Model Praktek Keperawatan Profesional PDF
Model Praktek Keperawatan Profesional PDF
A. Pengertian
Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA, sehingga peran
dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat
tanggung jawab yang jelas. Pada aspek strukltur ditetapkan juga standar renpra,
artinya pada setiap ruang rawat sudah tersedia standar renpra berdasarkan
diagnosa medik dan atau berdasarkan sistem tubuh.
B. Tujuan MPKP
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap tim keperawatan
C. Pilar – pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)
Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam mencapai visi
yang telah ditetapkan.
Rencana jangka pendek yang diterapkan di ruang MPKP terdiri dari rencana
harian, bulanan dan tahunan.
a) Rencana harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat sesuai
dengan perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi kegiatan
disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat. Rencana harian dibuat sebelum
operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan pre conference.
- Asuhan keperawatan
- Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain yang
terkait
- Operan
Nama :
Ruangan :
Tanggal :
Jumlah perawat:
Jumlah pasien :
Waktu
Kegiatan
Keterangan
07.00
Operan
Pre conference (jika jumlah tim lebih dari 1), mengecek SDM dan sarana
prasarana.
08.00
Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan perhatian
khusus
10.00
Perawat 1 :………………………..(nama)
……………………………………(tindakan)
Perawat 2 :………………………..(nama)
……………………………………(tindakan)
Perawat 3 :………………………..(nama)
……………………………………(tindakan)
11.00
12.00
Ishoma
13.00
14.00
Operan
- Operan
- Menulis dokumentasi
Nama Perawat:
Ruangan :
Tanggal :
Nama pasien :
Waktu
Kegiatan
Keterangan
07.00
Operan
08.00
Pasien 1…………………………(tindakan)
Pasien 2…………………………(tindakan)
Pasien 3…………………………..(tindakan)
09.00
Perawat 1.......................................(nama)
…………………………………..(tindakan)
Perawat 2.......................................(nama)
.......................................................(tindakan)
10.00
11.00
Pasien 1…………………………(tindakan)
Pasien 2…………………………(tindakan)
Pasin 3…………………………..(tindakan)
12.00
Ishoma
13.00
14.00
Operan
Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah
pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shift
sore dan malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu tim maka perawat
tersebut berperan sebagai ketua tim dan perawat pelaksana sehingga tidak ada
kegiatan pre dan post conference.
- Operan
- Mendokumentasikan askep
Nama perawat :
Ruangan :
Tanggal :
Nama pasien :
1. _____________ 4. ___________________
2. _____________ 5. ___________________
3. _____________ 6. ___________________
Waktu
Kegiatan
Ket
07.00
14.00
21.00
Operan
08.00
15.00
22.00
Pasien 1……………………………(tindakan)
Pasien 2……………………………(tindakan)
Pasien 3……………………………(tindakan)
09.00
16.00
23.00
Pasien 4……………………………(tindakan)
Pasien 5……………………………(tindakan)
Pasien 6……………………………(tindakan)
10.00
17.00
24.00
Pasien 1……………………………(tindakan)
Pasien 2……………………………(tindakan)
Pasien 3……………………………(tindakan)
11.00
18.00
05.00
Pasien 4……………………………(tindakan)
Pasien 5……………………………(tindakan)
Pasien 6……………………………(tindakan)
12.00
19.00
Membimbing makan dan memberi obat pasien
Istirahat
13.00
20.00
06.00
Post Conference (jika tim lebih dari satu orang) dan dokumentasi askep
14.00
21.00
07.00
Operan
Setiap Ketua Tim mempunyai instrumen dan mengisinya setiap hari. Pada akhir
bulan dapat dihitung presentasi pembuatan rencana harian masing-masing
perawat.
b) Rencana bulanan
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil keempat pilar atau
nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan akan membuat
rencana tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas hasil. Kegiatan yang
mencakup rencana bulanan karu adalah:
- Membuat jadual supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat
pelaksana
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan
yang dilakukan ditimnya. Kegiatan-kegiatan yang mencakup rencana bulanan
katim adalah:
- Mempresentasikan kasus dalam case conference
c) Rencana tahunan
Setiap akhir tahun Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu
tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan
rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup:
- Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses
kegiatan (aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional) serta
evaluasi mutu pelayanan.
1. Struktur organisasi
a. Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 Tim dan tiap Tim
diketuai masing-masing oleh seorang ketua Tim yang terpilih.
b. Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua Tim mengatur jadual dinas
(pagi, sore, malam)
d. Apabila suatu ketika satu Tim kekurangan Perawat Pelaksana karena kondisi
tertentu. Kepala Ruangan dapat memindahkan Perawat Pelaksana dari Tim ke
Tim yang mengalami kekurangan anggota.
e. Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam, dan shift
pagi apabila karena sesuatu hal kepala ruangan sedang tidak bertugas. Untuk itu
yang dipilih adalah perawat yang paling kompeten dari perawat yang ada. Sebagai
pengganti Kepala Ruangan adalah Ketua Tim, sedangkan jika Ketua Tim
berhalangan, tugasnya digantikan oleh anggota Tim (perawat pelaksana) yang
paling kompeten di antara anggota tim.
h. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan lain dilakukan oleh Ketua Tim. Bila
Ketua Tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka tanggung jawabnya
didelegasikan kepada perawat paling kompeten yang ada di dalam Tim.
Daftar yang berisi jadual dinas, perawat yang bertugas, penanggung jawab
dinas/shift
Daftar dinas disusun berdasarkan Tim, dibuat dalam 1 minggu sehingga perawat
sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan dinas.
Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala ruangan pada hari terakhir
minggu tersebut untuk jadual dinas pada minggu yang selanjutnya bekerjasama
dengan Ketua Tim. Setiap Tim mempunyai anggota yang berdinas pada pagi,
sore, dan malam, dan yang lepas dari dinas (libur) terutama yang telah berdinas
pada malam hari.
3. Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama perawat
dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat saat menjalankan dinas
di tiap shift.
Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi tanggung jawab tiap
Tim selama 24 jam. Setiap pasien mempunyai perawat yang bertanggung jawab
secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas. Dalam daftar pasien tidak
perlu mencantumkan diagnosa dan alamat agar kerahasiaan pasien terjaga. Daftar
pasien dapat juga menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
atas asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah keperawatan pasien yang
holistik. Daftar pasien juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain
keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan keperawatan pasien.
Daftar pasien di Ruangan diisi oleh ketua Tim sebelum operan dengan dinas
berikutnya dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.
No
Nama Pasien
Nama Dokter
Nama Katim
Perawat PJ
Pagi
Sore
Malam
7/11-07
6/11-07
6/11-07
1
Tim I
Ferri
Zulkifli
Arman
Bary
Dullah
Ahmad
Dirman
Dr. Anton
Dr. Anton
Dr. Anton
Dr. Meti
Dr. Meti
Dr. Meti
Dr. Anton
Anita
Anita
Anita
Anita
Anita
Anita
Anita
Beti
Ujang
Henny
Ulfa
Tito
Pusti
Anita
Beti
Beti
Henny
Henny
Tito
Tito
Anita
Ulfa
Ulfa
Pusti
Ulfa
Pusti
Pusti
Pusti
Ujang
Ujang
Ujang
Ujang
Ujang
Ujang
Ujang
Tim II
Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore atau malam dilakukan oleh
ketua Tim berdasarkan jadual dinas. Kegiatan ini dilakukan sebelum operan dari
dinas pagi ke dinas sore.
- Dinas pagi tanggal 7 November 2007 adalah Beti, Henny, Tito dan Anita.
Beti merawat Ferri sebagai penanggung jawab dan merawat Zulkifli sebagai
perawat asosiet karena Ujang yang bertanggung jawab sedang dinas malam.
c. Pengarahan
- Negosiasi
- Manajemen konflik
a) Pengertian
Aktivitas menciptakan iklim motivasi dievaluasi oleh kepala ruangan dan ketua
tim setiap 6 bulan sekali (per semester) dengan menggunakan suatu
instrumen/kuisioner.
2. Manajemen waktu
a. Pengertian
3. Pendelegasian
a. Pengertian
- Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuannya
4. Supervisi
a. Pengertian
Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan, tetapi lebih
kepada pengawasan partisipatif yaitu dalam proses pengawasan dihargai dahulu
pencapaian atau hal positif yang dilakukan dan memberikan jalan keluar untuk hal
yang masih kurang agar meningkat. Dengan demikian bawahan tidak merasakan
bahwa ia sekedar dinilai akan tetapi dibimbing untuk melakukan pekerjaannya
secara benar.
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-
masing staf perawat yang disupervisi. Untuk Kepala Ruangan materi supervisi
adalah kemampuan manajerial dan kemampuan dalam asuhan keperawatan. Ketua
Tim disupervisi terkait dengan kemampuan pengelolaan di timnya dan
kemampuan asuhan keperawatan. Sedangkan perawat pelaksana disupervisi
terkait dengan kemampuan asuahan keperawatan yang dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi staf
maka disusun standar penampilan yang diharapkan dari masing-masing staf yang
sudah dipahami oleh staf dan jadwal supervisi.
Aktivitas supervisi dievaluasi oleh Kepala Ruangan dan Ketua Tim yang
melakukan supervisi dengan menggunakan instrumen/kuisioner dengan cara self
evaluasi
5. Komunikasi efektif
a. Pengertian
- Operan yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan
malam. Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dari dinas pagi ke dinas sore
dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dari dinas sore ke dinas malam
dipimpin oleh penanggung jawab shift sore.
a. Pengertian
Konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan orang
yang lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari sekumpulan orang yang memiliki
latar belakang yang berbeda konflik mudah terjadi. Demikian juga di ruang
MPKP konflik pun bisa terjadi. Untuk mengantisipasi terjadinya konflik maka
perlu dibudayakan upaya-upaya mengantisipasi konflik dan mengatasi konflik
sedini mungkin di ruang MPKP.
- Bersaing
- Berkolaborasi
Berkolaborasi adalah upaya yang ditempuh untuk memuaskan kedua belah pihak
yang sedang berkonflik. Cara ini adalah salah satu bentuk kerjasama. Berbagai
pihak yang terlibat konflik didorong menyelesaikan masalah yang mereka hadapi
dengan jalan mencari dan menemukan persamaan kepentingan dan bukan
perbedaan. Situasi yang diinginkan adalah tidak ada satu pihakpun yang
dirugikan. Istilah lain cara penyelesaian konflik ini disebut juga win-win solution.
- Menghindar
Menghindar adalah cara menyelesaikan konflik dimana pihak yang sedang
berkonflik mengakui adanya konflik dalam interaksinya dengan orang lain tetapi
menarik diri atau menekan konflik tersebut (seakan-akan tidak ada konflik atau
masalah). Cara ini tidak dianjurkan dalam upaya penyelesaian konflik karena
masalah mendasar tidak diselesaikan, penyelasaian yang terjadi adalah
penyelesaian semu. Untuk itu tidak dianjurkan organisasi untuk menggunakan
metode ini.
- Mengakomodasi
Akomodasi adalah upaya menyelesaikan konflik dengan cara salah satu pihak
yang berkonflik menempatkan kepentingan pihak lain yang berkonflik dengan
dirinya lebih tinggi. Salah satu pihak yang berkonflik mengalah kepada pihak
yang lain. Ini suatu upaya lose – win solution. Upaya penyelesaian konflik dengan
akomodasi sebaiknya juga tidak digunakan terlalu sering karena kepuasan tidak
terjadi secara penuh dan bisa menimbulkan potensi konflik di masa mendatang.
- Berkompromi
Kompromi adalah cara penyelesaian konflik di mana semua pihak yang berkonflik
mengorbankan kepentingannya demi terjalinnya keharmonisan hubungan dua
belah pihak tersebut. Dalam upaya ini tidak ada salah satu pihak yang menang
atau kalah. Ini adalah lose-lose solution di mana masing-masing pihak akan
mengorbankan kepentingannya agar hubungan yang dijalin tetap harmonis.
Upaya mengatasi konflik yang diterapkan di MPKP adalah upaya yang win-win
solution. Suatu upaya berkolaborasi. Untuk itu pembudayaan kolaborasi antar staf
menjadi prioritas utama dalam menyelenggarakan pengelolaan ruangan MPKP.
Pendekatan penyelesaian konflik yang ditempuh adalah dengan pendekatan
penyelesaian masalah (problem solving) yang meliputi:
Bila pendekatan internal yang telah dilakukan untuk menyelesaikan konflik yang
terjadi belum berhasil maka kepala ruangan dapat berkonsultasi dengan kepala
Seksi Perawatan atau Konsultan.
d. Pengendalian.
Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua
kegiatan yang dilakukan terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat
bekerja sama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat sendiri.
- Audit struktur
- Audit hasil
Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi
SDM, dan indikator mutu.
Kondisi SDM dapat berupa efektifitas dan efisiensi serta kepuasan, yaitu
Bed occupancy rate adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan
waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Standar internasional BOR dianggap baik
adalah 80 – 90 % sedangkan standar nasional BOR adalah 70 – 80 %.
x 100%
Catatan :
- Jumlah hari perawatan adalah hasil penjumlahan lama hari rawat pasien
yang keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu
- Jumlah hari per satuan waktu adalah jumlah hari dalam satu periode waktu
2. Penghitungan Rata-rata Lama Rawat (ALOS)
Average Length of Stay (ALOS) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosa tertentu
yang dijadikan tracer (yang perlu pengamatan lebih lanjut). Secara umum ALOS
yang ideal adalah 6 – 9 hari.
Di MPKP pengukuran ALOS dilakukan oleh kepala ruangan yang dibuat setiap
bulan dengan rumus sbb:
Catatan :
- Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien
keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu.
- Jumlah pasien keluar (hidup atau mati): jumlah pasien yang pulang atau
meninggal dalam satu periode waktu.
Turn Over Interval (TOI) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari
saat diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini dapat memberikan gambaran
tentang efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong hanya
dalam waktu 1 – 3 hari.
Di MPKP pengukuran TOI dilakukan oleh kepala ruangan yang dibuat setiap
bulan dengan rumus sbb:
(Jumlah TT x hari) – hari perawatan RS
Angka infeksi nasokomial adalah jumlah pasien infeksi yang didapat atau muncul
selama dalam perawatan di rumah sakit.
Angka dekubitus adalah jumlah pasien yang mengalami dekubitus selama dalam
perawatan di rumah sakit
Di MPKP kegiatan audit dilakukan oleh kepala ruangan, pada status setiap pasien
yang telah pulang atau meninggal dan hasil audit dibuat rekapan dalam satu bulan.
c. Survey Kepuasan
Menurut Philip Kotler, Survey kepuasan pelanggan adalah tingkat keadaan yang
dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau
outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang
Survey kepuasan yang akan dilakukan di ruang MPKP adalah kepuasan pasien,
keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lain.
Di MPKP survey kepuasan pasien dilakukan setiap pasien pulang, diberikan saat
selesai menyelesaikan administrasi atau saat mempersiapkan pulang dengan cara
pasien dan keluarga mengisi angket yang disediakan. Survey kepuasan dilakukan
6 bulan sekali.
No
Kriteria
Sll
Sr
Kd
Tp
2
ALOS diukur setiap bulan
Survey kepuasan pasien dilakukan setiap ada pasien pulang atau meninggal
Survey kepuasan keluarga dilakukan setiap ada pasien pulang atau meninggal
Survey kepuasan tenaga kesehatan dilakukan setiap ada pasien pulang atau
meninggal
Petunjuk :
Sr : sering nilai 3
Kd : kadang-kadang nilai 2
Rekruitmen di ruang MPKP berfokus pada rekruitmen perawat yang ada di rumah
sakit.
1. Seluruh perawat di Rumah Sakit harus menyepakati level MPKP yang akan
dipilih, disesuaikan dengan sumber daya keperawatan yang ada di rumah sakit
tersebut, diharapkan minimal memilih MPKP level pemula.
- Semua perawat yang memenuhi kriteria dipanggil untuk tes tulis. Hasil tes
tulis menetapkan perawat pelaksana yang memenuhi kriteria dan bakal calon
ketua tim dan kepala ruangan.
- Tahap seleksi selanjutnya adalah presentasi yang diikuti oleh perawat yang
memenuhi kriteria karu dan katim untuk memilih kepala ruangan.
- Jika nama dan jumlah perawat telah ditetapkan sesuai dengan hasil tes
maka pimpinan rumah sakit membuat surat keputusan (SK) penempatan perawat
yang bekerja di ruang MPKP.
Setiap perawat yang akan bekerja di ruang MPKP harus melalui masa orientasi
yang sering disebut pelatihan awal sebelum seseorang bekerja pada unit kerja
tertentu. Orientasi berupa pelatihan tentang informasi budaya kerja MPKP dan
informasi umum tentang rumah sakit (visi, misi, program jangka pendek dan
jangka panjang, program mutu, kebijakan dan peraturan). Kegitatan orientasi
menggunakan metode klasikal, praktik lapangan dan praktik kerja.
Kegiatan prientasi dilakukan pada perawat baru yang akan bekerja di ruang
MPKP. Karu dan Katim membuat rencana orientasi.
1. Kepala Ruangan
a. Pendekatan Management:
1) Perencanaan
b) Mempunyai filosofi
2) Pengorgansasian
3) Pengarahan
g) Mamimpin operan
- Mengecek kedisiplinan.
4) Pengendalian
b. Compensatory reward
3. Melakukan orientasi
c. Hubungan Professional
a. Pendekatan Managemen :
1) Perencanaan
2) Pengorgansasian
3) Pengarahan
b. Compensatory reward
c. Hubungan Professional
d. Asuhan keperawatan
3. Perawat Pelaksana
d. Penilaian kinerja
Penilaian kinerja di ruang MPKP ditujukan pada kepala ruangan, perawat primer
dan perawat asosiet. Kemampuan tiap SDM dievaluasi dengan menggunakan
supervisi baik secara langsung (observasi) maupun tidak langsung (melalui
dokumentasi). Kinerja kepala ruangan disupervisi/ dievaluasi oleh kepala bidang
perawatan dan fasilitator/konsultan; kinerja perawat primer disupervisi/ dievaluasi
oleh kepala bidang perawatan, fasilitator/konsultan dan kepala ruangan; kinerja
perawat pelaksana disupervisi/ dievaluasi oleh kepala ruangan dan perawat
primer. Kepala Bidang Perawatan bertanggung jawab mengobservasi dan menilai
keberlllangsungan seluruh aktivitas di ruang MPKP. Dalam supervisinya
didampingi oleh fasilitator atau konsultan.
Pada tahap awal bekerja di ruang MPKP, perawat mendapat penjelasan tentang
proses pengembangan yang dapat diikuti.
D. KOMPONEN-KOPMPONEN MPKP
1. Ketenagaan Keperawatan
3. Proses Keperawatan
4. Dokumentasi Keperawatan
1. Ketenagaan Keperawatan
Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang
diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien.
a. Segala diberikan/dibantu
d. Pemakaian suction
e. Gelisah/disorientasi
Menurut Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan
perpasien untuk dinas pagi, sore dan malam.
Waktu
Klasifikasi
Pagi
Sore
Malam
Minimal
Partial
Total
0,17
0,27
0,36
0,14
0,15
0,30
0,10
0,07
0,20
Sebagai contoh :
Ruang perawatan bedah terdapat 30 pasien, yang terdiri dari 10 pasien minimal,
15 pasien partial, dan 5 pasien total. Maka jumlah perawat yang diperlukan untuk
jaga pagi adalah :
10 x 0,17 = 1,7
15 x 0,27 = 4,05
5 x 0,36 = 1,8
--------------------
Jumlah = 7,55 dan dibulatkan menjadi 8 orang perawat yang dibutuhkan untuk
dinas pagi.
Jumlah = 19 orang
Terdapat pula cara lain dalam perhitungan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan
yang diperlukan yaitu dengan menggunakan rumus yang dikembangkan Arndt
dan huckabay, 1975 (Gillies, 1994) yang selanjutnya secara populer disebut
Formula Gillies, yaitu dengan komponen yang dipertimbangkan dalam
perhitungan :
Rumus :
AXBXC F
------------- = ----- = H.
(C-D) E G
Contoh :
A=4
B = 20
E=8
4 x 20 x 365 29.200
Contoh :
Abdellah dan Levine pada tahun 1965 (Gillies, 1994) menyarankan kombinasi
tenaga keperawatan yaitu 55 % tenaga profesional dan 45 % tenaga non
profesional. Bila disesuaikan dengan katagori tenaga keperawatan di Indonesia,
maka 55 % minimal lulusan D III Keperawatan dan 45 % tenaga keperawatan
lulusan SPK. Intermountain Health Care menyarankan bahwa kombinasi tenaga
keperawatan adalah : 58 % RN, 26 % LPN, dan 16 % Aides (perawat pembantu).
Apabila dikonversi kategori diatas pada situasi ketenagaan keperawatan di
Indonesia maka 58 % Sarjana Keperawatan/D IV Keperawatan, 26 % D III
Keperawatan dan 16 % Perawat Kesehatan (SPK).
Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dinama fungsi keperawatan tertentu
ditugaskan pada setiap perawat pelaksana, misalnya seorang perawat ditugaskan
khusus untuk tindakan pemberian obat, perawat yang lain untuk mengganti
verband, penyuntikan, observasi tanda-tanda vital, dan sebagainya. Tindakan ini
didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing perawat
pelaksana. Oleh karena itu kepala Ruangan terlebih dahulu mengidentifikasi
tingkat kesulitan tindakan tersebut, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan
bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang dimaksudkan. Setiap perawat
pelaksana bertanggung jawab langsung kepada kepala Ruangan. Tidak ada
perawat pelaksana yang bertanggung jawab penuh untuk asuhan keperawatan
pada seorang pasien.
Keuntungan :
c. Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan selalu
berulang-ulang dikerjakan.
Kerugian :
Keuntungan :
Kerugian :
Keuntungan :
3. Proses Keperawatan
1. Identifikasi masalah
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, Hoffart &
Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu nilai –
nilai professional yang merupakan inti MPKP, hubungan antar professional,
metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam
perubahan pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan.
4. Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi yang
jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP.
Dengan demikian, PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan. Sebagai
seorang manajer, PP harus dibekali dengan kemampuan manajemen dan
kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin
yang efektif.
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada yang
sudah doktor, sehingga praktik keperawatan berdasarkan evidence based. Di
ruangan tersebut juga dilakukan penelitian keperawatan, khususnya penelitian
klinis.
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan yang akan
menuju profesional I.
1. MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada yang berlatar belakang
pendidikan SPK, namun Kepala Ruangan dan Ketua Timnya minimal dari D3
Keperawatan
2. MPKP Pemula
a. MPKP I
b. MPKP II
c. MPKP III
MPKP Advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners keperawatan, sudah
memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan doktor keperawatan yang bekerja
di area keperawatan jiwa..
Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP dengan
model MPKP pemula. Kegiatan tersebut dapat dikembangkan jika tenaga
keperawatan yang bekerja lebih berkualitas atau model MPKP telah meningkat ke
bentuk MPKP Profesional.
DAFTAR PUSTAKA
http://attakalya.wordpress.com/2010/04/28/pengembangan-model-praktek-
keperawatan-profesional-mpkp-jiwa/
http://abuddin.wordpress.com/2009/03/14/keperawatan/
http://justwanttosay-stephanie.blogspot.com/2011/09/mpkpmodel-praktek-
keperawatan.html
http://www.scribd.com/doc/49683208/modul-MPKP