Anda di halaman 1dari 60

2020

MODUL PRAKTIKUM
FISIKA LANJUTAN

LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2020
KATA PENGANTAR
Fisika sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan alam mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan ilmu-ilmu terapan seperti ilmu Teknik,
Pertanian, Kedokteran maupun Ilmu Komputer dan ilmu-ilmu lainnya. Ini
merupakan alasan mengapa fisika sangat perlu dipelajari oleh setiap mahasiswa
yang mengikuti perkuliahan dan mengambil bidang sains dan teknologi.

Buku Petunjuk Praktikum Fisika Lanjutan ini disusun sedemikian rupa


dengan tujuan untuk membantu mahasiswa untuk mempelajari dasar ilmu fisika
secara lebih riil di Laboratorium. Dalam Petunjuk Praktikum ini mahasiswa
dilatih menggunakan alat-alat ukur, mengambil data, mengolah data,
menginformasikan dan menyimpulkan hasil pengukuran. Hal ini sangat
dibutuhkan oleh mahasiswa bilamana mengadakan penelitian dimasa
mendatang.

Petunjuk praktikum ini disusun dalam bentuk yang sederhana,


disesuaikan dengan kemampuan mahasiswa. Disamping berpedoman pada
petunjuk praktikum ini, mahasiswa hendaknya juga mempelajari literatur
lainnya yang berhubungan dengan acara praktikum. Selain itu mahasiswa
diharapkan pula membuat laporan untuk menginformasikan hasil yang
diperoleh sesuai tujuan praktikum.

Akhirnya penyusun mengharapkan keritik dan saran yang bersifat


membangun guna perbaikan petunjuk praktikum ini pada penyusunan
berikutnya. Untuk itu tak lupa penyusun menyampaikan terima kasih.

Mataram, ………………….2020

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................... i


Kata Pengantar .............................................................................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................................................................... iii
Pendahuluan ................................................................................................................... iv
Laporan Praktikum ........................................................................................................ v
Tingkat Keberhasilan Ketidakpastian Praktikum ...................................................... vii
Penentuan Satuan.............................................................................................................. xi
Panduan Penggunaan Satuan SI ..................................................................................... xii
Petunjuk TEKNIS Pelaksanaan Praktikum .................................................................... xvi
Modul 01. Osiloskop .................................................................................................. 1
Modul 02. Rangkaian Listrik Searah (DC) ................................................................. 10
Modul 03. Kapasitas Kapasitor ................................................................................. 17
Modul 04. Lensa ......................................................................................................... 25
Modul 05. Difraksi Cahaya ....................................................................................... 29
Modul 06. Transformator (Trafo) ............................................................................. 33
Modul 07. Medan Magnet ......................................................................................... 37
Modul 08. Rangkaian RLC ........................................................................................ 41

iii
PENDAHULUAN

Buku petunjuk ini disusun untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa tingkat

pertama fakultas EKSAKTA di Universitas Mataram yang terkategori SAINTEK.

Buku petunjuk ini berisikan materi-materi yang disesuaikan dengan silabus

fisika lanjutan dan ketersediaan alat-alat yang ada di laboratorium Fisika MIPA

Universitas Mataram hingga saat ini. Berdasarkan hal tersebut di atas dan waktu

serta kondisi lainnya maka buku petunjuk praktikum ini hanya berisikan materi-

materi yang dianggap dapat mewakili dan menyempurnakan materi perkuliahan

di kelas. Adapun materi fisika lanjutan ini adalah alat ukur listrik, rangkaian

listrik DC dan AC, Lensa dan Optik, Magnet. Tujuan dari kegiatan praktikum

agar mahasiswa terlatih melakukan percobaan-percobaan kecil,

memperkenalkan kepada mahasiswa peralatan-peralatan yang digunakan dalam

mempelajari konsep-konsep dalam fisika secara praktek, bagaimana melakukan

pengukuran-pengukuran besaran-besaran fisika yang pada akhirnya akan

menguatkan tingkat penguasaan konsep-konsep dasar fisika dan keterampilan

mahasiswa yang telah dilakukannya melalui proses perkuliahan di kelas.

Penyajian matematis yang diungkapkan dalam buku petunjuk praktikum ini

dipaparkan secara sederhana, dengan dasar pemikiran bahwa penekanan yang

diharapkan adalah dasar pengetahuan mahasiswa tentang pengukuran besaran

fisis, proses pengolahan data hasil pengamatan dan interpretasi dari data

pengamatan yang menunjang setiap materi perkuliahan.

iv
LAPORAN PRAKTIKUM

Tujuan dari penyusunan laporan adalah untuk mempublikasikan hasil


yang diperoleh dari percobaan. Maka persyaratan utama dari percobaan adalah
laporan tersebut tersebut harus jelas, sistematis dan yang terpenting mengikuti
prosedur ilmiah. Laporan tersebut harus jelas: (a) Apa maksudnya, (b) Apa teori
yang mendasarinya, (c) bagaimana tata cara pengukuran, (d) bagaimana
menentukan ralat pengukuran, (e) Pengolahan dan analisis datanya, serta (f)
Kesimpulan

Penyajian laporan sebaiknya dengan pengungkapan yang jelas, sistematis


dan menarik serta tidak bertele-tele agar laporan tersebut tidak membosankan.
Laporan harus memiliki komponen-komponen sebagai berikut:

1. JUDUL
Judul sebaiknya singkat, jelas dan mencakup seluruh isi.

2. TUJUAN
Hendaknya diterangkan dengan jelas tujuan apa yang perlu dicapai dalam
percobaan, karena tujuan akan menentukan kesimpulan yang diperoleh.

3. ALAT DAN BAHAN


Jelaskan peralatan yang akan dipakai terutama: ketelitian, skala terkecilnya
dan tonjolkan peralatan utama dalam percobaan itu.

4. TEORI
Berikan uraian singkat namun jelas tentang teori yang mendasari percoban.
Akan menjadi lebih jelas bila uain disertai gambar, skema, rangkaian dan
lainnya termasuk rumus.

5. PROSEDUR PERCOBAAN
Langkah-langkah pelaksanaan percobaan ditulis dalam bentuk kalimat yang
singkat dan jelas agar mudah dipahami. Bila perlu setiap langkah diberi
nomor urut sesuai dengan urutan kerjanya.

6. DATA PENGAMATAN
Data pengamatan disajikan dalam bentuk table-tabel agar mudah dibaca dan
jangan lupa menulis judul dan satuan dari setiap variable yang diukur.

7. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


Pengolahan data (perhitungan) dilakukan dan dilaporkan tanpa perantara.
Tuliskan rumus yang digunakan dan hasil perhitungan yang jelas. Kemudian
lakukan perhitungan ketidakpastian sebagai koreksi terhadap hasil
pengukuran. Jelaskan hasil perhitungan setelah dikoreksi dan jelaskan semua
faktor yang mempengaruhi hasil pecobaan tersebut.

v
8. KESIMPULAN
Kesimpulan berisi apakah sesuai dengan maksud dan tujua percobaan
tersebut. Hasil yang diperoleh hendaknya dibandingkan dengan teori atau
hasil yang diperoleh dengan metode berbeda.

9. DAFTAR PUSTAKA
Berisi referensi yang digunakan untuk percobaan bersangkutan. Disajikan
sesuai dengan kaidah bahasa indonesia yang benar dan tata cara penulisan
referensi.

10. TUGAS PENDAHULUAN DAN TUGAS AKHIR


Tugas Pendahuluan dan Tugas Akhir dikerjakan d rumah. Jika tugas
pendahuluan dikerjakan sebelum melaksanakan kegiatan praktikum, maka
tugas akhir dikerjakan setelah praktikum.

11. LAMPIRAN (optional)

Berisi data-data pendukung, analisi atau perhitungan yang identic sebagai


hasil pengukuran, dokumentasi yang mendukung kegiatan eksperimen.

vi
TINGKAT KEBERHASILAN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN

I. Pendahuluan
Dalam melakukan suatu pengukuran, hasil yang diperoleh tidaklah tepat
sekali. Hasil pengukuran tersebut tetap mengandung ketidakpastian (kesalahan atau
ralat). Teori ketidakpastian sangat diperlukan dalam melaksanakan praktikum
khususnya praktikum Fisika.

Dengan teori kesalahan dapat diketahui kesalahan ( x ) dari hasil


pengukuran yang diperoleh dan dapat menilai tingkat keberhasilan pekerjaan
dilakukan. Jelas bahwa hasil ini tidak dapat diharapkan tepat sama dengan hasil
berdasarkan riset (nilai benar x0 ), akan tetapi selama nilai benar x0 masih berada
dalam interval x0  x0 , hasil percobaan masih dapat dipertanggungjawabkan.
Timbulnya ketidakpastian pada hasil pengukuran disebabkan oleh beberapa
hal yang secara umum dapat dibagi pada kesalahan bersistem (systematic error) dan
kesalahan acak (random error).

1. Kesalahan Bersistem

Ketidakpastian bersistem adalah kesalahan yang dapat dirunut.


Ketidakpastian ini antara lain adalah :

1. Kesalahan Kalibrasi, yaitu kesalahan yang timbul akibat pemberian nilai skala
pada alat ukur yang tidak tepat
2. Kesalahan Nol yaitu kesalahan yang disebabkan oleh alat ukur yang tidak
menunjuk tepat pada titik nol atau jarum penunjuk tidak berimpit dengan angka
nol sebelum digunakan.
3. Kesalahan Alat (Fatique) misalnya pegas yang sudah lama dipakai dapat
mengalami kelenturan atau melembek.
4. Gesekan, yang selalu timbul antara bagian yang satu bergerak terhadap yang
lainnya.
5. Kesalahan Pengamat yaitui kesalahan yang timbul pada waktu pembacaan skala,
mata pengamat tidak tegak lurus dan lain-lainnya.

2. Kesalahan Acak

Kesalahan acak terjadi disebabkan oleh pengaruh lingkungan sekitarnya,


seperti :

1. Gerakan molekul-molekul udara yang dapat mempengaruhi Galvanometer.


2. Perubahan-perubahan kecil pada tegangan listrik.
3. Landasan peralatan yang bergetar atau tidak stabil
4. Noise (gangguan yang sering timbul pada peralatan elektronika)

vii
II. Ketidakpastian Pengukuran
Pengukuran Berulang
Pengukuran berulang dapat menghasilkan data yang lebih baik dan akurat.
Semakin banyak pengulangan diharapkan semakin kecil nilai ketidakpastian.
Misalkan pada suatu pengukuran dihasilkan data sebagai berikut :

x1 , x2 , x3 , x4 , x5 ,..., xn
Untuk menentukan ketidakpastian atau ralat dari pengukuran berulang tersebut,
kita perlu perhitungan sebagai berikut
Tabel 1. Perhitungan Ralat

No Data x  x  x  x  x 2
1. x1
2 x2
3. x3
4. x4
5. x5

xn
 xn x  x  x  x 2
 xn
x
n
( x  x ) 2 x
Ralat Mutlak: x  Ralat Nisbi: I   100%
n(n  1) x
Keseksamaan: K  100%  I Data hasil pengukuran: x  x
III. Cara Menggambar Grafik
Grafik dapat diartikan sebagai bagan atau gambar yang menunjukkan
hubungan dua besaran. Bentuk kurva pada grafik tersebut tergantung pada
hubungan antara kedua besaran tersebut. Besaran–besaran yang hanya dapat
diubah-ubah disebut variabel bebas, dan besaran-besaran yang hanya tergantung
pada variabel bebas disebut variabel terikat.
Pada sistem koordinat xy, variabel bebas diletakkan pada sumbu horizontal
(x) dan variabel terikat pada sumbu vertikal (y). Grafik menunjukkan hubungan y
terhadap x atau y = f(x).
Adapun keuntungan-keuntungan pembuatan grafik adalah:
1. Gambaran yang dibentuk umumnya lebih jelas dibandingkan dengan tabel.
2. Dengan grafik yang terbentuk melalui titik-titik ukur sesuai data, akan
memberikan gambaran yang lebih jelas.
3. Melalui sebuah garis dapat dibuat interpolasi antara beberapa titik hasil
pengamatan.

viii
4. Dari penyimpangan titik-titik pengamatan sering dapat ditentukan letak
sesatannya.

Sebuah grafik yang baik hendaknya memenuhi ketentuan sebagai berikut:


1. Setiap grafik memiliki judul atau keterangan yang dicantumkan dibawah grafik
2. Sumbu-sumbu grafik harus dilengkapi dengan skala dan satuan
3. Agar lebih jelas kurvanya pilihlah kertas grafik yang sesuai
4. Titik pengamatan atau data ditandai dengan lambang ; * , dan lain-lain.
5. Kurva dihasilkan tidaklah harus melalui setiap titik, melainkan mengikuti pola
tertentu linier atau eksponensial, yaitu berdasarkan hubungan variable-variabel
dari besaran-besaran yang diukur.

Berikut ini bentuk-bentuk grafik berdasarkan data pengamatan atau yang


terukur


 
   
  
 


a. Salah b. Salah c. Benar

Gambar 1. Beberapa bentuk kurva linear yang salah dan benar

Untuk kurva linier, garis-garis lurus yang baik didapat melalui metoda
kuadrat terkecil (Least Square). Metoda ini digunakan untuk mendapatkan
persamaan linier dari data x dan y, sehingga dapat ditulis :

y  a  bx
Nilai a dan b dapat dicari dengan menggunakan persamaan :

( yi )  b( xi ) n( xi yi )  ( xi )( yi )


a dan b 
n n( xi 2 )  ( xi ) 2

Persamaan diatas merupakan slope dan intercept garis lurus terbaik yang ingin dicari.

ix
PENENTUAN SATUAN

Penulisan hasil harus diikuti dengan satuan. Contoh berikut ini akan
menunjukan bagaimana satuan diturunkan
Contoh 1
Viskositas (η) dari medium dengan benda bulat yang dijatuhkan pada medium
diberikan dengan persamaan:

Dimana ρ dan σ merupakan densitas dari bola dan medium fluida, dimana a
merupakan jari-jari bola, v merupakan kecepatan bola, dan g merupakan nilai
gravitasi.
Satuan viskositas dapat diturunkan dengan metode berikut:

Contoh 2:
Momen inersia dari benda bulat dengan massa M dan jari-jari R ketika ia berotasi
sebesar diameter nya diberikan oleh:

x
Panduan Penggunaan Satuan SI

Panduan penggunaan satuan SI ini dipersiapkan untuk memberikan


kemudahan bagi para praktikan dalam penulisan dan penggunaan satuan SI.
I. Gambaran umum
Pada penggunaan dan penulisan satuan SI diperlukan kesepakatan dalam
penulisan. Notasi harus digunakan dengan aturan yang mengikuti kaidah –
kaidah berikut:
1. Penulisan singkatan dituliskan sebagai satu kesatuan tanpa tambahan
tanda baca dan merupakan gabungan huruf awal. Contoh: kilometer
ditulis sebagai km bukan km., kms. ataupun kms; newton meter
dituliskan sebagai Nm bukan N.m., Ns m ataupun Ns.m.
2. Meskipun pengunaan tanda garis miring diperbolehkan misal N/m 2, akan
tetapi penulisan dengan pangkat lebih disukai untuk konsistensi
penulisan satuan ini dapat dituliskan sebagai Nm-2, Wm-1
3. Kapital kecil akan digunakan untuk setiap huruf besar. Tetapi jika huruf
besar digunakan bersamaan dengan huruf kecil maka digunakan kapital
penuh contoh V, A, N dan Hz
4. Kelipatan atau sub kelipatan dari satuan turunan dapat digunakan, tetapi
satuan itu sendiri tidak boleh diubah, misal 1,6 x 106 Nm-2 bukan 1,6
Nmm-2.
5. Kelipatan yang bernilai 103 keatas memiliki nama tersendiri. Daftar nama
yang diberikan pada kelipatan tertentu dan namanya diberikan pada
bagian IX
6. Tanda koma seharusnya tidak digunakan dalam penulisan angka seperti
1 076 963,1 dst.

xi
II. Satuan Pokok dan Turunan dengan Nama Khusus
Satuan Pokok

Panjang meter m
Massa kilogram kg
Waktu detik s
Arus listrik ampere A
Suhu termodinamik derajat Kelvin K
Intensitas cahaya candela cd

Satuan Turunan

Gaya newton N
Usaha, energi, jumlah panas joule J
Daya watt W
Muatan listrik coulomb C
Potensial listrik volt V
Kapasitansi listrik farad F
Hambatan listrik ohm Ω
Frekuensi hertz Hz
Fluks magnet weber Wb
Kerapatan fluks magnet tesla T
Induktansi henry H
Fluks cahaya lumen lm
Pendaran cahaya lux lx

Daftar dibawah ini memberikan satuan utama yang mana akan dibutuhkan.
Kelipatan dari satuan ini kemungkinan akan digunakan.

III. Massa, Panjang, Waktu

Massa kg (ton (103 kg) dapat digunakan)


Panjang m
Area m2
Volume m3 (liter (10-3 m3) dapat digunakan)
Densitas kg m-3
Waktu s (menit, jam dapat digunakan)
Kecepatan m s-1 (km h-1 dapat juga digunakan)
Percepatan m s-2
Sudut rad (° juga dapat digunakan)
Kecepatan angular rad s-1
frekuensi periodik Hz
frekuensi rotasi s-1 (revmin-1,rev-1 dapat juga dig.)
IV. Gaya, Kerja, Energi

Gaya N
Tekanan pascal (pa) N m-2 (105 N m-2 = 1 bar = 105 pa)
Tekanan N m-2

xii
Kerja, energi, kuantitas panas J (kw h jika dalam industri listrik)
Daya W
Torsi Nm
Tegangan permukaan N m-1
Viskositas dinamik P atau N sm-2
Viskositas kinetik St atau 10-4 m2s-1

V. Panas, suhu

Kuantitas panas J
Suhu K
Beda suhu atau interval degK
Konduktivitas panas W m-1 degK-1
Panas spesifik J kg-1 degK-1
Panas laten J kg-1
Entropi J kg-1

VI. Listrik dan Magnet

Muatan C
Potensial V
Arus A
Hambatan Ω
Resistivitas Ωm
Kapasitansi F
Induktansi H
Kuat medan listrik V m-1
Kuat medan magnet A m-1
Fluks magnet Wb
Kerapatan medan magnet T
Mobilitas m2 v-1 s-1

VII. Atomik

Radioaktivitas Bq
Energi eV

xiii
VIII. Cahaya

Intensitas cahaya cd
Fluks cahaya lm
Pendaran lx
Pancaran cd m-2

IX. Kelipatan Satuan

Faktor kelipatan istilah simbol

1012 tera T
109 giga G
106 mega M
103 kilo k
10-3 mili m
10-6 micro μ
10-9 nano n
10-12 pico p
10-15 femto f
10-18 atto a

X. Definisi

N = kg m s-2
H=Nm
Wb = V s
T = Wb m-2
H = V s A-1
Lm = cd sr
lx = lm m-2

XI. Data Konversi

1 dyn cm-2 = 0,1 N m-2 = 0,1 J m-3


1 torr = 1 mmHg = 1,33 x 103 N m-2
1 bar = 105 N m-2
1 erg = 1 dyn cm = 10-7 N m = 10-7 J
1 centipoise = 10-3 N s m-2
1 centistoke = 10-6 m2s-1
1 kw h = 3,60 MJ
1 kalori (15°C) = 4,1855 J

XII. Data Numerik

Bilangan avogadro NA = 602 x 1021 mol-1


Konstanta gravitasi G = 66,7 x 10-12 m3 kg-1s-2
Percepatan gravitasi g = 9,81 m s-2

xiv
Muatan elektron e = 160 x 10-21 C
Tegangan elektron 1 eV = 160 x 10-21 J = 0,160 aJ
Massa elektron m = 911 x 10-33 kg
e/m = 176 x 109 C kg-1
massa proton M = 1,67 x 10-27 kg
energi diam elektron = 0,511 MeV
energi diam proton = 938 MeV
konstanta Boltzman k = 13,8 x 10-24 J K-1
konstanta stefan σ = 56,7 x 10-9 W m-2 K-4
kecepatan cahaya dlm vakum c = 300 x 106 m s-1
permitivitas pada vakum ε0 = 8,85 x 10-12 F m-1
konstanta planck h = 663 x 10-36 J s
konstanta gas R = 8,31 x 103 J degK-1 mol-1

permeabilitas pada hampa μ0 = 4π x 10-7 H m-1

xv
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Hadir tepat waktu saat praktikum dan mengisi daftar hadir.


2. Menggunakan jas praktikum.
3. Membawa kartu praktikum, panduan praktikum dan logbook praktikum
(berupa buku dobel folio).
4. Mengumpulkan logbook praktikum yang berisi:
a. Tugas Pendahuluan
b. data laporan JADI kegiatan praktikum yang telah lalu disertai
Tugas Akhir.
c. data laporan yang akan dilaksanakan hingga pada data
pengamatan.
5. Mengikuti respon awal dan respon akhir.
6. Revisi terhadap Laporan tergantung pada kebijakan Asisten
Praktikum, dilakukan terhadap laporan yang tidak memenuhi
standar minimal. HANYA BOLEH MELAKUKAN 1 X REVISI
UNTUK TIAP JUDUL PRAKTIKUM.
7. Nilai Praktikum mencakup Nilai Kehadiran, Nilai Laporan
(mencakup Tugas Pendahuluan dan Tugas Akhir, serta Nilai respon
awal dan respon akhir.
8. Nilai yang dikeluarkan oleh Laboratorium Fisika FMIPA UNRAM
bersifat MUTLAK, tidak dapat diganggu gugat dan dapat diminta
datanya kembali selama masa kuliah efektif jika diperlukan TANPA
harus mengulang praktikum.

xvi
MODUL 01
OSILOSKOP

Osiloskop merupakan alat yang dapat mengukur tegangan listrik yang tetap atau juga yang
berubah terhadap waktu. Kita dapat mengamati sinyal listrik.dengan menggunakan osiloskop.

I. Tujuan Percobaan
Pada praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memperoleh pengetahuan praktis tentang bagaimana menggunakan osiloskop.
2. Mengukur tegangan DC (yang tidak berubah terhadap waktu) dan tegangan AC (yang
berubah terhadap waktu, gelombang sinus, gergaji dan kotak).

II. Alat dan Bahan


A. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Osiloskop 1 buah
2. Function Generator 1 buah
3. Multimeter analog 1 buah
B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
1. Kabel banana-aligator 30 cm (merah) 1 buah
2. Kabel banana-aligator 30 cm (kuning) 1 buah
3. Kabel banana-banana 30 cm (merah) 2 buah
4. Baterai 1,5 Volt 2 buah
5. Baterai holder 2 buah
6. Passive Probe 100 MHz 1 buah
7. BNC – Alligator 1 buah
8. Kabel multimeter 1 set

III. Teori
Osiloskop merupakan salah satu alat ukur listrik yang penting disamping alat ukur lainnya.
Tidak seperti multimeter yang hanya memberikan pembacaan suatu tegangan. Osciloskop
juga memberikan grafik perubahan tegangan dalam suatu periode waktu atau bentuk
sinyal tegangan. Ada dua jenis osiloskop yaitu osiloskop analog dan osiloskop digital.
Osiloskop analog menggunakan tabung sinar katoda (Cathode Ray Tube (CRT)) yang
sepenuhnya bekerja berdasarkan prinsip-prinsip listrik analog. Sedangkan osiloskop digital
bekerja berdasarkan prinsip digital. Gambar 1.1a menunjukkan salah satu bentuk osiloskop
analog dan gambar 1.1b sketsa prinsip kerja CRT.

Modul 01. Osiloskop 1


(a)

(b)

Gambar 1.1 (a)Sebuah Osiloskop Analog, (b) Sketsa prinsip kerja CRT.

Panel Depan Osiloskop


Bagian-bagian pada panel depan osiloskop diperlihatkan pada Gambar 1.2.

Modul 01. Osiloskop 2


Gambar 1.2. Panel kontrol depan pada sebuah osiloskop.

Modul 01. Osiloskop 3


KETERANGAN:
CRT
POWER............................................................... (6)
LED .................................................................... (5)
INTEN ................................................................ (2)
FOCUS................................................................ (3)
TRACE ROTATION ........................................ (4)
FILTER ............................................................... (33)

Vertical Axis :
CH1 (X) input .................................................... (8)
CH2 (Y) input .................................................... (20)
AC-GND-DC ..................................................... (10)(18)
VOLTS/DIV....................................................... (7)(22)
VARIABLE (CAL) ............................................. (9)(21)
CH1 dan CH2 DC BAL. .................................. (13)(17)
POSITION ................................................. (11)(19)
VERT MODE .................................................... (14)

Triggering:
EXT TRIG (EXT HOR) terminal input .......... (24)
SOURCE............................................................. (23)
SLOPE................................................................. (26)
LEVEL ................................................................. (28)
TRIGGER MODE ............................................ (25)

TIME BASE
TIME /DIV ......................................................... (29)
SWP.VAR ........................................................... (30)
POSITION ................................................. (32)
X 10 MAG .......................................................... (31)

Others
CAL ..................................................................... (1)
GND.................................................................... (15)

Modul 01. Osiloskop 4


Teknik Mengukur Tegangan AC dan DC

(i) Tegangan Alternating Current (AC)


Tegangan "puncak ke puncak" (peak to peak) Vpp dapat diukur dengan mengukur
ketinggian sinyal seperti yang ditampilkan pada Gambar 1.3, sebuah contoh tampilan layar
panel depan osiloskop.

Gambar 1.3. Contoh gambar sinyal AC


Untuk sinyal sinus, hubungan antara tegangan peak to peak (pp) dan root-mean-square
(rms) adalah
Vpp = 22 V rms 1.1.

Tegangan Direct Current (DC)

Untuk mengukur tegangan DC, kita terlebih dahulu memposisikan “jejak” atau “trace”
pada posisi nol ketika tidak ada sinyal input. Kita memposisikan jejak tepat ditengah skala
menggunakan kontrol posisi Y (acuan nol Volt). Kemudian, setelah tegangan DC
terhubung, jejak akan berpindah sesuai dengan nilai tegangan inputnya. Tegangan DC
diukur dengan melihat dfleksi vertikal. /arah y dari garis tengah. Tegangan DC yang diukur
adalah nilai divisi yang dikalikan dengan pengaturan skala Volts / div.

IV. Prosedur Percobaan


A. Kalibrasi Penguat X dan Y Osiloskop
Langkah-langkah untuk mengecek kalibrasi penguat X dan Y osiloskop adalah

Modul 01. Osiloskop 5


1. Hubungkan power cord osiloskop ke stop kontak jala-jala listrik 220V.
2. Hidupkan osiloskop dengan menekan tombol power.
3. Pasang passive probe pada CH1 (X) input.
4. Hubungkan 2 Vp-p (peak to peak) sinyal gelombang kotak (pin 1) ke CH1 (X) input
(8) menggunakan passive probe.
5. Putar variabel volts/div CAL (9) secara penuh searah jarum jam.
6. Putar sweep variabel (30) secara penuh searah jarum jam.
7. Atur variabel volts/div (7) ke posisi 2 V/div. Defleksi sinar menjadi 1 cm (1 div).
8. Atur variabel volts/div (7) ke posisi 1 V/div. Defleksi sinar menjadi 2 cm (2 div).
9. Gambarkan/Foto berkas sinar yang anda lihat di layar.
10. Ulangi langkah (1 s.d. 6) dengan menghubungkan sinyal gelombang kotak (pin 1) ke
CH2 (Y) input (20).

B. Mengukur Tegangan Arus Searah (DC)


Dalam percobaan ini kita akan mengukur tegangan dari perangkat batere. Batere yang
diukur terdiri atas batere tunggal, dua batere berhubungan seri dan dua batere
berhubungan paralel.
Langkah percobaan:
1. Pasang passive probe pada CH1 (X) input.
2. Atur tombol AC-GND-DC ke posisi DC.
3. Atur tombol Volts/div pada posisi 0,5 V/div.
4. Atur vertikal position agar berkas sinar pada layar tepat di tengah-tengah skala
horizontal.
5. Ukurlah batere yang sudah disiapkan, dengan menempatkan ujung positif passive
probe di kutub positif dan ground passive probe di kutub negatif batere.
6. Catat nilai dan gambarkan/foto bentuk gelombang yang teramati pada layar
osiloskop.
7. Lakukan juga pengukuran dengan multimeter.
8. Ulangi langkah 5 – 7 dengan membalik kutub-kutub batere, yaitu ujung positif
passive probe di kutub negatif batere dan ground di kutub positif batere.
9. Ulangi langkah 5 – 8 untuk hubungan seri dan paralel dari batere.
Catatan: Jika berkas sinar hilang dari layar maka ubahlah tombol Volts/div ke posisi
1 V/div.

C. Mengukur Tegangan Arus Bolak Balik (AC)


Dalam percobaan ini, akan dilakukan pengukuran tegangan AC yang bersumber dari
generator fungsi.
Langkah percobaan:
1. Hubungkan power cord generator fungsi ke stop kontal jala-jala listrik 220V.
2. Hidupkan generator fungsi dengan menekan tombol power.
3. Pilih bentuk gelombang sinus Atur tombol AMPL pada posisi minimum. Dan Atur
frekuensi sebesar 1 KHz.

Modul 01. Osiloskop 6


4. Pasang probe generator fungsi pada port output 50.
5. Pasang passive probe pada CH1 (X) input.
6. Atur tombol AC-GND-DC ke posisi AC.
7. Atur tombol Volts/div pada posisi 0,5 V/div.
8. Atur tombol Time/div pada posisi 1 ms/div.
9. Atur vertikal position agar berkas sinar pada layar tepat di tengah-tengah skala
horizontal.
10. Hubungkan passive probe dengan probe generator fungsi.
11. Catat nilai skala vertikal dan gambarkan/foto bentuk gelombang yang teramati pada
layar osiloskop.
12. Lakukan juga pengukuran dengan multimeter.
13. Ulangi langkah di atas untuk nilai amplitude yang berbeda.
Catatan: Jika Berkas sinar pada layar melebihi skala vertikal, ubahlah posisi
Volts/div ke skala yang lebih besar, Misalnya 1 V/div.

D. Mengukur Frekuensi
Dalam percobaan ini, akan dilakukan pengukuran frekuensi yang bersumber dari
generator fungsi.
Langkah percobaan:
1. Hubungkan power cord generator fungsi ke stop kontal jala-jala listrik 220V.
2. Hidupkan generator fungsi dengan menekan tombol power.
3. Pilih bentuk gelombang sinus Atur tombol AMPL pada posisi minimum. Dan Atur
frekuensi sebesar 1 KHz.
4. Pasang probe generator fungsi pada port output 50.
5. Pasang passive probe pada CH1 (X) input.
6. Atur tombol AC-GND-DC ke posisi AC.
7. Atur tombol Volts/div pada posisi 0,5 V/div.
8. Atur tombol Time/div pada posisi 1 ms/div.
9. Atur vertikal position agar berkas sinar pada layar tepat di tengah-tengah skala
horizontal.
10. Hubungkan passive probe dengan probe generator fungsi.
11. Catat nilai skala horizontal dan gambarkan/foto bentuk gelombang yang teramati
pada layar osiloskop.
12. Ulangi langkah di atas untuk nilai frekuensi yang lebih tinggi.
Catatan: Jika Berkas sinar pada layar terlalu rapat, ubahlah posisi Time/div ke posisi
yang lebih kecil.

E. Menentukan Frekuensi Suatu Sumber dengan metode Lissajous.


1. Gunakan sebuah pembangkit sinyal dan sebuah sebuah power supply AC sebagai
input pagi kedua channel pada osiloskop
2. Atur sinyal sehingga diperoleh sinyal sinusoidal dengan frekuensi 50 Hz dan
amplitudo 1V.

Modul 01. Osiloskop 7


3. Atur knop time/div pada posisi XY
4. Atur Tegangan keluaran power supplay AC sebesar 1 volt
5. Gunakan signal generator sebagai input channel 1 (fx) dan power supply AC sebagai
input channel 2 (fy).
6. Atur frekuensi pada function generator sehingga diperoleh perbandingan fx dan fy :
(1:1), (1:2), (1:3), (1:4).
7. Foto lukisan lissajous yang dihasilkan.
8. Tentukan frekuensi sumber power supply AC.

V. Pertanyaan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini sebelum anda praktikum:
1. Dalam kertas millimeter, gambarkanlah sketsa sebuah gelombang sinus pada suatu
posisi tertentu, yang mempunyai amplitudo 2 cm dan perioda 0,02 sekon (ambillah
sumbu X sebagai sumbu waktu, dan buatlah skalanya 3 cm = 0,01 sekon)
2. Apakah perbedaan antara antara tegangan puncak ke puncak dengan tegangan rms
pada tegangan AC (arus bolak balik)?

VI. Tugas Akhir


1. Bandingkan hasil pengamatan anda dengan perhitungan teori.
2. Gambarkan bentuk gelombang yang anda amati. Bagaimanakah hubungan antara
pengukuran dengan menggunakan osiloskop dan dengan multimeter?
3. Gambarkan bentuk gelombang untuk beberapa frekuensi yang telah anda amati

VII. Daftar Pustaka


Nishino, Sapiie. 2005. Pengukuran dan Alat-alat Ukur Listrik. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita.
Department Of Physics, 1995. Laboratory Manual. Australia: University of Wollongong

Modul 01. Osiloskop 8


LEMBAR KERJA MAHASISWA

a. Sumber Tegangan DC

Vp (Osciloskop) Veff (Multimeter)


No. Sumber
Skala Volt/div (volt)
1.
2.
3.
4.
5.

b. Sumber Tegangan AC

Vpp (Osciloskop) Veff (Multimeter)


No. Tegangan Sumber
Skala Volt/div (volt)
1.
2.
3.
4.
5.

c. Frekuensi

Skala Horizontal Periode Frekuensi


No. Sumber
Skala Time/div (T) (f=1/T)
1.
2.
3.
4.
5.

d. Kurva Lissajouse

Frekuensi Function Frekuensi power supply


No. X:Y
Generator (fx) (Hz) (fy) (Hz)
1. 1:1
2. 2:1
3. 3:1
4. 4:1

Modul 01. Osiloskop 9


MODUL 02
RANGKAIAN LISTRIK SEARAH (DC)

Voltmeter dan amperemeter merupakan alat-alat ukur listrik untuk mengukur tegangan listrik
dan arus listrik.

I. Tujuan
Melalui praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memahami penggunaan voltmeter dan amperemeter.
2. Mengukur tegangan dan arus pada rangkaian resistor seri.
3. Mengukur tegangan dan arus pada rangkaian resistor paralel.

II. Peralatan dan Bahan


A. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Amperemeter (2 buah)
2. Voltmeter (1 buah)
3. Power Supply (1 buah)
B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Kabel Banana – Banana 50 cm (Merah) (3 buah)
2. Kabel Banana – Banana 50 cm (Hitam) (3 buah)
3. Papan Rangkaian (1 buah)
4. Resistor 100 , 470, 1K (1 buah)
5. Jumper set (1 set)

III. Teori
A. Amperemeter
Alat untuk mengukur kuat arus listrik disebut ammeter (amperemeter). Arus listrik
pada suatu rangkaian listrik harus melalui ammeter secara langsung sehingga
ammeternya harus dihubungkan secara seri dengan elemen-elemen lainnya pada
rangkaian, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1. Saat menggunakan ammeter
untuk mengukur arus searah, Anda harus menghubungkannya sehingga arus mengalir
memasuki alat ukur ini di kutub positif dan keluar dari kutub negatif.

Modul 02. Rangkaian Listrik Searah (DC) 10


R1 R2

_
A
+
e
Gambar 2.1.Pemasangan ammeter untuk mengukur arus searah di dalam rangkaian

Idealnya, ammeter harus memiliki hambatan nol sehingga arus yang sedang diukur
tidak berubah ketika ammeter terhubung. Dalam rangkaian yang ditunjukkan pada
Gambar 2.1, idealnya hambatan dari ammeter harus jauh lebih kecil dari R1 dan R2
sehingga arus tidak terpengaruh oleh ammeter. Tetapi setiap ammeter selalu memiliki
suatu hambatan dalam, sehingga kehadiran ammeter dalam rangkaian sedikit
mengurangi nilai arusnya daripada nilai sebenarnya yang diperoleh seandainya
pengukurannya dilakukan oleh ammeter yang ideal.

Pembacaan skala alat ukur arus, amperemeter, dapat dihitung dengan persamaan:
Angka yang ditunjuk
I= x Batas Ukur Amperemeter
skala maksimum

B. Voltmeter
Alat untuk mengukur beda potensial disebut voltmeter. Beda potensial di antara dua
titik sembarang dalam sebuah rangkaian dapat diukur dengan memasangkan kutub-
kutub voltmeter di antara titik-titik tersebut tanpa memutuskan rangkaian, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.2. Beda potensial pada resistor R2 diukur dengan
menghubungkan voltmeter secara paralel dengan R2. Sangat penting untuk
diperhatikan polaritas voltmeternya. Kutub positif voltmeter harus dihubungkan
dengan ujung resistor yang memiliki potensial lebih tinggi dan kutub negatifnya ke
ujung resistor yang potensialnya lebih rendah.

R1 R2

e
Gambar 2.2.Pemasangan voltmeter untuk mengukur beda potensial dalam ssbuah rangkaian

Modul 02. Rangkaian Listrik Searah (DC) 11


Voltmeter ideal memiliki hambatan tak terhingga sehingga tidak terdapat arus di
dalamnya. Pada Gambar 2.2, kondisi ini mengharuskan voltmeternya memiliki
hambatan yang jauh lebih besar dari R2. Jika kondisi ini tidak terpenuhi, kita harus
mengoreksi nilainya sebagai kompensasi dari hambatan di dalam voltmeter.

Pembacaan skala alat ukur voltmeter dapat dihitung dengan persamaan:


Angka yang ditunjuk
V= x Batas Ukur Voltmeter
skala maksimum

C. Rangkaian Resistor Seri


Rangkaian seri merupakan rangkaian yang disusun pada satu jalur rangkaian listrik.
Rangkaian ini tidak memiliki percabangan seperti Gambar 2.3.

R1 R2 R3
a I b

Gambar 2.3. Resistor-resistor yang dirangkai secara seri

Dari Gambar 2.3, nampak bahwa tegangan yang diukur berbeda pada setiap
hambatannya. Artinya jika besar hambatannya berbeda pada setiap hambatan maka
tegangannya pun ikut berbeda. Namun Arus pada rangkaian ini sama pada masing-
masing setiap hambatan dikarenakan tidak memiliki percabangan aliran listrik. Maka
secara sistematis diperoleh :
I1=I2=I3=I
dan
Vab = V1 + V2 + V3
Menggunakan hokum ohm, V=IR, didapatkan hubungan hambatan ekuivalen yaitu

Rseri = R1 + R2 + R3 + … + Rn (2.1)

D. Rangkaian Resistor Paralel


Rangkaian paralel merupakan rangkaian yang disusun secara sejajar dan
memiliki percabangan seperti pada Gambar 2.4.

Modul 02. Rangkaian Listrik Searah (DC) 12


I1 R1

a I I2 R2 I b

I3 R3

Gambar 2.4. Resistor disusun parallel

Pada Gambar 2.4 terlihat bahwa arus pada rangkaian paralel berbeda pada tiap
hambatan. Prinsip Khirchof yang menyatakan bahwa jumlah arus listrik yang masuk
pada suatu titik percabangan akan sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik
percabangan. Namun tegangan atau beda potensial (a-b) pada rangkaian ini sama.
Untuk rangkaian parallel diperoleh:
V1=V2=V3=V
dan
I = I1 + I2 + I3
Menggunakan I = V/R, sehingga didapatkan
1 1 1 1 1
    ...  (2)
R paralel R1 R2 R3 Rn

IV. Prosedur Percobaan

Catatan Penting: Perhatikanlah selalu posisi alat ukur di dalam rangkaian. Kesalahan
dalam menempatkan alat ukur akan mengakibatkan kerusakan pada alat ukur
tersebut atau alat ukur tidak bisa berfungsi. Perhatikan batas ukur alat yang dipilih
jangan sampai kurang dari nilai besaran yang akan diukur. Pilihlah batas ukur yang
paling besar terdahulu.

1. Rangkaian Seri Resistor


Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengukuran arus dan tengangan pada rangkaian
resistor seri yaitu:

1. Menyusun rangkaian seri seperti Gambar 2.5.

Modul 02. Rangkaian Listrik Searah (DC) 13


R1 R2 R3
a b c e

V1 V2 V3

Gambar 2.5. Rangkaian Resistor Seri

2. Mencatat nilai resistor R1, R2, dan R3 yang digunakan.


3. Mengatur tegangan sumber menjadi 6 volt
4. Mencatat arus yang terbaca pada amperemeter (arus total)
5. Mengukur tegangan pada setiap resistor R1 dan R2 dan R3
6. Mengulangi langkah 3 - 5 untuk tegangan 9V dan 12V.

2. Rangkaian Paralel Resistor


Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengukuran arus dan tengangan pada
rangkaian resistor paralel yaitu:
1. Menyusun rangkaian paralel seperti Gambar 2.6
R1
A1

a R2 b
A2

R3
A3
A
V

Gambar 2.6. Rangkaian Resistor Paralel


2. Mencatat nilai resistor R1, R2, dan R3 yang digunakan.
3. Mengatur tegangan sumber menjadi 6 volt
4. Mencatat arus yang terbaca pada amperemeter (arus total)
5. Mengukur tegangan pada ujung-ujung resistor (V)
6. Mengukur arus pada setiap resistor R1 dan R2 dan R3
7. Mengulangi langkah 3 - 5 untuk tegangan 9V, dan 12V.

3. Rangkaian Resistor Seri dan Paralel


Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengukuran arus dan tengangan pada rangkaian
seri dan paralel yaitu:

Modul 02. Rangkaian Listrik Searah (DC) 14


1. Menyusun rangkaian seperti Gambar 2.7.
R1
A1
a b c
R2
A2
V2
V1

Gambar 2.7. Rangkaian Resistor dihubungkan secara Seri dan Paralel


2. Mencatat nilai resistor yang digunakan
3. Mengatur tegangan sumber sebesar 6 volt
4. Mencatat arus yang terbaca pada amperemeter (Arus Total)
5. Mengukur tegangan pada titik (ab), (bc) dan (ac)
6. Mengukur arus pada setiap Resistor R1, R2 dan R3
7. Mengulangi langkah 3 - 6 untuk tegangan 9V, dan 12V.

V. Pertanyaan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini sebelum anda praktikum.

1. Bagaimana cara memasang dan menggunakan amperemeter dan voltmeter pada


komponen yang ada dalam rangkaian listrik? Jelaskandan buat gambar rangkaiannya!
2. Berdasarkan jawaban anda pada nomor 1, maka bagaimanakah hambatan dalam dari
amperemeter dan voltmeter tersebut?
3. Jelaskan cara menaikkan batas ukur ampermeter dan voltmeter, tuliskan rumus
beserta gambar rangkaiannya?
4. Apakah rangkaian seri atau paralel yang digunakan untuk instalasi listrik dalam
rumah anda?, jelaskan kenapa harus demikian?

VI. Tugas Akhir


1. Hitunglah besar masing-masing hambatan dan juga hambatan pengganti dengan
menggunakan hukum Ohm.
2. Hitunglah besar arus pada rangkaian gambar 2.5, 2.5, dan 2.7 dengan persamaan yang
ada. Bandingkan hasilnya dengan pengamatan !.
3. Buatlah grafik hubungan antara tegangan dan arus berdasarkan percobaan anda!
4. Tuliskan kesimpulan dan analisa dari percobaan yang anda lakukan !

VII. Daftar Pustaka


Serway, Jewett. 2004. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Salemba Teknika.
Nishino, Sapiie. 2005. Pengukuran dan Alat-alat Ukur Listrik. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita.

Modul 02. Rangkaian Listrik Searah (DC) 15


LEMBAR KERJA MAHASISWA

a. Rangkaian Seri Resistor


R1 = _________ R2 = _________ R3 = _________
No VS I Total IR1 IR2 IR3 VR1 VR2 VR3
(Volt) (Ampere) (Ampere) (Ampere) (Ampere) (Volt) (Volt) (Volt)
1
2
3

b. Rangkaian Paralel Resistor


R1 = _________ R2 = _________ R3 = _________
No VS I Total IR1 IR2 IR3 VR1 VR2 VR3
(Volt) (Ampere) (Ampere) (Ampere) (Ampere) (Volt) (Volt) (Volt)
1
2
3

c. Rangkaian Resistor Seri dan Paralel


R1 = _________ R2 = _________ R3 = _________
No VS I Total IR1 IR2 IR3 Vab Vbc Vac
(Volt) (Ampere) (Ampere) (Ampere) (Ampere) (Volt) (Volt) (Volt)
1
2
3

Modul 02. Rangkaian Listrik Searah (DC) 16


MODUL 03
KAPASITAS KAPASITOR

Kapasitor sangat lazim digunakan dalam berbagai rangkaian listrik. Sebagai contoh kapasitor
digunakan untuk mengubah frekuensi penerima sinyal radio, sebagai penstabil dalam catu
daya, menghilangkan percikan api dalam system pengapian mobil, dan sebagai perangkat
penyimpanan energi dalam peralatan lampu flash elektronik. Pada praktikum ini kapasitansi
kapasitor diukur dengan metode perbandingan dengan bantuan pembagian tegangan kapasitif.

I. Tujuan Percobaan
Pada praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mengukur kapasitansi kapasitor dengan metode perbandingan dengan bantuan
pembagian tegangan kapasitif.
2. Mengukur kapasitansi kapasitor plat sejajar.

II. Alat dan Bahan


A. Peralatan
Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1. Penguat electrometer (1 bh)
2. Power Supply 450V (1bh)
3. Volmeter 3V (max 100V) (1bh)
4. Kapasitansimeter (1 bh)
B. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1. Batang penghubung (1 bh)
2. Plat besi (29 cm)
3. Adapter 4 mm (1 bh)
4. Spacer (5bh)
5. Kabel merah 10 cm (1)
6. kabel biru 10 cm (1)
7. kabel merah 25 cm (1)
8. Kabel biru 25 cm (1)
9. kabel hitam 50 cm (1)
10. Kabel biru 50 cm (1)
11. Kabel hitam 1 m (1)
12. Kapasitor (3 bh)

III. Teori
A. Kapasitans Kapasitor
Sebuah kapasitor terdiri dari dua konduktor yang dipisahkan oleh suatu isolator (atau
disebut dielektrik). Kapasitans dari kapasitor bergantung pada geometri konduktor dan

Modul 03. Kapasitas Kapasitor 17


pada bahan insulatornya. Kapasitans (C) dari kapasitor didefinisikan sebagai
perbandingan besar muatan di salah satu konduktor dengan besarnya beda potensial di
antara kedua konduktor (Serway dan Jewett, 2010: 311):
Q
C
V (3.1)
dengan C adalah kapasitansi kapasitor (dalam farad), Q adalah muatan konduktor
(dalam coulomb), dan V adalah beda potensial pada kedua konduktor (dalam volt).

Beda potensial meningkat secara linier dengan muatan yang tersimpan dan
perbandingan Q/V bernilai konstan untuk suatu kapasitor. Karena ada pemisahahan
muatan, kapasitor dapat menyimpan energy listrik yang besarnya
Q2 1
U  C(V )2
2C 2 (3.2).
Oleh karena itu, nilai kapasitansi juga digunakan sebagai ukuran kemampuan kapasitor
untuk menyimpan energy.

B. Kapasitor Keping Sejajar


Dua keping logam yang sejajar dengan luas permukaan , A, yang sama terpisah sejauh
d, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1. Ketika kapasitor diisi dengan cara
menghubungkan kedua keping ini ke kutub-kutub baterai, kedua keping akan
memperoleh muatan yang sama besarnya. Salah satu keping bermuatan positif, yang
lain bermuatan negatif.

Gambar 3.1. Sebuah kapasitor keping sejajar yang terhubung dengan baterai.

Besar medan listrik di antara keping sejajar adalah:

Modul 03. Kapasitas Kapasitor 18


 Q
E 
e0 e0 A (3.3)
Oleh karena medan di antara kedua keping ini terdistribusi merata, besar beda potensial
antara kedua keping adalah
Qd
V  Ed 
e0 (3.4)
Dengan menggunakan persamaan 3.1, kapasitans keping sejajar adalah
e0 A
C
d (3.5)
Kapasitans kapasitor keping sejajar sebanding dengan luas permukaan keping dan
berbanding terbalik dengan jarak pemisah antara kedua kepingnya.

C. Kombinasi Kapasitor
Kombinasi Paralel
Dua kapasitor yang dihubungkan seperti pada Gambar 3.2a dikenal dengan kapasitor
dihubungkan secara parallel. Gambar 3.2(a) menunjukkan diagram rangkaian untuk
kombinasi kapasitor ini.

Gambar 3.2 (a) Kombinasi paralel dua kapasitor di dalam rangkaian listrik dengan beda
potensial yang berasal dari kedua kutub baterai V. (b) Diagram rangkaian untuk
kombinasi parallel. (c) Kapasitans ekuivalennya adalah Cekuivalen =C1+ C2.

Modul 03. Kapasitas Kapasitor 19


Jika muatan maksimum di kedua kapasitor adalah Q1 dan Q2, maka muatan total Q
yang tersimpan oleh kedua kapasitor adalah
Q = Q1 + Q2
Oleh karena tegangan di semua kapasitornya sama, muatan yang dibawanya adalah
Q1 = C1V Q2 = C2V
Anggap kita mengganti kedua kapasitor ini dengan satu kapasitor ekuivalen yang
memiliki kapasitans Cekuivalen, seperti gambar 3.2c. Dengan demikian, untuk kapasitor
ekuivalen,
Q = CekuivalenV
Dengan menyubstitusikan hubungan ketiganya di dalam muatan ke dalam Persamaan
3.5, kita peroleh
CekuivalenV = C1V + C2V
Cekuivalen =C1+ C2 (kombinasi paralel)
Jika kita mengembangkan pernyataan di atas menjadi tiga kapasitor atau lebih yang
terhubung paralel,kita peroleh kapasitans ekuivalennya menjadi
Cekuivalen =C1+ C2 + C3 + …. (kombinasi paralel) (3.7)

Kombinasi Seri
Dua kapasitor yang dihubungkan seperti pada Gambar 3.3a dan diagram rangkaian
ekuivalennya di gambar 3.3b dikenal sebagai kombinasi seri.

Gambar 3.3 (a) Kombinasi seri dua kapasitor. (b) Diagram rangkaian untuk kombinasi
seri. (c) Kapasitans ekuivalen

Muatan kapasitor yang terhubung seri adalah sama


Q = Q1= Q2
Oleh karena tegangan di semua kapasitornya Vsama di baterai terbagi oleh kedua
kapasitor
V = V1 + V2 (3.7)

Modul 03. Kapasitas Kapasitor 20


Anggap kita mengganti kedua kapasitor ini dengan satu kapasitor ekuivalen yang
memiliki kapasitans Cekuivalen, seperti Gambar 3.3c. Dengan demikian, untuk kapasitor
ekuivalen,
Q
V 
Cekuivalen
Beda potensial masing-masing kapasitor adalah
Q Q
C C
V1 = 1 V2 = 2
Dengan menyubtitusikan rumus ini ke dalam persamaan (3.7) kita peroleh
Q Q Q
 
Cekuivalen C1 C2
1 1 1
 
Cekuivalen C1 C2 (Kombinasi seri)
Jika kita mengembangkan pernyataan di atas menjadi tiga kapasitor atau lebih yang
terhubung paralel,kita peroleh kapasitans ekuivalennya menjadi
1 1 1 1
    ...
Cekuivalen C1 C2 C3 (kombinasi seri) (3.8)

D. Menentukan Kapasitansi Kapasitor dengan Metode Perbandingan


Sebuah kapasitor yang nilai kapasitansinya sudah diketahui, C1, dihubungkan secara
seri dengan sebuah kapasitor yang ingin diukur, C2. Sesuai dengan pambahasan pada
rangkaian seri, keduanya membawa muatan yang sama dan Q = CV, sehingga
diperoleh hubungan tegangan pada kapasitor dengan nilai kapasitansinya melalui

C1 V1 = C2V2 = C2 (V0 – V1)


Atau nilai kapasistansi yang ingin diketahui adalah
𝑉0 −𝑉1
𝐶1 = ∙ 𝐶2 (3.9)
𝑉1
Dengan V0 adalah beda potensial pada rangkaian seri, dan V1 adalah beda potensial
pada kapasitor C1, dan V2 adalah beda potensial pada kapasitor C2.

IV. Prosedur Percobaan

A. Percobaan 1. Kapasitas Kapasitor


Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengukur nilai kapasistansi sebuah kapasitor
adalah
1. Menyusun rangkaian seperti pada Gambar 3.4 (Tegangan 3V dan 12V dapat diambilkan
dari power supply 450V).

Modul 03. Kapasitas Kapasitor 21


Gambar 3.4. Rangkaian percobaan 1
2. Memasang Kapasitor 1 nF (C1) sesuai Gambar 3.4.
3. Mengukur tegangan dengan cara sebagai berikut: Masukkan plug c ke dalam soket a.
Mencatat tegangan pada voltmeter (V0)
4. Memasang Kapasitor C2
5. Memasukkan plug c ke dalam soket b. Catatlah tegangan pada Voltmeter (V1)
6. Mengulangi langkah percobaan di atas, tetapi dengan harga kapasitor yang berbeda C1 =
10 nF dan C2 = 1 nF, dan catatlah tegangan V1. Gantilah C1 dan C2 dengan kapasitor yang
lain (C = 100 nF) dengan kombinasi ditentukan asisten.

B. Percobaan 2. Kapasitas kapasitor lempeng.


Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengukur nilai kapasistansi sebuah
kapasitor plat sejajar adalah

1. Menempatkan sekat-sekat 1 mm pada pojok-pojok lempeng, tempatkan pasangan


lempeng pada tepi meja dan kemudian hubungkan kabel pada lempeng atas, panjang 10
cm dan hubungkan melalui adapter 4 mm.

Modul 03. Kapasitas Kapasitor 22


Gambar 3.2. rangkaian percobaan 2

a. Mengukur tegangan V0 seperti pada percobaan 1, kemudian kosongkan kapasitor


lempeng dan kapasitor 1 nF dengan menghubung-singkatkan dengan batang
penghubung, kemudian masukkan kapasitor 1 nF pada posisi yang sudah ditandai.
Catatlah tegangan V1.

V. Pertanyaan
Kerjakan soal-soal berikut ini sebelum anda praktikum:
1. Dua pelat logam persegi dengan panjang sisi l = 29 cm terpisah dengan jarak d = 1 mm.
Tentukan nilai kapasitansi kapasitor.
2. Buktikan persamaan (3.9)?
3. Berapa tegangan V1 yang terukur jika dipilih C1 berikut dengan V0 = 3V dan C2 = 1 nF?
a. C1 = 2,2 nF
b. C1 = 4,7 nF

VI. Tugas Akhir


1. Tentukan nilai kapasitor yang tidak diketahui dan bandingkanlah dengan nilai
sebenarnya!
2. Tentukan hubungan antara muatan dengan pasangan kapasitor dalam percobaan
tersebut?
3. Berikan kesimpulan anda!

VII. Daftar Pustaka


Serway, Jewett. 2004. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Salemba Teknika.
Brausers. 1990. Electrostatics 2 Charge and Fields, Student’s work sheets. Germany.

Modul 03. Kapasitas Kapasitor 23


LEMBAR KERJA MAHASISWA

Percobaan 1. Kapasitas kapasitor.

C1 C2 V0 V1

Percobaan 2. Kapasitas kapasitor lempeng.

d(mm) C2 V0 V1

Modul 03. Kapasitas Kapasitor 24


MODUL 04
LENSA

Lensa biasanya digunakan untuk membentuk bayangan melalui pembiasan pada alat-alat optik
seperti kamera, teleskop, dan mikroskope. Kita tahu bahwa cahaya yang melewati sebuah lensa
dibiaskan oleh dua permukaan.

I. Tujuan Percobaan
Praktikum lensa ini bertujuan untuk :
1. Memahami prinsip kerja lensa
2. Menentukan panjang titik api lensa positif dan lensa negatif

II. Alat dan Bahan


Dalam melakukan percobaan lensa dibutuhkan beberapa alat dan bahan yang perlu di
sediakan terlebih dahulu. Adapun alat dan bahan yang diperlukan yaitu:
1. Bangku optis. (1 buah)
2. Sumber cahaya (1 buah)
3. Power supply (1 buah)
4. Lensa positif dan negatif (masing-masing 2 buah)
5. Layar.(1 buah)
6. Meteran (1 buah)

III. Teori
Sebuah bayangan bisa terjadi melalui proses pembiasan cahaya menggunakan lensa.

A. Lensa Tipis
Ada dua macam lensa tipis yaitu lensa cembung/lensa positif/lensa konvergen
yang bersifat mengumpulakan sinar dan lensa cekung/lensa negatip/lensa divergen
yang bersifat menyebarkan sina. Bentuk-bentuk lensa tipis dapat digambarkan sebagai
berikut:

Gambar 4.1. bentuk-bentuk lensa cembung dan lensa cekung


Dalam sistem lensa dikenal sumbu utama optik, pusat optik, titik fokus dan
panjang fokus (f) dan bidang fokus. Suatu lensa tipis mempunyai dua titik fokus yang
berjarak fokus (f) di kiri kanan dari pusat optik.
Hubungan antara jarak benda,bayangan dan fokus lensa tipis memenuhi
persamaan:

Modul 04. Lensa 25


1 1 1
  (4.1)
s s' f
dengan :
s = Jarak benda terhadap lensa.
s’= Jarak bayangan terhadap lensa
f = jarak lensa.
Jarak fokus lensa sederhana dapat dihitung dengan rumus :
 1 1 
 n  1 
1
 (4.2)
f  R1 R2 
disini R1 dan R2 masing-masing merupakan jari-jari permukaan lensa pertama dan
kedua dan n merupakan indeks bias bahan lensa, sedangkan Pembesaran lensa (M)
didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak bayangan s’ dengan jarak benda
sebenarnya s.(Serway-Jewet. Buku 3 Edisi 6 : 70)
s'
m= (4.3)
s

IV. Cara Kerja


Dalam praktikum lensa, kita akan mengetahui bagaimana prinsip kerja dari
lensa tipis baik lensa konverge, divergen dan gabungan dari kedua lensa tersebut serta kita
aka mengukur jarak fokus dari lensa konvergen dan divergen. Adapun langkah-langkah
kerja yang harus dilakukan sebagai berikut :
A. Menentukan panjang titik api lensa positif
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menentukan panjang titik api lensa
sebagai berikut :
1. Susunlah alat seperti pada gambar 4.2!
2. Buatlah bayangan yang jelas tajam dengan sebuah lensa positif dengan layar.
3. Ukurlah jarak bayangan tersebut, catatlah jarak benda terhadap lensa (s) dan catat
jarak bayangan (s’). Hitunglah panjang titik apinya (f) dengan persamaan (4.1).
Tentukan juga perbesaran bayangan M.
4. Ulangi Langkah 2 dan 3 beberapa kali dengan nilai jarak benda (s) yang berlainan
atau menurut petunjuk asisten.

Gambar 4.2. Menentukan fokus lensa tipis


B. Menentukan panjang titik api lensa negatif dengan lensa gabungan
Lensa negatif terletak dibelakang lensa positif.
1. Buatlah bayangan yang jelas tajam dengan sebuah lensa positif dengan layar,
ukurlah nilai s1 dan s1’.

Modul 04. Lensa 26


2. Kemudian letakkan sebuah lensa negatif di antara lensa positif dan layar, serta
geserkan layar mendekati lensa negative hingga diperoleh lagi bayangan yang jelas
dan tajam. Ukurlah jarak antara kedua lensa (x) serta jarak bayangan dengan lensa
negatif (s2’).
3. Dengan data tersebut di atas maka dapat dihitung panjang titik api dari kedua lensa
tersebut dengan persamaan:
1 1 1
= +
𝑓1 𝑠1 𝑠1 ′
Untuk lensa negatif (lensa kedua)
1 1 1
= +
𝑓2 𝑥 − 𝑠1 ′ 𝑠2 ′
Tentukan pula perbesaran bayangan M
4. Ulangi percobaan tersebut beberapa kali dengan nilai jarak s1 yang berlainan atau
menurut petunjuk asisten.

V. Pertanyaan
Untuk lebih memahami dan memudahkan praktikan dalam melakukan praktikum lensa
berikut beberapa pertanyaan yang terkait dengan materi lensa :
1. Untuk masing-masing lensa, lukiskan jalan cahaya dari sebuah benda didepan lensa!
2. Buktikan rumus (4.2) !
3. Apakah keuntungan yang diperoleh dengan memakai lensa gabungan?
4. Bagaimana hubungan antara pembesaran bayangan dengan jarak fokus lensa dan jarak
benda ?
5. Apa yang terjadi bila lensa negatif berada di belakang lensa positif ? Lukiskan jalan
cahayanya !

VI. Tugas Akhir


Setelah melakukan praktikum lensa ini kerjakanlah tugas akhir dibawah ini sebagai
pendukung dalam pembuatan laporan praktikum.
1. Buat grafik antara ss’terhadap s + s’ dan hitung jarak fokus dan kuat lensa !
2. Hitung jarak fokus lensa negatif serta kuat lensanya!

VII. Daftar Pustaka


Halliday, Resnick, Walker, 2005. Fisika Dasar, Edisi 7 Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Serway, Jewett. 2004. Fisika Untuk Sains dan Teknik, Buku 3 Edisi 6. Jakarta : Salemba
Teknika.

Modul 04. Lensa 27


LEMBAR KERJA MAHASISWA

1. Menentukan panjang titik api lensa positif.

No s(cm) s’(cm)
1
2
3
4
5

2. Menentukan panjang titik api lensa negatif (terletak dibelakang lensa positif)

No s1(cm) s1’(cm) x(cm) x-s1’(cm) s2’(cm)


1
2
3
4
5

Modul 04. Lensa 28


MODUL 05
DIFRAKSI CAHAYA

I. Tujuan Praktikum
Pada praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memahami prinsip dasar difraksi oleh kisi
2. Menentukan panjang gelombang cahaya laser menggunakan difraksi cahaya pada kisi.

II. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
1. Sumber Laser (1 buah)
2. Kisi (1 buah)
3. Layar (1 buah)
4. Penggaris (1 buah)

III. Teori
Difraksi merupakan peristiwa pembelokan cahaya akibat melalui celah yang sempit,
gangguan/halangan. Jika lebar celah sempit proporsional dengan panjang gelombang sinar
datang maka akan terbentuk pola gelap terang yang ditangkap pada layar. Pada praktikum
ini akan dibahas difraksi pada celah banyak (kisi). Persamaan umum difraksi pada celah
banyak adalah:
m = d sin 
𝑑∙𝑦
 = 𝑚∙𝑙 (5.1)

dengan  adalah panjang gelombang cahaya, d adalah jarak antar celah,  adalah sudut
perbedaan fasa, m menyatakan orde terang, y adalah jarak pola terang, l adalah jarak kiri ke
layar.

Gambar 5.1. Mekanisme difraksi pada kisi.

Modul 05. Difraksi Cahaya 29


IV. Prosedur Percobaan
Untuk keselamatan, meskipun laser yang digunakan berenergi
rendah dan tidak merusak pakaian atau kulit, tidak boleh dilihat
secara langsung atau dari pantulannya oleh cermin/permukaan
mengkilat karena dapat merusak kornea mata. Jagalah sinar laser
anda tidak mengenai mata teman anda

A. Percobaan Menentukan Panjang Gelombang Sinar Laser


Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan panjang gelombang sinar laser
yaitu:
1. Meletakkan sumber laser pada meja, sinar diarahkan mendatar dan tegak lurus pada
layar atau tembok.
2. Meletakkan kisi difraksi 300 garis/mm (dengan jarak antara celah yang telah
diketahui) di depan lubang tempat sinar laser keluar, sehingga pada difraksi terletak
tepat horizontal pada layar.
3. Mengatur jarak antara kisi difraksi dengan layar, L, sebesar 20 cm. seperti pada
Gambar 5.2.
4. Mengukur jarak y tiap pola difraksi (maks. 3 pola) yang terjadi (terang ke m) ke pola
difraksi pusat.
5. Ubah jarak antara kiri difraksi dengan layar L, sebesar 30 cm dan 40 cm, ulangi
langkah (4).
6. Mengulangi langkah 3-5 dengan kisi 100 garis/mm dan kisi 600 garis/mm.

Gambar 5.2. Ilustrasi percobaan difraksi kisi.

V. Pertanyaan
1. Apakah yang dimaksud dengan difraksi dan interferensi?
2. Apa yang dimaksud dengan pola difraksi dan bagaimana terjadinya!
3. Tentukan persamaan sin (theta) terhadap L dan y.

Modul 05. Difraksi Cahaya 30


VI. Tugas Akhir
1. Tentukan panjang gelombang laser berdasarkan percobaan anda.
2. Berikan kesimpulan anda!

VII. Daftar Pustaka


Halliday, Resnick, Walker, 2005. Fisika Dasar, Edisi 7 Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Serway, Jewett. 2004. Fisika Untuk Sains dan Teknik, Buku 3 Edisi 6. Jakarta : Salemba
Teknika.

Modul 05. Difraksi Cahaya 31


LEMBAR KERJA MAHASISWA

Konstanta
No Kisi d (m) l (m) y1 (m) y2 (m) y3 (m)
(garis/mm)
1 100 1,0.10 – 5 0,2
0,3
0,4
2 300 3,3.10 – 6 0,2
0,3
0,4
3 600 1,6.10 – 6 0,2
0,3
0,4

Modul 05. Difraksi Cahaya 32


MODUL 06
TRANSFORMATOR (TRAFO)

I. Tujuan
a. Mempelajari prinsip kerja trafo.
b. Menemukan hubungan antara tegangan masukan/primer dan tegangan keluaran/
sekunder.
c. Mempelajari efisiensi trafo.
d. Mempelajari hubungan antara arus masukan/primer dan arus keluaran/ sekunder.

II. Alat dan Bahan


a. Demountable transformator (dengan 2 kumparan identik 12 V AC)
b. Teras besi
c. Multimeter 2 buah
d. Power Supply AC/DC
e. Kabel penghubung

III. Teori

Sebuah kawat jika dialiri arus listrik, maka di sekitar kawat berarus tersebut akan timbul
medan magnetik. Jika kawat melingkar atau segi empat, maka kuat medan magnetik yang
paling besar berada pada tengah lingkaran atau segi empat kawat tersebut. Kuat medan
magnetik akan lebih besar jika lilitan dibuat berlapis- lapis membentuk kumparan. Kuat
medan magnetik akan lebih besar lagi jika di dalam lingkaran diberi inti besi. Fungsi inti
besi ialah untuk mengarahkan medan magnetik untuk arus yang diketahui agar seluruh
fluks magnetik yang melalui kumparan masuk melalui kumparan lain (Paul A. Tipler, 2001:
372).

Selanjutnya jika pada inti besi tersebut diberi kumparan yang lain dan kumparan pertama
dialiri arus bolak- balik, maka pada ujung kumparan kedua akan timbul beda tegangan
bolak- balik pula. Besar tegangan yang terjadi tergantung pada jumlah lilitan pada
kumparan. Rangkaian kumparan tersebut membentuk suatu alat yang dinamakan
transformator. Transformator merupakan piranti untuk mengubah tegangan dan arus
bolak- balik tanpa kehilangan daya yang cukup besar. Operasinya didasarkan pada
kenyataan bahwa arus bolak- balik dalam satu rangkaian akan menginduksi ggl bolak-balik
pada rangkaian di dekatnya akibat adanya induktansi pada kedua rangkaian. Kumparan
yang menyalurkan daya masukan disebut kumparan primer, dan kumparan lain disebut
kumparan sekunder (Paul A. Tipler, 2001: 372). Perbandingan jumlah lilitan dengan
tegangan listrik bolak- balik dapat dirumuskan sebagai berikut :
V1 N 1

V2 N 2

Modul 06. Transformator (Trafo) 33


Dari pertimbangan energi, daya yang diantarkan ke primer menyamai daya yang diambil
keluar dari sekunder (karena tidak ada hambatan dalam lilitan), sehingga : V1 I1 = V2 I 2

(Hugh D. Young dan Roger A. Freedman, 2004: 453)

Berdasarkan persamaan diatas dapat diketahui perbandingan jumlah lilitan, tegangan


listrik bolak- balik dan kuat arus listrik sebagai berikut:

N1 : N2 = V1 : V2 = I 2 : I1
Keterangan:
N1 = Jumlah lilitan primer
N2 = Jumlah lilitan sekunder
V1 = Tegangan primer
V2 = Tegangan sekunder
I1 = Kuat Arus primer
I2 = Kuat Arus sekunder
Transformator daya (trafo) dapat digunakan untuk mengubah nilai tegangan, yaitu dengan
menaikkan atau menurunkan tegangan listrik bolak- balik. Transformator terdiri atas inti
besi lunak, kumparan primer, dan kumparan sekunder. Inti transformator terdiri atas teras
besi lunak berbentuk U dan penutup besi berbentuk I, sehingga berbentuk segi empat. Inti
besi lunak dibuat berlapis-lapis dan penempatan teras besi U dan I dibuat berselang- seling.
Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya panas akibat arus pusar atau arus Eddy
(Serway, Jewett., 2004:665).

Biasanya transformator mempunyai efisiensi, artinya tidak ada trafo yang mempunyai
efisiensi 100%. Meskipun inti besi transformator telah dibuat berlapis- lapis tetapi tetap
kehilangan energy berupa panas akibat terjadinya arus putaran (eddy current).

Efisiensi Trafo h = (Ps/Pp)x100%

Dimana P=VI
Keterangan: Ps = Daya Skunder
Pp = Daya Primer

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Susunlah alat-alat dan bahan seperti pada gambar berikut ini,

Modul 06. Transformator (Trafo) 34


Gunakan: Kumparan I (N1/primer/masukan) : 240 lilitan,
Kumparan II (N2/sekunder/keluaran) : 240 lilitan

2. Pasang tegangan masukan sebesar 6 Volt DC pada kumparan 1 (primer) dengan 240
lilitan. Pasang multimeter pada masukan kumparan 1 (primer) dan pada kumparan II
(sekunder).
3. Ukur nilai Tegangan masukan dan keluaran pada multimeter, sesuai dengan lilitan
primer dan lilitan sekunder yang terdapat pada tabel pengamatan. Catat hasil
pengukuran pada tabel pengamatan!
4. Ganti tegangan masukan menjadi 6 volt AC, kemudian ulangi langkah 3.

V. PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud trafo step-up dan trafo step-down?
2. Bagaimanakah hubungan antara N2/ N1 dan V2/ V1 dirumuskan?
3. Sebuah trafo dihubungkan dengan tegangan AC 110 volt dan kuat arusnya 2 A. Bila
bagian sekunder menghasilkan daya 165 watt, maka efisiensinya adalah….

VI. TUGAS AKHIR


1. Mengapa Trafo tidak dapat bekerja pada tegangan DC?
V2 V1
2. Dari masing-masing perhitungan   bagaimana kecenderungan nilainya?
N 2 N1
P2
3. Efisiensi dapat pula dinyatakan sebagai   , dimana P = V.I. Bagaimanakah
P1
hubungan kuat arus pada kumparan I dan kuat arus pada kumparan II, bila trafo
tersebut ideal ?
4. Buatlah kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan!

VII. Daftar Pustaka


Serway, Jewett. 2004. Fisika Untuk Sains dan Teknik, Buku 2 Edisi 6. Jakarta : Salemba
Teknika.
Tipler, Paul A. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik, Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Young, Hugh D., Freedman. 2004. Fisika Universitas, Jilid 2 Edisi 10. Jakarta : Erlangga.

Modul 06. Transformator (Trafo) 35


LEMBAR KERJA MAHASISWA

Tegangan Masuk : .................

N1 N2 V1 V2 V2 V1
NO N2/ N1 V2/ V1 
(lilitan) (lilitan) (Volt) (Volt) N 2 N1
1 240 240

2 240 160

3 240 120

4 240 80

5 240 40

6 120 240

7 120 160

8 120 120

9 120 80

10 120 40

11 80 240

12 80 160

13 80 120

14 80 80

15 80 40

Modul 06. Transformator (Trafo) 36


MODUL 07
MEDAN MAGNET

I. Tujuan
1. Menyelidiki adanya medan magnet di sekitar kumparan
2. Mempelajari besarnya medan magnet di dalam dan di luar solenoida
3. Menentukan hubungan antara Medan magnetik dan arus listrik
4. Menentukan tetapan permeabilitas µ0.

II. Alat dan Bahan


1. Perangkat Hall effect dan probe (1 set)
2. Solenoida (inti udara) 770 lilitan, 5A Max (1 buah)
3. Lilitan transformator 80 lilitan (1 buah)
4. Kabel banana-banana (4 buah)
5. Mistar (1 buah)

III. Teori Medan Magnet


Medan Magnet adalah suatu ruang (daerah) dimana jika terdapat muatan listrik dalam
daerah tersebut mengalami gaya tertentu (bukan gaya gesekan) selama muatan itu
bergerak. Keberadaan medan magnet di sekitar kawat berarus dapat dideteksi dengan
melihat efeknya pada jarum kompas.
Sebuah solenoid dapat dibuat dengan cara melilitkan kawat pada sebuah tabung dalam
jumlah lilitan tertentu. Jika solenoid tersebut dialiri arus listrik, maka di dalam solenoid
dapat dijangkitkan medan magnetic. Besarnya medan magnetic tersebut dinyatakan
dengan persamaan:
B = µ0 n I (1)
Dengan,
N
n=
L
Dimana:
B : kuat medan magnetic (Gauss / Tesla)
µ0 : tetapan permeabilitas (4  10 – 7) Tesla-meter/Ampere
n : jumlah lilitan per satuan panjang solenoid
I : Arus listrik (Ampere)

Besar induksi magnetik dalam solenoide

Bila kedalam solenoide dialirkan arus listrik, di dalam selenoide terjadi medan magnet.
Arah medan ini dapat ditentukan dengan aturan tangan kanan.

Modul 07. Medan Magnet 37


Gambar :

Jari-jari penampang solenoide a, banyaknya lilitan N dan panjang solenoide  .


N
Banyaknya lilitan pada dx adalah : .dx atau n dx, n banyaknya lilitan tiap satuan

panjang di titik P. Bila  sangat besar dibandingkan dengan a, dan p berada di tengah-
tengah maka 1= 0 0 dan 2 = 180 0
Induksi magnetik di tengah-tengah solenoid :

B
 0
n I .2
2
B n I (2)
0

Bila p tepat di ujung-ujung solenoid 1= 0 0 dan 2 = 90 0

B
 0
n I .1
2

B
 0
n I (3)
2

IV. Prosedur Kerja


Mengamati hubungan kuat medan magnetik dalam solenoid dengan arus listrik:
1. Susun rangkaian seperti gambar di bawah ini. Atur posisi saklar OFF dan saklar catu
daya OFF.

Modul 07. Medan Magnet 38


2. Tempatkan Hall probe dari peralatan Hall di tengah-tengah solenoid. Nyalakan
Peralatan dan Catu Daya, atur saklar pada posisi Arus dan atur arus pada posisi
minimum.
3. Atur “Zero Adjust” untuk menolkan peralatan.
4. Putar knob pengatur arus (current) hingga penunjuk skala pada milli Tesla naik 1
garis. Catat kedudukan Arus dan skala milli Tesla.
5. Kemudian Pindahkan posisi hall probe ke ujung lilitan kemudian dan catat Pembacaan
Arus dan skala milli Tesla.
6. Ulangi langkah (4 dan 5) hingga mencapai arus 2 Ampere.
7. Gantilah solenoid dengan lilitan Transformator.
8. Ulangi langkah (2 s.d. 6)

V. PERTANYAAN
1. Jelaskan perbedaan solenoida dan toroida?
2. Sebuah solenoida dengan panjang 15 cm memiliki lilitan sebanyak 770 lilitan dan
dialiri arus = 2 A. Tentukan Besar induksi magnet di:
a. Ujung Solenoida
b. Tengah Solenoida
3. Jika sebuah solenoida dialiri arus listrik DC, maka hal Apa yang terjadi pada
solenoida?

VI. Tugas Akhir


1. Buatlah grafik medan magnetik B terhadap arus listrik I yang melalui solenoid.
2. Bagaimanakah hubungan medan magnetik di dalam solenoid dengan arus listrik?
3. Jika hukum Ampere dapat diterapkan dalam solenoid, tentukan besarnya tetapan
permeabilitas µ0 berdasarkan grafik yang saudara buat.
4. Bandingkan hasil perhitungan µ0 dengan referensi.
5. Berdasarkan percobaan di atas buatlah kesimpulan anda.

Modul 07. Medan Magnet 39


LEMBAR KERJA MAHASISWA

A. Table Pengamatan 1 (770 lilitan)


Medan Magnetik (mT)
No I (A)
Tengah Ujung
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

B. Table Pengamatan 2 (240 lilitan)


Medan Magnetik (mT)
No I (A)
Tengah Ujung
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Modul 07. Medan Magnet 40


MODUL 08
RANGKAIAN RLC

Rangkaian bolak balik (AC) merupakan rangkaian yang dialiri arus bolak balik. Pada
prinsipnya, komponen yang dipasang pada rangkaian bolak balik dapat diganti dengan
rangkaian yang mengandung resistor, induktor, dan kapasitor (RLC).
Sebelum melakukan praktikum ini anda sebaiknya membaca Modul 02 mengenai
penggunaan ammeter dan voltmeter.

I. Tujuan Percobaan
Pada praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Memahami rangkaian AC dengan resistor, inductor dan kapasitor.
2. Mengukur hambatan (R), impedansi induktif (XL) dan reaktansi kapasitif (XC).
3. Mengukur impedansi total (Z) untuk rangkaian RLC seri.

II. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum rangkaian RLC ini yaitu:
1. Multimeter analog (2 buah)
2. Kapasitor set (1 buah)
3. Resistor set (1 buah)
4. Air Cored Inductor (3 buah)
5. Function Generator (1 buah)

III. Teori
Sebuah rangkaian terhubung seri yang terdiri dari resistor, induktor dan kapasitor seperti
gambar berikut:

Gambar 4.1. Rangkaian RLC terhubung seri

Dari rangkaian pada Gambar 4.1 diperoleh tegangan berubah secara sinusoidal terhadap
waktu (Serway :654).
v  Vmaks sin t (4.1)
Dan arus berubah
Modul 08. Rangkaian RLC 41
i  I maks sin(t   ) (4.2)
Dengan:
∅ = sudut fasa
Untuk memperoleh jumlah tegangan sesaat yang melewati tiga elemen dapat menggunakan
pendekatan diagram phasor :

Gambar 4.2 Diagram phasor rangkaian RLC (Serway : 655).


∆𝑉𝑅 , ∆𝑉𝐿 , dan ∆𝑉𝐶 merupakan nilai tegangan maksimum yang melewati elemen resistor,
induktor dan kapasitor.

∆𝑉𝑅 = 𝐼𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑅∆𝑉𝐿 = 𝐼𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑋𝐿 ∆𝑉𝐶 = 𝐼𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑋𝐶 (4.3)


VLmaks
reaktansi induktif : X L  L  (4.4)
I maks
1 VCmaks
reaktansi kapasitif : XC   (4.5)
C I maks
Berdasarkan gambar 4.2 dengan dalil Phytagoras maka (Mikhrajuddin :334)
∆𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 = √(𝐼𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑅)2 + (𝐼𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑋𝐿 − 𝐼𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑋𝑐 )2 = 𝐼𝑚𝑎𝑘𝑠 √𝑅 2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2 (4.6)
dari persamaan (4.2) diperoleh:
Vmaks
i= sin t    (4.7)
R 2  X L  X C 
2

X L  XC
beda sudut fase :   arctan (4.8)
R
impedansi rangkaian : Z  R 2  X L  X C 
2
(4.9)

IV. Prosedur Percobaan


A. Menentukan Z, XL, XC, dan R
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan Z, XL, XC, dan R yaitu
1. Menyusun rangkaian seperti Gambar 4.1.
2. Mengatur amplitudo gelombang pada nilai tertentu yang tetap, kemudian mengatur
frekuensinya pada generator fungsi sehingga diperoleh arus yang paling besar
(Imaks). Mencatat penunjukkan arusnya pada amperemeter.
3. Ukur tegangan untuk Total V, Tegangan R (=VR), C (=VC) dan L (=VL).
4. Mengulangi langkah 2 dan 3 untuk 10 nilai frekuensi.

Modul 08. Rangkaian RLC 42


V. Pertanyaan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini sebelum Anda praktikum.
1. Jelaskan perbedaan tegangan DC dengan AC? bagaimana cara mengubah sumber AC
menjadi DC atau sebaliknya dari AC menjadi DC?
2. Jelaskan bagaimana cara menghasilkan arus dan tengangan AC, dan bagaimana bentuk
grafik dari arus dan tegangan AC tersebut?
3. Jelaskan karakteristik dan fungsi dari : Resistor, Induktor dan Kapasitor ?
4. Apa yang di maksud dengan : Reaktansi Kapasitif, Reaktansi Induktif, Impedansi dan
Frekuensi Resonansi ?

VI. Tugas Akhir


1. Hitunglah R, XL, XC, dan Z dari percobaan di atas. Buat tabel perhitungan pergunakan
satuan SI !.
2. Buat grafik XLvs f, XCvs f, R vs f dan Z vs f !.
3. Hitunglah kapasitansi dari kapasitor dengan metode kuadrat terkecil !.
4. Hitunglah Induktansi dari Induktor dengan metode kuadrat terkecil !.
5. Berikan analisa dan kesimpulan dari percobaan yang telah anda lakukan !.

VII. Daftar Pustaka


Abdullah, Mikrajuddin. 2006. Diktat Kuliah Fisika Dasar II. Bandung.

Modul 08. Rangkaian RLC 43


LEMBAR KERJA MAHASISWA

I maks = ______________ Ampere


R = ______________Ohm ; L = ________________mH ; C = ____________uF
V = _____________Volt

Frekuensi (Hz) V (Volt) VR (Volt) VL (Volt) VC (Volt)

Modul 08. Rangkaian RLC 44

Anda mungkin juga menyukai