Anda di halaman 1dari 2

Sekilas Tentang RSPO

Filed under: Palm Oil — 1 Komentar


4 Juli 2011

Roundtable On  Sustainable Palm Oil atau biasa disebut RSPO merupakan prakarsa
(inisiatif) dari pihak-pihak pemangku kepentingan global Industri kelapa Sawit untuk
mendorong pertumbuhan dan penggunaan minyak sawit yang lestari (sustainable) melalui
dialog yang terbuka pada seluruh rantai pasokan. RSPO Secara resmi didirikan  berdasarkan
pasal 60 Swiss Civil Code pada tanggal 8 April 2004. Sustainable Palm Oil atau produksi
minyak lestari merupakan Pengelolaan Kebun dan Mill secara berkelanjutan   (Sustainable) 
baik dari aspek Ekonomi Finansial maupun dari aspek Sosial dan Lingkungan, dengan
memperhatikan aspek transparansi  yang mencakup kebun, Mill (pabrik) dan Smallholder
(plasma). Keanggotaan dalam RSPO terdiri dari :

1. Perkebunan kelapa sawit


2. Pabrikan minyak sawit atau pedagang
3. Perusahaan consumer goods
4. Pedagang eceran (Retailer)
5. Bank dan investor
6. Environmental/nature conservation NGO
7. Social/developmental NGO

Sertifikasi RSPO

Sertifikasi  Sustanable Palm Oil  pada Unit Manajemen Mill beserta kebun pemasok buah
dengan Prinsip dan Kriteria  (P&C) Sustainable Palm Oil (SPO). Sertifikasi Supply Chain
Requirement atau Chain of Custody atau Penelusuran asal usul Tandan  Buah Segar (TBS)
atau Fruit Fresh Bunch (FFB). Dalam proses Sertifikasi Asesmen ada proses Audit oleh
Lembaga Sertifikasi  RSPO yang memberikan sertifikat RSPO dengan menggunakan Standar
P&C RSPO dimana masa sertifikat adalah 5 tahun dan setiap tahunnya akan dilakukan
Surveilance audit (audit berkala).

Prinsip dan Kriteria dalam RSPO

Pada bulan  November 2005, RSPO menetapkan Prinsip dan Kriteria Produksi Minyak Sawit
Berkelanjutan (RSPO P&C) yang terdiri atas 8 prinsip dan 39 kriteria, kemudian bulan
November 2005-2007, RSPO melakukan uji coba penerapan RSPO P&C. November 2007,
RSPO menetapkan dimulainya proses sertifikasi produksi minyak sawit yang berkelanjutan
(Sertifikasi RSPO) dengan RSPO P&C sebagai standard global dan Interpretasi Nasional
sebagai standard yang berlaku di negara produsen.

Interpretasi Nasional RSPO

Interpretasi Nasional RSPO untuk Indonesia ini disusun oleh Indonesian National
Interpretation Working Group (INA NIWG) yang dipimpin oleh Bp. Daud Dharsono
(GAPKI/SMART) dan beranggotakan para pemangku kepentingan industri minyak sawit di
Indonesia.  Stakeholder  yang menjadi anggota INA-NIWG adalah
1. GAPKI (PT SMART, PT Lonsum, PT Astra Agro, PPKS, PT Makin , PT Asianagri
PTPN dst),
2. Instansi Pemerintah (Kementrian Pertanian, Perindustrian, Perdagangan, Badan
Pertanahan Nasional, Kementrian Lingkungan Hidup, Kementrian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Kantor Menko Perekonomian)
3. NGO Sosial –Sawit Watch
4. NGO Lingkungan – WWF Indonesia, The Nature Conservancy (TNC)
5. Bank – Bank Mandiri, Bank Permata, SCB, Bank Mega
6. Apkasindo (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia)

Selain itu terdapat Asosiasi lain seperti AIMMI dan  APOLIN. Interpretasi Nasional ini,
disahkan pada Mei 2008, dan terdiri atas; 139 indikator nasional yang terbagi atas 65
indikator major dan 74 indikator minor. Indikator Major wajib untuk dipenuhi saat
Certification Audit, dan jika terdapat ketidaksesuaian Indikator Minor maka wajib dipenuhi
dalam surveillance audit berikutnya (1 tahun masa sertifikat).

8 Prinsip Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan

1. Komitmen terhadap transparansi (2 kriteria)


2. Mematuhi Hukum & Peraturan Berlaku (3 kriteria)
3. Komitmen pada kelayakan Ekonomi dan Keuangan Jangka Panjang (1 kriteria)
4. Penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik (8 kriteria)
5. Tanggung jawab lingkungan dan konservasi kekayaan  alam dan keanekaragaman
hayati (6 kriteria)
6. Tanggung jawab kepada pekerja, individu-individu dan komunitas dari kebun dan
pabrik (11 kriteria)
7. Pengembangan perkebunan baru secara bertanggung jawab (7 kriteria)
8. Komitmen perbaikan terus menerus pada wilayah-wilayah utama aktivitas (1 kriteria)

(https://hends86.wordpress.com/category/palm-oil/)

Anda mungkin juga menyukai