Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN

MAKALAH GAGASAN ILMIAH

INTERACTIVE EVALUATION SHEET


UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GRAMATIKAL,
MEMBANGUN KERJASAMA, KEPEDULIAN, DAN KREATIVITAS
SISWA DALAM PEMBELAJARAN PRESENT PERFECT TENSE
DI SMA NEGERI 2 SEMARANG

disusun oleh:
FAUZIAH RATNA HAPSARI, S.Pd., M.Pd.
NIP. 19770414 200801 2 007

SMA NEGERI 2 SEMARANG

2018
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 SEMARANG
Jl. Sendangguwo Baru No. 1 SEMARANG 50191
Nomor Telepon 6715994
Email: kasek_smanda@yahoo.com Website: www.sma2smg.com

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:


a. Nama Lengkap : Fauziah Ratna Hapsari, S.Pd., M.Pd.
b. NIP : 19770414 200801 2 007
c. Pangkat / Golongan : Penata / IIIc
d. Bidang ilmu : Bahasa Inggris
e. Sekolah : SMA Negeri 2 Semarang
f. Alamat : Jl. Sendangguwo Baru 1 Semarang
dengan ini menyatakan bahwa makalah gagasan ilmiah dengan judul:
Interactive Evaluation Sheet untuk Meningkatkan Kompetensi Gramatikal,
Memangun Kerjasama, Kepedulian, dan Kreativitas Siswa dalam
Pembelajaran Present Perfect Tense di SMA Negeri 2 Semarang
adalah benar–benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang
lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang
terdapat dalam laporan ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Demikian pernyataan ini saya nyatakan dengan penuh tanggungjawab.

Semarang, 10 Maret 2018


Mengetahui,

Kepala SMA 2 Semarang Penulis

Drs. Yuwana, M.Kom. Fauziah Ratna Hapsari, S.Pd., M.Pd.


NIP. 19670827 199512 1 003 NIP. 19770414 200801 2 007
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 SEMARANG
Jl. Sendangguwo Baru No. 1 SEMARANG 50191
Nomor Telepon 6715994
Email: kasek_smanda@yahoo.com Website: www.sma2smg.com

SURAT PERNYATAAN PERPUSTAKAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


1. Nama : Rizka Noviana, S.Hum.
2. NIP :-
3. Pangkat/Gol. Ruang :-
4. Jabatan : Pengelola Perpustakaan
5. Unit Kerja : SMA Negeri 2 Semarang

menyatakan dengan sebenarnya, bahwa makalah gagasan ilmiah atas:


1. Nama Lengkap : Fauziah Ratna Hapsari, S.Pd., M.Pd.
2. Pangkat/ Golongan : Penata / III c
3. NIP : 197704142008012007
telah diarsip dan disimpan di Perpustakaan sekolah, dengan judul:

Interactive Evaluation Sheet untuk Meningkatkan Kompetensi


Gramatikal, Membangun Kerjasama, Kepedulian, dan Kreativitas Siswa
dalam Pembelajaran Present Perfect Tense di SMA Negeri 2 Semarang

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, 10 Maret 2018


Mengetahui :
Kepala Sekolah Pengelola Perpustakaan,

Drs. Yuwana, M.Kom. Rizka Noviana, S.Hum.


NIP. 19670827 199512 1 003
KATA PENGANTAR

Pendidikan sekarang ini telah berkembang pesat. Pembelajaran tidak lagi

hanya fokus pada peningkatan kompetensi, akan tetapi juga menitikberatkan pada

pendidikan karakter siswa. Dengan kata lain, pendidikan sekarang ini membentuk

siswa cerdas berkarakter. Selama ini perhatian pendidik seringkali pada proses

pembelajaran, namun kurang memberikan perhatian pada penilaian. Banyak

pendidik berpendapat bahwa penilaian sepenuhnya ranah guru. Hal ini tidak

sepenuhnya benar. Siswa mempunyai peran yang besar dalam proses

pembelajaran dan penilaian karena siswa tidak hanya belajar untuk meningkatkan

kompetensi, tetapi siswa juga belajar bekerjasama, peduli, dan kreatif. Kenapa hal

ini bisa terjadi? Penilaian bukan lagi hanya berfungsi sebagai alat pembantu

mengambil kebijakan guru untuk menentukan skor siswa.


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

ABSTRAK ................................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 2

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 2

1.2 Perumusan Masalah ......................................................................... 2

1.3 Tujuan .............................................................................................. 3

1.4 Manfaat ............................................................................................ 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 4

2.1 Penilaian Otentik ............................................................................... 4

2.2 Pendidikan Karakter.......................................................................... 5

2.3 Tata Bahasa Inggris ........................................................................... 6

2.4 Kompetensi Gramatikal Siswa ........................................................ 6

2.5 Sikap Siswa ...................................................................................... 7

2.5.1 Kerjasama ........................................................................................ 7

2.5.2 Kepedulian ....................................................................................... 7

2.5.3 Kreativitas ........................................................................................ 8

BAB III PEMBAHASAN MASALAH ....................................................... 9

3.1 Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah .............................. 9

3.2 Implementasi Strategi Pemecahan Masalah ..................................... 10


3.2.1 Pertemuan Pertama .......................................................................... 10

3.2.2 Pertemuan Kedua ............................................................................. 11

3.2.3 Pertemuan Ketiga ............................................................................. 12

3.3 Hasil yang Dicapai ........................................................................... 13

3.3.1 Kompetensi Gramatikal Siswa dalam Pembelajaran Present

Perfect Tense .................................................................................... 13

3.3.2 Sikap Kerjasama Siswa .................................................................... 14

3.3.3 Sikap Kepedulian Siswa .................................................................. 15

3.3.4 Sikap Kreativitas Siswa ................................................................... 16

3.4 Kendala-kendala yang Dihadapi ...................................................... 16

3.5 Faktor-faktor Pendukung ................................................................. 17

3.6 Alternatif Pengembangan ................................................................. 18

BAB IV KESIMPULAN ............................................................................. 19

Daftar Pustaka .............................................................................................. 21

Lampiran ...................................................................................................... 23

iii
INTERACTIVE EVALUATION SHEET
UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GRAMATIKAL,
MEMBANGUN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN
PRESENT PERFECT TENSE
Fauziah Ratna Hapsari

ABSTRAKSI

Assessment is no longer the sake of teachers, but it is for the students too. 2013
Curriculum demands teachers to conduct summative and formative assessments
but English teachers in SMA Negeri 2 Semarang mostly practice summative
assessment and rarely conduct formative one in their classes. Furthermore, they
only used formative assessment for social aspect. Therefore, this study conducted
formative assessment as an alternative to assess students in learning grammatical
competence, especially Present Perfect Tense for the eleventh graders in SMA
Negeri 2 Semarang. The study was inspired by a previous study on authentic
assessment held by Fitri (2015) and theories by O’Malley (1996) and Brown
(2007). The alternative assessment was expected to assess validly and reliably
students’ competence in learning Present Perfect Tense. This study employed
Classroom Action Research adapted from Kemmis and Mc. Taggart (1992). The
study found that alternative assessment is valid to assess students’ competence in
learning Present Perfect Tense since it not only assesses the final score, but also
evaluates students’ learning process. It also involves students themselves, peers as
well as the teachers to evaluate students’ competence. Furthermore, the study
showed that alternative assessment is reliable because various students’ works in
learning process confirm students’ competence. Therefore, English teachers are
suggested to conduct alternative assessment besides summative assessment to
assess student’s competence. It is also necessary to conduct further studies to gain
more positive affect toward assessing student’s competence in learning
vocabulary, listening, speaking, reading, and reading.
Keywords: interactive evaluation sheet, grammatical competence, character
building
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Apakah penilaian selalu berpusat pada guru dan siswa berperan pasif
sebagai subyek penilaian saja?
Penilaian adalah penggunaan metode dan instrumen dalam
mengumpulkan informasi guna mengambil keputusan tentang pembelajaran
(Katz, 2014). Kurikulum baru diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2013 dan
berdampak pada perubahan beberapa kebijakan, salah satunya adalah penilaian.
Penilaian meliputi penilaian pembelajaran, penilaian untuk pembelajaran, dan
penilaian sebagai bahan pembelajaran (assessment of learning, assessment for
learning, and assessment as learning) (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2015). Hal ini mengisyaratkan bahwa kurikulum baru mendukung penilaian yang
tidak hanya pada ranah guru karena penilaian digunakan sebagai pembelajaran.
Siswa akan menggunakan penilaian untuk pembelajaran dan mengevaluasi
pembelajaran, dan untuk memperoleh skor. Hal ini dimaksudkan bahwa penilaian
merupakan bagian awal, inti, dan akhir pembelajaran. Dalam proses penilaian ini,
kegiatan penilaian berpusat pada siswa dimana siswa dituntut berperan aktif,
sebagaimana siswa menyiapkan butir soal, berlatih menyelesaikan soal, hinggga
menilai diri sendiri dan teman sebaya dalam bimbingan guru. Oleh karena itu,
penilaian dengan interactive evaluation sheet tidak hanya meningkatkan
kompetensi gramatikal siswa, tetapi juga membangun karakter siswa, yaitu kerja
sama, kepedulian, dan kreativitas.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan pengamatan, penulis menemukan beberapa fakta: 1) siswa
kurang memahami perubahan kata kerja bentuk Past dan Past Participle, 2) siswa
kurang memahami konsep Present Perfect Tense, sehingga penerapannya kurang
sesuai konteksnya, 3) individualisme siswa yang cukup tinggi, 4) kurangnya
kepekaan siswa terhadap teman sebaya, dan 5) sikap pasif siswa selama proses
pembelajaran.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, penulis menyusun kuesioner
untuk guru bahasa Inggris dan siswa. Dari kuesioner yang diberikan, penulis
memperoleh informasi bahwa kekurangpahaman konsep Present Perfect Tense,
individualisme yang tinggi, kekurangpekaan terhadap teman sebaya, dan peran
pasif siswa dikarenakan belum adanya proses pembelajaran dan penilaian yang
berpusat kepada siswa yang menuntut siswa untuk berperan aktif secara
kooperatif dari proses awal hingga akhir pembelajaran. Dan seiring proses
pembelajaran tersebut, diadakan pula proses penilaian.

1.3 Tujuan
Berbekal kebutuhan siswa, penulis menyusun metode dan instrumen
penilaian yang bertujuan meningkatkan kompetensi gramatikal siswa kelas
XI.IPS.2, khususnya Present Perfect Tense. Selain itu, metode dan instrumen
penilaian tersebut bertujuan meningkatkan kerjasama, kepedulian, dan kreativitas
siswa. Oleh karena itu, penulis mengadaptasi penilaian grammar yang telah ditulis
oleh Murphey (1995), yaitu interactive evaluation sheet.

1.4 Manfaat
Interactive evaluation sheet memiliki 3 manfaat sebagai berikut:
1. Secara teoretis, interactive evaluation sheet memberikan manfaat bagi siswa
yang belajar dan melakukan penilaian Present Perfect Tense. Interactive
evaluation sheet meningkatkan kompetensi gramatikal dan membangun
kerjasama, kepedulian, dan kreativitas siswa.
2. Secara pedagogis, interactive evaluation sheet memberikan inspirasi kepada
guru bahasa dalam upaya mengembangan metode dan instrumen penilaian,
serta peningkatan kompetensi gramatikal dan pendidikan karakter.
3. Secara praktis, interactive evaluation sheet memberikan beberapa manfaat
bagi guru dan siswa. Guru bahasa dapat mempraktekkan metode dan
instrumen serupa di kelas. Selain itu, siswa dapat terlibat secara aktif dalam
belajar dan mencapai kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran
bahasa, khususnya Present Perfect Tense. Pada waktu yang bersamaan,
interactive evaluation sheet dapat membangun kerjasama, kepedulian, dan
kreativitas siswa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini, penulis membahas tentang teori yang melandasi gagasan
ilmiah ini.

2.1 Penilaian Otentik


Berdasarkan tujuan, penilaian dibagi menjadi dua, yaitu sumatif dan
formatif, atau di sini penulis menyebutnya penilaian otentik. Penilaian sumatif
fokus pada produk atau hasil akhir, sedangkan penilaian formatif fokus pada
proses.
Penilaian otentik dilakukan selama proses pembelajaran dan digunakan
untuk mengevaluasi siswa untuk mencapai kompetensi dasar siswa dalam
berbahasa. Tujuan penilaian otentik adalah untuk memberikan informasi tentang
seberapa jauh kompetensi siswa (Mihai, 2010).
Penilaian otentik penting dilakukan dalam proses belajar mengajar untuk
menilai kompetensi siswa dalam konteks kehidupan sehari-hari. Pertimbangan ini
dirasa perlu karena tes sumatif hanya menilai pengetahuan seseorang di luar
konteks. Oleh karena itu, tes tidak memberikan banyak informasi yang signifikan
mengenai kompetensi siswa dalam menggunakan bahasa di kehidupan sehari-hari
(Nunan, 2015).
Karena diperuntukkan untuk menilai kompetensi dan sikap siswa selama
proses pembelajaran, penilaian otentik menggunakan berbagai bentuk
sebagaimana dituliskan bahwa berbagai bentuk penilaian otentik mencerminkan
pembelajaran, prestasi, motivasi, dan sikap siswa selama melakukan aktivitas
dalam kelas yang relevan (O'Malley, 2014).
Penilaian otentik menggunakan beberapa bentuk seperti penilaian diri dan
teman sebaya, jurnal, portofolio, konferensi, penyusunan soal secara kelompok
(Brown, 2007). Bentuk penilaian otentik dalam gagasan ilmiah ini adalah
interactive evaluation sheet.
Selama siswa menggunakan interactive evaluation sheet, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyusun butir tes siswa sendiri.
Siswa bekerja dalam kelompok untuk menyusun tes dan berlatih untuk menjawab
soal yang sudah mereka susun. Guru tidak hanya fokus pada produk siswa, tetapi
guru fokus pada kegiatan siswa selama penyusunan, berlatih, hingga proses
mengerjakan tes untuk mengobservasi perkembangan karakter siswa. Berikutnya,
siswa secara interaktif menilai diri sendiri dan teman sebaya dalam pembelajaran
dan penilaian Present Perfect Tense dengan bantuan interactive evaluation sheet.
Selain itu, siswa juga diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan
gagasan mereka dalam mengembangkan soal yang menyenangkan.

2.2 Pendidikan Karakter


Tim Pengembang Pendidikan Karakter (2016) menuliskan bahwa
pembelajaran adalah wahana yang dirancang oleh pendidik secara sadar untuk
mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran terwujudkan dalam interaksi belajar
mengajar yang dinamis dan diarahkan kepada pencapaian tujuan, yaitu perubahan
perilaku dan pribadi peserta didik yang optimal. Perubahan yang terjadi pada
peserta didik itu ditampilkan dalam karakter, sebagai perilaku yang dilandasi
nilai-nilai kehidupan yang sangat luhur.
Dalam rangkaian proses belajar mengajar di kelas guru memiliki
kesempatan untuk mengembangkan karakter siswa. Guru dapat memilih bagian
dari mata pelajarannya atau tema pelajaran untuk diintegrasikan dengan
pengembangan karakter siswa. Bahan ajar yang dipilihpun dapat menjadi media
pengembangan karakter.
Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan melalui proses belajar (value is
neither cought nor taught, it is learned) yang mengandung makna bahwa materi
nilai-nilai karakter bukanlah bahan ajar biasa. Tidak semata-mata dapat ditangkap
sendiri atau diajarkan, tetapi lebih jauh diinternalisasi melalui proses belajar.
Materi pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media untuk
mengembangkan nilai-nilai karakter peserta didik. Oleh karena itu pendidik tidak
perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada tetapi menggunakan materi
pokok bahasan itu untuk mengembangkan nilai-nilai karakter.

2.3 Tata Bahasa Inggris


Mengingat pentingnya tata bahasa Inggris maka pelajaran mengenai tata
bahasa diajarkan pada siswa secara tersurat maupun tersirat. Berdasarkan
Permendiknas No. 24 tahun 2016, siswa SMA yang mengikuti pelajaran Bahasa
Inggris Peminatan atau Lintas Minat mempelajari tata bahasa yang ada dalam
Kompetensi Dasar, dimana salah satu tata bahasa tersebut adalah Present Perfect
Tense.. Tata bahasa yang berisi kaidah-kaidah bahasa Inggris yang merupakan
bahasa kedua di Indonesia dan aturan-aturannya sangat berbeda dengan bahasa
Indonesia. Sebagai contoh, bahasa Indonesia tidak mempunyai perbedaan
perubahan kata kerja di semua waktu. Namun bahasa Inggris mempunyai
perbedaan penggunaan kata kerja berdasarkan waktu.
Tata bahasa merupakan sistem dari aturan-aturan yang mempengaruhi
susunan dan hubungan kata-kata dari suatu kalimat. Harmer (2008: 32)
menyatakan bahwa mempelajari tata bahasa berarti mengetahui cara bagaimana
kata-kata terbentuk dan kata-kata tersebut akan mengubah arti sesuai dengan
bentuk yang dipakai. Dalam bahasa Inggris, kata kerja akan berubah sesuai
dengan waktu yang dibicarakan. Ini yang membuat siswa Indonesia harus kerja
keras mempelajari penerapan tiap tense karena sistem bahasa Inggris berbeda
dengan bahasa Indonesia.

2.4 Kompetensi Gramatikal Siswa


Pada Lampiran Permendikbud No. 24 Tahun 2016 Kompetensi Dasar
untuk mata pelajaran Bahasa Inggris Peminatan atau Lintas Minat mengenai
Perfect Tenses. Pada penelitian ini, penulis mengembangkan KD 3.2.2 dan 4.2.2
tentang Present Perfect Tense. Dari perincian di atas, penulis menentukan
indikator kompetensi yang dicapai siswa dalam mempelajari Present Perfect
Tense. Indikator kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mengubah kata kerja Infinitive menjadi kata kerja Past Participle.
b. Membuat kalimat postif, negative, dan tanya dalam Present Perfect Tense dari
kata kerja Past Participle yang diketahui secara lisan.
c. Menyusun transaksi interaksional tulis berbentuk surat tidak resmi dengan
menggunakan Present Perfect Tense.

2.5 Sikap Siswa


Nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam gagasan ilmiah ini adalah
kerjasama, kepedulian, dan kreativitas. Berikut ini adalah penjabaran dari nilai-
nilai tersebut:
2.5.1 Kerjasama
Ada beberapa pengertian kerjasama yang disampaikan para ahli sebagai
bahan pertimbangan dalam menyusun indikatornya. Menurut Akbar, dkk (2006)
bahwa kerjasama yaitu melakukan kegiatan bersama-sama artinya membagi
kegiatan dal tugas-tugas kecil di antara sekelompok orang.
Lundgren dalam Widodo (2007) menyebutkan indikator yang digunakan
untuk mengukur tingkat kerjasama adalah sebagai berikut:
a. menggunakan kesempatan;
b. menggunakan kontribusi;
c. mengambil giliran dan berbagi tugas;
d. berada dalam kelompok;
e. berada dalam tugas;
f. mendorong partisipasi;
g. mengundang orang lain untuk berbicara;
h. menyelesaikan tugas pada waktunya;
i. menghormati perbedaan individu.
2.5.2 Kepedulian
Kepedulian adalah merasakan kekhawatiran tentang orang lain atau
sesuatu. Misalanya ketika melihat teman dalam kesulitan memecahkan masalah
penmbelajaran, muncul perasaan yang sama seperti yang dirasakan oleh teman,
lalu ada dorongan untuk menolongnya. Itu sebabnya, Jsephson Institute (2012)
mengatakan bahwa kepedulian (caring) adalah pengggerak rasa yang dimiliki
manusia untuk menolong orang lain. Peduli terhadap orang lain merupakan suatu
bentuk partisipasi aktif untuk merasakan yang sesungguhnya dirasakan orang lain.
Berikut ini adalah indikator kepedulian menurut Muchlas Samani dan
Hariyanto (2014):
a. Memberikan bantuan kepada yang membutuhkan.
b. Menunjukkan sikap menghargai siapapun.
c. Bersikap baik terhadap siapapun dan tidak mengacuhkan siapapun.
d. Mendengarkan apa yang disampaikan siapapun.
2.5.3 Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam mengembangkan gagasan atau
ide untuk membuat sesuatu yang berbeda dengan yang lainnya dan merupakan
kombinasi dari hal baru yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang
dihadapi.
Penulis menggunakan indikator yang dikemukakan oleh Munandar
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad (2011) yaitu:
a. memiliki rasa ingin tahu yang besar;
b. sering mengajukan pertanyaan yang berbobot;
c. memberikan banyak gagasan dan usul;
d. mampu menyatakan pendapat spontan dan tidak malu-malu;
e. memiliki rasa keindahan;
f. mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh orang lain;
g. memiliki rasa humor yang tinggi;
h. Mempunyai daya imajinasi kuat;
i. mampu mengajukan pemikiran dan gagasan yang berbeda dari orang lain
(orisinal);
j. dapat bekerja sendiri;
k. senang mencoba hal-hal baru;
l. dapat mengembangkan suatu gagasan.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

3.1 Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah


Pada tahun ajaran sebelumnya, penulis menemukan bahwa siswa
mengalami kendala dalam menerapkan Present Perfect Tense dalam komunikasi
dengan bahasa Inggris. Oleh karena itu, pada tahun ajaran berikutnya penulis
mengumpulkan data melalui kuesioner yang dibagikan pada guru dan siswa. Data
tersebut diambil untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh siswa dan seberapa
jauh pengetahuan siswa mengenai Present Perfect Tense untuk menentukan
metode dan instrumen pembelajaran dan penilaian yang tepat bagi siswa.
Penulis mengobservasi kurangnya kerjasama, kepedulian, dan kreativitas
siswa. Oleh karena itu, penulis menyusun metode dan instrumen pembelajaran
yang melibatkan peran siswa secara aktif dan mendukung siswa untuk
bekerjasama dengan teman sebaya, tidak hanya fokus terhadap diri sendiri, dan
mengajak siswa untuk kreatif.
Berdasarkan alasan-alasan di atas, penulis menyusun interactive
evaluation sheet yang dipergunakan sebagai intrumen proses sekaligus evaluasi
belajar siswa. Dalam proses penggunaan interactive evaluation sheet ini, siswa
dituntut untuk berperan aktif, contohnya siswa menyiapkan butir soal, berlatih
menyelesaikan soal, hinggga menilai diri sendiri dan teman sebaya dalam
bimbingan guru. Oleh karena itu, penilaian dengan interactive evaluation sheet
meningkatkan kompetensi gramatikal siswa, dan membangun karakter siswa,
yaitu kerjasama, kepedulian, dan kreativitas.

3.2 Implementasi Strategi Pemecahan Masalah


Berdasarkan rencana pembelajaran yang disusun penulis, prosedur
implementasi pembelajaran dan penilaian dengan menggunakan interactive
evaluation sheet dilaksanakan dalam 3 pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung
selama 135 menit (3 JP). Uraian kegiatan siswa pada tiap pertemuan adalah
sebagai berikut:

3.2.1 Pertemuan Pertama


Sebelum melakukan kegiatan, penulis mengingatkan siswa untuk
berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran. Setelah itu, siswa mulai
melakukan kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
a. Siswa melakukan percakapan berdasarkan topik liburan dan penulis berjalan
menngitari ruangan untuk mengamati dan memberikan bantuan jika
diperlukan.
b. Penulis membaca instruksi pertama. Setelah itu, siswa mendengarkan dan
membaca surat seseorang mengenai liburannya di luar negeri. Selanjutnya,
penulis dan siswa membahas kosa kata baru.
c. Setelah membaca surat itu, siswa menganalisis bentuk Present Perfect Tense
yang ada dalam surat, kemudian melengkapi tabel bentuk Present Perfect
Tense.
d. Setelah sekitar 5 menit, beberapa siswa membaca kalimat yang sudah lengkap
dalam tabel. Kemudian, siswa menarik kesimpulan dari bentuk Present
Perfect Tense.
e. Siswa menemukan fungsi Present Perfect Tense.
f. Kelas dibagi menjadi 4 kelompok. Jika satu kelompok menyebutkn kata kerja
bentu pertama, kelompok lain menyebutkan past participle sesegera mungkin.
Kelompok tercepat akan menyebutkan kata kerja pertama berikutnya, dan
seterusnya. Kelompok yang memberikan jawaban yang salah, kehilangan
kesempatan untuk menjawab satu kali.
g. Siswa bekerja secara berpasangan. Siswa membuat kalimat Present Perfect
Tense secara bergiliran. Siswa membuat kalimat berdasarkan kata kerja sesuai
denga urutan abjad.
h. Siswa berlatih untuk menerapkan Present Perfect Tense dalam kalimat
tertulis.
i. Siswa melengkapi paragraf rumpang dengan kata kerja berbentuk Present
Perfect Tense.
j. Siswa mengidentifikasi kalimat Present Perfect Tense sesuai konteks
penggunaannya.
k. Siswa menulis surat yang mirip pada Kegiatan 2. Siswa memiliki 30 menit
untuk menulis.
Setelah itu, dalam kelompok, siswa memeriksa surat untuk teman sebaya.
Siswa diminta untuk menemukan kalimat Present Perfect Tense dan
menggarisbawahinya. Kemudian, siswa memberi komentar dan mengoreksi
kalimat berdasarkan kesalahan bentuk kalimat dan konteks penggunaannya.
l. Siswa bekerja secara berpasangan, membayangkan mereka sedang liburan di
tempat yang berbeda dan melakukan percakapan via telepon. Kemudian siswa
merekam pembicaraan mereka.

3.2.2 Pertemuan Kedua


a. Kelas dibagi menjadi 8 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari siswa dengan
kompetensi campuran.
Para anggota kelompok memeriksa rekaman percakapan serta surat yang
mereka tulis sebelumnya. Mereka menemukan kalimat Present Perfect Tense
yang benar menurut bentuk dan konteks penggunaannya. Kemudian, siswa
saling mengedit pekerjaan partnernya.
b. Siswa bekerjasama untuk menyusun tes yang akan dilaksanakan pada
pertemuan berikutnya. Siswa pertama kali memutuskan daftar kata kerja
bentuk pertama, dan kata kerja bentuk ketiga sebanyak mungkin. Setelah itu,
siswa berlatih tes lisan. Seorang siswa menyebutkan kata kerja bentuk pertama
dan siswa pasangannya menyebutkan kata kerja bentuk ketiga dan
menggunakannya dalam kalimat. Setiap siswa harus menyebutkan setidaknya
5 kata kerja bentuk ketiga dan kalimat Present Perfect Tense. Setelah itu,
siswa juga berlatih untuk melakukan dialog tanya jawab. Siswa A membuat
pertanyaan menggunakan Present Perfect Tense dan siswa B menjawab
pertanyaan, begitu juga sebaliknya.
c. Selanjutnya, siswa berlatih tes tertulis. Mereka memutuskan dua topik surat di
tes tertulis. Setelah itu, mereka berlatih untuk menulis surat dan memeriksa
penggunaan dan bentuk kalimat yang ada dalam surat itu.
Siswa bertukar surat setelah siswa selesai menulis. Kemudian, mereka
menganalisis surat untuk memeriksa apakah mereka telah menuliskan kalimat
Present Perfect Tense dengan benar. Ketika siswa menemukan kalimat yang
salah, mereka menggarisbawahi mereka dan mengembalikan surat ke penulis
untuk diperbaiki.

3.2.3 Pertemuan Ketiga


a. Siswa secara berpasangan melakukan pembelajaran dan penilaian dengan
menggunakan interactive evaluation sheet. Penilaian terdiri dari 2 tes yaitu tes
lisan dan tes tertulis.
b. Untuk tes lisan, pertama-tama siswa secara individu menuliskan 20 kata kerja
bentuk pertama yang sudah dia kuasai. Kemudian siswa saling menukar
interactive evaluation sheet. Untuk menentukan siswa mana yang memberikan
tertanyaan terlebih dahulu, siswa bermain batu, gunting, kertas. Secara
bergantian siswa menyebutkan kata kerja yang ada di kertas teman sebaya dan
memintanya merubah kata kerja tersebut menjadi kata kerja bentuk ketiga,
serta membuat 5 kalimat positif dan 5 kalimat negative bentu Present Perfect
Tense dari kata-kata kerja yang disebutkan. Setelah siswa memilih 10 kata
kerja, siswa mulai menilai teman sebayanya.
Kedua, siswa membuat kalimat tanya berawalan wh dalam Present Perfect
Tense dan memberikan respon atas pertanyaan teman sebaya. Pertama-tama
salah satu siswa akan memilih 5 kata kerja yang ada pada daftar kata kerja,
kemudian meminta teman sebaya membuat kalimat tanya, dan pembuat
pertanyaan harus memberikan respon atas pertanyaan yang diajukan teman
sebaya. Untuk setiap pertanyaan maupun respon yang benar mendapat skor 5.
Dikarenakan selama proses penilaian siswa wajib menggunakan bahasa
Inggris, siswa yang menggunakan bahasa lain, skor akan dikurangi 10,
sedangkan siswa yang terus menggunakan bahasa inggris selama proses
penilaian akan mendapatkan skor tambahan 10.
c. Untuk tes tulis, terlebih dahulu siswa secara berpasangan menyepakati 4 topik
yang akan digunakan untuk menulis surat pribadi yang berkaitan dengan
penerapan Present Perfect Tense. Topik yang telah dipilih salah satu siswa
tidak dapat dipergunakan oleh teman sebaya yang menjadi pasangannya.
Siswa mempunyai waktu 15 menit untuk membuat surat pribadi dimana di
dalamnya terdapat minimal 5 kalimat bentu Present Perfect Tense. Kemudian
serahkan surat pribadi kepada teman sebaya yang akan memberikan penilaian
terhadap 5 kalimat yang menggunakan Present Perfect Tense pada surat
tersebut.

3.3 Hasil yang Dicapai


Hasil yang dicapai ada dua, yaitu kompetensi gramatikal dan pendidikan
karakter, khususnya sikap kerjasama, kepedulian, dan kreativitas siswa.
Tes lisan mencakup perubahan kata kerja pertama menjadi kata kerja
ketiga dan penyusunan kalimat positif, negative dan tanya. Tes tulis mencakup
penggunaan Present Perfect Tense untuk menuliskan pengalaman seseorang.
Sikap kerjasama siswa meningkat karena siswa berpartisipasi lebih aktif
dalam proses penilaian. Hal ini dikarenakan siswa diberi kesempatan untuk
menuangkan kreativitasnya dalam ikut berperan menentukan bentuk butir soal
yang diharapkan. Sikap kepedulian terlihat sudah cukup tinggi. Dan sikap
kreativitas juga meningkat dimana siswa dapat menyusun butir penilaian.
Hasil yang dicapai dapat dijabarkan sebagai berikut:

3.3.1 Kompetensi Gramatikal Siswa dalam Pembelajaran Present Perfect


Tense
Peningkatan kompetensi gramatikal siswa terlihat dalam peningkatan rata-
rata nilai tes lisan dan tes tulis. Sebagai informasi tambahan, kriteriaa ketuntasan
minimal kelas XI di SMA Negeri 2 Semarang adalah 75. Untuk hasil tes lisan,
pada awalnya siswa menunjukkan rata-rata nilai 89. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar siswa sudah mencapai kompetensi gramatikal Present Perfect
Tense yang di atas KKM. Namun dengan interactive evaluation sheet, siswa
menunjukkan rata-rata hasil tes lisan yang lebih tinggi, yaitu 93.
Untuk hasil tes tulis, pada awalnya siswa menunjukkan rata-rata nilai 90. Dan
yang lebih memuaskan adalah hasil penilaian dengan interactive evaluation sheet
dimana nilai tes tulis siswa hampir sempurna yaitu dengan rata-rata 99.
Berdasarkan nilai awal dan nilai akhir, penulis menyatakan bahwa
penilaian dengan interactive evaluation sheet dapat meningkatkan kompetensi
gramatikal Present Perfect Tense siswa karena memenuhi indikator ketercapaian
kompetensi dasar 3.2.2 dan 4.2.2 Present Perfect Tense. Penjelasan rinci
mengenai indikator ketercapaian kompetensi gramatikal Present Perfect Tense
adalah sebagai berikut:
a. Siswa secara interaktif mengubah kata kerja Infinitive menjadi kata kerja Past
Participle.
b. Siswa membuat kalimat postif, negatif, dan tanya secara lisan dalam Present
Perfect Tense dari kata kerja Past Participle yang dibentuk dari kata kerja
infinitive pada papan ular tangga yang dikembangkan oleh siswa.
c. Siswa menyusun transaksi interaksional tulis berbentuk surat tidak resmi
dengan menggunakan Present Perfect Tense, disesuaikan dengan topic yang
dipilih siswa.

3.3.2 Sikap Kerjasama Siswa


Perkembangan sikap kerjasama siswa dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Siswa menunjukkan peran mereka dalam mengambil giliran dan berbagi tugas
saat mereka bekerja secara berkelompok dan secara berpasangan dalam
menyusun butir soal, berlatih menyelesaikan butir soal, dan mengerjakan soal
secara interaktif baik lisan maupun tulis dimana siswa berperan secara
bergantian sebagai pelaksana tes dan penilai tes. Hal ini terjadi karena
penilaian dengan menggunakan interactive evaluation sheet menuntut siswa
untuk bekerja secara berkelompok dari awal proses penilaian hingga pada
akhirnya siswa mengerjakan soal tertulis secara individu. Dan pada akhir
proses penilaian soal tertulis tersebut, siswa diminta untuk memberikan
penilaian terhadap surat tidak resmi yang ditulis oleh teman sebaya.
b. Penilaian dengan interactive evaluation sheet merupakan rangkaian aktivitas
siswa yang tidak terpisahkan. Oleh karena itu, siswa dituntut
bertanggungjawab terhadap tugas dari awal hingga akhir proses. Tidak
mungkin bagi siswa melewati satu aktivitas sekalipun. Selama proses inilah
penulis dapat mengobservasi bagaimana siswa menyelesaikan proses penilaian
dengan penuh tanggungjawab.
c. Proses penilaian dengan interactive evaluation sheet mengajak siswa untuk
berpartisipasi dengan aktif. Bentuk soal yang interaktif membutuhkan minimal
2 siswa yang berpartisipasi dengan aktif. Jika salah satu siswa tidak
berpartisipasi dengan aktif, tentu teman sebaya yang berada dalam satu
kelompok akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan penilaian.

3.3.3 Sikap Kepedulian Siswa


Perkembangan sikap kepedulian siswa dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada awal proses penilaian dengan interactive evaluation sheet, siswa diminta
untuk menyusun butir soal tes lisan dengan saling memberikan daftar kata
kerja yang dikuasai siswa, baik itu arti maupun perubahan bentuk kata
infinitive ke kata kerja past participle. Siswa saling memberikan bantuan
kepada teman sebaya dalam memahami perubahan kata kerja, jika ada siswa
yang menguasai kata kerja kurang dari teman sekelompok, maka teman
sekelompok memberikan masukan.
b. Siswa dengan kompetensi tinggi pada awal penyusunan butir soal dipasangkan
dengan teman sebaya dengan kompetensi sedang dan rendah. Proses ini
bertujuan memupuk sikap menghargai siapapun. Siswa dengan kompetensi
tinggi dibiasakan untuk peduli dengan teman sebaya yang masih mengalami
kesulitan dalam menguasai kompetensi gramatikal.
c. Dalam proses menyusun butir soal, berlatih dengan teman sebaya, hingga
penilaian dengan interactive evaluation sheet, siswa perlu mendengarkan apa
yang disampaikan teman sebaya dan guru. Hal ini disebabkan karena proses
pembelajaran dan penilaian merupakan rangkaian proses dimana komunikasi
yang baik sangat diperlukan.

3.3.4 Sikap Kreativitas Siswa


Perkembangan sikap kreativitas siswa dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Berkaitan dengan mempelajari dan melaksanakan proses penilaian dengan
interactive evaluation sheet yang belum pernah dilakukan, siswa
menunjukkan rasa ingin tahu yang besar. Rasa ingin tahu siswa muncul karena
siswa dengan kompetensi lebih rendah akan menanyakan apa yang belum
mereka ketahui kepada teman sebaya. Hal ini juga menimbulkan kenyamanan
karena siswa tidak malu untuk menanyakan apa yang tidak mereka ketahui.
b. Pada dasarnya siswa yang penulis ajar adalah remaja yang berusia sekita 16
hingga 17 tahun, suka mencoba hal baru. Apalagi penilaian dengan interactive
evaluation sheet menumbuhkan rasa senang karena menurut siswa hal ini
merupakan proses pembelajaran dan penilaian baru yang belum pernah
mereka lakukan sebelumnya. Hal ini menumbuhkan antusias siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran dan penilaian. Meskipun siswa menghadapi
berbagai tantangan dalam mengerjakan soal tes, siswa senang mencoba hal-hal
baru yang mereka temui dalam interactive evaluation sheet.
c. Pada interactive evaluation sheet, siswa diminta untuk mengembangkan
gagasan pembuatan butir soal yang lebih menarik bagi siswa yang sebagian
besar adalah remaja, yaitu soal mereka kembangkan sesuai dengan keinginan
siswa sehingga siswa dapat berfikir lebih kreatif.

3.4 Kendala-kendala yang Dihadapi


Meskipun penilaian dengan interactive evaluation sheet memberikan
kontribusi yang besar dalam penilaian kompetensi gramatikal dan sikap
kerjasama, kepedulian, dan kreativitas siswa, gagasan ilmiah ini menghadapi
beberapa kendala, yaitu keterbatasan waktu, kelas yang terlalu banyak jumlah
siswany, dan kurangnya apresiasi dari kurikulum Indonesia yang masih
berorientasi skor dan memandang bahwa penilaian hanyalah ranah guru semata.
Waktu terasa sangat terbatas karena pembelajaran dan penilaian dengan
interactive evaluation sheet adalah hal yang baru bagi siswa dimana siswa
menyusun butir tes, terutama pada kompetensi gramatikal, mereka membutuhkan
panduan secara rinci. Penjelasan penulis telah dilakukan sebelum siswa bekerja
dalam kelompok tetapi ada beberapa kali penulis harus memberi penjelasan di
tengah-tengah diskusi untuk memberikan penjelasan lebih lanjut.
Apalagi dengan adanya 10 kompetensi dasar yang harus dipelajari siswa dalam
satu semester, penulis harus memanfaatkan tiga kali pertemuan semaksimal
mungkin untuk menyajikan kegiatan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.
Jumlah 39 siswa dalam satu kelas merupakan bukti bahwa kelas tersebut
merupakan kelas besar. Dengan banyaknya siswa di kelas, penulis tidak dapat
memantau kegiatan siswa secara lebih mendetail karena suara yang sedikit gaduh.
Selama ini guru berpendapat bahwa siswa adalah subyek penilaian yang
bersifat pasif. Pola pikir ini menimbulkan kendala bagi penulis untuk mengajak
guru lain untuk menerapkan pembelajaran dan penilaian dengan bantuan
interactive evaluation sheet yang sangat membantu guru untuk meningkatkan
kompetensi kognitif maupun memberikan pendidikan karakter.

3.5 Faktor-faktor Pendukung


Beberapa faktor pendukung keberhasilan dari pembelajaran dan penilaian
Present Perfect Tense dengan menggunakan interactive evaluation sheet adalah
sebagai berikut:
1. Antusias dan keaktifan siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung.
2. Dukungan dari rekan guru bahasa Inggris.
3. Kerjasama dan respon yang baik dari Kepala Sekolah, guru bimbingan dan
konseling serta wali kelas yang turut mendukung usaha meningkatkan
kemampuan gramatikal dan pendidikan karakter dalam bahasa Inggris siswa.
4. Dukungan dari SEAMEO Qitep in Language yang mendanai pelaksanaan
gagasan ilmiah ini.
3.6 Alternatif Pengembangan
Dari hasil pelaksanaan pembelajaran dan penilaian Present Perfect Tense
dengan menggunakan interactive evaluation sheet, penulis mendapati bahwa
dapat dilakukan pengembangan agar menjadi lebih baik lagi dengan alternatif:
a. Mengembangkan interactive evaluation sheet dengan kegiatan remidi atau
pengayaan yang menggunakan permainan yang disukai siswa.
b. Interactive evaluation sheet dapat digunakan untuk mempelajari dan menilai
kompetensi bahasa lainnya seperti menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis baik dalam bahasa Inggris atau bahasa lainnya karena selain
meningkatkan kompetensi kognitif, siswa juga memperoleh pendidikan
karakter.
BAB IV
KESIMPULAN

Pertama, penilaian dengan interactive evaluation sheet meningkatkan


kompetensi gramatikal pada pembelajaran Present Perfect Tense karena sesuai
dengan indikator kompetensi dasar pada Permendikbud No. 24 tahun 2016.
Gagagasan ilmiah ini memberikan kontribusi dalam meningkatkan
kompetensi gramatikal siswa dan membangun karakter siswa pada kerjasama,
kepedulian, dan kreativitas.
Secara teoretis, gagasan ilmiah ini membuktikan bahwa penilaian dengan
interactive evaluation sheet meningkatkan kompetensi gramatikal dan
membangun karakter siswa. Ini menunjukkan bahwa penilaian tidak sepenuhnya
hanya melibatkan guru secara aktif dan siswa pasif. Gagasan ilmiah ini
menunjukkan bahwa proses penilaian pun merupakan proses pembelajaran
kompetensi gramatikal maupun pendidikan karakter. Dengan kata lain, penilaian
tidak hanya dipertimbangkan setelah proses pembelajaran, tetapi juga selama
proses pembelajaran itu sendiri. Dengan begitu, siswa perlu dilibatkan lebih aktif
dalam proses penilaian sebagaimana penilaian dengan interactive evaluation
sheet.
Secara pedagogis, penelitian ini diharapkan menginspirasi penerapan
penilaian yang menggunakan berbagai metode untuk mengambil nilai yang pada
bersamaan juga menjadi proses pembelajaran kognitif maupun sikap siswa.
Secara praktis, gagasan ilmiah ini memberikan beberapa manfaat bagi
siswa. Siswa dapat terlibat secara aktif untuk menilai dan mencapai kompetensi
gramatikal dan mengembangkan sikap kerjasama, kepedulian, dan kreativitas
dalam pembelajaran Present Perfect Tense.
Sejalan dengan kesimpulan, penulis menyampaikan beberapa saran.
Penilaian dengan interactive evaluation sheet ini sangat penting bagi siswa karena
selain meningkatkan kopetensi gramatikal, juga membangun sikap kerjasama,
kepedulian, dan kreativitas siswa. Siswa saling belajar dan menilai kompetensi
dalam kelompok. Siswa mencari tahu kebutuhannya untuk memenuhi kompetensi
yang ditentukan sesuai kompetensi dasar dalam kurikulum. Siswa dengan
kompetensi rendah akan belajar dari siswa dengan kompetensi tinggi, dan siswa
dengan kompetensi tinggi mau berbagi apa yang diketahui. Secara tidak langsung,
siswa belajar bagaimana untuk berkolaborasi dan berbagi pengetahuan dan
pengalaman dengan teman sebaya. Selain itu, skor bukanlah satu-satunya yang
dibutuhkan siswa untuk mengukur kompetensi. Umpan balik guru dan teman
sebaya merupakan hal yang dibutuhkan siswa untuk meningkatkan kompetensi.
Untuk itu, guru bahasa Inggris disarankan untuk menerapkan penilaian dengan
interactive evaluation sheet.
Perlu adanya perubahan pola pikir guru mengenai keterlibatan siswa
dalam penilaian. Siswa harus terlibat secara aktif untuk mengevaluasi kemajuan
kompetensi dan untuk menanamkan pendidikan karakter.
Daftar Pustaka

Baxter, A. (1997). Evaluating Your Students. London: Richmond Publishing.

Brown, H. D. (2007). Teaching by Principles: An Interactive Approach to


Language Pedagogy. 2nd Ed. Essex: Pearson Education Limited.

Clarke, S. (2008). Macmillan English Grammar in Context: Essential. Oxford:


Macmillan Publishers Limited.

Collins, J. W. dan O’Brien, N. P. Editors. (2011). The Greenwood Dictionary of


Education. 2nd Edition. California: ABC-CLIO, LLC.

Davies, P. (2006). Peer Assessment: Judging the Quality of Students’ Work by


Comments rather than Marks. Innovations in Education and Teaching
International 43(1): 69–82.

Gall, D. M., Gall, J. P., dan Borg, W. R. (2003). Educational Research. Boston:
Pearson Education Inc.

Fitri A. (2015). English Teachers’ Perceptions and Practices for Authentic


Assessment. Language Circle: Journal of Language and Literature XI
(October 2015): 19 – 27.

Fradd, S. dan Hudelson, S. (1995). Alternative Assessment:A Process that


Promotes Collaboration and Reflection. TESOL Journal 5 (1): 5

Harmer, J. (1998). How to Teach English. Essex: Pearson Education Limited.

Harmer, J. (2007). The Practice of English Language Teaching. 4th Edition.


Essex: Pearson Education Limited.

Harlen, W. (2007). Assessment of Learning. London: Sage Publications Ltd.

Harris, M, Mower, D. and Sikorzynska A. (2007). Opportunities Pre –


Intermediate Student’s Book. Essex: Pearson Education Limited.
Hayat, E. N. (2011). Teaching the Present Perfect Tense by Using the Game (Find
Someone Who). Jakarta: Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah
(skripsi yang tidak dipublikasikan).

Huges, A. (2003). Testing for Language Teachers. Cambridge: Cambridge


University Press.

Katz, A. (2014). Assessment in second language classrooms. Celce-Murcia, M.,


Brinton, D. M., Snow, M. A. (Eds.), Teaching English as a Second
Language or Foreign Language Boston: National Geographic Learning
(Heinle Cengage Learning)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2015). Panduan Penilaian untuk


Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2015). Peraturan Menteri No. 24


Tahun 2016.

Mihai, F. M. (2010). Assessing English Language Learners in the Content Area:


A Research-into-Practice Guide for Educators. Michigan: The University
of Michigan Press

Muchlas Samani dan Hariyanto. (2014). Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: Rosda Karya.

Murphey, T. (1995) Test: Learning through Negotiated Interaction. TESOL


Journal 4 (2) Winter 1994/ 1995 : 12-16.

Murphy, M. dan Rocchetti, P. (2008). Longman Dictionary of American English.


4th Ed. Harlow: Person Education Ltd.

Nunan, D. (1989). Designing Tasks for the Communicative Classroom.


Cambridge: CUP.
Nunan, D. (1992). Research Methods in Language Learning.
Cambridge:Cambridge University Press.

O‘Malley, J. M. dan Pierce, L. V. (1996). Authentic Assessment for English


Language Learners: Practical Approaches for Teachers. New York:
Longman.

Purpura, J. E. (2004). Assessing Grammar. Cambridge: CUP.

Richards, J. C. (2001). Curriculum Development in Language Teaching.


Cambridge: CUP.

Richards, J. C. dan Schmidt, R. (2010). Longman Dictionary of Language


Teaching and Applied Linguistics. 4th Ed. Edinburgh: Longman.

Widodo,W. (2007).Tinjauan tentang Keterampilan Generic.(Online)


(http://www.ed.uiuc.edu./EPS/PES-Yearbook/998/thompson.html,
diakses:1 desember 2012: 01.30 pm)

Yusman. (2009). Penerapan Penilaaian Portofolio dalam Pembelajaran Bahasa


Inggris Model Inkuiri sebagai Usaha Peningkatan Hasil Belajar Siswa
SMP (Peneliian Tindakan Kelas di SMP5 Wadaslintang, Wonosobo).
Surakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret (tesis yang tidak
dipublikasikan.
Lampiran
INTERACTIVE EVALUATION SHEET
NAME :
Filled out by you.
1. Work individually.
Write 20 infinitives bellow.
1. ________________________ 11. ________________________
2. ________________________ 12. ________________________
3. ________________________ 13. ________________________
4. ________________________ 14. ________________________
5. ________________________ 15. ________________________
6. ________________________ 16. ________________________
7. ________________________ 17. ________________________
8. ________________________ 18. ________________________
9. ________________________ 19. ________________________
10. ________________________ 20. ________________________

ENGLISH SPOKEN TEST


Filled out by your partner
Play stone, scissor, paper and the winner asks questions first:
2. Call out infinitives on your partner’s list one by one.
Ask your partner to mention the past participles.
Ask your partners to make 5 positive and 5 negative sentences from his/ her
infinitives.

Score 5 for each correct verb and its sentence.


If he/she only mentions the past participle or the sentence, score 2.5.
Write here how many correct verbs and sentences.
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. 10.
Then exchange roles.
score: ________ (50)
3. When both of you have finished No. 2 above:
Call out 5 infinitives from your partner’s list.
Ask your partner to make 5 wh- questions and you answer the questions.

Score 5 for each correct question sentence.


Score 5 for each correct answer.
Write here how many correct questions and answers.
Questions Answers
1. a.
2. b.
3. c.
4. d.
5. e.
Then exchange roles.
score: ________ (50)
Add 10 points if your partner only spoke English in class.
score: ________ (10)
Minus 10 points if your partner spoke Bahasa Indonesia or Javanese.
score: ________ (10)
Total number of score out of 100 possible:
score: _______ (100)
ENGLISH WRITTEN TEST
3. Decide the topics you both want to write.
• ….
• ….
• ….
• ….
4. The student with the lower score in spoken test should choose one of the topics above
to write a letter with Present Perfect sentences (at least 5 sentences).
The second person must not choose the same topic.
Write in 15 minutes.

Score 20 for each correct Present Perfect sentences.


Score 10 if the sentence is incorrect for the use of auxiliary have/has and past
participle.
1.
2.
3.
4.
5.
score: _______ (100)
Now return this paper to the owner.
(adapted from Murphey in Fradd, S. dan Hudelson, S., 1995)

Anda mungkin juga menyukai