Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal.

95-105

PEMANFAATAN FLY ASH BATUBARA SEBAGAI BAHAN MEMBRAN KERAMIK


PADA UNIT PENGOLAH AIR GAMBUT

THE UTILIZATION OF COAL FYLYASH AS CERAMIC MEMBRANES FOR


THE UNIT OF PEAT WATER TREATMENT

Chasri Nurhayati dan Tri Susanto


Baristand Industri Palembang
Jl. Perindustrian II No 12, Sukarami, Palembang
e-mail: chasrinurhayati@yahoo.com

Diterima: 1 Agustus 2015; Direvisi: 13 September–2 Desember 2015; Disetujui: 15 Desember 2015

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengunaan fly ash batubara dalam pembuatan membran keramik
dan penggunaanya untuk membran pengolahan air gambut. Tahapan penelitian meliputi: 1) percobaan
optimasi komposisi membran dengan memvariasikan persentase fly ash dan clay (montmorilonit) dan suhu, 2)
karakterisasi membrane keramik yang dihasilkan dengan XRD dan SEM, dan 3). kemudian melakukan uji
coba membran untuk proses desalinasi dan purifikasi air gambut. Optimasi dilakukan dengan memvariasi
komposisi yaitu perbandingan fly ash batubara: clay: 40%:60%, 50%:50%, dan 60%:40% dengan variasi suhu
pembakaran membran keramik :700 oC, 800 oC, dan 900 oC. Ujicoba dilakukan untuk mengetahui
kemampuan desalinasi dan purifikasi dari 9 (sembilan) variasi membran keramik. Hasil difraktogram
menunjukkan adanya perbedaan kandungan mineral untuk setiap perbedaan komposisi, sedangkan hasil
analisa SEM menunjukkan bahwa suhu pembakaran berpengaruh pada profil permukaan dan densitas
membran keramik yang dihasilkan. Hasil pengujian air gambut yang diolah dengan membran keramik tersebut
menunjukkan adanya penurunan kandungan yang cukup signifikan untuk parameter pH, Pb, Fe, Mn, Cd,
CaCO3, nitrat, nitrit, TDS, klorida dan total zat organik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua membran
dapat mengolah air gambut menjadi air bersih sesuai dengan standard persyaratan kualitas air bersih
(Permenkes No 416/MEN/KES/PER/XI/1990), terkecuali untuk kandungan logam besi dan mangan.
Berdasarkan penurunan cemaran air gambut, membran keramik dengan komposisi berat fly ash: clay
(50%:50%) pada suhu pembakaran 900 oC mampu mengolah air gambut secara optimal.

Kata kunci : air gambut komposisi, fly ash batubara, membran keramik, suhu

Abstract

This research aimed to study the use of coal fly ash as material of ceramic membranes, and then use it in the
unit of peat water treatment. The stages of the research included: 1) optimization membrane composition by
varying the percentage of fly ash and clay (montmorillonite) and temperature, 2) characterize the ceramic
membranes using XRD and SEM, and then 3) testing the membranes for desalination and purification of peat
water. Optimization was done by varying the composition which was the ratio of coal fly ash: clay (40%: 60%;
50%: 50%; and 60%: 40%) as well as varying the burning temperatures (700oC, 800oC and 900oC).
Experiments conducted to determine the ability of desalination and purification of 9 (nine) variations of the
ceramic membrane. Difractogram showed the differences in mineral content each composition, while the SEM
indicated the effect of the burning temperature on the surface profile and the density of ceramic membranes.
The results of water that treated using ceramic membranes showed a significant decrease in the parameters
of pH, Pb, Fe, Mn, Cd, CaCO3, Nitrate, Nitrite, TDS, Chloride and Total Organic. The results showed that all of
the membrane can process peat water into clean water in accordance with the standards of water quality
requirements (Permenkes No. 416 / MEN / KES / PER / XI / 1990), except for the metal content of iron and
manganese. Based on the result, the ceramic membrane with a composition of fly ash: clay (50%: 50%),
burning temperature 900 oC was able to treat peat water more optimum than others.

Keywords : peat water, composition, coal fly ash, ceramic membranes,.temperature

PENDAHULUAN hutan dan perkebunan yang luas.


Biasanya, pemenuhan air bersih di
Pemenuhan kualitas air bersih sesuai daerah ini dilakukan dengan pengolahan
yang dipersyaratkan oleh Permenkes No air gambut yang tersedia di sekitar
416/MEN/KES/PER/XI/1990 menjadi pemukiman penduduk. Indonesia
masalah yang cukup serius. Terlebih lagi mempunyai lahan gambut sekitar 26 juta
di daerah rawa yang memiliki kegiatan ha yang tersebar di Kalimantan (13 juta

95
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 95-105

ha), Sumatera (10 juta ha ) dan pulau lain permukaan porositas, dan diameter
(Agmalini, et al., 2013). Air gambut tertentu yang menentukan permeabilitas
berwarna cokelat dan bersifat asam dan kemampuan separasinya. Sebagai
dikarenakan kandungan asam organik contoh membran mikrofiltrasi dari
seperti asam humat, asam fulvat dan alumunium oksida dengan ukuran pori 0,1
humin yang cukup tinggi (Notodarmojo dan 1um dapat dipergunakan untuk
dan Deniva, 2004). Air gambut adalah menghilangkan virus (Khemakhem, et al,
salah satu sumber daya air yang 2006) dan membran keramik berbahan
melimpah dan penting bagi masyarakat di diatomeous earth mempunyai
sekitar wilayah tersebut, akan tetapi kemampuan filtrasi terhadap bakteri
masyarakat masih mengalami kesultan pathogen (Dong, et al, 2006); membran
dalam proses pengolahan air gambut keramik dari zeolit terbukti mampu
untuk dijadikan air bersih. Keadaan ini mengolah air asam tambang (Nasir, et al,
menjadi suatu permasalahan yang cukup 2013); dan membran keramik dari bahan
besar di kawasan industri dan pemukiman batu bata clay terlapisi AgNO3 mampu
yang berlokasi di daerah Tanjung Siapi menghasilkan air minum dengan kualitas
Api, kabupaten Banyuasin, Sumatera yang cukup bagus (Jedidi, et. al., 2009).
Selatan. Menurut hasil kajian yang Membran keramik dapat dibuat dari
dilakukan oleh Noor (2001), karakteristik campuran bahan yang bertindak sebagai
air gambut di daerah Sumatera Selatan filter yang spesifik sebagai contoh tanah
mempunyai tingkat keasaman yang tinggi, lempung (clay), batubara, zeolit dan
warna cokelat tua serta kadar besi dan bahan anorganik lain. Kinerja membran
mangan yang tinggi. Keadaan air gambut keramik menurut Khemakhem, et al, and
yang seperti ini apabila tidak dilakukan Larbot (2007) selain dipengaruhi oleh
pengolahan yang tepat maka air tersebut spesifikasi komposisi, juga dipengaruhi
tidak bisa digunakan untuk kebutuhan oleh kondisi operasi, yang meliputi
sehari-hari maupun untuk industri. tekanan, gradien konsentrasi, pH larutan
Berbagai teknik pengolahan air inlet, dan suhu operasi. Sifat mekanik,
gambut seperti pengolahan kimia, kimia dan termal dari membran keramik
teknologi ultrafiltrasi dan reverse osmosis memberikan banyak keuntungan
(RO) telah banyak dilakukan (Said, 2008). dibandingkan dengan membran polimer.
Pengolahan air secara kimia biasanya Alumina, zirconia, titania dan silika adalah
menghasilkan sisa produk samping yaitu bahan mineral utama yang umum
bahan kimia yang cukup berbahaya. digunakan pada pembuatan membran
Pengolahan air dengan menggunakan keramik, akan tetapi harga dari bahan
membran alami jarang dipakai karena tersebut relatif mahal, oleh karena itu
kemampuan filtrasi yang sangat buruk dikembangkan bahan keramik alami
sedangkan pengolahan air menggunakan dengan ketersediaan bahan yang
membran sintetis berbahan polimer melimpah agar menghasilkan membran
seperti selulosa asetat, etil selulosa, keramik dengan harga yang lebih murah.
polivinil alkohol, methil polimethakrilat Fly ash batubara merupakan limbah
membutuhkan biaya tinggi karena samping dari industri PLTU yang
membran tersebut relatif mahal (Agmalini tergolong dalam limbah berbahaya dan
et. al., 2013; Noor, 2001; Notodarmojo beracun. Limbah padat ini dapat
dan Deniva, 2004; Said, 2008). dipergunakan untuk bahan dasar
Berdasarkan kajian tersebut maka membran keramik dengan harganya
teknologi membran keramik mulai relatif murah. Menurut Wardani (2008),
dikembangkan dalam proses filtrasi, jumlah limbah padat ini semakin
desalinasi dan purifikasi air gambut. meningkat seiring dengan meningkatnya
Komposisi membran keramik pusat listrik berbasis batubara. Beberapa
menentukan ukuran rongga, pori dan luas penelitian telah berhasil memanfaatkan fly
permukaan pada gugus aktif dalam ash batubara untuk bahan campuran
membran itu sendiri. Membran keramik asphal, semen, beton, paving, dan batu
diilustrasikan sebagai media selektif bata (Lyer and Scott, 2001). Fly ash
permeabel dengan ukuran pori, batubara merupakan abu terbang sisa

96
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 95-105

pembakaran batubara yang jumlahnya pengolahan air gambut. Hasil penelitian


sekitar 80-90% dari total abu sedang diharapkan dapat menghasilkan air bersih
jumlah bottom ash hanya sekitar 10%. Fly yang dipersyaratkan dan teknologi tepat
ash batubara mengandung SiO2 (52,0%), guna yang murah untuk masyarakat
Al2O3 (31,9%), Fe2O3(5%), CaO(3%) dan disekitar daerah rawa.
MgO (5%) (Kutchko and Kim, 2006).
Selain itu fly ash juga mengandung METODOLOGI PENELITIAN
mineral minor yang lain seperti
magnesium, sulfur, sodium, potasium dan Bahan
karbon. Rata-rata ukuran mineral dari fly Bahan yang digunakan untuk
ash batubara hasil pembakaran adalah penelitian ini antara lain fly ash batubara,
sekitar 0,075 mm (Santoso, 2013). clay, bahan kimia untuk uji analisa air
Menurut Li , 2004, Lin and Hsi, (1995), sesuai dengan metode SNI 01-3554-
ukuran fly ash batubara bervariasi dari < 2006.
1 um sampai dengan >100 um dengan
ukuran partikel dibawah 20 um dan luas Peralatan
permukaannya adalah berkisar antara Peralatan yang digunakan antara lain
300 – 500 m2/kg, beberapa tipe fly ash alat pengolah air (housing membrane),
mempunyai luas permukaan kurang dari pH meter, timbangan analitik,
200 maupun hingga 700 m2/kg. seperangkat alat sampling air,
Mengingat komposisi dan ukuran fly ash seperangkat alat gelas, furnace untuk
tersebut, maka membran keramik yang pembakaran membran keramik dan alat
berbahan fly ash digolongkan sebagai cetak membran.
teknologi mikrofiltrasi.
Beberapa penelitian telah dilakukan Metode Penelitian
dengan mengolah fly ash sebagai bahan Optimasi komposisi bahan dan
baku pada pembuatan membran keramik temperatur pembakaran membran
dengan mensubtitusikan zeolit dan clay keramik dilakukan dengan mendesain
yang diujicobakan pada pengolahan air rancangan percobaan dengan 2 (dua)
asam tambang (Nasir et. al., 2013; faktor yaitu suhu pembakaran dan
Nasir,et al, 2014). Penelitian tentang komposisi bahan keramik. Suhu
subtitusi fly ash pada clay montmorilonit pembakaran divariasikan pada 3 taraf
beserta optimasi komposisi bahan dan yaitu: 700oC, 800oC,dan 900oC,
suhu pembakaran untuk membran sedangkan komposisi bahan divariasikan
keramik jarang dilakukan. Penggunaan fly pada 3 taraf yaitu perbandingan fly ash
ash batubara untuk perancangan desain dengan clay yaitu: 40%:60%; 50%:50%;
membran keramik tubular yang digunakan dan 60%:40%, sehingga diperoleh 9
pada pengolahan air gambut dengan (sembilan) variasi membran keramik, dan
karakteristik kandungan asam, Fe dan Mn pembuatan membran keramik dilakukan
yang tinggi masih perlu diperdalam untuk dengan 1 (satu) kali ulangan.
mengetahui kondisi optimum pembuatan
membran keramik. Berdasarkan keadaan Prosedur Penelitian
tersebut maka perlu dilakukan penelitian 1.Pengambilan contoh air gambut
untuk mengetahui komposisi bahan dan Pengambilan contoh air gambut
teknik pembuatan membran keramik dilakukan di 4 (empat) lokasi di daerah
tubular dari fly ash sehingga dapat Tanjung Siapi-api, Kabupaten Banyuasin,
digunakan pada unit pengolahan air Sumatera Selatan pada bulan Juni-
gambut. Penelitian ini bertujuan untuk Agustus 2013. Metode pengambilan
mengkaji komposisi optimal clay yang contoh sesuai dengan SNI 6989.59:2008,
dapat disubtitusi oleh fly ash batubara metode pengambilan contoh air limbah.
serta menentukan suhu pembakaran Air gambut yang digunakan untuk ujicoba
optimal pada proses pembuatan (inlet) merupakan campuran air gambut
membran keramik. Pengujian kinerja dari 4 (empat) lokasi sampling dengan
membran keramik akan menentukan komposisi volume yang sama.
kemampuan membran keramik untuk

97
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 95-105

2.Pembuatan membran keramik. 3. Uji coba alat pengolah air gambut dan
Bahan fly ash bat bara diambil dari uji kualitas air bersih.
PLTU di wilayah Kabupaten Muara Enim Karakteristik air gambut di daerah
pada bulan Maret 2013, sedang Tanjung Siapi-api, Kabupaten Banyuasin,
pembuatan membran keramik dilakukan Sumatera Selatan mempunyai kemiripan
di CV Asri Keramik Bandung pada bulan dengan air asam tambang, dimana tingkat
April–Juni 2013. Preparasi membran keasaman (pH) berkisar 2 sampai dengan
keramik tubular mikrofiltrasi dengan 3, kandungan Mn berkisar antara 0,5
metode slip casting menggunakan fly ash sampai dengan 1,0 mg/l, dan kandungan
partikel berbentuk spherical. Prosedur Fe berkisar antara 7 sampai dengan 16
kerja pembuatan membran keramik mg/L. Dengan pH yang rendah tersebut
diawali dengan pencampuran fly ash dan maka air gambut dilakukan pre-treatment
clay sesuai dengan Tabel 1., Campuran terlebih dahulu sebelum diujicobakan
ditambahkan air sekitar 25%, kemudian pada membran keramik. Pretreatment
pencetakan bentuk tubular dilakukan dilakukan dengan cara penambahan
sesuai dengan desain pada Gambar 1. kapur (CaCO3) untuk menghidrolisis air
Bahan yang dicetak dikeringkan pada gambut dan menurunkan keasaman,
suhu kamar selama 7 hari, kemudian sedangkan i selama 1 jam bertujuan
dibakar dengan furnace sesuai dengan untuk mengubah kation Mn dan Fe
suhu pembakaran pada Tabel 1. menjadi MnO2, FeO2, dan oksida logam
Pembakaran dilakukan selama 12 jam lain, sehingga akan terjadi endapan
yang meliputi 4 jam pengasapan dan 8 oksida, penurunan kadar Mn dan Fe serta
jam pembakaran dengan laju pemanasan untuk meningkatkan performance kerja
3oC/menit. dari membran keramik. Gambar 2
menunjukkan desain alat pengolahan air
Tabel 1. Komposisi bahan dan temperatur gambut yang digunakan dalam penelitian.
pembakaran membran keramik

Suhu Fly ash: Fly ash: Fly ash:


Clay Clay Clay
40%:60 50%:50 60%:40
% berat % berat % berat
700o A1 B1 C1
C
800o A2 B2 C2
C
900o A3 B3 C3
C

Gambar 2. Aliran pengolah air gambut

Ujicoba penelitian dilakukan di


Baristand Industri Palembang
menggunakan housing membran seperti
ditunjukkan pada Gambar 3. Uji
kemampuan masing masing membran
keramik dilakukan dengan cara
memasang membran keramik pada set
alat pengolah air gambut. Alat beroperasi
pada tekanan 0,05 atm, suhu kamar dan
debit air inlet 0,1 mL/s. Backwash
terhadap alat pengolah air dilakukan
Gambar 1. Ukuran membran keramik
sebelum uji coba membran keramik
tubular

98
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 95-105

dengan berbagai variasi. Ujicoba percobaan. Difraktogram menunjukkan


dilakukan 3 (tiga) kali operasi struktur kristal dan kandungan mineral
pengulangan, dengan pengujian air inlet pada sampel melalui pencocokan dengan
dan outlet sebanyak 3 kali sesuai dengan database kristalografi ICDD. Gambar 4
SNI 01-3554-2006. Perbandingan hasil uji menunjukkan 3 peak dengan intensitas
pengolahan air dilakukan mengacu pada tinggi pada 2 theta deg 26,62; 28,0119
syarat kualitas air bersih sesuai dengan dan 20,0854 dengan intensitas masing-
Permenkes No masing berturut-turut adalah 1012,0;
416/MEN/KES/PER/XI/1990. 422,4 dan 225,6 Hasil Ini menunjukkan
bahwa kandungan mineral utama adalah
SiO2 (dominan), alumina oksida dan
sodium calcium aluminum silicate (albite).
Hasil analisa oksida secara
keseluruhan menunjukkan bahwa oksida
tersebut bersifat amorf, data ini
ditunjukkan dengan profil dari puncak
difraktogram tersebut. Kondisi amorf dari
mineral utama tersebut maka dalam
pembuatan membran keramik dalam
penelitian ini perlu ditambahkan clay
montmorilonit yang berguna untuk
memperbaiki sifat fisik membran keramik
termasuk ketahanan tekan dan resistensi
terhadap pembakaran membran. Selain
itu, penambahan clay juga dapat
meningkatkan jumlah pori dan rongga
untuk mendukung kinerja filtrasi membran
(Vercauteren, et al, 1998). Hal ini sesuai
Gambar 3. Alat pengolah air gambut dengan hasil percobaan penelitian bahwa
secara fisik dari 9 (sembilan) komposisi
HASIL DAN PEMBAHASAN bahan yang dirancang, maka semakin
besar penambahan clay akan
1. Karakterisasi Mineral Membran meningkatkan sifat fisik membran keramik
Keramik Dari Analisis XRD yaitu kekokohan, kerapuhan dan tidak
Analisis XRD dilakukan terhadap gampang pecah.
sampel fly ash batubara sebagai bahan
baku dan sampel membran keramik hasil

Gambar 4. Difraktogram Fly Ash sebagai bahan utama

Gambar 5 menunjukkan perbedaan dengan nilai relatif lebih rendah, akan


kandungan mineral utama yaitu pada tetapi untuk komponen mineral kedua
40% fly ash adalah andalusite orthrombic dengan intesitas yang cukup tinggi 0.61
Al2(SiO4)O pada intesitas 0,73, sedangkan baik pada A2 maupun C2 adalah silika
pada 60% fly ash adalah kyanite oksida dengan bentuk quartz,
orthrombic Al2SiO5 pada intesitas 0,37 heksagonal. Perbedaan jumlah fly ash

99
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 95-105

pada suhu pembakaran 800oC, berakibat menunjukkan bahwa kaolinite bukan


pada berkurangnya clay montmorilonit, senyawa dominan di clay. Selain itu,
hal ini ditunjukkan dengan kontribusi quart pembakaran pada suhu 800oC juga dapat
hekasgonal yang muncul dan beberapa menyebabkan senyawa kaolinite
peak mineral lain juga muncul walaupun terdekomposisi menjadi senyawa
kurang signifikan. metakaoline yang bersifat amorf atau non
Pada saat proses pengempaan kristal, dan senyawa magnetite juga mulai
terjadi proses kompaksi antarmuka terdekomposisi menjadi hematite (Fe2O3).
partikel, senyawa montmorilonit maupun Hasil dari pengamatan fisik, membran
kaolinite dari clay meningkatkan daya keramik tubular C2 lebih kokoh
lekat antar partikel senyawa lainnya dibandingkan dengan A2, komposisi clay
sehinga dapat mempermudah proses yang lebih banyak akan memperkuat
sintering sampel pada suhu rendah ketahanan fisik dari tekanan operasi
(Wardani, 2008; Wibisono, et al, , 2009; sehingga akan berpengaruh pada
Zaharah, et al, 2015). Berdasarkan hasil perbedaan selektifitas dan permeabilitas
analisa XRD, puncak kaolinite clay tidak membran yang dihasilkan.
muncul dengan jelas. Hal ini

Gambar 5. Difraktogram membran keramik pada suhu pembakaran 800oC, perbandingan


fly ash: Clay (A2) 40%:60% dan (C2) 60%:40%.

1. Analisa SEM menunjukkan bahwa membran C2


Berdasarkan hasil uji SEM (Gambar mempunyai bulir yang lebih banyak
6), dapat dilihat perbedaan permukaan dengan pori yang lebih sedikit. Keadaan
yang cukup signifikan antara A2 dan C2. ini menunjukkan bahwa membran C2
Semakin sedikit fly ash yang ditambahkan lebih banyak mengandung fly ash
pada membran keramik maka permukaan batubara apabila dibandingkan dengan
semakin jarang (densitasnya makin kandungan clay. Dari uji SEM fotograf ke
rendah), sedangkan semakin banyak fly dua perlakuan variasi tersebut, dapat
ash yang ditambahkan pada membran dilihat bahwa pembakaran 800 oC tidak
keramik maka permukaan semakin kasar dapat menghasilkan keramik dengan
dan rata. Hasil pengujian struktur mikro struktur teratur dan halus. Hal ini
(butiran partikel) dengan perbedaan diperkuat dengan data bahwa pada
perbesaran, dihasilkan warna gelap perbesaran 3000 kali permukaan
menunjukkan pori sedangkan warna membran yang tersusun dari fly ash dan
terang adalah bulir. Hasil pengujian clay yang berukuran mikron tidak halus,

100
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 95-105

cenderung kasar dan kurang homogen. hal ini dikarenakan banyaknya partikel
(Dong et al., 2006); Jedidi, et al, (2009), dari membran keramik yang terlepas dari
mengemukakan bahwa badan membran sehingga menutupi
ketidakhomogenan dalam membran luasan pori-pori permukaan membran.
keramik tersebut menunjukkan bahwa Keadaan ini akan mempengaruh
beberapa partikel terlepas dari badan permeabilitas membran keramik, karena
membran sehingga menutupi luasan pori semakin banyak pori-pori dan konektivitas
di permukaan, dan proses sintering pada antar pori yang terbentuk pada membran
suhu 800oC (densifikasi and coarsening) yang telah dibakar, maka semakin
belum matang sempurna. Hasil uji lain memudahkan fluida untuk dapat
yang menunjukkan bahwa sintering yang diteruskan keluar permukaan membran
terjadi belum sempurna yaitu terdapat disisi lainnya. Perbedaan permeabilitas
pada perlakuan membran A2 dan C2 tiap membran keramik dapat dilihat pada
dengan perbesaran 3000 kali. Hasil efektivitas unjuk kerja membran dengan
pengujian terhadap ke dua membran memperhatikan naiknya kualitas air hasil
tersebut adalah tidak terlihatnya dengan olahan seperti pada Tabel 2.
jelas pori-pori di permukaan membran,

Gambar 6. SEM potograf pada suhu 800oC, perbandingan fly ash: Clay A2
(40%:60%) dan C2 (60%:40%) dengan perbesaran 300 dan 3000 X

3.Kinerja Alat Pengolah Air Gambut aktivitas pertanian seperti pemupukan


Tabel 2 menunjukkan kualitas air memberikan kontribusi terhadap tingginya
gambut yang diambil dari 4 (empat) lokasi zat organik. Karakteristik lain dari air
pengambilan sampel di daerah Tanjung gambut ini adalah tingginya kesadahan
Siapi-api, Kabupaten Banyuasin, yaitu lebih dari 3000mg/L. Berdasarkan
Sumatera Selatan. Hasil pengujian pH air hasil uji ini, maka pengolahan air gambut
gambut menunjukkan sangat asam yaitu menggunakan membran keramik harus
sekitar 2,6, kandungan Fe dan Mn yang direkayasa agar unjuk kerja membran
tinggi serta nilai kekeruhan dalam air keramik dapat optimal. Pretreatment air
sampel (287mg/L). Kekeruhan yang tinggi gambut dilakukan untuk meningkatkan pH
ini mengindikasikan adanya kandungan dengan penambahan CaCO3,
asam organik Daerah Kabupaten menurunkan kandungan Fe dan Mn
Banyuasin, merupakan wilayah gambut dengan mengaerasi air gambut sehingga
yang dikembangkan untuk wilayah menjadi oksida, seperti ditunjukkan pada
perkebunan kelapa sawit, sehingga reaksi dibawah ini (Notodarmojo dan

101
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 95-105

Deniva, 2004; Said, 2008; Zaharah et al., 2FeS2 + 7O2 + 2H2O  2Fe2+ +4SO42- +
2015) . Selain lahan pertanian, wilayah 4H+
pengambilan sampel juga merupakan Fe2+ + ¼ O2 + H+  Fe3+ + ½ H2O
daerah bekas tambang batubara,
sehingga berdasarkan hasil uji pada FeS2 + 14Fe3+ + 8 H2O  15 Fe2+ +
Tabel 2, kualitas airnya hampir mirip 2SO42- +16H+
dengan air asam tambang. Reaksi
kandungan Fe pada preteatment sbb : Fe3+ + 3H2O  Fe(OH)3 (s)+ 3H+

Tabel 2. Hasil uji pengolahan air gambut mengunakan berbagai membran keramik.
N Parameter Air Pretreatment Syarat
o Treatment Membran Keramik Mutu
Air Gambut
Satuan

Suhu 700oC Suhu 800oC Suhu 900oC


% Fly ash: % Clay % Fly ash: % Clay % Fly ash: % Clay
40:60 50:50 60:40 40:60 50:50 60:40 40:60 50:50 60:40
(A1) (B1) (C1) (A2) (B2) (C2) (A3) (B3) (C3)
1 pH mg/L 2,58 7,33 7,4 6,8 6,7 6,58 6,85 7,05 6,53 6,95 6,64 6,5 - 8,5
A. -
2 TSS mg/L 16 16,5 14 14 18 12 9 11 12 11 10 -
Maks
3 TDS mg/L 2212 2082 1994 1987 1912 1994 1898 1991 1995 1989 1900 1500
4 Kekeruhan NTU 49,94 20 3 2,3 2,3 1 1 1 2,28 1,25 1,34 Maks 5
Zat
5 Organik* mg/L 287 272 193,3 193,3 199,2 193,4 190,1 191,4 195,2 184,3 192,3
6 CaCO3 mg/L 3036 19,17 8,08 6,34 7,04 7,93 4,56 7,89 6,34 5,35 5,45 Maks500
7 Besi (Fe) mg/L 9,93 6,6 1,1 0,8 0,9 0,8 0,6 0,7 1 0,85 0,85 Maks 0,3
Mangan
8 (Mn) mg/L 0,66 0,6 0,5 0,4 0,4 0,4 0,3 0,2 0,3 0,2 0,2 Maks 0,1
Nitrat
9 (NO3-) mg/L 0,86 0,249 0,569 0,570 0,447 0,581 0,399 0,404 0,902 0,749 0,871 Maks 10
Nitrit
10 (NO2-) mg/L 4,933 1,72 0,902 0,679 0,845 0,664 0,532 0,541 0,664 0,569 0,481 Maks 1
Sulfat
11 (SO42-) mg/L 27 10,8 30,65 30,64 30,65 30,39 30,64 30,94 30,59 30,51 32,56 Maks 400
Clorida
12 (Cl-) mg/L 3,3 7,8 0,231 0,052 0,041 0,042 0,003 0,041 0,041 0,029 0,032 Maks 250

Kemampuan Membran Keramik menurunkan kandungan Fe dari 9,93


Untuk lebih meningkatkan fungsi menjadi 6,6 dan kandungan Mn dari 0,66
mikrofiltrasi pada unit pengolah air menjadi 0,6. Fe lebih bersifat reaktif
gambut, maka adsorben pasir silika, dibandingan Mn terhadap oksidasi dalam
zeolit, dan karbon aktif ditambahkan pada air, karena Ksp Fe(OH)3 lebih kecil
unit pengolah air gambut. Desain alat ini dibandingkan Ksp Mn(OH)2, disisi lain
dirancang untuk mengoptimalkan kerja tingginya konsentrasi Fe dalam air
membran keramik dengan tujuan agar ke gambut juga berpengaruh terhadap laju
tiga adsorben tersebut akan memfiltrasi reaksi pengendapan dan oksidasi Fe
ion yang berukuran lebih besar seperti menjadi Fe(OH)3. Sebagai imbas dari
seperti nitrat, nitrit, sulfat dan klorida. proses penetralan dan aerasi, nilai
Kation H+, Mn dan Fe yang berukuran kekeruhan, TDS dan CaCO3 juga
lebih kecil diharapkan dapat tersaring mengalami penurunan, hal ini dapat
oleh pori dan rongga membran keramik dijelaskan karena dengan adanya aerasi
yang berukuran mikro. maka agitasi dari asam asam organik
Pretreatment air gambut dalam air gambut akan dengan mudah
menggunakan CaCO3 sangat efektif berubah menjadi flokulan dan mengendap
menaikkan nilai pH. Hasil pengijian bersama dengan oksida lain. Kadar
terhadap air setelah pretreatment kesadahan turun signifikan dikarenakan
meningkat dari pH 2,5 menjadi 7,33. Ca dalam air gambut menjadi lebih jenuh
Sedang proses aerasi juga dapat dengan penambahan CaCO3 (sebagai

102
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 95-105

penetral), sehingga Ksp Ca(OH)2 mudah diamati hanya Fe dan Mn. Penurunan
tercapai dan segera berubah menjadi kadar kation dan anion setelah melalui
CaO karena adanya aerasi dalam sistem membran keramik ini mengindikasikan
pretreatment. Berdasarkan Tabel 2, bahwa membran keramik yang dihasilkan
terjadi penurunan TSS, TDS, kekeruhan, mempunyai permeabilitas yang cukup
zat Organik dan kesadahan yang cukup bagus. Permeabilitas sering disebut juga
singnifikan pada 9 (Sembilan) membran sebagai kecepatan permeat atau fluks.
keramik pada ujicoba pengolah air Permeabilitas adalah ukuran kecepatan
gambut. Hal ini menunjukkan efektifitas suatu spesi melewati membran per
purifikasi dari sistem pengolah air, dimana satuan luas dan waktu dengan gradien
pretreatment yang dilakukan dan adsorpsi tekanan sebagai gaya pendorong. Fluks
pada adsorben cukup efektif, sehingga membran keramik berhubungan dengan
penurunan yang cukup signifikan pada porositas, semakin tinggi porositas akan
kekeruhan, kesadahan. Sedangkan unjuk mempunyai kemampuan penyaringan
kerja membran keramik, ditunjukkan yang lebih bagus. Selain itu porositas,
dengan penurunan kadar Fe dari sekitar jumlah dan ukuran pori, interaksi antara
6,6 mg/L menjadi 0,6-1,1 mg/L dan kadar membran dan larutan umpan, viskositas
Mn dari 0,66 mg/L menjadi kurang dari serta tekanan luar juga berpengaruh pada
0,2 –0,5 mg/L. Penurunan nilai TSS dari permeabilitas membran. Hasil pengujian
sekitar 16,5 mg/L menjadi sekitat 9-18 air gambut menunjukkan bahwa
mg/L kemungkinan disebabkan karena penambahan clay semakin sebanyak
zat terlarut yang tertahan oleh membran (konsentrasi 40%, 50% dan 60%) maka
keramik lama kelamaan akan semakin efektifnya proses filtrasi maupun
terakumulasi atau menumpuk pada purifikasi. Pendapat ini ditunjukkan
permukaan membran dan membentuk dengan data hasil pengujian kadar anion
endapan yang berfungsi sebagai maupun kation pada air gambut yang
penyaring aliran TSS. cenderung menurunan (Tabel 2).
Kekeruhan menggambarkan Hasil analisa anion dan kation
tingkat kandungan bahan organik dan (Table 2) dapat disimpulkan permeabilitas
anorganik yang terlarut dalam larutan. yang cukup bagus, akan tetapi selektifitas
Parameter keberhasilan filtrasi dapat anion dan kation tidak dapat diperkirakan.
dinyatakan dengan besarnya zat yang Selektfitas ini berkaitan dengan
hilang (removal). Proses pretreatment kemampuan membran untuk menahan
adalah efektif untuk menurunkan suatu spesi, ukuran partikel dalam larutan
kekeruhan pada air gambut, umpan dan interaksinya dengan
penurunannya cukup signifikan dari permukaan membran serta ukuran pori
sekitar 49,94 NTU menjadi 20 NTU, juga berpengaruh pada penentuan
sedangkan kinerja set pengolah air selektifitas suatu membrane (Jedidi, et al.,
menunjukkan penurunan dari 20 NTU 2009). Dari data hasil pengujian yang ada
menjadi sekitar 1-3 NTU. Kadangkala pada Tabel 2, belum dapat dikatakan
terjadi kenaikan kekeruhan dalam proses bahwa selektifitas membran keramik
pengolahan air bersih yang disebabkan berbahan fly ash dan clay adalah lebih
dengan proses sintering yang kurang selektif pada ion logam kation atau ion
sempurna, tetapi pada penelitian ini anion. Secara keseluruhan, membran
menghasilkan nilai kekeruhan yang keramik yang dibuat dalam penelitian ini
menurun pada 9 unit membran sampel, adalah membran mikrofiltrasi yang
dari kadar kekeruhan 20 NTU menjadi mempunyai kinerja sangat baik untuk
kurang dari 1-3 NTU pemisahan zat padat tersuspensi, sangat
Tabel 2 menunjukkan hasil baik untuk pemisahan zat organik
pengujian air gambut yang diolah dengan maupun an organik terlarut. Beberapa
membran keramik berbagai perlakuan. ulasan diatas telah dijelaskan bahwa
Pada hasil pengujian tersebut terjadi semakin tinggi kandungan clay pada
penurunan beberapa kandungan anion membran keramik maka akan
seperti sulfat, klorida, nitrat dan nitrit menghasilkan membran keramik tubular
sedangkan penurunan kation yang dengan unjuk kerja yang semakin bagus.

103
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 95-105

Berdasarkan pada efektivitas unit untuk mendapatkan data yang lebih


pengolahan air gambut yaitu penurunan akuran
konsentrasi cemaran air gambut (Tabel
2), dapat disimpulkan bahwa komposisi UCAPAN TERIMAKASIH
50% clay dalam pembuatan keramik
adalah perlakuan terbaik untuk Atas terselesainya penelitian ini, kami
menghasilkan membran keramik yang berterimakasih kepada Kepala Pusat
optimum baik dari segi ketahanan fisik Pengkajian Teknologi dan HKI,
maupun permeabilitas. Sedangkan suhu Kementerian Perindustrian yang telah
pembakaran pada proses pembuatan memberikan hibah dana untuk membiayai
membran keramik berpengaruh langsung seluruh kegiatan ini. Kami juga
terhadap efektivitas kerja membran menyampaikan banyak terima kasih
keramik yang dihasilkan. Hasil pengujian kepada Kepala Baristand Industri
terhadap membran keramik dengan Palembang yang telah menyediakan
perlakuan suhu pembakaran 700, 800 sarana dan fasilitas agar penelitian ini
dan 900oC dapat disimpulkan bahwa dapat selesai pada waktunya. Tak lupa
suhu pembakaran 900oC adalah suhu apresiasi setinggi-tingginya untuk tim
optimum untuk mematangkan proses penelitian.
sintering dalam pembuatan membran
keramik. DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
Agmalini, S., Lingga, N. N., dan Nasir, S.
Berdasarkan penelitian ini, dapat (2013). Peningkatan kualitas Air Rawa
ditarik beberapa kesimpulan bahwa Menggunakan Membran Keramik
karakteristik air gambut di daerah Tanjung Berbahan Tanah Liat Alam dan Abu
Siapi-Api, Kabupaten Banyuasin, Terbang Batubara. Jurnal Teknik Kimia,
Sumatera Selatan belum memenuhi 19(2).
persyaratan kualitas air bersih. Dong, Y., Liu, X., Ma, Q., and Meng, G.
(2006). Preparation of Cordierite-Based
Pengolahan air gambut menggunakan
Porous Ceramic Micro-Filtration
membran keramik tubular berbahan fly Membranes Using Waste Fly Ash as the
ash dan clay dapat digunakan untuk Main Raw materials. Journal of
mengolah air gambut menjadi air bersih membrane science, 285(1), 173-181.
yang memenuhi standard sesuai dengan Iyer, R., & Scott, J. (2001). Power Station Fly
PERMENKES No Ash—a Review of Value-Added
416/MEN/KES/PER/XI/1990, terkecuali utilization Outside of the Construction
penurunan kandungan logam Fe dan Mn. Industry. Resources, Conservation and
Hasil penelitian pengolahan air gambut Recycling, 31(3), 217-228.
dengan membran keramik menunjukkan Jedidi, I., Khemakhem, S., Larbot, A., and
Amar, R. B. (2009). Elaboration and
bahwa kualitas air gambut yang terbaik
Characterisation of Fly Ash Based
diolah dengan membran keramik tubular Mineral Supports for Microfiltration and
dengan komposisi perbandingan berat fly Ultrafiltration Membranes. Ceramics
ash: clay (50%:50%) pada suhu International, 35(7), 2747-2753.
pembakaran 900oC. Jedidi, I., Saïdi, S., Khmakem, S., Larbot, A.,
Perlu dilakukan penelitian lanjutan Elloumi-Ammar, N., Fourati, and Amar,
dengan komposisi penyusun membran R. B. (2009). New Ceramic Microfiltration
keramik dari fly ash lebih bervariasi Membranes from Mineral Coal Fly Ash.
menggunakan alumina silikat murni Arabian Journal of Chemistry, 2(1), 31-
sebagai penganti clay. Selain itu, perlu 39.
Khemakhem, S., Amar, R. B., and Larbot, A.
dikaji lebih lanjut tentang penggunaan
(2007). Synthesis and Characterization of
nano fly ash dalam pembuatan membran a New Inorganic Ultrafiltration Membrane
keramik tubular untuk nanofiltrasi pada Composed Entirely of Tunisian Natural
unit pengolahan air minum dan Illite Clay. Desalination, 206(1), 210-214.
penentuan suhu dan komposisi optimum Khemakhem, S., Larbot, A., and Amar, R. B.
sebaiknya menggunakan teknik optimasi (2006). Study of Performances of
Ceramic Microfiltration Membrane From

104
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 95-105

Tunisian Clay Applied to Cuttlefish Penyerap Fe, Mn dan Warna Dalam Air
Effluents Treatment. Desalination, Gambut. Fakultas Pertanian UNIB.
200(1), 307-309. Zaharah, T. A., Wahyuni, N., dan Suprihatin,
Kutchko, B. G., and Kim, A. G. (2006). Fly ash E. (2015). Pembuatan Membran Silika
characterization by SEM–EDS. Fuel, dari Fly Ash dan Aplikasinya untuk
85(17), 2537-2544. Menurunkan Kadar COD dan Bod
Li, G. (2004). Properties of High-Volume Fly Limbah Cair Kelapa Sawit. Jurnal Kimia
Ash Concrete Incorporating Nano-Sio 2. Khatulistiwa, 4(3).
Cement And Concrete Research, 34(6),
1043-1049.
Lin, C.-F., & Hsi, H.C. (1995). Resource
Recovery of Waste Fly Ash: Synthesis of
Zeolite-Like Materials. Environmental
science & technology, 29(4), 1109-1117.
Nasir, S., Arief, A. T., dan Ibrahim, E. (2013).
Perancangan Plant Pengolahan Air
Asam Tambang dengan Metode
Kombinasi Sand Filter, Ultrafiltrasi, dan
Reverse Osmosis.
Nasir, S., Ibrahim, E., dan Arief, A. T. (2014).
Perancangan Plant Pengolahan Air
Asam Tambang Dengan Proses Sand
Filtrasi, Ultrafiltrasi Dan Reverse
Osmosis. Prosiding SNaPP: Sains,
Teknologi, dan Kesehatan., 4(1), 193-
200.
Noor, M. (2001). Pertanian Lahan Gambut,
Potensi dan Kendala:
Kanisius.Yogyakarta
Notodarmojo, S., dan Deniva, A. (2004).
Penurunan Zat Organik dan Kekeruhan
Menggunakan Teknologi Membran
Ultrafiltrasi dengan Sistem Aliran Dead-
End (Studi Kasus: Waduk Saguling,
Padalarang). Journal of Mathematical
and Fundamental Sciences, 36(1), 63-82.
Said, N. (2008). Teknologi Pengolahan Air
Minum: Teknologi Pengolahan Air
Gambut Sederhana: BPPT Press.
Santoso, N. A. (2013). Studi Komposisi,
Morfologi Bulir dan Suseptibilitas Mineral
Magnetik Abu Ringan (Fly Ash) Sisa
Pembakaran Batu Bara Pada PLTU PT
IPMOMI Paiton Dan Pasaran. SKRIPSI
Jurusan Fisika-Fakultas MIPA UM.
Vercauteren, S., Keizer, K., Vansant, E.,
Luyten, J., and Leysen, R. (1998).
Porous Ceramic Membranes:
Preparation, Transport Properties and
Applications. Journal of Porous Materials,
5(3-4), 241-258.
Wardani, S. P. R. (2008). Pemanfaatan
Limbah Batubara (Fly ash) Untuk
Stabilisasi Tanah Maupun Keperluan
Teknik Sipil Lainnya Dalam Mengurangi
Pencemaran Lingkungan. Fakultas
Pertanian UNIB
Wibisono, A., Syafnil, S., dan Sigit, M. (2009).
Kajian Penggunaan Arang Aktif Sebagai

105
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 106

106

Anda mungkin juga menyukai