Diajukan untuk memenuhi tugas mata kimia komputasi yang diampu oleh Dr.Arie
Hardiana,M.Si
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS GARUT
Puji syukur penyusun haturkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tak lupa pula penyusun
ucapkan shalawat atas junjungan Nabiullah Muhammad SAW, nabi akhir jaman yang telah
membimbing kita dan memberikan suri tauladan sehingga agama Allah dapat berdiri dengan
tegak sampai detik ini.
Makalah ini penyusun buat sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Kimia Komputasi di
jurusan kimia. Penyusun sadar tak ada gading yang tak retak maka demikian pula dengan
penyusunan makalah ini, penyusun mengharapkan masukan dan kritikan dari pembaca sekalian
guna peningkatan yang bersifat yang membangun.
Demikianlah kata pengantar ini penyusun buat. Akhir kata penyusun ucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
KATA PENGANTAR......................................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................
B. Tujuan ...............................................................................................................................
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Metode ..............................................................................................................................
B. Basis Set............................................................................................................................
BAB III
METODE..................................................................................................................................
BAB IV
PEMBAHASAN.......................................................................................................................
BAB V
PENUTUP........................................................................................................................................
KESIMPULAN................................................................................................................................
REFERENSI.....................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan akan perkembangan teknologi dalam berbagai bidang ilmu juga mempelopori
berkembangnya sains secara pesat. Di masa lalu, sains meliputi teori dan eksperimen. Namun
dalam berbagai hal pemodelan dan penyederhanaan dari hitungan yang kompleks,
mengakibatkan aplikasi dari teoritis ini tidak mampu menjelaskan bentuk riil dari sistem
makroskopis, seperti sistem protein. Maka dari itu, dibutuhkan pelengkap yang mampu
memecahkan masalah yang ditemui para ahli. Dan pada tahun 1950-an mulailah berkembang
unsur baru sebagai pelengkap antara teori dan eksperimen yakni eksperimen komputer.
Dalam proses pengaplikasiannya model tetap menggunakan hasil dari pakar teoritis, namun
perhitungan dilakukan dengan komputermelalui bahasa pemrograman dalam bentuk
algoritma. Kelebihan dari metoda ini dapat menghitung sifat molekul dan hasil
perhitungannya berkorelasi dengan eksperimen.( Prof. Dr. Harno Dwi Pranowo, M.Si).
Dalam pengaplikasian kimia komputasi pada tahun1950-an dimulai dengan kajian
hubungan struktur kimia dengan aktivitas fisiologi dari senyawa. Salah satu pelopor dalam
perkembangan kimia komputasi adalah John Pople yang berhasil mengkonversi teori-teori
fisika dan matematika ke dalam kimia melalui program komputer. (Prof. Dr. Harno Dwi
Pranowo, M.Si (Bahan ajar UNNES)).Seiring waktu, kini kimia komputasi telah menjadi
bidang yang berkembang pesat dan diikuti dengan perkembangan dari software kimia
komputasi yang dikembangkan oleh para ahli. (Bayu Prianto,2005).
B. Tujuan
Untuk mentukan panjang ikatan, enthalpy, entropi,dan energy bebas gibbs dari
metode yang berbeda tetapi basis set yang sama dan metode yang sma tetapi basis set
yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Metode Komputasi
Metode kimia komputasi secara garis besar dibedakan atas mekanika molekuler
dan metode struktur elektronik. Mekanika molekuler didasarkan pada mekanika klasik
dan dapat digunakan untuk menentukan sifat senyawa yang mempunyai massa molekul
besar. Metode struktur elektronik dapat berupa abinitio, semi empiris dan density
functional theory, DFT (Pranowo dkk, 2011)
1. Teori ab initio adalah sebuah konsep perhitungan yang bersifat umum dari penyelesaian
persamaan schrodinger yang secara praktis dapat diprediksi tentang keakuratan dan
kesalahan. Kelemahan metode ab initio adalah kebutuhan yang besar terhadap
kemampuan dan kecepatan computer. Selain itu, metode ini juga membutuhkan waktu
perhitungan komputasinya lama dibandingkan dengan perhitungan yang menggunakan
pendekatan mekanika molekul (Saputra andrian,2015)
2. medan gaya (Force Field) klasik didasarkan pada hasil empiris yang merupakan nilai
rata-rata dari sejumlah besar data parameter molekul. Namun demikian banyak
pertanyaan penting dalam kimia yang tidak dapat semuanya terjawab dengan pendekatan
empiris. Jika ada keinginan untuk mengetahui lebih jauh tentang struktur atau sifat lain
yang bergantung pada distribusi kepadatan elektron, maka penyelesaiannya harus
didasarkan pada pendekatan yang lebih teliti yaitu kimia kuantum. Pendekatan ini juga
dapat menyelesaikan senyawa-senyawa non-standar, yang pada umumnya metode
mekanika molekul tidak dapat diaplikasikan (Pranowo dkk ,2011)
3. Perhitungan semi empiris disusun dengan cara yang secara umum sama dengan
perhitungan HF. Beberapa perhitungan, seperti integral elektron ganda diselesaikan
dengan cara pendekatan atau sama sekali dihilangkan. Dalam rangka mengoreksi
kesalahan perhitungan akibat penghilangan sebagian dari perhitungan HF, metode ini
diparameterisasi dengan cara fitting kurva untuk menghasilkan beberapa parameter atau
angka agar dapat memberikan kesesuaian dengan data eksperimen
4. Mekanika Molekuler Jika molekul sangat besar untuk dapat ditinjau dengan metode semi
empiris, masih ada kemungkinan untuk memodelkan kelakuan mereka dengan
mengabaikan mekanika kuantum secara penuh. Metode yang dikenal dengan mekanika
molekuler menyediakan pernyataan aljabar yang sederhana untuk energi total senyawa,
tanpa harus menghitung fungsi gelombang atau kerapatan elektron total. Pernyataan
energi mengandung persamaan klasik sederhana, seperti persamaan osilator harmonis
untuk menggambarkan energi yang tercakup pada terjadinya uluran, bengkokan dan torsi
ikatan, gaya antar molekul, seperti interaksi Van der Waals dan ikatan hidrogen. Semua
tetapan dalam persamaan ini harus diperoleh dari data eksperimen atau perhitungan ab
initio.
B. Basis Set
1. Basis set minimal
Set dasar minimal yang paling umum adalah STO-nG , di mana n adalah bilangan
bulat. Nilai n ini mewakili jumlah fungsi primitif Gaussian yang terdiri dari fungsi basis
tunggal. Dalam set dasar ini, jumlah primitif Gaussian yang sama terdiri dari orbital inti
dan valensi. Kumpulan berbasis minimal biasanya memberikan hasil kasar yang tidak
cukup untuk publikasi berkualitas penelitian, tetapi jauh lebih murah daripada rekan-
rekan mereka yang lebih besar. Set dasar minimal yang umum digunakan dari jenis ini
adalah:
STO-3G
STO-4G
STO-6G
STO-3G * - Versi terpolarisasi dari STO-3G
2. Basis karlsruhe
Beberapa dari berbagai adaptasi valensi dari set basis Karlsruhe adalah :
def2-SV (P) - Split valensi dengan fungsi polarisasi pada atom berat (bukan hidrogen)
def2-SVP - Membagi polarisasi valensi
def2-SVPD - Split polarisasi valensi dengan fungsi difus
def2-TZVP - Valensi tiga-zeta polarisasi
def2-TZVPD - Valensi triple-zeta polarisasi dengan fungsi difus
def2-TZVPP - Valensi triple-zeta dengan dua set fungsi polarisasi
def2-TZVPPD - Valensi triple-zeta dengan dua set fungsi polarisasi dan satu set fungsi
difus
def2-QZVP - Valensi quadruple-zeta polarisasi
def2-QZVPD - Valensi quadruple-zeta polarisasi dengan fungsi difus
def2-QZVPP - Valensi quadruple-zeta dengan dua set fungsi polarisasi
def2-QZVPPD - Valensi quadruple-zeta dengan dua set fungsi polarisasi dan satu set
fungsi difus
3. Basis Korelasi-Konsisten
Baru-baru ini set dasar 'konsisten-terpolarisasi' ini telah menjadi banyak digunakan dan
merupakan keadaan terkini untuk perhitungan berkorelasi atau pasca-Hartree-
Fock . Contohnya adalah:
cc-pVDZ - Zeta ganda
cc-pVTZ - Triple-zeta
cc-pVQZ - Quadruple-zeta
cc-pV5Z - Quintuple-zeta, dll.
aug-cc-pVDZ, dll. - Versi augmented dari basis sebelumnya diatur dengan fungsi difus
yang ditambahkan.
cc-pCVDZ - Zeta ganda dengan korelasi inti
Untuk atom periode-3 (Al-Ar), fungsi tambahan ternyata diperlukan; ini adalah set basis
cc-pV (N + d) Z. Bahkan atom yang lebih besar dapat menggunakan set basis
pseudopotensial, cc-pVNZ-PP, atau set basis Douglas-Kroll yang dikontrak-relativistik,
cc-pVNZ-DK.
BAB III
METODE
Buka avugadro
Pilih molekul yang di ingin kan
Gambar struktur
Extencion orca
Kemudian pilih orca lalu klik Generate orca input
PEMBAHASAN
basis set
def2-spv
Bond Exp.Bond
Ikatan length Length % Err
B3LY
B3LYP PW91 P PW91
C-H 1,1 1,105 1,09 1% 1%
O=O 1,201 1,216 1,21 1% 0%
C-O 1,163 1,173 1,43 1% 18%
H-O 0,967 0,974 0,96 1% 1%
Basis set
PW91
Bond Exp.Bond
Ikatan length Length % Err
def2- STO-
STO-3G spv 3G 3-21G
C-H 1,092 1,105 1,09 0% 1%
O=O 1,282 1,216 1,21 6% 0%
C-O 1,197 1,173 1,43 16% 18%
H-O 0,969 0,974 0,96 1% 1%
Pada perobaan ini dengan melakukan perbandingan metode perhitungan terhadap data
eksperimen mengenai perhitungan energi panjang ikatan dengan menggunakan beberapa
metode berbeda dengan basis set sama dan metode sama dengan basis set berbeda.Pada
percobaan ini untuk menghitung energy ikatan dan panjang ikatan digunakan dua metode,
yaitu: B3LYP dan PW91 dengan basis set def2-SVP sedangkan metode yang satu lagi
menggunakan PW91 dengan basis set STO-3G dan 3-21G..
Berdasarkan data hasil pengamatan di atas, metode perhitungan yang mendekati terhadap
data eksperimen adalah metode B3LYP.Hal ini dikarenakan hasil perhitungan energy ikatan
dan panjang ikatan yang diperoleh dengan metode B3LYP memiliki perbedaan yang paling
kecil terhadap data eksperimen. Energy ikatan dan panjang ikatan yang diperoleh dengan
metode B3LYP yaitu: 1,232 kj/mol sedangkan data eksperimennya: 1,211 kj/mol. Dengan
perbedaan selisih data teoritis dengan %Err diperoleh: 2%.
∆ H =¿ ΣE produk- ΣE reaktan
ΔH kj/mol =ΔH * 2625,5
H . pengamatan−H . exp
% Err =
H . exp
BAB V
KESIMPULAN
Manninen, Pekka; Vaara, Juha (2006). "Batas set dasar Gaussian sistematik menggunakan set
primitif yang dioptimalkan kelengkapan. Kasing untuk sifat magnetik". J.
Comput. Chem 27 (4): 434–445. doi : 10.1002 / jcc.20358 .PMID 16419020