Anda di halaman 1dari 53

PEMAHAMAN

PRINSIP DAN KRITERIA


PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN
DI INDONESIA

Merujuk kepada:
National Interpretation, RSPO Mei 2008

Oktober 2012
EHS DEPARTMENT Sustainability Division
POHON UANG........

2
Pengertian RSPO

RSPO (Roundtable on Sustainable Palm


Oil ) merupakan prakarsa atau inisiatif dari
para pihak pemangku kepentingan global
industri kelapa sawit.
RSPO bertujuan mendorong produksi dan
penggunaan minyak sawit yang
berkelanjutan melalui melalui kerjasama
didalam rantai penyedia (supply chain) dan
membuka dialog antara stakeholder-nya.

3
Apakah Kelapa Sawit ?

Kelapa sawit...
Minyak nabati yang dapat digunakan untuk berbagai
produk
Digunakan oleh banyak produk makanan dan non-
makanan
Dihasilkan dinegara tropis
Menguasai pangsa pasar dengan cepat
Penjualan minyak nabati terbaik didunia
Apakah Kelapa Sawit ?

Hari ini banyak ditemukan produk berasal dari


kelapa sawit di Supermarket
Keanggotaan RSPO

1. Perkebunan kelapa sawit


2. Pabrikan minyak sawit atau pedagang
3. Perusahaan consumer goods
4. Pedagang eceran (Retailer)
5. Bank dan investor
6. Environmental/nature conservation NGO
7.6 Social/developmental NGO
Prinsip dan Kriteria Produksi Minyak Sawit RSPO

November 2005, RSPO menetapkan Prinsip dan Kriteria


Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan (RSPO P&C) yang
terdiri atas 8 prinsip dan 39 kriteria.
November 2005-2007, RSPO melakukan uji coba
penerapan RSPO P&C, dimana PT SMART Tbk
merupakan salah satu Perusahaan Volunteer.
November 2007, RSPO menetapkan dimulainya proses
sertifikasi produksi minyak sawit yang berkelanjutan
(Sertifikasi RSPO) dengan RSPO P&C sebagai standard
global dan Interpretasi Nasional sebagai standard yang
berlaku di negara produsen.

7
Interpretasi Nasional RSPO Indonesia

Interpretasi Nasional RSPO untuk Indonesia ini disusun


oleh Indonesian National Interpretation Working Group (INA
NIWG) yang dipimpin oleh Bp. Daud Dharsono
(GAPKI/SMART) dan beranggotakan para pemangku
kepentingan industri minyak sawit di Indonesia.
Interpretasi Nasional ini, disahkan pada Mei 2008, dan
terdiri atas; 139 indikator nasional yang terbagi atas 65
indikator major dan 74 indikator minor.
Indikator Major wajib untuk dipenuhi saat Certification
Audit, dan jika terdapat ketidaksesuaian Indikator Minor
maka wajib dipenuhi dalam surveillance audit berikutnya
(1 tahun masa sertifikat).
Dokumen Interpretasi Nasional RSPO dapat didownload
di SMAWEB sejak May 2008.
8
8 Prinsip Produksi Minyak Sawit
Berkelanjutan
1. Komitmen terhadap transparansi (2 kriteria)
2. Mematuhi Hukum & Peraturan Berlaku (3 kriteria)
3. Komitmen pada kelayakan Ekonomi dan Keuangan Jangka
Panjang (1 kriteria)
4. Penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan
pabrik (8 kriteria)
5. Tanggung jawab lingkungan dan konservasi kekayaan alam
dan keanekaragaman hayati (6 kriteria)
6. Tanggung jawab kepada pekerja, individu-individu dan
komunitas dari kebun dan pabrik (11 kriteria)
7. Pengembangan perkebunan baru secara bertanggung
jawab (7 kriteria)
8. Komitmen perbaikan terus menerus pada wilayah-wilayah
utama aktivitas (1 kriteria)
Prinsip 1. Komitmen terhadap transparansi

Kriteria 1.1.
Pihak Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit
memberikan informasi yang memadai kepada
stakeholder lainnya berkaitan dengan isu lingkungan,
sosial dan hukum terkait dengan kriteria RSPO, dalam
bahasa dan bentuk yang sesuai, untuk memungkinkan
adanya partisipasi efektif dalam pengambilan
keputusan.
Rekaman permintaan informasi.
Rekaman tanggapan atas permintaan informasi tersebut.
Rekaman permintaan dan tanggapan informasi disimpan dengan
masa simpan yang ditentukan perusahaan berdasarkan
kepentingannya.
Prinsip 1. Komitmen terhadap transparansi

Kriteria 1.2. Dokumen perusahaan tersedia secara


umum, kecuali jika dokumen tersebut dilindungi oleh
kerahasiaan komersial atau bilamana
pengungkapan informasi tersebut akan berdampak
negatif terhadap lingkungan atau sosial
Data perijinan terkait dengan Penggunaan lahan (Ijin Lokasi
Lahan, Sertifikat HGU, Ijin Usaha Perkebunan).
Dokumen AMDAL, Laporan RKL/RPL.
Dokumen aktivitas sosial dan hubungan dengan masyarakat.
Dokumentasi program kesehatan dan keselamatan kerja.
Dokumentasi program perbaikan berkelanjutan.
Prinsip 2. Mematuhi Hukum & Peraturan Berlaku

Kriteria 2.1. Adanya kepatuhan terhadap semua


hukum dan peraturan yang berlaku baik lokal,
nasional maupun Internasional yang telah diratifikasi

Daftar dan pemenuhan terhadap peraturan hukum yang berlaku


dan terkait dengan kegiatan kebun dan mill.
Bukti adanya usaha untuk melakukan penyesuaian terhadap
perubahan peraturan (daftar kontak person dari instansi terkait).
SOP Peraturan dan Persyaratan Lain (yang memuat adanya
evaluasi pelaksanaan pemenuhan persyaratan hukum) tersedia.
Prinsip 2. Mematuhi Hukum & Peraturan Berlaku

Kriteria 2.2. Hak untuk menguasai dan menggunakan


tanah dapat dibuktikan dan tidak dituntut secara sah
oleh komunitas lokal dengan hak-hak yang dapat
dibuktikan
Dokumen-2 yang menunjukkan penguasaan lahan yang sesuai
peraturan berlaku (misal: HGU).
Bukti legal atau tanda-tanda batas areal jelas terpelihara.
Bila terjadi perselisihan, harus tersedia data-data atau bukti-bukti
tindakan atau progres penyelesaian konflik yang diterima semua
pihak.
Bukti penyelesaian pembebasan lahan dengan Free Prior
Informed Consent (FPIC).
Terdapat mekanisme (kebijakan/SOP) untuk penyelesaian konflik
yang diterima semua pihak.
Prinsip 2. Mematuhi Hukum & Peraturan Berlaku

Kriteria 2.3. Penggunaan Lahan untuk Kelapa Sawit


tidak mengurangi hak berdasarkan hukum dan hak
tradisional pengguna lain tanpa persetujuan terlebih
dahulu dari mereka.
Rekaman proses negosiasi antara pemilik hak tradisional (jika
ada) dengan perusahaan kelapa sawit yang dilengkapi dengan
rekaman peta dalam skala yang sesuai.
Tersedianya peta dalam skala yang memadai yang
menunjukkan adanya wilayah-wilayah di bawah hak-hak
tradisional yang diakui.
Salinan perjanjian-perjanjian yang telah dinegosiasikan lengkap
dengan proses-proses persetujuannya.
Prinsip 3. Komitmen pada kelayakan
Ekonomi dan Keuangan Jangka Panjang

Kriteria 3.1. Terdapat rencana manajemen


yang ditujukan untuk mencapai kelayakan
ekonomi dan keuangan jangka panjang

Terdapat dokumen rencana kerja perusahaan untuk


jangka waktu minimum 3 tahun.
Terdapat rencana program replanting tahunan untuk
jangka waktu 5 tahun ke depan dan setiap tahunnya
dikaji ulang.
Prinsip 4. Penggunaan praktik terbaik dan
tepat oleh perkebunan dan pabrik

Kriteria 4.1. Prosedur Operasi


didokumentasikan secara tepat dan
diimplementasikan secara konsisten
SOP Kebun mulai dari LC (Land Clearing) sampai
dengan panen tersedia.
SOP Pabrik mulai dari penerimaan TBS sampai
dispatch CPO & PKO tersedia.
Terdapat kegiatan pemeriksaan atau pemantauan
kegiatan operasional minimal satu kali setahun.
Rekaman hasil kegiatan operasional tersedia.
Prinsip 4. Penggunaan praktik terbaik dan tepat
oleh perkebunan dan pabrik

Kriteria 4.2 Praktek-praktek mempertahankan


kesuburan tanah atau bilamana mungkin
meningkatkan kesuburan tanah, sampai pada
tingkat yang dapat memberikan hasil optimal
dan berkelanjutan
Rekaman kegiatan analisa tanah, daun, dan visual
secara berkala.
Rekaman kegiatan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesuburan tanah (melalui pemupukan,
tanaman kacangan, aplikasi janjangan kosong, land
aplikasi) berdasarkan analisa diatas.
Prinsip 4. Penggunaan praktik terbaik dan tepat
oleh perkebunan dan pabrik

Kriteria 4.3 Pratek-praktek meminimalisasi dan


mengendalikan erosi dan degradasi tanah
Peta tanah marjinal tersedia.
Strategi pengelolaan untuk penanaman pada areal dengan
kemiringan tertentu.
Program pemeliharaan jalan.
Program pengelolaan tinggi muka air pada lahan Gambut untuk
meminimumkan penurunan permukaan tanah gambut.
Strategi pengelolaan tanah marjinal dan tanah kritis lainnya
(tanah berpasir, sulfat masam, kandungan bahan organik
rendah).
Prinsip 4. Penggunaan praktik terbaik dan
tepat oleh perkebunan dan pabrik

Kriteria 4.4 Praktek-praktek mempertahankan


kualitas dan ketersediaan air permukaan dan
air tanah
Perlindungan aliran air dan lahan basah termasuk
menjaga dan memelihara daerah Sempadan sungai
pada saat atau sebelum replanting.
Rekaman pelaksanaan program pengelolaan air.
Rekaman monitoring pemantauan BOD limbah.
Rekaman monitoring penggunaan air per ton TBS.
Prinsip 4. Penggunaan praktik terbaik
dan tepat oleh perkebunan dan pabrik

Kriteria 4.5 Hama, penyakit, gulma, dan


spesies introduksi yang berkembang cepat
(invasif) dikendalikan secara efektif dengan
menerapkan teknik Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) yang memadai
Program PHT terkini dan terdokumentasi.
Rekaman Monitoring luasan PHT dan termasuk
trainingnya.
Rekaman monitoring toksisitas unit (bahan aktif/LD
50 per ton TBS atau per hektar).
Prinsip 4. Penggunaan praktik terbaik dan tepat
oleh perkebunan dan pabrik

Kriteria 4.6 Bahan kimia digunakan dengan cara


yang tidak membahayakan kesehatan dan
lingkungan. Tidak ada penggunaan propilaktik
(pencegahan) daripada pestisida, kecuali dalam
kondisi khusus sebagaimana dimuat dalam
panduan praktek terbaik. Apabila bahan kimia
pertanian yang digunakan tergolong sebagai Tipe 1A
atau 1B WHO, atau bahan-bahan termasuk dalam
daftar Konvensi Stockholm atau Konvensi
Rotterdam, maka perkebunan secara aktif mencari
alternatif dan proses ini didokumentasikan
Bukti hanya menggunakan agrokimia yang terdaftar dan diijinkan
oleh instansi yang berwenang.
Prinsip 4. Penggunaan praktik terbaik dan tepat
oleh perkebunan dan pabrik

Rekaman pestisida yang digunakan (termasuk bahan aktif, area


yang diaplikasikan, jumlah penggunaan per ha, dan jumlah
berapa kali aplikasi dll).
Bukti penggunaan bahwa Pestisida yang digunakan
sebagaimana dalam tipe 1A atau 1B WHO, dan paraquat
dikurangi dan atau dihilangkan.
Dokumentasi bukti bahwa Penggunaan agrokimia sesuai untuk
target spesies, dosis yang sesuai, dan diaplikasikan tenaga
terlatih sesuai petunjuk penggunaan pada label produk dan
petunjuk penyimpanan.
Rekaman hasil check-up bagi operator semprot.
Rekaman tidak ada penyemprot wanita yang sedang hamil atau
menyusui.
Prinsip 4. Penggunaan praktik terbaik dan tepat
oleh perkebunan dan pabrik

Kriteria 4.7 Rencana kesehatan dan keselamatan


kerja didokumentasikan, dikomunikasikan dan
diimplementasikan secara efektif
Bukti adanya kebijakan program K3 dan implementasinya.
Personil yang bertanggung jawab dalam program K3 tersedia.
Rekaman pertemuan berkala untuk membicarakan masalah K3
pekerja.
Tersedia asuransi kecelakaan (Jamsostek).
Rekaman pemeriksaan berkala bagi karyawan yang bekerja di
stasiun-2 atau pekerjaan yang beresiko oleh dokter.
Prinsip 4. Penggunaan praktik terbaik
dan tepat oleh perkebunan dan pabrik

Rekaman analisis resiko untuk program K3.


Rekaman training K3.
SOP kesiapsiagaan dan tanggap darurat.
Peralatan program K3 dan P3K tersedia
dilokasi kerja.
Pekerja yang mendapatkan pelatihan P3K
harus berada di lapangan dan pabrik (bukan
di klinik).
Rekaman kecelakaan kerja yang terjadi, dan
secara berkala ditinjau kembali.
Prinsip 4. Penggunaan praktik terbaik
dan tepat oleh perkebunan dan pabrik

Kriteria 4.8 Seluruh staff, karyawan, petani


plasma dan kontraktor harus terlatih secara
memadai

Dokumentasi program pelatihan yang


berkesinambungan untuk staff, karyawan dan petani
sesuai dengan kompetensi masing-masing jabatan.
Rekaman pelatihan bagi setiap karyawan.
Bukti perusahaan menggunakan kontraktor terlatih.
Kontraktor harus diseleksi berdasarkan kemampuan
sesuai prosedur yang terdokumentasi.
Prinsip 5. Tanggung jawab lingkungan dan konservasi
kekayaan alam dan keanekaragaman hayati

Kriteria 5.1. Aspek manajemen perkebunan dan


pabrik, termasuk replanting yang menimbulkan
dampak lingkungan diidentifikasi dan rencana-
rencana untuk mengurangi/mencegah dampak
negatif dan mendorong dampak positif dibuat,
diimplementasikan dan dimonitor untuk
memperlihatkan kemajuan yang terus menerus
Dokumentasi Analisa Dampak (dokumen AMDAL).
Rekaman pelaksanaan dan pelaporan pengelolaan lingkungan
secara berkala sesuai dengan peraturan yang berlaku (Laporan
RKL/RPL secara berkala).
Isi Laporan RKL/RPL konsisten dengan Dokumen AMDAL.
Revisi terhadap dokumen Pengelolaan lingkungan jika ada
perubahan dalam hal lokasi atau kegiatan perusahaan.
Prinsip 5. Tanggung jawab lingkungan dan konservasi
kekayaan alam dan keanekaragaman hayati

Kriteria 5.2. Status spesies-spesies langka,


terancam, atau hampir punah dan habitat
dengan nilai konservasi tinggi, jika ada di
dalam perkebunan atau yang dapat terkena
dampak oleh manajemen kebun dan pabrik
harus diidentifikasi dan konservasinya
diperhatikan dalam rencana dan operasi
manajamen
Rekaman hasil identifikasi kawasan lindung,
terancam, spesies terancam, dan HCV habitat.
Jika ditemukan, ada langkah-langkah tindakan
perlindungannya.
Prinsip 5. Tanggung jawab lingkungan dan konservasi
kekayaan alam dan keanekaragaman hayati

Tindakan perlindungan sesuai peraturan


terkait, dan didalamnya termasuk
mengendalikan perburuan, penangkatan ikan
ilegal dan pemanenan ilegal.
Adanya poster-poster dan papan peringatan
terhadap spesies diatas dan disosialisasikan.
Adanya petugas khusus untuk kegiatan ini
dalam struktur organisasi.
Prinsip 5. Tanggung jawab lingkungan dan konservasi
kekayaan alam dan keanekaragaman hayati

Kriteria 5.3. Limbah dikurangi, didaur ulang,


dipakai kembali dan dibuang dengan cara-
cara yang dapat dipertanggungjawabkan
secara sosial dan lingkungan
Identifikasi sumber limbah dan polusi terdokumentasi.
Rencana pengelolaan limbah dan diimplementasikan
berdasarkan hasil identifikasi untuk mengurangi
polusi dan sesuai dengan acuan yang ada di
kemasan dan peraturan yang berlaku.
Rekaman monitoring analisa limbah.
Prinsip 5. Tanggung jawab lingkungan dan konservasi
kekayaan alam dan keanekaragaman hayati

Kriteria 5.4. Efisiensi Penggunaan


Energi dan Penggunaan Energi yang
terbaharukan dimaksimalkan
Rekaman Monitoring penggunaan energi
terbaharukan per ton TBS/CPO serta analisis
efisiensinya (energi per ton CPO atau per ton
produk kelapa sawit).
Rekaman monitoring penggunaan BBM per
ton CPO/TBS serta analisis efisiensinya.
Prinsip 5. Tanggung jawab lingkungan dan konservasi
kekayaan alam dan keanekaragaman hayati

Kriteria 5.5. Penggunaan api untuk pemusnahan


limbah dan untuk penyiapan lahan, guna penanaman
kembali dihindari kecuali dalam kondisi spesifik,
sebagaimana tercantum dalam kebijakan tanpa-
bakar ASEAN atau panduan lokal serupa
Dokumentasi analisis penggunaan pembakaran untuk persiapan
lahan dalam Replanting.
Perusahaan memiliki rekaman pelaksanaan zero burning.
Prosedur dan rekaman Tanggap Darurat Kebakaran Lahan.
Sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran lahan sesuai
tingkat kerawanannya.
Prinsip 5. Tanggung jawab lingkungan dan konservasi
kekayaan alam dan keanekaragaman hayati

Penggunaan api hanya boleh dilakukan jika


penilaian menunjukkan tidak ada metode lain
yang efektif dan paling sedikit resikonya pada
kerusakan lingkungan untuk meminimalkan
eksplosi hama penyakit. Termasuk untuk
pemusnahan limbah domestik.
Prinsip 5. Tanggung jawab lingkungan dan konservasi
kekayaan alam dan keanekaragaman hayati

Kriteria 5.6. Rencana-rencana mengurangi


pencemaran dan emisi, termasuk gas rumah
kaca disusun, diimplementasi dan dimonitor
Bukti identifikasi sumber polusi dan emisi di Pabrik
Kelapa Sawit.
Pemantauan kualitas emisi dari sumber polusi dan
emisi tersebut.
Rekaman upaya dan rencana pengurangan polusi
dan emisi.
Rekaman identifikasi, monitoring, dan metodology
pengelolaan POME.
Prinsip 6. Tanggung jawab kepada pekerja, individu-
individu dan komunitas dari kebun dan pabrik

Kriteria 6.1. Aspek manajemen perkebunan dan pabrik


termasuk replanting yang mempunyai dampak sosial
diidentifikasi dengan cara partisipatif dan rencana penanganan
dampak negatif dan pengembangan dampak positif disusun,
dilaksanakan dan dimonitor untuk menunjukkan perbaikan
yang terus menerus
Laporan RKL dan RPL dilaksanakan secara berkala dan terjadwal.
Perhatian khusus terhadap dampak skema petani plasma (bila
perkebunan mengambil skema ini) Kelengkapan Dok AMDAL dan
mencakup penilaian dampak Sosial.
Didasarkan pada peraturan yang ada dan sesuai dengan ukuran dan
kondisi perusahaan.
Data penilaian dampak sosial selalu diupdate.
Kerangka waktu perbaikan dampak sosial dikembangkan.
Prinsip 6. Tanggung jawab kepada pekerja, individu-
individu dan komunitas dari kebun dan pabrik

Kriteria 6.2. Terdapat metode terbuka dan transparan


untuk komunikasi dan konsultasi antara pihak
perkebunan dan/atau pabrik, masyarakat lokal, dan
kelompok lain yang terkena dampak atau
berkepentingan
SOP (partisipatif) dan rekaman komunikasi dan konsultasi
dengan masyarakat dengan bahasa setempat.
Rekaman daftar stakeholders.
Perusahaan memiliki rekaman aspirasi masyarakat dan
tanggapan/tindak-lanjut oleh perusahaan.
Perusahaan memiliki petugas yang bertanggung jawab untuk
melakukan konsultasi dan komunikasi dengan masyarakat.
Prinsip 6. Tanggung jawab kepada pekerja, individu-
individu dan komunitas dari kebun dan pabrik

Kriteria 6.3. Terdapat sistem yang disepakati dan


didokumentasikan bersama untuk menangani
keluhan dan ketidakpuasan, yang diimplementasikan
dan diterima oleh semua pihak
Sistem terbuka, yang diterima oleh semua pihak yang terkena
dampak, untuk menerima keluhan dan menyelesaikan
perselisihan secara efektif.
Adanya rekaman, penanganan keluhan/keberatan.
Prosedur untuk mengidentifikasi dan menghitung kompensasi
yang adil untuk kehilangan hak legal atau hak tradisional atas
tanah, dengan perlibatan perwakilan masyarakat lokal dan
lembaga terkait.
Prinsip 6. Tanggung jawab kepada pekerja, individu-
individu dan komunitas dari kebun dan pabrik

Kriteria 6.4. Setiap perundingan menyangkut


kompensasi atas kehilangan hak legal atau hak adat
dilakukan melalui sistem terdokumentasi yang
memungkinkan penduduk asli, komunitas lokal dan
stakeholder lain memberikan pandangan
pandangannya melalui institusi perwakilan mereka
sendiri
Prosedur identifikasi, kalkulasi dan pemberian ganti rugi atas
kehilangan hak legal dan hak tradisional dengan melibatkan
wakil masyarakat dan instansi terkait.
Rekaman identifikasi pihak-pihak yang menerima ganti rugi.
Rekaman proses negosiasi dan/ atau hasil kesepakatan ganti
rugi secara umum tersedia.
Rekaman pelaksanaan pembayaran ganti rugi.
Prinsip 6. Tanggung jawab kepada pekerja, individu-
individu dan komunitas dari kebun dan pabrik

Kriteria 6.5. Upah dan persyaratan-persyaratan kerja


bagi karyawan dan karyawan dari kontraktor harus
selalu memenuhi paling tidak standar minimum
industri atau hukum, dan sesuai untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang layak.
Pekerja dibayar sesuai peraturan legal yang berlaku.
Disediakan untuk kebutuhan rumah, kesehatan, air, pendidikan
dan fasilitas publik lainnya.
Dokumentasi pembayaran upah dan syarat kerja.
Peraturan ketenagakerjaan, serikat pekerja dan kontrak kerja
tersedia dalam bahasa yang mudah dimengerti dan diterangkan
dengan jelas.
Prinsip 6. Tanggung jawab kepada pekerja, individu-
individu dan komunitas dari kebun dan pabrik

Kriteria 6.6. Perusahaan menghormati hak seluruh


karyawan untuk membentuk dan menjadi anggota
serikat pekerja sesuai dengan pilihan mereka dan
untuk tawar menawar secara kolektif. Ketika hak
kebebasan berkumpul dan mengeluarkan pendapat
secara kolektif dibatasi oleh hukum, maka
perusahaan memfasilitasi pendamping yang tidak
berpihak, gratis dan melakukan tawar menawar bagi
seluruh karyawan
Rekaman kebijakan perusahaan tentang kebebasan berserikat
bagi pekerja.
Rekaman pertemuan dengan Serikat Pekerja.
Prinsip 6. Tanggung jawab kepada pekerja, individu-
individu dan komunitas dari kebun dan pabrik

Kriteria 6.7. Anak-anak tidak dipekerjakan


dan dieksploitasi. Pekerjaan yang dilakukan
oleh anak-anak hanya diperbolehkan pada
perkebunan keluarga, di bawah pengawasan
orang dewasa dan tidak mengganggu
program pendidikan mereka. Anak-anak tidak
boleh terpapar oleh kondisi kerja
membahayakan
Kebijakan manajemen terhadap batasan umur
pekerja tersedia.
Rekaman pelaksanaan kebijakan perusahaan
mengenai persyaratan umur pekerja.
Prinsip 6. Tanggung jawab kepada pekerja, individu-
individu dan komunitas dari kebun dan pabrik

Kriteria 6.8. Segala bentuk diskriminasi


berdasarkan ras, kasta, kebangsaan,
agama, cacat, jender, orientasi seksual,
keanggotaan serikat, afiliasi politik atau
umur, dilarang
Kebijakan perusahaan tentang peluang dan
perlakuan yang sama dalam kesempatan
kerja dan terdokumentasi.
Bukti-bukti tidak adanya diskriminasi dalam
penerimaan tenaga kerja.
Prinsip 6. Tanggung jawab kepada pekerja, individu-
individu dan komunitas dari kebun dan pabrik

Kriteria 6.9. Kebijakan untuk mencegah


pelecehan seksual dan berbagai bentuk
kekerasan terhadap perempuan dan untuk
melindungi hak reproduksinya, disusun dan
diaplikasikan
Kebijakan mengenai pencegahan pelecehan seksual
di tempat kerja dan perlindungan hak-hak reproduksi.
Mekanisme penanganan keluhan tersedia.
Pelaksanaan kebijakan tersebut dimonitor dan
didokumentasikan.
Prinsip 6. Tanggung jawab kepada pekerja, individu-
individu dan komunitas dari kebun dan pabrik

Kriteria 6.10. Pihak perkebunan dan pabrik


kelapa sawit berurusan secara adil dan
transparan dengan petani dan bisnis lokal
lainnya
Daftar harga TBS yang berlaku dan sebelumnya.
Mekanisme penetapan harga TBS (jika PKS yang
menentukan harga beli TBS) tidak berlaku karena
harga dari Disbun.
Bukti adanya kontrak dengan kontraktor lokal.
Bukti pembayaran dilakukan tepat waktu.
Prinsip 6. Tanggung jawab kepada pekerja, individu-
individu dan komunitas dari kebun dan pabrik

Kriteria 6.11. Perkebunan dan pabrik


berkontribusi terhadap pembangunan
lokal yang berkelanjutan bilamana
dianggap memadai

Rekaman kontribusi perusahaan pada


pembangunan daerah.
Prinsip 7. Pengembangan perkebunan
baru secara bertanggung jawab

Kriteria 7.1. Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan


hidup independen, yang komprehensif dan
partisipasif dilakukan sebelum membangun kebun
baru atau operasi, atau memperluas perkebunan
yang sudah ada dan hasilnya dimasukkan ke dalam
perencanaan, pengelolaan dan operasi
Perusahaan memiliki dokumen lingkungan.
Rencana pengelolaan dan prosedur operasional yang memadai
(RKL/RPL).
Rekaman implementasi program pembinaan petani plasma
sesuai skema dan peraturan yang berlaku.
Prinsip 7. Pengembangan perkebunan baru
secara bertanggung jawab

Kriteria 7.2. Menggunakan survai tanah dan


informasi topografi untuk merencanakan
lokasi pengembangan perkebunan baru dan
hasilnya digabungkan ke dalam perencanaan
dan operasi
Tersedianya rekaman kesesuaian lahan yang
mencakup informasi topografi, iklim, jenis tanah,
kesuburan tanah, kedalaman air tanah dan drainase.
Rekaman pelaksanaan pengembangan kebun
berdasarkan kesesuaian lahan.
Prinsip 7. Pengembangan perkebunan baru
secara bertanggung jawab

Kriteria 7.3. Penanaman baru sejak November 2005


tidak dilakukan di hutan primer atau setiap areal
yang dipersyaratkan untuk memelihara atau
meningkatkan satu atau lebih Nilai Konservasi
Tinggi (High Conservation Value)
Penanaman baru dalam periode November 2005 sampai
November 2007 harus memenuhi persyaratan hukum yang
berlaku dan mencakup pengelolaan dampak sosial dan
lingkungan sesuai dengan rencana tata ruang yang legal.
Rekaman peta rencana dan realisasi pembukaan lahan sesuai
dengan identifikasi HCV.
Prinsip 7. Pengembangan perkebunan baru
secara bertanggung jawab

Kriteria 7.4. Penanaman berlebihan pada


lahan yang curam, dan atau ditanah marjinal
serta rapuh (mudah longsor) harus dihindari
Identifikasi tanah yang curam, rapuh atau marjinal
atau gambut sebelum diubah menjadi perkebunan.
Penanaman dilahan gambut yang luas dengan
kedalaman > 3 m, dan tanah rapuh dihindari.
Jika direncanakan penanaman terbatas di tanah
rapuh dan marjinal, rencana terdokumentasi harus
dibuat dan diterapkan untuk melindungi tanah tanpa
menimbulkan dampak merugikan.
Prinsip 7. Pengembangan perkebunan baru
secara bertanggung jawab

Kriteria 7.5. Tidak ada penanaman baru dilakukan di


tanah masyarakat lokal tanpa persetujuan terlebih
dahulu dari mereka, yang dilakukan melalui suatu
sistem yang terdokumentasi sehingga
memungkinkan masyarakat adat dan masyarakat
lokal serta para pihak lainnya bisa mengeluarkan
pandangan mereka melalui institusi perwakilan
mereka sendiri
Dokumen lingkungan tersedia.
Rekaman sosialisasi rencana pembukaan baru dan kesepakatan
ganti rugi/penyerahan lahan dari pemilik lahan.
Jika penanaman baru dianggap layak, rencana dan operasi
harus memelihara tempat-tempat terlarang.
Prinsip 7. Pengembangan perkebunan baru
secara bertanggung jawab

Kriteria 7.6. Masyarakat setempat diberikan


kompensasi atas setiap pengambilalihan lahan dan
pelepasan hak yang disepakati dengan persetujuan
sukarela yang diberitahukan sebelumnya dan
kesepakatan yang telah dirundingkan
Hak hukum dan adat diidentifikasi bersama dengan instansi
pemerintah dan masyarakat setempat.
Prosedur identifikasi untuk pihak yang berhak mendapatkan
kompensasi.
Rekaman proses negosiasi dan sistim perhitungan kompensasi dan
distribusi yang wajar.
Masyarakat yang kehilangan hak dan akses terhadap lahan karena
perluasan perkebunan diberikan kesempatan untuk memanfaatkan
pembangunan perkebunan.
Dokumentasi proses dan hasil klaim kompensasi dan disampaikan
ke publik.
Prinsip 7. Pengembangan perkebunan
baru secara bertanggung jawab

Kriteria 7.7. Penggunaan api dalam


penyiapan lahan untuk perkebunan
baru dihindari , kecuali dalam keadaan
khusus sebagaimana tercantum dalam
ASEAN Guidelines atau praktek terbaik
regional lainnya
Baca Kriteria 5.5.
Ikuti pedoman dari ASEAN Guidelines on
Zero Burning.
Prinsip 8. Komitmen perbaikan terus menerus
pada wilayah-wilayah utama aktivitas

Kriteria 8.1. Perkebunan dan pabrik kelapa


sawit secara teratur memonitor dan mengkaji
ulang aktifitas mereka dan mengembangkan
dan mengimplementasikan rencana aksi
yang memungkinkan adanya perbaikan nyata
yang kontinu pada operasi-operasi utama
Action Plan untuk tindak lanjut hasil temuan audit
(agronomi, mill & operasional).
Rekaman tindak lanjut terhadap temuan Audit RSPO.

Anda mungkin juga menyukai