AHA atau DHA adalah kepanjangan dari Arachidonic Acid sedangkan DHA adalah
kepanjangan dari Docosahexaenoic Acid, merupakan salah satu kandungan dalam ASI
(Air Susu Ibu) yang mempengaruhi tingkat kecerdasan otak pada bayi, unsur tersebut
merupakan asam lemak tak jenuh ganda rantai panjang yang merupakan komponen
penting untuk membangun jaringan saraf di retina dan otak. Kandunga susu berupa
AHA dan DHA dalam ASI memiliki kemampuan diserap dengan baik oleh darah,
mempengaruhi ketajaman penglihatan, dan
perkembangan otak pada bayi Keunggulan itulah maka kandungan AHA dan DHA
ditambahkan dalam susu formula bayi. AHA dan DHA buatan yang ditambahkan pada
susu formula memiliki kelemahan dibandingkan AHA dan DHA dalam ASI, walaupun
AHA dan DHA dalam susu formula diserap sama baiknya dengan yang ada pada ASI oleh
tubuh, ternyata tidak mempengaruhi peningkatan ketajaman penglihatan dan
perkembangan otak bayi. Anak yang diberikan ASI secara ekslusif selama 6 bulan dan
diteruskan hingga mencapai 1 tahun memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi
dibandingkan anak yang mengkonsumsi susu formula dengan kandungan AHA dan
DHA. (Mew)
http://macam25.blogspot.com/2011/12/mengenal-kandungan-susu-aha-dan-dha.html
Susu formula dengan DHA dan AHA belum tentu berefek maksimal untuk
pertumbuhan otak.
DHA dan ARA merupakan asam lemak yang sangat dibutuhkan bayi untuk
pembentukan otak, jaringan saraf, jaringan penglihatan, dan membantu
pembentukan sistem imun pada bayi. Melalui ASI, bayi akan
mendapatkan DHA dan ARA yang diperlukan sebagai komponen utama lemak
membran sel dan merupakan asam lemak tak jenuh dalam rantai panjang
utama sistem saraf pusat. DHA juga merupakan komponen utama membran
sel fotoreseptor retina.
Namun, selain asupan DHA dan ARA dalam kadar yang tepat, Hardiono
mengingatkan perlunya stimulasi tepat yang diterapkan sejak dini
untuk melatih kecerdasan anak. Menurut Hardiono, kecerdasan anak
sangat dipengaruhi oleh rangsangan yang diterimanya pada tahun-tahun
awal kehidupannya, terutama dua tahun pertama yang sering disebut
dengan the golden years. Stimulasi yang tepat, baik jenis maupun
frekuensinya,akan melatih pancaindra anak dan akan mempengaruhi
kecerdasan.
Mohon maaf kalau tulisan ini jadinya seperti artikel semi ilmiah.
Hanya berusaha menyumbangkan sedikit informasi yang saya punya
sebelum meninggalkan Jakarta menuju lokasi tanpa koneksi internet
sama sekali (listrik dan telepon saja belum tahu ada/tidaknya) .
Maraknya iklan susu formula di mana-mana: TV, majalah, koran
mendorongku menelusuri lebih lanjut, perlukah suplementasi AA/DHA
dalam susu formula.
Ada satu kandungan dalam ASI yang tidak terdapat dalam susu formula
kebanyakan, yaitu AA/DHA. Berbagai penelitian menunjukkan bayi yang
mendapatkan ASI sampai usia satu tahun memiliki perkembangan otak
lebih baik dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan ASI. Kandungan
yang menentukan ini adalah asam arakidonat (arachidonic acid/AA) dan
asam dokosaheksaenoat (docosahexaenoic acid/DHA), suatu asam lemak
tak jenuh ganda rantai panjang (long chain polyunsaturated fatty
acids/PUFA), yang merupakan batu bata utama pembangun jaringan saraf
di retina (saraf mata) dan otak. Mengetahui hal ini, para peneliti
biokimia berlomba-lomba memasukkan AA dan DHA dalam kandungan susu
formula, dan melihat dampaknya apakah menyerupai keuntungan bayi
yang mendapatkan ASI.
1.. Suplementasi AA/DHA dan kadarnya dalam asam lemak plasma (darah)
Setelah dibuktikan aman untuk dikonsumsi tubuh manusia, peneliti
ingin membutikan apakah suplementasi AA/DHA dapat diserap tubuh sama
halnya kandungan dalam ASI, melihat bukti kadar AA/DHA dalam tubuh
bayi yang mendapatkan susu formula tanpa suplementasi AA/DHA lebih
rendah dibandingkan dengan yang mendapatkan ASI.Ternyata terbukti,
suplementasi AA/DHA meningkatkan kadarnya dalam plasma darah,
membran sel darah merah (eritrosit), dan jaringan korteks otak,
dalam jumlah menyerupai yang mendapatkan ASI. ARTINYA: suplementasi
AA/DHA mampu diserap tubuh dengan baik. NAMUN ini sama sekali tidak
menunjukkan dampaknya dalam perkembangan saraf otak dan ketajaman
penglihatan.
Lebih jauh ditegaskan, seperti juga lemak susu sapi, maka asupan DHA
tersebut bukan merupakan ikatan rantai panjang, sehingga masih sulit
diserap oleh pencernaan bayi. Terlebih lagi, katanya, karena susu
yang akan dikonsumsi ini harus dibuat dengan menggunakan air panas
hingga mengalami proses pemanasan. Akibatnya, aktifitas enzim
desaturase dan elongase yang memfasilitasi pembentukan DHA dalam
tubuh secara otomatis hancur. Karena itu, Utami, sebagai pakar air
susu ibu (ASI) mengingatkan kepada masyarakat, khususnya kaum ibu,
supaya jangan terpengaruh terhadap iklan susu dan makanan pendamping
ASI yang mengandung DHA dengan iming-iming mampu meningkatkan
kecerdasan bayi. "Asam lemak esensial tersebut justru cukup
terkandung dalam ASI, bahkan unsur DHA nya tergolong ikatan rantai
panjang yang sangat mudah diserap pencernaan bayi",
ujarnya. Karena itu dia menganjurkan agar bayi diberikan ASI sejak
lahir sampai umur 4 bulan, karena asam lemak ASI juga terdiri dari
asam arakidonat. "Berarti, kandungannya melebihi unsur asam linoleat
dan asam linolenat". Setelah empat bulan, katanya, bayi dapat di
berikan tempe yang mengandung pula asam linoleat maupun asam
linolenat karena lemaknya termasuk ikatan rantai panjang.
Utami menjelaskan, setelah mencapai umur enam bulan, bayi juga dapat
diberikan ikan laut, yang secara alami mengandung pula kedua asam
lemak itu tanpa harus mengonsumsi susu formula.
Menyesatkan Ketua Lembaga Peningkatan Penggunaan ASI Rumah Sakit
Saint Carolus ini mengakui, semboyan "Empat Sehat Lima Sempurna"
yang berlaku sejak dulu dinilai telah menyesatkan masyarakat. "Orang
beranggapan konsumsi makanan sehari hari belum sempurna jika tidak
minum susu. Susu bukan berarti tidak penting, namun bukan segala
galanya", tegasnya lagi. Dia bahkan melihat iklan susu maupun
makanan bayi dan anak anak yang diimplementasi dengan DHA cenderung
menyesatkan masyarakat, karena produsen memanfaatkan
kebodohan konsumen yang tak memahami manfaat sesungguhnya dari unsur
tambahan tersebut.
Dewasa ini makin banyak pilihan produk dan merek susu formula untuk
bayi berusia di bawah enam bulan. Meski begitu, sebaiknya orangtua
yang memiliki bayi pada usia tersebut harus ekstra hati-hati saat
hendak memutuskan memilih susu formula.
Sudah sangat sering diulas oleh dokter anak maupun ahli gizi anak
bahwa satu-satunya makanan terbaik untuk bayi berusia 0 hingga 6
bulan adalah air susu ibu (ASI). Bahkan para ahli sangat menyarankan
agar para ibu memberikan ASI eksklusif atau tak memberi asupan
makanan apa pun kepada bayi kecuali ASI selama enam bulan pertama
sejak bayi lahir.
"Sayangnya, pemberian ASI eksklusif ini belum jadi gaya hidup
keluarga di berbagai lapisan masyarakat. Padahal, menyusui merupakan
cara terbaik dan paling ideal dalam pemberian makanan bayi baru
lahir dan bagian tak terpisahkan dari proses reproduksi," kata Ketua
Ikatan Dokter Anak Indonesia DKI Jakarta (IDAI Jaya) dr Badriul
Hegar SpA (K) (Kompas, 1 April 2006).
Ada berbagai macam alasan yang dikemukakan para ibu untuk tidak
memberikan ASI eksklusif, misalnya karena sang ibu bekerja sehingga
tidak sempat menyusui bayi secara teratur. "Saya sengaja memberi
susu formula sejak awal, karena nanti setelah cuti hamilnya habis
kan saya enggak bisa memberi ASI secara teratur lagi," ujar Dewi
(31), pialang saham, yang baru saja melahirkan anak pertamanya
sebulan lalu.
"Namun, zat-zat tersebut baru aktif bila ada enzim yang menyertai.
Laktosa baru aktif dalam proses mielinisasi jika ada enzim laktase
yang menyertai, sementara DHA/AA baru aktif dalam sinaptogenesis
saat ada enzim lipase karena DHA/AA pada dasarnya adalah asam
lemak," ungkap Tiwi.
Husna juga mengungkapkan adanya mitos bahwa bayi sehat adalah bayi
yang gemuk. Sementara bayi yang diberi ASI eksklusif memang
cenderung tidak menjadi gemuk. "Mereka kemudian menambahkan susu
formula agar bayinya gemuk. Padahal, bayi sehat tidak harus gemuk.
Itu cuma mitos," ujar Husna.
Ad Epx Med Biol jurnal tahun 2001 menuyusun review, bahwa memang
bayi dengan ASI menunjukkan perkembangan syaraf lebih baik daripada
bayi dengan susu formula. Satu parameter yang utama adakah adanya
Long-chain PUFA pada ASI yang tidak didapatkan pada susu formula,
sehingga zat ini yang dianggap berpengaruh signifikan. Ini didukung
pula oleh Jurnal Family Health Care tahun 2002.
Yang ingin saya tekankan, para pembicara itu tidak salah, mereka
bicara berdasarkan data, berdasarkan penelitian. Kita tidak
selayaknya tergesa-gesa menilai mereka sebagai "disusupi" iklan.
Tanda (*) dan (**) ini saya berikan untuk menunjukkan, bidang inilah
yang menjadi salah satu "iklan" penting dari milis ini (semoga saya
tidak salah menangkap nuansa ini). Tidak dapat memberikan ASI
sebabnya bisa banyak tetapi yang paling sulit diatasi adalah :
kesadaran Ibu sendiri. Untuk itulah giat dilakukan kampanye untuk
menyadarkan para Ibu agar bisa memenuhi ASI ekslusif, agar tidak
patah semangat, agar tidak khawatir anaknya kurang gizi, agar Ibu
ASI ekslusif diterima oleh lingkungan keluarga dan
lingkungan kerjanya, agar suami dan keluarga mendukung, terutama
agar yakin bahwa SEMUA ibu pasti mampu melakukan ASI ekslusif ....
Semua itu bertujuan baik.
Hal ini juga saya tekankan untuk menunjukkan tidak selamanya "iklan"
itu buruk. Kita yang harus mampu memilah dan memilih agar mengerti
dan menangkap yang positif dari iklan itu. Menjadi pembicara di
suatu forum oleh dukungan suatu sponsor, tidak serta merta
menjadikan pembicara itu harus dianggap "disusupi" iklan. Dalam
forum seperti itulah, seorang "ilmuwan" diuji
TIDAK sekedar keilmuannya tetapi rasa kemanusiaannya agar mampu
memetakan pengatahuannya pada tempat yang pas untuk kepentingan
sebagian terbesar masyarakat.
Kadar DHA dan AA dalam ASI sangat dipengaruhi oleh asupan diet dan
kondisi metabolisme tubuh Ibunya. Artinya apa ? Kadar itu berubah-
ubah setiap waktu. Berarti yang diterima anak juga berubah-ubah.
Apalagi antara Ibu satu dengan Ibu yg lain, berarti bayi satu tidak
sama dengan bayi lain. Tentu masih ingat kan penjelasan Ahli Laktasi
betapa "ASI itu bisa berubah-ubah setiap jam-nya" ?
Bagaimana soal informasi "DHA dan AA buatan itu malah bikin anak
hiperaktif"? Saya tidak memiliki data pasti karena kalau informasi
yang saya dapat tidak menunjukkan hubungan.
Masa usia dalam kandungan enam bulan hingga usia dua tahun, merupakan jangka
waktu yang penting dalam tumbuh kembang otak si kecil. Selain faktor genetik dan
lingkungan, kecerdasan otak anak dibentuk dari nutrisi yang diasupnya. Sang buah
hati membutuhkan zat-zat penting seperti vitamin B1, B6, asam folat, yodium, zat
besi, seng, AA dan DHA untuk mendukung pembentukan otaknya.
Dari beberapa zat nutrisi penting tersebut, DHA sendiri merupakan zat kaya
manfaat yang berfungsi menjaga selaput otak agar berfungsi sempurna dalam
mengantarkan informasi dari satu sel otak ke sel otak lainnya, selain itu juga
berfungsi untuk memaksimalkan daya serap dan daya ingat otak terhadap suatu
informasi serta rangsangan.
Semua kebaikan minyak ikan kod dapat kita temui di SevenSeas, yaitu suplemen
minyak hati ikan kod yang mengandung tinggi DHA dan diperkaya multivitamin
(A, D, E, C, B6). SevenSeas memiliki keunggulannya sebagai multivitamin yang
berperan aktif dalam pembentukan otak anak. Dengan rasa jeruk asli yang nikmat,
anak akan menyukai upaya orangtua untuk memberikan nutrisi terbaik bagi
pertumbuhan dan kecerdasan anak.
Catatan:
DHA terkandung dalam ASI, sehingga mudah diserap oleh bayi.Untuk anak yang
masih mengonsumsi ASI, maka sang ibulah yang disarankan untuk mengonsumsi
makanan mengandung DHA tinggi.
http://mommiesdaily.com/2011/07/29/dha-%E2%80%93-makanan-penting-untuk-otak-si-
kecil/