Anda di halaman 1dari 63

Etika penyiaran bisa diartikan sebagai ilmu mengenai norma tentang baik

dan buruk dalam kegiatan pemancarluasan siaran melalui media radio


ataupun televisi atau media lainnya untuk diterima secara serentak oleh
masyarakat melalui perangkat penerima siaran.
Banyaknya program penyiaran yang dikeluhkan masyarakat dan juga
mendapat teguran KPI membuktikan jika kelayakan isi siaran di Indonesia
sebenarnya masih relatif rendah. KPI merupakan wujud peran serta
masyarakat berfungsi mewadahi aspirasi serta mewakili kepentingan
masyarakat akan penyiaran harus mengembangkan program-program
kerja hingga akhir kerja dengan selalu memperhatikan tujuan yang
diamanatkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 Pasal 3: "Penyiaran
diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional,
terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertaqwa,
mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum,
dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil, dan
sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia". (RG, 2018)

Gan Gan Giantika, S.Sos.,M.M, adalah dosen di Universitas Bina Sarana Informatika sejak
bulan September 2008. Menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu (S1) di Institut Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Jakarta (IISIP) Jakarta tahun 2002, Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan
Hubungan Masyarakat dan sudah menyelesaikan jenjang pendidikan Strata dua (S2) Magister
Manajemen pada Universitas BSI Bandung tahun 2012. Selain aktif mengajar juga aktif sebagai
moderator pada acara orientasi akademik dan seminar motivasi juga aktif sebagai pembicara
seminar Kapita Selekta Kewarganegaraan di Universitas Bina Sarana Infomatika. Sebelum aktif
di dunia pendidikan penulis bekerja pada bidang Marketing Pemasaran pada Perusahaan
swasta dan Pengajar dalam bidang teknologi komputer.
Mareta Puri Rahastine, S.Sn, M.I.Kom, wanita kelahiran 15 maret 1988 yang saat ini
berprofesi sebagai dosen komunikasi di Universitas Bina Sarana Informatika. pendidikan yg
telah ditempuh di Universitas Pasundan Bandung dengan jurusan Desain Komunikasi Visual (
DKV ) lulus pd tahun 2011 dan melanjutkan program pasca sarjana di Universitas Mercu Buana
jurusan Komunikasi dg konsentrasi corporate and marketing communication dan lulus pd tahun
2015 lalu. Pengalan bekerja di internal communication di PT. Indosat, tbk pd tahun 2010 sampai
2011, CSR di PT. Jakarta Teknologi Utama Motor ( sinarmas group ) dr tahun 2011 sampai 2017
dan mengajar di UBSI mulai 2012 sampai saat ini.
Iin Soraya, S. Sos, MM, lahir di Jakarta 19 September 1985 adalah seorang Dosen Program
Studi Periklanan di Universitas Bina Sarana Informatika. Memulai karirnya sebagai dosen di
Bina Sarana Informatika sejak 2010. Penulis menyelesaikan studi Strata Satu (S1) pada tahun
2007 dijurusan Periklanan Fakultas Komunikasi di IISIP Jakarta. Penulis menyelesaikan
jenjang pendidikan Strata Dua (S2) Magister Manajemen di Universitas Bina Sarana
Informatika Bandung pada tahun 2012. Penulis juga saat ini tergabung mengajar di Universitas
Satya Negara dan Universitas Terbuka. Penulis pernah menjadi Copywriting di Agensi
Periklanan Trias Outdoor dan pernah menjadi Analist di beberapa Bank di Indonesia, sejak
tahun 2010 sampai sekarang penulis fokus di dunia pendidikan

ISBN: 978-623-228-196-7

Buku ini diterbitkan atas kerjasama dengan


Universitas Bina Sarana Informatika
ETIKA PENYIARAN INDONESIA
oleh Gan Gan Giantika, Mareta Puri Rahastine, Iin Soraya

Hak Cipta © 2019 pada penulis

Edisi Pertama; Cetakan Pertama ~ 2019

Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283


Telp: 0274-889398; 0274-882262; Fax: 0274-889057;

Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memper­banyak atau memindahkan sebagian


atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis,
termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis
dari penerbit.

ISBN: 978-623-228-196-7

Buku ini tersedia sumber elektronisnya

DATA BUKU:
Format: 17 x 24 cm; Jml. Hal.: viii + 74; Kertas Isi: HVS 70 gram; Tinta Isi: BW/Colour;
Kertas Cover: Ivori 260 gram; Tinta Cover: Colour; Finishing: Perfect Binding: Laminasi Doff.
BAB ..

Kata Pengantar

P
uji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa
kesempatan dan pengetahuan sehingga buku Etika Penyiaran
Indonesia ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga buku ajar ini bisa
disusun dengan baik dan rapi.
Mengingat pada rezim orde baru dan kapitalis kroninya dilakukan
dengan berbagai kontrol. Setidaknya ada lima kontrol, yaitu kontrol
preventif dan korektif, kontrol terhadap individu dan kelompok perilaku,
kontrol terhadap produk teks pemberitaan, kontrol terhadap sumber daya
dan kontrol terhadap akses ke pers.
Kini kemajuan teknologi di Indonesia mempengaruhi perilaku, cara
berfikir dan gaya hidup masyarakat. Hal tersebut juga dapat kita lihat pada
tayangan-tayangan di televisi dan radio yang kita konsumsi setiap hari.
Sehingga membuat pemerintah melalui KPI membuat pedoman
perilaku penyiaran dan standar program penyiaran, baik untuk penyiaran
televisi dan Radio. Agar program yang ditayangkan dapat menjadi contoh
yang baik bagi masyarakat.
vi Etika Penyiaran Indonesia

Kami berharap semoga buku ajar ini bisa menambah pengetahuan


para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa buku ajar
ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya buku ajar
selanjutnya yang lebih baik lagi.
BAB ..

Daftar Isi

Kata Pengantar v
Daftar Isi vii
Bab 1 Etika, Norma/Kaidah dan Etiket 1
1.1 Filsafat Komunikasi Sebagai Cabang Ilmu Etika 1
1.2 Filsafat Studi dan Proses Komunikasi 4
1.3 Etika Komunikator 4
1.4 Perbedaan Etika, Norma atau Kaidah dan Etiket 6
Bab 2 Etika Profesi 11
2.1 Profesi dan Profesional 11
2.2 Ciri-ciri Profesi 12
2.3 Kode Etik Profesi 14
Bab 3 Etika Penyiaran 17
Bab 4 Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Pedoman Penyiaran 23
Perilaku Penyiaran Sebagai Salah Satu Bentuk Etika
dalam Dunia Penyiaran Indonesia
4.1 Sejarah Perkembangan Televisi 23
4.2 Demokritisasi Regulasi Penyiaran 24
4.3 Pedoman Perilaku Penyiaran 25
viii Etika Penyiaran Indonesia

Bab 5 Pelarangan dan Pembatasan Program Adegan Seksual, 29


Kekerasan dan Sadisme
5.1 Seksual 29
5.2 Kekerasan 32
5.3 Sadisme 33
5.4 Kebebasan dan Tanggung Jawab Muatan Pesan 34
Bab 6 Standar Program Siaran 37
Bab 7 Kesopanan dan Kesusilaan dalam Penayangan Program 42
Media Penyiaran
Bab 8 Standar Profesional Radio Siaran Sebagai Salah Satu Bentuk 49
Etika dalam Dunia Penyiaran di Indonesia
8.1 Standar Profesional Radio Siaran 49
8.2 Perencanaan dan Penyajian Program Radio 51
Bab 9 Pedoman Perilaku Penyiaran Televisi Indonesia 59
Daftar Pustaka 67
Glosarium 69
Indeks 71
Tentang Penulis 73

-oo0oo-
BAB 1
ETIKA, NORMA/KAIDAH DAN ETIKET

A. Filsafat Komunikasi Sebagai Cabang Ilmu Etika


"We cannot not communicate", demikian ungkapan yang sangat populer di kalangan
ilmuan komunikasi. Ungkapan ini kita rasakan, pikirkan, dan lakukan dalam keseharian,
mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Gejala komunikasi sangat kompleks dan
luas, yang melahirkan berbagai macam konsep komunikasi. Akar komunikasi atau
landasan ilmiah komunikasi merupakan prespektif yang dilandasi oleh pemikiran yang
bertujuan untuk mengungkap asal-usul ilmu komunikasi adapun salah satu akar ilmu
komunikasi adalah filsafat.
Pada hakekatnya filsafat komunikasi adalah suatu disiplin yang menelaah pemahaman
(verstehen) secara fundamental, metodelogis, sistematis, analitis, kritis dan holistis teori
dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya,
tatanannya, tujuannya, fungsinya, teknik dan perannya. (Effendy, 2003)
Pada hakikatnya filsafat komunkasi lebih banyak membahas komunikasi manusia,
komunikasi antara manusia dengan manusia bukan membahas komunikasi antara manusia
dengan Tuhan. Mengupas komunikasi yang dilakukan oleh manusia di dalam filsafat
terdapat aliran atau paham mengenai manusia tersebut yaitu :
a. Paham Meterilisme
Manusia pada prinsipnya adalah materi belaka tetapi memiliki kelebihan berupa
akalnya dibandingkan makhluk lainnya yang pada prinsipnya sama yakni terdiri dari
materi.
b. Paham Idealisme
Idealisme berasal dari kata eidios artinya pikiran. Jadi manusia adalah makhluk
berfikir, mempunyai ide atau gagasan dan oleh karena itu ia sadar akan dirinya.
Menurut Descartes “Cogito ergo sum” (aku berpikir jadi aku ada) jadi manusia itu
terdapat dua unsur yaitu “jiwa dan raga”
c. Paham Eksistensialisme
Eksistensialisme berasal dari kata eks berarti keluar dan sistensia artinya berdiri.

ETIK PENYIARAN INDONESIA 1


Jadi eksistensi adalah berdiri sebagai diri sendiri dengan keluar dari diri sendiri.
Artinya manusia berada di dunia dan cara ini hanya untuk manusia, tidak untuk lain
benda oleh karena keberadaannya manusia berbeda dengan beradanya benda-benda
lainnya di dunia ini. (Ruslan, 2001)
Terdapat tiga landasan dalam Aspek-Aspek Filsafat Komunikasi sebagai berikut :
a. Metafisika
Menurut Lanigan, metafisika merupakan suatu studi mengenai sifat dan fungsi teori
tentang realita, dalam kaitan dengan teori komunikasi yaitu antara lain:
1) Sifat manusia dan hubungannya secara kontekstual dan individual dengan
realita dalam alam semesta.
2) Sifat dan fakta bagi tujuan , perilaku, penyebab dan aturan.
3) Problem pilihan, khususnya kebebasan versus determinisme pada perilaku
manusia.
b. Epistemologi.
Merupakan cab. Ilmu filsafat yang membahas asal, sifat, metode dan batasan
pengetahuan manusia. Epistemologi adalah bagaimana pengetahuan itu disusun dari
bahan yang diperoleh dan prosesnya melalui metode ilmiah. Epistemologi berpijak
kepada “teori kebenaran” yaitu :
1) Teori Koherensi
Suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu koheren atau konsisten
dengan pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar.
2) Teori Korespondensi
Suatu pernyataan adalah benar jika materi yang terkena oleh persyaratan itu
berkorespondensi (berkaitan) dengan obyek yang dituju oleh persyaratan tertentu.
3) Teori Pragmatik
Suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan atau atau konsekuensi dari
pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan manusia.
c. Aksiologi
Aksiologi adalah asas mengenai cara bagaimana (how) menggunakan ilmu
pengetahuan yang secara epistemologi diperoleh dan disusun secara sistematis tersebut.
Aksiologi adalah cabang filsafat yang berkaitan nilai seperti etika, etiket, estetika, dan
Agama. Sehubungan hal tersebut diatas maka perlu sebagai komunikator ketika hendak
menyampaikan pemikirannya dalam bentuk pesan, pendapat dan informasi melalui

ETIK PENYIARAN INDONESIA 2


bahasa sebagai lambangnya terlebih dahulu mempertimbangkan nilai etika yang
berlaku, baik-buruk, benar-salah, etis tidak etis, estetis dan tidak estetis.
d. Logika
Berkaitan dengan telaah terhadap prinsip-prinsip dan metode penalaran secara benar
atau logis. Dalam berkomunikasi diperlukan suatu proses pemikiran yang logis dan
benar. Sebelum memutuskan untuk penyampaian suatu pesan, gagasan dan informasi
serta lambang yang dipergunakan. (Ruslan, 2001)

B. Filsafat Studi dan Proses Komunikasi


Dalam filsafat komunikasi nilai berkaitan dengan logika, membahas nilai kebenaran
sehingga memperoleh cara berpikir yang benar, etika; membahas nilai kebaikan mengenai
perilaku manusia dan estetika; membahas nilai-nilai keindahan.
Filsafat Dasar Tujuan Nilai Menciptakan

Logika Pikiran Kebenaran Benar dan salah Ilmu Pengetahuan


Etika Kehendak Kebaikan Baik dan Buruk Keserasian
Estetika Perasaan Keindahan Indah dan jelek Kesenian
Etiket Kehormatan Kesopanan sopan dan tidak Tata krama
Agama Keyakinan Tuntunan Kebajikan dan Dosa Keimanan
Sumber : (Ruslan, 2001)

C. Etika Komunikator
Sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, komunikator memegang peranan yang
sangat penting, terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi. Untuk itu, seorang
komunikator harus terampil berkomunikasi, dan juga kaya ide serta penuh daya kreativitas.
Suatu hal yang sering dilupakan oleh komunikator sebelum memulai aktivitas
komunikasinya, ialah bercermin pada dirinya apakah syarat-syarat yang harus dimiliki
seorang komunikator yang handal telah dipenuhi atau belum.
Sejak jaman dahulu komunikasi lebih banyak melalui bahasa lisan yang disebut
retorika, dan sebagai komunikatornya disebut orator atau rhetor, biasanya mereka memiliki
pengetahuan tentang ehos, pathos dan logos.
1. Ethos
Berarti sumber keperayaan dan pengetahuan, bahwa seorang orator harus memiliki
kemampuan, keahlian dan pengetahuan yang luas sehingga apa yang disampikan bisa

ETIK PENYIARAN INDONESIA 3


dipercaya. Selain itu sebagai seorang orator harus memiliki kemampuan menarik perhatian
orang lain bahwa kita memiliki kemampuan.

2. Pathos
Berarti himbauan emosional kemampuan menampilkan gaya emotif dan persuasif yang
dimiliki seorang orator, yang terkait pada Penampilan, himbauan emosional / gaya inovatif
dan persuasi.
3. Logos
Berarti himbauan logis yaitu kemampuan yang dimiliki oleh orator lebih bergaya
akademisidalam menguaraikan isi pesan atau materi pidato, penyampaiannya ilmiah
mudah dimengerti serta dapat diterima oleh nalar para pendengar. (Ruslan, 2001)
Dengan kata lain logos merupakan Sistematika dalam berbicara, himbauan logis yg
ditunjukkan secara logis,wajar,sistematis dan argumentatif
Dari penjelasan persyaratan menjadi seorang orator adalah ketiga hal tersebut ethos
adalah faktor yang sangat menentukan. Agar dapat dipercaya maka harus memperhatikan
komponen komunikator akan menjadi “source credibility” adalah sebagai berikut :
a. Competence, yaitu mempunyai kemampuan dan kewenangan yang dimiliki.
b. Integrity (kejujuran), yaitu atau ketulusan hati : Komunikator dianggap memiliki
sourch credibility yang inggi apabila memiliki kejujuran dan ketulusan tinggi
apabila memiliki kejujuran dan ketulusan secara menyeluruh.
c. Good will ( Kemauan baik). (Ruslan, 2001)

Faktor Pendukung ethos atau Faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi “source


credibility”, yaitu:
a. Persiapan
b. Kesungguhan
c. Ketulusan
d. Kepercayaan
e. Ketenangan
f. Keramahan
g. Kesederhanaan. (Ruslan, 2001)

D. Perbedaan Etika, Norma Atau Kaidah Dan Etiket

ETIK PENYIARAN INDONESIA 4


1. Etika
Pengertian Etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti
watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan
perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa latin yaitu “mos” dan dalam bentuk
jamaknya “Mores” yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan
melakukan perbauatan yang baik (kesusilaan) dan menghindari dari hal-hal tindakan yang
buruk. (Bertens, 2007)
Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetap dalam kegiatan sehari-hari
terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan,
sedangkan etika adalah untuk pengkajia(Ruslan, 2001)n sistem niali-nilai yang berlaku.
Aristoteles dalam bukunya Etika Nikomacheia menjelaskan tentang pembahasan etika
sebagai:
a. Terminus Techicus, adalah etika dipelajari sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari suatu problema tindakan atau perbuatan manusia.
b. Manner dan Custom, adalah suatu pembahasan etika yang terkait dengan tata cara
dan adat istiadat kebiasaan yang melekat dalam kodrat manusia (in herent in human
nature) yang sangat terikat dengan arti “baik dan buruk” suatu perilaku, tingkah
laku atau perbuatan manusia.
Pengertian Etika Menurut Poedjawijatna, etika merupakan cabang ilmu filsafat. Etika
mencari kebenaran dan sebagai filsafat ia mencari keterangan benar yang sedalam-
dalamnya. Sebagai tugas tertentu dari etika mencari ukuran baik-buruknya bagi tingkah
laku manusia. Etika hendak mencari, tindakan manusia manakah yang baik. (Soehoet,
2002)
Pengertian Etika Menurut Ki Hajar Dewantara, etika adalah ilmu yang mempelajari soal
kebaikan dan keburukan didalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai
gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan sampai
mengenai tujuan yang dapat merupakan perbuatan. (Soehoet, 2002)
Pengertian Etika Menurut Austin Fogothey, etika adalah ilmu pengetahuan normatif
yang praktis mengenai kelakuan benar dan tidak benar dari manusia dan dapat dimengerti
oleh akal murni. (Soehoet, 2002)
Pengertian dan definisi etika dari para filsuf atau ahli memang terdapat perbedaan,
antara lain:

ETIK PENYIARAN INDONESIA 5


a. Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat
dari hak.
b. Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari
kegiatan manusia.
c. Ilmu watak manusia yang ideal dan prinsip-prinsip moral sebagai individual.
d. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban. (Soehoet, 2002)
Sistematika etika dapat dijelaskan melalui bagan dibawah ini :

Sumber: (Ruslan, 2001)


Keterangan :
Etika Sosial :
 Sikap terhadap sesama
 Etika keluarga
 Etika Politik
 Etika Bisnis
 Etika Kehumasan
 Etika Profesi : Pengacara, Hakim, Dokter, Wartawan, Dll.
Hubungan hukum dan etika (Ruslan, 2001), dalam falsafah hukum, khususnya
menelaah pengertian hubungan antara etika dan hukum, terdapat dua aliran pendapat yaitu
menurut pemahaman aliran naturrecht dan aliran positivisme, yaitu:
a. Aliran Natrrurech, yaitu tidak mengenal pemisahan secara tegas antara etika
dan hukum.

ETIK PENYIARAN INDONESIA 6


b. Aliran Positivisme, yaitu melakukan pemisahan secara tegas antara etika dan
hukum.
Misalnya:
Jika Polisi melakukan kesalahan apakah hanya dilakukan dengan hukuman kode etik
kepolisian atau dilanjutkan dalam proses hukum umum.

Sedangkan Etika terdiri dari dua macam (Ruslan, 2001), yaitu:


1. Etika Deskriptif.
2. Etika Normatif.
Ditinjau dari teori dasar Etika normatif maka terdapat dua dasar teori yaitu:
1. Teori Deontologis.
2. Teori Teleologis. (Ruslan, 2001)
Dari pembahasan etika teleologis muncul aliran teleologisme yaitu;
1. Egoisme
2. Utilitarianisme. (Ruslan, 2001)

2. Norma Atau Kaidah


Norma-Norma atau kaidah yaitu biasanya suatu nilai yang mengatur dan memberikan
pedoman atau patokan tertentu bagi setiap orang atau masyarakat untuk bersikap tindak
dan berperilaku sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama. Patokan
atau pedoman tersebut sebagai norma atau kaidah yang merupakan standar yang harus
ditaati atau dipatuhi. (Ruslan, 2001)
Setiap masyarakat mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing sesuai dengan tata
peraturan dan tata itu lazim disebut kaedah (arab) dan norma (latin). Norma atau ukuran
pedoman menurut isinya dapat dibagi dua yaitu :
a. Perintah
b. Larangan.
Artinya norma adalah untuk memberikan petunjuk kepada manusia bagaimana
seseorang harus bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan mana yang harus
dijalankannya, dan perbuatan-perbuatan mana yang harus dihindari. Norma ini dapat
dipertahankan melalui sanksi-sanksi kepada yang melanggarnya. (Ruslan, 2001)

3. Etiket

ETIK PENYIARAN INDONESIA 7


Pengertian etiket dan etika sering dicampuradukkan, padahal kedua istilah tersebut
terdapat perbedaan walaupun ada persamaannya. Istilah etika berkaitan dengan moral,
sedangkan etiket adalah berkaitan dengan nilai sopan santun, tata krama dalam pergaulan
formal. (Ruslan, 2001)
Persamaannya terletak pada perilaku manusia secara normatif yang etis. Artinya
memberikan pedoman atau norma-norma tertentu yaitu bagaimana seharusnya seseorang
itu melakukan perbuatan dan tidak melakukan sesuatu perbuatan.
Menurut K. Bertens secara umum ada empat perbedaan antara etika dan etiket, yaitu:
1. Etika adalah niat.
Etiket adalah menetapkan cara.
2. Etika adalah nurani (bathiniah).
Etiket adalah Formalitas (lahiriah).
3. Etika bersifat absolut.
Etiket bersifat relatif.
4. Etika berlakunya tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang.
Etiket berlakunya hanya jika ada orang yang hadir. (Bertens, 2007)

ETIK PENYIARAN INDONESIA 8


BAB 2
ETIKA PROFESI

A. Profesi Dan Profesional


Kata profesi berasal dari kata latin yaitu “Profesussues” yang berarti suatu kegiatan atau
pekerjaan yang semula dihubungkan dengan sumpah dan janji bersifat religius. (Ruslan,
2001)
Selanjutnya istilah profesi berkembang menjadi suatu ketrampilan atau keahlian khusus
seseorang sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama yang diperoleh melalui jalur
pendidikan atau pengalaman dan dilaksanakan secara terus menerus, serius yang
merupakan sumber utama bagi nafkah hidupnya. (Ruslan, 2001)
Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan
dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga
banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari
pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori
sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan
dalam praktek. Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang- bidang
pekerjaan seperti kedokteran, guru, militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi
meluas sampai mencakup pula bidang seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi, artis,
sekretaris dan sebagainya.
Sedangkan seorang professional adalah seorang yang hidup dengan mempraktikkan
suatu keahlian tertentu atau terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menuntut keahlian
dan ketrampilan tinggi atau hanya sekedar hoby, untuk bersenang-senang dan bekerja
untuk mengisi waktu luangnya.(Ruslan, 2001)
PEKERJAAN / PROFESI” dan “PROFESIONAL” terdapat beberapa perbedaan :
PROFESI (Ruslan, 2001) :
1. Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.
2. Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
3. Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
4. Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.
PROFESIONAL :

ETIK PENYIARAN INDONESIA 9


1. Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.
2. Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.
3. Hidup dari situ.
4. Bangga akan pekerjaannya.

B. Ciri-Ciri Profesi
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini
dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan
dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan,
keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu
profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.(Ruslan, 2001)

Untuk menjadi professional harus memiliki ciri-ciri tertentu sebagai berikut:


1. Memiliki skill atau kemampuan.
2. Mempunyai Kode Etik.
3. Memiliki tanggung jawab profesi dan integritas pribadi.
4. Memiliki jiwa pengabdian kepada publik.
5. Otonomisasi organisasi professional.
6. Menjadi salah satu organisasi profesi. (Ruslan, 2001)

Untuk menjadi seorang professional yang beretika di bidang penyiaran, maka


dibutuhkan orang yang memiliki kualifikasi kemampuan, sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk kesadaran etis.
2. Kemampuan untuk berpikir secara etis.
3. Kemampuan untuk berprilaku secara etis.
4. Kemampuan untuk kepemimpinan etis.

ETIK PENYIARAN INDONESIA 10


Menurut A. Sonny Keraf secara umum prinsip-prinsip etika profesi (Ruslan, 2001),
antara lain:
1. Tanggung jawab;
2. Kebebasan;
3. Kejujuran;
4. Keadilan;
5. Otonomi;
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengembangan profesionalisme (Ruslan,
2001) yaitu sebagai berikut:
a. Pengakuan
b. Organisasi
c. Kreteria
d. Kreatif
e. Konseptor

Prinsip-prinsip etika profesi antara lain:


1. Tanggung jawabTerhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
2. Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada
umumnya.
3. Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya.
4. Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri
kebebasan dalam menjalankan profesinya.(Ruslan, 2001)

Syarat-syarat suatu profesi yaitu :


a. Melibatkan kegiatan intelektual.
b. Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
c. Memerlukan persiapan profesional yang alam dan bukan sekedar latihan.
d. Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
e. Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.
f. Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
g. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

ETIK PENYIARAN INDONESIA 11


h. Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik. (Ruslan, 2001)
C. Kode Etik Profesi
Kode; yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau benda
yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu
berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga dapat berarti
kumpulan peraturan yang sistematis. (Ruslan, 2001)
Kode etik yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai
landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja. (Ruslan, 2001)
Kode etik profesi merupakan norma yang telah ditetapkan dan diterima oleh kelompok
profesi dan untuk mengarahkan atau memberikan petunjuk kepada para anggotanya yaitu
bagaimana seharusnya (das sollen) berbuat dan sekaligus menjamin kualitas moral profesi
yang bersangkutan dimata masyarakat untuk memperoleh tanggapan positif. (Ruslan,
2001)
Apabila anggota profesi tersebut dalam pelaksanaanya (das sein) telah melakukan
perbuatan menyimpang dari kode etiknya maka kelompok profesi itu bisa tercemar citra
dan nama baiknya di mata masyarakat. (Ruslan, 2001)
Setiap profesi haruslah memperhatikan aspek-aspek kode perilaku, antara lain:
1. Code of conduct
2. Code of profession
3. Code of publication
4. Code of enterprise. (Ruslan, 2001)
Instansi dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan barang kali dapat juga
membantu dalam merumuskan, tetapi pembuatan kode etik itu sendiri harus
dilakukan oleh profesi yang bersangkutan. Supaya dapat berfungsi dengan baik, kode etik
itu sendiri harus menjadi hasil SELF REGULATION (pengaturan diri) dari profesi.
Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas putih niatnya
untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal ini tidak akan pernah
bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan nilai-nilai dan cita- cita yang
diterima oleh profesi itu sendiri yang bis mendarah daging dengannya dan menjadi
tumpuan harapan untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan juga dengan tekun dan
konsekuen. Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik dapat berhasil dengan baik
adalah bahwa pelaksanaannya di awasi terus menerus. Pada umumnya kode etik akan
mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada pelanggar kode etik.

ETIK PENYIARAN INDONESIA 12


Tujuan kode etik profesi :
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri. (Ruslan, 2017)

ETIK PENYIARAN INDONESIA 13


BAB 3
ETIKA PENYIARAN
Etika seperti telah dibahas pada pertemuan ke 2 mempunyai pengertian ilmu mengenai
norma tentang baik dan buruk. Penyiaran menurut UU no. 32 tahun 2002 adalah :
Kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran, dan / atau sarana transmisi di
darat, laut, atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara,
kabel, dan/atau media lainnya untuk diterima secara serentak oleh masyarakat melalui
perangkat penerima siaran. (Mufid, 2010)
Penyiaran, atau dalam bahasa inggris disebut broadcasting berasal dari kata kerja to
broadcast yang diartikan sebagai alat berbicara atau menampakkkan diri di radio atau
televisi. Ada juga yang mengartikan pengiriman program oleh media radio dan televisi (the
sending out programmers by radio or television)
Etika penyiaran bisa diartikan sebagai ilmu mengenai norma tentang baik dan buruk
dalam kegiatan pemancarluasan siaran melalui media radio ataupun televisi atau media
lainnya untuk diterima secara serentak oleh masyarakat melalui perangkat penerima siaran.
Kegiatan penyiaran meliputi dua bagian yaitu penyiaran radio dan penyiaran televisi.
Sedangkan Malfin de Fleur menjelaskan bahwa penyiaran adalah jenis media massa yang
menggunakan instrumen elektromagnetik dalam penyampaian pesan ke audiencenya secara
simultan (Malfin L. DeFleur & Everet E Dennis, Understanding Mass Comunication,
1985). (Mufid, 2010)
Untuk memperjelas pengertian media penyiaran dapat dilihat dari perbedaannya dengan
media cetak berikut:

ETIK PENYIARAN INDONESIA 14


Jenis-jenis penyiaran di Indonesia (Mufid, 2010) adalah :
1. Penyiaran Swasta
Lembaga peyiaran swasta adalah lembaga penyiaran yang menjalankan usaha
penyiaran berdasarkan prinsip-prinsip komersial. Lembagaini menjuala usaha
berupa waktu utayang (air time), iklan dan usaha lain yang sah terkait dengan
penylenggaraan penyiaran. Di Indonesia untuk menjalankan usaha penyiaaran
terlebih dahulu harus mendapat izin dari negara setelah memperoleh persetujuan
dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Modal pendirian seluruhnya haruss
berasal dari warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia.
Penambahan modal asing dapat dilakukan namun jumlahnya tidak lebih dari
20%, dari seluruh modal dan minimun dimilik oleh dua pemegang saham.
2. Penyiaran Publik
Lembaga penyiaran publik adalah lembaga penyiaran yang bersifat tidak
komersil, independen/netral dan berfungsi memberikan layanan untuk
kepentingan publik. Sumber pendanaan berasal dari negara, iuran, iklan dan
donatur yang tidak mengikat.. Menurut effendi Gazali setidaknya ada lima ciri
penyiaran publik:
pertama akses publik artinya tidak hanya coverage area, tetapi juga menyangkut
bagaimana penyiaran publik mau mengangkat isu-isu lokal dan memproduksi
program-program lokal dan tokoh-tokoh lokal.
Kedua, dana publik, perlu diingat bahwa lembaga penyiaran publik tidak hanya
mengandalkan keuangan dari negara tetapi juga dari iuran dan donatur. NHK di
Jepang misalnya 90 % anggarannya berasal dar sumbangan sukarela masyarakat
jepang.
Ketiga, akuntabilitas publik, karena dana utamanya rai publik, maka terdapat
kewajiban bagi penyiaran publik untuk membuat akuntabilitas finansialnya. Di
banyak TV publik di amerika serikat, pemirsa dapat melihat neraca keuangan
setiap saat yang disebut public file.
Keempat, keterlibatan publik,keterlibatan publik bisa berarti menjadi
penontonya, menjadi kelompok yang dengan sukarela menyumbangkan tenaga,
pikiran dan dana untuk kelangsunganpenyiaran publik dan yang demikian

ETIK PENYIARAN INDONESIA 15


penting adalah keterlibatan dalam ikut memberi arah pada program-program
yang akan dibuat, serta ikut mengevaluasinya.
Kelima, kepentingan publik lebih diutamakan daripada kepentingan iklan.
Misalnya ada satu acara yang begitu baik dan bermanfaat menurut publik,
namun retingnya rendah maka ia akan tepat diproduksi dan diupayakan tetap
dipertahankan penayangannya. Tentu sangat kontras dengan penyiaran
komersial.
Hakikat penyiaran publik adalah diakuinya supervisi dan evaluasi publik
pada level yang signifikan. Publik disini dibaca sebagai “warga negara”. Hanya
karena adanya hakikat inilah maka stsiun publik dapat melakukan apa yang
didengang- dengungkan sebagai publik servis. Bagi penyiaran publik, iklan
bukanlah sesuatu yang haram. Tergantung bagaimana publik ikut menentukan
berapa pembatasan penayangan iklan perjamnya dan iklan mana yang dianggap
pas bagi penyiaran publik. Penyiaran publik tidak berarti tidak boleh untung.
Canadian Broadcasting Corporation (CBC) misalnya, pada tahun 2001
memperoleh keuntungan 147,9 juta dolar AS. Lalu apa beda CBC dengan
stasiun komersial? Jawabnya: konsultasi publik yang digelar CBC secara
konsisten di berbagai antero negeri. Mulai dari soal isi program, iklan mana
yang boleh ditayangkan atau tidak, serta apakah publik setuju dengan cara
pemanfaatan keuntungan dan lain-lain. (Effendi Gazali, 2002)
3. Lembaga Penyiaran Komunitas Sama dengan penyiaran publik, penyiaran
komunitas tergolong wacana baru bagi dunia penyiaran di Indonesia,
sebelumnya lembaga penyiaran yang dikenal di Indonesaia hanya lembaga
penyiaran swasta dan milik pemerintah. Di Iindonesia penyiaran komunitas
adalah suatu lembaga yang didirikan oleh komunitas yang menjalankan aktifitas
penyiaran secara independen/netral, daya pancar rendah, jangkauan wilayah
terbatas, tidak komersial, serta melayani kepentingan komunitas. Karena khusus
melayani komunitas, maka lembaga penyiaran ini boleh menggunakan bahasa
sesuai dengan komunitas yang dilayaninya. Di Indonesia mendirikan
penyiaaran komunitas persyaratannya sangat ketat. Antara lain dilarang menjadi
media partisan, tidak terkait dengan asosiasi atau lembaga asing serta bukan
komunitas internasional, tidak terkait dengan organisasi terlarangn tidak untuk
kepantingan propaganda kolompok atau golongan tertentu. Bahkan untuk dana

ETIK PENYIARAN INDONESIA 16


awal dan operasional dilarang menerima sumbangan dari pihak asing. Penyiaran
komunitas juga dilarang melakukan siaran iklan komersial, kecuali iklan layanan
masyarakat. Dana diperoleh dari kontribusi komunitas yang menjadi pemilik
lembaga penyiaran komunitas tersebut.
Lembaga penyiaran Swasta, Publik dan Komunitas :
ASPEK SWASTA PUBLIK KOMUNITAS
1 2 3 4
Definisi Lembaga penyiaran Lembaga penyiaran Lembaga penyiaran
yang bersifat yang berbentuk yang berbentuk
komersial berbentuk badan hukum yang badan hukum
badan hukum didirikan oleh Indonesia, didirikan
Indonesia, yang negara, bersifat oleh komunitas
bidang usahanya independen, netral, tertentu, bersifat
hanya tidak komersial, dan independen, dan
menyelenggaraka n berfungsi tidak komersial,
jasa penyiaran radio memberikan dengan daya pancar
atau televisi layanan untuk rendah, luas
kepentingan jangkauan wilayah
masyarakat. terbatas, serta untuk
melayani
kepentingan
komunitasnya.
Khalayak Umum, terbuka Umum, lebih dari Satu komunitas
lebar satu komunitas tertentu saja
Visi Memberikan Meningkatkan Meningkatkan
hiburan, informasi kualitas hidup kualitas hidup
dan pendidikan, publik. anggota
namun semua visi Meningkatkan komunitasnya.
pada apresiasi terhadap Secara khusus
implementasinya keanekaragaman menjadi lembaga
khususnya untuk ditengah siaran yang bersifat
produksi dan masyarakat dengan dari, oleh, dan
pemasarannya tetap harapan untuk komunitas
diperhitungkan menciptakan
berdasarkan prinsip- kehidupan yang
prinsip pencapaian harmonis di antara
keuntungan berbagai komunitas
ekonomi. yang berbeda.
Jangkauan area Umumnya luas,Bersifat nasional Terbatas, umumnya
siaran lebih dari satuatau daerah. Tetap dalam radius 6 km.
propinsi, namun mengemban misi
memiliki batasan meningkatkan
tertentu. apresiasi terhadap
identitas dan
integrasi nasional.
Ukuran kesuksesan Rating untuk Kepuasan publik Kepuasan anggota

ETIK PENYIARAN INDONESIA 17


masing-masing komunitas
program dan
pemasukan iklan
(rating program
yang tinggi akan
menarik pemasang
iklan)
Pemilik/ pendiri Umumnya Negara atau Badan hukum
berbentuk PT, pemerintah (untuk nonkomersial,
sebagian menjadi TVRI, RRI). biasanya berbentuk
PT. Tbk. yayasan
Pengambilan Pemilik modal/para Lembaga supervisi Lembaga supervisi
keputusan tertinggi komisaris dalam bersama-sama komunitas bersama-
RUPS (Rapat dengan manajemen sama dengan
Umum Pemegang operasional. Jika manajemen
Saham), manajemen lembaga penyiaran operasional.
operasional akan publik didirikan
tunduk pada garis oleh pemda atau PT
besar ini. maka lembaga
supervisinya harus
tetap independen.
Sumber pemasukan Iklan dalam arti APBN untuk Iuran anggota
luas, mencakup lembaga penyiaran komunitas, hibah,
hard selling public nasional dan sumbangan tidak
(penjualan APBD untuk mengikat, sponsor,
langsung), lembaga penyiaran dll.
sponsorship untuk public daerah;
suatu program atau siaran iklan, dll
acara, dll.
Kriteria dan jumlah Terbuka luas 20% Tidak boleh Iklan layanan
materi iklan dari keseluruhan menerima iklan masyarakat, bukan
jam tayang hard selling, iklan hard selling,
biasanya hanya biasanya berupa
sponsor program. sponsor program.
Maksimal 15% dari Maksimal 10% dari
keseluruhan jam keseluruhan jam
tayangnya tayangnya.

4. Lembaga Penyiaran Berlangganan.


Lembaga penyiaran berlangganan adalah bentuk penyiaran yang
memancarluaskan atau menyalurkan materi siarannya secara khusus pada
pelanggan melalui radio, televisi, multimedia atau media informasi lainnya.
Dalam memancarluaskan siarannya lembaga penyiaran berlangganan dapat
menggunakan satelit kabel atau melalui teresterial.

ETIK PENYIARAN INDONESIA 18


BAB 4

PERATURAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA


PEDOMAN PENYIARAN PERILAKU PENYIARAN
Sebagai Salah Satu Bentuk Etika Dalam Dunia Penyiaran Indonesia

A. Sejarah Perkembangan Televisi

Awal mula di dorongnya peraturan di dunia pertelevisian pada tahun 1953 yang
berasal dari sebuah Departemen Penerangan, di dorong oleh perusahaan-perusahaan
AS, Inggris, Jerman dan Jepang yang berlomba-lomba menjual hardware ketika
menjelang Asian Games di Jakarta pada tahun 1962. Bapak presiden Soekarno yakin
akan kebutuhan televisi untuk kepentingan reputasi Indonesia mengenai penyiaran
Asian Game tersebut terutama Negara Jepang yang sudah memiliki televisi sejak awal
tahun 1950-an.

Siaran televisi dimulai dengan bantuan ahli dan perawatan dari Negara Jepang serta
pelatihan dari ahli Negara Inggris, dibawah organizingg commitee Asian Games.
Tanggal 16 Agustus 1962, TVRI memulainmengadakan siaran percobaan dengan acara
HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia XVII dari halaman Istana Merdeka, Jakarta.

Selanjutnya pada tanggal 20 Oktober 1963, dikeluarkan Kappres No. 215/1963


tentang pembentukan Yayasan TVRI dengan Pemimpin Umum Presiden RI. Pada BAB
1 Pasal 3 kepres tersebut dikatakan bahwa Yayasan TVRI merupakan pengelola
tunggal pertelevisian di Seluruh Indonesia. Sementara pasal 4 dan pasal 5 menjelaskan
bahwa, “keberadaan TVRI ditujukan sebagai alat hubung masyarakat dalam
melaksanakan pembangunan mental, khususnya manusia sosialis, Indonesia”.

Sejatinya, semangat untuk menjadikan TVRI sebagai TV publik telah di isyaratkan


dalam berbagai kebijakan seputar TVRI PP No. 36 Tahun 2000 tentang status Perjan
TVRI misalnya, secara eksplisit mengatakan bahwa tujuan Perjan adalah untuk
menyelenggarakan kegiatan penyiaran televisi sesuai dengan prinsip-prinsip televisi
publik yang independent, netral, mandiri dan program siaranya senantiasa berorientasi
kepada kepentingan masyarakat serta tidak semata-mata mencari keuntungan ( Pasal 6

ETIK PENYIARAN INDONESIA 19


). Juga dikatakan bahwa untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut Perjan
menyelenggarakan kegiatan usaha jasa penyiaran publik dalam bidang informasi,
pendidikan dan hiburan, serta usaha-usaha terkait lainya yang dilakukan dengan
standar kualitas yang timggi ( pasal 7 ).

Pada intinya adalah TV yang berorientasi kepada kepentingan khalayak untuk


memenuhi (1) hak mendapatkan informasi ( rigth to know ); dan (2) hak untuk
menyatakan pendapat ( right to express ). Kedua hak publik tersebut kemudian menjadi
landasan setiap proses pembentukan pendapat publik ( publik opinion ) mengenai
masalah-masalah publik (publik issues), berlandasan kebijakan publik (public policy).

B. Demokritisasi Regulasi Penyiaran

Setidaknya ada tiga hal mengapa regulasi penyiaran di pandang urgent. Pertama,
dalam iklim demokrasi kekinian, salah satu urgensi yang mendasari penyusunan
regulasi penyiaran adalah hak asasi manusia tentang kebebasan berbicara ( freedom of
speech ), yang menjamin kebebasan seseorang untuk memperolehdan menyebarkan
pendapatnya tanpa adanya intervensi, bahkan dari pemerintah. Namun pada saat yang
bersamaan, juga berlaku regulasi pembatasan aktivitas media seperti regulasi UU
telekomunikasi yang membatasi penggunaan spektrum gelombang radio ( Leen
d’Haenens, 2000:24-26 ). Nilai demokrasi karenanya menghendaki kriteria yang jelas
dan fair tentang pengaturan alokasi akses media. (Mufid, 2010)

Kedua, demokrasi menghendaki adanya “ sesuatu yang menjamin kebergaman


politik dan kebudayaan dengan menjamin kebebasan aliran ide dan posisi dari
kelompok minoritas. Hal lain adalah adanya hak privasi seseorang untuk tidak
menerima informasi tertentu. Dalam batas tertentu, kebebasan untuk menyampaikan
informasi memang dibatasi oleh pihak privasi seseorang.

Ketiga, terdapat alasan ekonomi mengapa regulasi media diperlukan. Tanpa


regulasi akan menjadi konsentrasi, bahkan monopoli media. Singkronisasi diperlukan
bagi penyusunan regulasi media agar tidak berbenturan dengan berbagai kesepakatan
internasional, misalnya tentang pasar bebas dan AFTA.

ETIK PENYIARAN INDONESIA 20


Secara spesifik Mike Feintuck (1999: 43-45) mengemukakan bahwa justifikasi
penyusunan regulasi penyiaran karena dua hal, yaitu:

1. Komunikasi yang Efektif


2. Diversitas Politis dan Kultural. (Mufid, 2010)

C. Pedoman Perilaku Penyiaran

Peraturan yang dikategorikan sebagai etika penyiaran adalah Pedoman Perilaku


Penyiaran dan Standar Program Siaran yang di buat oleh Komisi Penyiaran Indonesia.
Menurut L.Jvan Apeldoorn dalam buku Etika Media Massa Indonesia karangan
Sudirman Tebba, Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran
dikategorikan sebagai etika karena semua peraturan yang mengandung petunjuk
bagaimana manusia hendaknya bertingkahlaku, jadi peraturan-peraturan yang
menimbulkan kewajiban-kewajiban bagi manusia desebut sebagai etika. Karena itu,
etika meliputi peraturan-peraturan tentang agama, kesusilaan hukum, dan adat.

Selain itu Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran dikategorikan
sebagai etika karena ada satu faktor mendasar yang tidak dapat dipenuhi oleh peraturan
itu untuk disebut peraturan hukum.

Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran menjadi tidak pasti
pelaksanaannya setelah KPI sebagai pembuar pedoman dan perilaku penyiaran itu
peranannya melemah, karena Undang-Undang Penyiaran, Tahun 2012.

1. Definisi Pedoman Perilaku Penyiaran

Dalam Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Tentang Pedoman Perilaku


Penyiaran bab 1 ketentuan umum disebutkan bahwa Pedoman Perilaku Penyiaran
adalah ketentuan-ketentuan bagi Lembaga Penyiaran yang ditetapkan oleh Komisi
Penyiaran Indonesia untuk menyelenggarakan dan mengawasi sistem penyiaran
nasional Indonesia.

ETIK PENYIARAN INDONESIA 21


Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwasannya stasiun TV dalam
menyelenggarakan siaran mendapat pengawasan dari KPI. Pedoman Perilaku
Penyiaran merupakan panduan tentang batasan-batasan apa yang boleh dan atau tidak
boleh dalam proses pembuatan program siaran.

2. Dasar, Tujuan dan Arah

Pedoman Perilaku Penyiaran ditetapkan berdasarkan pada nilai-nilai agama, norma-


norma yang berlaku dan diterima dalam masyarakat, kode etik, standar profesi dan
pedoman perilaku yang dikembangkan masyarakat penyiaran, serta peraturan
perundang- undangan yang berlaku.

Pedoman Perilaku Penyiaran ditetapkan untuk menghormati asas manfaat, asas adil
dan merata, asas kepastian hukum, asas keamanan, asas keberagaman, asas kemitraan,
etika, asas kemandirian, dan asas kebebasan dan tanggung jawab.

Pedoman Perilaku Penyiaran diarahkan agar:

a. Lembaga penyiaran taat dan patuh hukum terhadap segenap peraturan


perundangan yang berlaku di Indonesia;
b. Lembaga penyiaran menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
c. Lembaga penyiaran menjunjung tinggi norma dan nilai agama dan budaya
bangsa yang multikultural;
d. Lembaga penyiaran menjunjung tinggi Hak-hak Asasi Manusia;
e. Lembaga penyiaran menjunjung tinggi prinsip jurnalistik;
f. Lembaga penyiaran melindungi kehidupan anak-anak, remaja, dan kaum
perempuan;
g. Lembaga penyiaran melindungi kaum marginal;
h. Lembaga penyiaran melindungi publik dari pembodohan dan kejahatan;
i. Lembaga penyiaran menumbuhkan demokratisasi.

ETIK PENYIARAN INDONESIA 22


Standar Isi Siaran, Pedoman Perilaku Penyiaran menentukan standar isi siaran yang
berkaitan dengan:

a. Rasa hormat terhadap nilai-nilai Agama;


b. kesopanan dan kesusilaan;
c. perlindungan terhadap anak-anak, remaja, dan perempuan;
d. pelarangan dan pembatasan adegan seks, kekerasan, dan sadisme;
e. penggolongan program menurut usia khalayak;
f. rasa hormat terhadap hak pribadi;
g. penyiaran program dalam bahasa asing;
h. ketepatan dan kenetralan program berita;
i. siaran langsung;
j. siaran iklan.

3. Tanggung Jawab Sosial


Dalam dunia penyiaran apapun yang disampaikan melalui media massa
harus bisa dipertanggung jawabkan kebenaranya dan nilai nilai didalamnya. Dalam
filsafat, pengertian tanggung jawab adalah kemampuan manusia yang menyadari
bahwa seluruh tindakannya selalu mempunyai resiko. Perbuatan tidak bertanggung
jawab, adalah perbuatan yang didasarkan pada pengetahuan dan kesadaran yang
seharusnya dilakukan tapi tidak dilakukan juga.
Menurut prof burhan bungin (2006:43), Tanggung jawab merupakan
restriksi (pembatasan) dari kebebasan yang dimiliki oleh manusia, tanpa
mengurangi kebebasan itu sendiri. Tidak ada yang membatasi kebebasan seseorang,
kecuali kebebasan orang lain.

ETIK PENYIARAN INDONESIA 23


BAB 5

PELARANGAN DAN PEMBATASAN PROGRAM ADEGAN SEKSUAL,


KEKERASAN DAN SADISME

A. Seksual

KPI menjatuhkan sanksi berdasarkan UU Penyiaran dan Pedoman Perilaku


Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS). Dasar dari Penyiaran dan Pedoman
Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS)

BAB XII
PROGRAM SIARAN BERMUATAN SEKSUAL
Pasal 16
Lembaga penyiaran wajib tunduk pada ketentuan pelarangan dan/atau
pembatasan program siaran bermuatan seksual. (KPI, 2012)

Salah satu contoh pelanggaran seksual seperti yang dilanggar oleh perusahaan
dalam melayani bidang jasa yaitu seperti obat kuat pria. Obat kuat pria adalah jaringan
klinik Internasional yang mengkhususkan diri dalam konsultasi serta pengobatan Impotensi
& Ejakulasi Dini, yang ditangani oleh dokter-dokter berpengalaman. Selama 11 tahun
kehadirannya, Obat kuat pria telah berhasil berperan serta dalam mengobati masalah
Impotensi & Ejakulasi Dini dan telah mengobati lebih 120.000 pasien di seluruh Indonesia.
Pengobatan di obat kuat pria seluruhnya menggunakan obat-obat medis kedokteran dengan
tingkat keberhasilan diatas 90%. Pengobatan di obat kuat pria juga sangat efektif untuk
pasien yang disertai penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, hypertensi, kolsterol
tinggi, dll. Dengan Visi Membantu Kebahagian Keluarga,obat kuat pria memberikan
pelayanan secara profesional dengan menjaga kerahasiaan dan mendukung kerahasiaan
pasien.

KPI Pusat melayangkan surat teguran kedua pada Trans 7 dan SCTV terkait adanya
pelanggaran pada penayangan program siaran iklan obat kuat pria di kedua stasiun televisi
tersebut. Pelanggaran yang dilakukan SCTV adalah penayangan materi dewasa berupa
pengobatan vitalitas seksual pada jam anak dan remaja. Jenis pelanggaran ini dikategorikan
sebagai pelanggaran atas perlindungan anak dan remaja, penggolongan program siaran,

ETIK PENYIARAN INDONESIA 24


dan siaran iklan. Selain pelanggaran di atas, hasil pemantauan kami juga menemukan
materi pelanggaran yang sama pada tanggal 8 Februari 2011 pukul 11.40 WIB, 29 Maret
2011 pukul 11.41 WIB, 31 Maret 2011 pukul 11.49 WIB, 5 April 2011 mulai pukul 11.50
WIB dan 7 April 2011 mulai pukul 11.37 WIB.

Dalam waktu yang bersamaan KPI Pusat juga memberikan teguran kepada Trans7
dalam pelanggaran program yang sama. Pelanggaran yang dilakukan adalah penayangan
materi pada 16 Februari 2011 pukul 12.09 WIB,17 Februari 2011 pukul 12.14 WIB, 1
April 2011 pukul 17.04 WIB, 6 April 2011 mulai pukul 12.28 WIB dan 9 April 2011
mulai pukul 12.13 WIB. (kpi.co.id)

Yang menjadi dari target iklan Obat kuat pria adalah masyarat yang sudah
berkeluarga baik suami dan istrri dapat dikatakan orang yang dewasa dalam umurnya. Cara
menentukan target dari iklan tersebut adalah orang yang sudah dewasa, berkeluarga, secara
perilaku memiliki permasalahan dengan seks. Positioning dari obat kuat pria adalah
mengatasi ejakulasi dini.

KPI Pusat memutuskan bahwa tindakan penayangan materi iklan tersebut telah
melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Pasal 10 dan Pasal 29
ayat (1) serta Standar Program Siaran Pasal 13 ayat (1), Pasal 38 ayat (4) huruf f, Pasal 39
ayat (5) huruf e, Pasal 49 ayat (1), dan Pasal 50 ayat (2) penjelesan ayat dan pasal tersebut
sebagai berikut:

Pasal 10 ayat (1). Program dikatakan mengandung muatan kekerasan secara


dominan apabila sepanjang tayangan sejak awal sampai akhir, unsur kekerasan muncul
mendominasi program dibandingkan unsur-unsur yang lain, antara lain yang menampilkan
secara terus menerus sepanjang acara adegan tembak-menembak, perkelahian dengan
menggunakan senjata tajam, darah, korban dalam kondisi mengenaskan, penganiayaan,
pemukulan, baik untuk tujuan hiburan maupun kepentingan pemberitaan (informasi).

Pasal 13 ayat (1). Lembaga penyiaran wajib melakukan pembatasan adegan


seksual, sesuai dengan penggolongan program siaran.

Pasal 38 ayat (4) huruf f. Program siaran klasifikasi A dilarang menampilkan:


obat-obatan untuk meningkatkan kemampuan seksual, iklan produk rokok, iklan pakaian

ETIK PENYIARAN INDONESIA 25


dalam yang menampilkan visualiasi pakaian dalam, iklan kondom dan/atau alat pencegah
kehamilan lain, iklan film yang diperuntukkan bagi penonton dewasa, iklan majalah dan
tabloid yang ditujukan bagi pembaca dewasa, dan iklan alat pembesar payudara dan alat
vital.

Pasal 39 ayat (5) huruf e. Program siaran klasifikasi R dilarang menampilkan: obat-
obatan untuk meningkatkan kemampuan seksual, iklan produk rokok, iklan pakaian dalam
yang menampilkan visualiasi pakaian dalam, iklan kondom dan/atau alat pencegah
kehamilan lain, iklan film yang diperuntukkan bagi penonton dewasa, iklan majalah dan
tabloid yang ditujukan bagi pembaca dewasa, dan iklan alat pembesar payudara dan alat
vital.

Pasal 49 ayat (1) Program siaran iklan wajib berpedoman pada Etika Pariwara
Indonesia.

Pasal 50 ayat (2) Program siaran iklan produk dan jasa untuk dewasa yang
berkaitan dengan obat dan alat kontrasepsi, serta vitalitas seksual hanya dapat disiarkan
pada 22.00 – 03.00 waktu setempat.

B. Kekerasan

BAB XIII
PROGRAM SIARAN BERMUATAN KEKERASAN
Pasal 17
Lembaga penyiaran wajib tunduk pada ketentuan pelarangan dan/atau
pembatasan program siaran bermuatan kekerasan. (KPI, 2012)

Seperti kasus acara smackdown, kasus komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID)
Jawa Tengah menilai, tayangan "smackdown" yang disiarkan stasiun televisi Lativi
melanggar Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 khususnya Pasal 36 ayat 5,
karena mengumbar kekerasan.

"Pelanggaran terhadap undang-undang tersebut diancam hukuman pidana lima


tahun atau denda paling banyak Rp10 miliar," kata Koordinator Bidang Hukum dan
Sanksi KPID Jateng Hari Wiryawan di Semarang. Ia mendesak kepolisian segera

ETIK PENYIARAN INDONESIA 26


memproses persoalan itu secara hukum, karena tayangan "Smackdown" merupakan
tindak pidana penyiaran, bukan merupakan pelanggaran etika atau pelanggaran
administrasi penyiaran "Kalau kita melihat 'smckdown' sebagai pelanggaran etika
penyiaran maka tidak ada sanksi hukumnya, padahal UU Penyiaran sudah jelas
mengaturnya," katanya.

Dalam UU No.32/2002 tentang Penyiaran pada Pasal 36 ayat 5, antara lain


menyebutkan bahwa isi siaran dilarang menonjolkan kekerasan, sementara itu Pasal 57
d mengatur bahwa pelanggaran pasal tersebut dikenai sanksi lima tahun penjara dan
atau denda Rp10 miliar untuk penyiaran televisi..

Tayangan "smackdown" menjadi keprihatinan masyarakat termasuk di Jateng.


Dalam dua tahun terakhir, KPID Jateng telah menerima pengaduan agar tayangan
"smackdown" segera dihentikan. "Sekitar 40% dari pengaduan yang masuk ke KPID,
menuntut tayangan 'smackdown' dihentikan," katanya.

Tayangan "smackdown" yang mengumbar adegan kekerasan itu mendorong


sejumlah anak melakukan adegan yang sama tanpa disertai pemahaman mengenai
risiko yang mungkin muncul akibat peniruan adegan itu. Peniruan adegan tersebut telah
menimbulkan korban di kalangan anak, seperti gegar otak, patah tulang, bahkan
kematian.

"Untuk menghentikan tayangan 'smackdown', KPID Jateng mengupayakan proses


hukum pidana sesuai dengan Undang-Undang Penyiaran. Karena ini bukan delik
aduan, pihak kepolisian seyogyanya memproses secara hukum," kata Hari Wiryawan.
(Sugihardiyah, 2006)

C. Sadisme

Dengan banyaknya pelanggaran yang ditayangkan oleh televisi, oleh sebab itu KPI
membuat peraturan penggolongan program siaran, terutama untuk anak-anak, remaja
dan para orang tua.

ETIK PENYIARAN INDONESIA 27


BAB XVII
PENGGOLONGAN PROGRAM SIARAN
Pasal 21

(1) Lembaga penyiaran wajib tunduk pada ketentuan penggolongan program


siaran berdasarkan usia dan tingkat kedewasaan khalayak di setiap acara.
(2) Penggolongan program siaran diklasifikasikan dalam 5 (lima) kelompok
berdasarkan usia, yaitu:
a. Klasifikasi P: Siaran untuk anak-anak usia Pra-Sekolah, yakni khalayak
berusia 2-6 tahun;
b. Klasifikasi A: Siaran untuk Anak-Anak, yakni khalayak berusia 7- 12 tahun;
c. Klasifikasi R: Siaran untuk Remaja, yakni khalayak berusia 13 – 17 tahun;
d. Klasifikasi D: Siaran untuk Dewasa, yakni khalayak di atas 18 tahun; dan
e. Klasifikasi SU: Siaran untuk Semua Umur, yakni khalayak di atas 2 tahun.
(3) Lembaga penyiaran televisi wajib menayangkan klasifikasi program siaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas dalam bentuk karakter
huruf dan kelompok usia penontonnya, yaitu: P (2-6), A (7-12), R (13-
17), D (18+), dan SU (2+) secara jelas dan diletakkan pada posisi atas
layar televisi sepanjang acara berlangsung untuk memudahkan khalayak
penonton mengidentifikasi program siaran.
(4) Penayangan klasifikasi P (2-6), A (7-12) atau R (13-17) oleh lembaga
penyiaran wajib disertai dengan imbauan atau peringatan tambahan
tentang arahan dan bimbingan orangtua yang ditayangkan pada awal
tayangan program siaran.
(5) Lembaga penyiaran radio wajib menyesuaikan klasifikasi penggolongan
program siaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan pengaturan
tentang waktu siaran Komisi. (KPI, 2012)

D. Kebebasan Dan Tanggung Jawab Muatan Pesan


Beberapa aspek dari media massa yang membuat dirinya penting sehingga
menampilkan karya dan ide melalui media massa merupakan hal strategis. Antara lain:
1. Coverage (daya jangkau), Geografis (batas wilayah) Demografis (status sosial),
Psikografis (perbedaan paham dan orientasi).

ETIK PENYIARAN INDONESIA 28


2. Kemampuan media untuk melipat gandakan pesan (multiplier of message).
3. Setiap media massa dapat mewacanakan sebuah ide atau karya sesuai
pandangannya masing masing.
4. Dengan fungsi penetapan agenda (agenda setting yang dimilikinya, media
memiliki kesempatan yang luas untuk memberitakan ide atau karya kita.

Kebebasan bukanlah lawan dari tanggung jawab, begitu juga sebaliknya. Seseorang
tidak akan kehilangan kebebasan hanya karena dia menerapkan tanggung jawab.

Pengertian Kebebasan, dalam filsafat, pengertian kebebasan adalah kemampuan


manusia untuk menentukan dirinya sendiri. Kebebasan Lebih bermakna positif, dan ia ada
sebagai konsekuensi dari adanya potensi manusia untuk dapat berpikir dan berkehendak,
sudah menjadi kodrat manusia untuk menjadi mahluk yang memiliki kebebasan, bebas
untk berpikir, berkehendak, atau berbuat.

Pengertian Tanggung Jawab, Dalam filsafat, pengertian tanggung jawab adalah


Kemampuan manusia yang menyadari bahwa seluruh tindakannya selalu mempunyai
konsekuensi. Perbuatan yang didasarkan pada pengetahuan dan kesadaran yang seharusnya
dilakukan tapi tidak dilakukan juga.

Pengertian Pesan, Pesan merupakan acuan dari berita atau peristiwa yang
disampaikan melalui media media. Suatu pesan memiliki dampak yang dapat
mempengaruhi pemikiran khlayak pembaca dan pemirsa, karenanya pesan bisa bersifat
bebas dengan adanya suatu etika yang menjadi tanggung jawab pesan itu sendiri. Misalnya
pesan yang bersifat edukatif.

ETIK PENYIARAN INDONESIA 29


BAB 6

STANDAR PROGRAM SIARAN

A. Pengertian

Dalam Peraturan KPI NO 03 Tahun 2007 Tentang Standar Program Siaran di


jelaskan bahwa Standar Program Siaran adalah ketentuan yang ditetapkan oleh Komisi
Penyiaran Indonesia bagi Lembaga Penyiaran untuk menghasilkan program siaran
yang berkualitas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Standar Program Siaran ditetapkan agar lembaga penyiaran dapat menjalankan


fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, serta kontrol, dan perekat
sosial, dan pemersatu bangsa. Standar Program Siaran program yang diatur diantaranya
adalah :

a. Penghormatan terhadap nilai-nilai Agama;


b. norma kesopanan dan kesusilaan;
c. perlindungan anak-anak, remaja, dan perempuan;
d. pelarangan dan pembatasan adegan seks, kekerasan, dan sadisme;
e. penggolongan program menurut usia khalayak
f. rasa hormat terhadap hak pribadi;
g. penyiaran program dalam bahasa asing;
h. ketepatan dan kenetralan program berita;
i. siaran langsung;
j. siaran iklan.

Bagian pertama, agama disebutkan, materi agama dapat tampil pada program acara
agama, non-agama, dan drama/fiksi dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan program yang mengandung serangan,


penghinaan atau pelecehan terhadap pandangan dan keyakinan keagamaan tertentu;
b. siaran agama harus menghargai etika hubungan antar agama;
c. kontroversi mengenai pandangan/paham dalam agama tertentu harus disajikan
secara berimbang oleh lembaga penyiaran;

ETIK PENYIARAN INDONESIA 30


d. Lembaga penyiaran tidak menyajikan program berisi penyebaran ajaran dari suatu
sekte, kelompok atau praktek agama tertentu yang dinyatakan secara resmi oleh
pihak berwenang sebagai kelompok yang dilarang;
e. lembaga penyiaran tidak menyajikan program berisikan perbandingan antar agama;
f. lembaga penyiaran tidak boleh menyajikan informasi tentang perpindahan agama
seseorang atau sekelompok orang secara rinci dan berlebihan, terutama
menyangkut alasan perpindahan agama.

Bagian Kedua, Pasal 9 dijelaskan tentang tayanga- tayangan Supranatural dalam


Program Faktual

a. Program dan promo program faktual yang bertemakan dunia gaib, paranormal,
klenik, praktek spiritual magis, mistik, kontak dengan roh, hanya dapat disiarkan
pukul 22.00–03.00 sesuai dengan waktu stasiun yang menayangkan.
b. Program dan promo program faktual yang menyajikan pengobatan alternatif (non
medis) dengan menggunakan kekuatan supranatural hanya dapat disiarkan pukul
22.00-03.00 sesuai dengan waktu stasiun yang menayangkan.
c. Dalam program faktual, tidak boleh ada upaya manipulasi dengan menggunakan
efek gambar ataupun suara untuk tujuan mendramatisasi isi siaran sehingga bisa
menimbulkaninterpretasi yang salah misalnya manipulasi audio visual tambahan
seakan ada makhluk halus tertangkap kamera.
d. Dalam menyiarkan program faktual yang menggunakan narasumber yang mengaku
memiliki kekuatan/kemampuan supranatural khusus atau kemampuan
menyembuhkan penyakit dengan cara supranatural, lembaga penyiaran harus
mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. Bila tidak ada ada landasan fakta dan bukti empirik, lembaga
penyiaran menjelaskan hal tersebut kepada khalayak.
b. lembaga penyiaran harus menjelaskan kepada khalayak bahwa
mengenai kekuatan/kemampuan tersebut sebenarnya ada perbedaan
pandangan di tengah masyarakat.

ETIK PENYIARAN INDONESIA 31


Selanjutnya dalam Pasal 10 dijelaskan bahwa

a. Lembaga penyiaran dapat menyajikan program fiksi (seperti drama, film, sinetron,
komedi, dan kartun) yang menyajikan kekuatan atau makhluk supranatural selama
dunia supranatural itu disajikan sebagai fantasi.
b. Program dan promo program sebagaimana dimaksud Ayat (1) yang bersifat
mengerikan dan dapat menimbulkan rasa takut hanya dapat disiarkan pukul 22.00 –
03.00 sesuai dengan waktu stasiun penyiaran yang menayangkan.

Agar setiap program dapat mematuhi peraturan standar penyiaran, maka KPI selalu
melakukan pemantauan dengan cara Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi yang
telah dirilis dan bisa diakses bebas oleh publik. Dengan adanya hasil survei itu, KPI
berharap masyarakat lebih selektif dalam menonton acara televisi.

Dari survei periode pertama (Januari-Maret) tahun 2018, empat program siaran yakni
sinetron, variety show, infotainment, dan berita, dianggap belum memenuhi standar.
Sederet program itu belum mencapai skor 3,00 dari skala satu sampai empat yang
merupakan nilai minimum program berkualitas menurut KPI. Empat program lain yang
sudah dinilai berkualitas adalah program wisata budaya (3,21), religi (3,19), anak (3,07),
dan talkshow (3,01). Namun, tiap program tetap dievaluasi oleh divisi Litbang KPI dan
120 panelis ahli yang terlibat dalam survei.

Untuk program berita, misalnya, ada catatan serius mengenai faktualitas, keadilan, dan
keberpihakan. Sementara program siaran talkshow dianggap belum mengutamakan
kepentingan masyarakat umum dan masih menyajikan dialog-dialog yang cenderung
memihak kepentingan politik pemilik modal stasiun televisi.

Khusus program anak, meskipun nilai indeksnya memenuhi standar, terkadang ada
muatan kekerasan yang harus mendapatkan perhatian. Sekalipun program anak di layar
kaca sudah berkualitas, orang tua tetap perlu mendampingi anak saat menonton televisi.

Program wisata budaya yang kerap mendapat skor tertinggi tidak luput dari evaluasi.
Meski positf karena memiliki misi mengangkat tradisi budaya, ada catatan agar program
memberikan informasi yang akurat dan imbauan agar presenter tetap menjaga norma
kesopanan di masyarakat. (Asrianti, 2018)

ETIK PENYIARAN INDONESIA 32


BAB 7
KESOPANAN DAN KESUSILAAN DALAM PENAYANGAN
PROGRAM MEDIA PENYIARAN
A. Kesopanan, Kepantasan dan Kesusilaan

Komunikasi turut memberikan kontribusi lahirnya media massa. Di dunia


pendidikan, ilmu komunikasi mengajarkan cara berkomunikasi agar menimbulkan hasil
yang positif. Hasil perkembangan komunikasi yang dilakukan manusia yaitu Media.
Produk pertama media massa bidang penyiaran yaitu radio, kemudian diikuti televisi.
Radio merupakan media auditif, sehingga suara merupakan modal utama yang
menghubungkan media ini dengan khalayak. Pengelolaan siaran khususnya programming
diselenggarakan berdasarkan pada kesadaran bahwa” siaran memiliki kekuatan yang
sangat besar untuk membangun dan menghancurkan masyarakat”. Sebuah siaran
mempunyai daya penetrasi yang kuat terhadap individu dan kelompok/masyarakat,
sehingga siaran dapat menimbulkan dampak yang luas di masyarakat. Siaran adalah suatu
produk yang sangat potensial untuk digunakan sebagai tujuan-tujuan ideal dan pragmatis.
Siaran, baik televisi maupun radio berkembang menjadi komoditi dengan sasaran khalayak
sebagai konsumen. Siaran dapat dijual bahkan digunakan sebagai sarana menjual produk
atau jasa. Hal ini dikarenakan sarana khalayak yang dapat dijangkau melalui siaran relatif
sangat luas dan terutama televisi memiliki daya simulasi yang sangat tinggi terhadap
khalayak.

Menurut J.B. Wahyudi dalam (Djamal & Fachruddin, 2011) “ Penyiaran atau dalam bahasa
Inggris dikenal sebagai broadcasting adalah keseluruhan proses penyampaian siaran yang dimulai
dari penyiapan materi produksi, proses produksi, penyiapan bahan siaran, kemudian pemancaran
sampai kepada penerimaan siaran tersebut oleh pendengar/pemirsa di satu tempat.”

Menurut (Riswandi, 2013) “Penyiaran atau siaran sebagai output media radio dan televisi
memiliki fungsi yang sama dengan media massa lainnya, yaitu fungsi mendidik,
menginformasikan, menghibur, mempromosikan, menjadi agen perubahan sosial, dan melakukan
control sosial, serta mentransfer nilai-nilai budaya.”

Media adalah saluran komunikasi massa yang memiliki ciri-ciri khusus yaitu
mempunyai kemampuan untuk menarik perhatian khalayak secara simultanenous
(serempak) dan serentak (seinstantenesous). Media Massa adalah media komunikasi dan

ETIK PENYIARAN INDONESIA 33


informasi yang melakukan penyebaran secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat
secara massal pula. Media massa juga merupakan institusi yang berperan sebagai agent of
change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media
massa.
Kesopanan dan kesusilaan merupakan hal yang harus diperhatikan dalam
penayangan program-program acara baik di televisi maupun radio. Lembaga penyiaran
harus memperhatikan norma kesopanan dan kesusilaaan yang dijunjung oleh keberagaman
khalayak baik dalam agama, suku, budaya, usia, dan latar belakang ekonomi
Lembaga penyiaran harus berhati-hati agar program isi siaran yang disiarkan tidak
merugikan dan menimbulkan efek negatif terhadap norma kesopanan dan kesusilaan yang
dianut oleh keberagaman khalayak tersebut.

Sesuai dengan PERATURAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA (KPI) Nomor


01/P/KPI/03/2012 tentang PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN yang tercantum pada
BAB XI PERLINDUNGAN KEPADA ORANG DAN KELOMPOK MASYARAKAT
TERTENTU Pasal 15 :

(1). Lembaga penyiaran wajib memperhatikan dan melindungi hak dan kepentingan:
a. orang dan/atau kelompok pekerja yang dianggap marginal;
b. orang dan/atau kelompok dengan orientasi seks dan identitas gender tertentu;
c. orang dan/atau kelompok dengan kondisi fisik tertentu;
d. orang dan/atau kelompok yang memiliki cacat fisik dan/atau mental;
e.orang dan/atau kelompok pengidap penyakit tertentu; dan/atau f. orang dengan
masalah kejiwaan.
(2). Lembaga Penyiaran tidak boleh menyajikan program yang menertawakan,
merendahkan, dan/atau menghina orang dan/atau kelompok masyarakat sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (1).
Televisi merupakan media massa favorit bagi sebagian besar masyarakat. Hal
tersebut dikarenakan televisi menyajikan hiburan yang bervariasi dan informasi yang
mudah didapatkan. Tingginya minat masyarakat akan televisi mendorong semakin banyak
bermunculan stasiun televisi yang saling berlomba-lomba untuk merebut hati pemirsa.
Banyaknya stasiun televisi baru yang saling bersaing dengan mengunggulkan programnya
masing-masing, memberikan tawaran yang semakin beragam kepada masyarakat untuk
memilih siaran yang diminati.

ETIK PENYIARAN INDONESIA 34


PERATURAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA BAB XI PERLINDUNGAN
KEPADA ORANG DAN MASYARAKAT TERTENTU
Pasal 17
(1) Program siaran dilarang menampilkan muatan yang melecehkan orang dan/atau
kelompok masyarakat tertentu. (2) Orang dan/atau kelompok masyarakat tertentu
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) antara lain, tetapi tidak terbatas: a. pekerja
tertentu, seperti: pekerja rumah tangga, hansip, pesuruh kantor, pedagang kaki lima,
satpam; b. orang dengan orientasi seks dan identitas gender tertentu; c. lanjut usia, janda,
duda; d. orang dengan kondisi fisik tertentu, seperti: gemuk, ceking, cebol, bibir sumbing,
hidung pesek, memiliki gigi tonggos, mata juling; e. tunanetra, tunarungu, tunawicara,
tunadaksa, tunagrahita, autis; f. pengidap penyakit tertentu, seperti: HIV/AIDS, kusta,
epilepsi, alzheimer, latah; dan/atau g. orang dengan masalah kejiwaan.
Pelecehan terhadap kelompok masyarakat tertentu juga merupakan sebuah
pelanggaran terhadap norma ataupun nilai-nilai dalam kesopanan dan kesusilaan.
Karenanya Lembaga penyiaran dilarang memuat program yang melecehkan kelompok
masyarakat tertentu yang selama ini sering diperlakukan negatif, seperti:

a. Kelompok-kelompok pekerja tertentu misalnya: pekerja rumah tangga, hansip, dan


satpam;

b. Kelompok masyarakat yang kerap dianggap memiliki penyimpangan, seperti:


waria, banci, laki-laki yang keperempuanan, perempuan yang kelaki-lakian, dan
sebagainya;

c. Kelompok lanjut usia dan janda/duda;

d. Kelompok dengan ukuran dan bentuk fisik di luar normal, seperti: gemuk, cebol,
bergigi tonggos, bermata juling, dan sebagainya;

e. Kelompok yang memiliki cacat fisik, seperti: tuna netra, tuna rungu, tuna wicara;

f. Kelompok yang memiliki cacat atau keterbelakangan mental, seperti: embisil, idiot,
dan sebagainya;
g. Kelompok pengidap penyakit tertentu, seperti penderita HIV/AIDS, kusta, epilepsi,
dan sebagainya.

ETIK PENYIARAN INDONESIA 35


Berkaitan dengan uraian peraturan di atas ada beberapa program yang dianggap melanggar
dan mendapat teguran tertulis dari KPI (Darwis, 2018) dan dapat di lihat pada link yang berikut
http://www.kpi.go.id/images/newsletter/2018_NLKPI_Maret_April.pdf

Tgl Surat : April 2018


NO. Surat : /K/KPI/31.2/4/2018
Status : Teguran Tertulis
Stasiun TV : TRANS TV
Program Siaran : “Brownis Tonight”

Berdasarkan pengaduan masyarakat, pemantauan, dan hasil analisis, KPI Pusat telah
menemukan pelanggaran pada Program Siaran “Brownis Tonight” yang ditayangkan oleh
stasiun Trans TV pada tanggal 28 Maret 2018 pukul 19.00 WIB dan tanggal 29 Maret 2018
pukul 18.52 WIB. Program siaran tersebut menampilkan muatan yang membahas isu
transgender. Kami juga menemukan muatan serupa pada: 1. Brownis Siang tanggal 2 April
2018 pukul 13.31 WIB; 2. Rumpi No Secret tanggal 21 Maret 2018 pukul 16.42 WIB dan
tanggal 26 Maret 2018 pukul 16.28 WIB; dan 3. Pagi-Pagi Pasti Happy tanggal 27 Maret
2018 pukul 09.24 dan tanggal 29 Maret 2018 pukul 08.41 WIB. Jenis pelanggaran ini
dikategorikan sebagai pelanggaran atas ketentuan tentang penghormatan terhadap hak
privasi, perlindungan anak, dan perlindungan kepada orang dengan identitas gender
tertentu. KPI Pusat memutuskan bahwa tayangan tersebut telah melanggar Pedoman
Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 13, Pasal 14 Ayat (2),
dan Pasal 15 Ayat (1) huruf b serta Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia
Tahun 2012 Pasal 13 Ayat (1), Pasal 14, Pasal 15 Ayat (1), dan Pasal 17 Ayat (2) huruf b.
Berdasarkan pelanggaran tersebut, KPI Pusat memberikan sanksi administratif
administratif Teguran Tertulis.
Dalam kaitan dengan pemaparan di atas, lembaga penyiaran harus mengikuti ketentuan
sebagai berikut:
a. Dilarang menyiarkan program yang mengandung muatan yang dapat membangun
atau memperkokoh stereotip negatif mengenai kelompok-kelompok tersebut;

b. Dilarang menyiarkan program yang menjadikan kelompok-kelompok tersebut


sebagai bahan olok-olok atau tertawaan;

ETIK PENYIARAN INDONESIA 36


c. Dilarang menyajikan program yang di dalamnya memuat sebutan-sebutan yang
sifatnya merendahkan atau berkonotasi negatif terhadap kelompok-kelompok
tersebut.

Bila memang dalam program tersebut terdapat muatan stereotipe negatif mengenai
kelompok-kelompok tersebut, hal itu harus selalu digambarkan dalam konteks tindakan
yang salah dan tidak dapat dibenarkan.
Dalam acara dialog tentang seks yang harus dilakukan adalah:
1. Program yang berisikan pembicaraan atau pembahasan mengenai masalah seks
harus disajikan secara santun, hati-hati, dan ilmiah.

2. Program pendidikan seks untuk remaja yang bertujuan membantu remaja


memahami kesehatan reproduksi harus dilakukan dengan cara yang serasi dengan
perkembangan remaja.

3. Pembawa acara bertanggungjawab menjaga agar acara itu tidak menjadi ajang
pembicaraan mesum.

4. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program siaran di mana penyiar atau


pembicara tamu atau penelepon berbicara tentang pengalaman seks secara eksplisit
dan rinci.

Program yang tidak pernah sepi penonton diantanya adalah program siaran seks. Seks
memang bukan hal yang tabu lagi untuk dibicarakan, namun pelarangan dan pembatasan
program siaran seks perlu dilakukan.
Pelarangan program siaran seks diantaranya adalah
1. Lembaga penyiaran televisi dilarang menyajikan adegan yang menggambarkan
aktivitas hubungan seks, atau diasosiasikan dengan aktivitas hubungan seks atau
adegan yang mengesankan berlangsungnya kegiatan hubungan seks, secara
eksplisit dan vulgar.

2. Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan suara-suara atau bunyi-bunyian yang


mengesankan berlangsungnya kegiatan hubungan seks.

3. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan percakapan, adegan, atau animasi yang


menggambarkan rangkaian aktivitas ke arah hubungan seks.

ETIK PENYIARAN INDONESIA 37


4. Lembaga penyiaran televisi dilarang menyajikan adegan yang menggambarkan
hubungan seks antar hewan secara vulgar atau antara manusia dan hewan.

5. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program yang memuat pembenaran bagi


berlangsungnya hubungan seks di luar nikah.

Salah satu contoh program yang melanggar larangan adalah program Marimar yang
tayang di stasiun televisi GTV (Darwis, 2018)
http://www.kpi.go.id/images/newsletter/2018_NLKPI_Maret_April.pdf

Tgl Surat : 17 April 2018


NO. Surat : 236/K/KPI/31.2/04/2018
Status : Teguran Tertulis
Stasiun TV : GTV
Program Siaran : “Marimar
Berdasarkan pemantauan, dan hasil analisis, KPI Pusat telah menemukan pelanggaran pada
Program Siaran “Marimar” yang ditayangkan oleh stasiun GTV pada tanggal 30 Maret
2018 pukul 02.42 WIB. Program siaran tersebut menampilkan adegan pria dan wanita
berciuman bibir. KPI Pusat menilai muatan tersebut tidak dapat ditayangkan. Jenis
pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas ketentuan tentang penghormatan
terhadap norma kesopanan dan kesusilaan serta pelarangan adegan ciuman bibir. KPI Pusat
memutuskan bahwa tayangan tersebut telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran
Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 9 dan Pasal 16 serta Standar Program
Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 9 Ayat (1) dan Pasal 18 huruf g.
Berdasarkan pelanggaran tersebut, KPI Pusat memberikan sanksi administratif Teguran
Tertulis.

ETIK PENYIARAN INDONESIA 38


BAB 8

STANDAR PROFESIONAL RADIO SIARAN SEBAGAI SALAH SATU


BENTUK ETIKA DALAM DUNIA PENYIARAN DI INDONESIA

A. Standar Profesional Radio Siaran


Radio adalah generasi kedua media massa yang hadir di tengah-tengah publik.
Memberikan audio sebagai sumber informasi terhadap para pendengarnya. Radio
merupakan organisasi penyiaran yang sangat kompleks, sebagai stasiun yang
menyelenggarakan kegiatan penyiaran memiliki tiga unsur yang mendukung
penyelenggaraan penyiaran. Ketiga unsur tersebut, yakni, sumber daya manusia yang
mampu secara teknis serta solid, pemancar, dan studio yang layak dan canggih
Radio siaran adalah saluran bagi kebebasan informasi, pertukaran gagasan,
pertukaran opini, hiburan, pendidikan dan periklanan bagi masyarakat. Dalam
melaksanakan peran tersebut, radio siaran mengutamakan kepentingan umum atas dasar
nilai-nilai Pancasila sebagai falsafah negara, nilai-nilai demokrasi, nilai-nilai Hak Asasi
Manusia, norma-norma dan budaya masyarakat, serta hukum yang berlaku. Standar
Profesional Radio Siaran disusun sebagai pedoman pelaksanaan tugas sehingga terbentuk
radio siaran yang terpercaya dan profesional.

Diantara media yang ada seperti televisi dan media cetak, radio memiliki beberapa
keunggulan dimana dapat diakses secara mudah, tidak diperlukan ketrampilan khusus dari
khalayak yang ingin dituju seperti ketrampilan membaca karena radio merupakan media
imajinatif. Selain itu masyarakat dapat mendapatkan informasi dengan cepat dari radio
dengan biaya murah. Keunggulan lain dari radio adalah sifatnya yang santai, karena
sifatnya auditori (untuk didengarkan), lebih mudah orang menyampaikan pesan dalam
bentuk acara yang menarik.

ETIK PENYIARAN INDONESIA 39


Terkait dengan standar program, Dewan Kehormatan Kode Etik PRSSNI ( Persatuan
Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia) membagi dalam 14 kategori yaitu :
1. Pemberitaan
2. Program Perbincangan (Talk)
3. Program Opini
4. Pemilu
5. Program Bermuatan Seks, Kekerasan, Kesopanan dan Kesusilaan
6. Program Drama
7. Program Anak
8. Acara Kuis
9. Program Musik
10. Program Keagamaan
11. Pengumpulan Dana
12. Jajak Pendapat
13. Standar Umum
14. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat

Komponen penting sebuah stasiun radio adalah penyiar. Sosok penyiar radio
merupakan ujung tombak sebuah radio. Peran penyiar dapat menjadi nilai jual radio dan
program yang dibawakan, sehingga peneliti tertarik mengetahui lebih banyak mengenai
profesi penyiar radio. Namun mengingat sudah banyak penelitian tentang penyiar radio,
maka peneliti mengkaji lagi jenis pekerjaan penyiar radio yang masih berkaitan dengan
penyiaran.
Menurut (Wibowo, 2011) “penyiar radio memiliki 2 (dua) model yaitu siaran
monolog (the talk program) dan dialog (the talkshow program). Program monolog seorang
penyiar radio seorang diri dalam menyampaikan pesan kepada khalayak atau
pendengarnya, sehingga komunikasi sebatas komunikator dan komunikan. Sedangkan pada
program dialog melibatkan penyiar, narasumber, dan pendengar. Artinya keberadaan
narasumber mempengaruhi teknik komunikasi yang harus dilakukan oleh penyiar dan tentu
berbeda dengan ketika penyiar siaran monolog. Dalam dialog, penyiar dituntut untuk dapat
menjembatani antara narasumber dan pendengar.”

ETIK PENYIARAN INDONESIA 40


B. Perencanaan dan Penyajian Program Radio
Dalam buku ini yang akan dibahas adalah program perbincangan (talk), program
drama dan program anak.
1.Program Perbincangan
Perbincangan atau talk adalah spirit radio siaran karena kekuatan medium ini
mampu menjamin berlangsungnya arus bebas pertukaran pendapat yang ada dalam
masyarakat secara langsung. Program perbincangan di radio dapat membahas masalah-
masalah yang muncul dalam masyarakat ataupun masalah-masalah khusus dalam bentuk
program konsultasi. Perbincangan radio (talk show) pada dasarnya adalah kombinasi
antara seni bicara atau berbicara dan seni wawancara. Setiap penyiar radio sudah
semestinya adalah seorang yang pandai menyusun kata-kata. Singkatnya seorang penyiar
radio haruslah pandai bicara.
Tiga bentuk perbincangan yang sangat banyak digunakan stasiun radio adalah:
1) One-on-one-show, yaitu bentuk perbincangan saat penyiar dan narasumber
mendiskusikan suatu topik dengan dua posisi mikrovon terpisah di ruang studio yang
sama.
2) Panel discussion, pewawancara sebagai moderator hadir bersama sejumlah narasumber.
3) Call in show,program perbincangan yang hanya melibatkan telepon dari pendengar.
Topic terlebih dahulu di siapkan oleh penyiar radio. Tidak semuarespons audiens layak
disiarkan sehingga perlu petugas penyeleksi telepon masuk sebelum di udarakan.
Perencanaan produksi talk show antara lain meliputi:
a. Penentuan target yang dituju agar topic yang dipilih sesuai dengan kebutuhan
pendengar.
b. Menentukan narasumber yang kompeten terhadap topik yang dibahas.
c. Memilih penyiar serta menyiapkan lokasi dan peralatan on air terutama jika siaran
langsung dari lapangan.
Dalam pelaksanaanya, urutan proses talk show adalah sebagai berikut: pertama,
pembukaan, yang berisi perkenalan topik, latar belakang, narasumber, dan informasi
interaksi dengan pendengar jika memang akan dilakukan demikian. Kedua, diskusi utama,
yang berisi pertanyaan awal penyiar, tanggapan narasumber dan interaksi pendengar.
Ketiga, penutup, yang berisi kesimpulan, dan ucapan terima kasih.
Ketika membahas masalah-masalah masyarakat, program perbincangan dapat
mengambil bentuk :

ETIK PENYIARAN INDONESIA 41


i. Wawancara
ii. Debat
iii. Diskusi
iv. News panel yang melibatkan Newsmaker dan Newsman.
v. Interaktif yang melibatkan publik secara langsung, termasuk program keluhan
publik tentang berbagai masalah dan acara-acara yang bersifat konsultatif
Pada bentuk-bentuk di atas, program perbincangan harus memenuhi ketentuan berikut ini.
1) Dalam pembagian waktu, broadcaster harus memberi kesempatan yang adil bagi
masing-masing pihak yang terlibat.
2) Program Perbincangan harus disajikan dengan bahasa yang baik serta bebas
dari personal bias, prasangka, ketidakakuratan, dan informasi yang menyesatkan.
3) Pendengar harus diberitahu bila dalam wawancara berlangsung perjanjian
antara broadcaster dengan narasumber untuk membatasi pertanyaan-pertanyaan
yang penting. Pendengar pun harus diberitahu bila narasumber meminta terlebih
dahulu daftar pertanyaan -pertanyaan yang akan dikeluarkan saat wawancara atau
narasumber terlibat dalam proses editing atau recording.
4) Manajemen radio tidak dibenarkan memberi uang imbalan wawancara kepada
pelaku kriminal yang belum dibebaskan. Manajemen radio pun tidak dibenarkan
membayar mantan kriminal sebagai imbalan atas wawancara mengenai kejahatan
yang dilakukannya. Perjanjian untuk membayar atau membayar saksi mata juga
tidak dibenarkan sebelum hasil persidangan disimpulkan.
5) Pendengar yang ingin berpendapat melalui telephon harus disaring terlebih dahulu
oleh penyiar yang bertugas atau awak stasiun yang berkompeten untuk memastikan
legitimasinya. Setelah tersaring, ia pun harus diberi penerangan singkat tentang
tata krama penyiaran.
6) Keluhan individu atau kelompok dibolehkan selama menyangkut kepentingan
masyarakat.
Penyiar radio sebagai control analysis dalam program dialog wajib melindungi
nama baik narasumber dari pertanyaan yang akan menjatuhkan kredibilitas, hal itu
disebutkan dalam teori Kesopanan/Politeness Theory. Selain itu peran penyiar lainnya
dalam program dialog yaitu membuat daftar pertanyaan bagi narasumber dapat
mempersiapkan jawaban yang tepat, mengetahui SOP saat terjadi kendala teknis dan
mempelajari materi.

ETIK PENYIARAN INDONESIA 42


Contoh : Program Talkshow di Radio ARDAN 105.9 FM

Bandung Banget!
Senin, jam 22.00 – 00.00
Program talkshow yang membahas tentang kota Bandung dan mempunyai tagline “Your City Your
Responsbility”. Tujuan dari talkshow ini selain membahas semua detail kota Bandung juga ingin
mengajak insan muda untuk lebih mengenal komunitas-komunitas yang kreatif yang ada di kota
Bandung. Ridwan Kamil aka. Kang Emil dulu siaran di acara ini loh..(Ardan, 2019)

2. Program Drama
Drama merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu Draomai yang memiliki
arti berbuat dan bertindak. Sedangkan kata drama sendiri memiliki arti suatu perbuatan dan
tindakan. Pengertian drama secara umum yaitu suatu karya sastra yang ditulis dalam
bentuk dialog dan mempunyai maksud untuk menampilkan sebuah pertunjukan yang
diperankan oleh aktor.
1) Program drama harus memperhatikan kemungkinan pengaruh siaran pada semua
anggota keluarga.
2) Manajemen stasiun harus membuka peluang bagi perkembangan program drama
yang inovatif dan kreatif.
3) Program drama harus menonjolkan moral, nilai-nilai sosial dan budaya bangsa.
4) Program drama harus mendorong terciptanya kualitas hidup masyarakat
5) Program drama harus menghormati dan menjunjung tinggi keragaman agama,
budaya dan etnis

ETIK PENYIARAN INDONESIA 43


Contoh : Program Drama di Radio ARDAN 105.9 FM

Konci
Jumat, jam 22.00 – 00.00
“Never ignore a person who loves and cares for you because one day you may realize you’ve
lost the moon while counting the stars.”
Special program yang menyajikan drama percintaan live on air tanpa tapping, yang akan selalu
memberikan kejutan-kejutan spontan di setiap ceritanya. Kamu juga bisa ikut menentukan ending
dari cerita Konci versi kamu! It will always give you that fresh sensation of love stories! (Ardan,
2019)

3. Program Anak
Program yang secara khusus dibuat untuk didengar anak-anak harus didasarkan
pada konsep-konsep sosial yang sehat, yaitu ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
penghargaan kepada orang tua, perlakuan wajar pada setiap orang, penghargaan terhadap
hukum dan ketertiban; hidup bersih; moral yang tinggi, serta merefleksikan etika dan
karakter Indonesia dan mengembangkan pemahaman anak-anak terhadap dunia. Selain itu,
program anak harus memenuhi ketentuan berikut :
1) Program yang ditujukan bagi anak-anak harus mendorong seni berbicara dan pelafalan
yang benar. Materi yang merusak perkembangan bahasa anak harus dihindari.
Pelafalan bahasa yang tidak resmi (slang/prokem) dan bahasa yang tidak benar harus
dihambat, kecuali untuk kebutuhan pemeranan yang --dengan suatu cara-- harus pula
diperlihatkan kesalahannya.
2) Penampilan anak-anak dalam program anak harus seizin orang tua atau wali.
3) Akibat negatif pada masyarakat dan manusia harus pula ditampilkan dalam materi
yang berisi kegiatan kriminal.

ETIK PENYIARAN INDONESIA 44


4) Program anak harus berusaha melengkapi kebutuhan pengetahuan anak-anak.

Contoh radio yang menyajikan program khusus untuk anak : Radio Suara Edukasi AM 1440 Khz

Sapa Edu Sesi 1 ( Kak Anggi )

 Menyajikan program acara menarik, menghibur, dan mendidik anak-anak.


 Mengenalkan musik dan lagu daerah .
 Memberi penyuluhan berupa informasi yang diberikan oleh penyiar acara.
 Menanamkan kepribadian dan pengetahuan anak.

Senin – Jum’at,pukul 07.30 – 09.30 WIB (Edukasi, 2019)

ETIK PENYIARAN INDONESIA 45


BAB 9
PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN TELEVISI INDONESIA

A. Pedoman Perilaku Penyiaran


Perkembangan media massa di Indonesia setelah reformasi mengalami peningkatan
yang tajam. Jumlah televisi, radio, surat kabar, majalah dan tabloid mengalami kenaikan
yang tajam dari sisi jumlah termasuk media lokal. Terbitnya Undang-Undang No. 40 tahun
1999 tentang Pers dan UU No. 32 tahun 2002 merupakan buah nyata dari reformasi yang
mengijinkan berbagai media massa untuk terbit atau mengudara. Maraknya perindustrian
penyiaran di tanah air, sehingga diperlukan adanya sebuah peraturan untuk
menyelenggarakan penyiaran dan menghasilkan kualitas siaran serta mengawasi
penyelenggaraan penyiaran yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Maka dibuatlah sebuah peraturan perundang-undangan yang dimuat dalam buku
Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) Standar Pedoman Siaran (SPS) yang disahkan oleh
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) oleh lembaga negara independen pada tahun 2002.
P3SPS ditetapkan agar lembaga penyiaran dapat menjalankan fungsinya sebagai media
informasi, pendidikan, hiburan, kontrol, perangkat sosial dan pemersatu bangsa.
Standar program siaran ini sendiri diarahkan agar program siaran dapat menjunjung
tinggi dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan negara kesatuan republik Indonesia.
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebagai lembanga independen negara yang mengawasi,
menetapkan dan mengatur penyiaran melalui P3SPS. KPI memiliki kewenangan menyusun
dan mengawasi berbagai peraturan penyiaran yang menghubungkan antara lembaga
penyiaran, pemerintah dan masyarakat. Kecenderungan adanya pelanggaran yang dibuat
media televisi seolah tidak mengindahkan kaidah-kaidah yang telah di berlakukan oleh
KPI melalui P3SPS. Dalam kurun waktu satu tahun terakhir telah terjadi pelanggaran lebih
dari 200 kasus pelanggaran yang di muat dalam situs Komisi Penyiaran Indonesia melalui
website kpi.go.id yang menjadi bukti bahwa media televisi cenderung melakukan
pelanggaran P3SPS
Sama halnya dengan Dewan Kehormatan Kode Etik PRSSNI broadcaster televisi
pun membuat panduan dalam berperilaku bagi anggota-anggotanya.
Dalam bagian I Pendahuluan diyatakan bahwa :
Televisi swasta yang tergabung dalam Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI)
menyadari betul bahwa ada tiga hal pokok yang harus dimiliki oleh sebuah perusahaan
jika ingin sukses dalam berbisnis yaitu produk yang baik, manajemen yang baik dan

ETIK PENYIARAN INDONESIA 46


kode etik. Ilmu dan teknologi dapat digunakan untuk mendapatkan produk yang baik.
Ilmu ekonomi dan teori manajemen dapat digunakan untuk menghasilkan manajemen
yang baik. Namun dua hal itu saja belumlah cukup. Masih diperlukan satu hal lagi
yaitu kode etik. Sebagai fenomena sosial, dunia bisnis tidak dapat dilepaskan dari nilai-
nilai sosial masyarakatnya, termasuk didalamnya nilai-nilai moral
Beberapa manfaat pedoman perilaku, yaitu:
a. Pedoman perilaku dapat meningkatkan citra dan kredibilitas stasiun atau industri
televisi karena telah menjadikan etika sebagai budaya kerja. Bagi industri televisi
yang memiliki sumber daya manusia dalam jumlah yang besar, pedoman perilaku
secara intern akan mengikat semua orang ke dalam standar etis yang sama.

b. Pedoman perilaku dapat membantu menghilangkan ketidakjelasan etika sehingga


dapat terhindar dari ambiguitas moral yang merongrong kinerja stasiun atau
industri televisi secara keseluruhan.

c. Pedoman perilaku dapat memperlihatkan bagaimana stasiun atau industri televisi


mampu menanggung beban tanggung jawab sosialnya. Dalam konteks ini dapat
dilihat bagaimana stasiun atau industri televisi swasta menciptakan kerangka moral
yang benar.

d. Pedoman perilaku dapat menjadi sarana menseimbangkan dan mempertemukan


kepentingan bisnis di satu pihak dan kepentingan tanggung jawab sosial di lain
pihak.

e. Pedoman perilaku dapat menjadi salah satu sarana mengatur diri sendiri (self
regulation) sehingga dapat menghindarkan campur tangan dari pihak lain.

Dalam program yang di tayangkan ATVSI menangani secara hati-hati kreatifitas


program sehingga tidak sampai mengeksploitasi seksual dan pornografi bagi pemirsa.
Salah satu contoh adalah stasiun televisi Trans TV. Trans TV adalah stasiun televisi
yang banyak memberikan program-program siaran, dan salah satu program Talk Show
Kakek-Kakek Narsis yang dikenal dengan KKN. Talk Show KKN ini tayang perdana pada
tanggal 26 september 2011 setiap hari dari Senin - Jum’at pukul 00.00 WIB. Program Talk
Show ini hanya sekedar tayangan komedi yang berisi candaan penghibur namun berbuntut
seksual, serta tayangan ini banyak menarik perhatian khalayak, khususnya pria dewasa.
Tayangan KKN talk show ini bahkan menjadi salah satu sajian menarik dari anak remaja
hinggah ibu-ibu rumah tanggah juga sering menonton acara tersebut. Dalam program Talk

ETIK PENYIARAN INDONESIA 47


Show KKN ini sering menampilkan hal-hal yang berunsur pornografi dengan bintang tamu
yang berpenampilan sexy dan perlakuan ketiga host pria yang berkarakter sebagai seorang
Kakek-Kakek Narsis serta host perempuan yang sering membicarakan hal-hal yang
berunsur pornografi. Bintang tamu di acara ini adalah para artis perempuan, yang
berdandan cantik dan berpenampilan sensual.

Gambar 1.1. Gambar adegan host KKN dengan bintang tamu seksi
Dalam tayangan takhayul dan klenik anggota ATVSI (Asosiasi Televisi Swasta
Indonesia) menangani tayangan takhayul dan atau klenik sehingga tidak sampai
menimbulkan rasa takut berlebihan bagi pemirsa. Anggota ATVSI menghindari eksploitasi
secara berlebihan tayangan takhayul dan klenik agar tidak terjadi upaya pengambilan
manfaat yang berlebihan, melemahkan iman/menimbulkan unsur syirik serta dan
pembodohan masyarakat.

Gambar 1.1. Gambar Program Menembus Mata Bathin di Stasiun Televisi ANTV

ETIK PENYIARAN INDONESIA 48


Menurut Pratiwi dalam (Nizomi, 2018) Banyaknya program penyiaran yang
dikeluhkan masyarakat dan juga mendapat teguran KPI membuktikan jika kelayakan isi
siaran di Indonesia sebenarnya masih relatif rendah. Permasalahan baru muncul karena
meskipun teguran sudah dilayangkan, tayangan yang disediakan masih relatif sama tanpa
perubahan yang cukup signifikan. Tayangan Pesbukers tersebut misalnya, dalam sebulan
pertama penayangannya sudah memperoleh teguran KPI, dan kemudian sekarang kembali
mendapat tegurun. Acara Pesbuker baru-baru ini mendapat teguran dan saksi dari KPI,
teguran tersebut diberikan lantaran program “Pesbukers” kedapatan melakukan
pelanggaran terhadap peraturan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran
(P3 dan SPS) KPI tahun 2012. Demikian ditegaskan KPI Pusat dalam surat teguran ke
ANTV yang ditandatangani Ketua KPI Pusat, Yuliandre Darwis. Menurut keterangan
Yuliandre dalam surat teguran, KPI Pusat menemukan pelanggaran pada program siaran
“Pesbukers” yang tayang pada tanggal 28 Februari 2018 pukul 16.27 WIB. Program siaran
tersebut menampilkan seorang wanita (Eli Sugigi) yang berkata kasar “T**” kepada
temannya. KPI Pusat menilai muatan tersebut tidak dapat ditampilkan karena memberikan
pengaruh buruk terhadap anak-anak dan remaja. Jenis pelanggaran ini dikategorikan
sebagai pelanggaran atas penghormatan terhadap norma kesopanan dan kesusilaan serta
perlindungan anak-anak dan remaja,” kata Yuliandre. KPI Pusat memutuskan tayangan
tersebut telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran KPI Pasal 9 dan Pasal 14 serta
Standar Program Siaran KPI Pasal 9 dan Pasal 15 Ayat (1). Dalam kesempatan itu, KPI
Pusat menekankan, ANTV agar menjadikan P3 dan SPS KPI tahun 2012 sebagai acuan
utama dalam penayangan sebuah program siaran. (RG, 2018)

Gambar 3: Acara Pesbuker

ETIK PENYIARAN INDONESIA 49


Banyaknya program penyiaran yang dikeluhkan masyarakat dan juga mendapat
teguran KPI membuktikan jika kelayakan isi siaran di Indonesia sebenarnya masih relatif
rendah. KPI merupakan wujud peran serta masyarakat berfungsi mewadahi aspirasi serta
mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran harus mengembangkan program-
program kerja hingga akhir kerja dengan selalu memperhatikan tujuan yang diamanatkan
Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 Pasal 3: "Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan
untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman
dan bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam
rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil, dan sejahtera, serta
menumbuhkan industri penyiaran Indonesia".(RG, 2018)

Penyiaran, baik televisi dan radio, menurut UU No. 32 tahun 2002 Pasal 36
Tentang pelaksanaan siaran diarahkan untuk:

1) Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk
pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga
persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya
Indonesia.
2) Isi siaran dari jasa penyiaran televisi, yang diselenggarakan oleh Lembaga
Penyiaran Swasta dan Lembaga Penyiaran Publik, wajib memuat sekurang-
kurangnya 60% (enam puluh per seratus) mata acara yang berasal dari dalam
negeri.
3) Isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak
khusus, yaitu anak-anak dan remaja, dengan menyiarkan mata acara pada waktu
yang tepat, dan lembaga penyiaran wajib mencantumkan dan/atau menyebutkan
klasifikasi khalayak sesuai dengan isi siaran.
4) Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan
golongan tertentu.
5) Isi siaran dilarang: a) bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong; b)
menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalah-gunaan narkotika dan
obat terlarang; atau c) mempertentangkan suku, agama, ras, dan antargolongan.
6) Isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan dan/atau
mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak

ETIK PENYIARAN INDONESIA 50


hubungan internasional (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2002 Tentang Penyiaran).

Adapun menurut Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 01/P/Kpi/03/2012,


tentang dasar dan tujuan tentang penyiaran ialah pedoman Perilaku Penyiaran memberi
arah dan tujuan agar lembaga penyiaran sebgai berikut:

1. Menjunjung tinggi dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan negara kesatuan
republik indonesia;
2. Meningkatkan kesadaran dan ketaatan terhadap hukum dan segenap peraturan
perundang-undangan yang berlaku di indonesia;
3. Menghormati dan menjunjung tinggi norma dan nilai agama dan budaya bangsa yang
multikultural;
4. Menghormati dan menjunjung tinggi etika profesi yang diakui oleh peraturan
perundang-undangan;
5. Menghormati dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi;
6. Menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
7. Menghormati dan menjunjung tinggi hak dan kepentingan publik;
8. Menghormati dan menjunjung tinggi hak anak-anak dan remaja;
9. Menghormati dan menjunjung tinggi hak orang dan/atau kelompok masyarakat
tertentu; dan
10. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip jurnalistik (Pedoman Perilaku Penyiaran P3 Dan
Standar Program Siaran SPS).

ETIK PENYIARAN INDONESIA 51


DAFTAR PUSTAKA

Ardan, R. (2019). Special Program. Retrieved from https://www.ardanradio.com/special-


program/

Asrianti, S. dan chsan E. A. (2018). Ini Empat Program Siaran yang Nilainya di Bawah
Standar.

Bertens, K. (2007). Etika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Darwis, Y. (2018). Penyiaran Kita. Retrieved from


http://www.kpi.go.id/images/newsletter/2018_NLKPI_Maret_April.pdf

Djamal, H., & Fachruddin, A. (2011). Dasar Dasar Penyiaran. Jakarta: Prenadamedia
Group.

Edukasi, S. (2019). Sapa Edu Sesi 1 ( Kak Anggi ). Retrieved from


http://suaraedukasi.kemdikbud.go.id/program-acara/

Effendy, O. U. (2003). Ilmu, teori dan filsafat komunikasi (Cetakan Ke). Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti.

KPI. (2012). Peraturan KPI.

Mufid, M. (2010). Komunikasi & Regulasi Penyiaran (cetakan ke). 2010: Kencana
Perdana Media Group dan UIN Press.

Nizomi, K. (2018). LITERASI MEDIA (Analisis Isi Terhadap Tayangan Televisi


Pesbukers). JIPI (Jurnal Ilmu Perpustakaan Dan Informasi), Vol.3 No.1.

RG. (2018). KPI Beri Sanksi “Pesbukers” ANTV. Retrieved March 5, 2019, from
http://www.kpi.go.id/index.php/id/umum/38-dalam-negeri/34385-kpi-beri-sanksi-
pesbukers-antv

Riswandi. (2013). Dasar Dasar Penyiaran (3rd ed.). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ruslan, R. (2001). Etika Kehumasan konsepsi & Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ruslan, R. (2017). Mendesain LOGO (3rd editio). (3rd ed.). Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Soehoet, A. . H. (2002). Etika dan Kode Etik Komunikasi. Jakarta: IISIP.

ETIK PENYIARAN INDONESIA 52


Sugihardiyah, R. (2006). KPID: Tayangan Smack Down Termasuk Tindak Pidana.

Wibowo, F. (2011). Teknik Produksi Program Radio Siaran. Kartasura: Grasia.

ETIK PENYIARAN INDONESIA 53


Glosarium
1. Hasil perkembangan komunikasi yaitu Media salah satu produk pertama
media massa bidang penyiaran yaitu radio, kemudian diikuti televisi. Beberapa
istilah dibidang penyiaran di antaranya :

 Auditif : Dapat di dengar


 Programming : Pemrograman
 Broadcasting : Penyiaran
 Agent of change : Agen Perubahan
 The talk program : Program Perbincangan
 The talkshow program : Program Talkshow
 One-on-one-show : Bentuk perbincangan penyiar dan narasumber
 Panel discussion : Pewawancara sebagai moderator
 Call in show : Program perbincangan telepon dari pendengar
 News panel : Diskusi panel
 Newsmaker : Menjadi Pusat Perhatian
 Newsman. : Pembaca berita

ETIK PENYIARAN INDONESIA 54


Indeks
A
Auditif : 7, 32
Agent of change : 7, 33

B
Broadcasting : 7, 32

C
Call in show : 8, 40

O
One-on-one-show : 8, 40

P
Panel discussion : 8, 40
Programming : 7,32

N
News panel : 8, 40
Newsmaker : 8, 40

T
The talk program : 8, 39
The talkshow program : 8, 39

ETIK PENYIARAN INDONESIA 55


PENULIS

Gan Gan Giantika, S.Sos.,M.M adalah dosen di Universitas


Bina Sarana Informatika sejak bulan September 2008. Menyelesaikan
jenjang pendidikan Strata Satu (S1) di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Jakarta (IISIP) Jakarta tahun 2002, Fakultas Ilmu Komunikasi
Jurusan Hubungan Masyarakat dan sudah menyelesaikan jenjang
pendidikan Strata dua (S2) Magister Manajemen pada Universitas BSI
Bandung tahun 2012. Selain aktif mengajar juga aktif sebagai
moderator pada acara orientasi akademik dan seminar motivasi juga
aktif sebagai pembicara seminar Kapita Selekta Kewarganegaraan di
Universitas Bina Sarana Infomatika. Sebelum aktif di dunia pendidikan
penulis bekerja pada bidang Marketing Pemasaran pada Perusahaan
swasta dan Pengajar dalam bidang teknologi komputer.

Mareta Puri Rahastine, S.Sn, M.I.Kom wanita kelahiran 15 maret


1988 yang saat ini berprofesi sebagai dosen komunikasi di Universitas
Bina Sarana Informatika. pendidikan yg telah ditempuh di Universitas
Pasundan Bandung dengan jurusan Desain Komunikasi Visual ( DKV )
lulus pd tahun 2011 dan melanjutkan program pasca sarjana di
Universitas Mercu Buana jurusan Komunikasi dg konsentrasi corporate
and marketing communication dan lulus pd tahun 2015 lalu. Pengalan
bekerja di internal communication di PT. Indosat, tbk pd tahun 2010
sampai 2011, CSR di PT. Jakarta Teknologi Utama Motor ( sinarmas
group ) dr tahun 2011 sampai 2017 dan mengajar di UBSI mulai 2012
sampai saat ini.

Iin Soraya, S. Sos, MM lahir di Jakarta 19 September


1985 adalah seorang Dosen Program Studi Periklanan di
Universitas Bina Sarana Informatika. Memulai karirnya
sebagai dosen di Bina Sarana Informatika sejak 2010.
Penulis menyelesaikan studi Strata Satu (S1) pada tahun
2007 dijurusan Periklanan Fakultas Komunikasi di IISIP
Jakarta. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan Strata
Dua (S2) Magister Manajemen di Universitas Bina Sarana
Informatika Bandung pada tahun 2012. Penulis juga saat
ini tergabung mengajar di Universitas Satya Negara dan
Universitas Terbuka. Penulis pernah menjadi Copywriting
di Agensi Periklanan Trias Outdoor dan pernah menjado
Analist di beberapa Bank di Indonesia, sejak tahun 2010
sampai sekarang penulis fokus di dunia pendidikan.

ETIK PENYIARAN INDONESIA 56

Anda mungkin juga menyukai