95-105
Diterima: 1 Agustus 2015; Direvisi: 13 September–2 Desember 2015; Disetujui: 15 Desember 2015
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengunaan fly ash batubara dalam pembuatan membran keramik
dan penggunaanya untuk membran pengolahan air gambut. Tahapan penelitian meliputi: 1) percobaan
optimasi komposisi membran dengan memvariasikan persentase fly ash dan clay (montmorilonit) dan suhu, 2)
karakterisasi membrane keramik yang dihasilkan dengan XRD dan SEM, dan 3). kemudian melakukan uji
coba membran untuk proses desalinasi dan purifikasi air gambut. Optimasi dilakukan dengan memvariasi
komposisi yaitu perbandingan fly ash batubara: clay: 40%:60%, 50%:50%, dan 60%:40% dengan variasi suhu
pembakaran membran keramik :700 oC, 800 oC, dan 900 oC. Ujicoba dilakukan untuk mengetahui
kemampuan desalinasi dan purifikasi dari 9 (sembilan) variasi membran keramik. Hasil difraktogram
menunjukkan adanya perbedaan kandungan mineral untuk setiap perbedaan komposisi, sedangkan hasil
analisa SEM menunjukkan bahwa suhu pembakaran berpengaruh pada profil permukaan dan densitas
membran keramik yang dihasilkan. Hasil pengujian air gambut yang diolah dengan membran keramik tersebut
menunjukkan adanya penurunan kandungan yang cukup signifikan untuk parameter pH, Pb, Fe, Mn, Cd,
CaCO3, nitrat, nitrit, TDS, klorida dan total zat organik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua membran
dapat mengolah air gambut menjadi air bersih sesuai dengan standard persyaratan kualitas air bersih
(Permenkes No 416/MEN/KES/PER/XI/1990), terkecuali untuk kandungan logam besi dan mangan.
Berdasarkan penurunan cemaran air gambut, membran keramik dengan komposisi berat fly ash: clay
(50%:50%) pada suhu pembakaran 900 oC mampu mengolah air gambut secara optimal.
Kata kunci : air gambut komposisi, fly ash batubara, membran keramik, suhu
Abstract
This research aimed to study the use of coal fly ash as material of ceramic membranes, and then use it in the
unit of peat water treatment. The stages of the research included: 1) optimization membrane composition by
varying the percentage of fly ash and clay (montmorillonite) and temperature, 2) characterize the ceramic
membranes using XRD and SEM, and then 3) testing the membranes for desalination and purification of peat
water. Optimization was done by varying the composition which was the ratio of coal fly ash: clay (40%: 60%;
50%: 50%; and 60%: 40%) as well as varying the burning temperatures (700oC, 800oC and 900oC).
Experiments conducted to determine the ability of desalination and purification of 9 (nine) variations of the
ceramic membrane. Difractogram showed the differences in mineral content each composition, while the SEM
indicated the effect of the burning temperature on the surface profile and the density of ceramic membranes.
The results of water that treated using ceramic membranes showed a significant decrease in the parameters
of pH, Pb, Fe, Mn, Cd, CaCO3, Nitrate, Nitrite, TDS, Chloride and Total Organic. The results showed that all of
the membrane can process peat water into clean water in accordance with the standards of water quality
requirements (Permenkes No. 416 / MEN / KES / PER / XI / 1990), except for the metal content of iron and
manganese. Based on the result, the ceramic membrane with a composition of fly ash: clay (50%: 50%),
burning temperature 900 oC was able to treat peat water more optimum than others.
95
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 95-105
ha), Sumatera (10 juta ha ) dan pulau lain permukaan porositas, dan diameter
(Agmalini, et al., 2013). Air gambut tertentu yang menentukan permeabilitas
berwarna cokelat dan bersifat asam dan kemampuan separasinya. Sebagai
dikarenakan kandungan asam organik contoh membran mikrofiltrasi dari
seperti asam humat, asam fulvat dan alumunium oksida dengan ukuran pori 0,1
humin yang cukup tinggi (Notodarmojo dan 1um dapat dipergunakan untuk
dan Deniva, 2004). Air gambut adalah menghilangkan virus (Khemakhem, et al,
salah satu sumber daya air yang 2006) dan membran keramik berbahan
melimpah dan penting bagi masyarakat di diatomeous earth mempunyai
sekitar wilayah tersebut, akan tetapi kemampuan filtrasi terhadap bakteri
masyarakat masih mengalami kesultan pathogen (Dong, et al, 2006); membran
dalam proses pengolahan air gambut keramik dari zeolit terbukti mampu
untuk dijadikan air bersih. Keadaan ini mengolah air asam tambang (Nasir, et al,
menjadi suatu permasalahan yang cukup 2013); dan membran keramik dari bahan
besar di kawasan industri dan pemukiman batu bata clay terlapisi AgNO3 mampu
yang berlokasi di daerah Tanjung Siapi menghasilkan air minum dengan kualitas
Api, kabupaten Banyuasin, Sumatera yang cukup bagus (Jedidi, et. al., 2009).
Selatan. Menurut hasil kajian yang Membran keramik dapat dibuat dari
dilakukan oleh Noor (2001), karakteristik campuran bahan yang bertindak sebagai
air gambut di daerah Sumatera Selatan filter yang spesifik sebagai contoh tanah
mempunyai tingkat keasaman yang tinggi, lempung (clay), batubara, zeolit dan
warna cokelat tua serta kadar besi dan bahan anorganik lain. Kinerja membran
mangan yang tinggi. Keadaan air gambut keramik menurut Khemakhem, et al, and
yang seperti ini apabila tidak dilakukan Larbot (2007) selain dipengaruhi oleh
pengolahan yang tepat maka air tersebut spesifikasi komposisi, juga dipengaruhi
tidak bisa digunakan untuk kebutuhan oleh kondisi operasi, yang meliputi
sehari-hari maupun untuk industri. tekanan, gradien konsentrasi, pH larutan
Berbagai teknik pengolahan air inlet, dan suhu operasi. Sifat mekanik,
gambut seperti pengolahan kimia, kimia dan termal dari membran keramik
teknologi ultrafiltrasi dan reverse osmosis memberikan banyak keuntungan
(RO) telah banyak dilakukan (Said, 2008). dibandingkan dengan membran polimer.
Pengolahan air secara kimia biasanya Alumina, zirconia, titania dan silika adalah
menghasilkan sisa produk samping yaitu bahan mineral utama yang umum
bahan kimia yang cukup berbahaya. digunakan pada pembuatan membran
Pengolahan air dengan menggunakan keramik, akan tetapi harga dari bahan
membran alami jarang dipakai karena tersebut relatif mahal, oleh karena itu
kemampuan filtrasi yang sangat buruk dikembangkan bahan keramik alami
sedangkan pengolahan air menggunakan dengan ketersediaan bahan yang
membran sintetis berbahan polimer melimpah agar menghasilkan membran
seperti selulosa asetat, etil selulosa, keramik dengan harga yang lebih murah.
polivinil alkohol, methil polimethakrilat Fly ash batubara merupakan limbah
membutuhkan biaya tinggi karena samping dari industri PLTU yang
membran tersebut relatif mahal (Agmalini tergolong dalam limbah berbahaya dan
et. al., 2013; Noor, 2001; Notodarmojo beracun. Limbah padat ini dapat
dan Deniva, 2004; Said, 2008). dipergunakan untuk bahan dasar
Berdasarkan kajian tersebut maka membran keramik dengan harganya
teknologi membran keramik mulai relatif murah. Menurut Wardani (2008),
dikembangkan dalam proses filtrasi, jumlah limbah padat ini semakin
desalinasi dan purifikasi air gambut. meningkat seiring dengan meningkatnya
Komposisi membran keramik pusat listrik berbasis batubara. Beberapa
menentukan ukuran rongga, pori dan luas penelitian telah berhasil memanfaatkan fly
permukaan pada gugus aktif dalam ash batubara untuk bahan campuran
membran itu sendiri. Membran keramik asphal, semen, beton, paving, dan batu
diilustrasikan sebagai media selektif bata (Lyer and Scott, 2001). Fly ash
permeabel dengan ukuran pori, batubara merupakan abu terbang sisa
96
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 95-105
97
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 95-105
2.Pembuatan membran keramik. 3. Uji coba alat pengolah air gambut dan
Bahan fly ash bat bara diambil dari uji kualitas air bersih.
PLTU di wilayah Kabupaten Muara Enim Karakteristik air gambut di daerah
pada bulan Maret 2013, sedang Tanjung Siapi-api, Kabupaten Banyuasin,
pembuatan membran keramik dilakukan Sumatera Selatan mempunyai kemiripan
di CV Asri Keramik Bandung pada bulan dengan air asam tambang, dimana tingkat
April–Juni 2013. Preparasi membran keasaman (pH) berkisar 2 sampai dengan
keramik tubular mikrofiltrasi dengan 3, kandungan Mn berkisar antara 0,5
metode slip casting menggunakan fly ash sampai dengan 1,0 mg/l, dan kandungan
partikel berbentuk spherical. Prosedur Fe berkisar antara 7 sampai dengan 16
kerja pembuatan membran keramik mg/L. Dengan pH yang rendah tersebut
diawali dengan pencampuran fly ash dan maka air gambut dilakukan pre-treatment
clay sesuai dengan Tabel 1., Campuran terlebih dahulu sebelum diujicobakan
ditambahkan air sekitar 25%, kemudian pada membran keramik. Pretreatment
pencetakan bentuk tubular dilakukan dilakukan dengan cara penambahan
sesuai dengan desain pada Gambar 1. kapur (CaCO3) untuk menghidrolisis air
Bahan yang dicetak dikeringkan pada gambut dan menurunkan keasaman,
suhu kamar selama 7 hari, kemudian sedangkan i selama 1 jam bertujuan
dibakar dengan furnace sesuai dengan untuk mengubah kation Mn dan Fe
suhu pembakaran pada Tabel 1. menjadi MnO2, FeO2, dan oksida logam
Pembakaran dilakukan selama 12 jam lain, sehingga akan terjadi endapan
yang meliputi 4 jam pengasapan dan 8 oksida, penurunan kadar Mn dan Fe serta
jam pembakaran dengan laju pemanasan untuk meningkatkan performance kerja
3oC/menit. dari membran keramik. Gambar 2
menunjukkan desain alat pengolahan air
Tabel 1. Komposisi bahan dan temperatur gambut yang digunakan dalam penelitian.
pembakaran membran keramik
98
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 95-105
99
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 95-105
100
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 95-105
cenderung kasar dan kurang homogen. hal ini dikarenakan banyaknya partikel
(Dong et al., 2006); Jedidi, et al, (2009), dari membran keramik yang terlepas dari
mengemukakan bahwa badan membran sehingga menutupi
ketidakhomogenan dalam membran luasan pori-pori permukaan membran.
keramik tersebut menunjukkan bahwa Keadaan ini akan mempengaruh
beberapa partikel terlepas dari badan permeabilitas membran keramik, karena
membran sehingga menutupi luasan pori semakin banyak pori-pori dan konektivitas
di permukaan, dan proses sintering pada antar pori yang terbentuk pada membran
suhu 800oC (densifikasi and coarsening) yang telah dibakar, maka semakin
belum matang sempurna. Hasil uji lain memudahkan fluida untuk dapat
yang menunjukkan bahwa sintering yang diteruskan keluar permukaan membran
terjadi belum sempurna yaitu terdapat disisi lainnya. Perbedaan permeabilitas
pada perlakuan membran A2 dan C2 tiap membran keramik dapat dilihat pada
dengan perbesaran 3000 kali. Hasil efektivitas unjuk kerja membran dengan
pengujian terhadap ke dua membran memperhatikan naiknya kualitas air hasil
tersebut adalah tidak terlihatnya dengan olahan seperti pada Tabel 2.
jelas pori-pori di permukaan membran,
Gambar 6. SEM potograf pada suhu 800oC, perbandingan fly ash: Clay A2
(40%:60%) dan C2 (60%:40%) dengan perbesaran 300 dan 3000 X
101
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 95-105
Deniva, 2004; Said, 2008; Zaharah et al., 2FeS2 + 7O2 + 2H2O 2Fe2+ +4SO42- +
2015) . Selain lahan pertanian, wilayah 4H+
pengambilan sampel juga merupakan Fe2+ + ¼ O2 + H+ Fe3+ + ½ H2O
daerah bekas tambang batubara,
sehingga berdasarkan hasil uji pada FeS2 + 14Fe3+ + 8 H2O 15 Fe2+ +
Tabel 2, kualitas airnya hampir mirip 2SO42- +16H+
dengan air asam tambang. Reaksi
kandungan Fe pada preteatment sbb : Fe3+ + 3H2O Fe(OH)3 (s)+ 3H+
Tabel 2. Hasil uji pengolahan air gambut mengunakan berbagai membran keramik.
N Parameter Air Pretreatment Syarat
o Treatment Membran Keramik Mutu
Air Gambut
Satuan
102
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 95-105
penetral), sehingga Ksp Ca(OH)2 mudah diamati hanya Fe dan Mn. Penurunan
tercapai dan segera berubah menjadi kadar kation dan anion setelah melalui
CaO karena adanya aerasi dalam sistem membran keramik ini mengindikasikan
pretreatment. Berdasarkan Tabel 2, bahwa membran keramik yang dihasilkan
terjadi penurunan TSS, TDS, kekeruhan, mempunyai permeabilitas yang cukup
zat Organik dan kesadahan yang cukup bagus. Permeabilitas sering disebut juga
singnifikan pada 9 (Sembilan) membran sebagai kecepatan permeat atau fluks.
keramik pada ujicoba pengolah air Permeabilitas adalah ukuran kecepatan
gambut. Hal ini menunjukkan efektifitas suatu spesi melewati membran per
purifikasi dari sistem pengolah air, dimana satuan luas dan waktu dengan gradien
pretreatment yang dilakukan dan adsorpsi tekanan sebagai gaya pendorong. Fluks
pada adsorben cukup efektif, sehingga membran keramik berhubungan dengan
penurunan yang cukup signifikan pada porositas, semakin tinggi porositas akan
kekeruhan, kesadahan. Sedangkan unjuk mempunyai kemampuan penyaringan
kerja membran keramik, ditunjukkan yang lebih bagus. Selain itu porositas,
dengan penurunan kadar Fe dari sekitar jumlah dan ukuran pori, interaksi antara
6,6 mg/L menjadi 0,6-1,1 mg/L dan kadar membran dan larutan umpan, viskositas
Mn dari 0,66 mg/L menjadi kurang dari serta tekanan luar juga berpengaruh pada
0,2 –0,5 mg/L. Penurunan nilai TSS dari permeabilitas membran. Hasil pengujian
sekitar 16,5 mg/L menjadi sekitat 9-18 air gambut menunjukkan bahwa
mg/L kemungkinan disebabkan karena penambahan clay semakin sebanyak
zat terlarut yang tertahan oleh membran (konsentrasi 40%, 50% dan 60%) maka
keramik lama kelamaan akan semakin efektifnya proses filtrasi maupun
terakumulasi atau menumpuk pada purifikasi. Pendapat ini ditunjukkan
permukaan membran dan membentuk dengan data hasil pengujian kadar anion
endapan yang berfungsi sebagai maupun kation pada air gambut yang
penyaring aliran TSS. cenderung menurunan (Tabel 2).
Kekeruhan menggambarkan Hasil analisa anion dan kation
tingkat kandungan bahan organik dan (Table 2) dapat disimpulkan permeabilitas
anorganik yang terlarut dalam larutan. yang cukup bagus, akan tetapi selektifitas
Parameter keberhasilan filtrasi dapat anion dan kation tidak dapat diperkirakan.
dinyatakan dengan besarnya zat yang Selektfitas ini berkaitan dengan
hilang (removal). Proses pretreatment kemampuan membran untuk menahan
adalah efektif untuk menurunkan suatu spesi, ukuran partikel dalam larutan
kekeruhan pada air gambut, umpan dan interaksinya dengan
penurunannya cukup signifikan dari permukaan membran serta ukuran pori
sekitar 49,94 NTU menjadi 20 NTU, juga berpengaruh pada penentuan
sedangkan kinerja set pengolah air selektifitas suatu membrane (Jedidi, et al.,
menunjukkan penurunan dari 20 NTU 2009). Dari data hasil pengujian yang ada
menjadi sekitar 1-3 NTU. Kadangkala pada Tabel 2, belum dapat dikatakan
terjadi kenaikan kekeruhan dalam proses bahwa selektifitas membran keramik
pengolahan air bersih yang disebabkan berbahan fly ash dan clay adalah lebih
dengan proses sintering yang kurang selektif pada ion logam kation atau ion
sempurna, tetapi pada penelitian ini anion. Secara keseluruhan, membran
menghasilkan nilai kekeruhan yang keramik yang dibuat dalam penelitian ini
menurun pada 9 unit membran sampel, adalah membran mikrofiltrasi yang
dari kadar kekeruhan 20 NTU menjadi mempunyai kinerja sangat baik untuk
kurang dari 1-3 NTU pemisahan zat padat tersuspensi, sangat
Tabel 2 menunjukkan hasil baik untuk pemisahan zat organik
pengujian air gambut yang diolah dengan maupun an organik terlarut. Beberapa
membran keramik berbagai perlakuan. ulasan diatas telah dijelaskan bahwa
Pada hasil pengujian tersebut terjadi semakin tinggi kandungan clay pada
penurunan beberapa kandungan anion membran keramik maka akan
seperti sulfat, klorida, nitrat dan nitrit menghasilkan membran keramik tubular
sedangkan penurunan kation yang dengan unjuk kerja yang semakin bagus.
103
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 95-105
104
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 95-105
Tunisian Clay Applied to Cuttlefish Penyerap Fe, Mn dan Warna Dalam Air
Effluents Treatment. Desalination, Gambut. Fakultas Pertanian UNIB.
200(1), 307-309. Zaharah, T. A., Wahyuni, N., dan Suprihatin,
Kutchko, B. G., and Kim, A. G. (2006). Fly ash E. (2015). Pembuatan Membran Silika
characterization by SEM–EDS. Fuel, dari Fly Ash dan Aplikasinya untuk
85(17), 2537-2544. Menurunkan Kadar COD dan Bod
Li, G. (2004). Properties of High-Volume Fly Limbah Cair Kelapa Sawit. Jurnal Kimia
Ash Concrete Incorporating Nano-Sio 2. Khatulistiwa, 4(3).
Cement And Concrete Research, 34(6),
1043-1049.
Lin, C.-F., & Hsi, H.C. (1995). Resource
Recovery of Waste Fly Ash: Synthesis of
Zeolite-Like Materials. Environmental
science & technology, 29(4), 1109-1117.
Nasir, S., Arief, A. T., dan Ibrahim, E. (2013).
Perancangan Plant Pengolahan Air
Asam Tambang dengan Metode
Kombinasi Sand Filter, Ultrafiltrasi, dan
Reverse Osmosis.
Nasir, S., Ibrahim, E., dan Arief, A. T. (2014).
Perancangan Plant Pengolahan Air
Asam Tambang Dengan Proses Sand
Filtrasi, Ultrafiltrasi Dan Reverse
Osmosis. Prosiding SNaPP: Sains,
Teknologi, dan Kesehatan., 4(1), 193-
200.
Noor, M. (2001). Pertanian Lahan Gambut,
Potensi dan Kendala:
Kanisius.Yogyakarta
Notodarmojo, S., dan Deniva, A. (2004).
Penurunan Zat Organik dan Kekeruhan
Menggunakan Teknologi Membran
Ultrafiltrasi dengan Sistem Aliran Dead-
End (Studi Kasus: Waduk Saguling,
Padalarang). Journal of Mathematical
and Fundamental Sciences, 36(1), 63-82.
Said, N. (2008). Teknologi Pengolahan Air
Minum: Teknologi Pengolahan Air
Gambut Sederhana: BPPT Press.
Santoso, N. A. (2013). Studi Komposisi,
Morfologi Bulir dan Suseptibilitas Mineral
Magnetik Abu Ringan (Fly Ash) Sisa
Pembakaran Batu Bara Pada PLTU PT
IPMOMI Paiton Dan Pasaran. SKRIPSI
Jurusan Fisika-Fakultas MIPA UM.
Vercauteren, S., Keizer, K., Vansant, E.,
Luyten, J., and Leysen, R. (1998).
Porous Ceramic Membranes:
Preparation, Transport Properties and
Applications. Journal of Porous Materials,
5(3-4), 241-258.
Wardani, S. P. R. (2008). Pemanfaatan
Limbah Batubara (Fly ash) Untuk
Stabilisasi Tanah Maupun Keperluan
Teknik Sipil Lainnya Dalam Mengurangi
Pencemaran Lingkungan. Fakultas
Pertanian UNIB
Wibisono, A., Syafnil, S., dan Sigit, M. (2009).
Kajian Penggunaan Arang Aktif Sebagai
105
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 106
106