Proposal Skripsi
Disusun Oleh:
Refi Ridwan Arzaki
NIM: 11180510000351
Proposal Skripsi
Disusun Oleh:
Refi Ridwan Arzaki
NIM: 11180510000351
2
https://www.liputan6.com/news/read/122000/ikiamat-sudah-dekati-berjaya-di-ffb Diakses pada
September 2022 Pukul 13:38
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di yang telah di kemukan pada latar belakang masalah di atas,
maka penjabaran identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Sinetron adalah salah satu karya atau produk kebudayaan manusia yang dapat
dijadikan sarana untuk menyampaikan pesan dakwah.
2. Pesan dakwah adalah salah satu unsur penting dalam proses berdakwah karena
seseorang dapat memahami ajaran Islam dari suatu pesan yang disampaikan oleh
komunikator atau Da'i.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok masalah di atas, maka ada beberapa tujuan yang hendak dicapai,
yaitu:
1. Untuk mengetahui apa saja pesan dakwah yang terdapat dalam Sinetron Kiamat
Sudah Dekat
2. Untuk mengetahui pesan yang dominan dalam Sinetron Kiamat Sudah Dekat
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademis
Memberikan kontribusi bagi pengembangan penelitian ilmu dakwah sebagai ilmu alat
bantu utama pada Fakultas Dakwah khususnya Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
2. Manfaat Praktis
Untuk menambah wawasan bagi para teoritis. Praktisi dan pemikir dakwah dalam
mengemas nilai-nilai Islam menjadi kajian yang menarik. Selanjutnya memberikan
motivasi bagi para pelaksana dakwah untuk lebih memanfaatkan media sebagai saluran
dakwah khususnya sinetron.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk melakukan
kegiatan penelitian, suatu upaya untuk menemukan, mengembangkan dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan yang dihasilkan10 metode merupakan prosedur atau
cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, dan penelitian adalah suatu
proses penyelidikan secara sistematis yang digunakan dan penyediaan informasi
untuk menyeseuaikan masalah-masalah dengan tujuan dan kegunaan tertentu 3
1. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada
paradigma konstruktivis. Konstruktivis adalah Sebuah paradigma yang memandang
sebuah fenomena atau realitas dalam berbagai macam bentuk yang telah
dikonstruksi oleh pengalaman. Littlejohn mengatakan bahwa “teori-teori aliran
konstruktivis ini berlandaskan pada ide bahwa realitas bukanlah bentukan yang
objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi dalam kelompok, masyarakat
dan budaya4.” Jadi peneliti memilih paradigma konstruktivis untuk mengetahui
bagaimana pesan dakwah tentang pernikahan berbeda agama pada konten Youtube
Noice.id di masyarakat dapat terealisasi.
2. Jenis Penelitian
a. Penelitian ini merupakan jenis riset kepustakaan (library research). Apa yang
disebut dengan riset kepustakaan atau sering juga disebut studi pustaka, ialah
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,
membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.5
b. Jenis penelitian menggunakan penelitian kualitatif, yaitu jenis yang tidak
menggunakan berbagai perhitungan seperti persentase, ratarata, dan parameter
kuantitatif lainnya. Data yang di peroleh penulis bersifat deskriptif yang berupa
kata-kata tertulis atau lisan yang dapat diamati6
3
Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian,(Jakarta: Bumi Aksara, 2010).h.1.
4
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, (Jakarta: Wacana Media, 2013), h.165
5
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2008, hlm. 3
6
Kris H Timotius, Pengantar Metodologi Penelitian,(Yogyakarta: Andi Offset, 2017).h.54.
3. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah sinetron kiamat sudah di sctv. Penulis
menyaksikan dan mengamati isi di dalam sinetron tersebut
b. Objek Penelitian
Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah pesan isi sinetron televisi di di
SCTV kisah dengan mengambil salah satu judulnya yaitu, Kiamat Sudah Dekat
yang fokus pada pesan dakwah
4. Tempat Dan Waktu Penelitian
MASIH KOSONG NIH
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data
seperti di bawah ini :
a. Observasi
Observasi mempunyai metode dengan mengamati suatu situasi, kondisi, proses,
aktivitas, maupun tingkah laku yang hasilnya dapat digunakan sebagai data
pelengkap untuk penelitian7 Tujuan yang dilakukan peneliti adalah sebagai
bentuk untuk mengetahui isi pesan dakwah yang tersirat maupun tersurat dalam
sinetron kiamat sudah dekat
b. Wawancara
Selain observasi, wawancara dilakukan dalam penelitian untuk mendapatkan
informasi terkait penelitian yang sedang di teliti. Karena peneliti tidak mendapat
informasi yang menyeluruh dari hasil observasi. Maka dari itu, peneliti
mewawancarai pihak yang terlibat dalam Sinetron Kiamat Sudah Dekay.
Pertanyaan termasuk bagian penting dalam penelitian untuk mendapatnya
informasi yang lebih spesifik tentang suatu fenomena, kondisi, dan fakta.8
c. Dokumentasi
Pengumpulan data yang dapat diperoleh melalui akun media sosial dan aplikasi
youtube, berupa foto, video, catatan, jurnal, dan sebagainya.
6. Metode Analisis
7
Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:
Gintanyali, 2004), hlm.186
8
Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Gintanyali,
2004), hlm.186
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data
model interaktif milik Miles & Huberman, yang terdiri dari empat tahap, yakni:9
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, serta dokumentasi.
b. Reduksi Data
Yakni penggabungan data-data yang telah diperoleh menjadi bentuk tulisan.
c. Penyajian Data
Yakni mengolah data-data yang telah diseragamkan dalam bentuk tulisan dan
memiliki alur yang jelas, untuk selanjutnya akan diolah dan dianalisis.
d. Kesimpulan/Verifikasi
Menarik kesimpulan serta melakukan pengoreksian ulang data- data, hingga
akhirnya terbentuk hasil analisis yang bisa dipahami
G. KAJIAN TERDAHULU
1. Skripsi oleh Haiatul Umam, disusun pada tahun 2009 yang berjudul “Analisis
Wacana Teun A. Van Dijk Terhadap Skenario Film “Perempuan Punya Cerita”.10
Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Persamaan dalam penelitian ini
terletak pada penggunaan teori yang sama, yaitu Analisis Wacana Model Teun A.
Van Dijk dan metode penelitian kualitatif. Perbedaan pada penelitian ini adalah
terletak pada objek yang digunakan yaitu skenario film “Perempuan Punya Cerita”.
2. Skripsi oleh Akbar Firmansyah, disusun pada tahun 2017 yang berjudul “Analisis
Wacana Makna Jihad dalam Film Prison and Paradise”. 11 Mahasiswa jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Persamaan dalam penelitian ini terletak pada
penggunaan teori yang sama, yaitu Analisis Wacana Model Teun A. Van Dijk dan
metode penelitian kualitatif. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek yang
digunakan yaitu Film “Prison and Paradise”
3. Skripsi oleh Ayuni Fransiskawati, disusun pada tahun 2018 yang berjudul “Analisis
9
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Salemba Humanika, 201), hlm.
163-181
10
Haiatul Umam, Analisis Wacana Teun A. Van Dijk Terhadap Skenario Film “Perempuan
Punya Cerita” (Skripsi S1 Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2009)
11
Akbar Firmansyah, Analisis Wacana Makna Jihad dalam Film Prison and Paradise” (Skripsi
S1 Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Jakarta tahun 2017)
Wacana Pesan-pesan Dakwah dalam Novellet Kaukah Jodohku Karya Betty
Permana”.12 Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung. Persamaan dalam
penelitian ini terletak pada penggunaan teori yang sama, yaitu Analisis Wacana
Model Teun A. Van Dijk dan metode penelitian kualitatif. Sedangkan perbedaannya
terletak pada objek yang digunakan yaitu novel “Kaukah Jodohku”.
H. Landasan Teoritis
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi kata dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata kerja
(fi’il) yaitu, da’a ( دعا- (yad’u (( يدعوyang artinya mengajak, menyeru, mengundang,
atau memanggil.13 Kemudian kata jamak yaitu da’watan yang artinya ajakan, seruan,
undangan atau panggilan14. Secara terminologi dakwah mempunyai pengertian,
sebagaimana dikemukakan para ahli dakwah, diantaranya: Pertama, menurut H.M.S
Nasaruddin Latif, dakwah yaitu setiap usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan
yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan
mentaati Allah SWT sesuai dengan garis akidah dan syari’ah serta akhlak
Islamiyah.15
Kedua, menurut Prof. Toha Yahya Umar, bahwa pengertian dakwah dapat
dibagi dua:
a. Pengertian umum. Dakwah adalah suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara,
tuntunan, menyetujui, malaksanakan suatu ideologi, pendapat dan pekerjaan
tertentu.
b. Pengertian khusus. Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana
kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT untuk kemaslahatan
dan kebahagiaan mereka di dunia akhirat.16
Ketiga, menurut Sudirman (1979) dalam bukunya Problema Dakwah Islam di
Indonesia, dakwah adalah merealisasikan ajaran Islam di dalam kenyataan hidup
12
Akbar Firmansyah, Analisis Wacana Makna Jihad dalam Film Prison and Paradise” (Skripsi S1
Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Jakarta tahun 2017)
13
Firdaus Al-Hisyam dan Rudy Haryono, Kamus Lengkap 3 Bahasa Arab-IndonesiaInggris,
(Surabaya: Gitamedia Press, 2006), h. 247.
14
Ahmad Ghulusy, Al-Da’wah al-Islamiyah (Kairo: dar al-kitab,1987), h. 9
15
Rafi’udin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia,
2001), h. 24.
16
Yahya Oemar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Widjaya, 1992), h. 1
sehari-hari baik bagi kehidupan perorangan maupun masyarakat sebagai keseluruhan
tata hidup bersama dalam rangka pembangunan bangsa dan umat manusia untuk
memperoleh keridhoan Allah SWT.17 Dari beberapa pengertian tentang definisi
dakwah di atas dapat disimpulkan bahwa dakwah yaitu menyampaikan dan
memanggil serta mengajak manusia ke jalan Allah SWT, untuk melaksanakan
perintah-Nya dan manjauhi larangan-Nya dalam mencapai kehidupan dunia dan
akhirat (amar ma’ruf nahi munkar).
2. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah dalam arti luas adalah menegakkan ajaran agama Islam kepada
setiap insane baik individu maupun masyarakat, sehingga ajaran tersebut mampu
mendorong suatu perbuatan yang sesuai dengan ajaran tersebut. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa tujuan dakwah adalah mengajak umat manusia kepada jalan yang
benar yang diridhai Allah SWT agar dapat hidup bahagia dan sejahteradi dunia
maupun di akhirat.
17
Sudirman, Problematika Dakwah Islam di Indonesia, (Jakarta: PDII, 1979), h. 47.
18
Mustofa Bisri, Saleh Ritual Saleh Sosial, (Bandung: Mizan 1995), Cet.I, h. 28
19
Hafidz Dasuki. Dkk, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Gema Risalah Press), h. 672
ت هّٰللا ِ َويَ ْخ َشوْ نَهٗ َواَل يَ ْخ َشوْ نَ اَ َحدًا اِاَّل هّٰللا َ ۗ َو َك ٰفى بِاهّٰلل ِ َح ِس ْيبًا
ِ الَّ ِذ ْينَ يُبَلِّ ُغوْ نَ ِر ٰس ٰل
Mengenai risalah-risalah Allah ini, Moh Natsir membaginya dalam tiga pokok,
yaitu:
1) Menyempurnakan hubungan manusia dengan khaliq-Nya, hamblum
minallah atau mua’malah ma’al khaliq.
2) Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesama manusia hablum
minan nas atau mua’malah ma’al makhluq.
3) Mengadakan keseimbangan (tawazun) antara kedua itu, dan mengaktifkan
kedua-duanya sejalan dan berjalan.20
Apa yang disampaikan oleh Moh. Natsir ini sebenarnya adalah termasuk
dalam tujuan dari komunikasi dakwah, dimana pesan-pesan dakwah
hendaknya dapat mengenai sasaran utama dari kesempurnaan hubungan
antara manusia (makhluq) dengan penciptanya (khaliq) dan mengatur
keseimbangan diantara dua hubungan tersebut (tawazun).9 Sedangkan yang
dimaksud pesan-pesan dakwah itu sendiri sebagaimana yang digariskan di
dalam al-Qur’an adalah merupakan pernyataan maupun pesan (risalah) al-
Qur’an dan as-Sunnah yang diyakini telah mencakup keseluruhan aspek dari
setiap tindakan dan segala urusan manusia di dunia. Tidak ada satu bagianpun
dari aktivitas muslim yang terlepas dari sorotan dan cakupan al-Qur’an dan
as-Sunnah ini.
Dengan demikian inti dari pesan dakwah adalah pesan-pesan yang
mengandung seruan untuk pembentukan akhlak mulia dan bersumber dari al-
Qur’an dan as-Sunnah, nasehat orang bijak, pengalaman hidup, seni dan
budaya, ilmu pengetahuan, filsafat dan sumber-sumber lainnya pesan dakwah
ditujukan untuk mengajak manusia agar menjalankan agama Islam serta
mentauhidkan Allah dengan bersumber kepada al-Qur’an dan asSunnah.
Mengenai proses komunikasi penyampaian dan penerimaan pesan dakwah
20
Dasuki, Alqur’an dan Terjemahnya, h. 42.
dapat dijelaskan melalui tahapan-tahapan, yaitu:21
1) Penerimaan stimulus informasi
2) Pengolahan informasi
3) Penyimpanan informasi
4) Menghasilkan kembali suatu informasi.
Gaya pesan berkaitan dengan kemampuan pengelola media massa dalam
menyampaikan pesan kepada khalayak, pemirsa agar mudah dapat diterima
dan dipahami. Satu hal yang pasti daya tarik pesan menurut Effendy
(1986:41), yang salah satunya menunjuk pada komponen komunikator. Disini
ada 2 faktor penting yang perlu diperhatikan yakni:22
1) Kepercayaan terhadap komunikator (source of credibility)
2) Daya tarik yang melekat komunikator (source attractivities).
َ َّك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۗنُ اِ َّن َرب
َ ك ه َُو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن
ُض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ٖه َ ِّع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب
ُ ْد
Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa metode dakwah itu
meliputi tiga cakupan, yaitu:
25
M. Jamiluddin Ritonga, Tipologi Pesan Persuasif, (PT.INDEKAS, 2005), h. 1-2.
26
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 61.
27
Hasanuddin, Hukum Dakwah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 35.
28
M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), h. 7.
komunikatif. Oleh karena itu, alhikmah sebagai sebuah sistem yang
menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam berdakwah.
2) Mau’izhah hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang mengandung
unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira,
peringatan, pesan-pesan positif (wasiat) yang bisa dijadikan pedoman dalam
kehidupan dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
3) Al-Mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan, merupakan tukar pendapat yang
dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan
dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan
memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. Antara satu dengan yang lainnya
saling menghargai dan menghormati pendapat keduanya berpegang kepada
kebenaran, mengakui kebenaran tersebut.29
Metode dakwah merupakan suatu pendekatan yang bisa dijadikan sebagai pintu
masuk bagi juru dakwah menuju obyek dakwah, sehingga pemikiran-pemikiran
dapat diterima oleh obyek dakwah secara sukarela dan penuh kesadaran. Akhirnya
tertarik untuk bergabung dalam barisan gerakan dakwah. Untuk itu dakwah haruslah
dikemas dengan cara metode yang tepat dan pas. Dakwah harus tampil secara
aktual, faktual, dan kontekstual. Aktual dalam arti memecahkan masalah yang pada
saat ini (baru) dan hangat ditengah masyarakat. Faktual dalam arti konkret dan
nyata, serta kontekstual dalam arti relevan dan menyangkut problema yang sedang
dihadapi oleh masyarakat.
b. Media Dakwah
Media dakwah adalah hal, keadaan, benda, yang dapat digunakan sebagai
perantara untuk melaksanakan dakwah yang digunakan oleh juru dakwah untuk
menyampaikan pesan dakwahnya kepada mad’u.30 Kepandaian seorang juru dakwah
dalam memilih media merupakan salah satu unsur keberhasilan dakwah. Hamzah
Ya’qub membagi sarana atau media dakwah menjadi tiga bagian yaitu:
1) Spoken words, yakni media dakwah yang berbentuk ucapan atau bunyi yang
ditangkap dengan indera telinga, seperti radio, telepon, hanphone dan lainnya.
2) Printed writing, berbentuk tulisan, gambar, lukisan, dan sebagainya yang
ditangkap oleh mata.
29
M. Munir, Metode Dakwah, h. 8-19.
30
Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 163.
3) Audio visual, berbentuk gambar hidup yang dapat didengar sekaligus dapat
dilihat, seperti televisi, video, film, dan sebagainya.31 Dari ketiga sarana atau
media dakwah ini, semuanya dapat digabungkan serta digunakan sekaligus,
maupun memilih salah satu sarana atau media dakwah ini, yang tentunya
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di masyarakat.
5. Pengertian Sinetron
Sinetron merupakan penggabungan dan pemendekan dari kata sinema dan
elektronika. Elektronika di sini tidak semata mengacu pada pita kaset yang proses
perekamannya berdasar pada kaidah-kaidah elektronik. Elektronika dalam sinetron itu
lebih mengacu pada mediumnya, yaitu televisi atau visual, yang merupakan medium
elektronik selain siaran radio. Sinetron disebut juga sama dengan televisi play, atau
dengan teledrama, atau sama dengan sandiwara televisi. Inti persamaannya adalah
sama-sama ditayangkan di media audio visual yang disebut dengan televisi.
Seperti telah dikemukakan di atas, sinetron adalah kependekan dari sinema
dan elektronika. Berdasarkan kata sinema saja, hal ini sudah mengarah kepada sebuah
konsep film (sinema). Oleh sebab itu sinetron dalam penerapannya tidak beda dengan
film. Demikian juga tahapan penulisan dan format naskah, yang berbeda hanyalah
film layar putih menggunakan kamera optik, bahan soleloid dan medium sajiannya
menggunakan proyektor dan layar putih di gedung bioskop. Sedangkan sinetron
menggunakan kamera elektronik dengan video rekord dan vita di dalam kaset sebagai
bahannya, dan penayangannya melalui medium televisi.
Walaupun sinetron memiliki prinsip dasar yang sama dengan film layar putih
(layar lebar), tetapi masing-masing memiliki dinamika yang berbeda. Televisi
memiliki dinamika tersendiri. Pertama, adalah dalam ukuran layar, film layar yang
dipancarkan oleh proyektor lalu tergambar pada sebuah layar yang besar. Sementara
gambar sinetron yang direkam langsung dalam pita kaset ditayangkan melalui televisi
yang layarnya relatif kecil. Kedua, dari segi penonton/pemirsa, penonton film adalah
mereka yang sejak awal benar-benar memberikan niat untuk menonton. Adapun
penonton sinetron karena tak pernah langsung memilih (dari jenis sinema, judul
31
Moh. Ardani, Memahami Permasalahan Fikih Dakwah, (Jakarta: Mitra Cahaya Utama,
2006), h.37-38.
hingga jadwal waktu), jenis penonton lebih beragam, beragam dari tingkat
ekonominya, intelektualitasnya, dan kategori lainnya.32
Film layar lebar dapat ditonton secara khusus, diruang khusus yang biasanya
dengan sistem pembayaran tertentu. Sinetron justru sebaliknya yaitu selalu membuka
peluang ditonton secara tidak khusus/ tidak ada bayaran khusus. Misalnya ditonton
sambil menerima tamu, arisan atau makan, tempatnya bisa ditempat tidur, badara,
kafe dan lain-lain. Sinetron memiliki jeda yang biasanya berupa iklan. Dengan kata
lain dari sudut pembuatannya sinetron adalah karya plus, artinya semua elemen
dasarnya sama, tetapi sinetron harus puas disesuaikan untuk konsumsi televisi.
32
Veven Wardana, Kapitalisme Televisi Stategi Budaya Massa, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1997), h. 197
karena pada struktur wacana tersebut menunjukkan sejumlah makna, pendapat dan
sejumlah ideologi. Adapun konteks sosial yang terdapat dalam sebuah teks adalah
bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti
suatu teks perlu dilakukan analisis intertekstual.33
H. Kerangka Uraian
BAB I: PENDAHULUAN
Bagian ini terdiri dari latar belakang, identifikasi, batasan dan rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORI
Bagian ini menjelaskan mengenai konsep-konsep seperti pengertian sinetron, sejarah dan
perkembangannya, hingga pengertian analisis isi dan pendekatannya.
BAB III: GAMBARAN UMUM SINETRON KIAMAT SUDAH DEKAT
Bab ini membahas tentang segala hal yang berkaitan dengan film Kiamat Sudah Dekat.
BAB IV: TEMUAN DAN ANALISIS
Bab ini berisi penguraian data yang ditemukan selama peneliti melakukan observasi dan
menganalisis data.
BAB V: PEMBAHASAN
Bagian ini menguraikan pesan dakwah dalam sinetron Kiamat Sudah Dekat menggunakan
analisis wacana dari Teun Van Dijk
BAB VI: PENUTUP
Pada bab ini, diuraikan kesimpulan dari bab-bab yang telah dipaparkan dan saran untuk
peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
33
Teun A, Van Dijk, Discourse and Cognition in Society, (Cambridge: Polity Press, 1994) h. 107-
108
Achmad, A. (1992). Komunikasi Massa dan Khalayak. Makassar: Hasanuddin University.
Ardani, M. (2006). Memahami Permasalahan Fiqih Dakwah. Jakarta: Mitra Cahaya Utama.
Kiamat Sudah Dekat Berjaya di FFB. (t.thn.). Diambil kembali dari Liputan 6:
https://www.liputan6.com/news/read/122000/ikiamat-sudah-dekati-berjaya-di-ffb
Rafi'udin, & Djaliel, M. A. (2001). Prinsip dan Strategi Dakwah. Bandung: Pustaka Setia.
Yafie, A. (1992). Dakwah Dalam Al-Quran dan As-Sunah. Jakarta: Makalah Seminar.