Tugas Bahasa Indonesia Kelompok 2 +
Tugas Bahasa Indonesia Kelompok 2 +
Disusun oleh:
RAHMATULLAH AKBAR (1820202149)
RENDI KURNIAWAN (1820202150)
ADRIAN PRATAMA (1830202171)
ROHIMA MAHARANI (1820202153)
SEPTI SUHARA (1820202157)
WINNA PERMATASARI (1820202164)
DOSEN PEMBIMBING:
SRI MUJIWATI, S.Pd., M.Pd., Kons
Palembang, 25 November
Penyusun,
Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah:
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia.
3. Cara menulis dengan benar
4. Dapat memberikan halaman daftar isi sehingga memudahkan
pencarian.
5. Tulisan kita bisa menjadi lebih rapi.
6. Bisa berbicara dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
7. Bisa berpikiran lebih luwes.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Maman S. Mahayana, " Perkembangan Bahasa Indonesia—Melayu di Indonesia dalam
Konteks Sistem Pendidikan", Insania. Vol. 14.No. 3, Sep-Des 2009, hlm. 1
Bahasa indonesia ialah bahasa perhubungan yang berabad abad
tumbuh perlahan lahan dikalangan penduduk asia selatan dan yang setelah
bangkitnya pergerakan kebangunan rakyat manusia pada permulaan abad ke-20
dengan insyaf dengan diangkat dan dijunjung sebagai bahasa persatuan.2
2
Suhendar dan Pien Supinah, Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia (Bandung: Pionir
Jaya, 1994), hlm.6
3
ibid. hlm.7
4
ibid. hlm.8
Kerajaan Malaka pada abad ke 14 berhasil memerdekakan dirinya
dari kerajaan Sriwijaya dan sudah memeluk agama Islam. Kerajaan
Malaka mengalami kemajuan yang pesat karena (1)letaknya pada jalur
pelayaran antara laut Cina Selatan dan Selat Malaka, (2)Merupakan pintu
pelayaran dan perdagangan antara Timur dan Barat, (3)Bandar-bandar dan
kesusasteraan Melayu pun berkembang dipengaruhi untuk Arab.5 Pada
masa kemerdekaannya itu, bahasa dan kesusasteraan Melayu berkembang.
Bahasa Melayu dipengaruhi oleh anasir Islam (Arab) yang dibawa
saudagar-saudagar dari Persia, Gujarat, dan Pasai.
5
Rierie, “Sejarah Bahasa Indonesia”, gadis22, diakses dari
http://gadis22.blogspot.com/2011/01/sejarah-bahasa-indonesia.html, pada tanggal 14 September
2018 pukul 16.37
6
Suhendar dan Pien Supinah , op. cit. hlm.9.
penduduk asli mereka harus memakai bahasa Melayu. Dengan demikian,
bahasa Melayu naik satu tingkat.
7
ibid. hlm. 11-12
8
_____. “Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia”, arachma86, diakses dari
https://arachma86.wordpress.com/2014/11/23/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia/, pada
tanggal 14 September 2018 pukul 17.41
Pada awal abad ke-20 bisa dikatakan bermulanya masa perkembangan
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, namun mulanya perkembangan ini
berjalan agak lambat. Untuk pembahasan periode ini, di bagi menjadi (a) periode
tahun 1901, (b) periode tahun 1928, (c) periode tahun 1945, (d) periode taun
1966, dan (e) periode tahu 1988.
9
Suyatno, Tri Pujiati, Didah Nurhamidah, dan Lutfi Syauki Faznur, Bahasa Indonesia
Untuk Perguruan Tinggi (Membangun Karakter Mahasiswa melalui Bahasa), In Media,
2014, hlm. 3
10
Suhendar dan Pien Supinah , op. cit. hlm.15
11
Wiku Hapsara, “Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia”, Wiku Hapsara’s blog, diakses dari
http://wikuhapsara.blogspot.com/2013/11/perkembangan-ejaan-bahasa-indonesia.html, pada
tanggal 14 September 2018 pukul 19.34
Indonesia telah memiliki kesadaran bahwa dengan seringnya bahasa
Belanda digunakan maka mereka akan semakin jauh dari rakyat, karena
umumnya rakyat tak mengerti bahasa Belanda. Maka mereka menuangkan
ide-ide, cita-cita, dan buah pikiran melalui pidato, surat-surat kabar dan
majalah menggunakan bahasa Melayu. Dengan alasan seperti ini, orang-
orang Indonesia yang menjadi Dewan Rakyat yang didirikan Belanda
tahun 1918 menuntut agar undang-undang yang hnya mengharuskan
pemakaian bahasa Belanda diubah. Pada tahun itu juga tuntutan bangsa
Indonesia tersebut dikabulkan.
Tahun 1912 didirikan Partai Sarekat Islam, yang mulanya hanya
bergerak dibidang perdagangan namun kemudian bergerak dibidang sosial
politik. Sejak awal berdirinya, Sarekat Islam tidak pernah menggunakan
bahasa Belanda. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Indonesia.
Bahkan ketika partai ini sudah memecah belah, masing-masing kelompok
tetap tak akan pernah mempergunakan bahasa Belanda.12 Dapat
disimpulkan bahwa dalam perkembangan bahasa Indonesia, Partai Sarekat
Islam memegang peranan penting.
Selain pergerakan nasional yang turut memegang penting dalam
perkembangan bahasa Indonesia ialah Badan Penerbit Balai Pustaka.
Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazeu pada tahun 1908 balai pustaka ini
didirikan. Mulanya badan ini bernama Commissie Voor De Volkslectuur,
pada tahun 1917 namanya berubah menjadi balai pustaka. Selain
menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga menerbitkan majalah seperti
Panji Pustaka (yang berbahasa Melayu) dan Kejawen (yang berbahasa
Jawa).13 Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai pustaka terhadap
perkembangan bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia dapat disebutkan
sebagai berikut :
1. Memberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa Indonesia untuk
menulis cerita ciptanya dalam bahasa melayu.
12
Suhendar dan Pien Supinah , op. cit. hlm.25
13
_____. “Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia”, arachma86, diakses dari
https://arachma86.wordpress.com/2014/11/23/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia/, pada
tanggal 14 September 2018 pukul 17.41
2. Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk membaca hasil
ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa melayu.
3. Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan masyarakat sebab melalui
karangannya sastrawan melukiskan hal-hal yang dialami oleh bangsanya dan
hal-hal yang menjadi cita-cita bangsanya.
4. Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki bahasa melayu sebab
diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh karangan yang akan diterbitkan
di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa melayu yang bersusun baik dan
terpelihara.
Usman Efendi berpendapat bahwa sastra baru Indonesia dimulai tahun
1908 pada masa Balai Pustaka. J.S Badudu berpendapat sastra baru di Indonesia
dimulai pada tahun 1933 masa Pujangga baru, dan Sabaruddin Ahmad
berpendapat bahwa sastra baru di Indonesia mulai pada masa Abdullah Bin Abdul
Kadir Munsyi.14 Dari banyaknya pendapat tersebut, yang paling kuat pendapatnya
adalah pada masa Balai Pustaka, karena karya sastra pertama hasil karya bangsa
Indonesia diterbitkan oleh Balai Pustaka tahun 1920 karya Merari Siregar dengan
judul Azab dan Sengsara. Dengan demikian sastra baru di Indonesia dimulai pada
masa Balai Pustaka.
14
Suhendar dan Pien Supinah , op. cit. hlm.26
15
Yuniarty Utami “Perkembangan Bahasa Indonesia”, Yuniarty Utami’s site, diakses dari
https://yuniartypbo.wordpress.com/2009/10/19/perkembangan-bahasa-indonesia/, pada tanggal 15
September 2018 pukul 15.34
melayau untuk baangsa indonesia di ganti menjadi bahasa indonesia
dengan pengakuan ini, kedudukan bahasa indonesia sebagai bahasa
persatuan nasional semakin kukuh.
1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air
Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Setelah diadakan ikrar sumpah pemuda tahun 1928, yang salah
satunya menjunjung tinggi bahasa Indonesia. Dengan diresmikannya
bahasa Indonesia menjadi bahasa Nusantara di Indonesia, sehingga
bermunculan pengarang-pengarang lainnya.
a. A.A Panji Tisna atau I .Gusti panji tisna dari bali .karya : I swasta setahun
di bedahulu ;sukreni gadis Bali ; Ni .Rawit Ceti penjual orang ; Dewi
Karuna ; dan I Made Widiadi
b. M.R Dayoh dari minahasa ,putra budiman ;dan peperangan orang
minaghasa dengan orang Spanyol
c. Paulus supit dari minahasa sulawesi utara karyanya : Kasih Ibu
d. L. Wairata dari seram maluku karyanya : Cinta dan Kewajiban
e. Haji oseng muntu dari sulawesi selatan karyannya : Pembalasan dan
karena Kerencahan Budi.
f. Sutomo johar Arifin dari Jawa karyannya Andang Teruna.
Hasil karya dan pengarang masa angkatan pujangga baru dilihat uraian ini.
Pada masa ini bangsa Indonesia merasa agak legah hidup, karena
Jepang telah memberi janji-janji menyenangkan. Pada tahun 1943
mengumpulkan para pengarang dan seniman agar menciptakan karya yang
bersifat membangkitkan semangat yang berisi propaganda para pengarang
dan seniman itu berkumpul dalam satu wadah yang di beri nama Kuimin
Bunka Shidoseko atau yang diartikan pusat kebudayaan.
Karya sastra pada masa ini dapat dibedakan atas dua kelompok
yaitu:
a. karya sastra dan pengarangnya yang resmi berada di bawah
naungan Pusat Kebudayaan Jepang. Mereka menulis sesuai dengan batas-
batas yang ditentukan oleh Pusat Kebudayaan Jepang.
b. kelompok yang tidak mau berkompromi dengan Pusat
Kebudayaan Jepang.
Janji-janji Jepang itu tidak terbukti, yang terbukti hanyalah
mengekang dan mengikat serta menindak para pengarang dan seniman
mereka di belenggu kebebasanya untuk mencipta. Walaupum pusat
kebudayaan berkumandang lagu semangat , kejayaan, dan harapan, hal itu
semua tidak dihiraukan sebab kenyataan pusat kebudayaan itu hanya
membentuk seni yang terkukung. Pengarang-pengarang indonesia tidak
berputus asa walaupun karangannya kena sendor jepang .mereka muali
lebih aktif lagi menciptakan karya sastranya dan makin banyak pengarang
muda bermunculan .mereka berkeyakinan masa ini merupaka masa
persiapan untuk membentuk bangsanya menjadi merdeka.
a. Umar ismail karyanya Kita Berjuang , Diserang Rasa Merdeka ; Api ,citra dan
Liburan Seniman.
b. Rosihan Anwar karyanya berupa puisi yang berjudul Lukisan Kepada Prajurit.
c. Maria Amin karyanya Tinjaulah Dunia Sana ; Dengarlah Keluhan Pohon
Mangga ; Penuh Rahasia.
Pada masa Jepang tidak banyak buku terbit yang agak tebal
kecuali dua buku yang di terbitkan balai pustaka yaitu Cinta Tanah Air
karya Nur St.Iskandar ;dan Palawija karya Karim Halim. Sebagai
manifestasi tuntutan kenasionalan yang selalu memggema dalam dafa
bangsa indonesia, timbulah prakarsa untuk mengadakan kongres bahasa
Indonesia pada tanggal 25-29 di solo .
18
Melyah Dwi Lestari“Sejarah Sastra ANGKATAN JEPANG (1940-1942)”, Emdeels Blog, diakses
dari http://melyahdwilestari.blogspot.com/2016/07/sejarah-sastra-angkatan-jepang-1940-
1942.html, pada tanggal 15 September 2018 pukul 20.14
Ketua : Dr.poebatjaraka
2. Periode 1945
a. Revolusioner dalam bentuk dan isi. Membuang tradisi lama dan menciptakan
bentuk baru sesuai dengan getaran sukmanya yang merdeka.
b. Mengutamakan isi dalam pencapaian tujuan yang nyata. Karena itu bahasanya
pendek, terpilih, padat berbobot. Dalam proses mencari dan menemukan
hakikat hidup. Seni adalah sebagai sarana untuk menopang manusia dan dunia
yang sedalam-dalamnya.
c. Ekspresionis, mengutamakan ekspresi yang jernih.
d. Individualis, lebih mengutamakan cara-cara pribadi.
e. Humanisme universal, bersifat kemanusiaan umum. Indonesia dibawa dalam
perjuangan keadilan dunia.
19
Olyvia Uza “Sejarah Bahasa Indonesia” Belajar Semangatz, diakses dari http
http://belajarsemangatz.blogspot.com/2012/10/sejarah-bahasa-indonesia.html, pada tanggal 15
September 2018 pukul 21.39
20
Suhendar dan Pien Supinah , op. cit. hlm.42
f. Tidak terikat oleh konvesi masyarakat yang penting adalah melakukan segala
percobaan dengan kehidupan dalam mencapai nilai kemansiaan dan
perdamaian dunia.
2.3 kata
Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian atau deretan
huruf yang diapit dua buah spasi dan mempunyai satu buah arti. kata diambil
dari bahasa sansakerta “katha” yang artinya bahasa, konfersasi, cerita atau
dongeng.21 Pengertian secara sederhana kata adalah sekumpulan huruf yang
mempunyai arti. namun, kamus besar bahasa indonesia mempunyai arti sendiri
mengenai kata, pengertian kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau
dituliskan yang merupakan perwujudan persatuan perasaan dan pikiran yang
dapat digunakan dalam berbahasa. kedua, kata juga memiliki pengertian ujer
atau bicara. Kata ialah bentuk istilah yang dapat berdiri sebagai unsur kalimat
dan terdiri atas bentuk dasar, bentuk akar, gabungan bentuk dasar atau akar,
dan bentuk berimbuhan atau gabungannya.22
a. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya :
b.Kata Turunan
b). Imbuhan dirangkaikan dengan tand ahubung jika ditambahkan pada bentuk
singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia. Misalnya : mem-
PHK-kan, di-upgrade, me-recall
21
Argadiaerlin “Pengertian kata, Hakikat kata, dan Penglasifikasian kata”, Lyn’s notes,
diakses dari https://argadiaerlin97.wordpress.com/2017/06/22/pengertian-kata-hakikat-kata-dan-
penglasifikasian-kata/, pada tanggal 16 September 2018 pukul 07.14
22
Suhendar dan Pien Supinah ,” Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia”.
(Bandung: Pionir Jaya. 1994) hlm.149
2). Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya: Bertepuk tangan, Garis bawahi, Menganak sungai
3). jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya:
Dilipatgandakan, Menggarisbawahi, Pertanggungjawaban
4). jika salah satuunsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasai, gabungan
kata itu ditulis rangkai. Misalnya:
Catatan:
(1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital,
tanda hubung (-) digunakan diantara kedua unsur itu.
Misalnya: Non-indinesia, Pan-afrikanisme
(2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada tuhan yang diikuti
oleh kata beriumbuhan, gabungan itu ditulis oleh kata berpisah dan unsur-
unsurnya dimulai oleh huruf kapital. Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Lita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3) Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada tuhan dan diikuti
oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis serangkai. Misalnya:
Tuhan Yang MahaKuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
(4) Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap kedalam bahasa
Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai bentuk
dasar. Misalnya: Sikap masyarakat yang pro lebih banyak darioada yang
kontra.
(5) Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai
dengan bntuk dasar yang mengikutinya tetapi ditulis terpusah jika diikuti
oleh bentuk berimbuhan. Misalnya: Taklaik terbang, Taktembus cahaya
c. Bentuk Ulang
1). bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung diantara unsur-
unsurnya. Misalnya: Anak-anak mata-mata
Catatan:
(1) Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama saja.
Misalnya:
Surat kabar → surat-surat kabar
Kapal barang → kapal-kapal barang
Rak buku → rak-rak buku
(2) Bentuk ulang gabungan kata yangbunsur keduanya adjektiva ditulis
dengan mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna
yang berbeda. Misalnya:
Orang besar → orang-orang besar
Orang besar-besar
Gedung tinggi → gedung-gedung tinggi
Gedung tinggi-tinggi
2). Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang. Misalnya:
Kekanak-kanakan, Perundang-undangan, Melambai-lambaikan
Catatan:
d. Gabungan Kata
1). Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis
terpisah. Misalnya: Kambing hitam orang tua
2). Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis
dengan menambahkan tanda hubung diantara unsur-unsurnya untuk
menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan. Misalnya:
Ibu-bapak kami ibu bapak-kami
3). Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.
Misalnya:
e. Suku Kata
a). jika ditengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan diantara kedua huruf vokal itu. Misalnya: Bu-ah, Ma-in, Ni-at
b). huruf diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal. Misalnya: Pan-dai, Au-la
c). jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf
konsonan) di antaradua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan
sebelum huruf konsonan itu. Misalnya: Ba-pak, Mu-ta-khir.
d). jika di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yaang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Misalnya:
Makh-luk, Man-di, Sang-gup, Som-bong
e). jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-
masing melambangkan satu bunyi,pemenggalannya dilakukan diantara
huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya:
Ul-tra, Ben-trok, In-stru-men
Catatan:
Catatan:
3). jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya
itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan
diantara unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti
pada kata dasar. Misalnya:
Bio-grafi bi-o-gra-fi
Bio-data bi-o-da-ta
4). nama orang, badan hukum, atau nama lain yang terdiri atas dua unsur atau
lebih dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya(tanpa tanda
pisah). Unsur nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan.
Kata depan di,ke dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali didalam gabungan kata yang sudah lazim diangggap sebagai satu
kata, seperti kepada dan daripada. Misalnya: Di mana dia sekarang?
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti di bawah ini ditulis
serangkai. Misalnya: Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
g. Partikel
1). Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik!
2). Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa
pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
Catatan:
Partikel pun pada gabungan yang lazim diangggap padu ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Adapun sebab-sebabnya belum
diketahui.
3). Partikel per yang berarti ‘demi’,’tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya. Misalnya : Mereka masuk ke dalam ruang satu
per satu.
Catatan:
Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan
serangkai dengan kata yang mengikutinya.
1). singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a). singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pankat diikuti
dengan tanda titik dibelakang tiap-tiap singkatan itu. Misalnya:
b). Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, bada atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf
awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:DPR Dewan Perwakilan Rakyat
c).(1) Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
misalnya: jml. Jumlah
(2) Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan
tanda titik. Misalnya: dll. Dan lain-lain
Catatan:
d). singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazimdigunakan
dalam surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya:
Cu kuprum
Cm sentimeter
2). Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan
sebagai sebuah kata.
a). akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama
diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
c). akronim bukan nama diri berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis
dengan huruf kecil. Misalnya:
Catatan:
(1) Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim
pada kata indonesia (tidak lebih dari tigasuku kata).
(2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan
konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa indonesia yang lazim agar
mudah diucapkan dan diingat.
i. Angka dan Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai
sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan
angka Arab atau Romawi.
Angka Arab : 0, 1,2,3,4,5,6,7,8,9
Angka Romawi : I, II, III, IV,V, VI, VII, VIII
1). Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan
sepertidalam dalam perincian atau paparan. Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali. Koleksi perpustakaan itu
mencapai dua juta buku.
2). Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata,
susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan
huruf itu tidak ada pada awal kalimat. Misalnya:
Panitia mengundang 250 orang peserta.
Bukan: 250 orang peserta diundang panitia dalam seminar itu
3). Angka yang menunjukan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya
lebih mudah dibaca. Misalnya:
Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
4). Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang,isi, berat, dan luas;
(b)satuan waktu; (c) nilai uang; (d) jumlah.
Misalnya:
US$ 3,50* 27 orang
¥100
2.000 rupiah
Catatan:
(1) Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda
desimal.
(2) Penuisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, dan ¥ tidak diakhiri
dengan tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka
yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel.
5). Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen,
atau kamar.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
Jalan Wijaya No. 14
Apartemen No. 5
Hotel Mahameru, Kamar 169
6). Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
7). Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a).Bilangan utuh
Misalnya:
Dua belas (12)
Tiga pulu (30)
b).Bilangan pecahan
Misalnya:
Satu persen (1%)
Dua persepuluh (0,2) atau (2/10)
Catatan :
(1) Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di
antara bilangan utuh dan bilangan pecahan.
(2) Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan
dengan huruf yang dapat menimbulkan salah pengertian. Misalnya:
20 2/3 (dua puluh dua-pertiga)
22/
30 (dua-puluh-dua pertiga puluh)
8). Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
a. Pada awal abad XX(angka Romawi kapital)
dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angkaArab)
b. Kantor di tingkat II gedung itu (angka Romawi)
di tingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka Arab)
di tingkat kedua gedung itu (huruf)
9). Penulisan bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara berikut.
Misalnya:
Lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
Tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
10). Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
(kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi). Misalnya:
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah. Kantor kami mempunyai
dua puluh prang pegawi. Rumah itu dijual dengan harga
Rp125.000,000,00.
11).Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus
tepat. Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus
ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
Catatan:
(1) Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.
(2) Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran
bab(dalam terbitan atau produk perundang-undangan) dan nomor
jalan.
(3) Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman
sebelum Bab I dalam naskah dan buku.
kata ganti ku, kau, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya atau yang mengikutinya. Misalnya: Buku ini boleh kau baca.
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
Huruf awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital jika kata-kata itu
diperlalukan sebagai unsur nama diri. Misalnya: Harimau itu marah sekali
kepada sang kancil.
Dalam cerita itu Si Buta dari Goa Hantu berkelahi dengan musuhnya.23
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian
atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan
angka atau huruf.
3) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukan waktu. Misalnya: Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35
menit 20 detik)
4) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukan jangka waktu. Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam(20 menit, 30 detik)
5) tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat tertib dalam
daftar pusaka. Misalnya: Siregar, Merari, 1920. Azab dan sengsara.
Weltevreden: Balai Pusaka.
6) a. Tanda titik untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipa-annya.
Misalnya:
Desa itu berpendudukan 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
b. tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukan jumlah. Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2,3,4,5 dan seterusnya.
7) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, tabel dan sebagainya. Misalnya:
Acara Kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD ’45)
8) Tanda titik tidak dipakai di belakang (1)alamat pengiriman dan tanggal
surat atau (2) nama dan alamat penerimaan surat. Misalnya:
Jalan Diponegoro 82
Jakarta (tanpa titi)
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
Jalan Arif 43 (tanpa titik)
Atau:
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
Jalan cikini 71 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)
b. Tanda Koma (,)
1) Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan. Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan
perangko.
2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu
kalimatsetara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi dan
melainkan.Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Firman.
a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat
dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk
kalimatnya.
Misalnya:
f. Tanda Pisah ( - )
1) Tanda pisah membatasi penyisipankata atau kalimat yang memberi
penjelasan diluar bangun kalimat. Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu-
saya yakin akan tercapai-di-perjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2) Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan
yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya: Rangkaian
temuan ini-evolusi, teori kenisbaan, dankini juga pembelahan atom-
telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti
‘sampai ke’ atau ‘sampai dengan’. Misalnya:
Tanggal 5―10 April 1970
jakarta―Bandung
catatan:
dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung
tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.
25
Suhendra, pien supinah. Pembinaan dan pengembangan bahasa indonesia.(Bandung :
1994) hlm:256-268.
2.5 PENOMORAN
Bisa kita lihat pada gambar tersebut, terdapat pola penomoran untuk level
4, 5, 6, 7, dan 8. Untuk subanak level 4, kita bisa menggunakan alfabet (a..z)
yang diakhiri dengan titik. Untuk subanak level 5, kita bisa menggunakan angka
yang diakhiri tutup kurung ')', dan seterusnya.26
I, II, III, dst. Nomor untuk BAB
A., B., C., dst. Nomor untuk subbab
1., 2., 3., dst. Nomor untuk anak subbab
Achmad HP. Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi,( Jakarta: Kencana Prenada
26
· Nomor halaman pada isi dan lampiran, ditempatkan di sudut kanan atas
setiap halaman denggan menggunakan angka arab (misalnya 1, 2, 3, dst),
kecuali halaman yang memuat awal bab
· Nomor pada BAB ditulis dengan angka romawi besar, seperti BAB I,
BAB II, BAB III dan seterusnya diletakkan ditengah (center) diatas judul
BAB untuk karya ilmiah yang menggunakan huruf latin, sedangkan untuk
karya ilmiah yang menggunakan huruf arab, bab itu ditulis penuh dengan
huruf.
· Nomor pada catatan kaki dimulai dari angka 1 pada setiap bab baru.
Karena itu pada setiap bab baru sumber tulisan ditulis dengan lengkap.
2.6 Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik
ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau
pendengarnya.27 Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan
gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula.Efektif dalam hal ini adalah ukuran
kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada
pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang
dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga
pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan
lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa
Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam
kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan
keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri
atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap,
dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau
wajib tidak hadir.
a.Subjek (S)
27
_____.” Pengertian Kalimat Efektif Adalah (Beserta Contoh Lengkap)“,
KelasIndonesia.com, diakses dari https://www.kelasindonesia.com/2015/02/pengertian-
kalimat-efektif-adalah-beserta-contoh-lengkap.html pada tanggal 16 September 2018
pukul 22:12
Contoh:
a) Ayahku sedang melukis.
b) Meja direktur besar.
c) Yang berbaju batik dosen saya.
d) Berjalan kaki menyehatkan badan.
e) Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang
diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang
diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa
verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e). Dalam bahasa Indonesia, setiap kata,
frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada
contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e)
bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita
menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki
tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S
pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang
tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam,
sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang
pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e). Selain ciri di
atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa
(yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas
pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau
tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang
tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena
tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada
contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang
memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada,
jawaban itu terasa tidak logis.
b. Predikat (P)
a) Kuda meringkik.
b) Ibu sedang tidur siang.
c) Putrinya cantik jelita.
d) Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e) Kucingku belang tiga.
f) Robby mahasiswa baru.
g) Rumah Pak Hartawan lima.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat
normal, yaitu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik,
namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada
jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku)
pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan
kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu
pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau
hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P.
Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu
belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.
c. Objek (O)
a) Nurul menimang …
b) Arsitek merancang …
c) Juru masak menggoreng …
d. Pelengkap (pel)
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh
nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a)
yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat
pasif adalah sebagai berikut: Pancasila dibacakan oleh ketua MPR. S P O Posisi
Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S
dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol. Hal lain yang membedakan Pel dan O
adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap
dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional. Di samping itu,
letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya
terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian
kalimat menjadi S-P-O-Pel.
f. Keterangan (ket)
b. Kesepadanan
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang
mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan
kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk
itu. Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes. Kalimat (b) tidak
memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya,
yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan
baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut: Tahap terakhir
penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
d. Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan
penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu
ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan
itu.
Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat:
a) Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa
dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada
dirinya.Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan
negaranya.12 Penekanannya Harapan presiden. Jadi, penekanan
kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat. b.
Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah,
telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
b) Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
e. Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat
mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah
kejelasan kalimat.
Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang
memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Ada
beberapa kriteria yang perlu diperhatikan:
a) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan
subjek.
contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu. Hadirin
serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut:
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.Hadirin serentak
berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
b) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata.
contoh:
(a) Ia memakai baju warna merah.
(b) Di mana engkau menangkap burung pipit itu? Kata merah
sudah mencakupi kata warna. Kata pipit sudah mencakupi kata
burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi:
(a) Ia memakai baju merah.
(b) Di mana engkau menangkap pipit itu?
c) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman
dalam satu kalimat.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini:
(a) Dia hanya membawa badannya saja.
(b) Sejak dari pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas. Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi:
(a) Dia hanya membawa badannya.
(b) Sejak pagi dia bermenung.
(c) Penghematan
Dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang
berbentuk jamak. Misalnya: Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-
orang ben tuk baku : para tamu, beberapa orang.
e. Kecermatan
f.Kepaduan
28
Ade Gustian . 2009. Pengertian Ciri dan Penggunaan Kalimat Efektif
29
_____. “Penalaran dalam Bahasa Indonesia” Jovist Blog, diakses dari
https://josuavssitorus.wordpress.com/2014/11/27/penalaran-dalam-bahasa-indonesia/ pada
tanggal 16 September 2018 pukul 22:28
kesimpulan berupa pengetahuan. Dengan kata lain, penalaran merupakan sebuah
proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis.
2.7.1 Ciri-ciri
a. Logis, suatu penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran
yang ditimbang secara objektif dan didasarkan pada data yang sahih.
b. Analitis, berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya
imajinatif seseorang dalam merangkai, menyusun atau menghubungkan
petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam suatu pola tertentu .
c. Rasional, artinya adalah apa yang sedang di nalar merupakan suatu
fakta atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara mendalam .
a) Induktif
Metode penalaran induktif adalah metode yang digunakan dalam
berpikir dengan bertolak dari hal-hal yang bersifat khusus untuk
menentukan kesimpulan yang bersifat umum , prosesnya disebut
Induksi. Dalam penalaran induktif ini, kesimpulan ditarik dari
sekumpulan fakta peristiwa atau pernyataan yang bersifat umum.
Contoh:
Bukti 1 : logam 1 apabila dipanaskan akan memuai
Bukti 2 : logam 2 apabila dipanaskan akan memuai
Bukti 3 : logam 3 apabila dipanaskan akan memuai
Kesimpulan: Semua logam apabila dipanaskan akan memuai.
Contoh:
2.8 Logika
Logika berasal dari kata Yunani Kuno (logos) yang berarti hasil
pertimbangan akal dan pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan
dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat.30 Sebagai ilmu, logika
30
_____. “Logika”, Wikipedia Indonesia, diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Logika pada tanggal 16 September 2018 pukul 22:36
disebut dengan logike episteme(bahasa latin:logica scientia) atau ilmu
logika(ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berfikir secara
lurus, tepat, dan teratur.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
Sumber dari bahasa indonesia adalah bahasa melayu
Bahasa Indonesia secara sosiologis resmi digunakan sebagai bahasa
persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928. Namun secara Yuridis Bahasa
Indonesia di akui setelah kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 18
Agustus 1945.
Bahasa Melayu di angkat menjadi bahasa indonesia karena bahasa melayu
telah digunakan sebagai bahasa pergaulan (lingua franca) di nusantara dan
bahasa melayu sangat sederhana dan mudah dipelajari serta tidak memiliki
tingkatan bahasa.
Bahasa indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa persatuan
dan bahasa negara. Seiring dengan perkembangannya bahasa indonesia
memiliki banyak ragam dan variasi namun semua menambah kekayaan
bahasa Indonesia sendiri.
B. Saran
Sebagaimana yang kita ketahui bahasa Indonesia sumbernya adalah
bahasa melayu. Sebagai bangsa yang besar selayaknyalah kita menghargai
nilai-nilai sejarah tersebut dengan tetap menghrmati bahasa melayu.
Disamping itu alangkah baiknya apabila kita menggunakan bahasa
indonesia secara baik dan benar.
DAFTAR PUSAKA