Anda di halaman 1dari 3

Nama : Faiz Aghnia Ghiffari

Kelas : XI MIPA 2 ( 14 )

RESENSI NOVEL DIVERGENT

Judul   : Divergent

Penulis          : Veronica Roth

Penerbit                   : Mizan Fantasi

Penerjemah                 : Anggun Prameswari

Editor                          : Esti Budihabsari

Tahun Terbit                : Cetakan VIII, Oktober 2014

Jumlah Halaman          : 543 halaman

ISBN                           :  978-979-433-809-4

Harga Buku : Rp.78.000


Pada Chicago di masa depan, manusia dipisahkan berdasarkan sifat yang dimilikinya
ke dalam 5 faksi yang berbeda. Ada Abgenation yang menganut ketidakegoisan, Erudite yang
menganut pengetahuan, Candor yang menganut kejujuran, Amity yang menganut kedamaian,
serta Dauntless yang menganut keberanian. Kelimanya hidup rukun dan masing-masing faksi
memiliki peran spesifik dalam kehidupan bermasyarakat.

Kisah ini dimulai ketika Beatrice Prior yang berumur 16 tahun dari faksi Abnegation
harus mengikuti sebuah upacara pemilihan faksi yang wajib dilalui saat umur orang tersebut
sudah mencapai 16 tahun. Dalam tes pemilihan yang dilakukan sehari sebelum upacara, hasil
tes Beatrice menunjukkan bahwa ia tidak hanya memiliki satu sifat yang menonjol, namun
memiliki tiga: Abnegation, Dauntless dan Erudite. Orang-orang yang cocok di lebih dari satu
faction disebut Divergent. Keberadaan seorang Divergent sangat jarang dan Beatrice
diperingatkan untuk tidak menceritakan hasil tesnya kepada siapapun karena menjadi seorang
Divergent sangatlah berbahaya.

Pada saat Choosing Ceremony, Beatrice memutuskan untuk meninggalkan


keluarganya dan bergabung dengan Dauntless, sementara kakaknya, Caleb, memutuskan
untuk menjadi Erudite, musuh besar Abnegation.

Setibanya di Dauntless, Beatrice mengubah namanya menjadi Tris. Ia harus melewati


masa inisiasi yang mengerikan bersama 19 orang lainnya untuk menjadi 10 besar agar bisa
diterima menjadi anggota Dauntless. Dia mendapat seorang instruktur yang misterius, yaitu
laki-laki bernama Four.

Hampir seluruh buku ini menceritakan proses inisiasi yang dilalui Tris dan teman-
temannya. Dari belajar bertarung dengan tangan kosong, melempar pisau, hingga melalui fear
simulation, yaitu simulasi yang menguji ketahanan para anggota terhadap ketakutan-
ketakutan terbesar mereka.

Sementara itu, dunia di luar Dauntless mulai bergolak ketika faksi Erudite mengusik
faksi Abnegation dan merancang suatu hal yang sangat jahat. Hal inilah yang mulai
mempengaruhi kondisi di Dauntless serta pandangan Tris terhadap dirinya sendiri dan
dunianya.

Novel pertama dari serial Divergent ini merupakan novel perdana bagi Veronica Roth,
sang pengarang. Veronica menulis novel ini ketika ia duduk di tingkat akhir bangku
kuliahnya dan berhasil menerbitkan “Divergent” pada usia yang tergolong muda, yaitu 22
tahun. Dalam sebuah wawancara, Veronica mengungkapkan bahwa dirinya sudah menulis
dari umur 12 tahun dan kebiasaan inilah yang membuatnya mampu membagi waktu antara
menulis novel dengan berkuliah.

Pada bagian awal membaca, saya merasa agak pusing dengan penjejalan tokoh dan
istilah yang banyak pada bab pertama dan itu berlangsung hingga sekitar bab ke 3. Namun
memasuki bab ke 4, sudah mulai terasa konflik dan keseruan yang disajikan pengarang di
dalam kisah Divergent ini. Ada sesuatu yang akhirnya membuat saya terus membaca kisah ini
hingga halaman terakhir.
Sebagai novel bergenre science fiction, Divergent sudah mampu menghadirkan
nuansa khas sci-fi dengan penelitian dan berbagai serum berteknologi tinggi. Secara
penokohan pun karakter-karakter dalam novel ini cukup realistis. Dengan menggunakan
sudut pandang orang pertama, novel ini juga mampu mengkspresikan emosi tokoh utama
(Tris) dengan baik. Selain itu, Divergent juga mengusung tema pencarian jadti diri yang
sesuai dengan remaja saat ini.

Namun sayangnya, pendeskripsian latar tempat dalam novel ini kurang jelas. Seperti
pendeskripsian The Pit maupun saat pertamakali para calon anggota diminta melompat dari
kerta menuju atap gedung. Hal itu sulit untuk dibayangkan. Selain itu pemisahan manusia
berdasarkan karakternya sungguh sangat tidak realistis. Masa iya, orang-orang yang
mengagungkan keberanian tidak menjunjung tinggi kejujuran? Atau orang-orang yang
menjunung tinggi ketidakegoisan tidak mengagungkan kedamaian?

Hal lain yang mengganjal adalah tidak dijelaskannya bahaya seorang Divergent bagi
komunitas. Padahal dari awal dikatakan bahwa seorang Divergent itu berbahaya, namun
hingga akhir buku ini tidak dijelaskan alasan kenaoa seorang Divergent dinyatakan
berbahaya.

Namun terlepas dari itu semua, Divergent merupakan sebuah buku inspiratif
mengenai pencarian jati diri dan tentunya menganut nilai-nilai perjuangan yang baik bagi
remaja saat ini. Selain itu, saya juga merekomendasikan buku ini bagi kaum remaja yang
ingin membaca novel dengan banyak adegan laga namun tidak menguras emosi, serta mudah
dipahami. Hal ini karena Divergent menggunakan bahasa yang sederhana dan tidak rumit.

Anda mungkin juga menyukai