Gan Gan Giantika, S.Sos.,M.M, adalah dosen di Universitas Bina Sarana Informatika sejak
bulan September 2008. Menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu (S1) di Institut Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Jakarta (IISIP) Jakarta tahun 2002, Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan
Hubungan Masyarakat dan sudah menyelesaikan jenjang pendidikan Strata dua (S2) Magister
Manajemen pada Universitas BSI Bandung tahun 2012. Selain aktif mengajar juga aktif sebagai
moderator pada acara orientasi akademik dan seminar motivasi juga aktif sebagai pembicara
seminar Kapita Selekta Kewarganegaraan di Universitas Bina Sarana Infomatika. Sebelum aktif
di dunia pendidikan penulis bekerja pada bidang Marketing Pemasaran pada Perusahaan
swasta dan Pengajar dalam bidang teknologi komputer.
Mareta Puri Rahastine, S.Sn, M.I.Kom, wanita kelahiran 15 maret 1988 yang saat ini
berprofesi sebagai dosen komunikasi di Universitas Bina Sarana Informatika. pendidikan yg
telah ditempuh di Universitas Pasundan Bandung dengan jurusan Desain Komunikasi Visual (
DKV ) lulus pd tahun 2011 dan melanjutkan program pasca sarjana di Universitas Mercu Buana
jurusan Komunikasi dg konsentrasi corporate and marketing communication dan lulus pd tahun
2015 lalu. Pengalan bekerja di internal communication di PT. Indosat, tbk pd tahun 2010 sampai
2011, CSR di PT. Jakarta Teknologi Utama Motor ( sinarmas group ) dr tahun 2011 sampai 2017
dan mengajar di UBSI mulai 2012 sampai saat ini.
Iin Soraya, S. Sos, MM, lahir di Jakarta 19 September 1985 adalah seorang Dosen Program
Studi Periklanan di Universitas Bina Sarana Informatika. Memulai karirnya sebagai dosen di
Bina Sarana Informatika sejak 2010. Penulis menyelesaikan studi Strata Satu (S1) pada tahun
2007 dijurusan Periklanan Fakultas Komunikasi di IISIP Jakarta. Penulis menyelesaikan
jenjang pendidikan Strata Dua (S2) Magister Manajemen di Universitas Bina Sarana
Informatika Bandung pada tahun 2012. Penulis juga saat ini tergabung mengajar di Universitas
Satya Negara dan Universitas Terbuka. Penulis pernah menjadi Copywriting di Agensi
Periklanan Trias Outdoor dan pernah menjadi Analist di beberapa Bank di Indonesia, sejak
tahun 2010 sampai sekarang penulis fokus di dunia pendidikan
ISBN: 978-623-228-196-7
ISBN: 978-623-228-196-7
DATA BUKU:
Format: 17 x 24 cm; Jml. Hal.: viii + 74; Kertas Isi: HVS 70 gram; Tinta Isi: BW/Colour;
Kertas Cover: Ivori 260 gram; Tinta Cover: Colour; Finishing: Perfect Binding: Laminasi Doff.
BAB ..
Kata Pengantar
P
uji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa
kesempatan dan pengetahuan sehingga buku Etika Penyiaran
Indonesia ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga buku ajar ini bisa
disusun dengan baik dan rapi.
Mengingat pada rezim orde baru dan kapitalis kroninya dilakukan
dengan berbagai kontrol. Setidaknya ada lima kontrol, yaitu kontrol
preventif dan korektif, kontrol terhadap individu dan kelompok perilaku,
kontrol terhadap produk teks pemberitaan, kontrol terhadap sumber daya
dan kontrol terhadap akses ke pers.
Kini kemajuan teknologi di Indonesia mempengaruhi perilaku, cara
berfikir dan gaya hidup masyarakat. Hal tersebut juga dapat kita lihat pada
tayangan-tayangan di televisi dan radio yang kita konsumsi setiap hari.
Sehingga membuat pemerintah melalui KPI membuat pedoman
perilaku penyiaran dan standar program penyiaran, baik untuk penyiaran
televisi dan Radio. Agar program yang ditayangkan dapat menjadi contoh
yang baik bagi masyarakat.
vi Etika Penyiaran Indonesia
Daftar Isi
Kata Pengantar v
Daftar Isi vii
Bab 1 Etika, Norma/Kaidah dan Etiket 1
1.1 Filsafat Komunikasi Sebagai Cabang Ilmu Etika 1
1.2 Filsafat Studi dan Proses Komunikasi 4
1.3 Etika Komunikator 4
1.4 Perbedaan Etika, Norma atau Kaidah dan Etiket 6
Bab 2 Etika Profesi 11
2.1 Profesi dan Profesional 11
2.2 Ciri-ciri Profesi 12
2.3 Kode Etik Profesi 14
Bab 3 Etika Penyiaran 17
Bab 4 Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Pedoman Penyiaran 23
Perilaku Penyiaran Sebagai Salah Satu Bentuk Etika
dalam Dunia Penyiaran Indonesia
4.1 Sejarah Perkembangan Televisi 23
4.2 Demokritisasi Regulasi Penyiaran 24
4.3 Pedoman Perilaku Penyiaran 25
viii Etika Penyiaran Indonesia
-oo0oo-
BAB 1
ETIKA, NORMA/KAIDAH DAN ETIKET
C. Etika Komunikator
Sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, komunikator memegang peranan yang
sangat penting, terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi. Untuk itu, seorang
komunikator harus terampil berkomunikasi, dan juga kaya ide serta penuh daya kreativitas.
Suatu hal yang sering dilupakan oleh komunikator sebelum memulai aktivitas
komunikasinya, ialah bercermin pada dirinya apakah syarat-syarat yang harus dimiliki
seorang komunikator yang handal telah dipenuhi atau belum.
Sejak jaman dahulu komunikasi lebih banyak melalui bahasa lisan yang disebut
retorika, dan sebagai komunikatornya disebut orator atau rhetor, biasanya mereka memiliki
pengetahuan tentang ehos, pathos dan logos.
1. Ethos
Berarti sumber keperayaan dan pengetahuan, bahwa seorang orator harus memiliki
kemampuan, keahlian dan pengetahuan yang luas sehingga apa yang disampikan bisa
2. Pathos
Berarti himbauan emosional kemampuan menampilkan gaya emotif dan persuasif yang
dimiliki seorang orator, yang terkait pada Penampilan, himbauan emosional / gaya inovatif
dan persuasi.
3. Logos
Berarti himbauan logis yaitu kemampuan yang dimiliki oleh orator lebih bergaya
akademisidalam menguaraikan isi pesan atau materi pidato, penyampaiannya ilmiah
mudah dimengerti serta dapat diterima oleh nalar para pendengar. (Ruslan, 2001)
Dengan kata lain logos merupakan Sistematika dalam berbicara, himbauan logis yg
ditunjukkan secara logis,wajar,sistematis dan argumentatif
Dari penjelasan persyaratan menjadi seorang orator adalah ketiga hal tersebut ethos
adalah faktor yang sangat menentukan. Agar dapat dipercaya maka harus memperhatikan
komponen komunikator akan menjadi “source credibility” adalah sebagai berikut :
a. Competence, yaitu mempunyai kemampuan dan kewenangan yang dimiliki.
b. Integrity (kejujuran), yaitu atau ketulusan hati : Komunikator dianggap memiliki
sourch credibility yang inggi apabila memiliki kejujuran dan ketulusan tinggi
apabila memiliki kejujuran dan ketulusan secara menyeluruh.
c. Good will ( Kemauan baik). (Ruslan, 2001)
3. Etiket
B. Ciri-Ciri Profesi
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini
dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan
dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan,
keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu
profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.(Ruslan, 2001)
Awal mula di dorongnya peraturan di dunia pertelevisian pada tahun 1953 yang
berasal dari sebuah Departemen Penerangan, di dorong oleh perusahaan-perusahaan
AS, Inggris, Jerman dan Jepang yang berlomba-lomba menjual hardware ketika
menjelang Asian Games di Jakarta pada tahun 1962. Bapak presiden Soekarno yakin
akan kebutuhan televisi untuk kepentingan reputasi Indonesia mengenai penyiaran
Asian Game tersebut terutama Negara Jepang yang sudah memiliki televisi sejak awal
tahun 1950-an.
Siaran televisi dimulai dengan bantuan ahli dan perawatan dari Negara Jepang serta
pelatihan dari ahli Negara Inggris, dibawah organizingg commitee Asian Games.
Tanggal 16 Agustus 1962, TVRI memulainmengadakan siaran percobaan dengan acara
HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia XVII dari halaman Istana Merdeka, Jakarta.
Setidaknya ada tiga hal mengapa regulasi penyiaran di pandang urgent. Pertama,
dalam iklim demokrasi kekinian, salah satu urgensi yang mendasari penyusunan
regulasi penyiaran adalah hak asasi manusia tentang kebebasan berbicara ( freedom of
speech ), yang menjamin kebebasan seseorang untuk memperolehdan menyebarkan
pendapatnya tanpa adanya intervensi, bahkan dari pemerintah. Namun pada saat yang
bersamaan, juga berlaku regulasi pembatasan aktivitas media seperti regulasi UU
telekomunikasi yang membatasi penggunaan spektrum gelombang radio ( Leen
d’Haenens, 2000:24-26 ). Nilai demokrasi karenanya menghendaki kriteria yang jelas
dan fair tentang pengaturan alokasi akses media. (Mufid, 2010)
Selain itu Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran dikategorikan
sebagai etika karena ada satu faktor mendasar yang tidak dapat dipenuhi oleh peraturan
itu untuk disebut peraturan hukum.
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran menjadi tidak pasti
pelaksanaannya setelah KPI sebagai pembuar pedoman dan perilaku penyiaran itu
peranannya melemah, karena Undang-Undang Penyiaran, Tahun 2012.
Pedoman Perilaku Penyiaran ditetapkan untuk menghormati asas manfaat, asas adil
dan merata, asas kepastian hukum, asas keamanan, asas keberagaman, asas kemitraan,
etika, asas kemandirian, dan asas kebebasan dan tanggung jawab.
A. Seksual
BAB XII
PROGRAM SIARAN BERMUATAN SEKSUAL
Pasal 16
Lembaga penyiaran wajib tunduk pada ketentuan pelarangan dan/atau
pembatasan program siaran bermuatan seksual. (KPI, 2012)
Salah satu contoh pelanggaran seksual seperti yang dilanggar oleh perusahaan
dalam melayani bidang jasa yaitu seperti obat kuat pria. Obat kuat pria adalah jaringan
klinik Internasional yang mengkhususkan diri dalam konsultasi serta pengobatan Impotensi
& Ejakulasi Dini, yang ditangani oleh dokter-dokter berpengalaman. Selama 11 tahun
kehadirannya, Obat kuat pria telah berhasil berperan serta dalam mengobati masalah
Impotensi & Ejakulasi Dini dan telah mengobati lebih 120.000 pasien di seluruh Indonesia.
Pengobatan di obat kuat pria seluruhnya menggunakan obat-obat medis kedokteran dengan
tingkat keberhasilan diatas 90%. Pengobatan di obat kuat pria juga sangat efektif untuk
pasien yang disertai penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, hypertensi, kolsterol
tinggi, dll. Dengan Visi Membantu Kebahagian Keluarga,obat kuat pria memberikan
pelayanan secara profesional dengan menjaga kerahasiaan dan mendukung kerahasiaan
pasien.
KPI Pusat melayangkan surat teguran kedua pada Trans 7 dan SCTV terkait adanya
pelanggaran pada penayangan program siaran iklan obat kuat pria di kedua stasiun televisi
tersebut. Pelanggaran yang dilakukan SCTV adalah penayangan materi dewasa berupa
pengobatan vitalitas seksual pada jam anak dan remaja. Jenis pelanggaran ini dikategorikan
sebagai pelanggaran atas perlindungan anak dan remaja, penggolongan program siaran,
Dalam waktu yang bersamaan KPI Pusat juga memberikan teguran kepada Trans7
dalam pelanggaran program yang sama. Pelanggaran yang dilakukan adalah penayangan
materi pada 16 Februari 2011 pukul 12.09 WIB,17 Februari 2011 pukul 12.14 WIB, 1
April 2011 pukul 17.04 WIB, 6 April 2011 mulai pukul 12.28 WIB dan 9 April 2011
mulai pukul 12.13 WIB. (kpi.co.id)
Yang menjadi dari target iklan Obat kuat pria adalah masyarat yang sudah
berkeluarga baik suami dan istrri dapat dikatakan orang yang dewasa dalam umurnya. Cara
menentukan target dari iklan tersebut adalah orang yang sudah dewasa, berkeluarga, secara
perilaku memiliki permasalahan dengan seks. Positioning dari obat kuat pria adalah
mengatasi ejakulasi dini.
KPI Pusat memutuskan bahwa tindakan penayangan materi iklan tersebut telah
melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Pasal 10 dan Pasal 29
ayat (1) serta Standar Program Siaran Pasal 13 ayat (1), Pasal 38 ayat (4) huruf f, Pasal 39
ayat (5) huruf e, Pasal 49 ayat (1), dan Pasal 50 ayat (2) penjelesan ayat dan pasal tersebut
sebagai berikut:
Pasal 39 ayat (5) huruf e. Program siaran klasifikasi R dilarang menampilkan: obat-
obatan untuk meningkatkan kemampuan seksual, iklan produk rokok, iklan pakaian dalam
yang menampilkan visualiasi pakaian dalam, iklan kondom dan/atau alat pencegah
kehamilan lain, iklan film yang diperuntukkan bagi penonton dewasa, iklan majalah dan
tabloid yang ditujukan bagi pembaca dewasa, dan iklan alat pembesar payudara dan alat
vital.
Pasal 49 ayat (1) Program siaran iklan wajib berpedoman pada Etika Pariwara
Indonesia.
Pasal 50 ayat (2) Program siaran iklan produk dan jasa untuk dewasa yang
berkaitan dengan obat dan alat kontrasepsi, serta vitalitas seksual hanya dapat disiarkan
pada 22.00 – 03.00 waktu setempat.
B. Kekerasan
BAB XIII
PROGRAM SIARAN BERMUATAN KEKERASAN
Pasal 17
Lembaga penyiaran wajib tunduk pada ketentuan pelarangan dan/atau
pembatasan program siaran bermuatan kekerasan. (KPI, 2012)
Seperti kasus acara smackdown, kasus komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID)
Jawa Tengah menilai, tayangan "smackdown" yang disiarkan stasiun televisi Lativi
melanggar Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 khususnya Pasal 36 ayat 5,
karena mengumbar kekerasan.
C. Sadisme
Dengan banyaknya pelanggaran yang ditayangkan oleh televisi, oleh sebab itu KPI
membuat peraturan penggolongan program siaran, terutama untuk anak-anak, remaja
dan para orang tua.
Kebebasan bukanlah lawan dari tanggung jawab, begitu juga sebaliknya. Seseorang
tidak akan kehilangan kebebasan hanya karena dia menerapkan tanggung jawab.
Pengertian Pesan, Pesan merupakan acuan dari berita atau peristiwa yang
disampaikan melalui media media. Suatu pesan memiliki dampak yang dapat
mempengaruhi pemikiran khlayak pembaca dan pemirsa, karenanya pesan bisa bersifat
bebas dengan adanya suatu etika yang menjadi tanggung jawab pesan itu sendiri. Misalnya
pesan yang bersifat edukatif.
A. Pengertian
Bagian pertama, agama disebutkan, materi agama dapat tampil pada program acara
agama, non-agama, dan drama/fiksi dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Program dan promo program faktual yang bertemakan dunia gaib, paranormal,
klenik, praktek spiritual magis, mistik, kontak dengan roh, hanya dapat disiarkan
pukul 22.00–03.00 sesuai dengan waktu stasiun yang menayangkan.
b. Program dan promo program faktual yang menyajikan pengobatan alternatif (non
medis) dengan menggunakan kekuatan supranatural hanya dapat disiarkan pukul
22.00-03.00 sesuai dengan waktu stasiun yang menayangkan.
c. Dalam program faktual, tidak boleh ada upaya manipulasi dengan menggunakan
efek gambar ataupun suara untuk tujuan mendramatisasi isi siaran sehingga bisa
menimbulkaninterpretasi yang salah misalnya manipulasi audio visual tambahan
seakan ada makhluk halus tertangkap kamera.
d. Dalam menyiarkan program faktual yang menggunakan narasumber yang mengaku
memiliki kekuatan/kemampuan supranatural khusus atau kemampuan
menyembuhkan penyakit dengan cara supranatural, lembaga penyiaran harus
mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. Bila tidak ada ada landasan fakta dan bukti empirik, lembaga
penyiaran menjelaskan hal tersebut kepada khalayak.
b. lembaga penyiaran harus menjelaskan kepada khalayak bahwa
mengenai kekuatan/kemampuan tersebut sebenarnya ada perbedaan
pandangan di tengah masyarakat.
a. Lembaga penyiaran dapat menyajikan program fiksi (seperti drama, film, sinetron,
komedi, dan kartun) yang menyajikan kekuatan atau makhluk supranatural selama
dunia supranatural itu disajikan sebagai fantasi.
b. Program dan promo program sebagaimana dimaksud Ayat (1) yang bersifat
mengerikan dan dapat menimbulkan rasa takut hanya dapat disiarkan pukul 22.00 –
03.00 sesuai dengan waktu stasiun penyiaran yang menayangkan.
Agar setiap program dapat mematuhi peraturan standar penyiaran, maka KPI selalu
melakukan pemantauan dengan cara Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi yang
telah dirilis dan bisa diakses bebas oleh publik. Dengan adanya hasil survei itu, KPI
berharap masyarakat lebih selektif dalam menonton acara televisi.
Dari survei periode pertama (Januari-Maret) tahun 2018, empat program siaran yakni
sinetron, variety show, infotainment, dan berita, dianggap belum memenuhi standar.
Sederet program itu belum mencapai skor 3,00 dari skala satu sampai empat yang
merupakan nilai minimum program berkualitas menurut KPI. Empat program lain yang
sudah dinilai berkualitas adalah program wisata budaya (3,21), religi (3,19), anak (3,07),
dan talkshow (3,01). Namun, tiap program tetap dievaluasi oleh divisi Litbang KPI dan
120 panelis ahli yang terlibat dalam survei.
Untuk program berita, misalnya, ada catatan serius mengenai faktualitas, keadilan, dan
keberpihakan. Sementara program siaran talkshow dianggap belum mengutamakan
kepentingan masyarakat umum dan masih menyajikan dialog-dialog yang cenderung
memihak kepentingan politik pemilik modal stasiun televisi.
Khusus program anak, meskipun nilai indeksnya memenuhi standar, terkadang ada
muatan kekerasan yang harus mendapatkan perhatian. Sekalipun program anak di layar
kaca sudah berkualitas, orang tua tetap perlu mendampingi anak saat menonton televisi.
Program wisata budaya yang kerap mendapat skor tertinggi tidak luput dari evaluasi.
Meski positf karena memiliki misi mengangkat tradisi budaya, ada catatan agar program
memberikan informasi yang akurat dan imbauan agar presenter tetap menjaga norma
kesopanan di masyarakat. (Asrianti, 2018)
Menurut J.B. Wahyudi dalam (Djamal & Fachruddin, 2011) “ Penyiaran atau dalam bahasa
Inggris dikenal sebagai broadcasting adalah keseluruhan proses penyampaian siaran yang dimulai
dari penyiapan materi produksi, proses produksi, penyiapan bahan siaran, kemudian pemancaran
sampai kepada penerimaan siaran tersebut oleh pendengar/pemirsa di satu tempat.”
Menurut (Riswandi, 2013) “Penyiaran atau siaran sebagai output media radio dan televisi
memiliki fungsi yang sama dengan media massa lainnya, yaitu fungsi mendidik,
menginformasikan, menghibur, mempromosikan, menjadi agen perubahan sosial, dan melakukan
control sosial, serta mentransfer nilai-nilai budaya.”
Media adalah saluran komunikasi massa yang memiliki ciri-ciri khusus yaitu
mempunyai kemampuan untuk menarik perhatian khalayak secara simultanenous
(serempak) dan serentak (seinstantenesous). Media Massa adalah media komunikasi dan
(1). Lembaga penyiaran wajib memperhatikan dan melindungi hak dan kepentingan:
a. orang dan/atau kelompok pekerja yang dianggap marginal;
b. orang dan/atau kelompok dengan orientasi seks dan identitas gender tertentu;
c. orang dan/atau kelompok dengan kondisi fisik tertentu;
d. orang dan/atau kelompok yang memiliki cacat fisik dan/atau mental;
e.orang dan/atau kelompok pengidap penyakit tertentu; dan/atau f. orang dengan
masalah kejiwaan.
(2). Lembaga Penyiaran tidak boleh menyajikan program yang menertawakan,
merendahkan, dan/atau menghina orang dan/atau kelompok masyarakat sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (1).
Televisi merupakan media massa favorit bagi sebagian besar masyarakat. Hal
tersebut dikarenakan televisi menyajikan hiburan yang bervariasi dan informasi yang
mudah didapatkan. Tingginya minat masyarakat akan televisi mendorong semakin banyak
bermunculan stasiun televisi yang saling berlomba-lomba untuk merebut hati pemirsa.
Banyaknya stasiun televisi baru yang saling bersaing dengan mengunggulkan programnya
masing-masing, memberikan tawaran yang semakin beragam kepada masyarakat untuk
memilih siaran yang diminati.
d. Kelompok dengan ukuran dan bentuk fisik di luar normal, seperti: gemuk, cebol,
bergigi tonggos, bermata juling, dan sebagainya;
e. Kelompok yang memiliki cacat fisik, seperti: tuna netra, tuna rungu, tuna wicara;
f. Kelompok yang memiliki cacat atau keterbelakangan mental, seperti: embisil, idiot,
dan sebagainya;
g. Kelompok pengidap penyakit tertentu, seperti penderita HIV/AIDS, kusta, epilepsi,
dan sebagainya.
Berdasarkan pengaduan masyarakat, pemantauan, dan hasil analisis, KPI Pusat telah
menemukan pelanggaran pada Program Siaran “Brownis Tonight” yang ditayangkan oleh
stasiun Trans TV pada tanggal 28 Maret 2018 pukul 19.00 WIB dan tanggal 29 Maret 2018
pukul 18.52 WIB. Program siaran tersebut menampilkan muatan yang membahas isu
transgender. Kami juga menemukan muatan serupa pada: 1. Brownis Siang tanggal 2 April
2018 pukul 13.31 WIB; 2. Rumpi No Secret tanggal 21 Maret 2018 pukul 16.42 WIB dan
tanggal 26 Maret 2018 pukul 16.28 WIB; dan 3. Pagi-Pagi Pasti Happy tanggal 27 Maret
2018 pukul 09.24 dan tanggal 29 Maret 2018 pukul 08.41 WIB. Jenis pelanggaran ini
dikategorikan sebagai pelanggaran atas ketentuan tentang penghormatan terhadap hak
privasi, perlindungan anak, dan perlindungan kepada orang dengan identitas gender
tertentu. KPI Pusat memutuskan bahwa tayangan tersebut telah melanggar Pedoman
Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 13, Pasal 14 Ayat (2),
dan Pasal 15 Ayat (1) huruf b serta Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia
Tahun 2012 Pasal 13 Ayat (1), Pasal 14, Pasal 15 Ayat (1), dan Pasal 17 Ayat (2) huruf b.
Berdasarkan pelanggaran tersebut, KPI Pusat memberikan sanksi administratif
administratif Teguran Tertulis.
Dalam kaitan dengan pemaparan di atas, lembaga penyiaran harus mengikuti ketentuan
sebagai berikut:
a. Dilarang menyiarkan program yang mengandung muatan yang dapat membangun
atau memperkokoh stereotip negatif mengenai kelompok-kelompok tersebut;
Bila memang dalam program tersebut terdapat muatan stereotipe negatif mengenai
kelompok-kelompok tersebut, hal itu harus selalu digambarkan dalam konteks tindakan
yang salah dan tidak dapat dibenarkan.
Dalam acara dialog tentang seks yang harus dilakukan adalah:
1. Program yang berisikan pembicaraan atau pembahasan mengenai masalah seks
harus disajikan secara santun, hati-hati, dan ilmiah.
3. Pembawa acara bertanggungjawab menjaga agar acara itu tidak menjadi ajang
pembicaraan mesum.
Program yang tidak pernah sepi penonton diantanya adalah program siaran seks. Seks
memang bukan hal yang tabu lagi untuk dibicarakan, namun pelarangan dan pembatasan
program siaran seks perlu dilakukan.
Pelarangan program siaran seks diantaranya adalah
1. Lembaga penyiaran televisi dilarang menyajikan adegan yang menggambarkan
aktivitas hubungan seks, atau diasosiasikan dengan aktivitas hubungan seks atau
adegan yang mengesankan berlangsungnya kegiatan hubungan seks, secara
eksplisit dan vulgar.
Salah satu contoh program yang melanggar larangan adalah program Marimar yang
tayang di stasiun televisi GTV (Darwis, 2018)
http://www.kpi.go.id/images/newsletter/2018_NLKPI_Maret_April.pdf
Diantara media yang ada seperti televisi dan media cetak, radio memiliki beberapa
keunggulan dimana dapat diakses secara mudah, tidak diperlukan ketrampilan khusus dari
khalayak yang ingin dituju seperti ketrampilan membaca karena radio merupakan media
imajinatif. Selain itu masyarakat dapat mendapatkan informasi dengan cepat dari radio
dengan biaya murah. Keunggulan lain dari radio adalah sifatnya yang santai, karena
sifatnya auditori (untuk didengarkan), lebih mudah orang menyampaikan pesan dalam
bentuk acara yang menarik.
Komponen penting sebuah stasiun radio adalah penyiar. Sosok penyiar radio
merupakan ujung tombak sebuah radio. Peran penyiar dapat menjadi nilai jual radio dan
program yang dibawakan, sehingga peneliti tertarik mengetahui lebih banyak mengenai
profesi penyiar radio. Namun mengingat sudah banyak penelitian tentang penyiar radio,
maka peneliti mengkaji lagi jenis pekerjaan penyiar radio yang masih berkaitan dengan
penyiaran.
Menurut (Wibowo, 2011) “penyiar radio memiliki 2 (dua) model yaitu siaran
monolog (the talk program) dan dialog (the talkshow program). Program monolog seorang
penyiar radio seorang diri dalam menyampaikan pesan kepada khalayak atau
pendengarnya, sehingga komunikasi sebatas komunikator dan komunikan. Sedangkan pada
program dialog melibatkan penyiar, narasumber, dan pendengar. Artinya keberadaan
narasumber mempengaruhi teknik komunikasi yang harus dilakukan oleh penyiar dan tentu
berbeda dengan ketika penyiar siaran monolog. Dalam dialog, penyiar dituntut untuk dapat
menjembatani antara narasumber dan pendengar.”
Bandung Banget!
Senin, jam 22.00 – 00.00
Program talkshow yang membahas tentang kota Bandung dan mempunyai tagline “Your City Your
Responsbility”. Tujuan dari talkshow ini selain membahas semua detail kota Bandung juga ingin
mengajak insan muda untuk lebih mengenal komunitas-komunitas yang kreatif yang ada di kota
Bandung. Ridwan Kamil aka. Kang Emil dulu siaran di acara ini loh..(Ardan, 2019)
2. Program Drama
Drama merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu Draomai yang memiliki
arti berbuat dan bertindak. Sedangkan kata drama sendiri memiliki arti suatu perbuatan dan
tindakan. Pengertian drama secara umum yaitu suatu karya sastra yang ditulis dalam
bentuk dialog dan mempunyai maksud untuk menampilkan sebuah pertunjukan yang
diperankan oleh aktor.
1) Program drama harus memperhatikan kemungkinan pengaruh siaran pada semua
anggota keluarga.
2) Manajemen stasiun harus membuka peluang bagi perkembangan program drama
yang inovatif dan kreatif.
3) Program drama harus menonjolkan moral, nilai-nilai sosial dan budaya bangsa.
4) Program drama harus mendorong terciptanya kualitas hidup masyarakat
5) Program drama harus menghormati dan menjunjung tinggi keragaman agama,
budaya dan etnis
Konci
Jumat, jam 22.00 – 00.00
“Never ignore a person who loves and cares for you because one day you may realize you’ve
lost the moon while counting the stars.”
Special program yang menyajikan drama percintaan live on air tanpa tapping, yang akan selalu
memberikan kejutan-kejutan spontan di setiap ceritanya. Kamu juga bisa ikut menentukan ending
dari cerita Konci versi kamu! It will always give you that fresh sensation of love stories! (Ardan,
2019)
3. Program Anak
Program yang secara khusus dibuat untuk didengar anak-anak harus didasarkan
pada konsep-konsep sosial yang sehat, yaitu ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
penghargaan kepada orang tua, perlakuan wajar pada setiap orang, penghargaan terhadap
hukum dan ketertiban; hidup bersih; moral yang tinggi, serta merefleksikan etika dan
karakter Indonesia dan mengembangkan pemahaman anak-anak terhadap dunia. Selain itu,
program anak harus memenuhi ketentuan berikut :
1) Program yang ditujukan bagi anak-anak harus mendorong seni berbicara dan pelafalan
yang benar. Materi yang merusak perkembangan bahasa anak harus dihindari.
Pelafalan bahasa yang tidak resmi (slang/prokem) dan bahasa yang tidak benar harus
dihambat, kecuali untuk kebutuhan pemeranan yang --dengan suatu cara-- harus pula
diperlihatkan kesalahannya.
2) Penampilan anak-anak dalam program anak harus seizin orang tua atau wali.
3) Akibat negatif pada masyarakat dan manusia harus pula ditampilkan dalam materi
yang berisi kegiatan kriminal.
Contoh radio yang menyajikan program khusus untuk anak : Radio Suara Edukasi AM 1440 Khz
e. Pedoman perilaku dapat menjadi salah satu sarana mengatur diri sendiri (self
regulation) sehingga dapat menghindarkan campur tangan dari pihak lain.
Gambar 1.1. Gambar adegan host KKN dengan bintang tamu seksi
Dalam tayangan takhayul dan klenik anggota ATVSI (Asosiasi Televisi Swasta
Indonesia) menangani tayangan takhayul dan atau klenik sehingga tidak sampai
menimbulkan rasa takut berlebihan bagi pemirsa. Anggota ATVSI menghindari eksploitasi
secara berlebihan tayangan takhayul dan klenik agar tidak terjadi upaya pengambilan
manfaat yang berlebihan, melemahkan iman/menimbulkan unsur syirik serta dan
pembodohan masyarakat.
Gambar 1.1. Gambar Program Menembus Mata Bathin di Stasiun Televisi ANTV
Penyiaran, baik televisi dan radio, menurut UU No. 32 tahun 2002 Pasal 36
Tentang pelaksanaan siaran diarahkan untuk:
1) Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk
pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga
persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya
Indonesia.
2) Isi siaran dari jasa penyiaran televisi, yang diselenggarakan oleh Lembaga
Penyiaran Swasta dan Lembaga Penyiaran Publik, wajib memuat sekurang-
kurangnya 60% (enam puluh per seratus) mata acara yang berasal dari dalam
negeri.
3) Isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak
khusus, yaitu anak-anak dan remaja, dengan menyiarkan mata acara pada waktu
yang tepat, dan lembaga penyiaran wajib mencantumkan dan/atau menyebutkan
klasifikasi khalayak sesuai dengan isi siaran.
4) Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan
golongan tertentu.
5) Isi siaran dilarang: a) bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong; b)
menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalah-gunaan narkotika dan
obat terlarang; atau c) mempertentangkan suku, agama, ras, dan antargolongan.
6) Isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan dan/atau
mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak
1. Menjunjung tinggi dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan negara kesatuan
republik indonesia;
2. Meningkatkan kesadaran dan ketaatan terhadap hukum dan segenap peraturan
perundang-undangan yang berlaku di indonesia;
3. Menghormati dan menjunjung tinggi norma dan nilai agama dan budaya bangsa yang
multikultural;
4. Menghormati dan menjunjung tinggi etika profesi yang diakui oleh peraturan
perundang-undangan;
5. Menghormati dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi;
6. Menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
7. Menghormati dan menjunjung tinggi hak dan kepentingan publik;
8. Menghormati dan menjunjung tinggi hak anak-anak dan remaja;
9. Menghormati dan menjunjung tinggi hak orang dan/atau kelompok masyarakat
tertentu; dan
10. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip jurnalistik (Pedoman Perilaku Penyiaran P3 Dan
Standar Program Siaran SPS).
Asrianti, S. dan chsan E. A. (2018). Ini Empat Program Siaran yang Nilainya di Bawah
Standar.
Djamal, H., & Fachruddin, A. (2011). Dasar Dasar Penyiaran. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Effendy, O. U. (2003). Ilmu, teori dan filsafat komunikasi (Cetakan Ke). Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti.
Mufid, M. (2010). Komunikasi & Regulasi Penyiaran (cetakan ke). 2010: Kencana
Perdana Media Group dan UIN Press.
RG. (2018). KPI Beri Sanksi “Pesbukers” ANTV. Retrieved March 5, 2019, from
http://www.kpi.go.id/index.php/id/umum/38-dalam-negeri/34385-kpi-beri-sanksi-
pesbukers-antv
Riswandi. (2013). Dasar Dasar Penyiaran (3rd ed.). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ruslan, R. (2001). Etika Kehumasan konsepsi & Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ruslan, R. (2017). Mendesain LOGO (3rd editio). (3rd ed.). Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
B
Broadcasting : 7, 32
C
Call in show : 8, 40
O
One-on-one-show : 8, 40
P
Panel discussion : 8, 40
Programming : 7,32
N
News panel : 8, 40
Newsmaker : 8, 40
T
The talk program : 8, 39
The talkshow program : 8, 39