Anda di halaman 1dari 23

CRITICAL BOOK REPORT

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU PERSYARATAN LULUS


MATA KULIAH KONSEP DASAR PKn
DOSEN PENGAMPU : APIEK GANDAMANA, M.Pd

DISUSUN OLEH :

NAMA : PUTRI RAMADINI POHAN


NIM : 1173311106
KELAS : I EKSTENSI 2017

JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH


DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

       Puji syukur kita panjatkan kehadiratan Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan review book dengan judul
untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Konsep Dasar PKn ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterimakasih Dosen mata kuliah Konsep Dasar PKn
yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. Penulis sangat berharap kiranya report book ini
dapat bermanfaat bagi pembaca untuk mengetahui isi buku beserta kelebihan dan kekurangan
dari buku tersebut sebelum membelinya. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
report book ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan report book yang telah penulis buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

       Semoga report sederhana ini dapat dipahami dan berguna bagi siapapun yang
membacanya terutama penulis. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Medan, Maret 2018

Putri Ramadini pohan


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang diwajibkan dari
tingakat Sekolah Dasar, menengah, hingga Perguruan Tinggi. Hal ini dimaksudkan agar dapat
memupuk karakter siswa untuk memiliki rasa nasionalisme, juga membentuk karakter sosial dan
karakter bangsa sejak dini. Karakter bangsa adalah perilaku yang diharapkan yang dimiliki oleh
warga Negara sebagai cerminan dari pencasila dan UUD 1945. Pendidikan kewarganegaraan
juga merupakan pondasi atau modal utama bagi seluruh bangsa Indonesia untuk dapat
mempelajari, memahami dan mencintai setiap aspek dari Indonesia sendiri. Mahasiswa sebagai
bagian dari pendidikan tingkat tinggi di Indonesia juga turut melaksanakan pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan, karena mahasiswa merupakan bibit untuk mempertanggung
jawabkan Indonesia kedepannya. Karena itulah diperlukan pendidikan moral dan akademis yang
akan menunjang sosok pribadi mahasiswa. Kepribadian mahasiswa akan tumbuh seiring dengan
waktu dan mengalami proses pembenahan, pembekalan, penentuan dan akhirnya pemutusan
prinsip diri. Dimasa yang akan datang diperlukan ilmu yang cukup untuk dapat mendukung
kokohnya pendirian suatu negara dan mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga Negara
dengan menumbuhkan jati diridan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan
kewajiban dalam Bela Negara demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan Negara.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan critical book report adalah untuk mengetahui kelebihan
maupun kekurangan dari buku Konsep Dasar PKn ini.

C. Manfaat
1. Memenuhi tugas critical book report mata kuliah tentang Konsep Dasar PKn.
2. Memahami Konsep Dasar PKn.
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

A. Identitas Buku

Buku Pedoman

Judul buku : Pendidikan Kewarganegaraan Mewujudkan Masyarakat Madani


Pengarang : Sarbani Saleh, S.Sos., M.Si
Penerbit : Ciptapustaka Media Perintis
Th. Terbit : 2015
Kota terbit : Bandung
Jumlah hal : 198 halaman
ISBN : 978-602-8208-26-0
B. Isi Buku
Buku pedoman : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MEWUJUDKAN
MASYARAKAT MADANI
Bab 1 : DASAR DAN IDEOLOGI NASIONAL
Rangkuman Bab 1 :
A. Pancasila sebagai filsafat dan dasar negara
Dalam filsafat pancasila juga disebutkan bahwa ada tiga tingkatan nilai, yaitu nilai
dasar yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.
 Nilai dasar
Nilai yang mendasari nilai instrumental. Nilai dasar yaitu asas-asas uang kita
terima sebagai dalil yang bersifat sedikit banyak mutlak. Kita menerima nilai dasar
itu sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi.
 Nilai instrumental
Nilai sebagai pelaksana umum dari nilai dasar. Umumnya berbentuk norma sosial
dan norma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan
mekanisme lembaga-lembaga negara.
 Nilai praksis
Nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Nilai praksis
sesungguhnya menjadi batu ujian, apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar-
benar hidup dalam masyarakat Indonesia.
B. Makna pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
Pancasila sebagai dasar negara berarti nilai-nilai pancasila menjadi pedoman normtif
bagi penyelenggaraan bernegara. Konsekuensi dari rumusan yang demikian berarti seluruh
pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintahan negara Indonesia termasuk peraturan
perundang-perundangan merupakan pencerminan dari nilai-nilai pancasila. Penyelenggaraan
bernegara mengacu dan memiliki tolak ukur yaitu tidak boleh menyimpang dari nilai-nilai
ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan. Pancasila
sebagai ideology nasional yang berarti sebagai cita-cita bernegara dan sarana yang dapat
mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkrit dan operasional serta aplikatif
sehingga tidak menjadi slogan belaka. Dalam ketetapan MPR No. XVIII/1998 dinyatakan bahwa
pancasila perlu diamalkan dalam kehidupan bernegara.
C. Pengalaman pancasila sebagai dasar dan ideologi
Pengalaman pancasila dalam kehidupan bernegara dapat dilakukan dengan cara-cara
yang wajar dan manusiawi, yaitu :
 Pengalaman secara objektif
Pengalaman pancasila secara objektif adalah dengan cara melaksanakan dan
menaati peraturan perundang-undangan sebagai norma hukum negara yang
berlandaskan kepada pancasila.
 Pengalaman secara subjektif
Pengalaman secara subjektif adalah dengan menjalankan nilai-nilai yang
berwujud norma etik secara pribadi dan kelompok dalam bersikap dan bertingkah
laku pada kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bab 2 : HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
Rangkuman Bab 2 :
A. Pengertian warga negara dan kewajiban
Menurut As Hikam dalam Ghazalli (2004), warga negara adalah sebagai terjemahan
dari citizen artinya adalah anggota dari suatu komunitas yang membentuk negara itu sendiri.
Kewarganegaraan (citizenship) artinya keanggotaan yang menujukkan hubungan atau
ikatan antara negara dengan warga negara.
B. Kedudukan warga negara dalam negara
1. Penentu warga negara
Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan pada sisi kelahiran dikenal dua
asas yaitu; a) Asas ius soli : kewarganegaraan seseorang ditentukan dari tempat di mana orang
tersebut dilahirkan. b) Asas ius sanguinis : kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan
keturunan dari orang tersebut.
2. Warga negara Indonesia
Negara Indonesia telah menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara.
Ketentuan tersebut tercantum dalam pasal 26 UUD 1945 sebagai berikut :
 Yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
 Penduduk ialah warganegara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.
 Hal-hal yang mengenai warganegara dan penduduk diatur dengan undang-
undang.
3. Ketentuan undang-undang mengenai warga negara Indonesia
Beberapa ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini antara lain :
a) Tentang warga negara Indonesia, dinyatakan bahwa yang menjadi warga
negara Indonesia adalah sebagai berikut :
 Orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan atau perjanjian atau
peraturan-peraturan yang berlaku sejak proklamasi 17 agustus 1945, sudah
menjadi warga negara Republik Indonesia.
 Orang yang pada waktu lahirnya, ibunya warga negara republik
Indonesia, apabila ia waktu itu tidak mempunyai hubungan hukum
kekeluargaan dengan ayahnya.
 Orang yang lahir di dalam wilayah republic Indonesia selama kedua
orangtuanya tidak diketahui.
 Orang-orang yang memperoleh kewarganegaraan republik Indonesia
menurut aturan-aturan undang-undang Nomor 62 tahun 1958.
b) Tentang cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia antara lain sebagai
berikut :
 Karena kelahiran dengan prinsip asa isus sanguinis, dan dipakai asa ius
soli untuk mencegah terjadinya apatride.
 Karena naturalisasi (pewarganegaraan), yaitu kewarganegaraan republic
Indonesia karena pewarganegaraan diperoleh dengan berlakunya keputusan mentri kehakiman
yang memberikan pewarganegaraan itu.
 Karena akibat perkawinan, yaitu dengan seorang permpuan asing yang
kawin dengan seorang warga negara republik Indonesia memperoleh kewarganegaraan republic
Indonesia, apabila dan pada waktu ia dalam 1 tahun setelah perkawinan berlangsung menyatakan
keterangan untuk itu, kecuali jika ia apabila memperoleh kewarganegaraan republik Indonesia
masih mempunyai kewarganegaraan lain, dalam hal mana keterangan itu tidak boleh dinyatakan.
c) Tentang kehilangan kewarganegaraan, dinyatakan bahwa negara
kewarganegaraan republik Indonesia hilang karena hal berikut :
 Tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang
yang bersangkutan mendapat kesempatan itu.
 Diakui oleh orang asing sebagai anaknya, jika orang yang bersangkutan
belum berumur 5 tahun dan dengan kehilangan kewarganegaraan republik Indonesia tidak
menjadi tanpa kewarganegaraan.
 Mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau
bagian daripadanya.
C. Hak dan kewajiban warga negara Indonesia
Hak dan kewajiban warga negara tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34
UUD 1945. Beberapa ketentuan tersebut, antara lain sebagai berikut :
 Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27)
 Hak membala negara (pasal 27)
 Hak bependapat (pasal 28)
 Hak kemerdekaan memeluk agama (pasal 29)
 Hak mendapatkan jaminan kedilan sosial (pasal 34)
Kewajiban warga negara terhadap negara Indonesia, antara lain :
 Kewajiban menaati hukum dan pemerintahan (pasal 27)
 Kewajiban membela negara (pasal 27)
 Kewajiban dalam upaya pertahanan negara (pasal 30)
Bab 3 : KONSEP DASAR DEMOKRASI
Rangkuman Bab 3 :
A. Hakikat demokrasi
Ditinjau dari sudut bahasa (etismologis), demokrasi berasal dari bahasa yunani yaitu
demos yang berarti rakyat dan cratos atau cratein yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Jadi
secara bahasa, demos-cratos berarti pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat. Dari sudut
terminologi, banyak sekali definisi demokrasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli politik.
Menurut Harris Soche, demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan
pemerintahan itu melekat pada diri rakyat, diri orang banyak dan merupakan hak bagi rakyat atau
orang banyak untuk mengatur, mempertahankan dan melindungi dirinya dari paksaan dan
pemerkosaan orang lain atau badan untuk diserahi untuk memerintah.

B. Demokratisasi
Demokratisasi adalah penerapan kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip demokrasi pada
setiap kegiatan politik kenegaraan. Tujuannya adalah terbentuknya kehidupan politik yang
bercirikan demokrasi. Demokratisasi merujuk pada proses perubahan menuju system
pemerintahan yang lebih demokratis.
Demokratisasi melalui beberapa tahapan, yaitu :
 Tahapan pertama adalah pergantian dari penguasa nondemokratis ke penguasa
demokrasi.
 Tahapan kedua adalah pembentukan lembaga-lembaga dan tertib politik
demokrasi.
 Tahapan ketiga adalah konsolidasi demokrasi.
 Tahapan keempat adalah praktik demokrasi sebagai budaya politik negara.
Demokratisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
 Berlangsung secara evalusioner
 Proses perubahan secara persuasif bukan koersif
 Proses yang tidak pernah selesai
C. Demokrasi di Indonesia
Menurut Mirriam Budiardjo(1997) dipandang dari sudut perkembangan sejarah,
demokrasi Indonesia sampai masa orde baru dapat dibagi dalam tiga masa yaitu :
 Masa Republik I, yang dinamakan masa demokrasi parlementer.
 Masa Republik II, yaitu masa demokrasi terpimpin.
 Masa Republik III, yaitu masa demokrasi pancasila.
D. Sistem politik demokrasi
pokok-pokok dalam sistem politik Indonesia sebagai berikut :
 Merupakan bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas.
disamping adanya pemerintahan pusaat terdapat pemerintahan daerah yang memiliki hak
otonom.
 bentuk pemerintahan republik, sedangkan sistem pemerintahan presidensial.
 presiden adalah kepala warga negara sekaligus kepala pemerintahan. presiden
dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat untuk masa jabatan 5 tahun.
 kabinet atau menteri diangkat oleh presiden. presiden tidak bertanggung jawab
kepada presiden. presiden tidak bertanggung jawab kepada MPR maupun DPR. Disamping
kabinet, presiden dibantu oleh suatu dewan pertimbangan.
 sistem multipartai. banyak sekali partai politik yang bermunculan di Indonesia
terlebih setelah berakhir orde baru. pemilu 1999 diikuti 48 partai politik. pemilu 2004 diikuti
oleh 24 partai politik.
E. Pendidikan demokrasi
pendidikan demokrasi bertujuan mempersiapkan warga masyarakat berperilaku dan
bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan pada generasi muda akan pengetahuan,
kesadaran, dan nilai-nilai demokrasi.
Bab 4 : HAKIKAT NEGARA HUKUM
Rangkuman Bab 4 :
A. Pengertian dan tujuan negara
Istilah negara merupakan terjemahan dari bebera kata asing : state (inggris), staat
(belanda dan jerman) atau etat (perancis). kata-kata tersebut berasal dari kata latin status atau
statum yang memiliki pengertian tentang keadaan yanag tegak dan tetap. Pengertian status atau
statum lazim diartikan dalam bahasa inggris dengan standing atau station (kedudukan).
sedangkan secara terminology, negara diartikan sebagai organisasi tertinggi diantara satu
kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup didalam suatu kawasan
dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat.
Dalam konteks negara Indonesia, tujuan negara (sesuai dengan pembukaan UUD
1945) adalah untuk memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
B. Unsur-unsur Negara
Dalam rumusan konvesnsi Montevideo tahun 1933 disebutkan bahwa suatu negara
harus memiliki 3 unsur penting yaitu rakyat, wilalyah dan pemerintahan.
 Rakyat
Rakyat dalam pengertian keberadaan suatu negara adalah sekumpulan
manusia yang dipersatukan oleh rasa persamaan dan bersama-sama mendiami
suatu wilayah tertentu.
 Wilayah
Wilayah adalah unsur negara yang harus terpenuhi karena tidak mungkin ada
negara tanpa ada batas-batas territorial yang jelas. Secara umum wilayah
dalam sebuah negara biasnya mencakup daratan, perairan dan udara.
 Pemerintah yang berdaulat
Yaitu adanya penyelenggara negara yang memiliki kekuasaan
menyelenggarakan pemerintahan di negara tersebut.
C. Konsep negara hukum
1. Konstitusi dan Konstitusionalisme
Gagasan konstitusionalisme, isi daripada konstitusi negara bercirikan dua hal
pokok, yaitu :
 Konstitusi itu membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa agar
tidak bertindak sewenang-wenang terhadap warganya;
 Konstitusi itu menjamin hak-hak dasar dan kebebasan warga negara.
2. Pengertian Negara Hukum
Negara hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahannya didasarkan atas hukum.
3. Negara Hukum Formal dan Negara Hukum material
Negara hukum formil adalah negara hukum dalam arti sempit yaitu negara
yang membatasi ruang geraknya dan bersifat pasif terhadap kepentingan
rakyat negara. Negara hukum materill (modern) atau dapat disebut Welfare
State adalah negara yang pemerintahannya memiliki keleluasan untuk turut
campur tangan dalam urusan warga dengan dasar bahwa pemerintah ikut
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat.
D. Ciri-ciri Negara Hukum
Istilah Rechtsstaat diberikan oleh para ahli hukum eropah continental sedang istilah
Rule of Law diberikan oleh para ahli hukum continental memberikan ciri-ciri Rechtsstaat sebagai
berikut :
 Hak asasi manusia
 Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia
yang bisa dikenal sebagai Trias Politika.
 Pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan.
 Peralihan administra dalam perselisihan.
Adapun AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberi ciri-ciri Rule of
Law sebagai berikut :
 Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan,
sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.
 Kedudukan yang sama didepan hukum, baik bagi rakyat biasa maupun bagi
penjabat.
 Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan
pengadilan.
E. Negara Hukum Indonesia
1. Landasan Yudiris Negara Hukum Indonesia
Landasan Negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian penjelesan umum UUD
1945 tentang sistem pemerintahan negara yaitu sebagai berikut :
a. Indonesia ialah Negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat). Negara
Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat), tidak berdasar atas
kekuasaan belaka (Machtsstaat).
b. Sistem konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum
dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).
2. Perwujudan Negara Hukum di Indonesia
Negara hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip
sebagai berikut :
 Norma hukumnya bersumber pada pancasila sebagai hukum dasar
nasional dan adanya hierarki jenjang norma hukum.
 Sistemnya, yaitu sistem konstitusi.
 Kedaulatan rakyat atau prinsip demokrasi
 prinsip persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan.
 adanya organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR)
 Sistem pemerintahannya adalah presidensill.
 Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif).
 Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
 Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia.
F. Politik Hukum Indonesia
1. Sasaran politik Hukum Nasional
Sasaran yang dilakukan dalam tahun 2004-2009 adalah terciptanya sistem hukum
nasional yang adil, konsekuen, dan tidak diskriminatif (termasuk tidak diskriminatif
terhadap perempuan atau biasa gender); terjaminnya konsistensi seluruh peraturan
perundang-undangan pada tingkat pusat dan daerah, serta tidak bertentangan dengan
peraturan dan perundangan yang lebih tinggi; kelembagaan peradilan dan penegak
hukum yang berwibawa, bersih, profesional dalam upaya memulihkan kembali
kepercayaan hukum masyarakatsecara keseluruhan.
2. Arah kebijakan hukum nasional
Kebijakan untuk memperbaiki substansi (materi) hukum, struktur (kelembagaan)
hukum dan kultur (budaya).
3. Program pembangunan hukum nasional
a. Program perencanaan hukum
Program ini ditujukan menciptakan persamaan persepsi fari seluruh pelaku
pembangunan khususnya dibidang hukum dalam menghadapi berbagai isu
strategis dan global yang secara cepat perlu diantisipasi agar penegakan dan
kepastian hukum tetapi berjalan secara berkesinambungan.
b. Program pembentukan hukum
Program ini dimaksudkan untuk menciptakan berbagai perangkat peraturan
perundang-undangan dan yurisprudensi yang akan menjadi landasan hukum
untuk berperilaku tertib dan rangka menyelenggarakan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
c. Program peningkatan kinerja lembaga peradilan dan lembaga penegakan
hukum lainnya.
Program in ditujukan untuk memperkuat lembaga peradilan dan lembaga
penegakan hukum melalui sistem peradilan pidana terpadu yang melibatkan
antara Mahkamah Agung, Kepolisian, Kejaksaan, Komisi Pem-berantasan
Korupsi, dan lembaga Pemasyarakatan dan praktisi hukum sebagai upaya
mempercepat pemulihan kepercayaan masyarakat terhadap masayarakat
terhadap hukum dan peradilan.
d. Program penigkatan kualitas profesi hukum
Program ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan profesional aparat
penegak hukum yang meliputi hakim, polisi, jaksa, petugas permasyarakatan,
petugas keimigrasian, perancang peraturan perundang-undangan, penyidik
pegawai negeri sipil (PPNS), para praktisi hukum, dan lain sebagainya.
e. Program peningkatan kesadaran hukum dan hak asasi manusia
Program ini ditujukan untuk menumbuhkembangkan serta meningkatkan
kadar kesadaran hukum dan hak asasi manusia masyarakat termasuk para
penyelenggara negara agar mereka tidak hanya mengetahui dan menyadari
hak dan kewajibannya, tetapi juga mampu berperilaku sesuai dengan kaidah
hukum serta menghormati hak asasi manusia.
f. Hubungan negara hukum dengan demokrasi
Hubungan antara negara hukum dengan demokrasi dapat dinyatakan bahwa
negara demokrasi pada dasarnya adalah negara hukum. Namun, negara hukum
belum tentu negara demokrasi.
Bab 5 : HAK ASASI MANUSIA
Rangkuman Bab 5 :
A. Pendahuluan
Islam adalah agama wahyu yang ajarannya menjadi rahmat bagi sekalian alam
(rahmatan lil ‘alamin). Sebagai agama wahyu, ajaran islam mengatur seluruh aspek kehidupan
baik individu dan masyarakat, duniawi dan ukhrawi, maupun jasmani dan rohani. Sebagai
pedoman hidup yang bersifat universal, ajaran islam mengatur seluruh aspek kehidupan yang
idealnya harus menyinari cara pandang dan perilaku manusia baik sebagai makhluk ciptaan
Allah SWT, sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial.

B. Islam dan HAM


Istilah Hak Asasi Manusia mulai popular setelah adanya Universal declaration of
human right yang disetujui Majelis Umum PBB tanggal 10 Desember 1948. Suatu standar
pencapaian yang berlaku umum untuk semua rakyat dan semua bangsa, berkaitan dengan hak
dasar manusia. Menurut kalangan Ulama islam, terdapat dua konsep hak dalam islam : hak
manusia (haq al insane), dan hak Allah (haq Allah). HAM dalam islam didasarkan atas premis
bahwa aktivitas manusia sebagai khallifah Allah di muka bumi. Bertolak dari pandangan islam
tentang manusia yang bersifat theosentris, maka larangan dan perintah lebih didasarkan atas
ajaran islam yang bersumber dari Al-qur’an dan hadist. HAM dalam perspektif islam bersifat
theosentrik, yaitu menempatkan manusia sebagai pengemban amanah Tuhan, yaitu meliputi :
Hak Kebebasan Memilih Agama, Hak kebebasan berpendapat, Hak untuk memperoleh
kehidupan.
C. Islam dan Perdamaian
Perdamaian merupakan salah satu tujuan dari hukum islam dalam kaitannya dengan
pergaulan internasional. Menurut Daud ali, dkk (1988: 87) ada beberapa perinsip dasar
perdamaian, yaitu :
 Umat manusia dan bangsa-bangsa didunia berasal dari satu orang yaitu Nabi
Adam As. Oleh karena itu harus ditumbuhkan dan dipelihara rasa
persaudaraan diantara meraka.
 Al-qur’an telah menggariskan satu ketentuan asasi agar manusia senantiasa
menghormati perjanjian termasuk juga perjanjian perdamaian.
 Menurut Doktrin islam, perang hanya dimungkinkan dalam keadaan-keadaan
khusus, yakni apabila pertahanan dan keamanan negara terancam oleh pihak
musuh.
 Doktrin islam tidak membenarkan dan oleh karena itu melarang paksaan atau
kekerasan.
 Doktrin islam mengajarkan agar perdamaian itu dimulai dari hubungan
perorangan. Antara satu orang dengan orang yang lain, hendaknya dibina
perdamaian itu.
 Untuk mencapai perdamaian seluruh dunia yang didambakan oleh setiap
orang yang normal, ajaran islam telah menggariskan agar setiap pemerintahan
dilandasi oleh nilai-nilai moral.
D. Masyarakat dalam islam: Menerima kemajemukan
1. Istilah masyarkat dalam Al-qur’an
Untuk kajian ini, penggunaan istilah untuk masyarakat islam dalam al-qur’an
adalah Al-ummah. Menurut Shihab (1996: 325), kata ummat diambil dari kata
“amma”, “yaummu” yang berarti menuju atau menumpu dan meneladani.
2. Karakteristik masyarkat islam
Setiap masyarakat memiliki ciri khas atau karakteristik pribadi dan sistem nilai
dalam kehidupannya. Mereka melangkah berdasarkan kesadaran tentang hal
tersebut. Inilah yang melahirkan watak dan kepribadiannya yang khas. Dalam hal
ini, Al-qur’an menjelaskan kata ummah dalam konteks ciri masyarakat islam,
yaitu : “Demikinlah, kami jadikan indah (dimata) setiap masyarakat perbuatan
mereka” (QS. Al-An’am: 108)
Bab 6 : KETAHANAN NASIONAL
Rangkuman Bab 6 :
A. Pengertian ketahanan nasional
Ada tiga wujud atau wajah dari ketahanan nasional yang dikenal (Chaidir Basrie,
2002) sebagai berikut :
1. Ketahanan Nasional sebagai kondisi.
2. Ketahanan Nasional sebagai metode.
3. Ketahanan Nasional sebagai doktrin.
Keberadaan ketahanan nasional adalah konsepsi politik kenegaraan Republik
Indonesia. Ketahanan nasional merupakan landasan konsepsional bagi pembangunan nasional di
Indonesia. Sebagai konsepsi politik, ketahanan nasional terdapat dalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN) seperti halnya dengan wawasan nusantara.
B. Perkembangan konsep ketahanan nasional di Indonesia
1. Sejarah lahirnya ketahana nasional
Sesungguhnya konsepsi ketahanan nasional memiliki latar belakang sejarah khas
dalam kelahirannya di Indonesia. Gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun
1960-an khususnya pada kalangan militer angkatan darat di SSKAD yang sekarang bernama
SESKOAD (Sunardi, 1997). Pada masa itu adalah sedang meluasnya pengaruh komunisme yang
berasal dari negara uni soviet dan cina. Pengaruh komunisme menjalar sampai kawasa Indo Cina
sehingga satu persatu kawasan Indo Cina menjadi negara komunis seperti Laos, Vietnam, dan
Kamboja. Bahkan, infiltrasi komunis mulai masuk ke Thailand, Malaysia, dan Singapura.
Dengan sejarah tersebut dapat disimpulkan bahwa konsepsi ketahana di Indonesia berawal dari
konsepsi kekuatan nasional yang dikembangkan oleh kalangan militer. Pemikiran konseptual
ketahanan nasional ini mulai menjadi doktrin dasar nasional setelah dimasukkan kedalam
GBHN.
2. Ketahanan nasional dalam GBHN
Konsepsi ketahanan nasional untuk pertama kali dimasukkan dalam GBHN 1973,
yaitu ketetapan MPR No. IV/MPR/1973. Rumusan ketahanan nasional dalam GBHN 1972
adalah sama dengan rumusan ketahanan nasional tahun 1972 dari Lemhanas. Konsep ketahanan
nasional berikut perumusan yang demikian berlanjut pada GBHN 1978, GBHN 1983 dan GBHN
1988. Pada GBHN 1993 terjadi perubahan perumusan mengenai konsep ketahanan nasional.
Konsep ketahanan nasional dirumuskan sebagai kondisi dinamis yang merupakan integrasi dasi
kondisi setiap aspek kehidupan bangsa dan negara. Pada hakikatnya ketahanan nasional adalah
kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk menjamin kelangsungan hidup menuju
kejayaan bangsa dan negara.
Rumusan mengenai ketahanan nasional dalam GBHN 1998 sebagai berikut :
 Untuk setiap memungkinkan berjalannya pembangunan nasional yang
selalu harus menuju ketujuan yang ingin di capai dan agar dapat secara
efektif dielakkan dari hambatan, tantangan, ancaman, dan gangguan yang
timbul baik dari luar maupun dari dalam maka pembagunan nasional
diselenggarakan melalui pendekatan ketahanan nasional yang
mencerminkan keterpaduan antara segala aspek kehidupan nasional
bangsa secara utuh dan menyeluruh.
 Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrasi dari
kondisi setiap aspek kehidupan bangsa dan negara.
 Ketahanan nasional meliputi ketahanan ideology, ketahanan politik,
ketahanan ekonomi, ketahanan sosial budaya, dan ketahanan pertahanan
keamanan.
3. Unsur-unsur ketahanan nasional
Unsur kekuatan/ketahanan nasional menurut Hans J. Morgenthou. Unsur kekuatan
nasional negara terbagi menjadi dua faktor, yaitu :
a) Faktor tetap (stable factors) terdiri atas geografi dan sumber daya alam,
b) Faktor berubah (dynamics factor) terdiri atas kemampuan industry, militer,
demografi, karakter nasional,moral nasional, dan kualitas diplomasi.
C. Pembelaan Negara
1. Pengertian bela negara
Membela negara merupakan kewajiban sebagai warga negara membela negara
ternyata bukan hanya kewajiban tetapi juga hak setiap warga negara terhadap negaranya.
Membela negara Indonesia adalah hak dan kewajiban dari setiap warga negara Indonesia. Hal ini
tercermin secara jelas dalam pasal 27 ayat 3 UUD 1945. Perubahan kedua yang berbunyi :
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.
2. Peraturan dan Perundang-Undangan Bela Negara
Ketentuan atau landasan hukum mengenai bela negara secara terusrat dapat
diketahui dalam bagian pasal atau batang tubuh UUD 1945 yaitu sebagai berikut :
 Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
 Pasal 30 UUD 1945
3. Keikutsertaan warga negara dalam bela negara
a. Bela negara secara fisik
Menurut Undang-undang Nomor 3 tahun 2002 tentang pertahanan negara,
keikutsertaan warganegara dalam bela negara secara fisik dapat dilakukan
dengan menjadi anggota Tentara Nasional dan pelatihan Dasar kemiliteran.
b. Bela negara secara nonfisik
Menurut Undang-undang No. 3 Tahun 2002 keikutsertaan warga negara
secara nonfisik dapat diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan
dan pengabdian sesuai dengan profesi.

4. Identifikasi ancaman terhadap bangsa dan negara


Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 1982, ancaman mencakup ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan, sedangkan menurut Undang-Undang No. 3
Tahun 2002 digunakan satu istilah yaitu ancaman.
5. Bentuk ancaman
Adapun bentuk-bentuk ancaman militer, yaitu :
 Agresi berupa penggunaan kekuatan bersenjata oleh negara lain terhadap
kedaulatan, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa.
 Pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh negara lain baik menggunakan
kapal maupun pesawat non komersial.
 Spionase yang dilakukan oleh negara lain untuk mencari dan mendapatkan
rahasia militer.
 Sabotase untuk merusak instalasi penting militer dan objek vital nasional
yang membahayakan keselamatan bangsa.
 Aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh jaringan terorisme internasional
atau yang bekerja sama dengan terorisme dalam negeri atau luar negeri
yang bereskalasi tinggi sehingga membahayakan kedaulatan negara,
keutuahan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa.
 Pemberontakan bersenjata.
Bab 7 : MASYARKAT MADANI
Rangkuman Bab 7 :
A. Sejarah masyarakat madani
Wacana masyarakat madani merupakan konsep yang berasal dari pergolakan
politik dan sejarah masyarakat eropa barat yang megalami proses transformasi dari pola
kehidupan feudal menuju kehidupan masyarakat industry kapirtatis. Jika dicari akar sejarahnya
dari awal, maka perkembangan wacana masyarakat madani dapat dipahami mulai dari Cicero
sampai Antonio Gramsci dan de Toquiville. Bahkan menurut Manfred Ridel, Cohen dan Arato
serta M. Dawam Rahardjo, wacana masyarakat madani sudah mengemukakan pada masa
Aristoteles. Pada masa ini (Aristoteles, 384-322 SM) masyarakat madani dipahami sebagai
sistem kenegaraan dengan menggunakan istilah koinonia politike, yakni sebuah komunitas
politik tempat warga dapat terlibat langsung dalam berbagai percaturan ekonomi-politik dan
pengambilan keputusan.
B. Pengertian masyarakat madani
Masyarakat madani adalah suatu satuan yang terdiri dari kelompok-kelompok yang
secara mandiri menghimpun dirinya dan gerakan-gerakan dalam masyarakat yang secara relative
otonom dari negara yang merupakan satuan dasar dari reproduksi dan masyarakat politik yang
mampu melakukan kegiatan politik dalam suatu ruang public, guna menyatakan kepedulian
mereka dan memajukan kepentingan-kepentingan mereka menurut prinsip-prinsip pluralism dan
pengolahan yang mandiri.
C. Karakteristik masyarakat madani
 Free public sphere
 Demokratis
 Toleran
 Pluralisme
 Keadilan sosial
D. Pengembangan masyarakat madani
Adapun yang dimaksudkan dengan pengembangan masyarakat madani adalah supaya
mewujudkan cita-cita dan karakteristik masyarakat madani sehingga kehidupan masyarakat yang
diinginkan benar-benar terwujud. Oleh sebab itu, ada lembaga-lembaga yang diperlukan dan
berfungsi mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa agar tidak menyimpang dari cita-cita
masyarakat madani. Sebagaimana halnya, dengan masih adanya berbagai kebijakan yang
diskrimnatif sehingga mengekalkan semakin banyaknya masyarakat tertindas. Dengan demikian,
diperlukan kehadiran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Pers, supremasi hukum, perguruan
tinggi dan partai politik.
BAB III
PEMBAHASAN
 Buku pedoman
Kelebihan Buku
Adapun kelebihan dari buku ini adalah bagian isi substansinya atau isi materi yang ada
didalam buku ini lengkap. Secara garis besar materi yang terdapat dalam buku ini meliputi:
Dasar dan Ideologi nasional, Hak dan Kewajiban warga negara, Konsep dasar demokrasi,
Hakikat Negara Hukum, Hak asasi manusia, Ketahanan Nasional, Masyarakat Madani.
Pembahasan materi tersebut dibahas secara ringkas, dalam suatu pengertian suatu pembahasan
pasti membuat menurut pendapat ahli serta ada kutipan dari sumber buku yang lain. Pada buku
ini ada terdapat pembahasan tentang Hak Asasi Manusia, di dalam buku ini lebih banyak
mengkaji kearah Islamnya dalam HAM tersebut. Dalam pembahasan itu bahwasanya HAM itu
lebih banyak kaitannya dalam Agama islam, buku ini sangat bagus karena dengan membuat
pembahasan tentang HAM yang dikaitkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an, sehingga pembaca juga
bisa menambah wawasaan dalam dalil menurut para ulama serta ayat Al-Qur’an yang dibuat di
dalam buku ini. Bahasanya yang mudah untuk dipahami, cover buku lebih berwarna dan
menarik, Setiap halaman buku begitu tertata rapi dimulai dari halaman judul, kata pengantar,
daftar isi, pembahasan, daftar pustaka. Dalam buku ini juga dilengkapi oleh adanya tentang
penulis yang memudahkan penulis untuk me-review book. Buku ini juga ada dilengkapi dengan
tugas soal-soal yang mengenai materi
Kekurangan Buku
Adapun kekurangan dari buku ini adalah dalam buku ini mencantumkan kaitan materi
dengan ayat Al-Qur’an, tetapi dalam buku ini hanya saja membuat arti ayat Al-Qur’an tersebut,
seharusnya ayat Al-Qur-annya dibuat saja agar bisa menambah wawasan serta mengingat ayat
Al-Qur’an tersbut.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Di dalam buku ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat penulis uraikan
berdasarkan sudut pandang penulis yaitu,Adapun kelebihan bahasanya mudah di pahami ,isi
pembahasaan hampir lengkap karena di dalamnya dibahasa dengan jelas .Dan di tambah lagi
dengan adanya bahasa yang tidak terlalu monoton. Menurut saya, Buku yang paling cocok
dipilih untuk buku pembalajaran maupun pegangan untuk gurunya sendiri yaitu buku dengan
judul Pendidikan Kewarganegaraan Mewujudkan Masyarakat Madani . Berbagai pembahasan
tentang Hak Asasi Manusia, Masyarakat Madani, dan lain-lain.
Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca untuk menggunakan buku Pendidikan
Kewarganegaraan Mewujudkan Masyarakat Madani. Dan isi buku ini sangat menarik, Karena
didalamnya dilengkapi untuk memperjelas setiap materi di setiap bab nya sehingga lebih mudah
di mengerti oleh pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Saleh, Sarbani. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan Mewujudkan Masyarakar Madani.
Bandung : Citapustaka Media Perintis.

Anda mungkin juga menyukai