Anda di halaman 1dari 21

TITIK KRITIS PRODUKSI MINYAK SAWIT

BERKELANJUTAN DI PT.XYZ
Winda Adelita Saragih1), Bayu Krisnamurthi2), dan Netti Tinaprilla3)
1,2,3)
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
1)
windaadelita@gmail.com

ABSTRACT
The change of business paradigm towards sustainable development requires industry players to
produce palm oil in a sustainable manner. One of them is to follow the guidelines of Principles
and Criteria (PnC) of sustainable palm oil production endorsed by Roundtable on Sustainable
Palm Oil (RSPO). Researchers interested to know the constraints (critical point) of the company
in meeting all the principles and criteria for sustainable palm oil production. Identification of
critical points will have an important role to know how far the performance and constraints
faced by the company in fulfilling all the principles and criteria to produce sustainable palm oil.
The purpose of this study is to analyze the critical point on sustainability criteria and indicators
in PT.XYZ. Methods of data collection research conducted by interview and observation in the
field. Researchers use RSPO Principles and Criteria (PnC) parameters as parameters of
sustainable palm oil production implementation. Method of data analysis using FMECA
(Failure Modes, Effects and Criticality Analysis ) method with 2 stages, namely FMEA (Failure
Mode and Effects Analysis) and CA (Criticality Analisis). The FMECA analysis shows that there
are 5 critical criteria and 6 critical indicators in fulfilling all the principles and criteria of
sustainable palm oil production in PT.XYZ.
Keyword(s): critical point, FMECA, palm oil, PnC RSPO, sustainability

ABSTRAK
Perubahan paradigma bisnis ke arah sustainable development menuntut para pelaku industri
untuk mengasilkan minyak sawit dengan cara yang berberkelanjutan. Salah satunya adalah
dengan mengikuti pedoman Prinsip dan Kriteria (PnC) produksi minyak sawit berkelanjutan
yang disahkan oleh Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Peneliti tertarik untuk
mengetahui kendala (titik kritis) perusahaan dalam memenuhi seluruh prinsip dan kriteria
produksi minyak sawit berkelanjutan. Identifikasi titik kritis tersebut akan memiliki peranan
penting untuk mengetahui sejauh mana kinerja dan kendala yang dihadapi perusahaan dalam
memenuhi seluruh prinsip dan kriteria untuk menghasilkan minyak sawit berkelanjutan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis titik kritis pada kriteria dan indikator sustainability di
PT.XYZ. Metode pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi
di lapangan. Peneliti menggunakan parameter Prinsip dan Kriteria (PnC) RSPO sebagai
parameter pelaksanaan produksi minyak sawit berkelanjutan. Metode analisis data
menggunakan metode FMECA (Failure Modes, Effects and Criticality Analysis) dengan 2
tahapan, yaitu FMEA (Failure Mode and Effects Analysis) dan CA (Criticality Analysis). Hasil
analisis FMECA menunjukkan terdapat 5 kriteria kritis dan 6 indikator kritis dalam memenuhi
seluruh prinsip dan kriteria produksi minyak sawit berkelanjutan di PT.XYZ.
Kata Kunci: FMECA, minyak sawit, PnC RSPO, sustainability, titik kritis

185
Winda Adelita Saragih, Bayu Krisnamurthi, dan Netti Tinaprilla

PENDAHULUAN bisnis hanya dibangun dengan paradigma


Latar Belakang single P yaitu Profit, namun saat ini bisnis
Kebutuhan dunia terhadap minyak dituntut melakukan aktivitas yang me-
nabati terus meningkat dari tahun ke ngacu pada konsep sustainable
tahun seiring dengan peningkatan jumlah development, yaitu 3P (Profit, People,
populasi (Oil World). Proyeksi kebutuhan dan Planet). Sustainable development
minyak nabati global pada tahun 2020 merupakan suatu konsep pembangunan
akan mencapai 236 juta ton. Angka untuk memenuhi kebutuhan hidup
tersebut merujuk pada pertumbuhan manusia saat ini tanpa mengganggu
penduduk dan peningkatan permintaan kemampuan generasi berikutnya dalam
dari masing-masing negara di dunia. memenuhi kebutuhan hidup mereka
Tingkat kebutuhan tertinggi dari be- dimasa yang akan datang. Paradigma ini
berapa jenis minyak nabati di dunia, ada mendapatkan respon yang baik, ditandai
pada minyak kelapa sawit. Hal ini terlihat dengan adanya organisasi ataupun
dari tingkat permintaan dunia terhadap konferensi internasional terkait pem-
minyak sawit yang terus mengalami bangunan berkelanjutan, seperti SDG
peningkatan dari tahun ke tahun. Pangsa (Sustainable Development Goals) dan
konsumsi minyak sawit di dunia me- COP (Conference of the Parties) 21 Paris.
ningkat pesat dari 22 persen pada tahun Konferensi internasional baik SDG
1980 menjadi 42 persen tahun 2014 maupun COP 21 menuntut seluruh dunia
(Gambar 1). Hal ini mengindikasikan untuk mempraktekkan dan melakukan
bahwa perkembangan bisnis komoditas aktivitas yang memperhatikan praktek-
kelapa sawit meningkat pesat di pasar praktek yang berkelanjutan. Salah satu
internasional. pihak yang merespon dan menerima
Saat ini, perkembangan bisnis di perubahan paradima bisnis kearah
pasar internasional telah mengalami sustainable development adalah konsu-
pergeseran paradigma baru. Awalnya men. Respon konsumen untuk men-

Sumber: Oil World (2015)

Gambar 1. Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati Dunia

186
Titik Kritis Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan di PT.XYZ

dukung paradigma sustainable develop- produksi minyak sawit berkelanjutan.


ment ditunjukkan melalui tuntutan- RSPO muncul sebagai respons terhadap
tuntutan konsumen agar produk yang ia dorongan global bagi pengelolaan
konsumsi diproduksi dengan cara yang minyak sawit berkelanjutan. Organisasi
sustainable. ini menyatukan para pemangku ke-
Isu dan tuntutan perubahan para- pentingan dari tujuh sektor industri
digma bisnis ke arah sustainable develop- minyak sawit - produsen kelapa sawit,
ment banyak menyerang bisnis minyak pemroses atau pedagang kelapa sawit,
sawit. Minyak sawit merupakan minyak produsen barang-barang konsumen,
nabati yang memiliki peran sangat pengecer, bank dan investor, LSM
penting dan secara luas digunakan pada pelestarian lingkungan atau konservasi
berbagai aplikasi kehidupan manusia. alam, dan LSM sosial yang secara
Kemampuan minyak sawit menghasilkan sukarela mengikatkan diri dengan tujuan
minyak nabati dengan produktivitas untuk memproduksi dan menggunakan
minyak per hektar tertinggi dan harga minyak sawit berkelanjutan. Berdasarkan
yang lebih murah dibandingkan minyak hasil pertemuan dengan keterlibatan para
nabati lainnya telah menjadikan minyak pemangku kepentingan, RSPO saat ini
sawit sebagai minyak nabati yang sangat telah berhasil mengeluarkan dan men-
populer dan paling banyak dikonsumsi sahkan suatu dokumen pelaksanaan
saat ini. Tingginya pangsa konsumsi produksi minyak sawit berkelanjutan
minyak sawit di pasar internasional telah yang sudah diklaim dan diakui secara
menempatkan minyak sawit sebagai internasional sebagai pedoman dan
pilihan utama minyak nabati di dunia. panduan untuk menghasilkan minyak
Kondisi ini memicu munculnya kam- sawit berkelanjutan. Mekanisme pelak-
panye isu-isu negatif terhadap produk sanaan produksi minyak sawit secara
minyak sawit di pasar internasional. Oleh berkelanjutan tertera pada dokumen
karena itu, banyak pihak yang menuntut Prinsip dan Kriteria (PnC) Produksi
agar praktik bisnis sawit harus dilakukan Minyak Sawit Berkelanjutan. Dokumen
dengan praktik bisnis yang berbasis tersebut berisikan praktek perkebunan
sustainable development. yang berpegang pada prinsip-prinsip
Untuk menjawab banyaknya tun- sustainability memprioritaskan aspek
tutan terhadap praktik bisnis sawit legalitas, lingkungan, dan kelayakan
tersebut, pada tahun 2004 didirikan sosial ekonomi jangka panjang.
sebuah organisasi yang khusus fokus Indonesia sebagai produsen utama
pada praktek bisnis komoditas kelapa minyak sawit di dunia sudah mulai
sawit yaitu, Roundtable on Sustainable mengikuti dan menyesuaikan terhadap
Palm Oil (RSPO, 2016). Organisasi ini perubahan dan keinginan konsumennya.
bertujuan untuk menyatukan para pe- Hal ini terlihat melalui respon yang baik
mangku kepentingan dari tujuh sektor dari para produsen minyak sawit di
industri minyak sawit untuk meng- Indonesia yang bersedia untuk bergabung
hasilkan dan menggunakan mekanisme dalam anggota RSPO dan berkomitmen

187
Winda Adelita Saragih, Bayu Krisnamurthi, dan Netti Tinaprilla

untuk memenuhi praktik-praktik pro-


duksi minyak sawit secara berkelanjutan
sesuai dengan Prinsip dan Kriteria METODE PENELITIAN
Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Waktu dan Lokasi Penelitian
yang disyaratkan oleh RSPO. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Salah satu produsen minyak sawit Februari sampai dengan April 2017.
yang berkomitmen untuk mengikuti Penelitian dilakukan di PT. XYZ yang
perubahan paradigma bisnis ke arah berlokasi di Kalimantan Tengah. Pe-
sustainable development adalah PT.XYZ. milihan lokasi penelitian dilakukan
PT.XYZ telah bergabung menjadi secara purposif (sengaja) didasarkan
anggota RSPO dan tersertifikasi RSPO dengan pertimbangan bahwa PT. XYZ
pada tahun 2013. Artinya, perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan kelapa
sudah dan akan terus berkomitmen untuk sawit di Indonesia yang fokus pada
menghasilkan minyak sawit berke- aktivitas terintegrasi mulai dari kebun
lanjutan. Namun, dalam pelaksanaannya hingga pabrik kelapa sawit dan sudah
untuk memenuhi seluruh prinsip dan memiliki sertifikat RSPO. PT. XYZ
kriteria produksi minyak sawit ber- memiliki areal perkebunan kelapa sawit
kelanjutan, perusahaan ini masih sering seluas 19 500 ha memiliki 2 pabrik
mengalami beberapa kendala. Hal ter- pengolahan TBS menjadi CPO dengan
sebut terlihat melalui hasil audit eksternal kapasitas 90 ton per jam.
yang dilakukan selalu menghasilkan
beberapa temuan, yaitu dalam kegiatan Metode Pengumpulan Data dan
audit ditemukan bahwa beberapa aktifitas Penentuan Responden
perusahaan tidak sesuai dengan tuntutan Metode pengumpulan data primer
prinsip dan kriteria RSPO untuk produksi dilakukan melalui observasi dan wawan-
minyak sawit berkelanjutan. Hal ini tentu cara pakar. Kegiatan observasi dilakukan
tidak baik bagi perkembangan dan dengan mengamati seluruh aktivitas-
keberlanjutan perusahaan karena dapat aktivitas yang sesuai dengan prinsip dan
mengakibatkan dicabutnya ijin sertifikasi kriteria produksi minyak sawit ber-
RSPO di masa depan. Oleh karena itu, kelanjutan, sedangkan wawancara dilaku-
perlu dilakukan analisis titik kritis pada kan dengan menggunakan kuesioner ke-
seluruh aktifitas produksi minyak sawit pada pakar perusahaan untuk mengetahui
berkelanjutan di PT.XYZ untuk menge- titik kritis produksi minyak sawit
tahui apa yang menjadi kendala perusaha- berkelanjutan di PT.XYZ. Penentuan
an untuk memenuhi seluruh persyaratan, pakar yang akan diwawancara dipilih
mengetahui dampak yang terjadi dan dengan menggunakan metode purposif
solusinya untuk mengendalikan titik yaitu pakar yang dinilai telah memiliki
kritis produksi minyak sawit ber- pengalaman, pengetahuan, dan informasi
kelanjutan di PT.XYZ. memadai yang dibutuhkan peneliti.

188
Titik Kritis Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan di PT.XYZ

Metode Analisis Data 2. Analisis Titik Kritis Produksi


1. Uraian dan Praktek RSPO Minyak Sawit Berkelanjutan
RSPO merupakan asosiasi nirlaba Titik kritis produksi minyak sawit
yang menyatukan para pemangku berkelanjutan merupakan suatu titik yang
kepentingan dari tujuh sektor industri dianggap rawan dan berkontribusi besar
minyak sawit, yaitu produsen kelapa terhadap kegagalan pemenuhan seluruh
sawit, pedagang kelapa sawit, produsen aspek produksi minyak sawit ber-
barang-barang konsumen, pengecer, bank kelanjutan. Pada penelitian ini titik kritis
dan investor, LSM pelestarian lingkungan produksi minyak sawit berklenajutan
atau konservasi alam, dan LSM sosial dinyatakan sebagai titik kritis sustain-
(RSPO, 2016). Praktek perkebunan yang ability.
dihasilkan oleh RSPO berpegang pada Penentuan titik kritis dalam kegiatan
prinsip-prinsip sustainability yang mem- produksi CPO akan mempertimbangkan
prioritaskan aspek legalitas, lingkungan, setiap kriteria pencapaian aspek sus-
dan kelayakan sosial ekonomi dalam tainability berdasarkan dua indikator,
jangka panjang. RSPO memiliki standar yaitu severity dan occurance. Severity
khusus untuk menghasilkan minyak sawit digunakan untuk menghitung seberapa
yang berkelanjutan yang tertera dalam besar dampak atau intensitas kegagalan
dokumen Prinsip dan Kriteria Produksi kriteria sustainability mempengaruhi
Minyak Sawit Berkelanjutan (PnC pencapaian aspek sustainability
RSPO), yaitu 8 prinsip dan 43 kriteria (Lampiran 1). Sedangkan occurance
untuk produksi minyak sawit ber- menjelaskan seberapa besar peluang
kelanjutan. Prinsip dan kriteria RSPO kegagalan kriteria sustainability untuk
tersebut menjadi panduan global untuk mencapai aspek sustainability (Lampiran
produksi minyak sawit secara ber- 2).
kelanjutan. Parameter RSPO yang dijadikan
Peneliti menggunakan parameter sebagai aspek pendefinisian serta peng-
RSPO sebagai standar global mekanisme koreksian dalam penentuan titik kritis
produksi minyak sawit berkelanjutan adalah kriteria dan indikator sustain-
dengan pertimbangan bahwa RSPO ability. Kriteria dan indikator sustain-
merupakan standar internasional yang ability tersebut diperoleh peneliti melalui
dibentuk dan dibangun dari berbagai dokumen PnC RSPO. Hasil analisis titik
kepentingan para pemangku kepentingan, kritis sustainability meliputi titik-titik
khususnya konsumen. Kondisi ini sejalan kritis yang menyebabkan tidak terpenuhi-
dengan munculnya tuntutan terhadap nya aspek sustainability dalam kegiatan
praktek sustainable palm oil. Selain itu produksi CPO, penyebab tidak terpenuhi-
hingga saat ini, RSPO masih satu-satunya nya kriteria dan indikator sustainability
standar sustainable palm oil yang diakui pada titik kritis tersebut, serta dampak
secara internasional sebagai pedoman yang disebabkan kegagalan pada titik
untuk menghasilkan minyak sawit kritis tersebut.
berkelanjutan.

189
Winda Adelita Saragih, Bayu Krisnamurthi, dan Netti Tinaprilla

Metode analisis yang digunakan tinggi nilai RPN akan memberikan


untuk menetukan titik kritis sustainability asumsi bahwa titik kritis tersebut
adalah metode Failure Modes, Effects memiliki risiko yang semakin tinggi pula
and Criticality Analysis (FMECA). sehingga semakin penting untuk
Tahapan pertama yang dilakukan adalah diprioritaskan dalam pemberian tindakan
mengidentifikasi penyebab-penyebab ter- koreksi (Carmignani 2009; Bowles 2004;
jadinya kegagalan dan efek atau dampak Kwai-Sang et al. 2009).
yang ditimbulkan akibat adanya ke-
gagalan pada pemenuhan titik kritis RPN = S x O x D
tersebut. Penyebab terjadinya kegagalan
dapat diidentifikasi pada masing-masing Penentuan posisi titik kritis
tahapan proses (Bertolini et al. 2006; dilakukan berdasarkan nilai O untuk
Braglia 2000). kolom dan nilai S untuk baris matriks
Selanjutnya, akan dilakukan proses analisis kritikal (dapat dilihat pada
penilaian dan pengklasifikasian resiko Gambar 2). Semakin ke kiri kolom
kegagalan, peluang terjadinya kegagalan, tersebut, maka menunjukkan bahwa
dan tingkat kepelikan setiap kegagalan peluang terjadinya titik-titik kegagalan
dalam bentuk nilai nyata pada masing- tersebut semakin tinggi dan sebaliknya.
masing titik kritis yang telah ditetapkan Jika semakin ke atas baris tersebut, maka
dan menentukan posisi titik kritis pada menunjukkan bahwa tingkat kepelikan
matriks kritikal (US Military Standard kegagalan tersebut adalah semakin tinggi
1983). Berdasarkan hasil penilaian dan sebaliknya (Bertolini et al. 2006; US
tersebut, akan diperoleh nilai RPN (Risk Military Standard, 1983).
Priority Number) yang memperlihatkan Hasil dari analisis pada tahap ini
setiap titik kritis yang terdeteksi. Semakin dapat dijadikan pedoman perlu tidaknya

Sumber : US Military Standard (1983)

Gambar 2. Matriks Analisis Kritikal


190
Titik Kritis Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan di PT.XYZ

tindakan koreksi dari perusahaan. Apa- Titik Kritis Produksi Minyak Sawit
bila hasil analisis FMECA menunjukkan Berkelanjutan di PT.XYZ
bahwa suatu titik kritis berada pada area Sesuai dengan visi misi perusahaan
kritis unacceptable atau undesirable, yang ingin menjadi word class
maka sebaiknya area kritis tersebut harus plantation, PT.XYZ telah mengikuti dan
lebih diperhatikan oleh perusahaan dan menaati peraturan-peraturan untuk meng-
perlu dilakukan tindakan koreksi, se- hasilkan minyak sawit berkelanjutan.
hingga dengan tindakan koreksi tersebut, Minyak sawit berkelanjutan merupakan
titik kritis tersebut dapat berpindah ke minyak sawit yang dihasilkan dengan
area kritis acceptable with revision atau cara-cara yang memperhatikan 3 aspek,
acceptable without revision. yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Pedoman perusahaan untuk meng-
HASIL DAN PEMBAHASAN hasilkan minyak sawit berkelanjutan
Gambaran Umum Perusahaan salah satunya adalah dengan mengikuti
PT.XYZ merupakan salah satu dan mentaati PnC RSPO.
perusahaan yang bergerak dalam bidang
perkebunan dan pengolahan minyak 1. Analisis Titik Kritis Kriteria
kelapa sawit yang beroperasi di Provinsi Sustainability
Kalimantan. PT.XYZ memproduksi dan Analisa titik kritis pada kriteria
mengolah kelapa sawit menjadi CPO sustainability dilihat berdasarkan nilai
(minyak kelapa sawit), lalu kemudian RPN dan posisi dari masing-masing
menjualnya kepada beberapa perusahaan kriteria sustainability pada matriks
konsumen domestik. Perusahaan ini kritikal. Berdasarkan hasil pengamatan
berdiri pada tahun 1995 dan mulai dan wawancara kuesioner terstruktur
beroperasi secara komersial pada tahun dengan pakar PT.XYZ, diperoleh hasil
2005. Hingga saat ini, PT.XYZ telah analisis nilai RPN yang disajikan pada
memiliki luas lahan kelapa sawit sebesar Lampiran 3.
19 500 ha dan 2 pabrik kelapa sawit Berdasarkan Lampiran 3, terlihat
dengan kapasitas 90 ton/jam. PT.XYZ bahwa nilai RPN tertinggi adalah 48 yaitu
telah memperoleh sertifikasi ISO ada pada function ID P4.3 dan P6.3.
9001:2008 untuk Quality Management Function ID P4.3 adalah praktik-praktik
pada tahun 2011, ISO 14001:2004 untuk yang dilakukan untuk meminimalkan dan
Manajemen Lingkungan, OHSAS mengendalikan erosi serta degradasi
18001:2007 untuk Manajemen Kesehatan tanah, sedangkan function ID P6.3 terkait
dan Keselamatan pada tahun 2011, serta dengan sistem untuk menangani keluhan
Sertifikasi RSPO dan ISPO pada tahun dan ketidakpuasan dari pihak internal
2013 sebagai bentuk komitmen perusaha- maupun eksternal. Berdasarkan hasil
an untuk menghasilkan atau mempro- pengamatan dan wawancara, perusahaan
duksi minyak sawit berkelanjutan. masih mengalami beberapa kendala
dalam memenuhi kedua kriteria tersebut.
Pembahasan lebih lanjut pada kriteria ini

191
Winda Adelita Saragih, Bayu Krisnamurthi, dan Netti Tinaprilla

akan dilihat berdasarkan hasil analisa Artinya, kedua function ID tersebut harus
matriks kritikal. mendapat prioritas untuk evaluasi dan
Selanjutnya, seluruh 43 kriteria perbaikan dari perusahaan.
sustainability dipetakan dalam matriks Untuk mengetahui lebih lanjut
kritikal analisis untuk membantu evaluasi dan perbaikan terhadap kriteria
perusahaan dalam mengetahui tindakan sustainability yang termasuk kategori
koreksi dan evaluasi yang harus kritis pada PT.XYZ, peneliti melakukan
dilakukan pada masing-masing kriteria analisa titik kritis secara lebih spesifik
tersebut. Adapun hasil matriks kritikal pada masing-masing kriteria yang masuk
analisis untuk kriteria sustainability dalam kategori undesirable pada matriks
PT.XYZ dapat dilihat pada Lampiran 4. kritikal analisis. Analisa titik kritis
Hasil analisa pada matriks kritikal selanjutnya dilakukan untuk mengetahui
pada Lampiran 4 menunjukkan bahwa indikator sustainability kritis pada
kriteria sustainability berada pada 2 area, masing-masing kriteria yang akan
yaitu undesirable dan acceptable with menjadi titik fokus tindakan koreksi
revision. Berdasarkan hasil analisa perusahaan. Analisa titik kritis untuk
matriks kritikal, terdapat 5 function ID indikator sustainability juga dilakukan
yang harus mendapat perhatian dengan metode yang sama, yaitu metode
perusahaan, yaitu function ID P2.1 FMECA.
(kepatuhan terhadap semua hukum dan
peraturan yang berlaku), P4.3 (praktik- 2. Analisis Titik Kritis Indikator
praktik untuk meminimalkan dan Sustainability
mengendalikan erosi serta degradasi Indikator sustainability merupakan
tanah), P4.6 (penggunaan pestisida tidak item-item spesifik dari masing-masing
membahayakan kesehatan atau ling- kriteria sustainability dalam produksi
kungan), P6.3 (sistem dan dokumentasi minyak sawit berkelanjutan. Total indi-
untuk menangani keluhan dan ketidak- kator sustainability dari seluruh prinsip
puasan), dan P6.6 (pemberi kerja dan kriteria produksi minyak sawit
menghormati hak seluruh pekerja untuk berkelanjutan ada sebanyak 139 indi-
membentuk dan bergabung serikat kator. Pada penelitian ini, peneliti hanya
pekerja yang diinginkan serta untuk akan menilai indikator yang termasuk
berunding secara kolektif). dari kriteria kritis pada matriks kritikal
Hasil analisis FMECA untuk titik analisis, yaitu yang ada pada area
kritis kriteria produksi minyak sawit undesirable pada matriks kritikal. Hasil
berkelanjutan di PT.XYZ menjelaskan pengamatan dan wawancara kuesioner
bahwa nilai RPN tertinggi untuk titik terstruktur dengan pakar PT.XYZ,
kritis kriteria produksi minyak sawit diperoleh hasil analisis nilai RPN yang
berkelanjutan diperoleh 2 function ID, disajikan pada Lampiran 5.
yaitu ID 4.3 dan 4.6, dimana kedua Berdasarkan Lampiran 5, function
function ID tersebut berada pada area ID yang memperoleh nilai RPN tertinggi
undesirable pada matriks kritikal. adalah function ID P2.1.4 (sistem dan

192
Titik Kritis Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan di PT.XYZ

implementasi setiap perubahan dalam perhatian khusus dan melakukan per-


hukum dan peraturan), function ID P4.3.4 baikan serta koreksi pada indikator yang
(subsidensi tanah gambur diminimalkan masuk dalam kategori unacceptable dan
dan di pantau, program pengelolaan tata undesirable. Adapun indikator-indikator
air dan penutup tanah tersedia dan yang harus mendapat perhatian atau fokus
didokumentasikan), function ID P6.3.2 utama dari perusahaan akan dijelaskan
(rekaman proses dan hasil penanganan sebagai berikut:
perselisihan), dan function ID P6.62 • Function ID P2.1.1 (Bukti
(rekaman pertemuan serikat pekerja). kepatuhan terhadap hukum dan
Adapun nilai keempat RPN tersebut lebih peraturan yang relevan)
besar dari 40. Selanjutnya, tingkat Implementasi seluruh persyaratan
kekritisan keempat indikator tersebut hukum merupakan ketentuan dasar yang
dilihat pada hasil analisa matriks kritikal. terutama untuk perusahaan kelapa sawit.
Hasil analisis pada matriks kritikal Oleh karena itu perusahaan wajib me-
indikator produksi minyak sawit ber- miliki sistem untuk memastikan apakah
kelanjutan yang disajikan pada Lampiran perusahaan telah patuh dan up to date
6 menunjukkan bahwa secara umum nilai terhadap hukum yang ada atau tidak.
RPN indikator kritis PT.XYZ ada pada 3 PT.XYZ telah memiliki mekanisme
area, yaitu ucacceptable, undesirable, untuk memeriksa dan memastikan
dan acceptable with revision. Terdapat 1 kepatuhan perusahaan terhadap hukum.
indikator yang masuk dalam kategori Hal tersebut diatur dalam SOP
ucacceptable, yaitu function ID P6.3.2 Identifikasi dan Evaluasi Pemenuhan
(rekaman proses dan hasil penanganan Peraturan dan berada di bawah tanggung
perselisihan), indikator yang masuk jawab Departemen Legal, Departemen
dalam kategori undesirable ada 5, yaitu QHSE, dan masing-masing unit kerja.
function ID P2.1.1 (bukti kepatuhan Kendala PT.XYZ dalam memenuhi
terhadap hukum dan peraturan yang function ID P2.1, salah satunya adalah
relevan), P2.1.4 (sistem untuk menelusuri pembuktian kepatuhan perusahaan
setiap perubahan dalam hukum dan terhadap hukum dan peraturan yang ada.
peraturan yang berlaku dan implemen- Namun, kendala perusahaan untuk
tasinya), P4.3.4 (pemantauan dan melakukan pembuktian ini biasanya
minimalisasi subsidensi tanah, program hanya ada pada pemenuhan perubahan
pengelolaan tata air dan penutup tanah), aturan dan hukum. Hal ini terlihat dari
P4.6.7 (penggunaan pestisida harus hasil analisa penelitian yang juga
sesuai metode yang sudah terbukti dapat menunjukkan bahwa perusahaan juga
meminimalkan risiko dan dampak masih mengalami kegagalan dalam
negatif) dan P6.6.2 (rekaman pertemuan memenuhi function ID P2.1.4, yaitu
serikat pekerja), dan yang lain termasuk melakukan implementasi setiap per-
pada area acceptable with revision. ubahan dalam hukum dan peraturan. Pada
Hasil analisa pada matriks kritikal umumnya, implementasi perubahan
membantu perusahaan untuk memberikan hukum dan peraturan di unit kerja sering

193
Winda Adelita Saragih, Bayu Krisnamurthi, dan Netti Tinaprilla

kali berjalan lambat. Hal ini dikarenakan diatur dalam SOP Identifikasi dan
tingkat kesadaran dan pengetahuan Evaluasi Pemenuhan Peraturan. Sama
karyawan yang melakukan perubahan halnya dengan function ID P2.1.1,
aktifitas dilapangan atau di unit kerja function ID ini juga termasuk kategori
masih rendah. Selain itu, jadwal indikator kritis yang ada pada area
monitoring untu memastikan perubahan undesirable pada matrik kritikal dengan
hukum tersebut masih berjalan tidak baik. nilai RPN sebesar 42. Kendala yang
Akibatnya, aktifitas operasional di unit dihadapi oleh PT.XYZ dalam memenuhi
kerja tidak sesuai dengan perubahan indikator function ID 2.1.4 adalah im-
aturan yang baru. Perusahaan terkendala plementasi sistem yang telah ada berjalan
untuk membuktikan bahwa mereka telah kurang baik. Aktifitas identifikasi per-
melakukan dan mengaplikasikan per- aturan di PT.XYZ seringkali tidak
aturan baru di unit kerja. Kendala dalam update. Berdasarkan hasil wawancara
memenuhi function ID P2.1.1 juga terkait dengan pakar perusahaan, hal ini bisa
dengan implementasi function ID P2.1.4. diakibatkan oleh SDM perusahaan yang
Apabila P2.1.4 mengalami masalah, kurang kompeten dalam memahami dan
maka perusahaan juga akan terkendala melaksanakan tanggungjawab dan tugas-
untuk memenuhi function ID P2.1.1. nya sesuai dengan sistem yang telah
• Function ID P2.1.4 (Sistem untuk disepakati.
menelusuri setiap perubahan dalam Selanjutnya, kendala utama dalam
hukum dan peraturan yang berlaku memenuhi function ID ini adalah im-
dan implementasinya) plementasi perubahan hukum dan aturan
Peraturan dan hukum menjadi dasar di unit kerja. Kendala PT.XYZ paling
yang sangat penting bagi seluruh aktifitas utama terdapat pada pelaksanaan
perusahaan kelapa sawit. Peraturan dan perubahan aturan di setiap unit kerja yang
hukum yang ada dijadikan sebagai ada. Perubahan aktifitas dilapangan
pedoman untuk menjalankan seluruh seringkali berjalan lama dikarenakann
aktifitas perusahaan. Oleh karena itu, tingkat kesadaran dari para karyawan
perusahaan harus terus up to date juga masih rendah, monitoring perubahan
terhadap peraturan-peraturan yang ada. aktifitas di lapangan tidak direview
Hukum dan peraturan di Indonesia dengan baik, dan tingkat pengetahuan
sewaktu-waktu dapat mengalami per- para karyawan juga seringkali menjadi
ubahan, perbaikan, maupun tambahan. kendala. Akibatnya, kondisi perusahaan
Kondisi ini juga mewajibkan perusahaan yang tidak up to date terhadap peraturan
agar memiliki sistem untuk mengetahui tentu menyebabkan aktifitas manajemen
dan menelusuri setiap perubahan yang perusahaan tidak sesuai dengan aturan
ada dalam hukum dan peraturan yang yang ada. Apabila tidak cepat ditangani,
berlaku di Indonesia. perusahaan akan lebih sulit untuk
Sistem yang dibangun oleh PT.XYZ melakukan evaluasi dan perbaikan.
untuk menelusuri setiap perubahan dalam Kemudian, pada saat ada jadwal audit
hukum dan peraturan yang berlaku juga eksternal untuk memastikan aktifitas

194
Titik Kritis Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan di PT.XYZ

perusahaan dilakukan sesuai dengan disyaratkan oleh RSPO yaitu 40 sampai


aturan yang ada, perusahaan memperoleh 60 cm untuk tinggi muka air tanah di
non conformity (NcR) atau ketidak- lahan dan 50 sampai 70 cm untuk tinggi
sesuaian dan hasilnya akan dicatat muka air di parit pantau di areal lahan
sebagai bahan evaluasi dan peringatan gambut. Hasil pemantauan tinggi muka
pada laporan NcR eksternal audit. air di lahan gambut disajikan pada
• Function ID P4.3.4 (Pemantauan Lampiran 7.
dan minimalisasi subsidensi tanah, Berdasarkan Lampiran 7, diketahui
program pengelolaan tata air dan bahwa pada beberapa waktu perusahaan
penutup tanah) sulit mempertahankan tinggi muka air
Kendala pencapaian indikator sesuai dengan standar yang disyaratkan
function ID P4.3.4 adalah pengelolaan RSPO. Hal ini tentu dapat berdampak
gambut PT.XYZ masih berjalan kurang bagi kegiatan operasional perusahaan di
baik. PT.XYZ telah memiliki mekanisme lahan gambut. Apabila hal ini tidak
pengelolaan lahan gambut baik untuk terkontrol dengan baik, di masa depan
subsidensi tanah maupun untuk penge- perusahaan akan semakin sulit untuk
lolaan tata air di lahan gambut. PT.XYZ mengendalikan dan memantau muka air
juga telah memiliki water management di lahan gambut. Tinggi muka air yang
atau pengelolaan tata air untuk lahan tidak sesuai juga akan berdampak pada
gambut dengan menggunakan sistem produktifitas tanaman kelapa sawit dan
parit untuk mengatur masuk keluarnya air tentu akan mengganggu aktifitas opera-
pada lahan gambut. Alat pantau yang sional perusahaan. Kemudian, kurangnya
digunakan untuk pengelolaan tinggi perhatian perusahaan untuk memastikan
muka air di areal lahan gambut adalah keberadaan dan memelihara alat pantau
phizometer dan pishcalmeter. Sedangkan pada beberapa lokasi lahan gambut
untuk subsidensi tanah, perusahaan menyebabkan function ID ini menjadi
menggunakan patok subsidensi untuk salah satu indikator kritis di PT.XYZ.
memantau penurunan tanah di lahan • Function ID P4.6.7 (Penggunaan
gambut. Namun, dalam implementasinya pestisida harus sesuai metode yang
masih terdapat beberapa indikasi kendala sudah terbukti dapat meminimal-
dalam memenuhi indikator ini, diantara- kan risiko dan dampak negatif)
nya water management yang ada kurang Penggunaan pestisida merupakan
berjalan dengan baik, monitoring patok salah satu indikator yang harus mendapat
subsidensi dan pemantauan tinggi muka fokus utama dari perusahaan karena
air tidak dijalankan secara konsisten, dan aplikasi pestisida dapat menyebabkan
di beberapa lokasi lahan gambut masih dampak tinggi bagi kesehatan maupun
terdapat beberapa alat pemantau yang keselamatan para pekerja. Berdasarkan
tidak terpelihara dengan baik. Beberapa hasil penelitian, salah satu indikator
indikasi tersebut menyebabkan kontrol pestisida yang termasuk area kritis adalah
muka air tanah di lahan gambut sulit indikator P4.6.7. Penyebab kegagalan
mencapai tinggi muka air minimal yang perusahaan untuk memenuhi indikator ini

195
Winda Adelita Saragih, Bayu Krisnamurthi, dan Netti Tinaprilla

adalah dalam melakukan aplikasi pes- bagian kriteria produksi minyak sawit
tisida di lapangan. Perusahaan sudah berkelanjutan yang terkait dengan sistem
memiliki metode yang dapat meminimal- penanganan keluhan dan ketidakpuasaan.
kan risiko dari penggunaan pestisida. Penyebab kegagalan tercapainya indi-
Metode tersebut diperoleh dari rekomen- kator ini di PT.XYZ adalah karena
dasi dari Departemen R&D. Namun, yang implementasi mekanisme keluhan di
menjadi kendalanya adalah pelaksanaan bagian internal karyawan) perusahaan
metode tersebut di lapangan. Hasil tidak berjalan dengan baik. Pelaksanaan
pengamatan menunjukkan bahwa para sosialisasi mekanisme penyampaian
pekerja masih belum mengikuti aplikasi keluhan kepada seluruh karyawan tidak
pestisida sesuai dengan metode yang dilakukan secara berkala atau kontinyu.
dianjurkan, salah satunya masih ada Akibatnya, karyawan tidak mengetahui
pekerja yang tidak menggunakan seluruh mekanisme-mekanisme penyampaian
APD yang diwajibkan pada saat aplikasi keluhan yang disediakan oleh per-
pestisida. Kondisi tersebut disebabkan usahaan.
oleh tingkat kesadaran dan kemauan para PT.XYZ menyediakan 3 mekanisme
pekerja yang rendah. penyampaian keluhan, yaitu penyam-
Function ID P4.6.7 harus menjadi paian keluhan melalui atasan langsung,
bahan evaluasi dan koreksi bagi per- penyampaian keluhan melalui email,
usahaan. Apabila tidak segera dilakukan penyampaian keluhan melalui Kotak
tindakan koreksi, hal tersebut dapat Saran menggunakan Surat Keluhan
menyebabkan potensi terjadinya tingkat Karyawan. Berdasarkan hasil wawancara
kecelakaan kerja, bahkan dapat di lapangan, diperoleh informasi bahwa
menyebabkan kematian pekerja. Tingkat mekanisme keluhan karyawan di
kesehatan dan keselamatan pekerja PT.XYZ belum berjalan dengan baik.
terancam tanpa mereka sadari. Namun Masih banyak karyawan yang tidak
berdasarkan data kecelakaan kerja merasa puas dan tidak mau menggunakan
beberapa tahun terakhir, belum ada mekanisme keluhan yang disediakan oleh
kecelakaan kerja yang berbahaya pada perusahaan. Ada rasa takut yang
aplikasi pestisida di PT.XYZ. dikhawatirkan oleh karyawan untuk
• Function ID P6.3.2 (Rekaman menggunakan mekanisme keluhan atasan
proses dan hasil penanganan langsung, sedangkan untuk mekanisme
perselisihan) keluhan melalui kotak saran juga tidak
Function ID P6.3.2 termasuk pada berjalan karena karyawan menyatakan
area kritis unacceptable, artinya indikator bahwa kotak saran di masing-masing unit
ini ada pada area yang memiliki nilai kerja tidak pernah di buka atau dipantau
kritis paling tinggi dan harus menjadi oleh pihak yang bertugas. Beberapa unit
fokus utama perusahaan dalam melaku- kerja di PT.XYZ juga menyediakan
kan evaluasi dan tindakan perbaikan. mekanisme penyampaian keluhan secara
Function ID P6.3.2 (rekaman proses dan lisan. Namun, implementasi penyam-
hasil penangan perselisihan) merupakan paian keluhan secara lisan dilakukan

196
Titik Kritis Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan di PT.XYZ

secara tidak terstruktur dan seringkali dan Transmigran Kep 139/DTT/HIPK-


tidak tersedia bukti tindaklanjut dari HI/II/2016. Pada kesepakatan yang telah
mekanisme penyampaian keluhan secara direncanakan, jadwal pertemuan berkala
lisan. dengan serikat pekerja yang menjadi
Selain mekanisme penyampaian bagian dari kegiatan LKS Bipartite
keluhan yang kurang berjalan baik, dilakukan minimal 3 bulan sekali yang
proses tindak lanjut dan penanganan dihadiri oleh perwakilan pihak pengusaha
keluhan karyawan di PT.XYZ juga masih dan pekerja dari masing-masing unit
belum berjalan dengan baik. Beberapa kerja. Namun dalam implementasinya,
keluhan karyawan masih mendapat program ataupun rencana LKS Bipartite
tindak lanjut dan respon yang cukup lama tidak berjalan dengan baik. Pertemuan
dari perusahaan. Berdasarkan hasil berkala yang telah direncanakan sering-
wawancara dilapangan, karyawan me- kali tidak berjalan dan tidak dihadiri oleh
nyatakan bahwa mereka seringkali tidak beberapa perwakilan unit kerja. Apabila
memperoleh informasi dan penjelasan ada, pertemuan tersebut juga tidak
dari pihak perusahaan terhadap keluhan dilakukan secara berkala dan juga sering
yang mereka sampaikan. Hal ini pada kali tidak didokumentasikan. Kemudian,
akhirnya berdampak pada penurunan tingkat turn over pengurus dan per-
produktifitas karyawan PT.XYZ. Tidak wakilan LKS Bipartite di PT.XYZ masih
adanya informasi dan penjelasan kepada tinggi sehingga program yang disepakati
karyawan mengakibatkan karyawan oleh kedua belah pihak dalam LKS
merasa tidak puas dan melakukan protes Bipartite juga masih belum jelas dan
khususnya apabila ada audit dari pihak belum berjalan. Beberapa hal ini terjadi
eksternal. Hal ini harus menjadi fokus dikarenakan perusahaan belum menye-
perhatian perusahaan karena tentu dapat diakan anggaran untuk pelaksanaan
berdampak buruk bagi keberlanjutan program dan pertemuan LKS Bipartite.
perusahaan. Apabila function ID ini Hal ini tentu menyebabkan aspirasi
bermasalah, maka tentu juga akan karyawan PT.XYZ tidak tertampung,
mengakibatkan terganggunya function ID terjadi konflik internal dalam perusahaan
yang lainnya. dan adanya komplain dari para stake-
• Function ID P6.6.2 (Rekaman holder. Pada akhirnya, kondisi-kondisi
pertemuan serikat pekerja) tersebut menyebabkan terjadinya pe-
Serikat pekerja merupakan suatu nurunan produktifitas kerja di PT.XYZ
wadah yang disediakan oleh perusahaan dan hubungan antar stakeholder menjadi
untuk menampung aspirasi para kurang baik.
karyawan. Untuk itu, PT.XYZ telah
menyediakan kebijakan yang memberi- Pengajuan Perbaikan Manajemen
kan kebebasan para pekerja untuk Perusahaan
berserikat, yaitu LKS (Lembaga Kerja Tujuan pengajuan perbaikan
Sama) Bipartite. LKS Bipartite tersebut manajemen perusahaan adalah sebagai
telah disahkan oleh Dinas Tenaga Kerja bahan masukan evaluasi bagi PT.XYZ

197
Winda Adelita Saragih, Bayu Krisnamurthi, dan Netti Tinaprilla

untuk melakukan tindakan koreksi dan Delphi agar dapat mengurangi subyek-
perbaikan pada seluruh kegiatan tifitas serta bias pendapat pakar.
perusahaan, khususnya untuk kriteria dan
indikator yang menjadi titik kritis per- DAFTAR PUSTAKA
usahaan. Tindakan koreksi dan perbaikan
Bertolini M, Maurizio B dan Roberto M.
yang diajukan diharapkan dapat mengu-
2006. FMECA approach to product
rangi nilai RPN dan mengubah posisi titik tracebility in the food industry.
kritis agar berada pada area yang lebih Journal of Food Control, 17:137-
baik. Perbaikan manajemen perusahaan 145.
yang diajukan oleh peneliti bagi PT.XYZ
Bowles JB. 2004. An assesement of RPN
dapat dilihat pada Lampiran 8.
priorization in a Failure Mode,
Effects and Criticality Analysis.
SIMPULAN DAN SARAN Journal of the IEST 2004, 47:51-6.
Simpulan
Braglia M. 2000. MAFMA: Multi-
Titik kritis produksi minyak sawit
Attribute Failure Mode Analysis.
berkelanjutan di PT.XYZ terdiri atas, titik International Journal of Quality
kritis untuk kriteria sustainability dan and Reliability Management,
titik kritis untuk indikator sustainability. 17(9):1017-1033.
Terdapat 5 titik kritis kriteria sustain-
Carmignani G. 2009. An integrated
ability di PT.XYZ, yaitu function ID
structural framework to cost-based
P2.1, P4.3, P4.6, P6.3, dan P6.6 dan FMECA: The priority-cost
seluruh kriteria kritis tersebut berada pada FMECA. Journal of Reliability
area undesirable pada matriks kritikal Engineering and System Safety,
analisis. Sedangkan untuk indikator 94:861-871.
sustainability, terdapat 6 titik kritis yang Kwai-Sang C, Ying-Ming W, Gary KKP
ada di PT.XYZ, yaitu function ID P2.1.1, dan Jian-Bo Y. 2009. Failure mode
P2.1.4, P4.3.4, P4.6.7, P6.6.2 yang ada and effects using a group-based
pada area undesirable dan function ID evidential reasoning approach.
P6.3.2 di area unacceptable pada matriks Journal of Computers and
kritikal analisis. Operations Research, 36: 1768-
1779.
Saran Oil World. 2015. Oil World Statistic.
Saran bagi PT.XYZ, perusahaan ISTA Mielke GmBh. Hamburg.
dapat mempertimbangkan dan melak- [RSPO] Rountable on Sustainable Palm
sanakan perbaikan manajemen per- Oil. 2016. Certified Growers
usahaan yang diajukan oleh peneliti [internet]. Jakarta (ID): RSPO.
sebagai output dari penelitian ini. [diunduh 2017 Februari 7].
Kemudian saran bagi penelitian Tersedia pada
selanjutnya, perlu dilakukan penentuan https://www.rspo.org/certification/
titik kritis dengan menggunakan metode certified-growers.

198
Titik Kritis Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan di PT.XYZ

US Military Standard, MIL-STD-1629A.


1983. Procedures for Performing a
Failure Mode, Effect and
Criticality Analysis. USA:
Department of Defense

199
Winda Adelita Saragih, Bayu Krisnamurthi, dan Netti Tinaprilla

Lampiran 1. Klasifikasi Tingkat Kepelikan (Severity)


Rangking Efek Kepelikan Level Makna
9,10 Sangat tinggi I Kegagalan suatu kriteria/indikator
memiliki dampak yang sangat tinggi
untuk memproduksi minyak sawit
berkelanjutan
7,8 Tinggi II Kegagalan suatu kriteria/indikator
memiliki dampak yang tinggi untuk
memproduksi minyak sawit
berkelanjutan
4,5,6 Sedang III Kegagalan suatu kriteria/indikator
memiliki dampak yang
moderat/sedang untuk memproduksi
minyak sawit berkelanjutan
1,2,3 Rendah IV Kegagalan suatu kriteria/indikator
memiliki dampak yang rendah untuk
memproduksi minyak sawit
berkelanjutan

Lampiran 2. Klasifikasi Peluang Kegagalan (Occurance)


Ranking Level occurance Makna
10 Peluang kegagalan untuk memenuhi
Sangat tinggi
kriteria/indikator sustainability hampir tak
9 (A)
bisa dihindari karena sangat sering terjadi.

8 Tinggi Peluang kegagalan untuk memenuhi


7 (B) kriteria/indikator sustainability tinggi

6 Peluang kegagalan untuk memenuhi


Sedang
5 kriteria/indikator sustainability
(C)
4 moderat/sedang

3 Rendah Peluang kegagalan untuk memenuhi


2 (D) kriteria/indikator sustainability rendah

Peluang kegagalan untuk memenuhi


Sangat rendah
1 kriteria/indikator sustainability sangat tidak
(E)
mungkin terjadi

200
Titik Kritis Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan di PT.XYZ

Lampiran 3. Kisaran Nilai RPN pada Masing-Masing Titik Kritis Kriteria


Sustainability Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan
60
48 48
50 42 42
40 3230 30 30
30 242424 2424 2424 242424 2424 2424 2424 2424
20 2020
20 161616 16
12
8
10
0

Lampiran 4. Matriks Kritikal Analisis Kriteria Produksi Minyak Sawit


Berkelanjutan pada PT.XYZ

201
Winda Adelita Saragih, Bayu Krisnamurthi, dan Netti Tinaprilla

Lampiran 5. Kisaran Nilai RPN pada Masing-Masing Titik Kritis Indikator


Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan
60
48 49 48
50
42
40
32
30 24 24
21 21
20
12 12 12 12 14 12 14 16 12 12 14 14 14
16 14 14
12
7 6 8
10 5
0

Lampiran 6. Matriks Kritikal Analisis Indikator Produksi Minyak Sawit


Berkelanjutan pada PT.XYZ

202
Titik Kritis Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan di PT.XYZ

Lampiran 7. Hasil Analisa Rata-Rata Tinggi Muka Air Parit dan Tanah di
PT.XYZ Periode Januari 2016-Februari 2017

400 400.0
350 350.0
300 300.0
250 250.0
200 200.0
150 150.0
100 100.0
50 50.0
0 -
-50 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 (50.0)
-100 (100.0)
Bulan
Kedalaman Air Tanah (cm) Curah Hujan (cm) Kedalaman Air Parit (cm)

Lampiran 8. Perbaikan Manajemen Perusahaan untuk Kriteria dan Indikator


Kritis
Function ID
Solusi
Kriteria Indikator
P2.1 P2.1.1 - PT.XYZ sebaiknya membuat perencanaan yang baik
dan terstruktur untuk jadwal dan aktifitas monitoring
dalam melakukan pemeriksaan dan memastikan
kepatuhan perusahaan terhadap hukum dan memilih
SDM yang tepat dan kompeten untuk bertanggung
jawab.
- Membuat dan melaksanakan program khusus
(seperti pelatihan dan uji kualitas kompetensi
karyawan) secara berkala bagi karyawan untuk
meningkatkan kesadaran atau awareness karyawan,
memotivasi dan meningkatkan komitmen karyawan
perusahaan.
P2.1.4 - Perusahaan sebaiknya memiliki program untuk
mengevaluasi kualitas SDM perusahaan, sehingga
perusahaan mengetahui kekurangan dan kelemahan
SDM perusahaan yang kurang kompeten dalam
memahami dan melaksanakan tanggungjawab dan
tugasnya sesuai dengan sistem yang telah disepakati.
Hal ini diharapkan dapat mendorong perusahaan

203
Winda Adelita Saragih, Bayu Krisnamurthi, dan Netti Tinaprilla

untuk lebih mengenal kemampuan para karyawan dan


dapat menyediakan program yang tepat (seperti
pelatihan) sesuai dengan yang dibutuhkan.
- Apabila terdapat perubahan huku dan aturan yang
mewajibkan perusahaan harus melakukan
penyesuaian, PT.XYZ sebaiknya juga fokus untuk
meningkatkan program pelatihan karyawan, terutama
bagi karyawan unit kerja yang melakukan
penyesuaian tersebut. Perusahaan perlu membuat
jadwal monitoring dan review berkala untuk
mengontrol seluruh perubahan kegiatan di unit kerja,
apakah sudah sesuai atau tidak. Hal ini diharapkan
dapat mempercepat dan mendorong kompetensi dan
kesadaran para pekerja untuk bisa kegiatan sesuai
dengan perubahan hukum dan peraturan yang berlaku.
P4.3 P4.3.4 - PT.XYZ harus melakukan evaluasi pada sistem
water management yang ada. Perusahan perlu
melakukan evaluasi dan pemeliharaan seluruh alat
pantau untuk mengatur sistem tata air yang ada,
khususnya untuk lahan gambut. Monitoring patok
subsidensi dan pemantauan tinggi muka air juga
sebaiknya memiliki jadwal yang direncanakan dan
dilaksanakan secara berkala sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
P4.6 P4.6.7 - Masing-masing unit kerja di PT.XYZ melakukan
sosialisasi pentingnya penggunaan APD saat bekerja
-Memberikan teguran dan sanksi bagi pekerja yang
tidak menggunakan APD saat bekerja
-Masing-masing unit kerja sebaiknya membuat dan
melaksanakan jadwal monitoring untuk memastikan
penggunaan metode yang tepat untuk aplikasi
pestisida di lapangan
-Memilih petugas yang bertanggung jawab untuk
memastikan kesesuaian aplikasi pestisida yang
kompeten dan bertanggungjawab.
P6.3 P6.3.2 - Perusahaan harus melakukan evaluasi sistem atau
mekanisme keluhan, khususnya untuk bagian internal
(karyawan) perusahaan. Perusahaan diharapkan
mengikutsertakan perwakilan para karyawan untuk
membangun sistem atau mekanisme penyampaian
keluhan agar sistem yang terbentuk dapat menjadi
lebih baik.
- Perusahaan juga perlu melakukan sosialisasi rutin
bagi para karyawan terkait dengan sistem keluhan
yang ada sehingga para karyawan paham dan tahu

204
Titik Kritis Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan di PT.XYZ

setiap sistem yang ada dan setiap aspirasi karyawan


sampai kepada manajemen perusahaan yang
bertanggung jawab akan hal tersebut.
- Apabila perlu, perusahaan juga dapat melakukan
riset internal untuk mengetahui kepuasan dan aspirasi
para karyawan. Riset tersebut diharapkan dapat
menjadi evaluasi dan masukan bagi perusahaan.
P6.6 P6.6.2 - PT.XYZ sebaiknya melakukan evaluasi dan
pemeriksaan terhadap kegiatan LKS Bipartite di
perusahaan, khususnya untuk penyebab turn over
pengurus dan pelaksanaan program yang
direncanakan apabila ada.
- PT.XYZ perlu mempertimbangkan pemberian
anggaran untuk melaksanakan rencana LKS Bipartite
yang ada di perusahaan. Hal ini diharapkan dapat
mendorong minat para karyawan untuk bisa
melakukan pertemuan berkala sesuai dengan yang
direncanakan.

205

Anda mungkin juga menyukai