Pemasaran Politik Eva Dwiana Dalam Prakitik Patronase Dan Klintelisme Menjelang Pilkada 2020 Oleh Yudha Priyanda
Pemasaran Politik Eva Dwiana Dalam Prakitik Patronase Dan Klintelisme Menjelang Pilkada 2020 Oleh Yudha Priyanda
(Jurnal)
Oleh
Yudha Priyanda
1716021075
Political marketing carried out by Eva Dwiana is in close agreement with the
practice of patronage and clintellism. The political pemararan that he did was
using and relying on the big name of his husband, Herman HN, by conveying his
programs and achievements. The practice of patronage and clintelimse can be
seen from the behavior of Bandar Lapung City voters during Eva Dwianana's
landslide victory in the legislative election contestation. The political branding
done by praising Herman HN's success certainly goes hand in hand with the
studies of academics who explicitly criticize Herman HN's government. The
behavior of voters who tend to look with one eye will result in selling their votes
and subject to power.
Tingginya elektabilitas Eva dwiana tidak lepas dari pernanan nama besar
sang suami Herman HN yang telah menjabat sebagai walikota Bandar Lampung
sebnyak 2 periode. Selaian di akibatkan nama besar suamai, Eva Dwiana juga
aktif sebagai ketua PKK yang kerap kali menghadiri acara-acara yang
mendekatkan dirinya pada masarakat, dan merupakan bentuk pemasaran politik
yang dilakukan beliau. Menurut Firmanzah (2008: 132 dalam Tessis Meissa 2016:
4), peranan penting pemasaran politik (political marketing) dalam konteks
demokratisasi diaktualisasikan dengan strategi-strategi marketing merupakan cara
yang tepat untuk menghasilkan kemenangan dalam Pemilu. Tentunya metode dan
konsep marketing memerlukan adanya adaptasi dengan situasi dan kondisi politik.
Partai politik dan kontestan sangat membutuhkan metode efektif untuk bisa
membangun hubungan jangka panjang dengan konstituen dan masyarakat luas.
Marketing, yang diadaptasi dalam dunia politik, dapat digunakan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas transfer ideologi dan program kerja, dari
kontestan ke masyarakat dan marketing juga dapat memberikan inspirasi tentang
cara kontestan dalam membuat produk berupa isu dan program kerja berdasarkan
permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat.
D. Pengertian Patronase
Menurut Shefter (1977) dalam Rekha Aji (2017) Patronase adalah sebuah
pembagian keuntungan di antara politisi untuk mendistribusikan sesuatu secara
individual kepada pemilih, parapekerja atau pegiat kampanye, dalam rangka
mendapatkan dukungan politik dari mereka. Dengan demikian, patronase
merupakan pemberian uang tunai, barang, jasa, dan keuntungan ekonomi lainnya
(seperti pekerjaan, jabatan di suatu organisasi atau pemerintahan atau kontrak
proyek) yang didistribusikan oleh politisi, termasuk keuntungan yang ditujukan
untuk individu (misalnya, amplop berisi uang tunai) dan kepada kelompok/
komunitas (misalnya, lapangan sepak bola baru untuk para pemuda di sebuah
kampung). Patronase juga bisa berupa uang tunai atau barang yang didistribusikan
kepada pemilih yang berasal dari dana pribadi (misalnya, dalam pembelian suara
atau biasa dikenal money politics dan vote buying) atau dana-dana publik
(misalnya, proyek-proyek pork barrel yang di biayai oleh pemerintah). Dalam
literatur Ilmu Politik, Pork barrel adalah salah satu bentuk dari politik distributif,
dimana politisi (baik lembaga legislatif maupun eksekutif) berusaha untuk
mengalokasikan sumber daya material dari negara kepada pendukungnya dalam
kerangka mobilisasi dukungan elektoral. Para politisi berusahamewujudkan
program yang konkret kepada konstituennya dalam rangka terpilih kembali di
pemilu berikutnya. Dari sisi yang lain, konstituen berusaha mendapatkan program
material dari negara untuk memenuhi kebutuhan mereka. Praktik ini sebenarnya
berlangsung di banyak negara, termasuk negara-negara yang demokrasinya sudah
mapan. Pork barrel juga sering disebut sebagai politik distribusi (distributive
politics) dapat di definisikan sebagai suatu bentuk penyaluran bantuan materi
(sering dalam bentuk kontrak, hibah, atau proyek pekerjaan umum) ke kabupaten/
kota dari pejabat terpilih. Secara umum, dapat dikatakan bahwa pork barrel
berasosiasi dengan proyek-proyek pekerjaan publik seperti proyek pebaikan jalan,
perbaikan fasilitas di sekitar sungai, dan perbaikan pelabuhan. Proyekproyek
perbaikan fasilitas publik tersebut sering dijadikan contoh klasik pork barrel yang
disitir dalam banyak literatur kajian politik pork barrel. Hal ini bukan berarti
bahwa pork barrel hanya mencakup proyek-proyek fisik berupa perbaikan fasilitas
publik, tetapi pork barrel juga dapat mengambil bentuk distribusi kesejahtraan
Stokes, (2013) dalam Rekha Aji (2017).
E. PENGERTIAN KLINTELISME
Secara harfiah istilah klientelisme berasal dari kata “cluere” yang artinya
adalah “mendengarkan atau mematuhi”. Kata ini muncul pada era Romawi kuno
yang menggambarkan relasi antara “clientela” dan “patronus”. “Clientela” pada
era ini adalah istilah untuk menyebut kelompok orang yang mewakilkan suaranya
kepada kelompok lain yang disebut “patronus”, yang merupakan sekelompok
aristokrat. Selanjutnya, disebutkan bahwa “clientela” merupakan pengikut setia
dari “patronus” Muno (1996) dalam Rekha Aji (2017).. Konsep klientalisme
sering ditempatkan dalam posisi yang memiliki arti berbeda dengan patronase
(patronage). Konsep patronase didefinisikan sebagai relasi dua arah ketika
seorang yang memiliki status sosial ekonomi yang
Bentuk hubungan kekuasaan antara patron dan klien menjadi suatu norma
yang menjadi kekuatan moral tersendiri dimana didalamnya berisi hak-hak
dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh kedua belah pihak. Hak dan
kewajiban di fungsikan dalam hubungan keterikatan sejauh memberikan
jaminan kebutuhan, perlindungan, dan keamanan dasar bagi klien. Usaha-
usaha yang dilakukan untuk merumuskan kekuasaan dalam mempertahankan
kedudukan maupun keuntungan, berupa bantuan bantuan. Bentuk kekuasaan
ini berlaku semestinya karena pada dasarnya hubungan sosial adalah
hubungan antar kelas atau status dimana masing-masing membawa perannya.
Peran ini berdasarkan fungsi masyarkat dan bergerak sesuai dengan bidangnya
masing-masing. Hubungan kekuasaan yang terjalin antara tokoh masyarakat
(patron) dengan masyarakat (klien) dapat di tukar dengan memberikan
dukungan suara kepada bakal calon Eva Dwiana. Olehnya itu, bentuk
kekuasaan yang terbangun adalah balas jasa yang dapat memperoleh
keuntungan-keuntungan dari adanya pertukaran kepentingan yang dilakukan
masing-masing pihak. Dengan adanya bentuk hubungan yang terjalin maka
dapat dikatakan dalam hubungan ini terjadi simbiosis mutualisme (hubungan
saling menguntungkan) antara Eva Dwiana (patron) dengan masyarakat
(klien).
Majelis taklim berasal dari bahasa Arab yaitu majlis yang berarti tempat
duduk, sedangkan ta’lim berarti pengajaran. majelis taklim dapat di artikan sebgai
tempat berkumpulnya seseorang untuk menuntut ilmu (khususnya ilmu agama)
bersifat nonformal. Majelis Taklim Rachmat Hidayat adalah suatu tempat, wadah
atau sarana perkumpulan kelompok-kelompok pengajian ibu-ibu dibentuk oleh
Hj. Eva Dwiyana istri dari Walikota Herman HN, dengan tujuan untuk membuka
pikiran ibu-ibu bahwa pengajian ini selain meningkatkan iman dan takwa kepada
Allah Swt juga ajang silaturahmi. diberi nama Rachmat Hidayat diambil dari
nama anak sulungnya Alm Rachmat Hidayat. kantor seketariat Majelis Taklim
Racmat Hidayat terletak di Jalan Teuku Umar Kedaton Bandar Lampung.
Majelis Taklim Rachmat Hidayat dibentuk oleh bunda Eva sapaan akrab nya,
diawali dari lingkungan tempat tinggalnya Korpri Sukarame pada 2008. Saat itu,
minat ibu-ibu di sana untuk mengikuti majelis taklim sangat rendah. Terlihat dari
jumlah yang hadir pada pengajian yang dilaksanakan dari rumah ke rumah. Ketua
Majelis Taklim Rachmat Hidayat ini mengungkapkan, sampai suatu hari ia
diminta ibu-ibu pengajian untuk menjadi pembicara. “Padahal, saya menyadari
cara penyampaian saya tidak begitu baik. Tetapi, alhamdulillah, dapat menyentuh
hati mereka dan jumlah yang ibu-ibu yang datang semakin banyak”.
(http://www.bandarlampungnews.com/index.php?k=
wawancara&i=566Eva%20Dwiyana%20Herman:%20Perempuan%20adal
ah%20Fondasi%20Keluarga diunduh tanggal 19 November 2019). Kelompok
pengajian Majelis Takllim Rachmat Hidayat rutin mengadakan tabligh akbar
setiap bulan dengan mendatangkan ustadz-ustadz terkenal dari ibukota bunda Eva
memiliki berbagai macam cara untuk meningkatkan semangat ibu-ibu dengan cara
sering mengadakan kegiatankegiatan seperti jalan sehat dengan hadiah istimewa
yakni ibadah umroh, mobil, dan lainya. selain itu mengadakan bantuan sosial
masyarakat dengan meringankan beban masyarakat miskin dengan program
bantuan bedah rumah." Ujar ketua Majelis Taklim Rachmat Hidayat, Eva Dwiana
Herman HN. Kamis, 19 Mei 2014. (http://www.saibumi.com/artikel53904-
majelis-taklim-rachmat-hidayat-lampung-bedah-rumah-.html diunduh pada 19
November 2019).
Menurut data BPS Kota Bandar Lampung pekeja dari sektor Pertanian,
Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan/Agriculture, Forestry, Hunting, and
Fisheries sebanyak 16391, Pertambangan dan Penggalian/Mining and
Quarrying sebanyak 1009, industri Pengolahan/Manufacturing Industry, Listrik,
Gas, dan Air/Electricity, Gas, and Water sebanyak 1733,
Bangunan/Construction sebanyak 42511, Perdagangan Besar, Eceran, Rumah
Makan, dan Hotel/Wholesale Trade, Retail Trade, Restaurants, and Hotels
sebanyak 163 331, lalu pekerja di bidang Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan
Perorangan/Community, Social, and Personal Services sebanyak 87 609.
(https://bandarlampungkota.bps.go.id/statictable/2017/01/12/133/jumlah-
penduduk-berumur-15-tahun-ke-atas-yang-bekerja-selama-seminggu-yang-lalu-
menurut-lapangan-pekerjaan-utama-dan-jenis-kelamin-di-kota-bandar-lampung-
2015.html di akses pada 1 Desember 2019)
Dari salah satu contoh tersebut masarakat hanya menyadiri dan melihat
brending politik yang disampaikan secara subjektif oleh walikota Bandar
Lampung. Selain itu pula pada roadshow 1 Oktober 2019 bertempat di Hotel
Horison Kota Bandar Lampung. Menurut liputan yang di lakukan penulis Eva
dwiana selalu mengobral kesuksesan kepemimpinan suaminya tampa adanya
kesalahan,”coba pak herman jadi Walkot 50 tahun yang lalu, pasti sangat maju
Kota Bandar Lampung saat ini”. padahal jika dilihat secara akademis beberapa
menyatakan keraguan terhadap program kerja yang di laksanakan oleh Herman
HN. Salah satunya adalah Dr. Syarif Makhya yang menyampaikan kritiknya pada
mata kuliah dasar-dasar kebijakan publik pada tahun 2018 “efektivitas
pemebangunan flay over yang tidak menyelsaikan masalah justru hanya bergunan
untuk brending politik semata”.
H. Kesimpulan
Aji, Rekha 2017 Patronase dan klintalisme Pada Pilkada Serentak Kota Kendari
tahun 2017 Departemen Pemerintahan Politik UGM
Dwi Sulistiono. 2007. Hubungan Patron-klien Antara Tauke Dengan Petani Sawit
Di Desa Boncah Kesuma Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu.
Sosiologi. 2007. Skripsi Fisip Unri
Handayani, Melisa 2016. Tessis Peranan Eva Dwiana Dalam Pemasaran Politik
Pada Pencalonan Herman HN Sebagai Walikota Bandar Lampung 2015-
2019. FISIP Universitas Lampung
Ishak, Indra Purbono. Skripsi 2012, Peta Kekuatan Politik Pada Pemilihan
Kepala Daerah Tana Toraja Tahun 2010, Universitas Hasanuddin
Makassar.
Ulfa, Subadio Maria. 2006. Citra Wanita dan Kekuasaan (Jawa). Lembaga Studi
Realino. Penerbit Kasisius. Jogjakarta