Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN

1. Tujuan Umum Praktikum


Praktikan mampu mengetahui cara uji skrining fitokimia untuk mengidentifikasi
zat yang tergandung didalam suatu tumbuhan.
2. Tujuan Khusus
Praktikum Praktikan mampu menentukan senyawa kimia yang terkandung
didalam tanaman symplocos sp

1.2 LATAR BELAKANG


Symplocos sp termasuk dalam famili Symplocaceae. yang dalam bahasa daerah

(Ende, Nusa Tenggara Timur) sering disebut dengan Loba Manu, merupakan

tumbuhan yang memiliki potensi sebagai pewarna alami, pewarna alami ini dapat

ditemukan pada bagian daunnya dan oleh masyarakat sekitar dimanfaatkan sebagai

mordan (pengikat zat warna agar tidak larut dalam air) pada pewarnaan kain tenun

tradisional. banyak dimanfaatkan sebagai mordan dalam industri batik dan dapat

dimanfaatkan sebagai campuran pewarna dari tumbuhan lain seperti spp., dan spp.

serta dapat memberikan warna kuning apabila dimanfaatkan secara mandiri.

Persebaran alami terdapat di daratan Asia Tenggara dan kawasan Malesia kecuali

NTB, NTT, Sulawesi dan Maluku . Namun pada tahun 2010 dilakukan penelitian

mengenai Teknik Konservasi dan Domestikasi Loba (S sp.) Sebagai Flora Penghasil

Bahan Pewarna Alami, bahwa berdasarkan identifikasi herbarium dapat dijumpai di

pulau Flores tepatnya di Desa Tendambera Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende

Nusa Tenggara Timur dengan ketinggian 700 m di atas permukaan laut (Hadi et al .,

2010)
Pemanfaatan tumbuhan ini masih mengandalkan ketersediaannya di alam,

permintaan pasar yang tinggi menyebabkan tekanan yang serius pada kelestariannya.

Di pasar tradisional satu ikat daun kering yang dibungkus dengan kulit kayu loba

dengan berat sekitar 50 gram dijual dengan harga 2.500 rupiah sampai dengan 4.000

rupiah. Di tingkat pengumpul 1 kilogram daun kering loba dijual dengan harga 45.000

rupiah. Pentingnya aspek konservasi Loba Manu lebih kepada upaya domestikasinya

yaitu membawa jenis yang semula berada di kawasan hutan menjadi komoditi hasil

budidaya. Kendala domestikasi Loba salah satunya adalah perbanyakan bibitnya

terutama yang menggunakan materi generatifnya yaitu biji. Persen perkecambahan

Loba Manu sangat rendah dikarenakan morfologi bijinya yang memiliki cangkang

tebal dan keras. (Hadi et al.,2010)

Syimplocos sp merupakan tumbuhan yang jarang dibudidayakan. Secara fisik,

memiliki biji dengan kulit yang keras, hal ini dapat menghambat proses imbibisi.

Diketahui bahwa air merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan dalam proses

perkecambahan selain faktor cahaya, suhu dan oksigen Berdasarkan hal tersebut maka

perlu ditemukan teknik skarifikasi biji yang sederhana, mudah, dan efektif

meningkatkan persen perkecambahannya. (Kamil, 1979 & lemmens et al., 1999)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN BOTANI

 KLASIFIKASI TUMBUHAN

Kingdom : Plantae
Filum : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Syimplo
Famili : Syimploceace
Genus : Syimplocos
Spesies : Syimplocos sp

 SINONIM DAN NAMA DAERAH


Sumatra : -
Jawa :-
NTT : Ende

 MORFOLOGI
Biji Loba Manu memiliki bentuk yang besar pada bagian pangkal dan mengecil

pada bagian ujungnya, dan memiliki karakter kulit biji yang keras. Variasi diameter

biji Loba Manu antara 8,60-10,15 mm dan variasi panjang biji antara 11,80-19,14 mm.

Tipe perkecambahan dari biji Loba Manu termasuk dalam epigeal. Bahwa epigeal

merupakan proses perkecambahan dimana kotiledon terangkat ke atas permukaan


tanah karena terjadi pemanjangan pada hipokotil (ruas batang dibawah kotiledon)

(Tjitrosoepomo, 2000).

2.2 KEGUNAAN

Bagian dalam kulit kayu dan daunnya digunakan sebagai

pembangkit warna (mordant) dan menghasilkan warna kuning

kemerahan pada industri batik. Beberapa jenis S. fasciculata dapat

berfungsi sebagai obat. Daun muda kadang dimakan mentah atau

dikukus sebagai sayuran. Kayu S. fasciculata juga digunakan untuk

penerangan, konstruksi, sementara, bahan furniture, korek api,

ukiran dan kertas pembungkus

(Lemmens dan WulijarniSoetjipto,1999).

2.3 TEORI

Pengeringan merupakan tahapan yang berpengaruh terhadap komposisi minyak

atsiri daun tanaman. Beberapa reaksi kimia seperti oksidasi dan resinifikasi

terjadi selama proses pengeringan . Suhu dan lama pengeringan juga berpengaruh

terhadap komponen minyak atsiri. Oleh karena itu, kemungkinan adanya

perubahan komponen minyak atsiri selama proses pengeringan dapat terjadi.


BAB III

CARA KERJA

3.1 ALAT
- Gunting tanaman

- Plastik

- Tali rapia

- Benang jagung

- Karung

- Kardus

- Koran

3.2 BAHAN

- Tumbuhan syimplocos sp

3.3 PROSEDUR KERJA

1. Siapkan kertas koran, dibagi menjadi dua


2. Masukkan simplisia kedalam koran dengan posisi daun menghadap keatas dan
kebawah dan daun tidak boleh terlipat
3. Batasi setiap koran berisi simplisia dengan kerdus
4. Press kan simplisia
5. Masukkan kedalam oven selama 2 jam
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, D.S., E. Windyarini, B.D. Prasetyo dan Siswadi. 2010. Teknik Konservasi dan

Domestikasi Loba ( sp.) sebagai Flora Penghasil Bahan Pewarna Alami. Laporan

Tahunan Buku II. Balai Penelitian Kehutanan Kupang.

Kamil, J. 1979. Teknologi Benih 1,Angkasa Raya, Padang.

Lemmens, R.H.M.J, N. Wulijarni dan Soetjipto. 1999. Sumber Daya Nabati Asia

Tenggara, PT. Balai Pustaka (Persero), Jakarta bekerjasama dengan PROSEAIndonesia

Bogor.

Tjitrosoepomo, G. 2000. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai