Nim : 1701034
Soal
1) Jelaskan pengertian fungsi keluarga
2) Jelaskan komponen fungsi keluarga
3) Jelaskan factor-faktor yang mempengaruhi fungsi keluarga
4) Jelaskan penelitian yang terkait dengan fungsi keluarga
Jawaban
1. Fungsi Keluarga
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga perlindungan psikososial dan
dukungan terhadap anggotanya. Hubungan sosial yang positif berhubungan dengan hasil kesehatan
yang lebih baik, umur panjang, dan penurunan tingkat stress. Sebaliknya, kehidupan keluarga juga
dapat menimbulkan stress dan koping disfungsional dengan akibat yang dapat mengganggu
kesehatan fisik seperti sulit tidur, darah tinggi. (singer &Ryff, 2001).
Pemenuhan fungsi afektif adalah basis sentral baik bagi pembentukan maupun
kesinambungan unit keluarga (satir,1972). Citra diri individu dan rasa memilikinya berasal dari
interakai kelompok primer (keluarga). Oleh karena itu, keluarga berfungsi sebagai sumber cinta,
pengakuan, penghargaan, dan dukungan primer. Loveland-cherry (1996) menunjukan bahwa afeksi
diantara anggota keluarga menghasilkan suasana emosional pengasuhan, yang secara positif
memengaruhi perrumbuhan dan perkembangan serta rasa kompetensi pribadi.
2. Komponen fungsi afektif
Melalui pemenuhan fungsi afektif, keluarga meningkatkan kualitas kemanusiaan, stabilisasi
kepribadian dan perilaku, relatibilitas (kemampuan berhubungan sangat baik), dan harga diri
anggota keluarga.
- Memelihara Saling Asuh
Yang pertama dan paling utama, pemenuhan fungsi afektif terkait dengan menciptakan dan
memelihara sistem keluarga yang saling asuh. Salah satu nilai keluarga yang penting adalah bahwa
keluarga harus berfungsi sebagai tempat singgahnya kehangatan, dukungan, cinta, dan penerimaan.
Syarat untuk mencapai saling asuh adalah komitmen dasar dari pasangan dewasa maupun terhadap
hubungan pernikahan yang secara emosional saling memuaskan dan memerhatikan. Sikap dari
perilaku memerhatikan yang mengalir dari orang tua dan saudara kandung ke anak yang lebih kecil
akan menghasilkan suatu aliran balik dari anak serta ke orang tua.
Mutualitas dan imbal balik adalah konsep utama. Dengan memelihara jenis lingkungan emosional
keluarga, tempat anggota keluarga saling berespon secara adekuat, keluarga memberikan
kesempatan bagi individu untuk membentuk dan memlihara hubungan yang bermakna tidak hanya
dengan anggota keluarga, tetapi juga dengan individu lain.
Harley (1994), seorang psikolog dan penasihat pernikahan, menggunakan Emotional Needs
Quesrionnaire untuk membantu ratusan keluarga yang ia bantu. Dalam konseling darinya, lima
kebutuhan dasar pria dan lima kebutuhan dasar wanita.
lima kebutuhan pria :
1. Pemenuhan seksual
2. Persahabatan rekrasional.
3. Pasangan yang menarik.
4. Dukungan rumah tangga.
5. Kekaguman.
lima kebutuhan dasar wanita :
1. Afeksi.
2. Pembicaraan.
3. Kejujuran dan keterbukaan.
4. Dukungan finansial.
5. Komitmen keluarga.
- Membina Keakraban
Keakraban penting pada hubungan manusia, karena keakraban memenuhi keburuhan psikologis
terhadap kedekatan emosional dengan manusia lain dan memungkinkan individu dalam hubungan
untuk mengetahui kisaran penuh dari keunikan satu sama lain.
Hubungan tersebut terus bertumbuh dan berkembang selama bertahun tahun. Ketika tercapai, rasa
kedekatan dan kepercayaan ini memberikan kepercayaan diri untuk mencapai batasan luar keluarga
dan membina hubungan dekat serta memuaskan secara emosional dengan orang lain.
Sebuah studi oleh Barber dan Thomas (1986) menemukan bahwa ikatan emosional bervariasi,
bergantung pada jenis jelamin anak dan orang tua. Terdapat juga dukungan kuat bahwa hubungan
pasangan dalam rumah tangga yang fungsional benar benae memperkuat banyak dimenai hubungan
orang tua-anak. Jika masalah pernikahan hubungan pasangan ada dalam sebuah kekuarga, ayah
adalah anggota keluarga yang paling sering terisolasi atau yang paling menarik diri dari ikatan
kedekatan keluarga (Colling, Notaeo,& Larsen, 1998 ;White, 1999).
- Keseimbangan Saling Menghormati
Keseimbangan saling menghormati dapat dicapai saat masing-masing anggota keluarga menghargai
hak, kebutuhan, dan tanggung jawab anggota lainya ( Colley, 1978).
Pola komunikasi yang positif antara anak dan orang tua mereka adalah faktor utama dalam
membangun dan memlihara kesepakatan pandangan moral antara anggota keluarga dan
penghromatan berikutnya untuk berbagai pandangan moral. Anak yang mempunyai pengalaman
pola komunikasi negatif dalam sistem keluarga mereka cenderung kurang menerima pandangan
moral orang tua (Olson et al., 1983; White, 2000).
- Ikatan dan Identifikasi
Ikatan pertama kali diprakarsai dalam sebuah keluarga baru dalam hubungan pasangan rumah
tangga/pernikahan. Ini adalah saat pasangan menemukan kepentingan, tujuan, dan nilai umum serta
menemukan bahwa hubungan tersebut memvalidasi kesemuanya itu, membawa manfaat nyata
tertentu, memungkinkan pemenuhan tujuan tertentu yang tidak dapat dipenuhi sendiri dan
membrikan kesenangan dan kenyamanan bersama karena kontak mereka yang terus menerus satu
sama lain (Perry, 1983; Turner, 1970).
Identifikaai adalah unsur penting dalam bonding, dan merupakan jantung dari hubungan keluarga.
Turner (1970) menjelaskan bahwa dalam defnisnya yang paling sederhana, identifikasi adalah “suatu
sikap, yaitu seorang individu mengalami apa yang akan terjadi pada dirinya”. Dengan kata lain, kerika
seorang anggota keluarga mengidentifikasi bersama anggota lainya, ia mengalami kesenangan dan
kesedihan anggota lainya seakan-akan pengalaman Ini adalah pengalamanya sendiri.
Ikatan identifikasi atau identitas bergantung pada respon positif yang diberikan oleh orang dalam
suatu hubungan. Salah satu segi dari ikatan respon adalah sensitivitas umum, peduli, dan responsif
terhadap anggota lain dalam hubungan tersebut. Sebagai contoh, sesorang yang dominan dan
memegang kendali dapat berikatan dengan tipe yang patuh dengan keduanya mendapatkan
kepuasan terhadap kebutuhan khusus mereka dalam hubungan tersebut.
- Keterpisahan dan Keterkaitan
Pada tahun tahun awal sosialisasi, keluarga membentuk dan memprogramkan perilaku seorang
anak, sehingga membentuk rasa identitasnya. Minuchin (1974) lebih lanjut menjelaskan
“pengalaman identitas manusia memiliki dua unsur rasa memiliki dan rasa terpisah. Laborarorium
tempat bahan-bahan ini dicampur dan didistribusikan adalah keluarga, matriks identiras” (hlm 47).
Anggota keluarga saling terkait dan terpisah. Masing-masing keluarga menangani isu terpisah dan
berkaitan dengan cara yang unik, beberapa keluarga menempatkan lebih banyak penekanan pada
satu sisi dibandingkan pada sisi yang lain. Melalui tahun tahun pembentukan, ia membentuk sebuah
identitas, sementara individualitas dan pertumbuhan berlanjut selama masa hidupnya. Meskipun
demikian, keterkaitan adalah sama mendasarnya, yang mengambil berbagai bentuk dari kedekatan
fisik sampai keterlibatan besar yang menyingkirkan orang lain (Handel, 1972).
Daya adaptasi keluarga adalah kemampuan sistem pernikahan atau keluarga mengubah struktur
kekuasaannya, hubungan peran, dan aturan hubungan sebagai respon terhadap tekanan situasi dan
perkembangan. Model tersebut memberikan hipotesis berikut :
pasangan/keluarga dengan kohesi dan daya adaptasi yang seimbang secara umum akan berfungsi
lebih adekuat dari pada yang berada didimensi yang tidak seimbang.
pasangan/keluarga akan mengubah kohesi dan daya adaptasi mereka untuk menghadapi tekanan
situasi dan perubahan hidup dalam siklus kehidupan keluarga mereka.
keterampilan komunikasi yang positif akan memfasilitasi pasangan dan keluarga untuk
menyeimbangkan kohesi dan daya adaptasi.
- Pola Kebutuhan-Respons
Konsep ini pada dasarnya sinonim dengan fungsi afektif keluarga. Aspek saling asuh, menghargai,
ikatan, dan keterpisahan-keterkaitan muncul sebagai prasyarat penting atau syarat utama bagi pola
kebutuhan-respons yang memuaskan dalam keluarga.
Tiga fase terpisah dan saling terkait diturunkan dalam respons afektif keluarga terhadap kebutuhan
ini.
Anggota keluarga harus memahami kebutuhan anggota lain dalam batasan kebudayaan keluarga.
kebutuhan harus dipandang dengan pertimbangan dan dilihat sebagai makna dari perhatian
Kebutuhan yang dikenali dan dihargai harus dipuaskan sampai sebanyak mungkin dari sudut
pandang sumber keluarga.
- Peran terapeutik
Peran terapeutik menguraikan sebuah peran sosioemosional yang penting dalam pernikahan
pasangan dewasa. Khususnya, peran terapeutik yang diperankan pasangan hidup/pasangan dalam
rumah tangga adalah berorientasi pada masalah. Peran ini melibatkan saling mendengarkan masalah
masing-masing, bersimpati, memberikan ketentraman, dan afeksi, serta memberikan bantuan dalam
menyelesaikan masalah.
4. Penelitian
JURNAL PSIKOLOGI 2003, NO. 2, 91 – 104
PERANAN KEBERFUNGSIAN KELUARGA PADA PEMAHAMAN DAN PENGUNGKAPAN EMOSI
Wahyu Widhiarso
Kumala Windya Rohmani