Anda di halaman 1dari 19

Intense Pulsed Light

Andrea F. Chen · Eduardo Weiss

Abstrak

Intense pulsed light (IPL) adalah sumber cahaya berintensitas tinggi,


polikromatik, non-koheren yang digunakan untuk mengobati berbagai kelainan
kulit. IPL sering digunakan untuk menatalaksana lesi vaskular menggunakan
prinsip-prinsip fototermolisis selektif, dan seringkali merupakan teknik pilihan
karena rentang panjang gelombang efektifnya. Ketika digunakan dengan benar,
dapat lebih efektif daripada laser vaskular dengan efek samping yang lebih sedikit
seperti purpura dan jaringan parut, dan dapat mencapai target yang lebih dalam di
kulit dengan panjang gelombang yang lebih panjang. Berbagai filter cutoff dan
pengaturan energi menjadikan IPL alat serbaguna dan sangat diperlukan dalam
dermatologi.

PENDAHULUAN

Intense pulsed light (IPL) adalah sumber cahaya berintensitas tinggi,


polikromatik, dan non-koheren dengan spektrum panjang gelombang dari 500 nm
hingga 1,300 nm. Perangkat IPL menggunakan lampu flash dan bank kapasitor
yang dikendalikan komputer, dan energi yang tersimpan di bank kapasitor
dilewatkan melalui gas xenon di dalam lampu gas-discharge untuk memancarkan
cahaya terang [1]. Alat ini pertama kali tersedia dalam sistem siap-pasaran pada
tahun 1994, dipasarkan sebagai PhotoDerm® VL (Lumenis Ltd., Yorkneam,
Israel) [1]. Karena unit generasi pertama ini menyebabkan tingkat efek samping
dan kerusakan epidermal yang tinggi akibat jangkauan panjang gelombang yang
dipancarkan, perangkat generasi kedua dibuat dengan filter dan perangkat
pendingin, sehingga mengurangi insidensi efek samping yang tidak diinginkan
[1]. Sejak saat itu, teknologi ini telah diperbarui berkali-kali dengan inovasi dan
indikasi baru, dan saat ini merupakan alat yang berharga dalam dermatologi untuk
berbagai kondisi meliputi lesi vaskular, lesi berpigmen, poikiloderma,
hipertrikosis, dan photoaging. Mekanisme kerja didasarkan pada fototermolisis
selektif yang pada awalnya dijelaskan oleh Anderson dan Parrish [2] pada tahun
1983. Energi pada panjang gelombang spesifik yang sesuai dengan spektrum
serapan kromofor yang diberikan diaplikasikan pada kulit, dan kromofor target
tersebut secara khusus dipanaskan dan kemudian dihancurkan. Filter cutoff yang
digunakan saat ini mengoptimalkan panjang gelombang yang diterapkan dan
karenanya dapat menargetkan struktur tertentu, dan memungkinkan untuk
menentukan kedalaman penetrasi tertentu sesuai pada efek yang diinginkan.
Selain itu, filter ini dapat digunakan untuk meminimalkan penyerapan melanin
pada individu dengan pigmentasi berlebihan dan dengan demikian akan
mengurangi efek samping [1]. Filter panjang gelombang yang lebih pendek hanya
boleh digunakan pada pasien yang memiliki kulit lebih putih, karena panjang
gelombang ini lebih mudah berinteraksi dengan melanin epidermal dan dapat
menyebabkan pigmentasi setelah terapi pada pasien dengan kulit yang lebih gelap
[3].

Target primer ketika menatalaksana lesi vaskular adalah oksihemoglobin. Tiga


puncak penyerapan utama untuk oksihemoglobin adalah 418, 542, dan 577 nm
[3]. Karena spektrum panjang gelombang yang dipancarkan oleh IPL, kromofor
lain di kulit selain hemoglobin juga dapat diaktifkan, seperti melanin dan air. Ini
bisa menjadi anugrah bercampur, tergantung pada target penatalaksanaan yang
diinginkan dan kulit individu pasien [1]. Sebagai contoh, ketika menatalaksana
poikiloderma of Civatte, lesi tersebut tidak hanya mengandung telangiectasias,
tetapi juga bitnik hiperpigmentasi, yang keduanya dapat secara efektif ditargetkan
oleh IPL.

Penatalaksanaan Lesi Vaskular

Tumor Vaskular

Hemangioma Infantil

Hemangioma infantil adalah tumor vaskular jinak yang sering muncul tak lama
setelah lahir dan terjadi secara spontan pada sebagian besar pasien. Namun, di
lokasi tertentu seperti di dekat jalan nafas, leher, atau area popok, mereka dapat
menyebabkan gangguan fungsional, dan penampilan kosmetik dapat sangat
mengkhawatirkan bagi orang tua. Hemangioma juga sering mengalami ulserasi,
yang menyebabkan potensi jaringan parut dan infeksi, serta ketidaknyamanan bagi
pasien. Laser dan IPL merupakan bagian dari rejimen terapi untuk hemangioma
infantil, dalam kombinasi dengan berbagai opsi pengobatan.

Penggunaan laser dalam mengobati hemangioma bayi masih kontroversial, dan


efek samping potensial dari laser ini, meliputi nyeri dan jaringan parut, bersamaan
dengan manfaatnya harus dipertimbangkan oleh orang tua dan dokter. Berbagai
laser telah digunakan untuk menatalaksana hemangioma, paling sering Pulsed
Dye Laser (PDL) karena profil efek samping yang lebih dapat diterima bila
dibandingkan dengan laser argon, laser KTP (potassium titanyl phosphate), dan
laser Nd: YAG (neodymium:yttrium-aluminium-garnet). Penatalaksanaan
hemangioma superfisial, terutama yang menjalani involusi, mungkin sangat baik
[4]; Namun, terdapat penggunaan terbatas dalam komponen hemangioma yang
lebih dalam karena keterbatasan pada kedalaman penetrasi. PDL juga mungkin
tidak efektif dan dapat menyebabkan efek samping seperti ulserasi persisten,
jaringan parut, nyeri, dan (pada satu contoh) perdarahan [5, 6].

IPL, walaupun kurang diteliti dibandingkan PDL, juga dapat digunakan untuk
penatalaksanaan hemangioma, dan telah menunjukkan efikasi dalam komponen
superfisial dan profunda tergantung pada filter yang digunakan [7, 8]. Profil efek
samping dapat diterima, dengan efek samping yang paling umum adalah
pembentukan mikrokrusta yang sembuh sendiri, dan terkadang pembentukan
blister yang sembuh tanpa gejala sisa permanen. Perhatian harus diberikan untuk
menggunakan tingkat energi yang lebih rendah ketika menatalaksana pasien
dengan tipe kulit Fitzpatrick yang lebih tinggi untuk menghindari pigmentasi dan
terbakarnya kulit [8]. Ulserasi, komplikasi hemangioma yang sering, dapat
menjadi indikasi untuk penatalaksanaan laser segera, terutama pada pasien yang
dikontraindikasikan penggunaan propranolol atau kortikosteroid oral. Walaupun
PDL umumnya digunakan sebagai terapi lini pertama, IPL mungkin merupakan
terapi alternatif yang baik untuk hemangioma ulserasi. Dengan parameter yang
memadai, kontrol nyeri dapat diperoleh setelah penatalaksanaan pertama, dan
penyembuhan total dapat terjadi setelah 2-3 perawatan dengan profil efek samping
minimal [9]. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk mendefinisikan
pendekatan pengobatan terbaik menggunakan IPL untuk hemangioma, tetapi ini
merupakan alat yang menjanjikan, terutama pada pasien yang berisiko memiliki
outcome buruk secara kosmetik atau lesi yang berisiko lebih tinggi.

Granuloma Piogenik dan CherryAngioma

Granuloma piogenik adalah tumor vaskular jinak yang sering ditemukan dan juga
dikenal sebagai hemangioma kapiler lobular, dan kelainan ini disebabkan oleh
berbagai kejadian seperti trauma, kehamilan, dan pengobatan. Ada banyak
modalitas terapi yang berbeda, meliputi eksisi dengan kuretase dan desikasi,
cryotherapy, penggunaan silver nitrat, dan laser destruksi laser. IPL, walaupun
bukan terapi lini pertama, telah digunakan untuk penatalaksanaan granuloma
piogenik rekuren dengan satellitosis, dengan hanya 2 sesi terapi menggunakan
filter 570-nm yang menghasilkan pembersihan sempurna tanpa rekurensi dan hasil
kosmetik yang sangat baik dalam satu laporan [10]. Sementara metode destruktif
yang diuraikan di atas adalah non-selektif, IPL dan laser yang menargetkan
hemoglobin mungkin lebih disukai karena mereka secara spesifik menargetkan
pembuluh darah dalam lesi ini, sehingga meminimalkan kerusakan jaringan di
sekitarnya.

Cherry angioma, salah satu lesi vaskuler kulit yang paling sering dijumpai, juga
dapat ditatalaskana secara efektif dengan IPL. Dalam sebuah studi yang
membandingkan IPL dengan laser Nd: YAG dalam menatalaksana berbagai lesi
vaskular, subjek lebih puas dengan outcome IPL dalam menatalaksana cherry
angioma dan mengalami lebih sedikit nyeri jika dibandingkan dengan laser Nd:
YAG [11]. Lesi vaskular superfisial kecil seperti ini ditatalaksana dengan IPL
dengan mudah dan aman.

Tumor Vaskular Lainnya


Tumor vaskular lainnya dapat ditatalaskana dengan IPL dengan hasil yang baik.
IPL digunakan untuk mengobati angiohistiocytoma sel multinukleat, dan setelah
empat terapi dengan filter 570-nm dan fluensi dari 37 hingga 44 J / cm 2, lesi
membaik dengan hanya menyisakan hiperpigmentasi ringan dan tanpa rekurensi
[12]. Selain itu, tufted angioma pada wanita dewasa diterapi dengan empat sesi
IPL dengan filter cutoff 560-nm dengan resolusi klinis yang baik [13]. Efek
sampingnya adalah purpura transien dan pembentukan blister, yang keduanya
teratasi tanpa gejala sisa. Bagian yang lebih dalam dari angioma juga
ditatalaksana secara efektif , seperti yang ditunjukkan oleh gambar perfusi
Doppler yang menunjukkan penurunan perfusi jaringan setelah terapi.

Malformasi Vaskular

Port-Wine Stain

Port-wine stain (PWS), sejenis malformasi kapiler yang ada saat lahir, dialami
sekitar 0.3% bayi baru lahir di AS [14]. Kelainan ini paling sering di wajah, dan
melibatkan morfogenesis abnormal pembuluh darah di dermis. Lesi tidak
mengalami regresi secara spontan, dan tidak hanya bertambah ukuran seiring
anak, tetapi juga dapat menebal dan menyebabkan hipertrofi jaringan lunak dan
tulang yang mendasarinya. Kelainan ni dapat menyebabkan kerusakan yang
signifikan, dan ada potensi untuk sangat membantu kesehatan psikologis pasien
dengan menatalaksana PWS sedini mungkin [15].

Terapi lini pertama PWS adalah PDL, dan telah berlangsung bertahun-tahun.
Namun, tidak semua pasien merespon dengan baik terhadap PDL, dan pada
kenyataannya 26% dari pasien yang ditatalaksana dalam satu penelitian
menunjukkan rekurensi PWS setelah ditatalaksana dengan PDL, mungkin karena
sisa pembuluh tidak terdeteksi pada saat terapi berakhir atau tidak responsif
terhadap sesi lanjutan PDL [16]. IPL menunjukan hasil menjanjikan dalam terapi
PWS, dan bahkan telah mengobati pasien yang tidak merespon sama sekali
terhadap PDL [17, 18]. Bahkan, 15 pasien PWS yang tidak menanggapi PDL
setelah diterapi dengan IPL dalam empat sesi, dan sekitar setengah dari pasien ini
memperoleh hasil yang sangat baik dengan penatalaksanaan IPL [17]. Belum jelas
mengapa beberapa PWS tidak menanggapi PDL, tetapi kemungkinan diameter
dan kedalaman pembuluh darah yang bervariasi pada lesi dapat memainkan peran
[18]. Menariknya, pasien yang tidak merespon PDL atau IPL adalah mereka yang
memiliki PWS dalam distribusi V2 di wajah sentral. Para penulis memprostulasi
bahwa karena pembuluh ini terletak lebih dalam di dermis daripada di lokasi
wajah lainnya, panjang gelombang yang lebih panjang mungkin diperlukan untuk
menargetkan pembuluh ini [17]. Secara keseluruhan, IPL adalah alternatif yang
efektif untuk PDL dalam hal rentang panjang gelombang dan kedalaman penetrasi
dapat berhasil menargetkan pembuluh darah yang lebih dalam yang tidak
terjangkau oleh PDL (gbr. 1).

Gambar 1. PWS pada bagian posterior leher sebelum (kiri) dan sesudah (kanan) menjalani 3 sesi
IPL dalam 7 bulan. Alma Harmony XL, filter 515-nm, 16J/cm2, Durasi pulsasi 10-ms

Beberapa penelitian telah membandingkan IPL dengan PDL dalam pengobatan


PWS. Satu uji klinis acak blinded menatalaksana 20 pasien dengan PWS
menggunakan PDL dan IPL, dan median perbaikan klinis lebih baik untuk PDL
(65%) dibandingkan IPL (30%). Sebagian besar pasien dalam penelitian ini lebih
suka PDL dan ingin melanjutkan terapi [19]. Tidak ada laser yang menyebabkan
efek samping dalam penelitian ini seperti jaringan parut atau dischromia. Ulasan
Cochrane dilakukan pada laser dan sumber cahaya untuk terapi PWS dengan
kepuasan pasien sebagai outcome utama. Penulis menyimpulkan hal yang sama
bahwasannya PDL dengan pendinginan lebih disukai oleh pasien bila
dibandingkan dengan IPL, dan laser Nd: YAG sedikit lebih disukai daripada PDL
[20]. Namun, mereka mendorong uji coba lebih lanjut untuk membandingkan
berbagai perangkat karena tidak ada cukup bukti berkualitas tinggi tentang
penggunaan IPL dan jenis laser lainnya untuk secara definitif merekomendasikan
mereka dibandingkan penggunaan PDL [20].

Telangiectasias

Banyak penelitian telah menyelidiki peran IPL dalam menatalaksana berbagai


bentuk telangiectasias dari berbagai etiologi. Seringkali, penelitian ini
membandingkan IPL dengan laser PDL atau Nd: YAG. Hampir selalu, perangkat
IPL setara dengan laser PDL atau Nd: YAG dalam keberhasilan, dan kadang-
kadang lebih efektif atau memiliki profil efek samping yang lebih baik. Sebuah
studi split-face dari PDL versus IPL untuk telangiectasia fasialis tidak
menemukan perbedaan statistik antara kedua modalitas terapi dalam hal efikasi
atau efek samping [21]. Studi lain membandingkan IPL dengan laser Nd: YAG
untuk penatalaksanaan telangiectasis, vena tungkai , dan cherry angioma
menunjukkan kepuasan pasien yang lebih tinggi dengan IPL ketika menatalaksana
telangiectasias, cherry angioma, dan vena tungkai yang lebih kecil dari 1 mm, dan
melaporkan lebih sedikit rasa nyeri dengan IPL [11] Pasien dengan telangiektasia
esensial diseminata progresif dapat mencapai hingga 90% angka pembersihan
dengan terapi IPL [22], dan karena ukuran spot lebih besar pada perangkat IPL
dalam menatalakasnaa area permukaan yang lebih besar, IPL mungkin lebih
disukai daripada laser PDL dalam skenario ini (gbr. 2). Penatalaksanaan
telangiectasia di area dermatitis radiasi kronis dapat menjadi indikasi lain untuk
IPL, meskipun dalam satu penelitian terhadap 13 pasien, laser long-pulsed PDL
lebih efektif dan disukai oleh pasien. Meskipun demikian, IPL masih
membersihkan telangiectasias pada 50% pasien [23].
Gambar 2. Terapi efektif pada teleangiectasis fasial dengan IPL. Sebelum (kiri) dan sesudah
(kanan) menjalani 2 sesi IPL dengan jarak 6 minggu. Alma Harmony XL, filter 515-nm, 16J/cm 2,
Durasi pulsasi 10-ms

Rosacea Erythematotelangiectatic adalah kelainan kulit yang umum, tetapi bentuk


rosacea ini tidak dapat menerima penatalaksanaan medis sebagaimana bentuk
rosacea papular atau bentuk rosacea lainnya. Terapi berbasis cahaya adalah terapi
andalan, dan baik PDL maupun IPL digunakan untuk menatalaksana rosacea
erythematotelangiectatic (gbr. 3) secara efektif. Secara klasik, PDL dapat
menyebabkan purpura dan ini bisa menjadi kondisi tidak diinginkan atau tidak
dapat diterima oleh pasien. PDL nonpurpuragenik longer-pulsed sekarang lebih
populer dibandingkan dengan IPL dalam menatalaksana rosacea
erythematotelangiectatic pada 29 pasien yang menjalani percobaan single-blinded,
split-face. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam efikasi yang
diamati, dan tidak ada efek samping pada pasien yang menyelesaikan percobaan.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa alar telangiectasias, walaupun
tidak berbeda secara signifikan, nampaknya merespon lebih baik terhadap PDL
daripada IPL. Hal ini mungkin dikaitkan dengan kesulitan penggunaan handpiece
yang lebih besar dari perangkat IPL dan kesulitan membuat kontak kulit yang baik
di area konkaf yang lebih kecil pada wajah [24]. Phlebectasis, ektasia venular
yang sangat umum di dermis atas, serta angioma serpiginosum, nevus vaskular
jinak, juga dapat secara efektif diterapi dengan IPL [25, 26] (gbr. 4).

Gambar 3. Pasien dengan rosacea erythematoteleangiectasis sebelum (kiri) dan sesudah (kanan)
menjalani 2 sesi IPL dengan jarak 6 minggu. Alma Harmony XL, filter 515-nm, 16J/cm 2, Durasi
pulsasi 10-ms
Gambar 4. Angioma serpiginosum sebelum (kiri) dan sesudah (kanan) menjalani 1 sesi IPL. Alma
Harmony XL, filter 515-nm, 18J/cm2, Durasi pulsasi 10-ms

Vena Kaki

Vena kaki sangat sering terjadi, menyerang sebagian besar wanita tetapi juga
sebagian kecil pria, dan banyak pasien berkonsultasi dengan dokter kulit karena
gamabran vena yang tidak enak dipandang. Vena tungkai yang terlihat adalah
bagian dari sistem vena superfisialis pada ekstremitas bawah, dan mereka
terhubung ke sistem yang dalam melalui vena perforata. Vena yang paling sering
ditatalaksana adalah vena reticular, venulectasias, dan telangiectasias. Pembuluh
ini memiliki ukuran mulai dari 0.03 hingga 4 mm, dan mungkin mengandung
darah yang terdeoksigenasi atau teroksigenasi [27, 28]. Oksigenasi darah yang
terkandung dalam pembuluh darah akan menentukan warna pembuluh darah
seperti yang terlihat dari permukaan kulit, yang akan tampak lebih biru atau lebih
merah dalam warna [28]. Faktor-faktor ini, bersamaan dengan kedalaman
pembuluh darah, penting dalam memilih modalitas terapi, terutama perangkat
sumber cahaya atau laser.

Skleroterapi, atau penyuntikan agen sklerosan ke dalam vena, biasanya


merupakan pterap lini pertama untuk vena tungkai. Mudah dilakukan, aman,
murah, dan efektif [27]. Beberapa dokter merekomendasikan penggunaan laser
atau sumber cahaya untuk pembuluh yang tidak dapat ditatalaksana secara efektif
dengan skleroterapi, pasien yang tidak dapat mentoleransi skleroterapi atau yang
mungkin memiliki alergi terhadap sklerosan, atau mereka yang rentan terhadap
“matting” [27]. Hasil efektif pertama dari laser atau sumber cahaya berasal dari
laser PDL, tetapi tidak mempenetrase ke kulit dalam, membatasi penggunaannya
pada telangiectasias yang sangat dangkal, dan durasi pulsasinya pendek dan
karenanya membatasi kemampuannya untuk mengenai pembuluh darah dengan
diameter lebih dari 0.1 mm [27]. Laser Nd: YAG 1,064-nm telah terbukti efektif
untuk pembuluh yang lebih dalam dan lebih besar, karena panjang gelombang
yang lebih panjang menembus lebih dalam ke kulit dan lebih efektif menargetkan
deoxyhemoglobin [28].

Perangkat IPL memiliki banyak keuntungan teoritis dibandingkan laser yang


disebutkan di atas dalam hal memiliki rentang panjang gelombang yang dapat
menargetkan baik oxy- dan deoxyhemoglobin pada saat yang sama, serta
menembus lebih dalam ke dalam kulit sambil tetap menargetkan pembuluh darah
superfisial. Mereka juga memiliki kemampuan untuk menggunakan filter dan
beberapa pulsasi untuk mengoptimalkan terapi pada setiap jenis kulit dan jenis
pembuluh darah pasien [27]. Namun, karena banyak variabel yang dapat
disesuaikan ini, hasil terbaik dicapai di tangan yang berpengalaman karena risiko
efek samping juga tinggi. Bermacam hasil telah dilaporkan dalam literatur. Satu
studi menatalaksana telangiectasias dari ekstremitas bawah berdiameter kurang
dari 0.4 mm menggunakan IPL dengan filter 515 hingga 570 nm, dan mencatat
tingkat pembersihan hanya 10% dan angka efek samping yang tinggi meliputi
persentasi jaringan parut sebesar 21% [29]. IPL dibandingkan dengan laser Nd:
YAG dalam penatalaksanaan vena tungkai, dan kepuasan pasien lebih tinggi
dengan laser Nd: YAG dalam penatalaksanaan vena tungkai lebih dari 1 mm,
tetapi lebih tinggi dengan IPL (filter dari 515 hingga 570 nm) pada vena tungkai
kurang dari 1 mm [11]. Sebagai catatan, pengobatan Nd: YAG dinilai lebih
menyakitkan daripada IPL. Studi lain menggunakan pendekatan gelombang ganda
untuk vena tungkai, menggunakan IPL (dengan filter 550 nm) dan perangkat Nd:
YAG (1.064 nm) untuk menatalaksana 50 pasien wanita. Hasilnya sangat baik,
menunjukkan pembersihan yang signifikan dari 75-100% pada 80% pasien [28].
Walaupun kemungkinan bukan pengobatan lini pertama untuk vena tungkai, IPL
tentu dapat memainkan peran dalam menatalaksana vena tungkai yang sangat
dangkal setelah skleroterapi dilakukan atau jika pasien tidak dapat mentoleransi
skleroterapi, dan mungkin bahkan lebih efektif digunakan dalam kombinasi
dengan perangkat laser lainnya, dengan demikian menggambarkan kelebihan
masing-masing perangkat untuk menatalaksana pasien dengan efektif.

Angiokeratoma

Angiokeratoma adalah lesi kulit jinak yang ditandai secara histologis oleh
pembuluh darah superfisial ekstatik dan hiperkeratosis. Kelainan ini dapat muncul
dalam beberapa bentuk, seperti angiokeratoma of Mibelli, angiokeratoma of
Fordyce, dan angiokeratoma corporis diffusum, yang merupakan manifestasi dari
penyakit Fabry. Pilihan terapi meliputi metode destruktif superfisial seperti
cryotherapy dan electrodessication, serta laser yang menargetkan komponen
vaskular. IPL berhasil menatalaksana angiokeratoma dalam kondisi penyakit
Fabry. Setelah 10 terapi dengan filter 560-nm, lesi pasien hampir sepenuhnya
hilang [30].

Malformasi vena

Malformasi vena adalah kelainan bawaan dalam perkembangan vaskular, dan


bermanifestasi di berbagai lokasi. Kelainan ini dapat mengalami komplikasi
seperti trombosis atau nyeri, dan beban kosmetik mungkin sangat besar. Sebelum
laser, penatalaksanaan meliputi eksisi dan skleroterapi, tetapi laser dan sumber
cahaya terbukti bermanfaat untuk kasus-kasus tertentu. PDL telah terbukti aman
dan efektif untuk lesi vaskular, tetapi kedalaman penetrasi bisa menjadi masalah
dalam mencapai pembuluh yang ada di lapisan dalam pada malformasi vena.
Selain itu, durasi pulsasi cukup pendek dan oleh karena itu mungkin tidak cukup
memadai dalam memanaskan pembuluh darah yang berdiameter lebih besar,
hanya mengkoagulasi permukaan dan bukan seluruh pembuluh darah. IPL bekerja
dengan cara yang sama karena secara selektif memanaskan oksihemoglobin dalam
pembuluh malformasi vena, tetapi memiliki panjang gelombang lebih panjang
yang menembus lebih dalam ke dalam kulit. IPL dapat digunakan dalam mode
pulsasi-panjang dengan fluensi yang lebih tinggi untuk mencapai dan secara
efektif mengkoagulasi pembuluh darah yang berada dibagian dalam malformasi
vena [31]. Selain itu, IPL dapat menghantarkan energi dalam pulsasi ganda atau
tiga kali lipat untuk memungkinkan pendinginan epidermal diantara pulsasi tetapi
masih memberikan lebih banyak panas ke pembuluh darah target [31]. Studi kecil
telah menunjukkan IPL menjadi terapi yang efektif untuk malformasi vena, yang
terbesar di antaranya menatalaksana 11 pasien. Malformasi vena di bawah 100
cm2 diobati dengan pembersihan baik hingga sangat baik setelah 2-9 sesi terapi
dengan filter 590-nm, mode pulsasi-panjang, dan kepadatan energi tinggi.
Sequensinya adalah pulsasi tiga kali lipat untuk melindungi epidermis [31]. Lesi
yang lebih besar lebih besar dari 100 cm2 membutuhkan peningkatan jumlah sesi,
dan hasilnya tidak sebagus dibandingkan lesi yang lebih kecil. Efek samping
meliputi eritema dan pembengkakan berkepanjangan pada hampir seperempat
kasus, sementara blister dan krusta kulit lebih sering terjadi pada lesi yang lebih
tebal. Blister dan krusta diperkirakan disebabkan oleh hamburan cahaya dan
konduksi panas ke jaringan di sekitarnya sebagai akibat dari fluensi yang lebih
tinggi [31].

Poikiloderma of Civatte

Poikiloderma of Civatte adalah kondisi kulit yang sering dan jinak di area kulit
yang terpapar sinar matahari yang mempengaruhi orang dewasa paruh baya dan
yang lebih tua. Kelainan ini sering timbul pada wajah, leher, dan dada bagian atas,
dan tidak mengenai daerah yang terlindung dari paparan sinar matahari seperti
daerah submental. Secara klinis, kelainan ini ditandai dengan telangiectasias dan
atrofi, serta bitnik hiper dan hipopigmentasi. Kelainan ni kadang-kadang dapat
menyebabkan pasien sangat malu dengan penampilannya. IPL adalah
penatalaksanaan yang umum digunakan untuk poikiloderma of Civatte karena
menargetkan pembuluh telangiectatic dan makula hiperpigmentasi, dan ukuran
spot lebih besar daripada PDL dan laser lainnya, membuat pengobatan area yang
luas akan jauh lebih efisien.

Beberapa penelitian telah menatalaksana sejumlah pasien dengan IPL untuk


poikiloderma of Civatte, yang terbesar di antaranya menatalaksana 175 pasien
[32]. Pasien-pasien ini dirawat dalam 3 sesi, dengan jarak 3 minggu, dan
dievaluasi 3 bulan setelah sesi terakhir. Filter cutoff 515 dan 590 nm digunakan
dalam sesi berikutnya untuk menargetkan komponen yang dangkal dan dalam.
Pembersihan lebih dari 80% komponen vaskular dan berpigmen diamati [32].
Efek samping minimal dan terjadi pada sekitar 5% pasien. Efek samping meliputi
eritema, edema, dan (dalam jumlah kecil) pembentukan blister yang sembuh tanpa
jaringan parut [32].

Studi lain yang lebih kecil menemukan hasil yang serupa dengan lebih dari 80%
pasien dengan perbaikan yang nyata pada lesi poikilodermatous mereka [33].
Berbagai filter cutoff digunakan berdasarkan jenis kulit pasien dan jenis lesi.
Mereka mencatat bahwa jenis kulit Fitzpatrick tipe I dan II merespon lebih baik
daripada jenis kulit yang lebih gelap, mungkin karena fluensi yang lebih rendah
diperlukan untuk menatalaksana kulit Fitzpatrick tipe III dan yang lebih aman.

Analisis histopatologis kulit sebelum dan sesudah pengobatan IPL untuk


poikiloderma of Civatte dilakukan dalam rangkaian 14 pasien. Selain hematoxylin
dan eosin, potongan diwarnai dengan trikoma Masson, Verhoeff-van Gieson,
Fontana-Masson, dan imunohistokimia CD34 [34]. Perubahan signifikan secara
statistik terlihat dan meliputi distribusi melanin yang lebih homogen, peningkatan
jumlah fibroblas dan serat elastis yang tidak terfragmentasi, dan serat kolagen
yang lebih besar dalam kepadatan, intensitas warna, jumlah, dan ketebalan.
Menariknya, tidak ada perubahan yang terlihat dalam jumlah atau diameter
pembuluh darah [34].

Karena efikasi dan keamanan IPL yang terbukti dalam menatalaksana


poikiloderma of Civatte, serta efisiensi yang lebih superior bila dibandingkan
dengan laser PDL, IPL adalah terapi lini pertama untuk kondisi ini bagi banyak
orang.

Terapi Lesi Nonvaskular

Jaringan parut

Memperbaiki penampilan jaringan parut adalah perawatan yang paling sering


diminta oleh pasien. Sayangnya, ada banyak potensi tatalaksana, tetapi sedikit
dengan bukti kuat yang mendukung penggunaannya. Selain itu, banyak dari
penatalaksnaan ini memiliki efek samping yang mungkin timbul. Laser dan IPL
adalah teknik yang biasa digunakan untuk menatalaksana jaringan parut, terutama
jaringan paruut hipertrofik dan keloidal. Mekanisme kerja dapat menargetkan
pembuluh darah di dalam bekas luka, destruksi dapat menyebabkan penurunan
pembentukan kolagen dan dengan demikian pelemahan dari indurasi dan elevasi
jaringan parut serta warna merah ke merah muda [35, 36] (gbr. 5). IPL telah
dibandingkan dengan PDL dalam perbandingan langsung, dan IPL ditemukan
sama efektifnya dengan PDL dalam memperbaiki penampilan jaringan parut
pembedahan hipertrofik sambil meminimalkan risiko purpura. Namun, IPL
memang melibatkan lebih banyak nyeri daripada PDL selama penatalaksanaan
[35]. Selain itu, IPL digunakan untuk menatalaksana jaringan parut hipertrofik
atau keloidal pada 109 pasien, dan perbaikan klinis keseluruhan tercatat pada
92.5% pasien [36]. Tidak ada banyak percobaan IPL dalam penatalaksanaan
jaringan parut, dan tinjauan sistematis laser atau penatalaksanaan IPL dari
jaringan parut hipertrofik tidak menemukan percobaan IPL yang sesuai dengan
kriteria inklusi [37]. Studi lebih lanjut mengenai modalitas ini tentu diperlukan.

Gambar 5. Sebelum (kiri) dan sesudah (kanan) menjalani 2 terapi IPL dengan jarak 6 minggu
untuk jaringan parut acne pink. Alma Harmony XL, filter 570-nm, 16J/cm2, Durasi pulsasi 10-ms

Striae Distensae

Striae distensae adalah kelainan kulit umum yang bermanifestasi sebagai plak
atrofik linier, sering berwarna merah muda hingga merah atau putih, tergantung
pada apakah mereka berada pada tahap awal atau tahap akhir. Etiologinya sering
berkaitan dengan peregangan kulit, seperti pada kehamilan atau penambahan berat
badan, atau kelainan ini dapat disebabkan oleh penggunaan krim kortikosteroid
superpoten yang berlebihan. Penatalaksanaannya sulit, dan meliputi krim topikal
seperti tretinoin, teknik pelapisan ulang, atau penatalaksanaan berbasis laser dan
cahaya. IPL digunakan dalam rangkaian 15 pasien dengan striae stadium akhir
pada perut, dan hasilnya dievaluasi secara klinis dan histologis. Terdapat
pengurangan jumlah dan panjang striae, serta peningkatan subjektif dalam
gambaran klinis. Selain itu, dermis menunjukkan peningkatan ketebalan yang
signifikan secara statistik setelah 5 sesi IPL [38]. Menariknya, semua striae yang
dirawat berwarna putih, sehingga penatalaksanaan IPL tidak menargetkan
pembuluh darah. Memang, telangiectasias tidak menunjukkan peningkatan ketika
diperiksa secara histologis sebelum dan setelah perawatan [38]. Studi lebih lanjut
dapat membantu menjelaskan mekanisme dan efiikasi IPL dalam menatalaksana
striae distensae.

Keratosis Pilaris Atrophicans

Keratosis pilaris atrophicans (KPA) adalah keratosis pilaris yang kurang umum,
suatu kondisi kulit yang diturunkan dengan etiologi yang tidak diketahui. KPA
ditandai dengan papula folikel keratotik dan eritema, seringkali pada wajah.
Kondisi ini dapat menyebabkan atrofi dan terdapat beberapa tipe yang berbeda.
Sementara beberapa agen topikal digunakan untuk mengobati papula keratotik,
eritemanya paling baik ditatalaksana dengan laser atau IPL. Laser PDL dan KTP
keduanya telah digunakan dengan sukses dalam KPA serta kondisi terkait, berupa
keratosis pilaris rubra [39]. IPL digunakan dalam rangkaian kasus 4 pasien dengan
KPA di wajah dengan perbaikan klinis antara 75 dan 100%, dan peningkatan ini
meliputi eritema serta kekasaran [39]. Para pasien menerima rata-rata 6 sesi
dengan filter 570-nm. Penatalaksanaan ditoleransi dengan baik dan tidak ada efek
samping yang diamati pada pasien ini.

 
Dermatitis atopik

Meskipun bukan pilihan terapi umum untuk penyakit kulit inflamasi, IPL telah
berhasil digunakan dalam menatalaksana dermatitis atopik fasialis. Sebelas pasien
dengan eritema pada wajah yang disebabkan oleh dermatitis atopik ditatalaksana
dengan 3 sesi IPL menggunakan filter 590-nm, dengan jarak 2 minggu. Hasil
penelitian menunjukkan penurunan yang signifikan dalam skor keparahan eczema
serta eritema, likenifikasi, dan skuamam [40]. Hipotesisnya adalah bahwa IPL
menyebabkan pengurangan pembuluh darah kulit dan dengan demikian
menurunkan kemampuan sel-sel inflamasi untuk menyusup ke kulit di daerah
yang diterapi. Walaupun tentu saja bukan terapi lini pertama untuk dermatitis
atopik, terapi tambahan dengan IPL pada pasien tertentu dapat dipertimbangkan.

Kutil

Karena tingginya prevalensi virus human papilloma pada manusia, kutil adalah
salah satu keluhan paling sering dilihat oleh dokter kulit. Kutil bisa sangat sulit
untuk dihilangkan, terutama di area akral. Laser dan terapi berbasis cahaya adalah
bagian dari modalitas terhadap kutil, dan PDL serta IPL keduanya merupakan
pilihan terapi potensial karena dapat menargetkan kapiler papiler kutil serta
menyebabkan kerusakan termal pada virus [41]. Satu pasien mengalami
pembersihan kutil tangan yang berhasil dengan 3 sesi asam 5-aminolevulinic
topikal (ALA) diikuti oleh IPL [42]. Namun, satu uji coba secara acak
membandingkan pengelupasan yang dilanjutkan dengan terapi IPL versus
pengupas saja untuk kutil tangan dan kaki yang sulit diterapi, dan menemukan
bahwa tidak ada perbedaan dalam pembersihan kutil antara kedua kelompok
meskipun ada peningkatan rasa nyeri pada kelompok IPL [41] Pada recalcitrant
warts, kegagalan penggunaan modalitas lain yang lebih konvensional, IPL dapat
digunakan, terutama dengan fotosensitisasi ALA, tetapi pasien harus diingatkan
bahwa hasilnya tidak dijamin.

Aktinik Keratosis, Penyakit Bowen, dan Karsinoma Sel Basal Superfisial


IPL telah terbukti bermanfaat dalam terapi fotodinamik, dan sementara secara
teknis kategori ini merupakan terapi khusus untuk lesi vaskular dan lebih sebagai
sumber cahaya untuk mengaktifkan fotosensitizer, hal tersebut menjamin sebagai
teknologi yang berkembang dalam pengobatan kerusakan aktinik dan malignansi
kulit. Terapi fotodinamik adalah terapi area yang umum digunakan untuk
kerusakan aktinik. Fotosensitizer topikal seperti 5-ALA atau metal-aminolevulinat
dioleskan ke kulit, sehingga dapat mempenetrasi, dan kemudian energi dalam
bentuk cahaya merah atau biru diberikan ke area tersebut. Mekanisme efek
fotosensitisasi melibatkan pembentukan protoporphyrin IX, yang memiliki puncak
penyerapan pada 505, 540, 580, dan 630 nm. Beberapa dokter menggunakan IPL
sebagai sumber cahaya alternatif, karena mencakup sebagian besar panjang
gelombang dan pengobatan dapat diberikan dalam waktu kurang dari sumber
cahaya standar [43]. Beberapa penelitian telah menunjukkan efikasi IPL dalam hal
ini, dan satu studi menatalaksana keratosis aktinik (AK), karsinoma sel skuamosa
in situ, dan karsinoma sel basal superfisial dengan metil aminolevulinat dan IPL,
dengan pembersihan hampir 100% pada semua lesi [43]. AK diterapi selama 1
sesi dengan 3 pulsa per sesi, sedangkan karsinoma sel skuamosa in situ dan
karsinoma sel basal diterapi selama 6 sesi dengan 3 pulsasi per sesi. Studi lain
membandingkan IPL ditambah ALA dengan IPL saja dalam menatalaksana
'photodamage' yang termasuk AK, dan menemukan bahwa penambahan ALA
memberikan pembersihan AK yang lebih besar [44]. Akhirnya, IPL setelah 3 jam
pemberian ALA efektif dalam membersihkan karsinoma sel skuamosa in situ
setelah 5 sesi perawatan [45]. IPL saja mungkin cukup efektif dalam
menatalaksana AK, dan ketika dikombinasikan dengan fotosensitizer topikal dapat
menjadi terapi alternatif untuk kerusakan aktinik dan kanker kulit nonmelanoma
superfisial.

 Pertimbangan Preoperatif, Teknik Penatalaksanaan, dan Komplikasi

Durasi dan frekuensi denyut nadi adalah parameter yang dapat diubah untuk
mendapatkan kromofor spesifik target yang lebih baik dengan memastikan bahwa
durasi pulsasi kurang dari waktu relaksasi termal kromofor target, menghindari
kerusakan pada struktur di sekitarnya [1]. Pulsasi ganda dengan periode istirahat
antara denyut pulsasi dapat membantu menargetkan ectasia yang sangat kecil di
kulit. Pulsasi dapat dikirim dalam serangkaian sequensi tunggal, ganda, atau
tigakali dengan rentang durasi pulsasi dan penundaan antar pulsasi. Ketika durasi
pulsasi yang lebih lama digunakan, pembuluh darah yang lebih dalam dipanaskan
perlahan dan risiko hiperpigmentasi purpura atau postinflamasi berkurang.
Dengan 'pemanasan tambahan', atau memberikan kepadatan energi tinggi dengan
penundaan yang relatif lama antara masing-masing pulsasi, pembuluh darah yang
lebih dalam dan lebih besar dapat berhasil diterapi [3]. Ukuran spot yang besar
pada perangkat IPL tidak hanya membantu dalam penetrasi yang lebih dalam,
tetapi juga membuat penatalaksanaan area tubuh yang besar lebih efisien.

Pendinginan epidermal adalah aspek penting lain dari teknologi IPL terbaru yang
dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan kontak
perangkat dengan gel pendinging coupling pada kulit. Metode lain dari
pendinginan epidermal melibatkan penggunaan udara dingin pada kulit selama
perawatan, dapat secara internal atau eksternal ke perangkat. Hal ini dapat
ditambahkan ke pendingin kontak, dan hasil akhirnya adalah penurunan kerusakan
termal epidermis dan efek samping yang tidak diinginkan seperti luka bakar,
blister, atau hiperpigmentasi.

Karena perangkat IPL terbaru berbasis-platform, mereka lebih fleksibel,


memungkinkan dokter menggunakan berbagai panjang gelombang dalam mesin
yang sama. Kombinasi dengan rentang yang luas dari panjang gelombang, durasi
pulsasi, frekuensi pulsasi, dan fluensi dengan IPL menjadikannya salah satu
perangkat populer yang paling digunakan untuk menatalaksana lesi vaskular dan
berpigmen. Namun, variabilitas dalam parameter terapi ini juga harus mendorong
dokter untuk berhati-hati dalam menatalaksana pasien agar tidak menimbulkan
efek samping yang tidak diinginkan (tabel 1).

 Tabel 1. Parameter terapi yang direkomendasikan penulis untuk menggunakan IPL


Kondisi yang diterapi Filter Panjang Fluensi Durasi pulsasi. Pendingin
gelombang, nm J/cm2 Ms/n pulsasi
Teleangiektasis (fasial) 515 16-20 10-12/double Eksternal dan kontak
Rosacea 515 16-20 10-12/double Eksternal dan kontak
Poikiloderma of Civatte 515-570 16-18 10-12/single Eksternal dan kontak
Striae distensae (merah) 515 16-18 12/single Eksternal dan kontak
Jaringan parut1 515 16 10/single Eksternal dan kontak
Seluruh parameter terapi dapat diaplikasikan untuk kulit Fitzpatrick tipe I-III saja, 2-3 terapi
direkomendasikan dengan jarak 6 minggu. Platform: Harmony XL, Alma Lasers, Caesarea. 6-8 minggu
setelah terbentuuknya jaringan parut jika mungkin.

KESIMPULAN

Teknologi IPL adalah alat serbaguna dan efektif untuk penatalaksanaan berbagai
lesi vaskular serta lesi nonvaskular dengan komponen vaskular. Seperti laser,
penatalaksanaan harus dilakukan untuk menghindari komplikasi seperti luka
bakar, purpura, dan perubahan pigmen.

Anda mungkin juga menyukai