Anda di halaman 1dari 15

TUGAS UAS

Broadcasting Radio

Dosen pembimbing: DR ARMAWATI ARBI M.SI

Disusun Oleh :

Muhamad Ilyas Amarullah 111905100000142

Kelas : KPI 5C

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021
SOAL UJIAN UAS
MATA KULIAH ; PRODUKSI SIARAN RADIO KELAS; KPI V C dan V D
DOSEN; DR ARMAWATI ARBI M.SI HARI; 20 DES 2021
JAWAB BERDASARKAN pengalaman belajar dan ketrampilan masing masing
1.Sebutkan dan jelaskan
a.Kompetensi PENGETAHUAN mata kuliah mulai dari pendekatan,paradigma, teori dan
enam tahapan Konstruksi Sosial media massa atas Realitas Sosial
b.kompetensi SIKAP dari mata kuliah ini:
c.kompetensi ketrampilan umum mata kuliah ini
Kompetensi ketrampilan khusus mata kuliah ini

2. Setiap tahap PRODUKSI SIARAN RADIO jelaskan


a. Alasan dan kebaruan tahap 1
b.Alasan dan kebaruan tahap 2
c..Alasan dan kebaruan tahap 3….apa beda setiap segmen 1 sampai 4 pola siarannya
d..Alasan dan kebaruan tahap 4 Penyeleksian, penonjolan, pendalaman, dan Pembuangan
yang dilakukan?
e..Alasan dan kebaruan tahap 5 menerapkan metode dakwah, metode komunikasi, strategi
komunikasi, strategi dakwah
f..Alasan dan kebaruan tahap 6 modifikasi atau perubahan total?

3. KREATIVITAS SETIAP TAHAP


a. Jumlah lead, karakter radio, karakter program, karakter membuka acara dll
b. jumlah fakta dan referensi dari ide utama dan ide dari segmennya
c. Jumlah skrip..pada segmen mu..lagu, insert, …iklan dll. setiap segmen..sebutkan jumlah
skripnya
d. Jumlah penyeleksian, penonjolan, jumlah Pendalaman, dan jumlah yg dibuang Ketika
mengedit
e. Jumlah strategi kom, dan dakwah, lead, metode dakwah, metode kom
f.Jumlah modifikasi dan kebaruannya
4. PEMAHAMAN permasalahan pada setiap tahap PRODUKSI SIARAN RADIO
a. Permasalahan utama dari RADIO RRI pada tahap apa?
b. Permasalahan utama dari RADIO KOMUNITAS pada tahap apa?
c. Permasalahan utama dari RADIO komersil pada tahap apa?
d. Permasalahan utama dari RADIO DAKWAH pada tahap apa?

5. PERUMUSAN MASALAH PROPOSAL SKRIPSI TTG PROGRAM SIARAN RADIO


a. Latar belakang masalah
b.Batasan masalah
c.Perumusan Masalah
d.Teorinya
1.Sebutkan dan jelaskan

a.Kompetensi PENGETAHUAN mata kuliah mulai dari pendekatan,paradigma, teori


dan enam tahapan Konstruksi Sosial media massa atas Realitas Sosial

b.kompetensi SIKAP dari mata kuliah ini:

c.kompetensi ketrampilan umum mata kuliah ini

Kompetensi ketrampilan khusus mata kuliah ini

a.Pendekatan Komunikatif

Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang berlandaskan pada pemikiran bahwa


kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai
dalam pembelajaran bahasa (Zuchdi dan Budiarsih, 1996/1997:33-34). Kompetensi berbahasa
seseorang tidak memberikan pengaruh terhadap performansi berbahasanya atau sebaliknya.
Pengetahuan kebahasaan bertalian dengan pengetahuan penutur terhadap bahasa sebagai suatu
sistem dan merupakan kemampuan potensial dalam diri penutur. Melalui kemampuan potensial
ini penutur dapat menciptakan tuturantuturan, biasanya berupa kalimat-kalimat. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa kompetensi linguistik merupakan daya dorong untuk berbahasa
secara kreatif.
Untuk memahami teori konstruksi sosial media massa, terlebih dahulu kita memahami
tentang paradigma. Sebagai suatu konsep, istilah paradigma (paradigm) pertama kali
diperkenalkan oleh Thomas Kuhn dalam karyanya The Structure of Scientific Revolution
(1962)1. Menurut Kuhn, paradigma yakni suatu pandangan yang mendasar tentang apa yang
menjadi pokok persoalan (subject matter) suatu cabang ilmu.

Paradigma definisi sosial lebih tertarik pada apa yang ada dalam pemikiran manusia
tentang proses sosial, terutama para pengikut interaksi simbolik. Dalam proses sosial, individu
manusia dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya.
Yang menjadi pusat perhatian dalam paradigma definisi sosial adalah tentang tindakan sosial,
yaitu tindakan individu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan
kepada tindakan orang lain. Teori yang tergabung adalah teori aksi, interaksionisme simbolik,
dan fenomenologi. Dalam pandangan paradigma definisi sosial, realitas adalah hasil ciptaan
manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap dunia sosial di sekelilingnya.
Awalnya teori konstruksi sosial media massa (social construction of mass media)
berasal dari teori konstruksi sosial atas realitas diperkenalkan Peter L. Berger dan Thomas
Luckman yang mengatakan bahwa pada dasarnya realitas sosial dibentuk dan dikonstruksi
manusia. Beberapa hal yang menjadi asumsi dasar yaitu;

1. Realitas merupakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuataan konstruksi sosial

terhadap dunai sosial di sekelilingnya;

2. Hubungan antara pemikiran manusia dan konteks sosial tempat pemikiran itu timbul,

bersifat berkembang dan dilembagakan;

3. Kehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara terus menerus;

4. Membedakan antara realitas dengan pengetahuan. Realitas diartikan sebagai kualitas

yang terdapat di dalam kenyataan yang diakui sebagai memiliki keberadaan (being) yang tidak
bergantung kepada kehendak kita sendiri. Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai
kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.

b. Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang
lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang kerja Seni Broadcasting
Radio.

c. Menampilkan kinerja mandiri dengan mutu dan kuantitas yang terukur sesuai dengan
standar kompetensi kerja.Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara
efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di kampus, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik secara mandiri.

d. Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak mahir,


menjadikan gerak alami, sampai dengan tindakan orisinal dalam ranah konkret terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di kampus, serta mampu melaksanakan tugas spesifik
secara mandiri.

2. Setiap tahap produksi siaran radio memiliki kekuatan. identitas radionya: alasan dan
kebaruan

tahap 1 : Jenis Radio dan karakteistik radio


Jawaban : Pada tahap ini, kami menetapkan kebijakan SMCR (Source, Massage, Channel, dan
Reciever) yang berkaitan dengan jenis radio, karakter, struktur radio, dan lain-lain yang
diuraikan sebagai berikut :

Jenis Radio : Radio RRI

Nama Radio : RRI Pro 2 Jakarta

Nama program siaran : Belajar Di RRI

Waktu Siaran : Setiap Senin, jam 10.00 - 10.30 WIB

Format siaran : Format variety (campuran)

Alasan memilih : Kami menghadirkan program “Belajar di RRI” untuk membagikan pelajaran
tentang keagaamaan dengan judul tertentu. Kami juga mendatangkan narasumber atau pengajar
yang berkompeten di tema yang ditentukan.

Visi dan Misi Program : Visi : Memberikan informasi sekaligus kesadaran terhadap penting
nya pengetahuan keagamaan dasar. Dikemas dan disampaikan dalam pembahasan yang ringan
dan santai, tidak terkesan menggurui, namun tetap terdengar serius dan menyenangkan,
sehingga mudah di pahami dan di terima oleh pendengar.

Tahap 2 : mencari ide/info/fakta/referensi, yang dihasilkan dari tahap ini adalah strategi

(RRI) meluncurkan program "Belajar di RRI" untuk memfasilitasi kegiatan belajar bagi siswa
yang menjalani isolasi mandiri.

Direktur Utama LPP RRI M Rohanudin mengatakan belajar melalui radio adalah cara efektif
dan lebih interaktif dibandingkan belajar secara daring karena kelebihan radio yang auditif
dapat menghidupkan theater of mind para siswa. Selain itu, lanjutnya, program ini juga
menampilkan jeda satu hingga dua lagu yang sesuai dengan musik untuk segmen mereka.

“Program ‘Belajar di RRI’ adalah strategi menjalin hubungan emosional guru dan murid tetap
mesra dalam situasi belajar dari rumah,” ujarnya dalam konferensi pers jarak jauh, Selasa
(14/4/2020).

Adapun, program tersebut disiarkan setiap Senin-Jumat pukul 10.00-11.00 waktu setempat.
Rohanudin menyatakan “Belajar di RRI” menghadirkan para guru sekolah untuk mengajar di
udara yang juga melayani tanya jawab secara interaktif.

Tahap 3 : apa beda setiap segmen 1 sampai 4 pola siarannya


Kekuatan pola program siarannya: .alasan dan kebaruan skrip sampai 4 pola siarannya :

Jawaban :

Segmen 1 :

Penanggung jawab segmen : Muhammad Ilyas Amarullah (142)

• Bumper (15 detik)

• Jingle (30 detik)

• Opening sekaligus perkenalan diri dan memperkenalkan program siaran. Episod kali
ini berjudul Thaharoh untuk jenjang SD pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.

• Iklan layanan masyarakat (30 detik)

• Jingle (15 detik)

Segmen 2 :

Penanggung jawab segmen : Muhammad Fachry Zahrian

• Bumper (15 detik)

• Opening (10 detik)

• Berbincang- bincang dengan narasumber seorang guru SDN Pendidikan Agama Islam
membahas seputar Thoharoh (Hadast dan najis, Wudhu, Tayammum, Mandi dan menjaga
kebersihan dalam kehidupan sehari). (3 menit)

• Iklan (15 detik)

• Lagu - Maher Zain (35 detik)

• Jingle (15 detik)

Segmen 3 :

Penanggung Jawab segmen : Nurul Fadhillah Anis

• Bumper (15 detik)

• Penyiar masuk dan membacakan beberapa pertanyaaan dari pendengar yang terdapat
di platform sosial media RRI. (1 menit)
• Narasumber memjawab pertanyaan (3 menit)

• Iklan layanan masyarakat (15 detik)

• Jingle ( 15 detik)

Segmen 4 :

Penanggung jawab segmen : Muhammad Fajri Ainul Yaqin (098)

• Bumper (15 detik)

• Jingle (30 detik)

• Membacakan tanggapan via live chat YouTube RRI. (2 menit)

• Closing (10 detik)

• Lagu (25 detik)

• Bumper out (30 detik)

Tahap 4 : Penyeleksian, penonjolan, pendalaman, dan Pembuangan yang dilakukan?

Pada tahap ini, kami menetapkan kebijakan SMCR (Source, Massage, Channel, dan Reciever)
yang berkaitan dengan jenis radio, karakter, struktur radio, dan lain-lain yang diuraikan sebagai
berikut :

Jenis Radio : Radio RRI

Nama Radio : RRI Pro 2 Jakarta

Nama program siaran : Belajar Di RRI

Waktu Siaran : Setiap Senin, jam 10.00 - 10.30 WIB

Format siaran : Format special

Pada tahap ini pula kami, membentuk ralita subjektif, yang dihasilkan dari tahap ini adalah
penonjolan dan pendalaman ,serta pada tahap ini pula kami melakukan proses editing, dengan
mengoreksi file yang akan di siarankan jika kurang maka akan di tambah ,dan jika lebih maka
akan di kurangi. Penyeleksian, penonjolan, pendalaman, dan Pembuangan yang dilakukan pada
segmen 1,2,3 atau 4

Jawaban :
Kami telah menyiapkan bahan masing-masing script dari 4 segmen yang ada. Bahan- bahan
yang kami dapat diambil dari wawancara dengan narasumber terkait topik siaran. Masing-
masing individu yang ada pada kelompok kami telah menyiapkan bahan siaran nya masing-
masing sesuai tangung jawab persegmen-nya.

Ada beberapa hal yang harus kami edit, yaitu penggabungan antar segmen dan pengeditan pada
musik serta iklan yang akan kami masukan dalam siaran kami. Jika ada terjadi noise saat
rekaman, kami akan mencoba memperbaiki dan mengeditnya. Pada segmen kedua, yaitu
pembacaan request dan salam-salam dari penggemar, kami masih butuh beberapa data yang
harus dicari dan dikumpulkan

Kami telah menyeleksi beberapa data dari referensi yang telah kami dapatkan, kami telah
memilah-milah mana yang harus disiarkan dan ditonjolkan pada siaran kami.

• Pada segmen pertama, kami akan memperkenalkan program siaran, yang kami
tonjolkan pada segmen ini ialah esensi dan kebermanfaatan apa saja yang terdapat didalam
siaran kami.

• Pada segmen kedua, kami akan mengadakan sesi wawancara dengan narasumber
berkompeten sesuai topik yang kami tentukan dan membuka kesempatan bagi para pendengar
barangsiapa ingin bertanya seputar topik. Di segmen ini lebih menonjolkan interaksi antara
penyiar dengan narasumber untuk pendengar.

• Pada segmen ketiga, kami berbincang-bincang dengan narasumber dan membacakan


pertanyaan yang diajukan pendengar yang selanjutnya akan dijawab oleh narasumber. Di
segmen ini lebih menonjolkan interaksi antara penyiar dengan para pendengar melalui pesan-
pesan yang dikirimkan pendengar kepada penyiar.

• Pada segmen ke-empat, yaitu segmen terakhir kami akan membahas tentang
kesimpulan atau refleksi yang dapat diambil mengenai siaran kami. Pada segmen ini yang kami
tonjolkan adalah pengalaman dari pendengar tentang siaran tersebut.

Tahap 5 : mengemas realita simbolik

Pada tahap ini kami menerapkan metode dakwah, metode komunikasi, strategi komunikasi,
strategi dakwah, dengan mengangkat tema “THOHAROH”. Pada produksi radio tahap 5 ini
berupa mengemas realitas simbolik yaitu, berupa kemampuan penyiar dan narasumber dalam
berkata-kata atau menyusun kalimat yang akan di siarkan pada saat siaran nanti. Pada tahap ini
menggunakan strategi komunikasi berupa kekuatan signing yaitu kekuatan kata dan bahasa
dalam berkomunikasi. Dalam hal ini terkait dengan pemilihan ragam bahasanya, jenis kalimat,
kosa kata, bahkan tinggi rendahnya suara saat berbicara, merupakan tahap mengemas realitas
simbolik pada produksi siaran radio.

Tahap 6: Kekuatan perubahan total atau modifikasi program siaran: alasan dan kebaruan tahap
6

Jawaban : Pada tahap ini kami melakukan evaluasi dan sedikit modifikasi pada rekaman siaran
kami. Dalam menetapkan realisasi objektif kami harus melakukan evaluasi berupa
penambahan jingle siaran, penambahan backsound music, dan editing untuk segmen satu
karena saat rekaman diputar, suara penyiar tidak terlalu jelas, jadi kami perlu editing ulang
untuk kesempurnaan siaran.

3. Kreativitas tiap tahap

a. Jumlah lead, karakter radio, karakter program, karakter membuka acara dll :

Jawaban : lead question menyesuaikan karakter program yang segmentasi nya untuk para siswa
SD, jadi karakter kami dalam membuka acara adalah dengan insert bumper, jingle, dan
beberapa lead question seperti, “ Hi sahabat kreatif dan adik adik belajar! Siapa nih yang belum
tau kalau wudhu merupakan salah satu bagian dari bab Thoharoh?” dan lain sebagainya.

b. jumlah fakta dan referensi dari ide utama dan ide dari segmennya

Jawaban : Fakta pada tiap segmen :

Segmen 1 : perkenalan program siaran dan membahas tentang apa saja esensi dan
kebermanfaatan dari siaran tersebut.

Segmen 2 : melakukan wawancara dengan narasumber yang merupakan guru Pendidikan


Agama Islam tingkat SD seputar Thoharoh dan membuka kesempatan bertanya bagi pendengar
yang belum paham.

Segmen 3 : Berbincang- bincang dengan narasumber seorang guru Pendidikan Agama Islam
dan menjawab yang sudah ditanyakan pendengar dikolom komentar live YouTube, adapun
referensi nya dari pernyataan narasumber.

Segmen 4 : memaparkan refleksi dan simpulan yang bisa dipetik berdasarkan siaran tersebut.
Jumlah referensi siaran: Pernyataan dari Narasumber.

4. Pemahaman permasalahan pada setiap tahap produksi siaran radio

a. Berkembang pesatnya media sosial dengan berbagai varian konten teknologi di era
digitalisasi internet tidak hanya menjadi ancaman, tapi juga peluang besar bagi media utama
(mainstream), seperti Radio Republik Indonesia (RRI). Namun, tidak hanya masalah teknologi
pemancar yang terus dimakan usia, tapi juga masalah pembiayaan dan kualitas sumber daya
manusia (SDM) yang terus menurun akibat kurang serius elite negara memaknainya. Hal
tersebut menjadikan tahap 2, proses pencarian ide, fakta, dan referensi menjadi permasalahan
utama bagi RRI.

Didukung internet, RRI telah memasuki multiplatform media seperti RRINet (audio visual)
dengan tagline, 'lihat apa yang Anda dengar'. Bahkan, sejumlah infrastruktur konten teknologi
telah dibangun untuk memudahkan pendengar milenial. Cukup dengan download melalui
ponsel, dapat mendengar dan menonton RRI. Artinya, secara teknologi, RRI memiliki peluang
bersaing dengan lembaga-lembaga penyiaran dunia yang ada.

Namun, label 'media pelat merah' masih menjadi beban RRI. Kondisi itu akibat masih kuatnya
kultur birokrasi pemerintah yang dipikul angkasawan RRI belum berubah, antara lain anggota
Korpri, gaji dan tunjangan kinerja sesuai UU ASN dan UU Keuangan Negara. Di sisi lain, RRI
juga mencari 'profit' untuk negara melalui UU PNBP yang merupakan contradictio in terminis
sebagai public service. Publik bahkan kaum milenial belum tertantang mendengar RRI.
Padahal, aplikasi teknologi internet telah menyediakan semua yang dibutuhkan milenial,
seperti podcast.

b. Radio komunitas di Indonesia menghadapi empat masalah besar yaitu: (1) persoalan
membentuk institusi dan manajemen radio yang berbasis pada partisipasi komunitas; (2)
implementasi regulasi siaran terkait program siaran, perizinan, standar teknologi siaran dan
etika siaran; (3) persolan SDM; dan (4) persoalan dana. Tahap 1 menjadi permasalahan utama
dari radio komunitas. Dasar-dasar pembuatan stasiun radio komunitas berkenaan dengan
kebijakan menjadi hambatan utama dari radio komunitas karena semuanya dilakukan secara
swadaya.

Pengelolaan radio komunitas yang bermodalkan semangat saja, dan bertumpu pada
kepentingan beberapa warga sesaat, penyaluran hobi dan aktualisasi diri tidak tepat dan
terjamin regularitasnya. Idealnya radio komunitas muncul dari motivasi yang kuat (advanced
needs) untuk menjadikan radio sebagai bagian dari upaya pemenuhan hak-hak warga yang
dirampas rezim ekonomi dan politik di semua aras kekuasaan sepanjang hampir 35 tahun.

c. Persoalan utama Lembaga Penyiaran Swasta yang berkembang di Indonesia adalah masalah
kepemilikan saham usaha dan monopoli karena kebebasan penyiaran radio baru didapatkan
setelah melewati masa Orde Baru. Pada masa reformasi, pemerintah tak bisa menghindari arus
besar yang menghendaki liberalisasi ekonomi di berbagai bidang. Kondisi ini kemudian
mendahului terbukanya kesempatan dalam membuka iklim penyiaran dari kalangan swasta.
Sama seperti radio komunitas, tahap 1 menjadi permasalahan utama radio komersial.

d. Topik yang bisa dibahas dalam dakwah sangat luas, dan bisa dilihat dari berbagai aspek
maupun perspektif. Berhubung agama merupakan topik sensitif, yang kemudian menjadi
catatan adalah bagaimana menemukan narasumber yang kredibel masuk dalam semua
golongan. Tahap 2 dalam riset fakta menjadi persoalan utama bagi radio dakwah, karena salah
sedikit saja bisa berpotensi menimbulkan keresahan dan kericuhan masyarakat.

5. PERUMUSAN MASALAH PROPOSAL SKRIPSI TTG PROGRAM SIARAN


RADIO

A. Latar Belakang Masalah


Radio Republik Indonesia (RRI) adalah satu- satunya stasiun rad io yang dimiliki oleh
Negara Kesatua Republik Indonesia (NKRI). Radio ini memiliki slogan “sekali mengudara,
tetap mengudara “, s logan dari radio ini dapat terwujud hingga saat ini, dimana sekarang
RRI masih tetap mengudara. RRI merupakan radio yang mempunyai posisi yang strategis,
sebab realitasnya RRI masih merupakan satu-satunya jaringan nasional dan mampu
menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia. Eksistensi RRI berawal p ada saat awal
kemerdekaan, pada saat itu RRI berfungsi sebagai peng hubung pemerintah dengan rakyat
dalam menghadapi perjuangan bangsa, serta bekerja sebagai organisasi yang cenderung
berfungsi untuk kepentingan pemerintah. Peran RRI sampai saat ini sangat jelas selain
membantu menyampaikan program -program pemerintah kepada masyarakat, RRI tentunya
sangat berperan membantu menjaga stabilitas NKRI dengan memberikan informasi yang
mendidik dan cerdas me ngenai tema-tema kebangsaan , nasionalisme, pendidika n, dan
kebudayaan.
Reformasi di Indonesia yang memunculkan perubahan pada sistem pemerintahan juga
berpengaruh terhadap perubahan status RRI. Tuntutan perubahan untuk pembaharuan
organisasi RRI sebagai media massa yang dapat mengakomodir semua pihak, golongan dan
kepentingan secara independen, telah membuat sebagian besar pemimpin RRI yang masih
memiliki hati dan idealisme untuk bersama -sama berani membuat penetapan diri tentang
bagaimana eksistensi RRI di masa mendatang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 37 Tahun 2000, tentang pendirian Perusahaan Jawatan (Perjan) menjadikan
status RRI sebagai Perjan. Perjan adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang
berkarakteristik ; tidak mencari keuntungan, memberikan pelayanan kepada publik,
merupakan bagian dari suatu departemen pemerintah, dipimpin oleh seorang kepala yang
bertanggung jawab langsung kepada Menteri atau Direktur Jenderal departemen yang
bersangkutan dan status karyawannya adalah pegawai negeri. Sedangkan maksud dan tujuan
Perjan adalah menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa barang dan jasa yang bermutu
dan menandai bagi pemenuhan hajat orang banyak.
Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran,
RRI saat ini berstatus Lembaga Penyiaran Publik (LPP). Pasal 14 Undang Undang Nomor
32/2002 menegaskan bahwa RRI adalah LPP yang bersifat independen, netral, tidak komersil
dan berfungsi melayani kebutuhan masyarakat. Perubahan ini menyebabkan pergeseran peran
RRI, dari yang semula government oriented menjadi public oriented. RRI sebagai LPP juga
dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 dan 12 Tahun 2005 penjabaran lebih
lanjut dari Undang Undang Nomor 32/2002. Perubahan RRI menjadi LPP telah melampaui
proses yang cukup panjang, dimulai dari semangat perubahan yang berawal dari internal RRI
yang menganggap bahwa sudah tidak masanya lagi sebuah radio sebagai corong pemerintah,
sosialisasi perubahan ke pihak eksternal, mengadakan kajian- kajian bersama dengan pakar
hukum dan komunikasi, dan dengan pemantapan status RRI agar disahkan dalam Undang -
undang, sampai a khirnya RRI saat ini menyandang status sebagai LPP . LPP yang bersifat
independen, ne tral, tidak komersil dan berfungsi melayani kebutuhan masyarakat memberi
arti bahwa status LPP yang saat ini disandang RRI diharapkan mampu melakukan perubahan
pola berhubungan dengan masyarakat, menjadi lebih dekat dengan masyarakat dan melayani
masyarakat melalui siaran -siaran yang diberikan untuk menjangkau seluruh lapisan
masyarakat.
RRI resmi menjadi LPP sejak Tahun 2005, repositioning dari Institusi Pemerintah ini
juga ditandai dengan adanya komitmen menyeluruh karyawan RRI diseluruh Indonesia,
untuk turut aktif berpartisipasi dalam melakukan diskusi-diskusi internal maupun eksternal,
termasuk mengikuti berbagai pelatihan tentang Public Service Broadcasting di dalam dan
luar negeri. RRI merupakan LPP diantara 4 (empat) bentuk lembaga penyiaran lainnya yang
ada di Indonesia, tiga diantaranya yaitu ; lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran
komunitas dan lembaga penyiaran berlangganan. Konsep public service pada LPP menjadi
posisi baru bagi RRI , hal ini menuntut RRI agar membangun image atau citra ko rporat di
benak publik melalui strategi program komunikasi produk menyeluruh dari kantor pusat
hingga kantor cabang.
Pembangan image periode pertama RRI sebagai LPP dirasakan belum secara fokus
menyentuh core business RRI, tapi lebih pada transformasi nilai untuk mengubah mindset
internal atau Sumber Daya Manusia (SDM) yang sebagian besar masih Pegawai Negeri Sipil
(PNS) di era RRI sebagai Radio Pemerintah. Perubahan mindset pada internal RRI yang
belum sepenuhnya dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada, dikarenakan sudah
sejak lama RRI menjadi corong pemerintah, yang segala kegiatan dan siaran harus mengikuti
apa yang diminta oleh pemerintah, hal ini membuat kalangan internal RRI tidak terbiasa
untuk kreatif dan belum bisa menolong dirinya sendiri. Sedangkan LPP adalah lembaga yang
tidak hanya menlayani pemerint ah melainkan melayani masyarakat juga, secara tidak
langsung menuntut internal RRI untuk bergera k lebih kreatif dan inisiatif dalam melayani
masyarakat. Pergeseran pola komunikasi juga terjadi dalam RRI dari yang semula top-down
kini menjadi dua arah top-down dan bottom-up, dimana pada awalnya semua informasi
berasal dari pusat yang di siarkan keseluruh wilayah Indonesia, kini pola itu menjadi dua
arah informasi dari daerah juga akan disiarkan melalui pusat. Perubahan status RRI tentunya
berdampak terhadap peningkatan kualitas dan kuantitas siaran, peningkatan siaran informasi
yang aktual, tepat dan terpercaya, selain itu RRI juga memberikan nilai -nilai e dukatif,
memberikan porsi pada siaran pendidikan dan seni budaya. Hiburan musik dari manca
Negara juga tersaji dalam siaran Voice of Indonesia (siaran Luar Negeri RRI).

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah yaitu sebagai
berikut :
1. Perubahan status RRI yang merupakan dampak dari perubahan sistem pemerintahan
dan tuntutan reformasi.
2. Perbaikan citra positif RRI, dari radio corong pemerintah menjadi radio Negara.
3. Terbatasnya ruang gerak dalam berinteraksi dengan masyarakat umum, sistem dua
arah yang belum optimal.
4. Strategi yang dilakukan belum optimal , SDM belum mampu menyes uaikan dengan
perubahan.
5. Sulitnya merubah mindset internal RRI, yang terbiasa bergantung pada konsep
penyiaran yang sudah disiapkan pemerintah.
6. Perubahan status RRI dan kedudukannya dalam Lembaga Penyiaran Publik.
7. Proses Management of Change dalam menyesuaikan diri dengan status LPP.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan idenfikasi masalah diatas, penelitian ini membatasi masalah dan
menfokuskan pada Management of Change pada Radio Republik Indonesia sejak berubah
menjadi Lembaga Penyiran Publik. Pembatasan masalah dalam penelitian dimaksudkan agar
penelitian ini bisa lebih fokus, selain itu adanya keterbatasan peneliti untuk meneliti beberapa
masalah yang dihadapi Radio Republik Indonesia.

D. Rumusan Masalah
Setelah kita mengetahui latar belakang masalah yang teridentifikasi maka dapat
dirumuskan masalah yang ada sebagai berikut :
1. Bagaiman proses Management of Change yang dilakukan Radio Republik Indonesia,
dalam merespon perubahan status menjadi Lembaga Penyiaran Publik?
2. Apa kendala-kendala dalam melakukan Management of Change yang dilakukan oleh
Radio Republik Indonesia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan statusnya
menjadi Lembaga Penyiaran Publik?

E. Tujuan Penelitian

1. Mendapatkan gambaran yang jelas berkaitan dengan proses Management of Change


yang dilakukan oleh Radio Republik Indonesia.
2. Mengetahui kendala-kendala dan cara menghadapi kendala yang terjadi pada Radio
Republik Indonesia dalam melakukan Management of Change.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Ditinjau dari sudut pandang keilmuan administrasi publik, pelaksanaan penelitian ini
diharapkan dapat menjadi sarana dalam mengembangkan konsep Management of
Change dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam sebuah organisasi publik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pentingnya Management
of Change dalam kehidupan berorganisasi, dalam menghadapi perubahan.
Penelitian ini juga merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Ilmu Sosial, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta.
b. Bagi Radio Republik Indonesia
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan tambahan dan referensi
lingkup internal dalam meperbaiki hal yang dirasa kurang dalam penyesuaian
dengan perubahan pada Radio Republik I ndonesia sebagai Lembaga Penyiaran
Publik.
c. Bagi Pihak Akademisi
Dapat dijadikan tambahan bahan referensi bagi penelitian yang akan datang yang
mengangkat tema penelitian yang sama.

Anda mungkin juga menyukai