Anda di halaman 1dari 7

Isomerisasi          

            Proses isomerisasi adalh proses dimana paraffin rantaia lurus dikonversi menjadi senyawa-senyawa rantai cabang yang sinambung
dengan menggunakan katalis.

    3.3.1 Proses Isomerisasi     


Proses isomerisasi katalitik ditujukan untuk mengkonversi umpan nafta ringan (C5–C6) berangka oktana rendah (RON 65–70) menjadi
produk isoparafin berangka oktana tinggi RON 87–92 dengan sensitivitas (RON–MON) rendah (baik) dengan bantuan katalis bifungsional.
Umpan normal parafin dan isoparafin bercabang tunggal mengalami isomerisasi menjadi isoparafin bercabang banyak, berangka oktana tinggi.

Angka oktana produk isomerat dengan proses isomerisasi langsung (satu tahap) hanya mencapai RON 82–84, tetapi dengan pemisahan
normal parafin dari isoparafin bercabang satu dari produk campuran isomerat dan mensirkulasikannya kembali bersama umpan nafta ringan
(proses isomerisasi dua tahap) akan diperoleh kenaikan angka oktana produk isomerat sekitar 6–8 angka, yaitu RON 92.(1,6,28) Proses
isomerisasi dapat pula dipakai untuk pembuatan produk isobutana yang merupakan salah satu umpan proses alkilasi dengan penambahan satu
kolom deisobutanizer pada unit proses tersebut. Katalis isomerisasi adalah identik dengankatalis reformasi bifungsional yang mengandung inti
aktif logam platina dan inti aktif asam alumina klor dan/atau zeolit yang juga berfungsi sebagai penyangga katalis.

Proses isomerisasi pentana (C5) dengan sirkulasi umpan dapat menaikkan angka oktana dari umpan RON 70–75 menjadi produk
isomerat RON 92. Peningkatan angka oktana dari proses isomerisasi heksana (C6) adalah lebih rendah daripada proses isomerisasi pertama
tersebut, yaitu sekitar 10–15 saja. Kenaikan angka oktana dari proses isomerisasi C5/C6 dipengaruhi oleh komposisi C5 dan C6 dari umpan nafta
ringan. Isomerisasi heptana hanya memberikan isoparafin rendah bercabang satu yang angka oktananya tidak begitu besar. Pada isomerisasi C6
dan C7 dapat terjadi reaksi samping hidrorengkah. Angka oktana produk isomerat dari berbagai jenis umpan disajikan pada Tabel.

Dapat dicatat bahwa isomerat yang dihasilkan berkadar paraffin tinggi dengan angka oktan tinggi dan sensitivitas yang rendah (ROM =
MON) (baik). Sehubungan dengan dua komponen utama bensin lainnya (bensin perengkahan katalitik dan reformat) berkadar aromatic tinggi
mempunyai sensitivitas yang lebih tinggi ( MON << RON ) ( kurang baik ), maka hal ini membuat isomerat menjadi komponen bensin berharga
didalam industri pembuatan bensin ramah lingkungan.
    3.3.1 Reaksi Isomerisasi Parafin
Reaksi isomerisasi paraffin dengan bantuan katalis biofungsional yang terdiri dari inti aktif logam dan inti aktif asam mempunyai
mekanisme reaksi sebagai berikut :

senyawa antara molekul ion karbonium. Selanjutnya senyawa antara ion isokarbonium tersebut berisomerisasi menjadi isomer ion
karbonium dan dengan melepas kembali proton (H+ ) ke inti asam katalis kemudian dihidrogenasi dengan bantuan inti aktif logam menjadi
produk iso-parafin.

    3.3.2 Umpan Isomerisasi Parafin

Umpan proses isomerisasi adalah nafta ringan 30–75oC yang mengandung sebagian besar pentana (C5) dan heksana (C6) dengan sedikit
campuran siklopentana dan metil siklopentana. Umumnya parafin adalah normal parafin dan sedikit isoparafin bercabang satu sehingga angka
oktana umpan nafta ringan ini adalah rendah, yaitu sekitar RON 65–70. Karakteristik hidrokarbon C5/C6 yang dijumpai di dalam umpan nafta
ringan disajikan pada Tabel

    3.3.3 Katalis isomerisasi paraffin

Katalis isomerisasi adalah katalis bifungsional yang identik dengan katalis proses reformasi katalitik, yaitu terdiri atas dua jenis inti aktif:
inti aktif logam (platina) dan inti aktif asam (Al2O3-Cl dan Al2O3-SiO2), yaitu antara lain :
- Platina–klor alumina -Pt/Al2O3-Cl
- Platina–zeolit-Pt/Al2O3-SiO2
- Sulfated metal oxide -platina – alumina (Al2O3)
    3.3.4 Unit Proses Isomerisasi
Proses isomerisasi umpan nafta dengan menggunakan katalis biofungsional terdiri dari dua jenis yaitu :

1.      Isomerisasi 1 tahap (Proses Isomerisasi TIP)

Umpan digabung dengan sirkulasi gas hydrogen dan dipanasi sampai temperature panas reaksi lalu dimasukkan kedalam reactor . Produk
keluar dari bagian bawah reactor, didinginkan dan dilewatkan pada satu separator dan dari atas separator keluar gas hidrogen yang disirkulasikan
kembali ke unit. Isomerat cair yang keluar dari bawah separator dimasukkan ke kolom stabilizer untuk menghilangkan produk gas LPG dari
produk isomerat tersebut. Benzena di dalam umpan nafta ringan dihidrogenasi menjadi siklo-heksana yang selanjutnya terkonversi sebagian
menjadi parafin. Jika proses zeolit satu tahap ini digabung dengan sistem Iso Sieve Molecular diperoleh proses isomerisasi dua tahap Zeolitic
Process/TIP. Pada proses ini normal parafin (yang tidak terkonversi) dari produk isomerat dipisahkan dalam kolom absorben berisi pengayak
molekul (molecular sieve) berukuran pori tertentu, dan selanjutnya normal-parafin yang telah dipisahkan dari produk disirkulasikan kembali ke
dalam reaktor. Proses isomerisasi dua tahap ini dapat menghasilkan produk isomerat berangka oktana tinggi RON 88 yaitu lebih tinggi sekitar 8
angka daripada proses zeolit satu tahap tersebut.

Karakteristik umpan dan produk dari proses isomerisasi dengan proses satu dan dua tahap (sirkulasi umpan) disajikan pada Tabel dibawah ini :

2.      Tahap isomerisasi 2 tahap (Proses PENEX UOP)

Proses Penex UOP memakai katalis yang lebih aktif yang dioperasikan pada temperatur lebih rendah (120–180oC) dengan dua reaktor, dan
temperatur reactor kedua lebih rendah daripada reaktor pertama yang akan meningkatkan derajat isomerisasi umpan parafin. Untuk temperatur
operasi rendah ini tidak diperlukan suatu pemanasan khusus dan begitu juga dengan kebutuhan hidrogen yang rendah tidak diperlukan suatu
sistem sirkulasi gas hidrogen. Proses Penex satu tahap ini dapat menghasilkan produk isomerat berangka oktana 82–85 dengan perolehan
isomerat mencapai 100% volume.
1. Isomerisasi Thermis.

Reaksi ini merupakan penemuan pertama, sekarang tak banyak dilakukan lagi

namun demikian ini merupakan dasar untuk mengembangkan reaksi katalitik.

Reaksi isotermis terjadi pada kondisi yang cukup tinggi T = 500 –550oC dan P = 60 70 kg/cm2

2.Isomerisasi Catalyst.

Reaksi isomerisasi secara katalis inilah yang dipakai dasar proses isomerisasi

secara plant. Catalyst yang dipakai dapat berupa asam atau basa umumnya catalyst yang bersifat asam lebih banyak dipakai hanya isomerisasi
senyawaolefin

menggunakan catalist yang bersifat basa. Katalis umumnya adalah AlCl3 unhidroust.

-AlCl3+ HCl unhydrous

-AlCl3+ bouxit

-AlCl3 dilarutkan dalam SbCl3yang dicairkan.

Tetapi kemudian pemakaian katalis berkembang dengan dipakainya kombinasi

cracking dan hydrogen

katalis seperti misalnya :


-Ni –Silika Alumina

-Ni –Pt (Nikel Platina)

B. REAKSI ISOMERISASI.

Reaksi isomerisasi thermis berjalan melalui mekanisme radikal bebas (free radical mekanisme). Dalam mekanisme ini dengan adanya energi akan terbentuk
radikal bebas (free radical) tiap radikal bebas ini yang bersifat labil (reaktif) mengikat satu atom hydrogen dari reaktor dan membentuk free radical.Radikal
bebas inilah yang struktur membentuk radikal dengan yang lain.Dengan demikian terbentuk hasil isomerisasi dariisomer, setelah bereaksi secara singkat
mekanisme sebagai berikut :

R + RIH RH + H

Rl Rll

Rll+ RlH RllH + RlI

Rll Rll

Rll+ RlH RllH + Rll

R, Rl, Rll = free radical

Rll adalah isomer dari Rll


UNIT ISOMERISASI.

1.Butan Isomerisasi.

Butan isomerisasi merupakan reaksi isomerisasi yang pertama untuk menghasilkan isobutan yang sangat dibutuhkan untuk feed stock alkylasi proses.
Umumnya unit terdiri atas 2 bagian yaitu :

a.Bagian reaksi

b.Bagian recovery (recovery system)

a.Bagian Reaksi.

Bagian reaksi terdiri dari :

1)Heater.

Dalam alat ini reaktan yaitu normal butan bersama dengan injeksi hydrogen dipanaskan sampai 200 –300oF tekanan 200 psig. Dari heater kemudian
reaktan dimasukkan kedalam reaktor.

2)Reaktor.

Alat ini berfungsi mereaksikan normal butan menjadi iso butan melalui suatu fixed bed catalyst AlCl3+ HCl pada suhu 200 –300oF tekanan 200 psig.

Reaktor umumnya berupa vesel silinder yang diisi batch catalyst pada suatu support.
b.Recovery.

Bagian recovery terdiri atas :

1)Gas Separator (gas stabilizer)

Bagian ini berfungsi memisahkan hasil reaksi, iso butan dengan hydrogen.Peralatan berupa fraksionator column, top produk adalah hydrogen yang

disirkulasikan ke heater (reaktor). Bottom produk berupa campuran hasil reaksi yaitu isobutan dan sisa normal butan (yang tidak bereaksi) yang

dialirkan ke deisobuatnizer.

2)De Isobutanizer.

Fungsinya untuk memisahkan isobutan dan normal butan.

Peralatan berupa :Fraksionator dengan buble cap tray tower top produk adalah isobutan merupakan hasil utama dapat mencapai purity 99%. Bottom
produk berupa normal butan disirkulasikan kembali ke reaktor. Injeksi gas hydrogen dimaksudkan untuk mengurangi atau mencegah reaksi samping
cracking atau polimerisasi. Butan isomerisasi unit mempunyai proses

-proses dengan beberapa paten yang dipegang oleh beberapa perusahaan minyak saat ini dikenal proses isomerisasi komersial dipegang oleh perusahaan
yang terkenal.

a)Proses isomerisasi fase uap oleh SHELL

b) Proses fase cair oleh SHELL, UOP.

Anda mungkin juga menyukai