Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS RESEPSI DAN

IDENTITAS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

Zulin Nurchayati 1) & Nunik Hariyani2)


1 &2
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unmer Madiun

Abstract
This study is a study highlighting television programs that reveal the problem of self-
image of a person, especially gender in a position as a leader with the title Analysis of
Reception and Identity of Women’s leadership. The purpose of this study is first to see how
the encoding of the One Hour Closer Television program “Susi Pudjiastuti” is aired on TV
ONE. Second, in general, to find out how the whole process of the audience actively read
as well as perception television program One Hour Nearer “Susi Pudjiastuti”. Thirdly,
that is to find out how an active audience uses the female leadership style as contextual
awareness to read the code-messages in One Hour Nearer “Susi Pudjiastuti” which for
one hour talk about Susi Pudjiastuti. The method used is qualitative by using the study
of audiences processed from the type of descriptive data. The research data collected by
indepth interview and literature by using e-book which involves the research subjects
of audiences who have the figure of a female leader. The method of data analysis used
is descriptive - qualitative by way of receptive text in media and specifically contextual
about reading audience in program of broadcast One Hour Nearer “Susi Pudjiastuti”

Keyword: Reception, Identity, Leadership Women

LATAR BELAKANG yang tidak jauh dari pemerintah dan tokoh-


tokoh masyarakat. Program ini mengungkap
Televisi merupakan teknologi audio visual
dari sisi human interest, menghadirkan
yang menyajikan informasi dan hiburan secara
kelurganya, fans sampai mistery guest yang
cepat, terjangkau dan umum dimiliki oleh
kehadirannya tidak disangka-sangka oleh
masyarakat.Setiap stasiun televisi merusaha
bintang tamu yang hadir. Program ini tayangan
memberikan program-program terbaru
perdana pada tanggal 23 Oktober 2009, yang
sesuai tren program yang berlangsung. Begitu
disiarkan langsung setiap Sabtu pukul 19.00
beranekaragam produk yang disajikan televise,
WIB, Indy Rahmawati sebagai presenternya.
salah satu produk unggulan yang disaikan
televise adalah talkshow.“Satu Jam Lebih TV One sebagai sebuah stasiun televisi
Dekat” adalah salah satu program talk show swasta nasional dengan motto “Terdepan
berdurasi 60 menit yang ditayangkan TV One. Mengabarkan” adalah televisi yang termasuk
Biasanya menghadirkan orang-orang penting paling rajin melancarkan kritik terhadap

SOSIAL: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial


Volume 18 Nomor 1 Maret 2017; ISSN : 1411-5344
Analisis Resepsi dan Identitas Kepemimpinan Perempuan

Pemerintah Indonesia, dengan beragam isu tinggi. Selain itu yang membuat banyak
dan wacana yang dikemas dalam berita (news) pertentangan publik adalah penampilannya
dan berbagai talk show termasuk program talk yang cenderung cuek dan apa adanya. Selain
show “Satu Jam Lebih Dekat”. Hal ini terbukti itu tato dikakinya dan kebiasaan merokok
dengan banyaknya acara debat di TV One yang juga menjadikan banyak masyarakat yang
mengkritik kebijakan pemerintahan Jokowi. kurang simpati, walaupun banyak pula yang
Kita tahu tanggal 26 Oktober 2014 Presiden tidak terlalu merisaukan hal tersebut.Namun
Indonesia Joko Widodo mengumumkan dia merupakan salah satu pengusaha yang
kabinet pemerintahannya, yang diberi nama sukses.Kesusksesan Susi terlihat dari puluhan
“kabinet kerja”. Dari 34 menteri kabinet pesawat yang dia miliki dari berbagai jenis
kerja tersebut terdapat delapan menteri seperti Cessna Grand Caravan, Pilatus PC-
perempuan yaitu Menteri Badan Usaha 06 Porter, dan Piaggio P180 Avanti.Dia juga
Milik Negara Rini Soemarno, Menteri banyak dianugerahi pengharagaan antara
Ke­hutanan dan Lingkungan Hidup Siti lain Pelopor Wisata dari Dinas Kebudayaan
Nurbaya, Menteri Koordinator Pembangunan dan Pariwisata Jawa Barat tahun 2004, Young
Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Entepreneur of the Year dari Ernst and Young
Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, Menteri Indonesia tahun 2005, serta Primaniyarta
Sosial Khofifah Indar Parawansa, Menteri Award for Best Small & Medium Enterprose
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Exporter tahun 2005.Akhirnya Presiden Joko
Anak Yohana Yembise, Menteri Luar Negeri Widodo (Jokowi) menjatuhkan pilihannya
Retno LP Marsudi, dan Menteri Kelautan dan pada Presiden Direktur PT ASI Pudjiastuti
Perikanan Susi Pudjiastuti. Diantara delapan Aviation, Susi Pudjiastuti ini untuk menjabat
menteri perempuan yang paling banyak sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.Hal
diperbincangkan di media sosial baik facebook ini berarti, Susi Pudjiastuti adalah salah satu
maupun twitter adalah Menteri Kelautan dan menteri perempuan di kabinet kerja Jokowi.
Perikanan, Susi Pudjiastuti. Semua itu terlihat paradoks, apalagi
Dalam hal ini TV One tidak mau ke­ jika disandingkan dalam sudut pandang
tinggalan, dalam program “Satu Jam Lebih gender, stigma media selama ini bahwa
Dekat” tanggal 6 Desember 2014 menampilkan laki-laki dianggap lebih unggul daripada
menteri Susi Pudjiastuti. Padahal tanggal perempuan. Stigma tersebut menempatkan
5 November 2014, TV One mengkritisi perempuan sebagai warga masyarakat kelas
kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan dua, termasuk dalam hal kepemimpinan.
ini.TV One menampilkan episode Susi Dikarenakan stigma tesebut, kemudian
Pudjiastuti karena termasuk salah satu menteri muncul pandangan bahwa kekuasaan dan
perempuan menjadi kabar utama di media ke­pemimpinan merupakan domain laki-laki
online.Topik Susi Pudjiastuti menjadi hangat yang terwujud dalam identitas maskulin.
karena sosoknya yang cukup kontroversial, Sebagai akibatnya, maka berkembang resistensi
karena hanya mempunyai ijasah SMP, tidak terhadap kepemimpinan perempuan semakin
menyelesaikan pendidikan di bangku SLTA. berkembang.Hingga saat ini, masyarakat
Hal ini tentu kontras sekali dengan menteri- masih cenderung bersikap skeptis terhadap
menteri selama ini yang berpendidikan pemimpin perempuan.Kepemimpinan

Volume 18 Nomor 1 Maret 2017, SOSIAL 115


Zulin Nurchayati & Nunik Hariyan

perempuan seringkali dilihat dari kacamata dalam teks tertulis, yang akan diolah dan
maskulin.Keyakinan deskriptif maskulin- disajikan dalamkarya penelitian ini. Maka
feminin media sering kali menempatkan laki- dalam penelitian ini, wawancara mendalam
laki dan perempuan dalam dua kutub yang menjadi sebuah perangkat penelitian yang
saling berlawanan.Sejak lahir seorang individu sangat penting.Penulis juga mencari data
diharapkan dan diarahan untuk menjadi lainnya (sekunder) yang bersifat tekstual,
dan menampilkan karakter sesuai dengan yangkelak digunakan sebagai data tambahan
identitas gendernya.Walaupun tiap jenis maupun data penguat.Arsip digital berupa
kelamin dihargai oleh berbagai ciri sifat positif, video hasil unduhan dari website http://
masyarakat secara umum menyetujui bahwa www.youtube.comterkait program Satu Jam
karakter yang dikaitkan dengan laki-laki lebih Lebih Dekat “Susi Pudjiastuti” TV One,
bernilai daripada karakter perempuan. berperan sangat penting dan digunakan
untuk menunjukkan menarik atau tidaknya
RUMUSAN MASALAH
tema seputar gaya kepemimpinan perempuan
Berdasarkan latar belakang, maka sebagai variasi lain dari data teks.
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Metode Pengumpulan Data
1. Bagaimana enkoding Satu Jam Lebih
Metode pengumpulan data ini akan
Dekat episode “Susi Pudjiastuti” kepada
dilakukan melalui wawancara sekaligus
khalayak televisi ?
diskusi kelompok terfokus atau wawancara
2. Bagaimana khalayak aktif meresepsi mendalam (indept interview) saat sebelum
pesan-kode dalam Satu Jam Lebih Dekat dan setelah pemutaran video. Data kualitatif
episode “Susi Pudjiastuti”? berupa rekaman hasil wawancara yang
3. Bagaimana para khalayak meresepsi diperoleh dalam sesi ini akan diposisikan
“identitas kepemimpinan perempuan” sebagai data primer, sedangkan data utama
dalam Satu Jam Lebih Dekat episode “Susi ialah teks transkripsi dialog di dalamnya dan
Pudjiastuti”? teks transkripsi hasil wawancara mendalam.
Sementara itu,data sekunder akan diperoleh
METODE PENELITIAN
melalui studi pustaka baik berupa literatur
Jenis Penelitian tercetakmaupun literatur dalam bentuk digital
Penelitian ini adalah penelitian yang (e-book). Langkah ini akandisesuaikandengan
bersifat kualitatif (tekstual), artinya data yang kebutuhan penulis. Sumber-sumber referensial
diperoleh dan disajikan berupa data deskriptif lainnya yang mendukungpenelitian ini dapat
yang menunjukkan kualitas, bukan kuantitas. berupa buku, jurnal penelitian, artikel-artikel
Kekuatan utama dalam penelitian ini adalah yang berkaitandengan penelitan ini.
data primeryang diperoleh langsung melalui Pemilihan Khalayak (Subjek) Penelitian
wawancara dengan sekelompok khalayak
Khalayak dalam penelitian ini penulis
yangberperan sebagai responden sekaligus
pilih secara sengaja (purposive) dengan
subjek penelitian. Objek material penelitianini
mempertimbangkan persamaan maupun
adalah hasil wawancara, atau dialog dan
perbedaan dalam latar belakangsosial budaya.
bincang-bincang yangditranskripsikan ke
Mereka dipertemukan untuk menonton Satu

116 SOSIAL, Volume 18 Nomor 1 Maret 2017


Analisis Resepsi dan Identitas Kepemimpinan Perempuan

Jam Lebih Dekat “Susi Pudjiastuti” secara begitu penulis akan mengamati bagaimana
bersamaan, sambil penulis melakukan peng­ khalayak menontonSatu Jam Lebih Dekat
amatan, dan setelah itu melakukan wawan­ “Susi Pudjiastuti”, yang telah di unduh dari
cara perorangan secara fleksibel apabila youtube.com. Agar tidak bias, penulis telah
di­b utuhkan.Teknik pengumpulandata memastikan bahwa khalayak yang dipilih juga
semacam ini penulis pertimbangkan untuk menonton program Satu Jam Lebih Dekat
mendapatkan kedalaman kualitasdata dalam “Susi Pudjiastuti” langsung dari televisi atau
wawancara, sehingga dapat diketahui alasan, media lain.
argumentasi dari khalayak. Penulis sebisa
Tinjauan Pustaka
mungkin akan mengkondisikan khalayak agar
merasa nyaman untuk berdiskusi. Ada beberapa penelitian dan pustaka
Penulis hanya memilih dua orang khalayak mengenai kajian khalayak (audience studies)
dalam penelitian ini, karenapertimbangan yang dapat penulis baca dan temukan,
bahwa jumlah khalayak tersebut sudah terutama yang paling dekat dengan penelitian
cukup banyak untuk berbicara dalam diskusi yang akan penulis lakukan
kecil. Jumlah itu pun akan cukup meng­ Penelitian pertama yang penulis tinjau
hasilkanbanyak variasi pandangan atas adalah penelitian karya David Morley (1999)
keberagaman (polyvocality). tentang kajian khalayak yang berjudul The
Dua orang khalayak perempuan yang Nationwide Audience.Karya ini merupakan
dipilih dalam penelitian ini adalah : penelitian bertema kajian khalayak yang secara
metodologis dapat dipakai sebagai model
Hj. Arina Manasikana, S.Pdi.dan Drh.
untuk diterapkan dalam penelitan-penelitian
Lilin Syarifah. Persyaratan agama juga sengaja
tentang khalayak, termasuk penelitian yang
dicantumkan pertama karena penelitian ini
penulis lakukan. Morley termasuk pelopor
akan membahas soal gaya kepemimpinan
dalam kajian resepsi Generasi Kedua:
perempuan, untuk berbicara atas nama dirinya
etnografi khalayak (Alasuutari, 1999: 4
sebagai orang beragama.
6),yang kemudian disusul oleh Ang (1985),
Metode Analisis Data Hobson (1982), Katz dan Liebes (1984), Liebes
Penekanan dalam penelitian ini secara (1984), dan Liebes dan Katz (1990). Etnografi
umum adalah bagaimana khalayak meresepsi khalayak, yang kemudian dikenal sebagai
teks dalam media dan secara khusus juga kajian resepsi khalayak, melakukan analisis
kontekstual adalah tentang pembacaan sebuah programmedia dan mengkaji resepsi
khalayak sebagai perempuan terhadap khalayak melalui wawancara mendalam
persoalan identitas menteri perempuan di (indepthinterviews) terhadap khalayaknya
Indonesia yang ditayangkan lewat program Penelitian yang dilakukan David Morley
Satu Jam Lebih Dekat “Susi Pudjiastuti”, serta ini muncul dalam tradisipenelitan kajian
mengapa khalayak merespsi seperti itu. Maka, media dan khalayak di Brimingham Centre
penelitian ini juga adalah tentang bagaimana for ContemporaryCultural Studies (BCCCS).
orang perempuan berbicara tentang identitas Karya ini sendiri merupakan penerapan dan
kepemimpinan perempuan. Dengan pengembangan kerangka teori Stuart Hall,

Volume 18 Nomor 1 Maret 2017, SOSIAL 117


Zulin Nurchayati & Nunik Hariyan

yakni encoding/decoding.Hal lainmenurut words?” ke dalam perspektif kajian konsumsi


Morley, terkait dengan pengonsepan respon televisinya menjadi:“How to do things with
khalayak,ialah bahwa salah satu kelompok television?” Penelitian khalayak yang dilakukan
yang ditelitinya menolak dan mengolok-olok Budiman menitikberatkan pada bagaimana
sebagian besar isi dari program-program yang logika konsumsi dipraktikkan dalam kegiatan
ditayangkan, yang mana dilakukansecara menonton televisi, atau dalam hemat penulis
sengaja dan hati-hati (Brooker dan Jermyn, menyebutnya sebagai praktik konsumsi
2007: 91-2; Barker, 2009: 289).Morley me­ televisi.
nunjukkan secara rinci bagaimana variasi Menonton televisi adalah sama dengan
sosio-demografis menurut kompetensi dan mendapatkan berbagai aneka pengalaman,juga
kerangka kerja kultural, sehinggamembantu bisa meningkatkan kemampuan melakukan
penulis dalam memilih informan. berbagai kegiatan secarabersamaan (multi-
Pustaka yang selanjutnya dapat dirujuk tasking). Kegiatan bersama televisi secara
adalah“Understanding Popular Culture” oleh auditoris(mendengar), dengan menghadirkan
John Fiske. Fiske, secara kontras, sesekali suaranya sebagai suara latar (backgroundnoise),
dituduh terlalu optimis dengan selebrasinya menjadikan kegiatan menonton televisi
atas kekuatan penolakan (oposisional) dari sebagai “teman” yang setia, yang bahkan dapat
khalayak.Fiske mengawali tulisannya dengan dijadikan sebagai interlokutor seperti halnya
membicarakan pemberontakan skala kecil manusia (Budiman, 2002: 129-131).
yang melekat dalam merobek celana jeans Hal yang perlu ditekankan bahwa ge­
yang dibeli dan kemudian mengubahnya ne­r asi kedua dari penelitian etnografi
menjadi kreasi si pemakainya, sebuah kreasi khalayak ini mengimplikasikan sebuah
individual, yangkemudian memperluas citra gerakan menjauh dari media menuju kepada
kepada pemahaman.Lalu kata "merobek" komunitas interpretif itu sendiri. Jensen
secara metaforis diartikan lebih luas sebagai (1990) lewat Alaasutari (1999) yang menga­
pengakuan budaya yang dilakukan secara takan bahwa analisis objeksentral dari
simbolis, atau perlawanan simbolis(Brooker penelitian komunikasi massa terdapat di luar
dan Jermyn, 2007: 92 dan 112-6). media, yakni dikomunitas dan kebudayaan
Penelitian John Fiske ini cenderung di mana media dan khalayak terkonstitusi
pada penelitian atas teks, simbol dan tanda, (Alasuutari,1999: 7).
seperti bagaimana Fiske menggunakan Karya selanjutnya yang penulis tinjau
semiotika sebagai pisau analisanya.Tinjauan terkait soal konsumsi televisi danidentitas
karya selanjutnya adalah penelitian khalayak adalah dari Tamar Liebes dan Elihu Katz yang
yangdilakukan oleh Kris Budiman (2002) di menulis, “The Export ofMeaning: Cross-cultural
dalam buku, “Di Depan Kotak Ajaib:Menonton reading of Dallas,” dalam Brooker dan Jermyn
Televisi Sebagai Praktik Konsumsi.” Budiman (2007:287-304). Eksplorasi kajian Liebes dan
mengadaptasipertanyaan utama yang dipakai Katz (1991) tentang penerimaan serialDallas
dalam penelitian kajian pragmatik bahasa di kalangan penonton dari berbagai latar
yang dilakukan oleh J.L. Austin (1962) sebagai belakang kultural dan etnismerupakan studi
pertanyaan sentralnya: “How to dothings with skala besar tentang identitas nasional/etnis

118 SOSIAL, Volume 18 Nomor 1 Maret 2017


Analisis Resepsi dan Identitas Kepemimpinan Perempuan

kultural dan tontonanfiksi televisi.Kajian citra yang diterimanya (Heryanto, 2008: 102).
ini melibatkan sebanyak 65 FGD (focus- Beragam pembacaan yang dilakukan khalayak
group discussion)dari berbagai komunitas dalam penelitian inimenjadi sulit dipahami
etnis. Khalayak terdiri dari orang-orang karena perbedaan latar belakang etnis dan
Arab, YahudiRusia, Yahudi Maroko dan komunitaskebudayaan.Penulis menggunakan
anggota Kibbutz Israel di Israel, ditambah penelitian ini sebagai tinjauan dalam melihat
sekelompokorang Amerika dan Jepang yang bagaimana identitas Amerika-nya Dallas di­
berada di negara asal mereka. Barker (2009) negosiasikan dalam kebudayaanYahudi. Selain
mengatakan bahwa kajian ini berusaha mencari itu, bagaimana penerapan 14 kategori dimensi
bukti atas pembacaan berbeda atasDallas pembacaan dalam penelitian yang Liebes dan
dalam hal pemahaman dan kemampuan kritis Katz lakukan, sepertinya dapat digunakan di
khalayak.Asumsinya ialahbahwa anggota FGD prosesanalisis dalam penelitian penulis.
itu akan mendiskusikan teks ini satu sama lain Barker pun menekankan bahwa sesung­
danmengembangkan interpretasi bersama- guhnya pemanfaatan identifikasi kultural
sama berdasarkan atas pemahaman cultural khalayak sendiri sebagai titik perlawanan
secara timbal balik (Barker, 2009: 291). juga membantu membentuk identitas kultural
Di dalam Brooker dan Jeremyn (2007), tersebut melaluiartikulasinya (Barker, 2009:
secara singkat Penelitian Katz danLiebes 292)
berkonsentrasi pada cara bagaimana ke­ Pustaka selanjutnya yang akan penulis
yakinan religius Yahudi dan pengalaman tinjau adalah tulisan Rachmah Idadalam
kebudayaan berpengaruh terhadap pembacaan Heryanto (2008) mengenai sebuah etnografi
khalayak terhadapserial Dallas. Menariknya khalayak dengan persoalan bagaimana
ialah ketika mereka menggambarkan ada perempuan domestik/lokal mengonsumsi teks
sebuahpersetujuan dan pembenaran dari asing yang berupa serialremaja Meteor Garden
etika kebudayaan mereka sendiri yang paling (Taiwan) di dalam pusaran arus budaya global,
disukai, kemudian dikontraskan dengan melalui media televisi pada era kontemporer
sikap ketidakpedulian terhadap nilai-nilai Indonesia. Menariknya di sini ialah bagaimana
"Amerika" yang terdapat di dalam Dallas. pembacaan respon khalayak terhadap teks
Bahkan satu dari responden denganbangga tersebut yang juga menegaskan sekuat
menyatakan, “Kau lihat, saya seorang Yahudi apa identitas mereka sebagai perempuan
memakai topi tengkorak,dan saya telah belajar Indonesia di lingkungan masyarakat kampong
dari film ini untuk mengatakan “kebahagiaan per­kotaan. Selain itu, penulis dapat melihat
adalah kepercayaan (personal) kami", bahwa bagaimana khalayak membandingkan serial
kami adalah bangsa Yahudi.”( Brooker dan Meteor Garden dengan sinetron negeri sendiri
Jermyn (editor), 2007:294). (baca: Indonesia).
Rachmah Ida dalam ArielHeryanto (2008) Dari penelitian ini, kita dapat mengetahui
menegaskan pernyataan Liebes dan Katz bahwa bahwa popularitas program televisi Asia di
betapapuncanggihnya analisis isi, masih tidak Indonesia telah berhasil menjalankan aksinya,
dapat menerangkan bagaimana penonton sekaligusmenunjukkan bahwa sumber daya
melihat, menafsirkan, juga membahas pesan- non-Barat telah dapat memikat penonton

Volume 18 Nomor 1 Maret 2017, SOSIAL 119


Zulin Nurchayati & Nunik Hariyan

lokal/domestik serta sudah menciptakan karakteristik gender yang dapat digolongkan


atau mengawali pola pemrograman baru di menjadi maskulin dan feminin maka variabel
dunia industri pertelevisian Indonesia era gaya kepemimpinan yang relevan untuk
pasca-otoritarianisme. Keberhasilan perluasan dipergunakan adalah gaya kepemimpinan
ekspor nasional ini menurut Sinclair, Jacka dan otokratis (directive leadership) untuk laki-
Cunningham (1996)dalam Ida, tergantung laki dan demokratis (participative leadership)
pada sejumlah faktor seperti kedekatan untuk perempuan.
budaya dangeografis (lihat Heryanto, 2008: Kedua, merujuk pada Schermerhorn
109). Keberhasilan ini juga dapat dilihat (2003) bahwa pemimpin wanita selalu lebih
sebagaisebagai "sumber daya baru" untuk cenderung untuk bertingkah laku secara
program impor dalam pertelevisian Indonesia, demokratik dan mengambil bagian dimana
tidak hanya karena memberikan program- mereka lebih menghormati dan prihatin
program alternatif bagi penonton diIndonesia, terhadap pekerjanya/bawahannya dan berbagi
melainkan karena mereka juga menyajikan ‘kekuasaan’ serta perasaan dengan orang lain
sejumlah nilai dan prilaku kebudayaan yang Kajian yang penulis lakukan secara
akrab dengan cita rasa budaya khalayak garis besar berbeda dengan yangdilakukan
Indonesia. Pada tulisan Ida, kita dapat Ida dan Schermerhorn.Perbedaanya ialah
menemukan beberapa catatan bahwa ada Schermerhornadalah kuantitatif dan Ida
kesamaan antara penelitiannya dengan Morley melakukan etnografi khalayak dan fokusnya
(1986) dan juga Budiman (2002),yang meneliti terhadap bagaimana perempuan mengonsumsi
pola menonton televisi dalam keluarga. Aspek identitas dan teks tentang budayayang asing,
penting yang tidakterlupakan dalam tulisan bukan berasal dari dirinya maupun lingkungan
Ida ialah bahwa ini merupakan kajian tentang sosialnya.Sementara itu, persamaanya lebih
perempuan kota kelas bawah di kota Gubeng, terlihat secara umum yakni melakukan kajian
Surabaya, terutama ketika menunjukkan terhadap khalayak yang mengonsumsi televisi.
bagaimana hubungan posisi kelas, gender, dan Sedangkan penelitian ini akan melakukan
usia terhadap sikap khalayak saat menyaksikan kajian terahadap kalayak yang menonton
tokoh-tokoh (aktor-aktris) dalam tayangan program televisi yang berubungan dengan
televisi tersebut. gaya kepemimpinan perempuan.
Sedangkan untuk kerangka pemikiran
Kerangka Pemikiran
kepemimpinan perempuan mengadaptasi
penelitian Gibson (1995) yang menunjukkan Di dalam kerangka berpikir dan analisa
bahwa sebagian besar perempuan memiliki terhadap penelitian khalayak yang berjudul
dimensi perilaku communal yang cenderung “Resepsi Penonton dan identitas kepemimpinan
memikirkan kesejahteraan bawahan dan lebih perempuan (Kajian Khalayak atas Program
menekankan interaksi dan memfasilitasi Satu Jam Lebih Dekat Susi Pudjiastuti di
bawahan, sedangkan kaum laki-laki lebih TVONE)”, penulis menggunakan kerangka
cenderung memiliki dimensi agentic pemikiran khalayak aktif,Encoding/
yang mana didalam dimensi perilaku ini Decoding Stuart Hall namun akan lebih
bersifat tegas, berorientasi pada tujuan dan menitik beratkan pada konsepdecoding atau
cenderung bersifat menguasai.Berdasarkan mendekode atau mengawasandi, yang mana

120 SOSIAL, Volume 18 Nomor 1 Maret 2017


Analisis Resepsi dan Identitas Kepemimpinan Perempuan

Pierre Bourdieu(1984/2006: 2) dalam buku makna tekstual, dan mereka melakukannya


klasiknya berjudul Distiction menyebutnya berdasarkan kompetensi kultural yang
sebagai"reading" atau "membaca" jika sebelumnya yang dibangun dalam konteks
dialihbahasakan ke bahasa Indonesia. bahasa dan relasi sosial (Barker, 2009: 286).
Kerangka pemikiran ini menjadi Di dalam buku lain, Karen Ross dan Virginia
landasan dalam kajian media, khususnya Nightingale (2003) mengatakan bahwa kajian
dalam kerangka kerja cultural studies yang khalayak secara khusus dilakukan untuk
lebih luas dan mendalam penulis kemudian mengidentifikasikan prilaku tertentu dari
melengkapinya dengan kajian resepsi generasi menonton, mendengarkan, dan membaca
ketiga: pandangan konstruksionis (lihat materi media tertentu. Terakhir ialah proses
Alasuutari,1999: 6-8). Penelitian ini juga akan konstruksi makna dan tempat televisi dalam
berbicara mengenai "gaya kepemimpinan rutinitas kehidupan sehari-hari bergeser
perempuan",maka penulis menutup sub bab dari kebudayaan yang satu ke kebudayaan
ini dengan konsep tentang identitas yang yang lain dan berubah dalam konteks kelas
terkait dengan penelitian ini. dan gender di dalam konteks kultural yang
sama (Barker, 2009: 286-7).Kajian resepsi atau
Khalayak Aktif (Active Audience)
reception studies, yang merupakan generasi
Penulis mengategorikan khalayak pertama(Alasuutari, 1999: 2) dari penelitian
program televisi SS di Metro TV sebagai resepsi, adalah sebuah model analisis
khalayak aktif (active audience) yang yangdapat dipakai untuk melihat bagaimana
menonton lewat televisi. Oleh karenanya penerimaan informasi atau berita oleh media
khalayak televisi dapat disamakan dengan kepada khalayak. Pada konsep ini asumsi
pembaca buku, dan kegiatan yang dilakukan dasarnya adalah perbedaan pada khalayak baik
juga disebut membaca (reading).Tak hanya itu pria maupun wanita dalam mengkonsumsi
saja, pandangan active audience menyarankan suatu informasi maupun dalam memilih suatu
kepada khalayak untuk lebihaktif memutuskan media tertentu.Kemudian juga berbeda apabila
mengenai bagaimana menggunakan media. orang-orang tersebut berasal dari kelas sosial,
Sebagaimana tradisi penelitian terhadap usia, dan etnisitas yang berbeda. Dalam kajian
khalayak yang telah lama dilakukan dalam resepsi dikenal istilah interpretive communities
kerja penelitian cultural studies, tradisi active atau masyarakat interpretatif (Alasuutari,1999:
audience dalam cultural studies menunjukkan 195).
bahwa khalayak bukanlah orang bodoh
secara kultural melainkan produsen makna Encoding dan Decoding (Kajian Resepsi)
aktif dalam konteks kultural mereka sendiri StuartHall memulai tulisan tentang
(Barker, 2009: 285-6). Selain itu, sifat audience encoding/decoding dari kritik terhadap riset
itu sendiri ditentukan oleh praktik kebudayaan komunikasi massa, yang secara tradisional,
dan sosial yang luas,serta konteks penerimaan telah mengonsepsi proses komunikasi dalam
langsung (Sen dan Hil, 2001: 12). Khalayak kaitannya dengan putaran atau sirkuit sirkulasi.
adalah pencipta kreatif makna dalam Struktur penyiaran harus menghasilkan
kaitannya dengan televisi.Artinya mereka pesan-pesan yang dienkodekan dalam bentuk
tidak sekedar menerima begitu saja makna- diskursus yang bermakna.

Volume 18 Nomor 1 Maret 2017, SOSIAL 121


yangdapat dipakai untuk melihat bagaimana kaitannya dengan putaran atau sirkuit
penerimaan informasi atau berita oleh media sirkulasi.Struktur penyiaran harus
kepada khalayak. Pada konsep ini asumsi menghasilkan pesan-pesan yang dienkodekan
dasarnya adalah perbedaan pada khalayak dalam bentuk diskursus yang bermakna.
Zulinbaik
Nurchayati
pria & Nunik Hariyan
maupun wanita dalam

programme as
“meaningful” discourse

Encoding Decoding

meaning meaning
structures 1 structures 2
frameworks frameworks
of knowledge of knowledge

relations relations
of production of production

technical technical
infrastructure infrastructure

Gambar
Gambar 1 . Encoding dan
dan Decoding
Decoding(Hall
(HalldalamDouglas
dalamDouglasKellner,
Kellner,2006,
2006,165)
165)

Jikamembaca
Jika membaca bagan
bagan di
di atas;
atas; sesuatu
sesuatu yang
yang “kesalahpahaman‟ dalamHall,
dengan iskursifnya (lihat pertukaran
Hobson, Lowe,
telah diberi label ialah sebagai “struktur
telah diberi label ialah sebagai "struktur makna komunikatif bergantung pada
dan Willis, 2011: 217-8). Khalayak tingkat
dipahami
makna 1‟ dan “struktur makna 2 ‟ yang simetri/asimetri (relasi padanan kata)
1" dan "struktur
mana maknatidak
mungkin 2" yang manaKeduanya
sama. mungkin sebagaiditetapkan
yang individu yangdidiposisikan
antara secara
posisisosial
tidakbukan
sama. Keduanya
merupakan bukan “keidentikan
merupakan yang pembacaannyaantara
“personifikasi‟, akan dikerangkakan
produser oleh
"keidentikan
langsung‟.K ode enkoding enkoding
langsung".Kode dan
dan dekoding makna kultural
(encoder) dan dan praktik(decoder).
penerima yang dimiliki
mungkin tidak simetris
dekoding mungkin tidak simetris secara secara Namun ini pada gilirannya bergantung
bersama. Sejauh khalayak berbagi kode
sempurna.Tingkat-tingkat kesimetrisan,
sempurna.Tingkat-tingkat kesimetrisan, pada
kukturaltingkat
dengan keidentikan
pengode, mereka atau akan
atau tingkat ‟
“pemahaman dan ketidakidentikan di antara kode yang
atau tingkat “pemahaman" dan “kesalah mendekode (mengawasandi) pesan di dalam
pahaman" dalam pertukaran komuni­katif kerangka kerja yang sama. Namun ketika
bergantung pada tingkat simetri/asimetri khalayak ditempatkan pada posisi sosial yang
(relasi padanan kata) yang ditetapkan di berbeda, seperti kelas dangender, dengan
antara posisi “personifikasi", antara produser sumber daya kultural yang berbeda, dia mampu
(encoder) dan penerima (decoder). Namun mendekodeprogram dengan cara alternatif
ini pada gilirannya bergantung pada tingkat (Barker, 2009: 288). Kode yang dinegosiasikan
keidentikan atau ketidakidentikan di antara melakukanpengoperasiannya melalui apa
kode yang secara sempurna atau tidak yang dapat kita sebut logika partikular
sempurna mentransmisikan,menginterupsi, atauterkondisikan. Dan logika ini ditopang
atau secara sistematis mendistorsi apa yang oleh relasi perlawanan danketidaksepadanan
telah ditransmisikan. antara logika tersebut dengan pelbagai
Kurangnya kecocokan di antara kode diskursus dan logikakekuasaan (Hall, Hobson,
banyak berhubungan dengan perbedaan Lowe, dan Willis, 2011: 229).
relasi dan posisi struktural antara penyiar Mengacu pada konsep encoding, bahwa
dan khalayak, hal tersebut juga berhubungan komunikator memilih untuk mengenkode

122 SOSIAL, Volume 18 Nomor 1 Maret 2017


Analisis Resepsi dan Identitas Kepemimpinan Perempuan

(memahami) pesanuntuk maksud ideologis “Identitas sosial . . . diasosiasikan dengan


dan kelembagaan serta memanipulasi bahasa hak-hak normatif, kewajiban dan sanksi, yang
dan mediauntuk tujuan ini. Artinya, pesan pada kolektifitas tertentu, membentuk peran.
media diberi suatu pembacaan yang disukai Pemakaian tandatanda yang terstandarisasi,
ataupreferred reading (Antoni, 2004: 192). khususnya yang terkait dengan atribut
Identitas Kepemimpinan Perempuan badaniah umur dan gender, merupakan hal
yang fundamental di semua masyarakat,
Pemaparan kerangka berpikir tentang
sekalipun ada begitu banyak variasi lintas
“gaya kepemimpinan perempuan" ini akan
kultural yang dapat di catat (Giddens, 1984:
dimulai dari konsep identitas antiesensialisme
282-3 dalam Barker, 2009: 176).
yang merupakan semangat utama dari
gerakan kajian budaya (cultural studies).Di Dalam hemat Barker, identitas adalah
sini, identitas bersifat cultural dalam segala soal kesamaan dan perbedaan, tentang aspek
aspeknya, bersifat khas sesuai dengan ruang personal dan sosial.Identitas juga „tentang
dan waktu tertentu.Artinya, bentuk identitas kesamaan Anda dengan sejumlah orang dan
dapat berubah terkait dengan berbagai konteks apa yang membedakan Anda dari orang lain"
sosial dan kultural tertentu (Barker, 2009: 174). (Weeks, 1990: 89 dalam Barker, 2009: 176).
Hampir senada dengan Giddens, Stuart
Penulis kemudian menggunakan kerangka
Hall menyuarakan pendapat antiesensialis-
pemikiran Anthony Giddens (via Barker, 2009:
nya tentang identitas yang menekankan
175), yaitu identitas-diri dan identitas sosial.
sebagaimana halnya dengan soal kemiripan,
Menurut Giddens identitas-diri terbentuk
identitas diatur di sekitar jumlah perbedaan.
oleh kemampuan untuk melanggengkan
Identitas (kultural) dilihat bukan sebagai
narasi tentang diri sehingga membentuk
refleksi atas kondisi suatu hal yang tetap
suatu perasaan terus-menerus tentang adanya
dan alamiah, melainkan sebagai proses
keberlangsungan biografis.Jadi, identitas-diri
menjadi. Tidak ada esensi bagi identitas
bukanlah sifat distingtif atau bahkan kumpulan
yang perlu dicari; namun, identitas kultural
sifat yang dimiliki oleh individu(Giddens,
terus menerus diproduksi di dalam vector
1991: 53 dalam Barker, 2009: 175).Yasraf Amir
kemiripan dan perbedaan.Identitas kultural
Piliang (2011) dalam bukunya, “Dunia Yang
bukanlah esensi melainkan posisi yang terus-
Dilipat”, menyebut identitas adalah karakter
menerus berubah, dan titik perbedaan di
pribadi yang khas pada diri seseorang individu
sekitar identitas kultural bisa menyebab-kan
dalam relasinya dengan individu-individu lain
jadi beragam dan berkembang (Barker, 2009:
secara sosial.Berbagai sumber daya yang dapat
185). Titik perbedaan itu antara lain ialah
kita bawa ke dalam proyek identitas tergantung
identifikasi kelas, gender, seksualitas, umur,
kepada kekuatan situasional di mana kita
etnisitas, kebangsaan, posisi politik pada
menerjemahkan kompetensi kultural kita
berbagai isu, moralitas, agama, dan lain-lain,
di dalam konteks kultural tertentu. Artinya
dan masing-masing posisi diskursif tersebut
identitas bukan hanya soal deskripsi diri
dengan sendirinya tidak stabil. Identitas
melainkan juga soal label sosial (Barker, 2009:
kemudian menjadi „potongan" atau kilatan
176).
makna yang terungkap; penempatan yang
strategis yang memungkinkan adanya makna.

Volume 18 Nomor 1 Maret 2017, SOSIAL 123


Zulin Nurchayati & Nunik Hariyan

Gagasan selanjutnya yang ingin penulis (2)    Demokratik. Pemimpin demokratik


hadirkan ke akhir subab kerangka pemikir­ memberikan kesempatan pada yang dipimpin
an ini adalah rangkuman gagasan tentang untuk ikut aktif ambil bagian, ikut urun
identitas dari Graeme Burton (2011) rembug dalam proses kepemimpinannya:
dalam “Membincangkan Televisi: Sebuah (3)    Laissez faire. Pemimpin laissez faire
Pengantar Kajian Televisi”. Menurut Burton, memberikan kebebasan sepenuhnya kepada
identitas merupakan sebuah konsep yang yang dipimpin, pemimpin tidak ikut aktif
sulit dipegang, bermakna berbeda untuk dalam menentukan tujuan kegiatan kelompok
orang yang berbeda, terutama mereka yang dan tidak ikut aktif dalam menentukan tujuan
terlibat di dalam dan di luar kelompok dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut.
juga mempunyai makna bersama. Identitas Bass (dalam Munandar, 2001; Tondok &
adalah sesuatu yang ada dalam kesadaran, Andarika, 2004). Membagi kepe­mimpinan
diartikulasikan dalam komunikasi, dan juga berdasarkan cara seorang pemimpin
dihidupkan dalam sebuah konteks budaya. berinteraksi dengan bawahannya dalam dua
Itulah mengapa identitas etnis dan rasial, yang model, yaitu kepemimpinan transaksional
mana merupakan identitas esensialisme, ada dan kepemimpinan trans­formasional: (1)
dalam benak kita, dalam benak orang lain, Kepemimpinan Transak­sional. Pemimpin
dalam artikulasi program televisi, dalam memfokuskan perhatiannya pada transaksi
kehidupan keseharian kita yang melibatkan interpersonal antara pemimpin dengan
pemirsaan terhadap program televisi (Burton, karyawan yang melibatkan hubungan
2011: 243-244). pertukaran. (2) Kepemimpinan Transfor­
Kemudian untuk berbicara soal kepe­ masional. Kepemimpinan transfor­masional
mimpinan perempuan, secara khusus mengarah kepada perubahan dalam tindakan
penulis mengajak dan merujuk kepadagaya untuk mencapai sasaran organisasi kepada
atau tipe kepemimpinan. gaya kepimpinan suatu tujuan yang tidak pernah diraih
adalah    tentang hubungan pimpinan dan sebelumnya.
bawahan yang pada akhirnya mengarah Terdapat lima aspek kepemimpinan
kepada pengambilan keputusan bagi pimpinan transformasional yaitu, attributed charisma.
(Mochtar, 2009). Pada dasarnya tidak ada gaya Aspek kedua yaitu  inspirational leadership/
kepemimpinan yang lebih efektif daripada motivation.Aspek ketiga yaitu  intellectual
yang lain, karena hal tersebut tergantung stimulation.Aspek keempat adalah individual
kepada situasi dan kondisi yang ada pada consideration. Asp ek yang kelima
organisasi tersebut.Kurt Lewin seorang tokoh yaitu idealized influence.
psikodinamika membagi tipe kepemimpinan Fiedler (Mochtar 2009) menelaah
menjadi tiga, yaitu: (1)  Otoriter. Pemimpin gaya kepemimpinan melalui pendekatan
dengan tipe otoriter menggunakan otoritas kontingensi. Menurut fedler dalam situasi
yang ada pada dirinya dalam memimpin anak kerja terdapat tiga elemen penting yang dapat
buahnya. Pada umumnya pemimpin otoriter mempengaruhi gaya kepemimpinan yang
memberikan perintah dengan paksaan, efektif, yaitu hubungan pimpinan bawahan,
memaksakan apa yang ada dalam dirinya struktur tugas, dan kekuasaan jabatan.
agar dapat diterima oleh yang dipimpinnya; Berrdasarkan interaksi ketiga unsur tersebut

124 SOSIAL, Volume 18 Nomor 1 Maret 2017


Analisis Resepsi dan Identitas Kepemimpinan Perempuan

dapat dirumuskan dua tipe kepemimpinan (Atwater, 1983; Broverman, 1972; Bakan, 1966;
yaitu task oriented dan poeple oriented Chowdrow, 1976 dalam handayani&Novianto,
Kemudian untuk kerangka pemikiran 2004).
kepemimpinan perempuan menyangkut HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
karakter biologi. Karakteristik biologis utama­ Penelitian ini hampir bisa dikatakan
nya mengacu pada perbedaan kromoson sebagai penguatan perspektif gender dalam
seks, perbedaan tanda kelamin baik internal bidang karir dan kepemimpinan. Hal ini
maupun eksternal serta kelenjar hormon menunjukkan bahwa perlu adanya sebuah
reproduksi. Perbedaan biologis ini lah yang penafsiran yang jelas dan dapat diartikan
kemudian menyebabkan perbedaan perlakuan sebagai pemaparan yang bisa mendukung
dan harapan sosial antara perempuan adanya peran – peran dari perempuan.
dan laki-laki, sehingga dikenal istilah
Pada dasarnya kepemimpinan Susi Puji
gender. Women’s Study Encyclopedia (dalam
Astuti bisa dikatakan berhasil, baik dalam
Umar, 1999)  mendefinisikan gender sebagai
memimpin dirinya sendiri maupun orang lain.
suatu konsep kultural yang berupaya
Hal ini berawal dari hubungan keluarga yang
membuat pembedaan (distiction) dalam hal
tetap harmonis meskipun dia seorang wanita
peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik
yang super sibuk dengan karirnya. Selain itu
emosional antara laki-laki dan perempuan
Susi bisa mengendalikan segala manajemen
yang berkembang dalam masyarakat. Lips
perusahaan yang dia pimpin, apalagi sekarang
(dalam Umar, 1999) mengartikan gender
dia mendapatkan kepercayaan sebagai menteri
sebagai harapan-haraan budaya terhadap laki-
kelautan yang tentunya akan lebih sangat
laki dan perempuan. Menurut Wilson (dalam
menyerap pemikiran dan tenaganya dalam
Umar, 1999) gender adalah suatu dasar untuk
menjalankan tugasnya sehari-hari.
menentukan perbedaan sumbangan laki-
laki dan perempuan pada kebudayaan dan Menurut Kepala Dinas Peternakan dan
kehidupan kolektif yang sebagai akibatnya Perikanan yaitu Ibu Drh. Lilin Syarifah, beliau
mereka menjadi laki-laki dan perempuan. meresepsikan sosok Susi Puji Astuti yang
ditayangkan dalam TV One, bahwa sosok
Stereotipe gender terdiri atas keyakinan
wanita yang mempunyai semangat dan tekat
tentang ciri sifat dan karakteristik psikologis
yang sangat tinggi untuk maju dan lebih maju
yang tepat untuk laki-laki dan perempuan,
lagi dalam segala hal. Susi merupakan lambang
peran gender didefinisikan sebagai perilaku
pemimpin yang kerja keras tidak kenal lelah
yang terekspresi dalam peran sosial yang
dan pantang menyerah. Oleh karena itu dalam
dimainkannya (Handayani dan Novianto,
beberapa kegiatan yang dia jalani yang sudah
2004). Laki-laki dicirikan dengan karakter
ditayangkan di TVOne susi terlihat sangat
aktif, kompetitif, agresif, dominan, mandiri,
optimis dan sangat menguasai permasalahan –
percaya diri, agentik, individualistik,      dan
permasalahan mengenai kelautan di Indonesia.
agentik. Sedangkan perempuan dicirikan
Selain itu sosok kepemimpinan susi sangatlah
dengan karakter manis, rapi, kalem/tenang,
inspiratif yang artinya bahwa kepemimpinan
emosional, ekspresif, sensitif, dan taktis,
susi sangat memberikan wawasan dan ide – ide
mementingkan kekerabatan, mengutamakan
yang kreatif dalam melakukan suatu kegiatan
kompromi dalam menyelesaikan konflik

Volume 18 Nomor 1 Maret 2017, SOSIAL 125


Zulin Nurchayati & Nunik Hariyan

ataupun program baik yang sifatnya internal perilaku Susi yang kurang menunjukkan sifat
maupun eksternal di Indonesia. feminimisme
Sosok kepemimpinan Susi memang patut Saran
diteladani dan bahkan menjadi simbol sebagai Kepemimpinan perempuan merupakan
wanita pejuang yang tidak kenal lelah dan hal yang sangat pentig dalam kehidupan
penuh dengan style atau khas tersendiri dalam karena menentukan arahan setidaknya dalam
memberikan suatu ide ataupun gagasan yang rumah tangga ataupun dalam berkarir, tetapi
memberikan kemajuan. alangkah baiknya kalau sisi – sisi yang baik bisa
Lain halnya menurut Ketua Muslimat NU diambil sebagai contoh dalam kepemimpinan
Cabang Kabupaten Madiun, Ibu Hj. Arina perempuan sedangkan sisi buruknya tidak
Manasikana, S.Pdi., bahwa sosok Susi Puji perlu ditayangkan karena akan mempengarugi
Astuti merupakan sosok yang menunjukkan khalayak yang sudah terlanjur nge-fans dengan
ciri khas Indonesia atau bisa dikatakan Susi Puji Astuti sehingga sisi – sisi yang tidak
mewakili warga Indonesia wanita yang baik juga dikonsumsi masyarakat umu atau
terkenal pekerja keras, tidak mudah putus asa khalayak, contohnya kebiasaan merokok.
dan penuh optimis dalam menjalankan segala Kebiasaan itu juga akan menjadi suatu model
aktivitasnya. Kepemimpinan Susi menuntut dalam kepemimpinan perempuan yang ingin
untuk maju dan terus maju terus dalam menjadi seperti Susi Puji Astuti apalagi sudah
berbagai langkah. Selain itu Susi merupakan seringkali mengikuti kegiatan – kegiatan
sosok ibu rumah tangga yang berhasil dalam beliau. Sangat tampak dalam penayangan di
membesarkan putra putrinya dan karirnya. TV One bahwa Susi mempunyai karakter yang
Meskipun demikian, menurut Ibu Arina, kuat didukung dengan beberaa sisi pribadinya
Susi mempunyai beberapa kelemahan yaitu yang keras dan maskulin.
diantaranya yang terlihat adalah beliau
DAFTAR PUSTAKA
mempunyai karakter tomboy yang beerapa
diantaranya tidak menunjukkan ciri khas orang Alasuutari, Pertti (editor). 1999. Rethinking
Indonesia yaitu suka merokok dan tidak lepas The Media Audience. London: SAGE
dari celana jeansnya. Tetapi jika diprosentase Publication.
antara kelebihan dan kelemahannya maka Barker, Chris. 2009. Cultural Studies; Teori &
prosentasenya masih cenderung banyak Praktik. Yogyakarta: KreasiWacana.
kelebihannya. Sosok Puji tetap merupakan Bourdieu, Pierre. 2006. Distinction. New York:
wanita yang tangguh dan pemimpin yang Routledge.
enuh tanggung jawab.
Budiman, Kris. 2002. Di Depan Kotak Ajaib:
PENUTUP Menonton Televisi Sebagai Praktik
Konsumsi. Yogyakarta: Galang Press.
Kesimpulan
Burton, Graeme. 2011. Membincangkan
Ada sisi baik dan buruk dalam sebuah
Televisi: Sebuah Pengantar KajianTelevisi.
kepemimpinan Susi Puji Astuti yang dapat
Yogyakarta: Jalasutra.
direspon atau ditanggapi khalayakn dalam
program televisi tetapi ada juga sisi buruk
yang tidak bisa diterima khalayak dalam

126 SOSIAL, Volume 18 Nomor 1 Maret 2017


Analisis Resepsi dan Identitas Kepemimpinan Perempuan

Brooker dan Jermyn (editor). 2007. The Ross dan Nightingale. 2003. Media and
Audience Studies Reader. New York: Audiences: New Perspectives. London:
Routledge Open University Press
Schermerhorn, John R. 2003. Manajemen. Saukko, Paula. 2003. Doing Research in Cultural
Buku I. Andi Yogyakarta. Studies: An Introduction toClassical New
Duram, Meenakshi Gigi and Douglas M. Methodological Approaches. London:
Kellner (eds.). 2006. Media and Cultural SagePublications.
Studies:Keyworks. Blackwell Publishing. Sen, Krishna dan Hil, David T. 2001.Media,
Gibson, JL Ivancevich & Donnelly. 1995. Budaya dan Politik Di Indonesia.PT
Organisasi: Perilaku, Struktur dan Proses. Sembrani Aksara Nusantara: Jakarta.
Jakarta: Erlangga Umar, Nasaruddin. 1999. Argumen Kesetaraan
Hall, Stuart, Dorothy Hobson, Andrew Gender Perspektif Al-Quran. Jakarta:
Lowe, dan Paul Willis (penyunting). Penerbit Paramadina.
2011.Budaya Media Bahasa; Teks Utama Jurnal :
Perancang Cultural Studies 1972–1979. Mochtar, Sutarto. 2009. Pola Kepemimpinan
Yogyakarta: Jalasutra. Birokrasi Melalui Pendekatan Sistem
Handayani, Christina S & Ardian Novianto. Learning Organization. Jurnal Ilmu
2004.  Kuasa Wanita Jawa. Yogyakarta: Administrasi Volume VI No. 4 Desember
Lkis Pelangi Aksara
Herlina, Dyna (penyunting). 2012. Konsumsi Tondok, Marselius S & Rita Andarika.
dan Negosiasi Penonton: BungaRampai 2004.  Hubungan antara Persepsi Gaya
Penelitian Khalayak. Yogyakarta: Rumah Kepemimpinan Transformasional dan
Sinema Transaksional dengan kepuasan Kerja
Heryanto, Ariel (editor). 2008. Popular Karyawan. Jurnal Psyche Vol 1 No. 1
Culture in Indonesia: Fluid Identities Desember
inPost-Authoritarian Politics. New York: Internet
Routledge. http://kbbi.web.id
Jensen, Bruhn, dan Jankowski. 2003. A http://www.youtube.com
Handbook of Qualitative Methodologiesfor
http://www.kompas.com
Mass Communication Research. London:
Routledge.
McQuail, Dennis. 1997. Audience Analysis.
London: SAGE Publication.
Morley, David dan Brunsdon, Charlotte.
1999. The Nationwide Television Studies.
London: Routledge
Munandar, Ashar S. 2001. Psikologi Industri
dan Organisasi. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia

Volume 18 Nomor 1 Maret 2017, SOSIAL 127

Anda mungkin juga menyukai