Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Teori Bilangan

Dosen Pengampu :

Michael Christian Simanullang,S.Pd.,M.Pd.

NIP : 199201052019031019

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
Nova Lenta Situmorang 4193111016
Jodi A. Situmorang 4193111020
Ronaldo Sitohang 4193111034
Arya Fenita Rajagukguk 4193111052
Ayu Lestari Sihombing 4193111057
Botrina Adisti Simangunsong 4193111059
Helen Marisa Pasaribu 4193111060
Iren Hebrina Br Ginting 4193111061
Sorta Maria Sihombing 4193111062
Wahyu Indra Syahputra 4193111075
Octavia Holy A. Marpaung 4183111053
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa sehingga makalah yang
berjudul “Fungsi-Fungsi Pada Teori Bilangan” ini dapat diselesaikan dengan baik.Kami
menyadari bahwa banyaknya kekurangan dan kesulitan yang dihadapi dalam pembuatan
makalah ini. Kami tentu membutuhkan bantuan dari beberapa pihak untuk
memperbaikinya. Maka dari itu, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak yang
sudah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, diantaranyaadalah:
1. Kepada Dosen matakuliah Teori Bilangan , BapakMichael Christian
Simanullang,S.Pd.,M.Pd.yang telah membimbing , mengajar, serta member ilmu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan hasil yang cukup memuaskan.
2. Kepada orangtua yang telah member dukungan dan semangat dari jauh.
3. Kepada teman dan rekan-rekan yang telah member dukungan dan semangat.
4. Kepada semua orang yang tidak dapat disebutkan karena sudah membantu.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk kesempurnaan
makalah ini di kemudian hari. Kami juga berharap agar makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Semoga rahmat Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkati kita.

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Fungsi-fungsi Integer Terbesar 3


2.2. Fungsi Aritmetika 4
2.3. Fungsi Phi-Euler 4
2.4. Bilangan Sempurna 4
2.5. Inversi Mobius 4

BAB III PENUTUP 5

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang dewasa ini semakin dirasakan
interaksinyadengan bidang-bidang ilmu seperti tekhnologi, rekayasa, ekonomi,
permainan, bahkanhampir semua aspek kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-
hari seringkalidiharapkan pada suatu keadaan yang menuntut untuk menghitung atau
mencacah sesuatu,mulai dari hal yang sederhana sampai yang sulit.
Pada abad informasi sekarang dan masa mendatang peranan matematika akan
semakindirasakan terutama dalam menyelesaikan masalah-masalah nyata yang dihadapi
masyarakatdengan memperhatikan kebenaran matematika yang meliputi tiga aspek
yaitu : konsistensi,kesesuaian dengan fakta, dan kebenaran pragmatis (secara
kemanfaatan).
Dalam matematika, angka, bilangan dan nomor adalah hal yang tak dapat
terpisahkan dandalam penggunaan sehari-hari. Angka, bilangan dan nomor seringkali
disamakan, namunsecara definisi, angka, bilangan, dan nomor merupakan tiga identitas
yang berbeda.Angka adalah suatu tanda atau lambang yang digunakan untuk
melambangkan bilangan.Contohnya, bilangan lima dapat dilambangkan menggunakan
angka Hindu-Arab "5" (sistem angka berbasis 10), "101" (sistem angka biner), maupun
menggunakan angka Romawi 'V'.Lambang "5", "1", "0", dan "V" yang digunakan untuk
melambangkan bilangan lima tersebutdisebut sebagai angka.
Nomor biasanya menunjuk pada satu atau lebih angka yang melambangkan sebuah
bilanganbulat dalam suatu barisan bilangan-bilangan bulat yang berurutan. Misalnya
kata 'nomor 3'menunjuk salah satu posisi urutan dalam barisan bilangan-bilangan 1, 2, 3,
4, ..., dst. Kata"nomor" sangat erat terkait dengan pengertian urutan sedangkan Bilangan
adalah suatukonsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan pengukuran.
Simbol ataupunlambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut sebagai
angka atau lambing bilangan. Dalam matematika, konsep bilangan selama bertahun-
tahun lamanya telahdiperluas untuk meliputi bilangan nol, bilangan negatif, bilangan
rasional, bilangan irasional,dan bilangan kompleks.
Fungsi-fungsi pada teori bilangan dalam aplikasinya dapat dipergunakan pada
perhitungankalender dan fungsi-fungsi pada teori bilangan, yaitu fungsi-fungsi t , s dan
bilangan bulat terbesar. Untuk setiap bilangan bulat
positif( n,)t( n)menyatakanbanyaknya semua pembagi positif dari( n,) s(n) menyatakan

1
jumlah dari semua pembagi positif dari n, sedangkan untuk setiap bilangan real x, [ x ]
menyatakanbilangan bulat terbesar yang lebih kecil atau sama dengan x. Sebagai
aplikasinya, biladiberikan suatu tanggal dengan bulan dan tahunnya, dapat ditentukan
pada hari apa jatuhnya tanggal tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja fungsi-fungsi pada Teori bilangan dan sifat-sifat yang berkenaan dengan
fungsi-fungsi pada bilangan bulat?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini, antara lain:
1. Untuk memenuhi tugas matakuliah Teori bilangan
2. Untuk mengetahui fungsi-fungsi pada Teori bilangan
3. Untuk membuktikan teorema-teorema yang berkenaan dengan fungsi-sungsi pada
teori bilangan

2
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Fungsi Integer Terbesar
Pada teori bilangan suatu notasi khusus digunakan untuk bilangan bulat terbesar yang
kurang dari atau sama terhadap bilangan real tertentu.
Definisi 4.1 : bilangan bulat terbesar pada bilangan real x, dilambangkan dengan [ x ],
adalah bilangan bulat terbesar yang kurang dari atau sama dengan x.
artinya [ x ] adalah bilangan bulat yang memenuhi [ x ] ≤ x< [ x ] + 1.
5 −5
Contoh 4.1 : [] ( )
2
=2 ,
2
=−3 , [ π ] =3 , [−2 ] =−2 dan [ 0 ] =0

Catatan : fungsi integer juga dikenal sebagai Fungsi Lantai. Sebagai ganti dari
penggunaan notasi [ x ]untuk dungsi ini, ilmuan komputer biasanya
menggunakan notasi ⌊ x ⌋. Fungsi langit-langit adalah fungsi yang
sering digunakan oleh ilmuan komputer. Fungsi langit-langit dari
bilangan real x, dilambangkan dengan ⌈ x ⌉, adalah bilangan bulat

5
terkecil yang lebih besar dari atau sama x. misalnya ⌈ ⌉=3dan
2

−5
⌈ ⌉=−2
2
Fungsi integer terbesar muncul dalam banya konteks. Selain penting pada Teori
bilangan, fungsi ini memaikan peran penting dalam menganalisis algoritma (suatu
cabang dari ilmu k
omputer). Contoh berikut ini menetapkan sifat-sifat yang berguna dari fungsi ini.
Contoh 4.2 : Tunjukkan bahwa jika n adalah bilangan bulat, maka [ x+ n ] =[ x ] + n
setiap kali x adalah bilangan real
Solusi : untuk menunjukkan bahwa sifat ini berlaku, misalkan [ x ] =m, sehingga
m adalah bilangan bulat. Ini, menyiratkan bahwa m ≤ x <m+1.
Tambahkan n pada ketidaksamaan ini sehingga diperoleh
m+n ≤ x +n< m+ n+1. Ini menunjukkan bahwa m+n =[ x ] + n adalah
bilangan bulat terbesar kurang dari atau sama dengan x +n. oleh
karena itu [ x+ n ] =[ x ] + n

3
Definisi 4.2 : bagian pecahan dari bilangan real, dilambangkan dengan { x }, adalah
perbedaan antara x dan bilangan bulat terbesar kurang dari atau sama
dengan x, yaitu [ x ] .. artinya, { x }=x−[ x ].
Karena [ x ] ≤ x< [ x ] + 1, maka0 ≤ { x }=x−[ x }<1, untuk setiap bilangan
real x. bilangan bulat terbesar pada x disebut juga bagian integral dari
x karena x = [ x ] + { x }.

Contoh 4.3 : { 54 }= 54 −[ 54 ]= 54 −1= 14 dan {−23 }= −23 −[ −23 ]= 23 −(−1)= 13


Banyak sifat dasar dari fungi [ x ] yang diuraikan ddalam teorema berikut.
Teorema 4.1. : Misalkan x dan y bilangan real. Maka diperoleh :
(1) [x] ≤ x < [x] + 1, x-1 < [x] ≤ x, 0 ≤ x-[x] < 1
Bukti : Sesuai dengan definisi [x] (definisi 4.1). Sementara dua bagian lainnya
adalah penataan ulang dari bagian pertama.

(2) [x] = ∑ 1, jika x ≥ 0.


1 ≤i ≤ x

Bukti : Jumlahnya adalah kosong jika x < 1. Maka, untuk x ≥ 0, menghitung


jumlah banyaknya bilangan bulat positif i yang kurang dari atau sama
dengan x. Banyak ini jelas hanya [x].

(3) [x + m] = [x] + m , jika m adalah bilangan bulat.


Bukti : Sesuai dengan definisi [x] (Contoh 4.2).

(4) [x] + [y] ≤ [x + y] ≤ [x] + [y] + 1.


Bukti : Tulis x = n + v, y = m + u, dimana n dan m adalah bilangan bulat dan 0≤
v < 1, 0 ≤ u < 1. Maka, [x] + [y] = n + m ≤[n + v + m + u] = [x + y] =
n + m + [v + u] ≤ n + m + 1 = [x] + [y] + 1.

0 jika x bilangan bulat


(5) [x] + [-x] = {−1 lainnya

Bukti :Tulis x = n + v, akan diperoleh –x = -n + (-v), dimana n adalah bilangan


bulat dan 0 < v ≤ 1.
Maka, untuk x adalah bilangan bulat, [x] + [-x] = n + (-n) = 0.

4
Untuk x bukan bilangan bulat, [x] + [-x] = n + [(-n) + (-v) + (-u)],
dimana 0 < u < 1, agar menghasilkan (-v) + (-u) = -1.

x
(6) [ ] [ ]
[x ]
m
=
m
, jika m adalah bilangan bulat positif.

Bukti : Tulis x = n + v, n = qm + r, 0 ≤ r + v < m.


x qm+r + v r+v n
Maka diperoleh, [ ] [
m
=
m
=q+ ] [ ]
m
= q , dan
[x ]
m
=
m [ ] [ ]
=q

r
+ [ ]
m
= q.

(7) –[-x] adalah bilangan bulat terkecil yang ≥ x.


Bukti : Penggantian x dengan –x pada fungsi (1) akan mendapatkan –x-1 < [-x] ≤
-x dan karenanya x ≤ -[-x]< x + 1. Sehingga diperoleh
bahwa x ≤ -[-x] atau -[-x]≥ x.

1
(8) x+[ ] 2
adalah bilangan bulat terdekat dengan x. Jika dua bilangan

bulat sama-sama mendekati x, maka bilangan itu lebih besar dari


keduanya.
Bukti : Misalkan n bilangan bulat terdekat ke x, ambil satu yang lebih besar jika

−1 1
ada dua yang sama-sama jauh jaraknya. Maka, n = x + θ, <θ ≤ ,
2 2

1 1 1
dan x+[ ] 2 [ ]
= n + −θ+ = n, karena 0 ≤−θ + < 1.
2 2

1
[
(9) − − x +
2]adalah bilangan bulat terdekat dengan x. Jika dua bilangan

bulat sama-sama mendekati x, maka bilangan itu lebih kecil dari


keduanya.
Bukti : Pembuktiannya mirip dengan no (8).

5
n
(10) Jika n dan a adalah bilangan bulat positif, maka []
a
adalah banyak

bilangan bulat antara 1, 2, 3, …., n yang habis dibagi oleh a.


Bukti : Perhatikan bahwa jika a, 2a, 3a, ….., ja, semua bilangan bulat positif ≤ n

n
yang dibagi oleh a, maka harus dibuktikan bahwa []
a
= j. Tapi

n
terlihat bahwa (j + l)a melebihi n, sehingga ja ≤ n < (j + l)a, j ≤ < j + l
a

n
, []
a
= j.

2.2 Fungsi Aritmetika


Fungsi fungsi yang memilki yang memiliki peranan penting dalam Teori Bilangan
disebut fungsi aritmetika (Fungsi Teori Bilangan). Secara khusus fungsi aritmetika f
adalah suatu fungsi yang daerah asalnya (domain) berada pada himpunan semua
bilangan bulat positif dan daerah hasilnya (range) merupakan himpunan bagian dari
bilangan kompleks.
Defenisi 4.3 : Fungsi Aritmetika adalah fungsi yang didefenisikan untuk semua
bilangan bulat positif. Apabila f adalah fungsi aritmetika, maka
f : B+¿→ B ¿ , dengan

B adalah himpunan semua bilangan bulat


B+¿¿ adalah himpunan semua bilangan bulat positif

Defenisi 4.4 : Untuk bilangan bulat positif n dapat didefenisikan yang berikut ini
τ(n) adalah banyak pembagi positif dari n
σ(n) adalah jumlah pembagi positif dari n
σ k(n) adalah jumlah kelipatan ke-k dari pembagi positif dari n
ω(n) adalah banyak bilangan prima berbeda yang membagi n
Ω(n) adalah banyak bilangan prima yang membagi n, menghitung hasil
kalinya.

Contoh 4.4 : Misalnya, τ(12) = 6, σ(12) = 28, σ 2(12) =210, ω(12) = 2, dan Ω(12) = 3.

6
Defenisi 4.5 : Fungsi aritmetika f disebut multiplikasi (hasil kali) jika f (mn) =
f ( m ) f ( n) setiap kali m dan n adalah bilangan bulat positif prima yang
relatif. Dikatakan multiplikasi lengkap jika f (mn) = f ( m ) f ( n) untuk
semua bilangan bulat positif m dan n.

Contoh 4.5 : Fungsi f (n) = 1 untuk semua n adalah multiplikasi lengkap, dan
karenanya juga multiplikasi, karena f ( mn )=1, f ( m )=1, f ( n )=1, sehingga
f (mn) = f ( m ) f ( n). Demikian juga fungsi g ( n )=n multiplikasi lengkap,
karenanya mulyiplikasi, g ( mn )=mn = g ( m ) g(n).

Jika f adalah fungsi multiplikasi, maka dapat ditemukan formula sederhana


untuk f (n) yang diberikan faktorisasi kelipatan prima dari n.

a a a
Teorema 4.3. : Jika f adalah fungsi multiplikasi dan n = P1 P 2 ..........Ps adalah 1 2 s

faktorisasi kelipatan prima dari bilangan bulat positif n, maka

f ( n )=f ( Pa1 ) f (P a2 )..........f (Pas ).


1 2 s

Bukti :Akan dibuktikan teorema ini dengan menggunakan induksi matematika


pada banyak bilangan prima yang berbeda dalam faktorisasi prima
dari bilangan bulat n. Jika n memiliki satu bilangan prima di dalam
faktorisasi kelipatan prima, maka ( n ) =Pa1 untuk beberapa bilangani

prima Pi dan berarti bahwa hasilnya adalah benar biasa. Andaikan


teorema itu benar untuk semua bilangan bulat dengan k bilangan
prima yang berbeda di dalam faktorisasi kelipatan prima. Sekarang
anggaplah bahwa n memiliki k+1 bilangan prima yang berbeda dalam
faktorisasi kelipatan prima, katakan lah

( n ) =Pa1 Pa2 ..........Pak Pak+1 .


1 2 k k+ 1

Karena f adalah multiplikasi dan(Pa1 P a2 ..........Pak Pak+1)= 1, terlihat


1 2 k k+ 1

bahwa f ( n )=f ( Pa1 ) f (P a2 )..........f ( Pak ) f ¿)=


1 2 k
. Dengan hipotesis
a a
induktif, diketahu bahwa f ¿ ¿ Ini berarti bahwa f ( n )=f ( P1 ) f ( P 2 ) 1 2

a
..........f ( Pk ) f ¿) Pembuktian induktif lengkap.
k

7
4.2.1 Fungsi τ (Tau)

Defenisi 4.6. : Misalkan n suatu bilangan bulat positif τ(n) menyatakan banyaknya
pembagi bulat positif dari n.
Contoh 4.6.1 : (1) Pembagi-pembagi bulat positif dari 12 adalah 1,2,3,4,6 dan 12,
maka τ(12)= 6.
(2) Pembagi-pembagi bulat positif dari 15 adalah 1,3,5 dan 15, maka
τ(15)=4.
(3) Pembagi-pembagi bulat positif dari 13 adalah 1dan 13, maka
τ(13)= 2.
(4) Periksalah bahwa τ(1) = 1, τ(2) = 2, τ(3) = 3, τ(4) = 3, τ(5) = 2,
τ(6) = 4, τ(8) = 4.
Apabila p suatu bilangan prima, maka τ(p) = 2

τ(n), yaitu banyaknya pembagi bulat positif dari n sering dinyatakan dengan rumus
yang menggunakan notasi Ʃ (sigma).

5
Contoh 4.7. : (1) ∑ an = a 1 +a2 + a3+ a4 + a5
n =1

6
(2) ∑ n = 2+3+ 4+5+ ¿
n =2

5
(3) ∑ 3 = 3+3+3+ 3+3
n =1

(4) ∑d = 1+2+3+ 4+6+ 12, yaitu jumlah semua pembagi bulat


d ǀ 12

positif dari 12

(5) ∑ 1 = 1+1+1+1+1+1, yaitu banyaknya pembagi bulat positif


d ǀ 12

dari 12

(6) ∑ f (d ) = f ( 1 ) + f ( 2 )+ f ( 3 ) +f (6)+ f ¿18)


d ǀ 18

8
Dari beberapa contoh pemakaian notasi Ʃ tersebut, τ(n) dapat dirumuskan sebagai

berikut: τ(n) = ∑1 untuk n ≥ 1. Jadi τ(n) merupakan penjumlahan dari 1 sebanyak


d ǀn

pembagi bulat positif dari n.

Contoh 4.8. : (1) Semua pembagi bulat positif dari 32 adalah 1,2,4,8,16 dan 32, maka:

∑ 1=1+1+1+1+1+1=6
d ǀ 32

(2) Semua pembagi bulat positif dari 48 adalah 1,2,3,4,6,8,12,16,24 dan

48, maka : ∑ 1 = 1+1+1+1+1+1+ 1+ 1+1+1=10.


d ǀ 48

(3) Periksalah bahwa

∑ 1=1 , ∑ 1=2 , ∑ 1=1+ 1+1=3 , ∑ 1=1+1+1+1=4


d ǀ1 d ǀ2 dǀ4 dǀ6

Jika p suatu bilangan prima, maka ∑ 1=1+1=2.


dǀ p

Dari uraian dan contoh contoh di atas dapat dipahami bahwa apabila p suatu
bilangan prima, maka pembagi pembagi bulat positifnya hanyalah 1 dan p saja, sehingga
τ(p) = 2. Pembagi – pembagi bulat positif dari p2 ada;ah 1, p dan p2 sehingga:

τ ( p2 ) =∑ 1=1+1+1=3. Terlihat bahwa jika k suatu bilangan positif maka τ ( pk ) = k+1.


2
dǀ p

Ingat bahwa p disini adalah suatu bilangan prima.

Contoh 4.9. : (1) 64=26, maka τ ( 64 ) = τ ( 26 ) =6+1=7

Periksa dengan mencacah semua pembagi bulat positif dari 64.

(2) τ ( 243 ) = τ ( 35 ) =5+1=6

(3) τ ( 32 )=6 , τ ( 16 )=5 , τ ( 81 )=5 , τ ( 125 )=4 , dan τ ( 2401 )=5.

Sekarang apabila P1 dan P2 keduanya adalah bilangan prima dan n= P1 P2 , maka


pembagi pembagi bulat positif dari n adalah 1, P1 , P2 dan P1 P2 =n sehingga τ ( n )=4.

Jika m= P21, P32 maka pembagi pembagi bulat positif m dapat disusun sebagai berikut:

1, P2,P22, P32

9
P1 , P1 P2 , P1 P 22 , P1 P32

P21,P21 P 2 , P21 P22 , P 21 P32= m

Terlihat pada daftar ini bahwa τ ( m )= τ ( P12 P32 ) = 3 x 4=12

Contoh 4.10. : (1) τ ( 144 ) = τ ( 2 4 . 32 )= 5 x 3=15

(2) τ ( 1323 ) = τ ( 33 . 72 )= 4 x 3=12

(3) Periksalah bahwa τ ( 675 ) = 12 , τ (784 ) =15

Coba buktikan bahwa apabila n= Pk qt dengan p dan q adalah bilangan prima yang

berlainan dan k, t adalah bilangan bulat positif, maka ; τ ( Pk q t ) = ( k+1) ( t+1)

Bukti : Semua pembagi bulat positif dari n = Pk qt dapat disusun sebagai berikut:

1, p, P2, P3 , ….. , Pk

q , pq, p2 q, p3 q , … .. , pk q

q 2 , pq2 , p2 q 2 , p3 q2 , … … ., pk q2

.................................................

............................................

q t , pq t , p 2 q t , p3 q t , … … . , pk q t=n

Terlihat pada daftar tersebut bahwa: τ ( n )=τ ( Pk qt ) = ( k+1) ( t+1)

Sekarang telah diketahui teorema dasar aritmetika yaitu bahwa setiap bilangan
bulat positif yang lebih besar dari 1 dapat difaktorkan secara tunggal atas faktor – faktor
prima. Misalnya: 72 = 23 .3 2 , 300=23 . 3.52 .

Setiap bilangan bulat positif n ≥ 1, maka n dapat ditulis dalam bentuk kanonik
sebagai n : Pa1 P a2 … … . Pak dengan Pi untuk i= 1,2,3,...,k adalah bilangan bilangan prima
1 2 k

yang berlainan dan a i ≥ 1 untuk setiap i=1,2,3,...,k.

10
Teorema 4.4 : Apabila bentuk kanakonik dari bilangan bulat positif n adalah
P1 a1 P2 a3 … .. P k a k maka :

τ ( n )=( ai +1 ) ( a 2+1 )( a3 +1 ) … . ( ak +1 ).

Bukti : Apabila d suatu pembagi bulat positif dari n, maka: d= P1 t 1 P 2 t 2 … .. P k t k


dengan 0 ≤t 1 ≤ ai.

Maka banyaknya pembagi bulat positif dari n merupakan hasil kali banyaknya
pilihan yang mungkin untuk t i dari ( a i+1 ) pilihan, sehingga diperoleh:

τ ( n )=( ai +1 ) ( a 2+1 )( a3 +1 ) … . ( ak +1 ) .

Rumus τ ( n ) tersebut sering dinyatakan dalam notasi ∏ ¿ ¿ ). Berikut ini contoh


pemakaian notasi ∏ .∏

Contoh 4.11. : (1) ∏5i=1 d i= d 1 . d2 . d 3 . d 4 . d 5

(2) ∏4i=1 f ( n )=f ( 1 ) . f ( 2 ) . f ( 3 ) . f (4)

(3) ∏ni=1(d 1 +1 ¿=(d 1+ 1) ( d 3 +1 ) … … … …( d a+1)

Teorema 4.4. diatas dapat ditulis dengan notasi π sebagai berikut

k k
t1 t2 tk t1
Apabila n¿ P1 P …Pk =∏ P1 maka τ (n)=∏ ¿ ¿1)
2
i=1 i=1

Contoh 4.12 : (1) 1260 ¿ 22.32.5.7 ,maka :

τ (1260)=τ ¿.32.5.7)=(2+1) (2+1) (1+1) (1+1)=36

(2) 33.075=33 .5 2 .72 ,maka:

τ ( 33.075 )=τ ¿ ¿ . 52 .7 2 )= (3+1)(2+1) (2+1)=36

(3)Periksalah bahwa τ ( 2310 ) =10 , τ ( 210 )=8 , τ ( 1.156 )=9

Sekarang kita akan memperhatikan hasil kali pembagi—pembagi


bulat positifdari suatu bilangan bulat positif n.

11
Contoh 4.13 : (1) Pembagi—pembagi bulat positif dari 12 adalah 1 , 2, 3, 4, 6, dan
12.
τ (12) = 6
Hasil kali semua pembagi bulat positif dari 12 ditulis dengan K
( 12 ) maka : K (12) 1 . 2 . 3 .4. 6. 12=(1.12) (2.6)
(3.4)=12.12.12)=123
(2) Semua pembagi bulat positifdari 28 adalah 1, 2, 4 , 7, 14 dan 28.

τ (28) = 6. Hasil kali semua pembagi bulat positifdari 28 adalah :

K(28)=1.2.4.7.14.28=(1.28)(2.14)(4.7)=28.28.28=283

(3)Periksalah bahwa K (2) = 2 , K (9) = 27 , K (18) = 183 , K (24) =


24 3

K (32) = 323 . Jika p suatu bilangan prima, maka K (p) = p,

1
K( p3) = p6 , K( p4 ) = P10 dan K(pt) = P 2 t(t+1)

Teorema 4.5. : Apabila n suatu bilangan bulat positif, maka hasil kali semua
pembagi bulat

1
Positif dari n adalah : K(n) = = n 2 t(n)

Bukti : Misalkan d adalah suatu pembagi bulat positif dari n, maka ada d' ( yaitu
pembagi bulat positifdari n pula ) sedemikian hingga dd' = n.

Hal ini mungkin saja terjadi bahwa d = d', yaitujika n suatu kuadrat sempuma.
Karena banyaknya pembagi bulat positifdari n adalah τ (n), dengan
mangalikan setiap pembagi dari n ( misalnya d ) dengan pembagi
pasangannya ( missal d') sedemikian hingga dd' = n, maka akan diperoleh
hasil kali semua pembagi bulat positifdari n adalah :

1
: K(n) = = n 2 t(n)

d
Notasi Iain K(n) adalah ∏ d∨n
4.2.2 Fungsi σ (sigma)

12
Apabila‫( ז‬n) menyatakan banyaknya pembagi bulat psoitif dari n, maka σ(n)
menyatakan jumlah semua pembagi bulat postif dari n.

Defenisi 4.7 : apabila n suatu bilangan bulat positif, maka σ(n) menyatakan jumlah
semua pembagi bulat positif dari n. Dengan menggunakan notasi Σ,
ditulis σ(n) = ∑ d 1 n

Contoh 4.14, : (1) semua pembagi bulat positif dari 12 adalah 1,2,3,4,6 dan 12, maka
σ(n) = 1 + 2 + 3 + 4 + 6 + 12 = 28
(2) σ (27) = 1+3+9+27 = 40
(3) σ (2) = 3, σ (3) = 4, σ (5) = 6, σ (7) = 8, σ(11) = 12
Jika p suatu bilangan prima, maka σ (p) = p+1, σ (p2) = 1+p+p2 , σ (p3) = 1+p+p2
+p3, dan σ(pt)= 1 + p + p2 +...+ pt. Mengingat rumus jumlah deret geometri, maka 1+ p +

p t+ 1−1 p t+ 1−1
p2 + p3 +...+ pt = , jadi σ (p) , jika p suatu bilangan prima dan t suatu
p−1 p−1
bilangan positif.

Contoh 4.15 : (1) semua pembagi bulat positif dari 32 adalah 1,2,4,8,16,dan 32, maka
σ(32) = 1+2+4+8+16+32 = 63

σ(32) = σ(25) = 20 +22+23+24+25+ = 26-1 = 63

(2) periksalah bahwa σ(27) = 40, σ(49) = 57, σ(125) = 156, σ(64) = 127,
σ(42) = 96, σ(6) = 12

Apabila p dan q adalah dua bilngan prima yang berbeda dan n = pq, maka semua
pembagi bulat positif dari n adalah 1,p,q, dan pq = n, sehingga : σ(n) = σ(pq) = 1+ p + q
+ pq = (1+p) (1+q). Jika m = p2q3 dengan p danq bilangan-bilangan prima yang
berlainan, maka jumlah semaua pembagi bulat positif dari m dapat disususn sebagai
berikut: σ(m) = ( 1 + q + q2 + q3 ) + ( p + pq + pq2 + pq3) + (p2 + p2q + p2q2 + p2q3) = (1 +
p + p2) (1 + q + q2 + q3)

p 3−1 q 4−1
σ(m) = .
p−1 q−1

dapat disimpulkan bahwa apabila n = pkqt dengan p dan q keduanya bilangan


prima yang berbeda dan k, t bilangan-bilangan bulat positif, maka :

13
p k+1−1 q 4+1−1
σ( n ) = σ(pkqt) = .
p−1 q−1

Analog dengan contoh diatas, buktikanlah pertanyaan berikut.

Contoh 4.16 : (1) σ(15) = σ(3,5), σ(5) = 4,6 = 24

σ(45)= σ(32.5)= σ(32). σ(5)=13.6=78

(2) σ(504)=1560, σ(784)=1764, σ(874)=1064

k
Teorema 4.6 : Apabila bentuk kanonik dari bilangan bulat positif n = ∏ Pia 1 , maka
i=1

k
pi ai+1−1
σ(n)=∏
i=1 pi−1

Bukti : Perhatikan suku suku perkalian

(1= p1 + p12 + p13 +…. + p1a1)(1 + p2 + p22+ p23+….+p2a2)

(1= p3 + p32 + p33 +…. + p3a3)(1 + pk + p22+ p33+….+p2ak)

Setiap suku dari hasil perkalian ini berbeda satu dengan yang lainnya dan masing-
masing merupakan pembagian dari n, sehingga :

Σ(n) = i-1k(1= pi + pi2 + pi3 +…. + p1ai)

Mengingat rumus jumlah deret geometri, maka :

(1= pi + pi2 + pi3 +…. + p1ai)=pia1+1-1


Pi-1
k
Sehingga σ(n)=∏ pia1+1-1
i−1
Pi-1
22−1 32−1 72−1 112−1
Contoh 4.17 : (1) σ(2130)=σ(2.3.5.7.11)= . . . . =3.4.6.8.12=6912
2−1 3−1 7−1 11−1
Perhatikan kembali definisi 4.6 dan definisi 4.7, yaitu jika n suatu bilangan bulat
positif, maka(1) τ(n)= Σ dln1 dan (2)σ(n)= Σ dlnd.
Pada rumus (2), d menjelaskan semua pembagi bulat positif dari n. mengingatkan n/d
merupakan pembagi bulat positif dari n pula, maka rumus (2) dapat ditulis sebagai :

14
σ(n) = Σ dln n/d=n Σ dln 1/d
σ(n) = c1/d
Dalam hal ini dikatakan bahwa σ(n)/n merupakan jumlah kebalikan dari pembagi
pembagi bulat positif dari n.
Contoh 4.18 : (1) Semua pembagi bulat positif dari 18 adalah 1,2,3,6,9 dan 18.
σ(18)=39 Jumlah semua kebalikan pembagi pembagi dari 18 adalah:
1 1 1 1 1 1 1 1 18+9+6+ 3+2+1 18 39
Σ d|18 + =σ
d = 1 + 1 2 + 3 + 6 + 9 + 18 = 18 18 = 18
1 7 1 6 1 12
(2) Σ d|12 = . Σ d|11 = dan Σ d|5 =
d 3 d 5 d 11
1 p 4−1
Jika p suatu bilangan prima ,maka Σ d|p3 =
d p (p−1)
Formula untuk nilai c dapat diturunkan berdasarkan faktoriasi prima.Pertama
temukan formula untuk τ (n)dan σ (n) ktika n adalah kelipatan prima.
Lemma 4.1 : Misalkan p adalah bilangan prima dan a adalah bilangan bulat

p a+1−1
positif .Maka σ (pa)=1+p+p2+…pa= dan τ ¿a)=a+1
p−1
Bukti :Pembagi dari pa adalah 1,p,p2 …pa-1,pa .Akibatnya pa mempunyai
persisi a+1 pembagi sehingga τ ¿ =a+1.Juga perhatikan bahwa σ ¿
a)

a p a+1−1
)=1+p+p2+…pa=
p−1
Contoh 4.19 :Ketika lemma 4.1 diterapakan dengan p=5 dan a=3 ditemukan bahwa

54 −1=156
σ ¿3)=1+5+52+53= dan τ ¿3)=1+3=4
5−1
Teorema 4.7 :Misalkan bilangan bulat positif n memiliki faktorisasi prima n=

s
p 1a 1 +1 p 2a 2 +1 ps ps+1
p 1a 1 p 2a 2.. psas .Maka σ (n)= . … =∏ (a +1)
p 1−1 p 2−1 ps−1 j=1 j
Bukti :Karena σ dan τ adalah multiplikasi ,Terlihat bahwa
τ (n)=τ ¿.. psas )¿ τ ( p 1a 1 ) τ ¿ .)... τ ¿) dan
σ ¿)=σ (p 1¿¿ a 1) σ ( p 2a 2) ¿..σ ¿)
2.3 Fungsi Phi-Euler
Fungsi Phi-Euler memiliki sifat bahwa nilainya pada bilangan bulat n adalah hasil
kali dari nilai fungsi Phi-Euler pada kelipatan bilangan prima yang terjadi dalam

15
faktorisasi n. Fungsi dengan sifat seperti ini disebut hasil kali. Pada bagian ini akan
ditunjukkan bahwa fungsi Phi-Euler bersifat hasil kali.
Pertama-tama pandanglah nilai pada bilangan prima dan kemudian pada kelipatan prima
Teorema 4.8 :Jika p adalah bilangn prima, maka ϕ(p) = p – 1. Sebaliknya, jika p
adalah bilangan bulat positif dengan ϕ(p) = p – 1, maka p adalah
bilangan prima.

Bukti :Jika p adalah bilangan prima, maka setiap bilangan bulat positi yang
kurang dari p adalah prima relatif terhadap p. Karena p – 1 bilangan
bulat tersebut , diperoleh ϕ(p) = p – 1. Sebaliknya, jika p bukan
bilangan prima , maka p = 1 atau p adalah bilangan komposit.. jika p =
1, maka ϕ(p) ≠ p – 1 karena ϕ(1) = 1. Jika p adalah bilangan komposit ,
maka p memiliki pembagi d dengan 1 ˂ d ˂ p, dan tentu saja p dan d
adalah prima bukan relatif. Karena diketahui bahwa setidaknya satu
dari p – 1 bilangan bulat 1, 2, 3, ..., p – 1, yaitu d, tidak prima relatif
terhadap p, ϕ(p) ≤ p – 2. Maka jika ϕ(p) = p – 1, maka p pastilah
bilangan prima.

Teorema 4.9 :Misalkan p adalah bilangan prima dan a adalah bilangan bulat positif.
Maka ϕ ( pa ) = pa− p a−1.

Bukti :Bilangan bulat positif yang kurang dari pa yang tidak prima relatif
terhadap p adalah bilangan bulat yang tidak melebihi pa yang dapat
dibagi oleh p. Bilangan ini adalah bilangan bulat kp, dimana 1 ≤ k
≤ p a−1. Karena tepat pa−1 bilangan bulat seperti bilagna bulat pa− p a−1
yang kurang dari pa yang prima relatif terhadap pa. Karena itu,

ϕ ( pa ) = pa− p a−1.

Selanjutnya akan dinyatakan dan dibuktikan teorema yang menunjukkan bahwa ϕ


adalah multiplikasi.

Teorema 4.10 :Misalkan m dan n adalah bilangan bulat positif yang prima relatif, maka
ϕ(mn) = ϕ(m) ϕ(n).

Bukti :Tampilkan bilangan bulat positif yang tidak melebihi mn dengan cara
berikut:

16
1 m + 1 2m + 1 . . . (n – 1)m + 1

2 m + 2 2m + 2 . . . (n – 1)m + 2

3 m + 3 2m + 3 . . . (n – 1)m + 3

r m + r 2m + r . . . (n – 1)m + r

m 2m 3m . . . mn

sekarang, anggap bahwa r adalah bilangan bulat positif yang tidak melebihi m, dan
anggap bahwa (m,r) = d ˃ 1. Maka tidak ada bilangan dalam baris ke-r yan prima
relatif terhadap mn, karena setiap elemen baris ini adalah dari bentuk km + r, dimana
k adalah bilangan bulat dengan 1 ≤ k ≤ n−1 , dan d|( km+r ), karena d |m dan d |r .

Akibatnya, untuk menemukan bilangan bulat tersebut dalam tampilan tersebut adalah
prima relatif terhadap mn, perlu melihat baris ke-r hanya jika (m,r) = 1. Jika (m,r) = 1
dan 1 ≤ r ≤ m,, harus ditentukan berapa banyak bilangan bulat dalam baris ini yang
prima relatif terhadap mn. Elemen dalam baris ini adalah r, m + r, 2m + r, . . . ,(n-1)m
+ r. Karena (r,m) = 1, setiap bilangan bulat ini prima relatif terhadap m. Dengan
teorema 4.6., n bilangan bulat dalam baris ke-r membentuk sistem residu lengkap
modulo n. Karena itu, ada tepat ϕ(n) bilangan bulat ini yang prima relatif terhadap n.
Karena ϕ(n) bilangan bbulat ini juga prima relatif terhadap m, maka mereka relatif
prima terhadap mn.

Karena ada ϕ(m) baris, masing-masing berisi ϕ(n) bilangan bulat yang prima relatif
terhadap mn, dapat disimpulkan bahwa ϕ(mn) = ϕ(m) ϕ(n).

17
Teorema 4.11 : Misalkan n=Pa1 P2a … … . Pak adalah faktorisasi kelipatan prima dari
1 2 k

1 1 1
bilangan bulat positif n. maka ϕ ( n )=n 1− ( p1)(
1−
p2
… …. 1− ) (
pk
. )
Bukti : karena Φ bersifat multiplikasi. Teorema 4.3. memberitahu bahwa

ϕ ( n )=ϕ ( p1a ) Φ ( pa2 ) … … . ϕ ( pak ). selain itu, dengan Teorema 4.9.


1 2 k

1
diketahui bahwa ϕ ( n )=ϕϕ ( p j ) =p j − p j
qj aj a j −1 aj
= p j 1−( pj)untuk j = 1,2,

……,k. karenanya,

1 a 1 1
a1
ϕ ( n )= p1 1− ( p1) (
p 2 1−
2

p2
a
) (
… p k 1−
pk
k

)
1 1 1
a1 a2
= p1 p 2 … pk 1−
ak
( p1
1−)(
p2
… 1−
pk ) ( )
1 1 1
(
= n 1−
p1 )(
1−
p2
… 1−
pk ) ( )
Ini adalah formula yang diinginkan untukϕ ( n )

Contoh 4.23 : Dengan menggunakan Teorema 4.11, perhatikan bahwa

ϕ ( 100 ) =ϕ ( 25 5 2) =100 1− ( 12 )(1− 14 )= 40 dan


( 12 )(1− 14 )(1− 51 )=192
ϕ ( 720 ) =Φ ( 24 32 5 )=720 1−

Perhatikan bahwa Φ ( n ) adalah genap kecuali ketika n=2, seperti yang


ditunjukkan oleh teorema berikut

Teorema 4.12 : Misalkan n adalah bilangan bulat positif yang lebih besar dari 2. Maka
ϕ ( n ) adalah genap.
Bukti : Misalkan n=Pa1 P2a … … . Pas adalah faktorisasi prima dari n. karena
1 2 s

s
ϕϕ adalah multiplikasi, maka ϕ ( n )=∏ ϕ ( paj ). Dengan Teorema j

j=1

18
a a
4.9. diketahui bahwa ϕ ( p j ) = p j ( p j−1) . dapat dilihat bahwa
j j−1

ϕ ( p aj ) adalah genap jika p j adalah bilangan ganjil, karena kemudian


j

( p j−1 ) = genap; atau jika p j= 2 dan a j <1, karena kemudian paj j−1

adalah genap. Mengingat diketahui bahwa n>2, setidaknya satu dari


a
dua kondisi ini berlaku, sehingga ϕ ( p j ) adalah genap untuk paling
j

sedikit satu bilangan bulat j 1 ≤ j≤ s . Sehingga disimpulkan bahwa


ϕ ( n ) adalah genap.

Misalkan f adalah fungsi aritmetika. Maka F ( n )=∑ f (d ) mewakili jumlah nilai


dIn

f pada semua pembagi positif dari n. fungsi F disebut fungsi penjumlahan darif
Contoh 4.24 : Jika f adalah fungsi aritmatika dengan fungsi penjumlahan F, maka

F (12) =∑ f ( d )=f ( 1 )+ f ( 2 ) +f ( 3 ) + f ( 4 )+ f ( 6 ) + f (12 ) .


dI 12

Contohnya, jika f(d) = d2 dan F adalah fungsi penjumlahan dari f, maka


F(12) = 210, karena

∑ d 2=12 +22+ 32 +4 2+ 62 +122 =1+ 4+ 9+16+36+ 144=210


dI 12

Hasil berikut, yang menyatakan bahwa n adalah jumlah dari nilai fungsi phi
pada semua pembagi positif dari n, juga akan berguna pada selanjutnya. Dikatakan
bahwa fungsi penjumlahan dari ϕ ( n ) adalah fungsi identitas, yaitu fungsi yang nilainya
pada n adalah hanya n.

Teorema 4.13 : Misalkan n adalah bilangan bulat positif. Maka ∑ ϕ(d )=n .
dIn

Bukti : Bagi himpunan bilangan bulat dari 1 sampai n ke dalam kelas-kelas.


Masukkan bilangan bulat m ke dalam kelas C d jika pembagi persekutuan
terbesar m dan n adalah d. lihat bahwa m ada didalam C d yaitu, (m,n) = d,

jika dan hanya jika ( md ) ,( nd )=1. Karenanya, banyak bilangan bulat di


n
dalam C d adalah banyak bilangan bulat positif tidak melebihi yang
d

n
prima relative terhadap bilangan bulat . Dari pengamatan ini, terlihat
d

19
bahwa ada ϕ ( nd )bilangan bulat di dalam C . Karena bilangan bulat 1
d

sampai n di bagi menjadi kelas-kelas yang terpisah dan masing-masing


bilangan bulat ada pada satu kelas, maka n jumlah dari banyak elemen
dalam kelas yang berbeda tersebut. Akibatnya, terlihat bahwa

n=∑ ϕ
dIn
( nd ). Sebagaimana d yang berjalan melalui bilangan bulat positif
n
yang membagi n, juga berjalan melalui pembagi ini, sehingga
d

n=∑ ϕ
dIn
( nd )=∑ ϕ (d). Teorema Terbukti
dIn

Contoh 4.25 : Pembuktian Teorema 4.13 diilustrasikan ketika n = 18. Bilangan bulat
dari 1 sampai 18 dapat dibagi kedalam kelas C d, dimana d I 18 sedemikian
rupa sehingga kelas C d berisi bilangan bulat m itu dengan (m,18) = d.
diperoleh :

C1 = { 1,5,7,11,13 , 17 } .

C 2={ 2 , 4,8,10,14 , 16 }

C 3={ 3 , 15 }

C 6={ 6 , 12 }

C 9={ 9 }

C 18={ 18 }

Terlihat bahwa kelas C d berisi ϕ ( 18d )bilangan bulat, terdiri dari 6 kelas
masing-masing ϕ ( 18 ) =6 , ϕ ( 9 )=6 , ϕ ( 6 )=2 , ϕ ( 3 )=2 , ϕ ( 2 )=1 dan ϕ ( 1 )=1
bilangan bulat. Perhatikan bahwa 18 =

ϕ ( 18 ) +ϕ ( 9 )+ ϕ ( 3 ) +ϕ ( 2 ) +ϕ ( 1 )= ∑ ϕ (d )
dI 18

2.4 Bilangan Sempurna

20
Orang Yunani Kuno tertarik pada bilangan bulat yang sama dengan terhadap
jumlah semua pembagi positif mereka. Bilangan bulat tersebut disebut bilangan
sempurna.

Defenisi 4.8. : Jika n adalah bilangan bulat positif dan σ (n) = 2n, maka n disebut
bilangan sempurna.

Contoh 4.27 : σ (24) = 1 + 2 + 3 + 4 + 6 + 8 + 12 + 24 = 60, maka dapat kita


katakan bahwa 24 adalah bilangan sempurna.

Orang Yunani kuno tahu bagaimana cara mencari semua bilangan sempurna genap.
Teorema ini memberitahukan bagaimana bilangan positif genap itu merupakan bilangan
sempurna.*

Teorema 4.14 : Bilangan bulat positif n adalah bilangan sempurna genap jika dan
hanya jika n = 2m-1 (2m-1), dimana m adalah bilangan bulat
sedemikian rupa sehingga m ≥ 2 dan 2m-1 adalah bilangan prima.

Bukti : Akan ditunjukkan bahwa jika n = 2m-1 (2m-1), dimana 2m-1 ∈


bihlangan prima,maka n ∈ bilangan sempurna. Perhatikan bahwa
karena 2m-1 ganjil, maka diperoleh (2m-1 , 2m-1) = 1. Karena σ
adalah fungsi multiplikasi, terlihat bahwa σ (n) = σ (2m-1)σ (2m-1).

Lemma 4.1. : Misalkan p ∈ bilangan prima dan a ∈ℕ. Maka σ (pa) = 1 + p + p2

p a+1−1
a
+ ... + p = dan τ (pa) = a+1
p−1

Lemma 4.1. mengatakan bahwa σ (2m-1) = 2m-1 dan σ (2m-1) = 2m, karena diasumsikan
bahwa 2m-1 adalah bilangan prima. Akibatnya, σ (n) = (2m-1)2m = 2n, menunjukkan bahwa
n adalah bilangan yang sempurna.

Untuk menunjukkan konversnya adalah benar:

Dimisalkan n adalah bilangan sempurna. Maka, dituliskan n = 2st , dimana s ∈ℕ dan t ∈

bilangan ganjil. Karena (2s t , t) = 1, terlihat dari lemma 4.1. bahwa σ (n) = σ (2s t) = σ (2s )
σ (t) = (2s +1- 1)σ (t) (4.1)

Karena n sudah sempurna, diperoleh σ (n) = 2n = 2s +1 t (4.2)

21
Gabungkan (4.1)dan (4.2): (2s +1- 1)σ (t) = 2s +1 t (4.3)

Karena (2s +1 , 2s +1 - 1) = 1, dari lemma 3.4 terlihat bahwa 2s +1 | σ (t). Oleh karena itu, ada
bilangan bulat q sedemikian sehingga σ (t) = 2s +1 q . Masukkan ekspresi untuk σ (t) ini ke
(4.3)sehingga diperoleh (2s +1- 1)2s +1 q = 2s +1 t dan oleh karena itu (2s +1- 1)q = t
(4.4)

Jadi, q|t dan q≠t

Ketika q ditambahkan ke kedua sisi (4.4), akan ditemukan bahwa :


t + q = (2s +1- 1)q + q = 2s +1q = σ (t) (4.5)

Akan ditunjukkan bahwa q = 1. Perhatikan bahwa jika q ≠ 1 , maka setidaknya ada tiga
pembagi positif yang berbeda dari t, yaitu 1, q, san t. Ini menyiratkan bahwa σ (t) ≥ t + q +
1, yang bertentangan dengan (4.5). Karena itu, q = 1 dan dari (4.4), dapat disimpulkan
bahwa t = 2s +1 – 1. Juga dari (4.5), dapat dilihat bahwa σ (t) = t + 1, sehingga t haruslah
prima, karena hanya memiliki pembagi positif 1 dan t. Oleh karena itu, n = 2s (2s +1- 1),
dimana 2s +1- 1 adalah bilangan prima.

Dari teorema 4.14, kita dapat melihat bahwa untuk mencari bilangan sempurna genap,
maka harus ditemukan bilangan prima dari bentuk 2m- 1. Untuk mencari bilangan prima
dari bentuk ini, hal yang pertama dilakukan adalah dengan menunjukkan bahwa eksponen
m haruslah prima.

Teorema 4.15 : Jika m ∈ℕ dan2m- 1 ∈ bilangan prima, maka m pasti bilangan


prima

Bukti : Asumsikan bahwa m tidak prima, sehingga m = ab, dimana 1< a


< m dan 1 < b < m. (Perhatikan bahwa m > 1, karena 2m- 1
adalah bilangan prima). Kemudian 2m- 1 = 2ab- 1 = (2a- 1) (
2a (b −1) + 2a (b −2)+ ... + 2a + 1). Karena kedua faktor di sisi kanan
persamaan lebih besar dari 1, terlihan bajwa 2m- 1 adalah
bilangan komposit jika m adalah tidak prima. Oleh karena itu,
jika 2m- 1 adalah bilangan prima, maka m haruslah juga
bilangan prima.

22
Defenisi 4.9: Jika m adalah bilangan bulat positif ,maka Mm= 2m-1 disebut bilangan
Mersenne ke –m;Jika p adalah bilangan prima dan M p = 2p- 1 juga
bilangan prima ,maka Mp disebut Mersenne prima

Contoh 4.28 :Bilangan Mersenne M7 = 27-1 adalah bilangan prima ,sedangkan bilanagan
Mersenne M11 = 211-1=2047 =23.89 adalah bilangan komposit .

Adalah mungkin untuk membuktikan berbagai teorema yang membantu untuk


menentukana apakah bilangan Mersenne adalah bilangan prima.Salah satu teorema
tersebut sekarang diberikan.

Teorema 4.16 :Jika p adalah bilanagan prima ganjil ,maka pembagi bilangan
Mersenne Mp=2p-1 adalah berbentuk 2 kp +1,dimana k adalah
bilangan bulat positif .

Bukti :Misalkan q menjadi pembagi prima Mp=2p-1 .Dengan teorema Fermat


kecil,diketahui bahwa q |(2q-1-1 ).Selain itu,dari Lemmma 3.1
Diketahui bahwa (2p-1,2q-1-1 )=2(p,q-1) -1 . (4.6 )

Karena q adalah pembagi persekutuan dari 2p-1 dan 2q-1-1 ,diketahui


bahwa (2p-1 ,2q-1-1 )> 1 .Karenanya ,(p,q-1)=p ,karena satu-satunya
kemungkinan lainnya ,yaitu (p,q-1)=1 ,akan menyiratkan dari
(4.6)bahwa (2p-1,2q-11) =1 .Maka p|(q-1)dan oleh karena itu ,ada
bilangan bulat positifm sedemikian hingga q-1 =mp.Karena q
ganjil ,maka m haruslahgenap ,sehingga m =2k,dimana k adalah
bilangan bulat positif .Karena itu ,q=mp+1 =2kp +1 .Karena pembagi
dari Mpadalah hasil kali pembagi prima Mp adalah berbentuk 2kp +
1,dan hasil kali dari bilangan bentuk ini juga dari bentuk ini ,hasilnya
terbukti.

Teorema 4.16 bisa digunakan untuk membantu menentukan apakah bilangan


Mersenne adalah bilangan prima .Diilustrasikan dengan contoh berikut .

Contoh 4.29 :Untuk menentukan apakah M13 =213-1 =8191 adalah prima ,hanya perlu
melihat faktoer prima tidak melebihi √ 8191 =90,504....Selanjutnya
,dengan Teorema 4.16.Pembagi prima tersebut harus berbentuk 26k
+1 .Satu-satunya kandidiat untuk bilangan prima yang membagi M13

23
yang kurang dari atau sama dengan √ M 13 adalah 53 dan 79 .Percobaan
pembagian mudah dikesampingkan dari kasus ini ,sehingga M13 adalah
bilangan prima

Contoh 2.30 :Untuk menentukan apakah M23=223-1 = 8.388.607 adalah bilangan


prima ,hanya perlu menentukan apakah M23 dapat dibagi dengan
bilangan prima yang kurang dari atau sama dengan √ M 23=2896,309....
dari bentuk 46 k + 1 .Prima pertama dari bentuk ini ndalah 47. Sebuah
percobaan pembagian menunjukkan bahwa 8.388.607 = 47. 178.48l,
sehingga M23 adalah bilangan komposit .

Karena ada uji keprimaan khusus untuk bilangan Mersenne. hal itu mungkin
terjadi untuk menentukan apakah bilangan Mersenne yang sangat besar adalah prima.

Suatu uji keprimaan yang sangat berguna berikut ini. yang dikenal sebagai uji
Lucas Lehmer ,sesudah Edouard Lucas. yang mengembangkan teori pengujian ini adalah
didasarkan pada tahun l870-an. dan Derrick li Lehmer yang mengembangkan versi
pengujian yang disederhanakan pada tahun l930. Pengujian ini telah digunalkan untuk
menemukan bilang prima Mersenne yang paling terkenal dan sedang digunakan saat ini
dalam mencuri bilanganprima Mersenne yang baru,yang akan dijelaskan kemudian di
bagian ini. Untuk sebagian besar dalam sejarah baru-baru ini, bilangan prima Mersenne
terbesar yang diketahui adalah bilangan prima yang dikenal saat. Namun, dari ' akhir
I990 sampai awal 1992,bilangan prima yang paling dikenal adalah 391.581 . 2 216.193-1 .
Karena bilangan ini berbentuk k . 2n-1 ,adalah mungkin untuk menggunaka uji khusus ini
untuk menunjukkan bahwa bilingan itu adalah prima .

Teorema 4.l7. :Uji Lucas - Lehmer. Misalkan p adalah bilangan prima dan misalkan
Mp=2p-1 menunjukkan bilangan Mersenne ke-p. Penentuan harian
bilangan bulat secara rekursif dengan menetapkan r1= 4 dan ,untuk k
≥ 2 ,rk =r 2k−1- 2(mod Mp) ,0 ≤ rk < Mp .Maka Mp adalah bilangan prima
jika dan hanya jika rp-1 ≡0(mod Mp)

Untuk mengilustrasikan bagaimana uji Lucas –Lehmer digunakan diberikan


melalui contoh .

24
Contoh 4.31. : Pandang bilangan Mersenne M5 =25-1 =3l. Kemudian r1 = 4,r2 ≡ 42-2
= 14 (mod 31), r3 ≡ 14 2-2 =8 (mod 31), dan r 4 ≡ 82 – 2 = 0 (mod 31)
karena r4 ≡ 0 (mod 31) dapat disimpulkan bahwa M5 = 31 adalah
bilangan prima.

Uji Lucas-Lehmer bisa dilakukan dengan cukup cepat. Sepertiu pernyataan


corollary berikut ini. Corollary ini memungkinknn untuk menguji apakah bilang
Merseenne adalah bilangan prima tanpa memfaktorkannya dan memungkinkan untuk
menentukan apakah bilangan Mersenne yang sangat besar adalah bilangan prima,
sedangkan bilangan lainnya dari ukuran sama yang tidak memiliki bentuk khusus tidak
dapat diuji.

Corollary 7.132 : Misalkan p adalah bilangan prima dan misalkan M p = 2p -1


menunjukkan bilangan Mersenne ke-p. Hal ini dimungkinkan
untuk menentukan apakan Mp adalah bilangan dengan
menggunakan operasi bit O(p3)

Bukti : Untuk menentukan apakah Mp adalah bilangan prima dengan


menunjukkan Lucas –Lehmer diperlukan mengkuadratkan p -1
modulo Mp ,masing –masing membutuhkan operasi bit O ((log
Mp)2) = O (p2) .Oleh karena itu , . Uji Lehmer membutuhkan
operasi bit O(p3).

2.5 Inversi Mobius

Misalkan f adalah fungsi aritmatika. Formula F ( n )=∑ f (d ) mengekspresikan nilai-


d /n

nilai dari F, fungsi penjumlahan dari f , dalam suku-suku dari nilai f .Misalkan f adalah

fungsi aritmatika dan F adalah fungsi penjumlahan F ( n )=∑ f (d ). Pengembangan


d /n

defenisi F(n) = 1,2,….,8, dapat dilihat bahwa :

F ( 1 )=f ( 1 )

F ( 2 )=f ( 1 ) +f (2)

F ( 3 ) =f ( 1 ) +f (3)

F ( 4 ) =f ( 1 ) +f ( 2 ) + f ( 4 )

25
F ( 5 ) =f (1)+ f (5)

F ( 6 )=f ( 1 ) + f ( 2 ) + f ( 3 ) +f (6)

F ( 7 )=f ( 1 ) + f (7)

F ( 8 )=f ( 1 ) + f ( 2 ) + f ( 4 )+ f (8)

Dan seterusnya. Ketika persamaan ini diselesaikan berturut-turut untuk f (n), untuk n =
1,2,…,8, ditemukan bahwa :

f(1) = F(1)

f(2) = F(2) – F(1)

f(3) = F(3) – F(1)

f(4) = F(4) – F(2)

f(5) = F(5) – F(1)

f(6) = F(6) – F(3) – F(2) + F(1)

f(7) = F(7) – F(1)

f(8) = F(8) – F(4)

Perhatikan bahwa f (n) sama dengan jumlah suku dari bentuk ± F ( dn ), dimana d | n. Dari
bukti ini, mungkin bermanfaat untuk mencari identitas dari bentuk f ( n )=∑ μ ( d ) F
d /n
( dn )
dimanaμ adalah fungsi aritmatika.

Defenisi 4.10. : fungsi Mobius, μ(n), didefenisikan oleh

1 jika n=1

{
μ ( n )= (−1)
0
jika n=p 1 p2 … p r , dimana pi adalahbilangan prima berbeda
selain itu

Fungsi mobius dinamai August Ferdinand Mobius. Dari defenisi tersebut, dapat dilihat
bahwa μ ( n )=0 adalah setiap kali n habis dibagi kuadrat dari bilangan prima, satu-satunya
nilai n dimana μ(n) ≠ 0 adalah n yang bebas kuadrat.

26
Contoh 4.32 : dari defenisi μ(n), dapat dilihat bahwa

μ ( 1 )=1. μ ( 2 ) =−1. μ ( 3 ) =−1 , μ ( 4 )=μ ( 22 ) =0 , μ ( 5 )=−1 , μ ( 6 )=μ ( 2.3 ) =1. μ ( 7 ) =−1 , μ ( 8 ) =


.

Contoh 4.33 : diperoleh μ ( 330 )=μ ( 2. 3.5. 11 )=¿.

Sekarang akan diverifikasi bahwa fungsi Mobius bersifat multiplikasi, melanjutkan


langsung dari defenisinya.

Teorema 4.18 : Fungsi Mobius μ(n) adalah fungsi multiplikasi.

Bukti : Misalkan m dan n adalah bilanagan bulat positif yang prima relative.
Untuk menunjukkan bahwa μ(n) adalah multiplikasi diharuskan untuk
menunjukkan bahwa μ ( mn )=μ ( m ) μ(n). Untuk membangun persamaan ini,
pertama pandanglah kasus ketika m = 1 atau n = 1, dapat dilihat bahwa
μ ( mn ) dan μ ( m ) μ( n) sama dengan μ(n). Untuk kasus n =1 juga sama.
Sekarang anggaplah bahwa paling tidak m dan n terbagi oleh kuadrat dari
bilangan prima. Kemudian mn juga bisa dibagi oleh kuadrat dari bilangan
prima. Akibatnya, μ ( mn ) dan μ ( m ) μ( n) adalah keduanya sama dengan 0.
Akhirnya, pandanglah kasus yang tersisa ketika m dan n adalah bilangan
bulat bebas kuadrat yang lebih besar dari 1. Misalkan
m= p1 p 2 … p s , dimana p1 p2 … ps adalah bilangan prima yang berbeda., dan
n=q1 q … q t , dimana q1 q … q tadalah bilangan prima yang berbeda. Karena
m dan n adalah relative, tidak ada bilangan prima terjadi pada kedua
faktorisasi prima m dan n. akibatnya, mn adalah hasil kali dari bilangan
prima yang berbeda. Itu berarti bahwa μ ( mn )=(−1)s (−1)t =μ ( m ) μ(n).

Sekarang akan ditunjukkan bahwa fungsi penjumlahan dari fungsi Mobius adalah fungsi
yang sangat sederhana.

Teorema 7.19 : Fungsi penjumlahan dari fungsi Mobius pada bilangan bulat n,

F ( n )=∑ μ ( d ) memenuhi ∑ μ ( d )=
d /n d /n
{10 jika n=1
jika n> 1

Bukti : pertama pandanglah kasus ketika n = 1 diperoleh

27
F ( 1 )=∑ μ ( 1 ) =μ ( 1 ) =1.
d/n

Selanjutnya, misalkan n ˃ 1. Dengan teorema 4.4., karena μ adalah fungsi multiplikasi,

penjumlahan fungsi F ( n )=∑ μ ( d ) juga bersifat multiplikasi. Sekarang, anggaplah bahwa


d /n

p adalah bilangan prima dan k adalah bilangan bulat positif. Terlihat bahwa

F ( P k ) =∑ μ=μ ( 1 ) + μ ( p )+ μ ( p 2) + …+¿ μ ( p k )=1+ (−1 ) +0+ … ,+0=0 ¿. Karena μ ( pi )=0


k
d/ p

setiap kali I ≥ 2.

Akhirnya, anggaplah bahwa n adalah bilangan bulat positif, n ˃ 1, dengan faktorisasi


kelipatan prima pa1 p a2 … pat . Karena F adalah multi plikasi,berarti bahwa
1 2 t

F ( n )=F( p ¿ ¿1 a ) F ¿ ¿. Karena masing-masing faktor disisi kanan dari persamaan ini


1

adalah 0, maka F(n) = 0.

Teorema 4.20 : Formula Inversi Mobius. Misalkan f adalah sebuah fungsi


aritmatika dan bahwa F adalah fungsi penjumlahan f, sehingga

F ( n )=∑ f (d ). Maka, untuk semua bilangan bulat positif n,


d /n

F ( n )= ∑ μ ( d ) F
d /n
( nd )
Bukti : Pembuktian formula ini melibatkan beberapa manipulasi jumlah
ganda. Selanjutnya sebagai berikut, mulai dengan jumlah di sisi

f (e)
kanan formula, penggantian F ( nd ) dalam ekspresi ∑( )
e∨
n
d
, yang

berasal dari defenisi fungsi F sebagai fungsi penjumlahan dari f.


sehingga diperoleh

∑ μ ( d ) F ( dn )=∑ μ (d ) ∑ f (e )
d
n
d
n [ e∨
n
()
d
]
¿∑ ∑ μ (d ) f (e )
d
n [ ()
e∨
n
d
]
28
Perhatikan bahwa pasangan bilangan bulat (d,e) dengan d | n dan e | ( nd ) sama dengan e |
n dan d ( ne ) yang berarti bahwa
∑ ∑ μ ( d ) f ( e ) =∑ ∑ f (e ) μ (d )
d
n [ () ] [ ()
e∨
n
d
e
n
d∨
n
e
]
∑ f (e ) μ (d )
¿
e
n[ ∑( ) ] d∨
n
e

∑ μ ( d )=0
sekarang akan dilihat dengan teorema 4.19. bahwa
()
d∨
n
e
kecuali ( ne )=1. Ketika
( ne )=1, yaitu, ketika n = e, jumlah ini sama dengan 1. Akibatnya
∑ f (e ) ∑ μ ( d ) =f ( n ) .1=f (n)
e
n [ d∨
n
()
e
] bukti lengkap.

Formula inversi mobius dapat digunakan untuk membangun banyak identitas baru yang
akan sulit dibuktikan dengan cara lain, seperti contoh berikut.

Contoh 4.34 : Fungsi σ ( n ) dan τ (n) adalah fungsi penjumlahan dari masing-masing
fungsi f(n) = n dan f(n) = 1, seperti yang disebutkan pada bagian 7.2.

artinya σ ( n )=∑ d dan τ ( n )=∑ 1, dengan formula inversi mobius dapat


d /n d /n

disimpulkan bahwa untuk semua bilangan bulat n, n=∑ μ


d /n
( nd ) σ (d) dan
1=∑ μ
d/n
( nd ) τ (d )
Membuktikan kedua identitas ini secara langsung akan sulit .

29
Dengan Teorema 4.4., diketahui bahwa jika f adalah fungsi multiplikasi, maka demikian

juga fungsi penjumlahan, F ( n )=∑ f (d ). Akibat lainnya yang bermanfaat dari formula
d .n

inversi mobius adalah dapat berubah disekitar pernyataan ini. artinya, jika fungsi
penjumlahan F dari fungsi aritmatika f adalah multiplikasi, maka begitu juga f.

Teorema 4.21 : Misalkan f adalah fungsi aritmatika dengan penjumlahan F ( n )=∑ f (d ).


d .n

maka, jika F adalah multiplikasi, f adalah juga multiplikasi.

Bukti : Misalkan m dan n adalah bilangan bulat positif yang prima relative. Ingin
ditunjukkan bahwa f(mn) = f(m) f(n). untuk menunjukkan ini, pertaa
perhatikan bahwa oleh lemma 3.7., jika d adalah pembagi dari mn, maka
d=d 1 d 2 dimana d 1|m ,d 2|n , dan ( d 1 , d 2 )=1. Dengan menggunakan formula
inversi mobius dan fakta bahwa μ dan F adalah multiplikasi, dapat dilihat
bahwa

f ( mn )= ∑ μ ( d ) F
d /mn
( mnd )
¿ ∑ ¿
mn
d1 /m , d2/¿n μ (d 1 d2) F
( )
d1 d 2
¿

¿ ∑ ¿
d1 /m , d2/¿n μ ¿¿¿

¿ ∑ μ (d1 ) F
d1/m
( dm ) .∑ μ ( d ) F ( dm )
1 d2/n
2
2

¿ f ( m) f (n) .

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fungsi-fungsi pada teori bilangan, antara lain: fungsi integer terbesar, fungsi
aritmetika, fungsi Phi-Euler, bilangan sempurna, dan invers Mobius. Berikut beberapa
sifat dari fungsi pada teori bilangan : Fungsi integer terbesar muncul dalam banyak
konteks, fungsi ini memaikan peran penting dalam menganalisis algoritma (suatu cabang

30
dari ilmu komputer), Fungsi aritmetika adalah fungsi yang daerah asalnya (domain)
berada pada himpunan semua bilangan bulat positif dan rangenya merupakan himpunan
bagian dari bilangan kompleks, Fungsi Phi-Euler adalah fungsi yang memiliki sifat
bahwa nilainya pada bilangan bulat n adalah hasil kali dari nilai fungsi Phi-Euler pada
kelipatan kelipatan prrima yang terjadi dalam faktorisasi n, Bilangan bulat sempurna
adalah bilangan bulat yang sama dengan tepat terhadap jumlah pembagi positif mereka
dan lain-lain.
3.2 Saran
Diharapkan dapat mengerti dan memahami materi yang ada dalam makalah

DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Asrin. 2020. Teori Bilangan. Jakarta : Desanta Muliavisitama

31

Anda mungkin juga menyukai