Anda di halaman 1dari 8

Benefit Cost Ratio

Nama Penyusun :

Aprilia Wira Yudianti 1920112068


Benefit Cost Ratio (Benefit Cost Ratio) adalah ukuran perbandingan antara
pendapatan dengan Total Biaya produksi (Cost = C). B berarti Benefit, sedangkan C
berarti cost. Perhitungan b/c ratio ini dihitung dari tingkat suku bunga. Dalam batasan
besaran nilai B/C digunakan sebagai alat untuk mengetahui apakah suatu usaha
menguntungkan atau tidak menguntungkan.

Rumus untuk menghitung b/c ratio adalah :

B/C ratio = Jumlah Pendapatan (B) : Total Biaya Produksi (TC)

Sedangkan pengambilan keputusan terhadap kelayakan dapat dilihat dari nilai BCR
yang ditentukan sebagai berikut :

 Jika BCR ≥ 1, maka dikatakan bahwa benefit dari proyek tersebut lebih besar
daripada pengorbanan yang dikeluarkan. Sehingga proyek tersebut dapat
diterima atau layak (feasible).
 Sebaliknya jika BCR <1 maka dikatakan bahwa benefit dari proyek tersebut
lebih kecil daripada pengorbanannya atau proyek tersebut tidak layak (not
feasible).

Contoh Kasus :

PT. Maju Terus membeli suatu mesin seharga Rp.20.000.000 akan memampukan
perusahaan untuk berhemat sebesar Rp.6.000.000 per tahun. Mesin tersebut
diperkirakan memiliki usia pakai 5 tahun dan memiliki sisa akhir usia pakai sebesar
Rp.4.000.000. Jika pemilik perusahaan menghendaki tingkat pengembalian minimal
15% per tahun, apakah pembelian tersebut layak dilakukan?

Penyelesaian:

B/C = (6000000 + 4000000(A/F,15%,5)) / (20000000(A/P,15%,5)


B/C = (6000000 + 4000000(0,14832)) / ((20000000(0,29832))

B/C = 1,11

Oleh karena nilai B/C ≥ 1, pembelian peralatan baru tersebut dianggap


menguntungkan.

Benefit Cost Ratio dengan Inkremental

Untuk melakukan analisis benefit cost ratio terhadap lebih dari satu alternatif, harus
dilakukan cara inkremental seperti pada analisis rate of return. Kriteria pengambilan
keputusan berdasarkan nilai B/C yang diperoleh. Jika dua alternatif yang
dibandingkan diperoleh nilai B/C ≥ 1, maka alternatif dengan biaya yang lebih
besarlah yang dipilih. Namun jika dari dua alternatif yang dibandungkan diperoleh
B/C < 1, maka alternatif dengan biaya yang lebih kecil yang dipilih.

Contoh:

Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan


pendapatan tahunannya. Dua alternatif mesin dengan usia pakai masing-masing 8
tahun ditawarkan kepada perusahaan.

Mesin Harga Beli (Rp.) Keuntungan Per Nilai Sisa di Akhir


Tahun (Rp) Usia Pakai (Rp.)
X 2.500.000 750.000 1.000.000

Y 3.500.000 900.000 1.500.000

Dengan MARR 15% per tahun, tentukan mesin yang harus dibeli.
Penyelesaian:

Urutan alternatif: DN, X, Y

Membandingkan DN dengan mesin X

Tahun DN (1) Mesin X (2) Inkremental (3) = (2) – (1)

0 0 -2.500.000 -2.500.000
1 sd 7 0 750.000 750.000
8 0 1.750.000 1.750.000

B/C = (750000(P/A,15%,8) + 1000000(P/F,15%,8))/2500000

B/C = (750000(4,48732) + 1000000(0,32690))/2500000

B/C = 1,48

Oleh karena nilai B/C ≥ 1, pembelian mesin X layak dilakukan.

Membandingkan mesin X dengan mesin Y

Tahun Mesin X (1) Mesin Y (2) Inkremental (3) = (2) – (1)


0 -2.500.000 -3.500.000 -1.000.000
1 sd 7 750.000 900.000 150.000
8 1.750.000 2.400.000 650.000
B/C = (150000(P/A,15%,8) + 500000(P/F,15%,8))/1000000

B/C = (150000(4,48732) + 500000(0,32690))/1000000

B/C = 0,84

Oleh karena nilai B/C < 1, pilih mesin X.

Benefit Cost Ratio


Nama Penyusun :

Ananda Rizky Romadhon 1920112074

Benefit Cost Ratio merupakan salah satu metode kelayakan investasi. Pada
dasarnya perhitungan metode kelayakan investasi ini lebih menekankan kepada
benefit (manfaat) dan perngorbanan (biaya/ cost) suatu invetasi, bisa berupa usaha,
atau proyek. Pada umumnya jenis invetasi yang sering digunakan adalah proyek-
proyek pemerintah dimana benefitnya jenis benefit langsung, manfaatnya akan terasa
langsung pada masyarakat banyak.

Sebagai contoh dari proyek pemerintah adalah proyek pembangunan jalan tol
Pasupati. Nilai benefit atau manfaat yang bisa didapatkan dari proyek tersebut
misalnya efisiensi waktu tempuh antara Jakarta-Bandung, kenyamanan berkendara
karena jalan yang dipakai dibuat senyaman mungkin dan peningkatan produktivitas
lahan tersebut. Namun tidak hanya mendatangkan manfaat saja, investasi juga
mendatangkan pengorbanan yang digolongkan kedalam cost. Jadi suatu invetasi atau
proyek tidak bisa terlepas dari benerfit dan cost.

Benefit cost ratio analysis secara matematis merupakan perbandingan nilai


ekuivalen semua benefit terhadap nilai ekuivalen semua biaya. Perhitungan
ekuivalensi bisa menggunakan salah satu dari beberapa analisis.

Untuk kriteria pengambilan keputusan untuk alternatif tunggal adalah dengan


cara melihat nilai dari B/C apakah besar dari sama dengan satu atau kecil dari satu.

-Jika B/C ≥ 1 , maka alternatif investasi atau proyek layak (feasible), diterima

-Jika B/C < 1 , maka alternatif investasi atau proyek tidak layak (not feasible)

Contoh alternatif tunggal :

Sebuah perusahaan sedang mempertimbangkan untuk membeli peralatan baru


seharga Rp.35.000.000. Dengan peralatan baru itu bisa dilakukan penghematan
sebesar Rp.500.000 per tahun selama 5 tahun. Pada akhir tahun ke 5 peralatan itu
memiliki nilai jual sebesar 40.000.000. apabila tingkat pengembalian 9% per tahun.
Apakah pembelian peralatan baru tersebut menguntungkan?

Penyelesaian :

Dengan menggunakan pendekatan present worth maka semua biaya dan benefit
ditarik ke present
B/C = (500.000 (P/A,9%,5)+40.000.000 (P/F,9 %,5))/35.000.000

B/C = (500.000 (3,88966)+40.000.000 (0,64993))/35.000.000

B/C = 0,79

karena kurang dari 1 maka investasi pembelian peralatan baru tidak layak atau tidak
menguntungkan.

Alternatif Majemuk

Analisis Benefit Cost Ratio banyak merupakan alternatif yang jumlahnya


lebih dari satu. Untuk menghitung analisis alternatif banyak maka harus dilakukan
secara inkremental seperti pada rate of return. Kriteria pengembalian keputusan
berdasarkan nilai B/C yang diperoleh. Jika dari 2 alternatif yang dibandingkan
diperoleh nilai B/C ≥1 , maka alternatif dengan biaya yang lebih besarlah yang
dipilih. Namun jika dari dua alternatif yang dibandingkan diperoleh nilai B/C<1,
maka alternatif dengan biaya yang lebih kecil yang dipilih

Contoh :

Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan


pendapatannya. Dual alternatif mesin dengan usia pakai masing-masing sama yaitu
10 tahun ditawarkan kepada perusahaan :

Mesin Harga Beli Keuntungan Per Nilai Sisa di akhir


Tahun usia pakai (Rp)
X 3.000.000 700.000 1.000.000
Y 3.500.000 800.000 1.500.000
Dengan MARR 15% per tahun, tentukan mesin yang harus dibeli

Penyelesaian :

urutan alternatif : Do Nothing (DN), Mesin X, Mesin Y

membandingkan DN dengan mesin X


Tahun DN (1) Mesin X (2) Imkremental (3) =
(2) – (1)
0 0 -3.000.000 -3.000.000
1-9 0 700.000 700.000
10 0 1.700.000 1.700.000
B/C= (700.000 (P/A,15%,10)+1.000.000 (P/F,15%,10))/3.000.000

B/C= (700.000 (5,01877)+1.000.000 (0,24718))/3.000.000

B/C= 1,25 , Nilai B/C ≥ 1, pembelian X layak dilakukan

Membandingkan mesin X dan mesin Y :

Tahun Mesin X (1) Mesin Y (2) Inkremental (3) =


(2) – (1)
0 -3.000.000 -3.500.000 500.000
1-9 700.000 800.000 100.000
10 1.700.000 2.300.000 600.000
*1,7 juta dan 2,3 juta merupakan penjumlahan annual benefit dengan salvage value

B/C= (100.000 (P/A,15%,10)+500.000 (P/F,15%,10))/500.000

B/C= (100.000 (5,01877)+500.000 (0,24718))/500.000

B/C= 1,24

Nilai B/C ≥ 1, pembelian Y layak dilakukan, namun sebelum itu, untuk kasus dengan
banyak alternatif yang bertipikal mutually exclusive, maka jika 2 alternatif
menghasilkan Nilai B/C ≥ 1, maka lihat cost yang paling tinggi. Maka dengan
perhitungan B/C dan nilai cost yang tinggi, alternatif jatuh pada alternatif Y.

Anda mungkin juga menyukai