Anda di halaman 1dari 17

TUGAS PENGENALAN TEKNIK KIMIA

Teknik Kimia 2020 – Kelas A Kelompok 5

Disusun Oleh :
1. Muhammad Adhlan (3335200026)
2. M. Akbar Dwiraharja (3335200034)
3. Siti Nurjanah ( 3335200077)
4. Achmad Rivaldi Alfalaq (3335200088)
1.Komposisi Minyak Bumi

Minyak bumi atau “crude oil” adalah senyawaan hidrokarbon dan non-hidrokarbon yang
terdapat di dalam bumi. Minyak bumi berwarna coklat kehitaman sampai hitam, dalam
bentuk cair dan terdapat gas–gas yang melarut di dalamnya, dengan berat jenis berkisar
antara 0,8000 – 1,0000.

Unsur kimia penyusun minyak bumi adalah :

– unsur mayor adalah karbon dan hidrogen (disebut unsur hidrokarbon), dan

– unsur minor adalah sulfur, nitrogen, oksigen, halogen dan logam (disebut unsur non-
hidrokarbon)

Besarnya kandungan (konsentrasi) unsur tersebut dalam berbagai macam minyak bumi,
seperti ditunjukkan pada Tabel dibawah ini :

Sifat minyak bumi antara satu dengan ainnya berbeda–beda, dari yang ringan (encer) sampai
pada yang berat (kental). Hal ini sangat bergantung pada jenis dan besarnya kandungan
komponen (unsur) di dalam minyak bumi.

Tabel : Kisaran kandungan unsur – unsur dalam Minyak Bumi

Unsur Konsentrasi (% wt)


Karbon (C) 83 - 87
Hidorgen (H) 10 - 14
Sulfur (S) 0.05 - 6,0
Oksigen (O) 0.05 - 1,5
Nitrogen (N) 0,1 - 2,0
Logam 10-5 -  10-2
Diharapkan bahwa minyak bumi mengandung unsur non-hidrokarbon dalam jumlah sekecil
mungkin. Makin kecil kandungannya mempunyai nilai ekonomi makin tinggi, karena dengan
kandungan yang kecil tidak memerlukan biaya yang tinggi dalam proses pengolahannya
ataupun dalam pemenuhan spesifikasi produk yang dihasilkan.

Komponen Minyak Bumi

Komponen Minyak bumi terdiri dari :

– Komponen Hidrokarbon (HC, hydrocarbon)

– Komponen non-Hidrokarbon

Komponen Hidrokarbon
Minyak bumi merupakan campuran dari beratus–ratus senyawaan hidrokarbon, yang
dikelompokan atas hidrokarbon parafin, naften dan aromat.

Jumlah atom karbon dalam minyak bumi mulai dari metana (satu atom karbon dalam
molekulnya) sampai 60 atau lebih, dengan berat molekul 16 sampai 850 atau lebih.

1. Hidrokarbon parafin, mulai dari metana yaitu senyawaan hidrokarbon yang paling
kecil dengan 1 atom karbon sampai senyawaan hidrokarbon besar dengan 42 atom
karbon (berat molekul 590) atau lebih. Hidrokarbon parafin terdiri dari normal parafin
dan isoparafin
2. Hidrokarbon naften, mulai dari mono naften sampai poli naften
3. Hidrokarbon aromat, mulai dari mono inti benzena sampai poli inti benzena.

Hidrokarbon Parafin adalah hidrokarbon jenuh dengan ikatan C – C dan C – H dengan


struktur rantai atom C terbuka.  HC parafin mempunyai titik didih paling rendah diantara
hidrokarbon naften dan aromatik. Oleh karena itu banyak terdapat pada fraksi ringan.

Sifat – sifat :

– nilai kalor tinggi (btu/lb),

– SG rendah,

– API gravity tinggi

– tahan terhadap oksidasi,

– mudah untuk dipecah (cracking) dalam proses perengkahan panas ( thermal cracking )
maupun proses perengkahan katalis (catalytic cracking) artinya proses cracking itu berjalan
pada suhu yang relative rendah dibanding dengan senyawaan hidrokarbon naften dan aromat.

Rumus CnH2n+2

Hidrokarbon parafin, baik normal parafin maupun parafin cabang (iso parafin)  rumusnya
adalah CnH2n+2 .

Hidrokarbon Naften, terdiri dari mononaften dan polinaften.

Hidrokarbon naften adalah hidrokarbon jenuh dengan ikatan C – C dan C – H dengan


struktur rantai atom C tertutup. Struktur molekulnya terdiri mononaften dan polinaften.

Sifat – sifat :
Hidrokarbon naften mempunyai sifat– sifat diantara hidrokarbon parafin dan hidrokarbon
aromat. Hidrokarbon naften disebut pula sikloparafin atau siklo alkana. Dibandingkan dengan
hidrokarbon parafin, hidrokarbon ini lebih stabil karena mempunyai rantai atom C tertutup
sedang hidrokarbon parafin rantai atom C nya terbuka.

Rumus : CnH2n + 2 – 2RN

Hidrokarbon naften, rumusnya adalah CnH2n + 2 – 2RN , dimana RN adalah cincin naften


dalam molekul.

Contoh  pada gambar di bawah ini :

 Hidrokarbon Aromatik, terdiri dari monoaromat dan poliaromat

Hidrokarbon aromatik adalah hidrokarbon jenuh dengan ikatan C – C, C = C dan C – H.


Dikatakan hidrokarbon jenuh karena senyawa aromatik :

– tidak dapat bereaksi dengan larutan brom, dan atau

– tidak dapat bereaksi dengan larutan KMnO4 alkalis.

 Hidrokarbon aromat ini mempunyai struktur rantai atom C tertutup berikatan rangkap dua
dan tunggal yang saling bergantian (selang–seling–selang atau seling–selang–seling) diantara
kedua atom C yang berdekatan.

Sifat – sifat :

– Dibandingkan dengan hidrokarbon parafin dan hidrokarbon naften, bahwa hidrokarbon


aromat kurang stabil dan dapat bereaksi terutama dengan gas H2 menghasilkan naften.

– Mempunyai titik didih lebih tinggi dibandingkan dengan hidrokarbon parafin dan naften.
Oleh karena itu banyak terdapat pada fraksi berat.

– Nilai kalor rendah (btu/lb),


– SG tinggi

– API gravity rendah dan namun tahan terhadap oksidasi.

– Memerlukan panas tinggi untuk proses thermal cracking ataupun catalytic cracking,
menghasilkan naften dan parafin.dengan jumlah atom lebih kecil.

Rumus CnH2n +2 – 6RA – 2RAS

Hidrokarbon aromat rumusnya adalah CnH2n +2 – 6RA – 2RAS , dimana RA = jumlah


cincin aromatik dan RAS = jumlah cincin aromatik substansial. Sedang hidrokarbon
campuran naften aromatik mempunyai rumus CnH2n +2RN – 6RA – 2RAS.

Contoh pada gambar dibawah ini :

Benzene -- Monoaromat

Napthalene --  Poliaromat

Atas dasar pembagian senyawaan hidrokarbon tersebut atas parafin, naften dan aromatik,


dan campuran naften–aromatik, dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi minyak
bumi, yaitu minyak bumi parafinik, naftenik, aromatik  dan campuran. Sedang senyawaan
hidrokarbon olefin tidak terdapat dalam minyak bumi, hal ini disebabkan oleh proses
penjenuhan olefin dalam minyak bumi itu sendiri oleh gas H2 yang melarut di dalamnya.

 ALKENA (Olefin)

merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh yang memiliki 1 ikatan rangkap 2 (-C=C-)

Sifat-sifat Alkena

• Hidrokarbon tak jenuh ikatan rangkap dua

• Alkena disebut juga olefin (pembentuk minyak)

• Sifat fisiologis lebih aktif (sbg obat tidur --> 2-metil-2-butena)

• Sifat sama dengan Alkana, tapi lebih reaktif

• Sifat-sifat : gas tak berwarna, dapat dibakar, bau yang khas, eksplosif dalam udara (pada
konsentrasi 3 – 34 %)

• Terdapat dalam gas batu bara biasa pada proses “cracking”

Rumus umumnya CnH2n

2.Catalytic Reforming Process


2.1 Pengertian

Catalytic reforming adalah proses dimana komponen minyak ringan atau naphta yang
diperoleh dari proses distilasi dilewatkan pada katalis yang mengandung platina pada
temperatur tinggi dengan tekanan antara 50-500 psig dengan tujuan untuk meningkatkan
angka oktan dari minyak umpan.

2.2 Tujuan catalytic reforming process

- Memproduksi aromatik dari naphthene dan paraffin


- Menaikkan nilai oktan produk platformate

2.3 Umpan dan produk

1. Feed (umpan)
heavy naphtha yang berasal dari unit naphtha hydrotreating yang telah mengalami
treating berkualitas rendah (70-150℃)
2. Produk (hasil)
a. High octane motor gasolin componet (HOMC) dengan RONC 90-100
b. LPG dan hydrogen
2.4 Reaksi pada catalytic reforming process

1. Dehidrogenasi naphthene
Naphthene merupakan komponen umpan yang sangat diinginkan karena reaksi
dehidrogenasi-nya sangat mudah untuk memproduksi aromatic dan by-product
hydrogen. Reaksi ini sangat endotermis (memerlukan panas). Reaksi dehidrogenasi
naphthene sangat terbantu oleh metal catalyst function dan temperatur reaksi tinggi
serta tekanan rendah

2. Isomerisasi paraffin
Isomerisasi cyclopentane menjadi cyclohexane harus terjadi terlebih dahulu sebelum
kemudian diubah menjadi aromatic. Reaksi ini sangat tergantung dari kondisi operasi

3.Dehydrocyclization Paraffin

Dehydrocyclization paraffin merupakan reaksi catalytic reforming yang paling susah.


Reaksi dehydrocyclization terjadi pada tekanan rendah dan temperature tinggi. Fungsi
metal dan acid dalam katalis diperlukan untuk mendapatkan reaksi ini.
4.Hydrocracking

Kemungkinan terjadinya reaksi hydrocracking karena reaksi isomerisasi ring dan


pembentukan ring yang terjadi pada alkylcyclopentane dan paraffin dank area
kandungan acid dalam katalis yang diperlukan untuk reaksi catalytic reforming.
Hydrocracking paraffin relative cepat dan terjadi pada tekanan dan temperature tinggi.
Penghilangan paraffin melalui reaksi hydrocracking akan meningkatkan konsentrasi
aromatic dalam produk sehingga akan meningkatkan octane number. Reaksi
hydrocracking ini tentu mengkonsumsi hydrogen dan menghasilkan yield reformate
yang lebih rendah.

2.5 Diagram alir catalytic reforming process


3.Jenis-jenis catalytic reforming process

- Semi-regenerative
Proses catalytic reformasi generatif biasanya memiliki 3 atau 4 reaktor secara seri
dengan sistem katalis tetap tidur dan beroperasi secara terus-menerus (panjang siklus)
dari 6 bulan sampai 1 tahun. Parameter proses utama reformasi unit operasi jenis
semi-regeneratif adalah sebagai berikut:
 Tekanan dari 1,3 sampai 3,0 MPa;
 Suhu dari 480 sampai dengan 530℃;
 Angka oktan (RON) dari 94 sampai dengan 100;
 Reformate hasil dari 80%-88%. wt;
 Siklus layanan katalis adalah 1-3 tahun.

- Cyclic regenartive
Selain reaktor reformasi katalitik, proses regenarasi siklik memiliki reaktor ayunan
tambahan, yang digunakan ketika fixed-bed katalis dari salah satu reaktor biasanya
membutuhkan regenarasi.Beroperasi pada tekanan rendah (200 psig) memungkinkan
proses regenarasi siklik untuk mencapai hasil yang lebih tinggi dan reformate
produksi hidrogen. Tipe kedua proses -siklik- diterapkan sebagian besar di kilang
Amerika Serikat dan ditandai oleh kondisi proses yang lebih kaku.
 (tekanan 0,9-2,1 MPa, suhu 505-550℃)
 Siklus jasa kecil (40-5 hari)
 Nomor reformate oktan (RON) adalah 95-103.
 Katalis dapat bertahan hingga 600 regenerasi sampai kelelahan penuh. Proses
Exxon (sekitar 100 unit) dan Ultraforming Powerforming oleh Amoco Oil Co
(~150 unit) baik merujuk pada jenis siklik.

- Continuous regenerative
Kekurangan dalam regenarasi siklik reforming diselesaikan oleh tekanan rendah (50
psig) proses regenarasi terus-menerus yang ditandai dengan aktivitas katalis yang
tinggi dengan persyaratan katalis berkurang, menghasilkan reformasi lebih seragam,
konten aromatik yang lebih tinggi, dan kemurnian hidrogen tinggi. Jenis proses
menggunakan desain reaktor bergerak-tempat tidur dimana reaktor ditumpuk. Proses
ini adalah yang paling progresif karena memungkinkan beroperasi dalam kondisi
Thermodynamical terbaik.
 Tekanan 0,35-0,9 MPa, Suhu sampai dengan 550℃ tanpa mematikan alat
 Untuk regenerasi (MTBF adalah sampai dengan 3 tahun dan lebih).
 Pencapaian reformate maksimum angka oktan (RON=102-104).
Perbedaan CCR platforming dengan fixed bed platforming

Catalyst poison (racun katalis)

- Sulfur
Konsentrasi sulfur maksimum yang diijinkan dalam umpan naphtha adalah 0,5 wt-
ppm. Biasanya diusahakan kandungan sulfur dalam umpan naphtha sebesar 0,1-0,2
wt-ppm untuk menjamin stabilitas dan selektivitas katalis yang maksimum.
- Nitrogen
Konsentrasi nitrogen maksimum yang diijinkan dalam umpan naphtha adalah 0,5 wt-
ppm. Kandungan nitrogen dalam umpan naphtha akan menyebabkan terbentuknya
deposit amonium klorida pada permukaan katalis.

Air
Kandungan air dalam recycle gas sebesar 30 mol-ppm sudah menunjukkan excessive
water, dissolved oxygen, atau combined oxygen di unit catalytic reforming. Tingkat
moisture diatas level ini dapat menyebabkan reaksi hydrocracking dan excessive dan
juga dapat menyebabkan coke laydown. Lebih lanjut lagi, kondisi ini dapat
menyebabkan klorida ter-strip dari katalis, sehingga mengganggu kesetimbangan
H2O/Cl dan menyebabkan reaksi menjadi terganggu.
- Metal
Karena efek reaksi irreversible, maka kontaminasi metal ke dalam katalis catalytic
reforming sama sekali tidak dibolehkan, sehingga umpan catalytic reformer tidak
boleh mengandung metal sedikitpun.

Perbandingan RCC reforming process dengan semi-regenerated reforming process

Variable operasi

- Tipe katalis
Tipe katalis berpengaruh terhadap operasi catalytic reforming terutama dalam hal
basic catalyst formulation (metal-acid loading), chloride level, platinum level, dan
activator level.
- Temperatur reaksi
Catalytic reformer reactor catalyst bed temperature merupakan parameter utama yang
digunakan untuk mengendalikan operasi agar produk dapat sesuai dengan spesifikasi.
Temperatur yang digunakan yaitu 405-525℃. namun pada temperatur diatas 560℃
dapat menyebabkan reaksi thermal yang akan mengurangi reformate dan hydrogen
yield serta meningkatkan kecepatan pembentukan coke pada permukaan katalis.
Temperatur reactor dapat didefinisikan menjadi 2 macam, yaitu:
 Waited Average Inlet Temperature (WAIT), yaitu total (fraksi berat katalis
dalam bed dikali temperature inlet bed).
 Waited Average Bed Temperature (WABT), yaitu total (fraksi berat katalis
dalam bed dikali rata-rata temperatur inlet dan outlet).
Dari kedua macam definisi tersebut di atas, WAIT paling sering digunakan dalam
perhitungan karena kemudahan perhitungan, walaupun WABT sebenarnya adalah
ukuran yang lebih baik dari kondisi reaksi dan temperatur katalis rata-rata.
- Space velocity
Space velocity merupakan ukuran jumlah naphtha yang diproses untuk jumlah katalis
yang tertentu selama waktu tertentu. Jika volume umpan naphtha per jam dan volume
katalis yang digunakan Kan adalah Liquid Hourly Space Velocity (LHSV). sedangkan
berat katalis yang digunakan, maka istilah yang digunakan adalah Weight Hourly
Space Velocity (WHSV).
- Tekanan
Tekanan akan mempengaruhi kecepatan reaksi dan juga mempengaruhi yield dan
stabilitas katalis. Naiknya tekanan pada reaktor akan berakibat meningkatnya reaksi
hydrocracking dan menurunnya reaksi aromatisasi. Sebaliknya jika tekanan operasi
menurun akan mengakibatkan naiknya produk cairan karena berkurangnya reaksi
hydrocracking, selain itu produksi hidrogen dan kemurnian hidrogen akan meningkat
tetapi di sisi lain akan meningkatkan karbon yang menempel pada permukaan katalis.
- H2/HC ratio
H2/HC ratio dapat diartikan sebagai perbandingan mole hidrogen recycle gas dengan
mole feed yang diolah. H2/HC ratio meningkat akan membuat naphtha yang melewati
reaktor lebih cepat dan panas akan lebih banyak untuk reaksi yang membutuhkan
panas. Untuk mencegah rusaknya katalis H2/HC ratio harus dipertahankan di atas
minimum yang diizinkan. Menaikkan H2/HC ratio tergantung kemampuan peralatan
sedangkan menurunkannya akan berakibat pembentukan karbon di katalis akan lebih
cepat.

Troubleshooting
Produk dari catalytic reforming

Catalytic reforming (atau UOP menyebut Platforming) telah menjadi bagian penting bagi
suatu kilang di seluruh dunia selama bertahun-tahun. Fungsi utama proses catalytic
reforming adalah meng-upgrade naphtha yang memiliki octane number rendah menjadi
komponen blending mogas (motor gasoline) dengan bantuan katalis melalui serangkaian
reaksi kimia. Naphtha yang dijadikan umpan catalytic reforming harus di-treating terlebih
dahulu di unit naphtha hydrotreater untuk menghilangkan impurities seperti sulfur, nitrogen,
oksigen, halide, dan metal yang merupakan racun berbahaya bagi katalis catalytic reformer
yang tersusun dari platina. Selain itu, catalytic reforming juga memproduksi by-product
berupa hydrogen yang sangat bermanfaat bagi unit hydrotreater maupun hydrogen plant atau
jika masih berlebih dapat juga digunakan sebagai fuel gas bahan bakar fired heater. Butane,
by-product lainnya, sering digunakan untuk mengatur vapor pressure gasoline pool.

Karakteristik Produk dari Unit Proses

Bensin atau gasoline (istilah di Amerika Utara) atau petrol (Persemakmuran Britania) adalah
salah satu jenis bahan bakar minyak yang dimaksudkan untuk kendaraan bermotor roda dua,
tiga, dan empat. Secara sederhana, bensin tersusun dari hidrokarbon rantai lurus, mulai dari
C7 (heptana) sampai dengan C11. Dengan kata lain, bensin terbuat dari molekul yang hanya
terdiri dari hidrogen dan karbon yang terikat antara satu dengan yang lainnya sehingga
membentuk rantai.

Jika bensin dibakar pada kondisi ideal dengan oksigen berlimpah, maka akan dihasilkan CO2,
H2O, dan energi panas. Setiap kg bensin mengandung 42.4 MJ.

Bensin dibuat dari minyak mentah, cairan berwarna hitam yang dipompa dari perut bumi dan
biasa disebut dengan petroleum. Cairan ini mengandung hidrokarbon; atom-atom karbon
dalam minyak mentah ini berhubungan satu dengan yang lainnya dengan cara membentuk
rantai yang panjangnya yang berbeda-beda. Molekul hidrokarbon dengan panjang yang
berbeda akan memiliki sifat yang berbeda pula. CH4 (metana) merupakan molekul paling
“ringan”; bertambahnya atom C dalam rantai tersebut akan membuatnya semakin “berat”.
Empat molekul pertama hidrokarbon adalah metana, etana, propana, dan butana. Dalam
temperatur dan tekanan kamar, keempatnya berwujud gas, dengan titik didih masing-masing
-107, -67,-43 dan -18 derajat C. Berikutnya, dari C5 sampai dengan C18 berwujud cair, dan
mulai dari C19 ke atas berwujud padat.

Dengan bertambah panjangnya rantai hidrokarbon akan menaikkan titik didihnya, sehingga
pemisahan hidrokarbon ini dilakukan dengan cara distilasi. Prinsip inilah yang diterapkan di
pengilangan minyak untuk memisahkan berbagai fraksi hidrokarbon dari minyak mentah.

Karakteristik:

 Mudah menguap pada temperatur normal.


 Tidak berwarna, tembus pandang, dan berbau.
 Mempunyai titik nyala rendah (-10 sampai -15 derajat Celcius).
 Mempunyai berat jenis yg rendah (0,71 sampai 0,77 kg/l).[4]
 Dapat melarutkan oli dan karet.
 Menghasilkan jumlah panas yang besar (9,500 sampai 10,500 kcal/kg).
 Sedikit meninggalkan jelaga setelah dibakar.

Perkembangan Teknologi Unit Proses

Pada 1940-an, Vladimir Haensel, seorang ahli kimia penelitian yang bekerja untuk Produk
Minyak Universal (UOP), mengembangkan proses reformasi katalitik menggunakan katalis
yang mengandung platinum. Proses Haensel kemudian dikomersialkan oleh UOP pada tahun
1949 untuk memproduksi bensin beroktan tinggi dari naftas oktan rendah dan proses UOP
dikenal sebagai proses Platforming. [2] Unit Platforming pertama dibangun pada tahun 1949
di kilang Old Dutch Refining Company di Muskegon, Michigan.
Beberapa tahun kemudian, banyak versi lain dari proses tersebut telah dikembangkan oleh
beberapa perusahaan minyak besar dan organisasi lain. Saat ini, sebagian besar bensin yang
diproduksi di seluruh dunia berasal dari proses reformasi katalitik.

Untuk menyebutkan beberapa versi reformasi katalitik lainnya yang dikembangkan, yang
semuanya menggunakan katalis platina dan / atau renium:

 Rheniforming: Dikembangkan oleh Perusahaan Minyak Chevron.


 CCR Platforming: Sebuah versi Platforming, dirancang untuk regenerasi katalis
berkelanjutan, yang dikembangkan oleh Universal Oil Products (UOP).
 Powerforming: Dikembangkan oleh Perusahaan Minyak Esso, saat ini dikenal sebagai
ExxonMobil.
 Magnaforming: Dikembangkan oleh Engelhard dan Atlantic Richfield Oil Company.
 Ultraforming: Dikembangkan oleh Standard Oil of Indiana, sekarang menjadi bagian
dari British Petroleum Company.
 Houdriforming: Dikembangkan oleh Houdry Process Corporation.
 Octanizing: Versi reformasi katalitik yang dikembangkan oleh Axens, anak
perusahaan dari Institut francais du petrole (IFP), dirancang untuk regenerasi katalis
berkelanjutan.

Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan:

Catalytic reforming jauh lebih efisien dari pada thermal reforming. Penggunaan katalis akan
mempercepat reaksi dan lebih mudah pengendalian operasinya. Selain itu, Ada beberapa
aplikasi dalam proses CCR yang membutuhkan penggunaan pemanas proses listrik. Pertama,
karena reaksi kimia bersifat endotermik (yaitu menyerap panas), pemanas antar-tahap
diperlukan untuk menaikkan suhu fluida untuk memastikan bahwa ia berada pada suhu yang
tepat untuk mencapai reaksi kimia yang sukses. Kedua, katalis logam, seperti platina,
digunakan dalam proses untuk meningkatkan efisiensi reaksi dan hasil. Katalis ini perlu
dibuat ulang secara terus menerus menggunakan gas lembam yang panas. Regenerasi ini juga
dilakukan dengan menggunakan pemanas proses listrik

Kekurangan:
Sensitivitas reformasi katalitik terhadap kontaminasi oleh sulfur dan nitrogen memerlukan
hidroterapi nafta sebelum memasuki reformer, menambah biaya dan kompleksitas
proses. Dehidrogenasi, komponen penting dari pembentukan kembali, merupakan reaksi
endotermik yang kuat, dan oleh karena itu, bejana reaktor harus dipanaskan secara
eksternal. Ini berkontribusi pada biaya dan emisi dari proses tersebut. Reformasi katalitik
memiliki kemampuan terbatas untuk memproses nafta dengan kandungan parafin normal
yang tinggi, misalnya naftas dari unit gas-ke-cairan (GTL). Reformasi memiliki kandungan
benzena yang jauh lebih tinggi daripada yang diizinkan oleh peraturan saat ini di banyak
negara. Ini berarti bahwa reformate harus diproses lebih lanjut dalam unit ekstraksi aromatik,
atau dicampur dengan aliran hidrokarbon yang sesuai dengan kandungan aromatik yang
rendah. Reformasi katalitik membutuhkan berbagai macam unit pemrosesan lain di kilang
(selain dari menara distilasi, hydrotreater naphtha, biasanya unit isomerisa

Anda mungkin juga menyukai