Anda di halaman 1dari 17

Head Office : Jl. Karya Baru, Komplek Ruko Pondok Pelangi No.

C-8
Pontianak, Telp. Fax (0561) 584652
Estate : Kecamatan Menjalin dan Mempawah Hulu

BERITA ACARA
Pada hari : Senin, 06 Nopember Tahun 2023, telah di lakukan Pelatihan Sertifkasi RSPO
dan Dinamika Koperasi di Menjalin. Adapun materi yang disampaikan mengenai Strategi
Implementasi Standar Minyak Sawit Berkelanjutan Petani Swadaya Kegiatan tersebut
di laksanakan pada:

1. Tempat : Aula Paroki Menjalin


2. Waktu : 09.00 s/d 17.00
3. Peserta : Koperasi Produsen Mitra PT. HDL
4. Kegiatan : 1.Registrasi peserta
2.Konsep RSPO
3.Praktek dan latihan sebagai pelatih Petani
4.Review kebutuhan koperasi

Demikian berita acara ini dibuat sebenar-benarnya dan dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Menjalin, 06 Nopember 2023


PT. HILTON DUTA LESTARI

Dibuat Oleh : Diketahui Oleh : Disetujui Oleh :

ELSA MANORA EKBERTUS, SP BANDULA N.A PELPOLA


Pendamping Smallholder Asmen Smallholder General Manager
Head Office : Jl. Karya Baru, Komplek Ruko Pondok Pelangi No. C-8
Pontianak, Telp. Fax (0561) 584652
Estate : Kecamatan Menjalin dan Mempawah Hulu

DOKUMENTASI
Head Office : Jl. Karya Baru, Komplek Ruko Pondok Pelangi No. C-8
Pontianak, Telp. Fax (0561) 584652
Estate : Kecamatan Menjalin dan Mempawah Hulu

NOTULEN KEGIATAN

STRATEGI IMPLEMENTASI STANDAR MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN


PETANI SWADAYA
➢ Penyegaran kembali tentang standar RISS 2019 oleh bpk Harris Silalahi
MEMAHAMI „SIAPA, APA, DAN BAGAIMANA‟ DALAM STANDAR PEKEBUN
SWADAYA RSPO
1. Siapa yang dapat menggunakan Standar Pekebun Swadaya RSPO untuk memperoleh
Sertifikat RSPO
Standar Pekebun Swadaya RSPO hanya berlaku bagi dan hanya dapat digunakan oleh
pekebun yang memenuhi persyaratan sebagai Pekebun Swadaya dan berlaku untuk
produksi minyak sawit berkelanjutan di Indonesia. Pekebun dapat merupakan laki-laki
maupun perempuan.
➢ Pekebun dapat berusaha memperoleh sertifikat melalui Standar Pekebun Swadaya
RSPO jika:
• Pekebun tersebut BUKAN pekebun plasma.
• Luas total areal produksi sawitnya lebih kecil dari atau sama dengan 20 ha
• Luas lahan pekebun swadaya di Indonesia adalah 20 Ha, dimana luas lahan
tersebut merupakan luas maksimal (akumulasi) dari seluruh lahan-lahan pertanian
yang dikuasai oleh seseorang dan/atau satu kelompok keluarga di Indonesia
sebagaimana diatur dalam PERPPU No. 56 tahun 1960 dan PerMen Agraria No. 18
Tahun 2016. Dalam hal pekebun swadaya juga memanfaatkan lahan-lahannya
untuk jenis tanaman lainnya, maka luas maksimum lahan untuk tanaman kelapa sawit
swadaya akan diperhitungkan berdasarkan ketentuan PERPPU No. 56 Tahun
1960, dimana luas akumulasi lahan-lahan ini (baik untuk tanaman kelapa sawit dan
tanaman jenis lainnya) yang dikuasai perseorangan maupun orang-orang dalam satu
keluarga tidak boleh melebihi 20 Ha Pekebun tersebut memegang kewenangan
pengambilan keputusan yang dapat dilaksanakan pada operasi areal tersebut dan
praktik produksi.
Pekebun tersebut memiliki kebebasan memilih bagaimana cara memanfaatkan
lahan, apa jenis tanaman yang hendak ditanam, dan bagaimana cara mengelolanya (bagaimana
mereka mengatur, mengelola, dan membiayai lahan tersebut).
Pekebun tersebut memenuhi semua kriteria lebih lanjut terkait keberlakuan standar ini
sebagaimana diatur dalam Interpretasi Nasional Indonesia.
1.2 Hal apa yang diatur oleh Standar Pekebun Swadaya RSPO
Standar Pekebun Swadaya RSPO berlaku untuk total gabungan semua petak lahan pekebun
perorangan yang merupakan tempat produksi sawit. Luasan total areal yang dimiliki pekebun
perorangan tidak melebihi batasan 20 Ha sesuai dengan Interpretasi Nasional.
Standar Pekebun Swadaya ini berlaku untuk:
a) Petak lahan tempat produksi sawit saat ini;
b) Petak lahan yang dialokasikan untuk penanaman kembali (replanting) atau
penanaman baru sawit;
c) petak lahan yang, atau berpotensi untuk, dialokasikan untuk penanaman baru sawit.
Bagaimana cara menentukan ukuran suatu areal produksi sawit?
Luas total suatu areal produksi sawit ditentukan dengan cara menjumlahkan luasan semua
petak lahan yang dimiliki oleh satu pekebun di mana pun petak tersebut berada.
Petak lahan yang dijumlahkan mencakup semua petak lahan yang ada saat ini serta areal
yang tersedia untuk penanaman kembali atau areal yang dialokasikan untuk penanaman sawit
baru yang dimiliki oleh satu pekebun perorangan di dalam atau di luar unit sertifikasi (contoh:
kelompok pekebun dimana pekebun swadaya menjadi anggotanya).
Jika seorang pekebun memiliki dan mengoperasikan petak lahan sawit di luar kelompok (unit
sertifikasi) yang tengah disertifikasi, walaupun petak lahan ini berada di desa atau wilayah lain,
petak tersebut juga dihitung dalam luasan kumulatif dalam hektar.

1.3 Bagaimana cara mendapatkan sertifikat di bawah standar pekebun swadaya RSPO?
Unit Sertifikasi untuk Standar Pekebun Swadaya RSPO terdiri dari manajer kelompok dan
semua anggota perorangan. Pihak yang memegang sertifikat adalah kelompok tersebut.
Pekebun swadaya:
• Haruslah seorang anggota suatu kelompok pekebun swadaya yang berusaha
mendapatkan sertifikat;
Dapat membentuk kelompok baru atau bergabung ke kelompok yang sudah
ada; dan
• Harus menandatangani Pernyataan Pekebun yang berisi berkomitmen untuk
sepenuhnya mematuhi semua persyaratan dalam Standar Pekebun Swadaya RSPO.
• Haruslah bagian dari atau dikelola oleh entitas yang terdaftar resmi atau dibentuk
secara legal, sebagaimana diatur oleh hukum nasional yang berlaku di Indonesia;
• Menunjuk satu manajer kelompok yang memenuhi semua persyaratan dalam Prinsip 1;
dan
• Dapat memiliki anggota yang berada pada tahap yang berbeda-beda dalam proses
sertifikasi (contoh: dapat memiliki anggota yang tengah berusaha memenuhi Kelayakan,
Tonggak Capaian A, dan Tonggak Capaian B). Anggota kelompok dapat bergabung kapan
pun dan di tahap mana pun. Jumlah anggota kelompok juga dapat terus berkembang.

PENDEKATAN BERTAHAP RSPO UNTUK SERTIFIKASI PEKEBUN SWADAYA


• Tingkat Awal :
Kelayakan (K); persyaratan minimum yang harus dicapai untuk masuk ke
dalam sistem sertifikasi.
• Perkembaangan:
Tonggak Capaian A (TC-A); persyaratan antara yang harus dicapai dalam waktu 2
tahun
• Kepatuhan penuh:
Tonggak Capaian B (TC-B, yaitu kepatuhan penuh); persyaratan akhir yang harus
dipenuhi dalam waktu 1 tahun setelah mencapai TC-A. milestone A.

2.1 Sertifikasi, Klaim, dan Manfaat


Sistem sertifikasi ini mencakup tiga tahap dan masing-masing tahap memiliki persyaratan
tersendiri untuk menilai kepatuhan, klaim yang dapat dilakukan pekebun, dan manfaat bagi
pekebun.

2.1.1 Kelayakan – tingkat awal


Persyaratan Kepastian (Assurance)
Untuk menunjukkan kepatuhan terhadap indikator Kelayakan, audit berbasis lapangan
perlu dilakukan oleh Badan Sertifikasi (CB) yang diakreditasi RSPO1. Lih. daftarnya di
(https://www.rspo.org/ certification/bodies) Semua anggota perorangan dari kelompok yang
siap untuk menjalani sertifikasi pada tingkat awal wajib memenuhi indikator Kelayakan.

2.1.2 TC-A – perbaikan dan perkembangan terus menerus


Persyaratan Kepastian (Assurance)
Untuk membuktikan perkembangan, anggota kelompok harus memenuhi 100% indikator TC-
A sekaligus mempertahankan kepatuhan terhadap 100% indikator Kelayakan; Semua anggota
perorangan dari kelompok harus memenuhi semua indikator Kelayakan dan TC-A; dan Badan
Sertifikasi (CB) terakreditasi harus melakukan audit berbasis lapangan.
2.1.3 TC-B – perbaikan dan kepatuhan penuh secara terus menerus
Persyaratan Kepastian (Assurance)
Audit berbasis lapangan terhadap kelompok dilakukan oleh Badan Sertifikasi (CB)
terakreditasi. Semua anggota perorangan dari kelompok wajib memenuhi 100% indikator TC-
B sekaligus mempertahankan kepatuhan terhadap 100% indikator Kelayakan dan 100%
indikator TC-A.
Fungsi Kelapa Sawit Sangat Luar Biasa
a) Sumber Makanan
b) Bahan baku Oleochemical
c) Bahan bakar (Biofuel)
d) Minyak Nabati Terbesar (48%)
e) Produksi Terbesar
f) Serapan Tenaga Kerja Besar
g) Dampak Ekonomi

Issue Negatif Lingkungan dan Sosial


a) Kasus Tanah Legalitas dan Kepemilikan
b) Kecemburuan Sosial dan Konflik sosial
c) Hak Pekerja, Perempuan dan Perlindungan Anak
d) Perubahan dan Kerusakan Hutan (deforestasi)
e) Pemanasan Global
f) Penyebab Hilangnya HCV / NKT
g) Stok Karbon Tinggi
h) SIA
Sejarah RSPO (Stakeholder Rspo)
a) Perkebunan kelapa sawit (Oill palm growers )
b) Pengolah dan pedagang minyak sawit (Palm Oil processor and/or traders)
c) Pabrik produksi bahan Minyak Sawit (Consumer goods manufacturer )
d) Pengecer (Retailer)
e) Bank dan investor
f) LSM lingkungan (Environmental/nature conservation NGOs
g) LSM social (Social/developmental NGOs)
Petani Indonesia dan Minyak sawit Berkelanjutan

Standar Minyak Sawit Berkelanjutan RSPO

Kedua standar berkontribusi


untuk produksi Minyak Sawit
Lestari Bersertifikat (CSPO)

Keseluruhan ini bermuara pada pengetahuan dan kapasaitas petani dalam penerapan
a) Legalitas dan Status Lahan
b) Pengeolahan Perkebuan Terbaik (PPT/GAP)(GAP)
c) Memenuhi Perundangan
d) Pengelolaan dan Ramah Lingkungan HCV/SKT
e) Budaya kerja yang AMAN
f) Pengelolaan Keuangan
g) Pengelolaan Administrasi
Sertifikasi RSPO Smallholder bertujuan untuk pemberdayaan pekebun sawit swadaya
a) Sasaran 1 Meningkatnya mata pencharian pekebun
b) Sasaran 2 Jumlah pekebun yang masuk dalam sistem RSPO meningkat
c) Sasaran 3 Dasar usaha (business case) untuk pelibatan pekebun dalam sistem RSPO
diperkuat.
Menjaga Keseimbangan
Dua Prinsip Acuan
a) Meningkatkan keterlibatan yang lebih besar pekebun sawit di dalam sistem RSPO
b) Menjaga syarat wajib kelestarian (misalnya NDPE / Prinsip dan Kriteria Standar
pekebun Swadaya) untuk memastikan krediibilitas.
Sekilas tentang RSPO
a) RSPO atau disingkat dengan Roundtable on Sustainable Palm Oil adalah forum yang
digagas pada tahun 2001 oleh beberapa pihak.
b) Artinya forum meja bundar minyak sawit berkelanjutan
c) RSPO diinisiasi oleh kalangan bisnis berkerja sama dengan WWF Swiss.
d) RSPO merupakan organisasi nirlaba yang berbadan hukum perkumpulan, dan terdaftar
berdasarkan Pasal 60 Undang-undang Sipil Swiss, tanggal 8 April 2004.
e) RSPO di bentuk sebagai forum yang mempromosikan minyak sawit berkelanjutan,
ditengah imeg buruk yang melanda industry kelapa sawit di dunia, seperti kerusakan
hutan, konflik social, dan kebakaran lahan.

Kelayakan (Eligibility)
Persyaratan Kepastian
a) Kepatuhan kelompok terhadap indikator eligibilitas diaudit oleh auditor independen
yang diakreditasi untuk menjalankan tugasnya di bawah skema RSPO. Lih. daftarnya
di sini.
b) Semua anggota perorangan dari kelompok wajib memenuhi Indikator Eligibilitas.
c) Semua ketidakpatuhan terhadap indikator-indikator ini dianggap ketidakpatuhan
mayor.
Klaim
a) Jumlah sebanyak hingga 40% TBS dapat dijual sebagai kredit RSPO, atau kredit
CSPO, Minyak Inti Sawit Lestari Bersertifikat (Certified Sustainable Palm Kernel
Oil/”CSPKO”) atau Bungkil Inti Sawit Lestari Bersertifikat (Certified Sustainable
Palm Kernel Expeller/”CSPKE”) melalui platform IT dan sistem perdagangan RSPO.
b) Setelah indikator eligibilitas diverifikasi, kelompok dapat melakukan klaim terhadap
TBS sebagai hasil yang setara dengan CSPO dan menjualnya melalui semua model
rantai pasok.
Tonggak Capaian (Milestone) A, TC-A
Persyaratan Kepastian
a) Praktik yang dilakukan kelompok diverifikasi oleh audit internal yang dilakukan oleh
manajer kelompok untuk membuktikan perkembangan dipenuhinya 100% indikator
TC-A, sekaligus mempertahankan kepatuhan terhadap 100% indikator Eligibilitas.
b) Auditor independen yang terakreditasi melakukan verifikasi dokumen terhadap audit
internal yang diselenggarakan oleh manajer kelompok.
Klaim dan manfaat
a) Kelompok dapat membuktikan dipenuhinya indikator-indikator TC-A selambatnya
dalam waktu dua tahun setelah tingkat awal (yakni Eligibilitas).
b) Jumlah sebanyak hingga 70% TBS dapat dijual sebagai Kredit RSPO atau kredit
CSPO, CSPKO atau CSPKE melalui platform IT dan sistem perdagangan RSPO.
Tonggak Capaian (Milestone) B, TC-B
Persyaratan kepastian
a) Kelompok diaudit oleh auditor independen yang terakreditasi.
b) Semua anggota perorangan dari kelompok wajib memenuhi 100% indikator TC-B
sekaligus mempertahankan kepatuhan terhadap 100% indikator Eligibilitas dan 100%
indikator TC-A
c) Semua ketidakpatuhan terhadap indikator-indikator ini dianggap ketidakpatuhan
mayor.
Klaim dan manfaat
a) 100% TBS dapat dijual sebagai TBS bersertifikat kepada PKS bersertifikat melalui
model rantai pasok fisik.
b) 100% TBS dapat dijual sebagai Kredit RSPO, atau kredit CSPKO atau CSPKE melalui
platform IT dan sistem perdagangan RSPO.

Bagaimana cara agar tersertifikasi?


a) pekebun swadaya yang memenuhi persyaratan haruslah:
merupakan anggota dari suatu kelompok untuk sertifikasi pekebun Swadaya
b) Kelompok yang memenuhi persyaratan haruslah:
merupakan entitas yang terdaftar resmi atau dibentuk secara legal, sebagaimana diatur
oleh hukum nasional yang berlaku di negara tempat kelompok tersebut berada.
menunjuk satu manajer kelompok yang memenuhi semua persyaratan dalam Prinsip 1.
Apakah yang dimaksud dengan kelompok? Tidak semua kelompok mirip satu sama
lainnya:
c) Manajer kelompok dapat merupakan perwakilan dari suatu Pabrik Kelapa Sawit
(“PKS”), organisasi, atau perorangan.
d) Kelompok dapat terdaftar secara legal sebagai perorangan atau organisasi.
e) Kelompok dapat memiliki anggota berapa pun jumlahnya, termasuk jika hanya ada
satu anggota saja.
f) Tidak ada batasan bagi jumlah maksimal luasan hektar suatu kelompok. Batasan
maksimal hanya berlaku bagi setiap anggota perorangan.
.
Bagian 3.2 Persyaratan Sistem untuk Pembentukan Kelompok
Manajer kelompok bertanggung jawab untuk memastikan agar semua sistem yang diatur
dalam indikator dipatuhi pada setiap tahap yang dilalui (yakni tahap Kelayakan, TC-A, dan
TC-B)
A: Persyaratan Entitas Kelompok dan Pengelolaan Kelompok
A1. Kelompok membuktikan bahwa pihaknya dibentuk sesuai hukum yang berlaku
A2. Manajer kelompok bertanggung jawab mengelola kelompok untuk sertifikasi.
B: Sistem Kendali Internal (SKI) – Kebijakan dan Pengelolaan
B1. SKI kelompok berisi kebijakan-kebijakan dan prosedur yang tercatat untuk
pengelolaan operasional.
Bagian 3.2 Persyaratan Sistem untuk Pembentukan Kelompok
Manajer kelompok bertanggung jawab untuk memastikan agar semua sistem yang diatur
dalam indikator dipatuhi pada setiap tahap yang dilalui (yakni tahap Kelayakan, TC-A, dan
TC-B)
C: Perencanaan Usaha Kelompok
C1. Kelompok memiliki rencana usaha yang disusun bersama dengan partisipasi dan
kontribusi dari semua anggota kelompok.
C2. SKI kelompok diintegrasikan dengan rencana kelola kelompok tersebut
D: Sistem perdagangan kelompok untuk volume TBS bersertifikat
D1. Kelompok memiliki prosedur dan sistem berjalan untuk melacak TBS.
D2. Kelompok mencatat dan melaksanakan sistem untuk pelacakan dan penelusuran
TBS.
D3. Kelompok memiliki prosedur dan sistem untuk pembagian premi.
Prinsip 1: Mengoptimalkan produktivitas, efisiensi, dampak positif, dan ketahanan
Kriteria 1.3 Pekebun melaksanakan Praktik Pertanian yang Baik (GAP) di kebunnya.

Indikator Kelayakan: Tonggak Capaian A: Tonggak Capaian B:


1.3 E Pekebun berkomitmen 1.3 TC-A Pekebun 1.3 TC-B Pekebun telah
untuk melaksanakan GAP di menyelesaikan menerapkan GAP di kebunnya
kebunnya. (Lih. Pernyataan pelatihan tentang GAP. dan terus melacak
pekebun, 1.1 E, dan produktivitasnya antara lain
Lampiran 2 sebagai acuan) melalui catatan penjualan TBS.
Mata pencaharian yang berkelanjutan dan pengurangan kemiskinan.

Prinsip
5 Kriteria
2: Legalitas, penghormatan
10 Indikator
terhadap hak atas tanah, dan
kesejahteraan masyarakat • Tata kelola dan kapasitas kelompok untuk
Melaksanakan operasi yang mematuhi standar
profesional dan transparan untuk • Komitmen anggota, mengelola kebun sendiri
mendapatkan perbaikan mata dengan efektif
pencaharian yang berkelanjutan • Praktik Pertanian yang Baik (Good
Agricultural Practices/GAP)

Prinsip 2: Legalitas, penghormatan terhadap hak atas tanah, dan kesejahteraan


masyarakat
Kriteria 2.1 Pekebun memiliki hak legal atau adat dalam memanfaatkan lahan sesuai
dengan hukum nasional dan peraturan daerah serta praktik adat.
Kriteria 2.2 Pekebun tidak pernah mendapatkan lahan dari masyarakat adat, masyarakat
setempat, atau pengguna lain tanpa disertai Persetujuan atas Dasar Informasi di Awal Tanpa
Paksaan (FPIC) dari mereka berdasarkan pendekatan FPIC yang disederhanakan.
Kriteria 2.3 Hak untuk memanfaatkan lahan tidak disengketakan oleh masyarakat adat,
masyarakat setempat, atau pengguna lain.
Kriteria 2.4 Petak pekebun berlokasi di luar kawasan-kawasan yang diklasifikasikan
sebagai taman nasional atau kawasan lindung oleh hukum nasional, regional atau daerah, atau
kawasan lainnya sebagaimana diatur dalam Interpretasi Nasional.
Kriteria 2.5 Untuk penanaman baru, pekebun tidak membuka atau mendapatkan lahan tanpa
disertai FPIC dari masyarakat adat dan/atau masyarakat setempat dan/atau pengguna lain
berdasarkan pendekatan FPIC yang disederhanakan.

Prinsip 2: Legalitas, Penghormatan terhadap Hak atas Tanah, dan Kesejahteraan


Masyarakat
Kriteria 2.1 Pekebun memiliki hak legal atau adat dalam memanfaatkan lahan sesuai dengan
hukum nasional dan peraturan daerah serta praktik adat.
Prinsip 2: Legalitas, Penghormatan terhadap Hak atas Tanah, dan Kesejahteraan
Masyarakat
Kriteria 2.2 pekebun tidak pernah mendapatkan lahan dari masyarakat adat, masyarakat
setempat, atau pengguna lain tanpa disertai Persetujuan atas Dasar Informasi di Awal Tanpa
Paksaan (FPIC) dari mereka berdasarkan pendekatan FPIC yang disederhanakan.

Indikator Kelayakan: Tonggak Capaian A: Tonggak Capaian


2.2 E Untuk petak lahan yang 2.2 TC-A sama dengan B:
sudah ada, pekebun dapat Kelayakan 2.2 TC-B sama
membuktikan bahwa mereka tidak dengan Kelayakan
pernah mendapatkan lahan tanpa
disertai Persetujuan atas Dasar
Informasi di Awal Tanpa Paksaan
(FPIC) dari masyarakat adat,
masyarakat setempat, atau
pengguna lain (Lih. Indikator 1.1
E dan Lampiran 2)

Prinsip 2: Legalitas, Penghormatan terhadap Hak atas Tanah, dan Kesejahteraan


Masyarakat
Kriteria 2.5 Untuk penanaman baru, pekebun tidak membuka atau mendapatkan lahan tanpa
disertai FPIC dari masyarakat adat dan/atau masyarakat setempat dan/atau pengguna lain
berdasarkan pendekatan FPIC yang disederhanakan

Indikator Kelayakan: Tonggak Capaian A: Tonggak Capaian B:


2.5 E Untuk penanaman sawit Apakah ada pekebun di dalam Apakah ada pekebun di dalam kelompok
baru, pekebun berkomitmen kelompok yang berencana yang berencana melakukan penanaman
untuk tidak membuka atau melakukan penanaman sawit sawit baru? Jika tidak, LEWATKAN
mendapatkan lahan dari baru? Jika tidak, LEWATKAN bagian ini.
masyarakat adat, masyarakat bagian ini. 2.5 TC-B Berdasarkan pendekatan FPIC
setempat, atau pengguna lain yang disederhanakan, pekebun dan
tanpa disertai Persetujuan atas 2.5 TC-A pekebun
masyarakat adat dan/atau masyarakat
Dasar Informasi di Awal Tanpa menyelesaikan pelatihan setempat dan/atau pemegang hak lain
Paksaan (FPIC) dari mereka, mengenai cara menggunakan yang terkena dampak bersama-sama
berdasarkan pendekatan FPIC pendekatan FPIC yang menyepakati rencana untuk
yang disederhanakan (lih. 1.1 E disederhanakan. pembangunan sawit baru jika
dan Lampiran 2). pembangunan ini menyebabkan
terjadinya perubahan pemanfaatan
lahan.
Prinsip 3: Penghormatan terhadap HAM, termasuk hak dan kondisi pekerja
Kriteria 3.1 Tidak ada penggunaan praktik kerja paksa.
Kriteria 3.2 Anak-anak tidak dipekerjakan atau dieksploitasi. Pekerjaan yang dilakukan
anak boleh dilakukan di kebun keluarga, di bawah pengawasan orang dewasa, dan jika tidak
mengganggu program pendidikan mereka. Anak-anak tidak ditempatkan pada kondisi
pekerjaan berbahaya.
Kriteria 3.3 Upah pekerja sesuai dengan persyaratan minimal dalam hukum yang
berlaku, standar wajib industri sebagaimana diatur dalam hukum nasional, atau Perjanjian
Kerja Bersama (PKB), tergantung mana yang menjadi prioritas pada peraturan setempat.

Prinsip 3 : Penghormatan terhadap HAM, termasuk hak dan kondisi pekerja


Kriteria 3.4 Pekerja memahami hak dan kebebasannya untuk menyampaikan pengaduan/
keluhan kepada manajer kelompok atau pihak ketiga yang sesuai, termasuk RSPO.
Kriteria 3.5 Kondisi dan fasilitas kerja aman dan memenuhi persyaratan minimal dalam
hukum yang berlaku
Kriteria 3.6 Tidak ada diskriminasi, pelecehan, atau kekerasan yang terjadi di kebun

Prinsip 4: Lindungi, lestarikan, dan tingkatkan ekosistem dan lingkungan


Kriteria 4.1 Nilai Konservasi Tinggi (NKT) di petak lahan pekebun atau di dalam kawasan
yang dikelola dan hutan Stok Karbon Tinggi (SKT) yang diidentifikasi setelah bulan
November 2019 menggunakan pendekatan NKT-SKT yang dikombinasikan dan
disederhanakan dikelola untuk memastikan agar kawasan-kawasan tersebut dipelihara
dan/atau ditingkatkan.
Kriteria 4.2 Jika petak lahan pekebun yang ada saat ini telah ditanami dan dibuka setelah
bulan November 2005 atau berada dalam kawasan yang diidentifikasi sebagai hutan SKT
setelah bulan November 2019 hingga periode Kelayakan, maka akan berlaku proses
remediasi dan kompensasi (RaCP) yang sebagaimana mestinya bagi pekebun-pekebun
berdasarkan LUCA.

Pernyataan Pekebun
Komitmen :
a) Melanjutkan perkembangan sesuai dengan standar yang berlaku dan memenuhi
tonggak capaian yang diperlukan untuk kemajuan
b) Berpartisipasi dalam pelatihan yang disyaratkan dan berpartisipasi secara aktif dalam
kelompok
c) Memastikan tidak ada praktik kerja paksa dalam operasi perkebunan dan menghentikan
praktik kerja paksa yang masih ada
d) Membayarkan upah minimum sesuai dengan tingkat nasional
e) Menghormati hak pekerja untuk menyampaikan pengaduan
f) Menyediakan kondisi dan fasilitas kerja yang aman
g) Tidak ada diskriminasi, pelecehan, atau kekerasan di kebun
h) Memastikan tidak ada praktik pekerja anak dalam operasi perkebunan dan
menghentikan praktik pekerja anak yang masih berjalan
i) Tidak membuka lahan atau mendapatkan lahan dari masyarakat adat, masyarakat
setempat, atau pengguna lain tanpa FPIC dari mereka berdasarkan pendekatan FPIC
yang disederhanakan
j) Menyelesaikan segala sengketa yang masih ada saat ini
k) Tidak melakukan penanaman baru atau perluasan kebun yang ada saat ini di hutan
primer, kawasan NKT, hutan SKT, kawasan sempadan sungai, atau lereng curam
(lebih dari 25 derajat atau sebagaimana diatur dalam Interpretasi Nasional)
l) Melindungi NKT dan hutan SKT melalui pendekatan praktik kehati-hatian
m) Tidak melakukan penanaman baru di atas gambut dan penanaman kembali di atas
gambut hanya dilakukan di wilayah dengan risiko banjir dan intrusi air asin yang
rendah
n) Penggunaan praktik pengelolaan terbaik (PPT) untuk sawit yang berada di atas gambut
o) Tidak melakukan pembakaran untuk mempersiapkan lahan atau mengendalikan hama
p) Meminimalkan dan mengendalikan erosi.

Manfaat penerapa praktik perkebunan lestari dan mematuhi Standar Pekebun Swadaya
RSPO
a. Pengetahuan tentang cara mengoptimalkan produktivitas dan hasil panen dengan
melaksanakan praktik perkebunan yang baik dan berkelanjutan
b. Pengetahuan tentang cara melakukan penjualan dan berpartisipasi dalam pasar sawit
lestari, mengelola kebun saya secara profesional, dan menjadi pekebun yang
berkelanjutan dari segi keuangan;
c. Struktur dan lembaga agar dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
memperoleh mata pencaharian berkelanjutan bagi keluarga dan masyarakat.

Prinsip untuk mengonversi TBS bersertifikat menjadi minyak sawit lestari bersertifikat
(CSPO)
a) Satu ton TBS ditransfer ke beberapa ton kredit CSPO menggunakan rendemen (Oil
Extraction Rate/OER) 20%, dan tunduk pada hasil verifikasi dan konfirmasi dari
auditor.
b) 100 ton TBS lestari bersertifikat setara dengan 20 ton CSPO yang setara dengan 20
kredit. Rendemen Inti Sawit (Kernel Extraction Rate/KER) juga digunakan untuk
minyak inti sawit atau bungkil inti sawit

PERTANYAAN :

Anda mungkin juga menyukai