Anda di halaman 1dari 6

1.

Prosedur BOP
a. Kapan dilakukan BOP pressure test?
- Sheel test : Setiap sebelum digunakan (Setelah N/U BOP)
- Full test : 21 hari setelah digunakan
- Yang dapat membatalkan full test : drilling well, gas well, penggantian mechanical
ram
- Setelah pergantian/perbaikan part
- Low Pressure = 250 – 350 selama 5 menit
- High pressure = MASP + 500 psi (safety factor)
b. Accumulator drawdown test
- Charging pump performance test (1x setahun – yearly MTC)

- Closing test (setiap BOP akan digunakan)

3000 1500 1000 120


psi psi psi psi

Accumulator manifold annular Pompa kompresor

1. Matikan accumulator system setelah terisi dan manifold serta annular pressure
telah disesuaikan dengan kebutuhan
2. Lakukan uji tutup BOP (BOP kelas III – Pipe ram, blind ram, dan tutup annular.
BOP kelas II – shear ram dan tutup annular)
3. Catat closing time dengan memonitor regular pressure. Mulai menghitung saat
handle ditutup.
4. Pompa elektrik akan hidup ketika pressure turun ke 2600 psi dan akan mati di
2900 psi
5. Pompa hydrolict akan hidup ketika pressure turun di 2700 psi dan akan mati di
3000 psi

2. Size tubing, pup joint, dan casing


a. Tubing 1 joint = 30 ft (1 stand = 2 joint) ; 10 stan = 20 joint = 1 jam (untuk sumur
vertical) ; 1,5 jam (untuk sumur directional dan dikarenakan ada KOP)
b. Pup Joint = 4, 6, 8 ft
c. Casing = 40 ft

3. Wellhead type
a. ESP
- Mandrel
Ciri Tubing Hanger Mandrel : test BOP dapat langsung dilakukan, karena posisi kebel
ESP berada di dalam tubing hanger. Pada wellhead terdapat penetrator.

Tempat tubing
Tempat kabel

- Non mandrel (type grey)

Ciri Tubung Hanger Non Mandrel : harus menggunakan blanck doughnut


Tempat tubing
Tempat kabel

Rangkaian ESP dari surface ke subsurface :


Motor, seal, inteck, pompa, tubing

b. SRP
Rangkaian SRP dari surface ke subsurface :
Standing valve, string, staffing box, polish road dan poni road (lakukan pump test hold
pressure 300 psi selama 5 menit)

4. Prinsip Dasar Well Control


a. Primary : penggunaan fluida dengan density tertentu untuk memberikan tekanan
hydrostatic yang cukup untuk dapat mencegah influx (formasi fluid) masuk
kedalam lubang sumur
B. Secondary : disaat well control primary gagal, kita gunakan BOPE
C. Tertiary : jika secondary gagal, maka prosedur emergency khusus digunakan untuk
mencegah loss control. Prosedur tersebut adalah abandonment well, yaitu :
a. Diesel (bentonite)
b. Barite plugs
c. Cement plugs

5. FOSV dan IBOP


a. Fosv :
- 3 ½ EU  digunakan Ketika pencabutan tubing dengan drat ukuran 3 ½ EU
- 3 ½ NEU  digunakan Ketika pencabutan tubing dengan drat ukuran 3 ½ NUE
b. iBOP :
- 3 ½ IF  digunakan jika ada drat dengan ukuran 3 ½ IF

Note :
Ukuran tubing 2 ½, 3 ½ dan 4 ½
Jika ukuran tubing yang akan dicabut 4 ½ kita gunakan crossover ujung 3 ½ dan 4 ½ sebagai
penyambung.

6. Kondisi wellhead
a. Aksesoris wellhead seperti nuts, bolts, master valve, annulus valve pada kedua sisi harus
lengkap dan berfungsi
b. Korosi dan kondisi yang sudah menua dapat mengurangi kemampuan wellhead untuk
menahan peralatan workover diatasnya (BOP, spider slips, lubricator, dsb)
c. Wellhead yang miring merupakan manifestasi dari korosi yang terjadi pada casing.
Wellhead yang miring dapat diidentifikasi menggunakan waterpass. Penggunaan BOP
support dapat membantu mengatasi masalah ini.
d. Ketinggian dari wellhead harus cukup agar dapat memasang BOP dan WPF diatasnya e.
Tipe dan ukuran wellhead mengacu pada wellhead type section

1. Next Well Assessment


a. Mandatory needed :
- Program
- EAR
- WVD file
- Spud meeting (Bersama CE)
b.
c. Assesment keadaan wellpad dan sekitarnya
- Rumah warga jarak 100m (Lapor LSC untuk sosialisasi) + RA
- Kabel/tiang listrik jarak 120 ft (Perlu mengisi WUNPL) + RA
- Keladaman underground cable <2 ft (bikin EAR)
- Lebih dari 1 pekerjaan dalam 1 wellpad (SIMOPS)

d. Dokumen yang dibutuhkan :


- RA (Risk Assessment)  Ketika jarak wellpad dengan rumah warga
- MOC (Management of Change)  Ketika adanya perubahan terkait program dan
operation selama berlangsung
- SIMOPS  Jika ada lebih dari 1 pekerjaan dalam 1 wellpad
- WUNPL (Working Under Near Power Land)  Ketika wellpad berada/berjarak
- Handover (E-handover)
- I-JMS  Rute perjalanan; Plat kendaraan; Durasi (Estimasi tanggal mobilisasi); Jarak
- JMM (Journey Managament Moving)  Rute (dalam bentuk peta); Detail unit yang
akan dimobilisasi (lebar, Panjang, tinggi); Membuat traffic management manuver plan;
Form penilaian; Matrix load

2. Rig Mobilization
a. LOTO (Lock Out Tag Out)
- Block valve (valve production line)
Biru = WSR; Kuning = FOD
- Transfer gear (antara enginer dan transmisi pada mass)
Biru = Rig; Kuning = FOD/WSR
- Switch board (Pumping unit-hand break)
- Main breaker (Pumping unit)
- PDB (Panel Distribution Box)
Kalau <2ft (ada stopper pada tuas)
- CVC line

b. Dokumen yang dibutuhkan


- PTI (Pre Trip Inspection)
Ada form checklist untuk mengecek keadaan dari kendaraan yang akan dipakai
(Lampu, kaca, safety belt, klakson, racun api, GPS, CVVR, pedal gas, permit/pass, dll)
- FFD (Fit For Duty)
Terdapat dalam form PTI dengan adanya penilaian
- POA dan PJM
 POA (Plan Of Action) terdapat step kerja, hazard, PIC, dan mitigasi
 PJM (Pre Job Meeting) dilakukan sebelum bekerja dengan menjelaskan isi dari
POA
- Form perwakilan DWSR
Form yang diisi Ketika DWSR belum sampai di lokasi yang baru, dengan memberikan
mandat kepada toolpusher/driller untuk menjadi wakil penanggung jawab sementara
- SOP tandem, lowbet, foco, crane, dan vacuum
- Beyond PTI
 Driver memahami manual HE (Do and Don’t)
 Memahami HE safeguard (kapan dan bagaimana)
 Bagaimana saat menanjak dan menurun; Bagaimana jika mesin rusak dalam
keadaan tersebut
 Compliance dan aturan
 Jadwal maintenance dan MCU
c. CVVR system yang harus connect ke GPS system
d. TMMP (Traffic Management Manuver Plan)
- Perlu atau tidaknya dilakukan convoy
 Jika panjang equipment yang akan dimobilisasi > 2 meter (over hange), perlu
dikonvoi depan dan belakang
 Jika tidak, hanya perlu 1 saja di depan (dengan alasan, membawa HE)

3. Rig Up
a. Spot rig (Dengan loading ram dan t-bar), Jarak antara T-bar dan center well yaitu 58-60"
b. Pengecekan keseimbangan menggunakan waterpass
c. Adjust levelling hydraulic dan manual jack dengan pressure tidak melebihi 2000 psi (actual
dilapangan 500-1000 psi)
Untuk centering dari travelling block
- Raising : Rebah/bangun rig
- Telescopic : Turun/naik rig
d. Pemasangan guyline
Tidak terlalu tegang dan terlalu landai, dapat dilihat secara visual.
Cotter pin : biasa ada di rig drilling, WOWS tidak ada
e. Allowable mas pressure saat rig up = 1,200 – 1,600 psi (note : pastikan hydraulic pump
masih bagus)
f. Locking pawl akan berbunyi dan piston akan keluar, kemudian mengunci upper mast dan
lower mast agar tidak jatuh
g. Climbing device difunction test dengan melakukan uji hentakan (kayak seatbelt) dan
dilakukan setiap akan digunakan
h. Grounding dan bonding pengukuran < 0.5 ohm

4. Bleed Off Pressure; N/D MV; N/U BOP


a. Cek SITP dan SICP (wajib 0) dan jika masih ada pressure lakukan bleed pressure
SITP  buka dari master valve
SICP  buka casing valve yang menuju ke manifold
Note :
- Ketika pressure naik setelah kill well, maka :
1. Bleed off (dengan harapan kedua pressure 0 psi)
2. Tubing = 0, dengan drop sinker bar untuk mengaktifkan bleeder valve
maka pressure akan equalize ke dalam casing
3. Pompa dari annulus (reverse circulation)
4. Tunggu selama 30 jam dan observe
5. Jika masih naik pressurenya, naikkan density dari fluida (killing mud
weight)
- Memastikan availability dari air di lokasi
1. Tanki 200 bbl
2. Vacuul 60 bbl

** Pastikan volume yang distorage sudah excess dari yang dibutuhkan


b. Cooling down well/ killing well/full up
c. N/D Tree
Kondisi single barrier dengan hydrostatic fluid
d. Install fosv
e. N/U BOP
f. Membuka WPF
5. POH – Run ESP
a. Blider valve diputus
Dengan cara hentakkan shinker bar ke BV sampai putus. Agar tidak cabut basah
b. Lakukan sirkulasi 1x volume annulus + 1x volume tubing (full up)
c. N/D Tree
d. Install fosv
e. Longgarkan stud bolt
f. N/U BOP
g. Pasang landing joint dan release TH
h. Kabel Potong 1 joint di bawah TH
i. Kabel digulung menggunakan absorber well
j. cek magger kaber per 20 joint sambal full up air
agar tekana hydrostatic dan formasi sama
k. setelah pencabutan tubing cek motor
l. P/P, P/G, scare, cabel clam, laporkan hasil tally

6. TIH-TOH Plunger
a. Longgarkan rabber staffing box dan laydown poni road, polish road
b. Cabut plunger dengan buka rod bop, dikendorkan dan rabber bop dibuka
c. Rood bop dibuka, N/D tree
d. Install fosv dan landing joint
e.
f.

Anda mungkin juga menyukai