KELOMPOK 4
I Made
Rafika
Shamsul Hadi
Kelas :C
Petugas :
1. Pengawas 1 Orang
2. Pelaksana 6 Orang
Koordinasi :
1. Instruktur
2. Spv/ Staff Laboratorium
Langkah Kerja :
A. Persiapan Pemeliharaan
1. Petugas pelaksana menerima PK dari instruktur untuk melakukan
pemeliharaan peralatan hubung bagi (PHB) tegangan rendah (TR) & Trafo
Distribusi
2. Siapkan alat kerja, alat ukur, alat K-3, material kerja dan galat bantu sesuai
dengan kebutuhan
Daftar Isi:
A. Uraian Pekerjaan
- Tiang : 2 Tiang
- Pembumian Trafo :
Karakteristik Health Index
Baik Cukup Kurang Buruk
Pembumian R < 1,7 Ω 1,7 < R < 5 Ω 5 < R < 10 Ω R > 10 Ω
Trafo
√
(0,99 Ω)
Arrester √
(10,87 Ω)
Netral PHB-TR √
(0,66 Ω)
- Kondisi PHBTR :
- Besar beban
- Tegangan Transformator TR
Primer Sekunder
R–S : R–S :
S–T : S–T :
T–R : T–R :
S – Body : S – Body :
T – Body : T – Body :
B.
Pada gardu KA 1396, jenis cross arm/traves yang digunakan adalah UNP 10 (2 x 1,8
Meter) Deviasi 0 – 15°. Gardu KA 1396 berada ditengah jaringan dengan sudut deviasi 0-
15°. Sehingga dapat dianalisa bahwa jenis palang yang digunakan pada gardu KA 1396
sudah sesuai dengan standar yang berlaku.
Pada gardu PDN 001, rating arrester yang digunakan adalah 24 kV 10 kA. Lokasi gardu
PDN 001 berada diujung jaringan, maka rating LA yang digunakan adalah 10 kA. Sehingga
dapat dianalisa bahwa LA yang terpasang pada PDN 001 sesuai dengan standar yang
berlaku.
5. Analisa Kondisi Fisik Trafo
Hasil visual inspeksi terhadap trafo distribusi di gardu KA 1396 menunjukkan bahwa
kondisi fiisk trafo mengalami cacat sirip major. Gambar 3 menunjukkan terdapat cacar
pada sirip trafo akibat gesekan dengan kabel optic dari pihak ketiga. Sehingga dapat
dianalisa bahwa helath index trafo pada gardu KA 1396 tergolong dalam kategori kurang
baik. Sehingga langkah pemeliharaan yang dapat diambil adalah dengan melakukan
pergantian trafo dengan kapasitas yang sama.
Berdasarkan data asset pengukuran tahanan pembumian trafo distribusi pada gardu
PDN 001, menunjukkan nilai tahanan pembumian arrester sebesar 10,87 Ohm, tahanan
pembumian Trafo sebesar 0,99 Ohm dan tahanan pembumian netral PHB-TR sebesar 0,66
Ohm. Sehingga dapat dianalisa bahwa health index trafo pada gardu PDN 001 berdasarkan
nilai tahanan pembumian arrester tergolong dalam kategori buruk, nilai tahanan
pembumian body trafo tergolong dalam kategori baik dan pembumian titik netral PHB-TR
tergolong dalam kondisi baik. Pada Buku 1 Kriteria Desain enjineering Konstruksi Jaringan
Berdasarkan hasil visual inspection pada gardu PDN 001, kondisi PHB-TR dalam
keadaan kotor namun instalasi pada PHB-TR masih dalam keadaan rapi. Maka kondisi PHB-
TR masih tergolong dalam kondisi cukup baik. Ketika pekerjaan pemeliharaan, PHB-TR juga
sudah dibersihkan dari kotoran-kotoran debu yang ada di PHB-TR. Selain itu, menurut
standar Buku 1 Kriteria Desain enjineering Konstruksi Jaringan Distribusi Bab 7 halaman 10
point 7.3.1.2 tentang Konstruksi PHB-TR menyatakan bahaw PHB-TR dipasang sekurang-
kurangnya 1,2 meter dari permukaan tanah atau bebas terkena banjir. Pada gardu KA
1396, ketinggian PHB-TR adalah 120 cm dan terbebas dari banjir.
Pada Buku 1 Kriteria Desain enjineering Konstruksi Jaringan Distribusi Bab 7 halaman
10 point 7.3.1.2 ditentukan standar arus pengenal NFB pada PHB-TR. Arus pengenal saklar
utama atau NFB sekurang-kurangnya sama dengan 115% arus nominal transformator sisi
tegangan rendah. Sehingga untuk dapat menentukan standar rating NFB yang digunakan
¿ 331,98 A
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka dapat dianalisa bahwa arus pengenal
NFB yang seharusnya terpasang pada PHB-TR PDN 001 adalah sekurang-kurangnya sebesar
331,98 A. Rating NFB yang sering digunakan dilapangan adalah NFB dengan arus pengenal
630 A. Pada gardu PDN 001, rating saklar utama yang digunakan pada PHB-TR adalah
sebesar 630 A. Sehingga dapat dianalisa bahwa rating saklar utama yang diguanakan pada
PDN 001 sudah sesuai dengan standar yang berlaku.
Pada gardu PDN 001, trafo distribusi yang terpasang adalah trafo dengan kapasitas 200
kVA, sehingga dapat ditentukan arus nominal trafo sebagai berikut:
S
I full−load/ nominal =
√ 3 x Vn
200 kVA
¿ =288,67 A
√3 x 400 V
¿ 331,98 A
jumlah jurusan
288,67 A
¿ =144,67 A
2
Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat dianalisa bahwa KHA minimum penghantar
yang dapat digunakan sebagai kabel jurusan/outcoming PHB-TR adalah sebesar 144,67 A.
Pada gardu PDN 001, penghantar yang digunakan sebagai outcoming PHB-TR adalah NYY
70 mm2. Merujuka pada tabel 7, KHA NYY 70 mm 2 jika terpasang diudara adalah sebesar
269 A. Dengan demikian dapat dianalisa bahwa penghantar outcoming PHB-TR yang
digunakan pada gardu PDN 001 sudah sesuai dengan standar yang berlaku.
{|0,89−1|+|1,3−1|+|0,8−1|}
%Ketidakseimbangan beban❑= x 100 %
3
¿ 20,3 %
Berdasarkan hasil perhitungan persentase ketidakseimbangan beban, dapat dianalisa
bahwa health index trafo berdasarkan ketidakseimbangannya tergolong dalam kondisi
kurang baik dengan nilai ketidakseimbangan sebesar 20,3 %.
11. Analisa Persentase Besar Arus Netral TR Terhadap Arus Beban Trafo
Merujuk pada Surat Edaran Direksi PT. PLN (Persero) No. 0017.E/DIR/2014 tentang
Metode Pemeliharaan Trafo Distribusi Berbasis Kaidah Manajemen Aset halaman 8 bagian
6.6.2.6 Matriks online Assessment tier-1 pada trafo distribusi menetapkan acuan Load
Persentasi besar arus netral TR terhadap arus beban trafo ketika kondisi pemeliharaan
pada gardu PDN 001 dapat ditentukan sebagai berikut:
IN
% N sebelum =
Ir+ Is+ It
1,03
% N sebelum = =34,44 %
0,89+ 1,3+ 0,8
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat dianalisa bahwa persentasi besar arus
netral TR terhadap arus beban trafo pada kondisi dilakukan pemeliharaan adalah sebesar
34,44 %. Sehingga dapat dianalisa bahwa berdasarkan standar yang berlaku pada tabel 12,
maka health index trafo pada gardu PDN 001 berdasarkan besar arus netral TR terhadap
arus beban trafo tergolong dalam kondisi buruk.
Pada gardu PDN 001, kapasitas trafo distribusi yang terpasang adalah trafo dengan
kapasitas 200 kVA. Besarnya nilai pembebanan pada kondisi beban sebelum dan sesudah
pemeliharaan (tabel 10) dapat ditentukan sebagai berikut.
Primer Sekunder
R–S : R–S :
S–T : S–T :
T–R : T–R :
R – Body : R – Body :
S – Body : S – Body :
T – Body : T – Body :
S–N : 135MOhm
Data hasil pengukuran tahanan isolasi primer – ground trafo 100 kVA pada gardu KA
1396 adalah sebesar 0,008 GΩ. Tahanan isolasi sekunder – ground sebesar 0,01 GΩ dan
tahanan isolasi primer-sekunder sebesar 0,02 GΩ. Berdasarkan data hasil pengukuran
tahanan isolasi trafo 250 kVA pada gardu KA 1396, dapat dianalisa bahwa nilai tahanan
isolasi Primer-body dan primer – sekunder tidak memenuhi standar yang berlaku karena
nilai dari hasil pengukuran tahanan isolasi trafo lebih kecil dari tahanan minimal yang
ditetapkan oleh IEC 60076-3-2013. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya
gangguan pada gardu KA 1396. Ketika tahanan isolasi trafo sudah rusak, maka ketika trafo
dioperasikan akan terjadi hubung singkat/short circuit yang menyebabkan FCO sebagai
peralatan proteksi bekerja memutus trafo dari JTM.
14. Analisa Tegangan Pelayanan
Merujuk pada standar tegangan pelayanan yang diatur pada SPLN No. 1 Tahun 1995
bahwa toleransi nilai tegangan pada terminal sekunder Trafo disitribusi 230/400 V adalah
sebesar +5% dan -10%. Artinya adalah nilai tegangan yang diizinkan adalah tidak boleh
melebihi 5% dari tegangan nominal dan tidak boleh kurang dari 10% tegangan nominal.
Maka standar tegangan yang diizinkan pada terminal sekunder trafo dapat ditentukan
sebagai berikut:
Tegangan Standar V phasa-phasa:
Vp-p max = Vnominal (1 + 5%) Vp-p min = Vnominal (1 - 10%)
= 400 (1 + 5%) V = 400 (1 – 10%) V
= (400 + 20) V = (400 – 40) V
= 420 V = 360 V
Tegangan Standar V phasa-netral:
Vp-n max = Vnominal (1 + 5%) Vp-n min = Vnominal (1 - 10%)
= 231 (1 + 5%) V = 231 (1 – 10%) V
= (231 + 11,5) V = (231 – 23,1) V
= 242.5 V = 207,9 V