Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KELOMPOK 1 : ( 1. Johanis Jefri Marcus Key, 4. Sarpani, 7. Silvana Harwi ).

MESIN PENGANGKAT ( Draw Work )


MOTOR-MOTOR (Motors)
POMPA-POMPA LUMPUR (Mud Pump)
KOMPRESOR (Air Compressor)
E. Mesin Pengangkat.
1. Keadaan Rem
 Brake Shoe harus bersih dari kotoran & setelan break shoe harus seimbang (sebelah
kanan dan kiri).
 Jarak pengereman harus disesuaikan dengan handle di Driller’s Console.
 Hydraulic line harus bebas dari kebocoran.
 Kronomatik harus dapat bekerja dengan baik (lakukan test fungsional).
 Ketebalan shoe masih dalam batas toleransi.
 Jika Automatic Driller tidak ada, Catch Lock harus ada (untuk mengunci ketika
Draw work tidak digunakan).
2. Kopling pada :
a. Drum
 Kondisi diaphragm masih baik.
 Tekanan kerjanya berkisar + 100 psi.
 Saluran angin dan sambungan dalam keadaan baik/tidak ada kebocoran.
 Release valve dapat bekerja dengan baik (lakukan tes fungsional).
 Brake linkage (pin) bagus.
b. Rotary Table
 Kondisi diapragm masih baik.
 Tekanan keijanya berkisar + 100 psi.
 Rotary table harus dapat berputar dalam dua arah.
 Pengunci putaran harus dapat berfungsi dgn baik (di tes) sebelum mulai operasi.
3. Tombol-tombol Pengatur
 Tombol-tombol harus mudah dioperasikan.
 Nama-nama tombol dan Posisinya harus jelas (on/off, gigi 1/2/3/4, dll).
 Tersedia skema posisi masing-masing tombol (di dog house).
 Tidak ada kebocoran pada line-line hidrolik/angin.
4. Cat Head
 Kondisi bearing harus bagus.
 Tidak ada baut-baut yang longgar.
 Tidak ada Sling yang splice (yang terikat pada cat head).
 Tidak ada kebocoran pada saluran angin/hidrolik.
 Pondasi/eye pad harus sesuai dengan jenis cat head.
5. Speed Transmission
 Speed transmission harus sesuai antara driller console & actual.
 Kondisi gigi baik dan perpindahan gigi dapat dilakukan dengan halus.
 Tidak ada kebocoran pada saluran angin.
 Level minyak/oli transmisi mencukupi untuk dioperasikan.
6. Hydromatic Brake
 Tersedia cukup air dan sistem aliran baik.
 Valve berfungsi dengan baik.
7. Weight Indicator
 Harus dalam poisis mudah dibaca oleh Driller yang sedang bekerja.
 Jika memungkinkan, pasang weight Indicator skala kecil.
 Weight indicator dapat dicocokan dengan melihat berat traveling blok saat tidak ada
beban.
 Sensor dalam posisi baik dan cukup fluida.
 Satuan Weight Indicator harus sdalam Pounds (lbs).
8. Emergency Switch
 Posisinya mudah dijangkau oleh Driller.
 Mudah dilihat dan dioperasikan dengan sekali tekan.
 Harus dapat berfungsi baik (lakukan tes fungsioinal).
 Beri tanda yang jelas untuk Emergency Switch pada tiap-tiap peralatan.
9. Brake Cooler
 Tersedia cukup air dan sistem saluran untuk sirkulasi dalam kondisi baik.
 Memiliki pompa air tersendiri khusus untuk pendinginan.
F. Motor-Motor
1. Motor Bakar
a. Sistem Pipa Pembuang
 Harus menggunakan heat isolator
 Dilengkapi dengan water sprayer, dan berfungsi dengan baik.
 Air yang akan masuk ke water sprayer hams diperiksa keadaannya.
 Arah exhaust pipe harus ke tempat yang aman: ke atas/menjauh dari sumur.
 Harus dilengkapi dengan flapper (jika exhaust menghadap ke atas).
b. Pelindung Ban/Belt/Rantai Penggerak
 Pelindung hams rapat (tidak bisa dimasuki jari kelingking sekalipun).
 Pelindung haras terbuat dari besi/baja.
 Pelindung juga hams mudah dibuka jika diperlukan untuk perbaikan (hanya oleh
pekerja yang berkompeten dan diberi LOTO).
c. Pipa Saluran Bahan Bakar
 Tidak ada kebocoran pada saluran.
 Valve-valve dalam keadaan baik.
 Pipa saluran hams terbuak dari bahan yang tidak mudah rusak akibat bahan bakar.
 Tangki bahan bakar hams bebas dari kotoran.
d. Pembalut Karet Pada Kabel Busi
 Motor bakar yang dipakai di Rig kebanyakan jenis motor diesel.
 Checklist ini tidak berlaku pada Rig yang beroperasi di CPI (“Tidak
Diperlukan”).
2. Motor Listrik/Generator
a. Switch Box (on/off)
 Terdapat emergency shut down device (alat untuk mematikan engine pada
keadaan
darurat).
 Switch on/off harus terpasang juga di driller's console, dan dilakukan tes secara
fungsional.
 Harus Explotion proof.
 Posisi on/off harus jelas, mudah dioperasikan (dapat dilakukan tes fungsional),
dan berada pada tempat yang aman.
 Isolator yang dipakai harus dipastikan kelasnya (sesuai dengan standar/kebutuhan
operasi).
 Mudah dijangkau jika diperlukan perbaikan.
 Tegangan dan frekuensinya sesuai dengan kebutuhan operasi yang aman.
b. Terminal Box
 Haras Expiotion proof.
 Koneksinya haras kuat dan pas.
 Diletakkan pada tempat yang aman.
 Diberi label/petunjuk yg jelas.
 Bersih dari kotoran.
 Terlindung dari hujan/air lainnya.
c. Pemutus Arus/Fuse
 Pengaman harus bertingkat.
 Main breaker- Breaker- Contactor- Loader.
 Daya yg digunakan sesuai dengan beban.
d. Kabel Tanah
 Dihubungkan ke setiap peralatan secara seri.
 Kabel terhubung ke well.
 Koneksi pada setiap ujung kabel harus kuat.
 Digunakan kabel standar grounding (harus terbungkus).
e. Kabel-kabel Pengantar
 Sesuai dengan standar API RP 500B.
 Tidak ada sambungan-sambungan yang tidak standar (sambungan harus dengan
terminal).
f. Pelindung bagian-bagian yang berputar
 Pelindung harus rapat.
 Terbuat dari besi/baja.
 Diberi tanda peringatan.
G. Pompa-Pompa Lumpur
1. Pelindung Ban/Belt/Rantai Penggerak
 Pelindung harus rapat.
 Terbuat dari besi/baja.
 Ada tanda peringatan.
2. Katup Pengaman.
 Pin pada katup pengaman harus sesuai dengan tekanan operasi (katup pengaman
tipe Pin).
 Tidak diijinkan menggunakan Welding Rod atau Paku sebagai pengganti Pin.
 Pengaturan safety release valve sesuai dengan tekanan operasi (sistem spring).
 Saluran release diarahkan ke tangki Lumpur dan diikat dengan rantai.
3. Saluran-saluran Tekanan Lumpur
 Terpasang Clamp dan rantai pengaman pada semua koneksi.
 Hose atau pipa harus sesuai dengan tekanan kerja.
 Tidak ada kebocoran pada saluran-saluran.
 Telah dilakukan inspeksi ketika terjadi penggantian.
4. Saringan Lumpur
 Kondisi saringan bagus (dengan pemeriksaan secara visual).
 Ukuran disesuaikan dengan fluida yang mengalir.
5. Bak/Tangki Penampung.
 Harus bersih tiap penggantian Lumpur.
 Kapasitas tangki Lumpur harus tercatat (untuk tiap-tiap kompartemen ).
 Tidak ada kebocoran pada tangki.
 Pagar pengaman terpasang di sekeliling tangki (kecuali untuk akses).
6. Mesin Pengaduk Lumpur
 Valve tidak bocor.
 Saringan dalam keadaan baik.
 Tersedia cukup space untuk bekerja.
7. Manometer.
 Pompa Lumpur pada Rig yang beroperasi di CPI tidak dilengkapi dengan
Manometer.
 Checklist ini tidak berlaku pada Rig yang beroperasi pada CPI (“Tidak
Diperlukan”)
8. Viscosity Meter.
 Berfungsi dengan baik (lakukan Kalibrasi dengan air).
 Saringan harus bersih dari kotoran yang dapat menyumbat.
9. Ukuran SG Lumpur/Timbangan Lumpur.
 Fungsi masih baik (lakukan Kalibrasi dengan air : SG = 1; Berat= 8.33 ppg).
 Timbangan selalu dalam keadaan bersih.
10. Rantai Pengaman Pada Discharge Hoses.
 Ukuran rantai disesuaikan dengan tekanan kerja hose, minimum 3/8”.
 Terpasang dengan kuat pada lehernya.
 Diberi Cat warna Merah (tanda tekanan tinggi).
 Rantai jangan terlalu panjang.
11. Safety Valve
 Sesuai dengan tekanan kerja maksimum (psi).
12. Mud Gun / Agitator
 Mud gun harus ada di setiap kompartemen, kecuali sand trap.
 Agitator harus ada di setiap kompartemen, kecuali sand trap dan slug pit.
 Motor untuk agitator minimal 7.5 HP (atau sesuai kontrak).
 Bertungsi dengan baik ketika dilakukan tes fungsi.
13. Keran Pada Tangki Pengumpul Lumpur Bor.
 Tidak ada kebocoran.
 Mudah dioperasikan.
14. Degasser / Desander.
 Pada Rig yang beroperasi di CPI hanya terpasang Desander. Coret “Degasser”
pada Checklist.
 Desander dalam keadaan bersih dan dilengkapi dengan Pressure gauge yang
terpasang pada Suction Line.
 Pressure dapat berfungsi dengan baik (rule of thumb: 4 x berat Lumpur).
 Nozzle dalam keadaan baik (Tipe Under Flow: Rope dan bersifat “suction” ketika
dimasukkan jari tangan).
15. Kolam Penampung Limbah.
 Tidak ada kebocoran pada disposal pit.
 Tidak terdapat sampah, dan tidak untuk membuang sampah.
 Ukuran disposal pit sesuai dengan kebutuhan operasi. Lakukan pclebaran jika
diperlukan.
 Tersedia akses untuk vacuum truck (saat diperlukan untuk mengisap limbah).
 Terpasang Yellow Tape/Banner di sekeliling disposal pit.
H. Kompresor Angin
1. Bejana Angin
a. Tekanan Kerja
 Tekanan kerja kompresor yang digunakan rig adalah 120 psi.
 Tekanan minimum yang masih diperbolehkan beroperasi adalah 100 psi.
 Safety relieve valve terpasang dan berfungsi dengan baik.
 Pengelasan pada tangki tidak diijinkan.
b. Tanggal Pemeriksaan Terakhir.
 Pemeriksaan secara visual pada tekanan kerja kompresor dapat dilakukan setiap
rig up.
 Tanggal saat pengisian Checklist dapat dimasukkan sebagai Tanggal Pemeriksaan
Terakhir.
2. Appendages.
a. Manometer - N/A.
 Checklist mi tidak berlaku pada Rig yang beroperasi di CPI (“Tidak
Diperlukan").
b. Katup Penyelamat.
 Sistem saluran harus dilengkapi dengan pressure relief device untuk mengatasi
kelebihan tekanan (over pressure) yang dapat diakibatkan oleh kompressor itu
sendiri atau oleh panas.
 Alat ini harus dapat mencegah tekanan berlebih sebesar 110% dari tekanan
maksimum yang diperbolehkan pada komponen yang terlemah.
 Keran (valve) tidak boleh dipasang antara relief valve dengan bagian yang akan
diamankan (protected equipment).
 Elbow yang digunakan sebaiknya mempunyai radius yang besar.
c. Keran Angin.
 Keran (valve) yang digunakan harus memperhitungkan efek dari kejutan
(pulsation).
 Keran angin type plug atau ball valve dapat digunakan untuk aliran kejut.
3. Sistem Saluran (Piping).
 Semua saluran yang membawa udara pada tekanan diatas 15 psig (1 bar gaugs)
harus sesuai dengan ASME B31.3.
 Sistem saluran direkomendasikan untuk diberi penandaan warna.

Anda mungkin juga menyukai