada bayi. 
Dukungan dari keluarga juga sangat penting. Tidak sedikit alasan ibu 
memberikan susu formula pada bayinya yang mendapatkan ASI dengan 
baik adalah: khawatir ASI tidak cukup. Pembahasan ASI sangat 
panjang, tidak dalam bahasan ini.

Kecerdasan bayi tidak hanya monopoli ASI dengan AA/DHA-nya saja. 


Tapi juga stimulasi eksternal, dari lingkungan, melalui rangsangan 
yang diberikan Papa-Mamanya, dengan percakapan verbal, pengenalan 
media visual, dan perhatian penuh orangtua terhadap perkembangan 
kecerdasan anak. 
Apalah artinya anak dengan asupan AA/DHA baik, tapi tidak pernah 
dirangsang kemampuan verbal dan visual oleh orangtuanya. Bisa jadi 
akan lebih buruk dibandingkan dengan anak yang tidak pernah 
mendapatkan ASI atau susu formula, tetapi ibunya mampu memberikan 
perhatian penuh terhadap stimulasi kecerdasan buah hatinya.
Sumber : http://arifianto. blogspot. com

Pengaruh Negatif Susu AA dan DHA 


Tingkat konsumsi Docosahexanoic Acid (DHA) yang berlebihan akan 
membahayakan metabolisme tubuh. Sebab tubuh terpaksa dibebani 
pekerjaan yang lebih berat untuk mengeluarkan asam lemak esensial 
tersebut. 
Spesialis penyakit anak Dr. Utami Roesli MBA, mengutip hasil 
penelitian yang dilaksanakan di Australia, Amerika Serikat maupun 
Eropa, bahwa di tiga kawasan negara maju ini, belum dihasilkan 
efektifitas dari penambahan DHA dalam produk susu maupun makanan 
bayi dan anak anak termasuk untuk ibu hamil. "Jadi belum ada anjuran 
untuk menambahkan unsur asam linoleat 
dan asam linolenat itu ke dalam susu", ujarnya kepada Media, kemarin 
di Jakarta. 

Lebih jauh ditegaskan, seperti juga lemak susu sapi, maka asupan DHA 
tersebut bukan merupakan ikatan rantai panjang, sehingga masih sulit 
diserap oleh pencernaan bayi. Terlebih lagi, katanya, karena susu 
yang akan dikonsumsi ini harus dibuat dengan menggunakan air panas 
hingga mengalami proses pemanasan. Akibatnya, aktifitas enzim 
desaturase dan elongase yang memfasilitasi pembentukan DHA dalam 
tubuh secara otomatis hancur. Karena itu, Utami, sebagai pakar air 
susu ibu (ASI) mengingatkan kepada masyarakat, khususnya kaum ibu, 
supaya jangan terpengaruh terhadap iklan susu dan makanan pendamping 
ASI yang mengandung DHA dengan iming-iming mampu meningkatkan 
kecerdasan bayi. "Asam lemak esensial tersebut justru cukup 
terkandung dalam ASI, bahkan unsur DHA nya tergolong ikatan rantai 
panjang yang sangat mudah diserap pencernaan bayi", 
ujarnya. Karena itu dia menganjurkan agar bayi diberikan ASI sejak 
lahir sampai umur 4 bulan, karena asam lemak ASI juga terdiri dari 
asam arakidonat. "Berarti, kandungannya melebihi unsur asam linoleat 
dan asam linolenat". Setelah empat bulan, katanya, bayi dapat di 
berikan tempe yang mengandung pula asam linoleat maupun asam 
linolenat karena lemaknya termasuk ikatan rantai panjang. 

Utami menjelaskan, setelah mencapai umur enam bulan, bayi juga dapat 
diberikan ikan laut, yang secara alami mengandung pula kedua asam 
lemak itu tanpa harus mengonsumsi susu formula.
Menyesatkan Ketua Lembaga Peningkatan Penggunaan ASI Rumah Sakit 
Saint Carolus ini mengakui, semboyan "Empat Sehat Lima Sempurna" 
yang berlaku sejak dulu dinilai telah menyesatkan masyarakat. "Orang 
beranggapan konsumsi makanan sehari hari belum sempurna jika tidak 
minum susu. Susu bukan berarti tidak penting, namun bukan segala 
galanya", tegasnya lagi. Dia bahkan melihat iklan susu maupun 
makanan bayi dan anak anak yang diimplementasi dengan DHA cenderung 
menyesatkan masyarakat, karena produsen memanfaatkan 
kebodohan konsumen yang tak memahami manfaat sesungguhnya dari unsur 
tambahan tersebut. 

Sementara, kalangan spesialis gizi di Indonesia umumnya menyatakan 


masih awam terhadap kandungan DHA dalam susu. Karena sampai sejauh 
ini, belum pernah dilakukan penelitian tentang manfaatnya. 
Dokter Soebagyo Sumodihardjo MSc, pakar gizi dari bagian Ilmu Gizi 
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengungkapkan pihaknya 
baru mengetahui hal itu dari media massa. Ketika ditemui Media usai 
pembukaan lokakarya "Pemerataan serta Peningkatan Pemanfaatan 
Lulusan Pendidikan Tenaga Kesehatan di Sektor Non Departemen 
Kesehatan dan Kesejahteraaan Sosial" kemarin di Jakarta, dia belum 
bersedia dimintai komentarnya. 

"Saya baru mengkliping dan belum membaca literatur", ujarnya. Dia 


berjanji memberitahukan hal tersebut seminggu kemudian setelah 
segala informasi dikumpulkan dari berbagai sumber. 
Spesialis Anak Dr. Sri S. Nasar sebelumnya menginformasikan bahwa 
overdosis DHA pada manusia, sejauh ini baru terlihat dialami orang 
Eskimo yang banyak mengkonsumsi ikan laut. Dikatakan bahwa gejalanya 
berupa perdarahan, mirip flek flek berwarna kebiruan di kulit. "Efek 
yang lain baru ditemukan pada monyet maupun tikus, tapi gejalanya 
berbeda".
[sumber: Harian MEDIA INDONESIA, Jum'at 22 September 2000]

Waspadai Promosi Susu Formula 

Dewasa ini makin banyak pilihan produk dan merek susu formula untuk 
bayi berusia di bawah enam bulan. Meski begitu, sebaiknya orangtua 
yang memiliki bayi pada usia tersebut harus ekstra hati-hati saat 
hendak memutuskan memilih susu formula. 

Sudah sangat sering diulas oleh dokter anak maupun ahli gizi anak 
bahwa satu-satunya makanan terbaik untuk bayi berusia 0 hingga 6 
bulan adalah air susu ibu (ASI). Bahkan para ahli sangat menyarankan 
agar para ibu memberikan ASI eksklusif atau tak memberi asupan 
makanan apa pun kepada bayi kecuali ASI selama enam bulan pertama 
sejak bayi lahir. 
"Sayangnya, pemberian ASI eksklusif ini belum jadi gaya hidup 
keluarga di berbagai lapisan masyarakat. Padahal, menyusui merupakan 
cara terbaik dan paling ideal dalam pemberian makanan bayi baru 
lahir dan bagian tak terpisahkan dari proses reproduksi," kata Ketua 
Ikatan Dokter Anak Indonesia DKI Jakarta (IDAI Jaya) dr Badriul 
Hegar SpA (K) (Kompas, 1 April 2006). 

Ada berbagai macam alasan yang dikemukakan para ibu untuk tidak 
memberikan ASI eksklusif, misalnya karena sang ibu bekerja sehingga 
tidak sempat menyusui bayi secara teratur. "Saya sengaja memberi 
susu formula sejak awal, karena nanti setelah cuti hamilnya habis 
kan saya enggak bisa memberi ASI secara teratur lagi," ujar Dewi 
(31), pialang saham, yang baru saja melahirkan anak pertamanya 
sebulan lalu. 

Belum terbiasanya masyarakat memberikan ASI eksklusif kepada bayi 


ini menjadi celah pemasaran yang bisa dimanfaatkan produsen susu 
formula. 
Selain itu, para produsen juga memberi iming-iming berbagai vitamin 
dan zat gizi tambahan ke dalam produk mereka, seperti DHA dan AA, 
yang sering diklaim dapat membantu perkembangan otak bayi. 

Ada dalam ASI 

Menurut dr IG Ayu Pratiwi Surjadi SpA,MARS, anggota Satuan Tugas ASI 


IDAI Jaya, DHA (docosahexaenoic acid) dan AA (arachidonic acid/asam 
arakidonat) memang sangat dibutuhkan bayi, khususnya dalam dua 
tahun pertama perkembangannya. "Otak manusia sebenarnya sudah 
terbentuk 90 persen saat lahir. Setelah kelahiran kemudian terjadi 
mielinisasi dan sinaptogenesis dalam otak," papar dokter yang akrab 
dipanggil Tiwi ini. 

Proses mielinisasi adalah pembentukan selaput mielin atau selimut 


serabut saraf yang membutuhkan laktosa atau zat gula dari susu. 
Sementara proses sinaptogenesis adalah proses pembentukan susunan 
sistem saraf pusat yang membutuhkan DHA dan AA. 

"Namun, zat-zat tersebut baru aktif bila ada enzim yang menyertai. 
Laktosa baru aktif dalam proses mielinisasi jika ada enzim laktase 
yang menyertai, sementara DHA/AA baru aktif dalam sinaptogenesis 
saat ada enzim lipase karena DHA/AA pada dasarnya adalah asam 
lemak," ungkap Tiwi. 

Tiwi menambahkan, baik laktosa maupun DHA/AA hanya hadir lengkap 


dengan enzim-enzimnya dalam ASI. "Susu formula jenis apa pun, 
semahal apa pun, meski dibuat semirip mungkin dengan ASI, tetap saja 
tak ada enzimnya. 
Jadi, satu-satunya nutrisi terbaik untuk bayi memang hanya ASI," 
katanya. 

Tiwi menambahkan, akibat gencarnya promosi susu formula, banyak 


anggota masyarakat yang mengira DHA/AA tak terkandung dalam 
ASI. "Jadi, tolong tekankan DHA/AA yang terbaik itu justru ada di 
dalam ASI. Komponen apa pun yang dipromosikan ada di dalam susu 
formula, semuanya sudah ada di ASI," kata Tiwi. 

Mitos dan promosi 

Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Husna Zahir juga 


mengatakan, pihaknya sama sekali tidak merekomendasikan pemberian 
susu formula kepada bayi. 

"Susu formula hanya diberikan dalam kondisi-kondisi tertentu yang 


sangat darurat. Di luar itu, pemakaian susu formula hanya pemborosan 
belaka," tandasnya. 

Husna juga mengungkapkan adanya mitos bahwa bayi sehat adalah bayi 
yang gemuk. Sementara bayi yang diberi ASI eksklusif memang 
cenderung tidak menjadi gemuk. "Mereka kemudian menambahkan susu 
formula agar bayinya gemuk. Padahal, bayi sehat tidak harus gemuk. 
Itu cuma mitos," ujar Husna. 

Husna mengingatkan, kondisi bayi baru lahir masih sangat rentan 


sehingga harus ekstra hati-hati saat memberi zat makanan dari luar. 

"Klaim-klaim dari produsen bahwa susu formulanya dapat memberi 


berbagai dampak positif bagi bayi perlu dipertanyakan lebih lanjut. 
Misalnya, informasi dosis atau jumlah yang tepat supaya dampak 
tersebut akan terjadi. Selama ini banyak orang merasa aman apabila 
sudah mengonsumsi susu tersebut karena termakan promosi," tambah 
Husna. 
Di atas semuanya, ia juga menyarankan agar masyarakat waspada 
terhadap penawaran-penawaran susu formula di tempat-tempat pelayanan 
kesehatan. "Sekarang ini banyak rumah bersalin yang menawarkan susu 
formula kepada orangtua bayi yang baru lahir. Itu sebenarnya 
melanggar kode etik," katanya. 

Kode etik yang dimaksud Husna adalah Kode Internasional Pemasaran 


Produk Pengganti ASI (International Code of Marketing of Breast-milk 
Substitutes) yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 
1981 lalu. 

"Pemasaran produk susu formula untuk bayi berusia di bawah enam 


bulan seharusnya diatur secara tegas. Kalau perlu ada pelarangan 
promosi 
susu formula di tempat-tempat pelayanan medis resmi," ujarnya tegas. 
Sumber: Kompas

Arsip milis sehat

Di dunia ini, apalagi di dunia media informasi - termasuk milis - 


tidak ada yang benar-benar bebas nilai. Semua memiliki tujuan, 
memiliki target,termasuk memiliki "iklan". Begitu juga, tidak semua 
hal bisa kita pandang sebagai hitam-putih. Artinya, iklan itu baik 
atau buruk, itu dipengaruhi juga oleh cara pandang kita.

Ad Epx Med Biol jurnal tahun 2001 menuyusun review, bahwa memang 
bayi dengan ASI menunjukkan perkembangan syaraf lebih baik daripada 
bayi dengan susu formula. Satu parameter yang utama adakah adanya 
Long-chain PUFA pada ASI yang tidak didapatkan pada susu formula, 
sehingga zat ini yang dianggap berpengaruh signifikan. Ini didukung 
pula oleh Jurnal Family Health Care tahun 2002.

Jurnal Lipids 2001 melaporkan, penambahan DHA dan AA pada susu 


formula standar meningkatkan proporsi antigen yang mature (matang), 
memperbaiki produksi IL-10 dan mengurnagi produksi IL-2 (semua ini 
bersifat memperkuat sistem imun) sampai pada tingkatan yang tidak 
berbeda signifikan dengan yang dicapai pada bayi-bayi dengan ASI.

Jurnal Ann N Y Acad Sci June 2002 melaorkan, pemberian supplementasi 


DHA dan AA berpengaruh positif terhadap kemampuan penglihatan 
sampai usia 1 tahun segra fungsi-fungsi kognifif syaraf. Penelitian 
ini pada bayi prematur ataupun yg matur. Ini didukung Eur J Clin 
Nutr 2003 yang melaporkan khususnya pada bayi prematur.

Memang, kita sulit mendapatkan hasil penelitian di bidang ini yang 


bersifat randomized double-blind placebo-controll karena hambatan 
etik. Tidak mungkin kita meminta subyek penelitian untuk menentukan 
jenis susu apa yg diminum, ataupun memberikan placebo secara random. 
Begitu juga, penelitian hanya bisa terbatas pada jangka pendek, 
perlu waktu lama untuk menentukan apakah riwayat minum ASI dan susu 
formula membedakan tingkat IQ (apalagi EQ dan SQ) setelah 30 tahun 
kemudian misalnya.

Yang jelas, hasil-hasil penelitian tersebut mendorong usaha untuk 


membuat susu formula yang makin mendekati struktur dan fungsi ASI. 
Caranya dengan ditambahkan beberapa komponen : long-chain 
polyunsaturated fatty acids (LCPUFA) untuk komposisi otak dan 
perkembangan syaraf (seperti disoroti dalam artikel dimaksud), pro- 
dan prebiotik untuk flora normal dan pertahanan lokal di saluran 
pencernaan, serta nukleotida untuk memacu respon imun. Dilakukan 
juga perubahan kuantitas dan kualitas protein untuk
mendekati pola keseimbangan asam amino darah sehingga cocok untuk
perkembangan otak dan fungsi neurotransmitter tahap dini, mencegah 
asupan protein berlebih yang bisa menimbulkan obesitas, serta 
menggunakan protein terhidrolisa untuk mencegah gangguan atopik 
(Minerva Pediatric Jurnal 
Juni 2003).

Yang ingin saya tekankan, para pembicara itu tidak salah, mereka 
bicara berdasarkan data, berdasarkan penelitian. Kita tidak 
selayaknya tergesa-gesa menilai mereka sebagai "disusupi" iklan.

Membaca artikel tersebut, kita seperti melihat sebuah gelas berisi 


air setengahnya. Kita bisa katakan "setengah kosong" bisa 
juga "setengah isi" tergantung darimana kita memandangnya. Tidak 
selayaknya kita tergesa-gesa melakukan judgement. Sebagai SP kita 
harus mampu berpikir komprehensif, bukan hitam-putih. 

Penambahan suplemen dalam susu formula tersebut ditujukan pada bayi 


dari Ibu yang oleh karena suatu hal tidak mampu memberikan ASI 
ekslusif sampai 6 bulan. Susu formula tidak pernah ditargetkan untuk 
mampu menyamai ASI,targetnya hanya sebisa mungkin mendekatinya.

Artinya, kita harus memahami artikel tersebut dengan lengkap. Semua


penelitian yang saya kutip diatas selalu diakhiri dengan penekanan 
bahwa :

1. ASI tidak ada tandingannya. ASI adalah pilihan satu-satunya untuk 


masa menyusui ekslusif. Hal ini tidak ada penelitian yang 
menentangnya.

2. Pemberian susu formula dengan suplementasi DHA dan AA adalah 


sebagai substitusi BILA memang Ibu tidak dapat memberikan ASInya 
oleh suatu hal (*).
Usaha maksimal harus dilakukan agar Ibu dapat memberikan ASI-nya.

3. Suplementasi terhadap susu formula tidak pernah dimaksudkan untuk 


bisa menyamai ASI, hanya berusaha menirunya bila memang terpaksa 
harus diberikan sebagai pengganti ASI.

4. Supplementasi terhadap susu formula tidak pernah bisa memenuhi


keuntungan-keuntung an lain dalam pemberian ASI (terutama keuntungan
non-fisik/hubungan psikologis) yang juga berperan besar terhadap
perkembangan anak (**).

Tanda (*) dan (**) ini saya berikan untuk menunjukkan, bidang inilah 
yang menjadi salah satu "iklan" penting dari milis ini (semoga saya 
tidak salah menangkap nuansa ini). Tidak dapat memberikan ASI 
sebabnya bisa banyak tetapi yang paling sulit diatasi adalah : 
kesadaran Ibu sendiri. Untuk itulah giat dilakukan kampanye untuk 
menyadarkan para Ibu agar bisa memenuhi ASI ekslusif, agar tidak 
patah semangat, agar tidak khawatir anaknya kurang gizi, agar Ibu 
ASI ekslusif diterima oleh lingkungan keluarga dan 
lingkungan kerjanya, agar suami dan keluarga mendukung, terutama 
agar yakin bahwa SEMUA ibu pasti mampu melakukan ASI ekslusif .... 
Semua itu bertujuan baik.

Apakah lantas kita mau kalau ada yang menganggap kita 


telah "menutupi fakta" bahwa memang ada saja Ibu yang benar-benar 
tidak atau sangat sedikit memproduksi ASI atau oleh karena suatu hal 
tidak dapat memberikannya (for whatever the reason is) ? Bukankah 
memberi susu formula juga tidak berarti "ibu itu tidak cinta pada 
anaknya" ? Mau kalau kita dianggap "disusupi" iklan sehingga 
menutupi fakta itu ?

Tentu saja tidak demikian. Kita kampanyekan ASI ekslusif dengan 


kencang, karena itulah "iklan" kita. Iklan itu baik karena didasari 
kepentingan sebagian terbesar masyarakat, mewakili manfaat yang jauh 
lebih besar daripada kerugiannya. Bahwa ada satu dua yang tidak 
sesuai, satu dua yang "meleset", itulah kenyataan, tidak ada yang 
sempurna.

Hal ini juga saya tekankan untuk menunjukkan tidak selamanya "iklan" 
itu buruk. Kita yang harus mampu memilah dan memilih agar mengerti 
dan menangkap yang positif dari iklan itu. Menjadi pembicara di 
suatu forum oleh dukungan suatu sponsor, tidak serta merta 
menjadikan pembicara itu harus dianggap "disusupi" iklan. Dalam 
forum seperti itulah, seorang "ilmuwan" diuji 
TIDAK sekedar keilmuannya tetapi rasa kemanusiaannya agar mampu 
memetakan pengatahuannya pada tempat yang pas untuk kepentingan 
sebagian terbesar masyarakat. 

Bagaimana dengan klaim bahwa "tidak selamanya makanan bisa memenuhi


kebutuhan DHA" ? Memang benar ! Benar kalau kita tidak tahu apa 
piramida makanan, tidak tahu caranya membuat balita kita mendapatkan 
makanan sehat, tidak tahu bagaimana memaknai ungkapan "empat sehat 
lima sempurna", tidak tahu bahwa "susu adalah pelengkap, tetapi 
bukan segalanya". Itu pula "iklan" lain yang tidak kalah penting 
dari milis ini. Bahwa ada saja satu dua anak dengan gangguan saluran 
cerna, sehingga memerlukan treatment diet khusus, sekali lagi, 
itulah kenyataan, tidak ada yang sempurna.

Bagaimana dengan informasi "DHA dan AA malah bisa merugikan". Di 


dunia ini, semuanya sebenarnya berguna, asal dalam takaran yang pas. 
Masalah utama yang dihadapi dalam menyusun susu formula yang 
mendekati komposisi ASI adalah menentukan konsentrasi ini.

Kadar DHA dan AA dalam ASI sangat dipengaruhi oleh asupan diet dan 
kondisi metabolisme tubuh Ibunya. Artinya apa ? Kadar itu berubah-
ubah setiap waktu. Berarti yang diterima anak juga berubah-ubah. 
Apalagi antara Ibu satu dengan Ibu yg lain, berarti bayi satu tidak 
sama dengan bayi lain. Tentu masih ingat kan penjelasan Ahli Laktasi 
betapa "ASI itu bisa berubah-ubah setiap jam-nya" ? 

Hal ini menyulitkan menyusun patokan seberapa kadar suplementasi DHA 


dan AA ke dalam susu formula. Patokan yang dipakai sekarang 
didasarkan pada penelitian sekian ribu sampel Ibu-ibu menyusui yang 
sehat badannya. 
Namun betapapun, tetap saja variasi akan ada, padahal tidak mungkin 
membuat susu formula dengan sekian banyak variasi kadar suplementasi 
DHA dan AA.

Bagaimana soal informasi "DHA dan AA buatan itu malah bikin anak 
hiperaktif"? Saya tidak memiliki data pasti karena kalau informasi 
yang saya dapat tidak menunjukkan hubungan.

Jurnal of Pediatry Agustus 2001, kemudian Lipids jurnal Oktober 2003 


serta Eur Jurnal of Clinical Nutrition Maret 2004, tidak mendapatkan 
hasil signifikan dari suplementasi DHA terhadap anak-anak dengan
attention-deficit/ hyperactivity disorder. Artinya, tidak ada 
perbaikan nyata dibandingkan anak-anak yang tidak mendapatkan 
suplementasi.

Justru catatan yang beberapa kali dilontarkan adalah hubungannya 


dengan risiko perdarahan. Dalam tubuh manusia, asam lemak tak jenuh -

termasuk DHA dan AA - bersifat bi-fasic, bisa bersifat anti bisa 


juga bersifat pro-oxidant. Ada uraian biokimiawi cukup rumit dalam 
hal ini, tetapi intinya berpengaruh terhadap keseimbangan trombosit 
darah. Tubuh memiliki mekanisme keseimbangan agar darah tidak mudah 
membeku di dalam tubuh tapi di sisi lain segera berhenti bila 
terjadi perdarahan. Trombosit adalah salah satu 
yang berperan di dalamnya, dan ini menjadi perhatian penting dalam 
menetapkan kadar suplementasi DHA dan AA.

Wah sudah panjang sekali ya ?

Saya ingin sekali menekankan, jangan kita tergesa-gesa menganggap 


pihak lain sebagai salah, disusupi iklan, bias dan sejenisnya. Kita 
yang harus lebih mampu memilih dan memilah informasi. Dengan cara 
ini, kita tidak mudah goyah, tidak mudah resah, sekaligus lebih 
mudah menjalin komunikasi personal yang sehat. Ketergesa-gesaan 
untuk menilai, hanya akan menghambat kita
menyebarkan "iklan" positif yang ingin kita bagikan.
https://groups.yahoo.com/neo/groups/asiforbaby/conversations/topics/21059

Masa usia dalam kandungan enam bulan hingga usia dua tahun, merupakan jangka
waktu yang penting dalam tumbuh kembang otak si kecil. Selain faktor genetik dan
lingkungan, kecerdasan otak anak dibentuk dari nutrisi yang diasupnya. Sang buah
hati membutuhkan zat-zat penting seperti vitamin B1, B6, asam folat, yodium, zat
besi, seng, AA dan DHA untuk mendukung pembentukan otaknya.

Dari beberapa zat nutrisi penting tersebut, DHA sendiri merupakan zat kaya
manfaat yang berfungsi menjaga selaput otak agar berfungsi sempurna dalam
mengantarkan informasi dari satu sel otak ke sel otak lainnya, selain itu juga
berfungsi untuk memaksimalkan daya serap dan daya ingat otak terhadap suatu
informasi serta rangsangan.

DHA merupakan makanan penting untuk meningkatkan kecerdasan otak si kecil di


periode emas pertumbuhannya. Banyak panganan baik mengandung DHA yang
baik untuk dikonsumsi. Namun begitu, mengonsumsi minyak ikan kod terbukti
paling fungsional. Selain mengandung Omega 3 yang amat baik untuk
pertumbuhan otak dan jantung, juga mengandung vitamin D yang baik untuk
perkembangan tulang dan gigi.

Semua kebaikan minyak ikan kod dapat kita temui di SevenSeas, yaitu suplemen
minyak hati ikan kod yang mengandung tinggi DHA dan diperkaya multivitamin
(A, D, E, C, B6). SevenSeas memiliki keunggulannya sebagai multivitamin yang
berperan aktif dalam pembentukan otak anak. Dengan rasa jeruk asli yang nikmat,
anak akan menyukai upaya orangtua untuk memberikan nutrisi terbaik bagi
pertumbuhan dan kecerdasan anak.

Catatan:

DHA terkandung dalam ASI, sehingga mudah diserap oleh bayi.Untuk anak yang
masih mengonsumsi ASI, maka sang ibulah yang disarankan untuk mengonsumsi
makanan mengandung DHA tinggi.

http://mommiesdaily.com/2011/07/29/dha-%E2%80%93-makanan-penting-untuk-otak-si-
kecil/

Tahu Sebagai Sumber DHA


Tahu adalah makanan yang biasa ada di menu kita
sehari-hari. Ada berbagai macam cara mengolah
tahu, dan rasanya yang enak membuat tahu disukai
oleh seluruh keluarga. Tahukah Anda bahwa tahu
juga mengandung berbagai macam nutrisi yang
berguna untuk perkembangan dan pertumbuhan otak
dan tubuh balita? Tahu merupakan salah satu
sumber alami DHA, yang dibutuhkan si kecil untuk
perkembangan otaknya. Selain itu, tahu juga
mengandung protein yang tinggi, dan juga kalsium
dan zat besi yang penting bagi kesehatannya.

Kacang Kedelai Yang Mencerdaskan


Kacang kedelai adalah bagian dari kehidupan kita
sehari-hari di Indonesia. Hampir setiap hari kita
makan tahu atau tempe. Buah hati kita pun biasa
mendapatkan kacang kedelai dalam bentuk tahu,
tempe atau kacang edamame di dalam menu
makanan mereka setiap hari. Kacang kedelai bukan
saja hanya bagian dari makanan kita, tetapi kacang
kedelai juga mempunyai kandungan nutrisi yang bisa
membantu perkembangan otak si Kecil. Kacang
kedelai kaya akan asam lemak Omega-3 dan
Omega-6 seperti DHA, AA dan SA. Kacang kedelai
juga mengandung Sphingomyelin yang bisa
membantu kecerdasan otak si kecil. Selain itu,
kacang kedelai mengandung berbagai vitamin dan
mineral seperti Vitamin A, B6, B12, Vitamin C,
Vitamin K, kalsium, zat besi, zinc dan sebagainya.
http://murtaqicomunity.wordpress.com/2011/03/26/makanan-untuk-nutrisi-otak-si-kecil/

Anda mungkin juga menyukai