Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

Analisa Numerik dan Pemrograman adalah salah satu mata kuliah


yang ada pada Fakultas Teknik Sipil prodi Sipil. Analisa Numerik dan
Pemrograman atau yang biasa di sebut dengan Anum mempelajari tentang
pengolahan atau pemecahan masalah dalam matematika dengan langkah
dasar analisis data. Adapun materi-materi yang di pelajari pada mata kuliah
ini seperti:

a. Akar-akar persamaan
b. Sistem Persamaan Linear
c. Analisa Regresi
d. Interpolasi
e. Integrasi Numerik
f. Persamaan Diferensial Biasa
Materi yang di pelajari setelah uts yaitu interpolasi, integrasi
numerik, dan persamaan diferensial biasa. Dalam interpolasi ada beberapa
materi yang di pelajari seperti interpolasi linier, interpolasi kuadrat,
interpolasi polinimial, dan interpolasi polinomial lagrange. Lalu setelah
interpolasi yaitu materi Integrasi Numerik.

Dalam Integrasi Numerik terdapat beberapa metode yang dapat di


pelajari seperti metode trapesium, metode trapesium dengan banyak pias,
metode simpson, metode simpson 1/3,metode simpson 1/3 dengan banyak
pias, metode simpson 3/8, integral dengan panjang pias yang tidak sama.
Setelah itu Integrasi Numerik ada materi terakhir yaitu Persamaan
Diferensial Biasa. Dalam Persamaan Diferensial Biasa terdapat pula
beberapa metode seperti metode satu langkah, metode euler, metode heun,
metode euler yang dimodifikasi, metode runge-kutta, metode runge-kutta
order dua. Pada bab kedua akan di jelaksan lebih lanjut mengenai materi
analisa numerik setelah uts.

1
BAB 2
PEMBAHASAN

Materi yang di pelajari setelah uts seperti yang telah di jelaskan pada
bab 1 yaitu Interpolasi, Integrasi Numerik, dan Persamaan Diferensial Biasa
nah pada bab ini akan di jelaskan secara keseluruhan mengenai materi
tersebut. Interpolasi, interpolasi di bagi atas:

1. Interpolasi linear

Interpolasi Linear adalah bentuk paling sederhana dari Interpolasi


adalah menghubungkan 2 buah titik data dengan garis lurus. Dari 2 segitiga
sebangun ABC dan ADE seperti tampak dalam gambar di bawah ini :

Terdapat hubungan berikut:


BC DE
=
AB AD
fi ( x )−f ( x 0) f ( xi )−f (x 0)
=
x −x 0 xi−x 0

2
f ( xi )−f ( x 0 )
fi(x)=f ( x 0)+ ( x −x 0)
xi−xo
Persamaan di atas adalah rumus Interpolasi Linear, yang mirip
bentuk Interpolasi Polinomial Order Satu.

2. Interpolasi Kuadrat

Kesalahan yang terjadi dalam Interpolasi Linear adalah karena kurva


dari fungsi di dekati oleh garis lurus. Untuk mengurangi kesalahan tersebut
maka perkiraan dilakukan dengan menggunakan garis lengkung yang
menghubungkan titik-titik data. Apabila terdapat tiga titik data, maka
perkiraan dapat di lakukan dengan Polinomial Order Dua. Untuk maksud
tersebut persamaan Polinomial Order Dua di tulis dalam bentuk:

f 2 ( x )=b 0+ b 1 ( x−x 0 ) +b 2( x−x 0)(x−x 1)


Dengan :
b 0=f (x 0)
f ( xi )−f (x 0)
b 1=
x 1−x 0
f ( x 2 ) −f ( x 1 ) f ( x 1 )−f ( x 0 )

x 2−x 1 x 1−x 0
b 2=
x 2−x 0

3. Bentuk Umum Interpolasi Polinomial

Prosedur seperti yang di jelaskan di atas dapat di gunakan untuk


membentuk polynomial order n dari n+1 titik data. Bentuk umum
Polinomial Order n adalah:
fn ( x )=b 0+b 1 ( x−x 0 ) +..+bn ( x−x 0 )( x−x 1 ) ..(x−xn−1)
Seperti yang di lakukan dengan Interpolasi Liniear dan kuadrat,
titik” data dapat di gunakan untuk mengevaluasi koefisien b0,b1…., bn.
Untuk Polinimial Order n, di perlukan n+1 titik data x0,x1,x2….,xn.
Dengan menggunakan titik” data tersebut, persamaan berikut di gunakan
untuk mengevaluasi koefisien b0, b1…,bn:
b 0=f (x 0)
b 0=f ( x 0 , x 1)

3
b 0=f (x 0 , x 1 , x 2)
.
.
bn=f ( xn , xn−1 …. x 1 , x 0)
Dengan definisi fungsi berkurung ([…..]) adalah pembagian beda
hingga. Misalnya pembagian beda hingga pertama adalah
Misalnya pembagian beda hingga pertama adalah
f ( xi ) −f ( xj )
fi [ xi , xj ] =
xi−xj
Pembagian beda hingga kedua adalah
f ( xi , xj )−f ( xj , xk )
fi [ xi , xj , xk )=
xi−xo
Pembagian beda hingga ke-n adalah
f ( xn , xn−1 , .. xi )−f ( xn−1 , xn−2 , .. x 0 )
fi[ xn , xn−1 ,.. xi , xo ]=
xn−xo
Sehingga bentuk persamaan menjadi:
fn ( x )=f ( x 0 ) +f ( x 1 , x 0 )( x−x 0 ) + f ( x 2, x 1 , x 0 )( x−x 0 ) ( x−x 1 ) +..+f ( xn , xn−1 , .. x 1 , x 0 ) ( x −x 0 ) ( x−

4. Interpolasi Polinomial Lagrange


Interpolasi polynomial lagrange adalah hampir sama dengan
polynomial newton, tetapi tidak menggunakan bentuk pembagian beda
hingga. Interpolasi polynomial lagrange dapat di turunkan dari persamaan
newton.

Bentuk polynomial newton order satu

f 1 ( x )=f (x 0)+ ( x−x 0 ) f ¿

Contoh interpolasi lagrange polynomial order 1


x−x 1 x−x 0
f ( x )= f ( x 0 )+ f ( x 1)
x 0−x 1 x 1−x 0
Interpolasi lagrange polynomial order 2
x−x 1 x−x 2 x 1−x 0 x−x 2 x 1−x 0 x−x 1
f ( x )= . f ( x 0 )+ . f ( x 1) + . f (x2)
x 0−x 1 x 0−x 2 x 1−x 0 x 1−x 2 x 2−x 0 x 2−x 1
Selanjutnya kita masuk ke materi Intergrasi Numerik

4
Integrasi suatu fungsi adalah operator matematik yang di
presentasikan dalam bentuk

b
I =∫ f ( x ) dx
a

Integral analitis suatu fungsi telah banyak di pelajari dalam mata


pelajaran matematika atau kalkulus. Dalam buku ini akan di pelajari integral
numerik yang merupakan metode pendekatan dari integral analitis.

Integral numerik dapat di lakukan apabila :

- Integral sukar di selesaikan secara analitis


- Fungsi yang di integralkan tidak di berikan dalam bentuk
analitis, tetap secara numerik dalam bentuk angka (tabel)

Metode integral numerik merupakan integral yang didasarkan pada


hitungan perkiraan. Hitungan perkiraan tersebut di lakukan dengan
mendekati fungsi yang di integralkan dengan fungsi polynomial yang di
peroleh berdasarkan data yang tersedia.

A. Metode Trapesium
Metode ini merupakan metode pendekatan integral numerik dengan
persamaan polynomial order 1. Dalam metode ini kurva lengkung dari
fungsi f(x) di gantikan oleh garis lurus

5
f ( a )+ f ( b )
I =( b−a)
2

B. Metode Trapesium Dengan Banyak Pias


Metode trapezium satu pias memiliki tingkat kesalahan yang sangat
besar.untuk mengurangi kesalahan yang terjadi maka kurva lengkung di
dekati oleh sejumlah garis lurus, sehingga terbentuk banyak pias. Pada
metode banyak pias ini terdapat rumus untuk mencari Δx yaitu:
b−a
Δ x=
n
Batas batas pias di beri notasi
Xo=a,x1,x2,…..,xn= b
integral total dapat di tulis dalam bentuk:
x1 x2 xn
I =∫ f ( x ) dx +∫ f ( x ) dx+ ¿ … … .+ ∫ f ( x ) dx ¿
xo x1 xn−1

Lalu I dapat di cari dengan rumus


Δx
I= ¿
2
Besarnya kesalahan yang terjadi pada penggunaan banyak pias adalah
Δx 2
Et = ( b−a ) f (xi
12

C. Metode Simpson
Disamping menggunakan rumus trapezium dengan interval yang
lebih kecil, cara lain untuk mendapatkan perkiraan yang lebih teliti adalah
mengguanakan polynomial order lebih tinggi untuk menghubungkan titik-
titik data. Dalam metode simpson ada aturan-aturan yang harus di pahami:

1. Aturan Simpson 1/3


Di dalam aturan simpson 1/3 di gunakan polynomial order dua
(persamaan parabola) yang melalui titik f(xi-1).f(xi) dan f(xi+1) untuk
mendekati fungsi. Rumus simpson dapat di turunkan berdasarkan deret
taylor.

6
Titik C adalah titik tengah antara a dan b
Δx
Ai= ¿
3
b−a
Dengan Δx =
2
Sehingga
b−a
Ai= ¿
6

2. Aturan Simpson 1/3 Dengan Banyak Pias


Seperti dalam metode trapezium, metode simpson dapat di perbaiki
dengan membagi luasan dalam sejumlah pias dengan panjang interval yang
sama.
b−a
Δx=
n
Luas total di peroleh dengan menjumlahkan semua pias, seperti terlihat pada
rumus di bawah ini:
b

∫ f ( x ) dx= A 1+ A 3+..+ An−1


a

Dalam metode simpson ini jumlah interval adalah genap, apabila persamaan
aturan simpson 1/3 di substitusikan ke persamaan untuk aturan simpson 1/3
dengan banyak pias di peroleh:
b

∫ f ( x ) dx= Δx
3
( f 0+ 4 f 1+ f 2 )+
Δx
3
( f 2+4 f 3+ f 4 )+..
Δx
3
( fn−2+4 fn−1+fn )
a

Atau
b

∫ f ( x ) dx= Δx
3
¿
a

3. Aturan Simpson 3/8


Metode simpson 3/8 di turunkan dengan menggunakan persamaan
polynomial order tiga yang melalui 4 titik:

7
b b
I =∫ f ( x ) dx=∫ f 3( x) dx
a a

Dengan cara yang sama seperti dalam penurunan aturan simpson 1/3,
akhirnya di peroleh:
3 Δx
I= [ f ( x 0 ) +3 f ( x 1 ) +3 f ( x 2 ) +f ( x 3 ) ]
8
Dengan
b−a
Δx=
3
Metode simpson 3/8 dapat juga di tulis dalam bentuk:
I =( b−a)¿ ¿

D. Integral Dengan Panjang Pias Tidak Sama


Beberapa rumus yang telah di pelajari di depan di dasarkan pada titik
data yang berjarak sama. Di dalam praktek sering di jumpai suatu keadaan
dimana di perlukan pembagian pias dengan panjang tidak sama, seperti
terlihat dalam gambar di bawah ini. Pada kurva yang melengkung dengan
tajam di perlukan jumlah pias yang lebih banyak sehingga panjang pias
lebih kecil di banding dengan pada kurva yang relatif datar.

Diantara beberapa aturan yang telah di bicarakan, yang dapat di


gunakan untuk keadaan ini adalah metode trapezium banyak pias, dengan
bentuk persamaannya adalah:

f ( x 1 ) +f ( x 0) f ( x 2 ) + f ( x 1) f ( xn ) + f (xn−i)
I =Δx 1 + Δx 2 …+ Δxn
2 2 2
Dengan
Δxi=xi−xi−1

Setelah Integrasi Numerik kita masuk ke materi Persamaan


Diferensial Biasa

Banyak permasalahan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknik


yang dapat di formulasikan ke dalam bentuk persamaan diferensial, seperti

8
persamaan lendutan balok, teori getaran, profil muka air sungai dan
sebagainya.

Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang mengandung


turunan fungsi persamaan. Diferensial dapat di bedakan menjadi 2 macam
yang tergantung pada jumlah variabel bebas. Apabila persamaan tersebut
mengandung hanya 1 variabel bebas, persamaan disebut dengan persamaan
diferensial biasa dan jika mengandung lebih dari satu variabel bebas disebut
persamaan diferensial parsil

Derajat (order) dari persamaan diferensial di tentukan oleh derajat


tertingi dari turunannya. Sebagai contoh persamaan diferensial biasa di
bawah adalah order satu, karena turunan tertingginya adalah turunan
pertama.

dy
x + y=3
dx

Sedang persamaan diferensial biasa order dua mengandung turunan kedua


sebagai turunan tertingginya, seperti;

d2 y dy
+ 3 +2 y =0
dx 2 dx
Contoh persamaan diferensial parsiil dengan variabel bebas x dan t adalah:
ay a 2 y
=
at ax 2

A. Metode Satu Langkah


Didalam sub bab ini akan diselesaikan persamaan diferensial biasa
dengan bentuk:
dy
=f ( x , y)
dx
Persamaan tersebut dapat di dekati dengan bentuk berikut:
dy Δ y Yi+1−Yi
= = =f ( x , y )
dx Δ x Xi+1− Xi
Atau:

9
Yi+1=Yi+ f ( x , y )( xi+1−xi )
Atau:
Yi+1=Yi+ Δ x

Dengan adalah perkiraan kemiringan yang digunakan untuk


ekstrapolasi dari nilai Yi ke Yi+1 yang berjarak Δ x yaitu selisih antara
Δ x=xi+1−xi persamaan di atas dapat digunakan untuk menghitung
langkah nilai Y secara bertahap.
Berikut ini dipaparkan beberapa metode satu langkah:
A .1. Metode Euler
Metode Euler adalah salah satu dari metode satu langkah yang
paling sederhana. Dibandingkan dengan beberapa metode lainnya, metode
ini paling kurang teliti. Namun demikian metode ini perlu di pelajari
mengingat kesederhanaannya dan mudah pemahamannya sehingga
memudahkan di dalam mempelajari metode lain yang lebih teliti. Metode
Euler dapat di turunkan dari deret taylor:
Δ x2
Yi+1=Yi+Y ' 1 Δ x+Y ' ' 1 +...
2!
Apabila nilai Δ x kecil, maka suku yang mengandung pangkat lebih
tinggi dari 2 adalah sangat kecil dan dapat di abaikan, sehingga persamaan
di atas dapat di tulis menjadi:
Yi+1=Yi+Y ' 1 Δ x
Atau:
Yi+1=Yi+ f ( xi , yi ) Δ x
Dengan i = 1, 2, 3 , … persamaan di atas adalah metode euler.
Nilai Yi+1 diprediksi dengan menggunakan kemiringan fungsi (sama
dengan turunan pertama) di titik xi untuk di ekstrapolasikan secara linier
pada jarak sepanjang pias Δ x
 Kesalahan Metode Euler
Penyelesaian numerik dari persamaan diferensial biasa
menyebabkan terjadinya dua tipe kesalahan, yaitu:

10
1. Kesalahan pemotongan, yang di sebabkan oleh teknik penyelesaian yang
di gunakan untuk memperkirakan nilai Y
2. Kesalahan pembulatan, yang disebabkan oleh keterbatasan jumlah angka
(digit) yang di gunakan dalam hitungan
Besar dan sifat kesalahan pemotongan pada metode euler dapat di
jelaskan dari deret taylor. Untuk itu di pandang persamaan diferensial
berbentuk:
Y ' =f ( x , y )
' dy
Dengan Y = , sedang x dan y adalah variabel bebas dan tak bebas.
dx
Penyelesaian dari persamaan tersebut dapat di perkirakan dengan deret
taylor:
Δ x '' Δ x 2 Δ xn
Yi+1=Yi+Y ' i +Y i + ..Yin + Rn
1! 2! n!
Sehingga:
Δ x 2 '' Δx3
Yi+1=Yi+ f ( xi , yi ) Δ x+ f ' ( xi , yi ) + f ( xi , yi ) + ..+ Rn
2! 3!
Kesalahan yang terjadi dari metode euler adalah karena tidak
memperhitungkan suku-suku terakhir dari persamaan sebelumnya yaitu
sebesar:
Δ x 2 '' Δ x3
Et =f ' ( xi , yi ) + f ( xi , yi ) +..+ Rn
2! 3!
Dengan et adalah kesalahan pemotongan local eksak
Δ x2
Ea=f ' ( xi , yi )
2!
Dengan ea adalah perkiraan kesalahan pemotongan lokal.

A2. Deret Taylor Dengan Order Lebih Tinggi


Setelah mempelajari kesalahan yang terjadi pada metode euler,
dapat di simpulkan bahwa metode tersebut dapat di perbaiki dengan
memperhitungkan lebih banyak suku daru deret taylor. Deret taylor order 2
mempunyai bentuk:
Δ x2
Yi+1=Yi+ f ( xi , yi ) Δ x+ f ' (xi , yi)
2!

11
B. Metode Heun
Metode Heun merupakan modifikasi dari metode euler. Modifikasi
di lakukan dalam memperkirakan kemiringan. Metode ini memperkirakan 2
turunan pada interval, yaitu pada ujung awal dan akhir. Kedua turunan
tersebut kemudian di ratakan untuk mendapatkan perkiraan kemiringan
yang lebih baik
Berdasarkan metode euler, kemiringan pada ujung awal dari interval
adalah:
Yi=f ( xi , yi )
Kemiringan tersebut digunakan untuk menghitung nilai Yi+1 dengan
ekstrapolasi linear sehingga:
Yi+1=Yi+ f ( xi , yi ) Δ x persamaan predictor
NilaiYi+1 dari persamaan prediktor tersebut kemudian digunakna
untuk memperkirakan kemiringan pada ujung akhir interval yaitu:
Y ' i+1=f ( xi+ 1, yi +1 )
Kedua kemiringan yang di berikan oleh persamaan di atas
kemudian di ratakan untuk memperoleh kemiringan rerata pada interval
yaitu:
Y ' i+Y ' i+1 f ( xi+1 , yi+1)+ f (xi , yi)
Y= =
2 2

Kemiringan rerata tersebut kemudian digunakan untuk ekstrapolasi


linier dari Yi ke Yi+1 dengan menggunakan metode euler:
f (xi , yi)+f ( xi+1 , yi+1)
Yi+1=Yi= Δx
2
Metode heun ini disebut juga metode prediktor-korektor

C. Metode Euler Yang Dimodifikasi


Didalam metode euler yang di modifikasi, yang sering juga disebut
metode polygon, metode euler digunakan untuk memprediksi kemiringan
nilai Y pada titik tengah interval. Untuk itu pertama kali di hitung nilai Yi ½
berikut ini.

12
1 Δx
Yi+ =Yi+ f ( xi , yi)
2 2
Kemudian nilai tersebut di gunakan untuk mengestimasi kemiringan pada
titik tengah interval, yaitu:
1 1 1
Y ' i+ =f (xi + , yi+ )
2 2 2
Kemiringan tersebut merupakan perkiraan dari kemiringan rerata pada
interval, yang kemudian di gunakan untuk ekstrapolasi linear dari xi ke xi+1
dengan menggunakan metode euler:
1
Yi+1=Yi+ f ( xi+ , yi+1 /2) Δ x
2

D. Metode Runge - Kutta


Metode runge-kutta memberikan ketelitian hasil yang lebih besar
dan tidak memerlukan turunan dari fungsi, bentuk umum dari metode runge
kutta adalah:
Yi+1=Yi+(xi , yi , Δ x) Δ x
Dengan ( xi , yi , Δ x ) adalah fungsi pertambahan yang merupakan
kemiringan rerata pada interval. Fungsi pertambahan dapat di tulis dalam
bentuk umum:
= a1 k1+a2 k2 +….an kn
Dengan a adalah konstanta dan k adalah:
K1 = f (xi , yi)
K2 = f (xi+ p 1 Δ x ,Yi +q 11 k 1 Δ x)
K3 = f ( xi + p 2 Δ x , Yi+ q 21 k 1 Δ x +q 22 k 2 Δ x )

D.1. Metode Runge – Kutta Order Dua


Metode runge-kutta order dua mempunyai bentuk:
Yi+1=Yi+(a 1 k 1+ a 2k 2) Δ x
Dengan:
K1 = f (xi , yi)
K2 = f (xi+ p 1 Δ x ,Yi +q 11 k 1 Δ x)
Nilai a1,a2,p1 dan mempunyai hubungan:

13
A1+a2 =1
A2P1 = ½
A2q = ½
Dianggap bahwa a2 di tetapkan, sehingga persamaan di atas menghasilkan:
A1 = 1-a2
P1 = q = 1/2a2
Karena nilai a2 dapat di pilih sembarang, maka akan terdapat banyak
metode runge-kutta order 2. Di bawah ini adalah 3 metode yang sering di
gunakan:
1. Metode Heun
Apabila a2 dianggap ½ ,maka:
A1 = ½
P1 = 211=1
Parameter tersebut apabila di substitusikan ke dalam persamaan
runge-kutta order 2 akan menghasilkan:
1 1
Yi+1=Yi+( k 1+ k 2) Δ x
2 2
Dengan:
K1 = f (xi , yi)
K2 = f (xi+ Δ x ,Yi+ Ki Δ x)
Dimana k1 adalah kemiringan fungsi pada awal interval dan K 2 adalah
kemiringan fungsi pada akhir interval. Dengan demikian runge-kutta order 2
adalah sama dengan metode heun
2. Metode Poligon
Apabila a2 dianggap 1 ,maka:
A1 = 0
P1 = 211=1/2
Parameter tersebut apabila di substitusikan ke dalam persamaan
runge-kutta order 2 akan menghasilkan:
Yi+1=Yi+ k 2 Δ x
Dengan:
K1 = f (xi , yi)

14
1 1
K2 = f (xi+ Δ x , Yi+ Ki Δ x)
2 2
3. Metode Ralston
Dengan memilih a2 dianggap 2/3 ,akan menghasilkan kesalahan
pemotongan minimum untuk metode runge-kutta order 2. Dengan a2=2/3
A1 = 1/3
P1 = 211=3/4
Sehingga:
1 2
Yi+1=Yi+( k 1+ k 2) Δ x
2 3
Dengan:
K1 = f (xi , yi)
3 3
(
K2 = f xi + Δ x ,Yi+ Ki Δ x
4 4 )
D. 2. Metode Runge – Kutta Order Tiga
Metode runge-kutta order tiga yang biasa digunakan adalah
mempunyai bentuk:
1
Yi+1=Yi+( k 1+4 k 2+k 3) Δ x
6
Dengan:
K1 = f (xi , yi)
1 1
K2 = f (xi+ Δ x , Yi+ Δ xki)
2 2
K3 = f (xi+ Δ x ,Yi−Δ xk 1+2 Δ xk 2)

D. 3. Metode Runge – Kutta Order Empat


Metode runge-kutta order empat yang biasa digunakan adalah
mempunyai bentuk:
1
Yi+1=Yi+ (k 1+2 k 2+2 k 3+ k 4) Δ x
6
Dengan:
K1 = f (xi , yi)

15
1 1
K2 = f (xi+ Δ x , Yi+ Δ xki)
2 2
1 1
K3 = f (xi+ Δ x , Yi+ Δ xk 2)
2 2
K4 = f (xi+ Δ x ,Yi+ Δ xk 3)

16
BAB 3
CONTOH SOAL

1. PERHITUNGAN :

Umur beton (hari) 2 4 5 7 10 12 14 21 28


kuat tekan (f'c) (Mpa) 7,5 18,48 20,58 23,87 27,48 31,59 34,15 35,58 36,05
a. Kuat tekan beton untuk 8 hari. ( dengan interpolasi linier ) .
Dengan diketahui data yang di gunakan beton berumur 7 dan 10 hari
Maka :
f ( x 1 )−f ( x 0)
F1(x) = f (x0) + × (x-x0)
xi− xo

f ( 27,48 )−f (23,87)


F1(8) = f (23,87) + × (8-7)
10−7

= 25,0733 Mpa

Umur beton (hari)


X 8 25,0733
X0 7 23,87
X1 10 27,48

Dengan besar Et :

Besar error
Et 0,0876

Et = {(f (10) – f (8)) :f (10)}× 100 %

={(27,48 – 25,0733) : 27,48} × 100 %

= 0,0876

17
Umur beton (hari) 2 4 5 7 10 12 14 21 28
kuat tekan (f'c) (Mpa) 7,5 18,48 20,58 23,87 27,48 31,59 34,15 35,58 36,05

b. Kuat tekan beton pada umur 11 hari ( dengan metode Langrange


order 4 dan metode interpolasi order 4 ) .
( data yang digunakan yaitu beton berumur 4, 5, 7, 10, 12 hari )

X0 4 18,48
X1 5 20,58
X2 7 23,87
X3 10 27,48
X4 12 31,59

Dengan diketahui X = 11 .

(X −X 1) (X −X 2) (X −X 3) (X −X 4 )
L0(x) = . . . . f (X0)
Xo− X 1 Xo− X 2 Xo− X 3 Xo− X 4

(11−5) (11−7) (11−10) (11−12)


= . . . . 18,48
4−5 4−7 4−10 4−12

= - 3,08

X0 4 18,48 Lo -3,08

(X −X 0) (X −X 2) (X −X 3) (X −X 4 )
L1(x) = . . . . f (X1)
X 1−X 0 X 1−X 2 X 1−X 3 X 1−X 4

(11−4 ) (11−7) (11−10) (11−12)


= . . . . 20,58
5−4 5−7 5−10 5−12

= 8, 232

18
X1 5 20,58 L1 8,232

(X −X 0) (X −X 1) (X −X 3) (X −X 4 )
L2(x) = . . . . f (X2)
X 2−X 0 X 2−X 1 X 2−X 3 X 2−X 4

(11−4 ) (11−5) (11−10) (11−12)


= . . . . 23,87
7−4 7−5 7−10 7−12

= -11,139

X2 7 23,87 L2 -11,139

(X −X 0) (X −X 1) (X −X 2) (X −X 4 )
L3(x) = . . . . f (X3)
X 3−X 0 X 3−X 1 X 3−X 2 X 3−X 4

(11−4 ) (11−5) (11−7) (11−12)


= . . . . 27,48
10−4 10−5 10−7 10−12

= 25,648

X3 10 27,48 L3 25,648

(X −X 0) (X −X 1) (X −X 2) (X −X 3)
L4(x) = . . . . f (X4)
X 4− X 0 X 4− X 1 X 4− X 2 X 4− X 3

(11−4 ) (11−5) (11−7) (11−10)


= . . . . 31,59
12−4 12−5 12−7 12−10

= 9,477

X4 12 31,59 L4 9,477
f (11) = L0 + L1 + L2 + L3 + L4

19
= - 3,08 + 8, 232 + -11,139 + 25,648 + 9,477

= 29,1377

Resume tabel umur beton 11 hari

Umur beton (hari)


X 11 29,1377
X0 4 18,48 Lo -3,08
X1 5 20,58 L1 8,232
X2 7 23,87 L2 -11,139
X3 10 27,48 L3 25,648
X4 12 31,59 L4 9,477

20
Umur beton (hari) 2 4 5 7 10 12 14 21 28
kuat tekan (f'c) (Mpa) 7,5 18,48 20,58 23,87 27,48 31,59 34,15 35,58 36,05
c. Kuat tekan beton pada umur 19 hari ( dengan metode polinomial
langrange order 5 dan metode interpolasi polinomial order 5 ) . (Data
yang digunakan adalah beton berumur 5, 7, 10, 12, 14 dan 21 hari ) .

X0 5 20,58
X1 7 23,87
X2 10 27,48
X3 12 31,59
X4 14 34,15
X5 21 35,58

Diketahui X = 19

(X −X 1) (X −X 2) (X −X 3) (X −X 4 ) (X −X 5)
L0(x) = . . . .
Xo− X 1 Xo− X 2 Xo− X 3 Xo− X 4 Xo− X 5
. f (X0)

(19−7) (19−10) (19−12) (19−14) (19−21)


= . . . . .
5−7 5−10 5−12 5−14 5−21
20,58

= 15, 435

X0 5 20,58 Lo 15,435

21
(X −X 0) (X −X 2) (X −X 3) (X −X 4 ) (X −X 5)
L1(x) = . . . .
X 1−X 0 X 1−X 2 X 1−X 3 X 1−X 4 X 1−X 5
. f (X1)

(19−5) (19−10) (19−12) (19−14) (19−21)


= . . . . .
7−5 7−10 7−12 7−14 7−21
23,87

= -71,61

X1 7 23,87 L1 -71,61

(X −X 0) (X −X 1) (X −X 3) (X −X 4 ) (X −X 5)
L2(x) = . . . .
X 2−X 0 X 2−X 1 X 2−X 3 X 2−X 4 X 2−X 5
. f (X2)

(19−5) (19−7) (19−12) (19−14) (19−21)


= . . . . .
10−5 10−7 10−12 10−14 10−21
27,48

= 244,822

X2 10 27,48 L2 244,822

(X −X 0) (X −X 1) (X −X 2) (X −X 4 ) (X −X 5)
L3(x) = . . . .
X 3−X 0 X 3−X 1 X 3−X 2 X 2−X 4 X 2−X 5
. f (X3)

(19−5) (19−7) (19−10) (19−14) (19−21)


= . . . . .
12−5 12−7 12−10 12−14 12−21
31,59

= -379,08

X3 12 31,59 L3 -379,08

22
(X −X 0) (X −X 1) (X −X 2) (X −X 3) (X −X 5)
L4(x) = . . . .
X 4− X 0 X 4− X 1 X 4− X 2 X 4− X 3 X 4− X 5
. f (X4)

(19−5) (19−7) (19−10) (19−12) (19−21)


= . . . . .
14−5 14−7 14−10 14−12 14−21
34,15

= 204,9

X4 14 34,15 L4 204,9

(X −X 0) (X −X 1) (X −X 2) (X −X 3) (X −X 4 )
L5(x) = . . . .
X 5−X 0 X 5−X 1 X 5−X 2 X 5−X 3 X 5−X 4
. f (X5)

(19−5) (19−7) (19−10) (19−12) (19−14)


= . . . . .
21−5 21−7 21−10 21−12 21−14
35,58

= 12,1295

X5 21 35,58 L5 12,1295

f (11) = L0 + L1 + L2 + L3 + L4 + L5

= 15,435 + (-71,61) + 244,822 + (-379,08) + 204,9 +12,1295

= 26,5964

Resume tabel

23
Umur beton (hari)
X 19 26,5964
X0 5 20,58 Lo 15,435
X1 7 23,87 L1 -71,61
X2 10 27,48 L2 244,822
X3 12 31,59 L3 -379,08
X4 14 34,15 L4 204,9
X5 21 35,58 L5 12,1295

2. F(x) = 52∫ (-6×2 + 2× - 5) dx


Ditanyakan :
a. Metode Trapesium banyak pias dengan n = 10 pias, (hitung kesalahan relatifnya).

b. Hitung integral tersebut dengan n = 15 pias :


• 6 pias dengan metode simpson ⅓ banyak pias,
• 6 pias dengan trapesium banyak pias,
• 3 pias dengan metode simpson ⅜, (hitung kesalahan relatifnya).

24
c. Hitung integral tersebut dengan n = 25 pias :
• 3 pias dengan metode simpson ⅜,
• 12 pias dengan metode simpson ⅓ banyak pias,
• 7 pias dengan trapesium banyak pias,
• 3 pias dengan metode simpson ⅜, (hitung kesalahan relatifnya).
Jawab :
a. n = 10
∆x = (b-a) / n
∆x = (5-2) / 10
= 0.3
b. n = 15
∆x = (b – a) / n
∆x = (5 – 2)/ 15 • Metode Trapesium banyak pias dengan n = 10
f(x) F(5) F(2) pias :
a 2 -25 -250 -22 I = (∆x/2) * (f(a) + f(b) + 2 * (f(x1) + f(x2) + f(x3)
+ f(x4) + f(x5) + f(x6) + f(x7) + f(x8) + f(x9)))
x1 2.3 -32.14 • 6 pias dengan metode simpson ⅓ banyak pias :
I= -228.27
x2 2.6 -40.36
A1
F(x)= (∆x/3)
= [-2×3* +(f(a)
×2 -+5×]
f(b)52+ 4 * (f(2.2) +
x3 2.9 -49.66 f(2.6)+f(3)) + 2 * (f(2.4)+f(2.8))
P == -49.296
A1 -228
x4 3.2 -60.04
x5 3.5 -71.5 Ee = P – I
• 6 pias dengan trapesium banyak pias :
x6 3.8 -84.04 Ee = 0.27
x7 4.1 -97.66 Ɛe = (Ee / P) * 100%
A2 = (∆x/2) * (f(3.2) + f(4.4) + 2 * (f(3.4) +
x8 4.4 -112.36 Ɛe = -0.1184%
f(3.6)+f(3.8)+f(4)+f(4.2)))
x9 4.7 -128.14 A2 = -101.76
b 5 -145
• 3 pias dengan metode simpson ⅜ :
= 0.2
A3 = (5 - 4.4) * ((f(4.4) + 3 * f(4.6) + 3 * f(4.8) +
f(5))/8)
A3 = -76.992
Luas Total :
I = A1 + A2 + A3
I= -228.048
F(x) = [-2×3 + ×2 - 5×]52

P= -228

Ee = P - I
Ee = 0.048
Ɛe = (Ee / P) * 100%
Ɛe = -0.0211%

25
c. n = 25
∆x = (b – a) / n
= (5 – 2) / 25
= 0.12

26
• 3 pias dengan metode simpson ⅜ :

A1 = (2.36 - 2) * ((f(2) + 3 * f(2.12) + 3 *


f(2.24) + f(2.36))/8)
A1 = -10.518912

• 12 pias dengan metode simpson ⅓ banyak


pias :

A2 = (∆x/3) * (f(2.36) + f(3.8) + 4 * (f(2.48)


+ f(2.72) + f(2.96) + f(3.2)+f(3.44)+f(3.68))
+ 2 * (f(2.6) + f(2.84) +
f(3.08)+f(3.32)+f(3.56))
A2 = -81.785088

• 7 pias dengan trapesium banyak pias :

A3 = (∆x/2) * (f(3.8) + f(4.64) + 2 * (f(3.92)


+ f(4.04) + f(4.16) + f(4.28) +
f(4.4)+f(4.52)))
A3 = -87.173184

• 3 pias dengan metode simpson ⅜ :

A4 = (5 - 4.64) * ((f(4.64) + 3 * f(4.76) + 3 *


f(4.88) + f(5))/8)
A4 = -48.534912

Luas Total :
I = A1 + A2 + A3 + A4
I= -228.0121

F(x) = [-2×3 + ×2 - 5×]52


P= -228

3. Diketahui : Ee = P-I
Ee = 0.012096
x 3 4 5 6 7 Ɛe = (Ee
8 / P) * 100%
9 10 15
f(x) 12 8 15 25 14 Ɛe = 12-0.0053% 13 25 18

Ditanyakan :

27
Hitunglah integral dari tabel data diatas dengan :
• 3 pias dengan metode trapesium banyak pias,
• 4 pias dengan metode simpson ⅓ banyak pias,
• 1 pias dengan metode trapesium.

Jawab :

x 3 4 5 6 • 3 pias dengan metode trapesium banyak pias :


f(x) 12 8 15 25 ∆x = (b - a) / n
∆x = 1

A1 = (∆x/2) * (f(3) + f(6) + 2 * (f(4) + f(5)))


A1 = 41.5

x 6 7 8 9 10 • 4 pias dengan metode simpson ⅓ banyak pias :


f(x) 25 14 12 13 25 ∆x = (b - a) / n
∆x = 1

A2 = (∆x/3) * (f(6) + f(10) + 4 * (f(7) + f(9)) +


2 * f(8)
A2 = 60.6667

x 10 15
f(x) 25 18

• 1 pias dengan metode trapesium :


∆x = (b - a) / n
∆x = (15-10) / 5 = 1

A3 = (∆x/2) * (f(10) + f(15))


Nomor 4 A3 = 21.5
Diketahui :
3 2
dy/dx = 4x + 2x + 5
y(8) = 10.5

Ditanyakan :
Hitung y(8,8) dengan interval ∆×= 0.1 dengan menggunakan metode :
* Metode Runge Kutta order 2 ( Metode 28Heun)
* Metode Runge Kutta order 2 ( Metode Poligon)
* Metode Runge Kutta order 2 ( Metode Ralston)
* Metode Runge Kutta order 3
Jawaban :
∆x = 0,1
x y k1 x + ∆x y + k1 *∆x k2
8 10,5 2181 8,1 228,6 2261,984
8,1 232,6492 2261,984 8,2 458,8476 2344,952
* Metode Runge Kutta order 2 ( Metode Heun)
∆x =
8,2 462,996
0,1
2344,952 8,3 697,4912∆x2429,928
= 0,1
y(8) = 8,3 701,74
10,5 2429,928 8,4 944,7328y(8.4) =
2516,936 949,0832
k1 = f (x,y)8,4 949,0832 2516,936 8,5 1200,777k1 = 2606
f (x,y)
k1 = f( 8 ; 10,5 ) k1 = f( 8,4 ; 949,0832 )
8,5 1205,23 2606 8,6 1465,83 k12697,144
= 2516,936
k1 = 2181
8,6 1470,387 2697,144 8,7 1740,102k22790,392
= f(x +∆x , y + k1 * ∆x)
k2 = f(x +∆x , y + k1 * ∆x)
k2 = f( 8,7 1744,764 2790,392
8,1 ; 228,6 ) 8,8 2023,803k22885,768
= f( 8,5 ; 1200,777 )
k2 = 8,8 2261,984
2028,572 k2 = 2606
y(8.1) = y(8) + ((1/2) * k1 + (1/2) * k2) * ∆x y(8.5) = y(8.4) + ((1/2) * k1 + (1/2) * k2) * ∆x
y(8.1) = 232,6492 y(8.5) = 1205,23

∆x = 0,1 ∆x = 0,1
y(8.1) = 232,6492 y(8.5) = 1205,23
k1 = f (x,y) k1 = f (x,y)
k1 = f( 8,1 ; 232,6492 ) k1 = f( 8,5 ; 1205,23 )
k1 = 2261,984 k1 = 2606
k2 = f(x +∆x , y + k1 * ∆x) k2 = f(x +∆x , y + k1 * ∆x)
k2 = f( 8,2 ; 458,8476 ) k2 = f( 8,6 ; 1465,83 )
k2 = 2344,952 k2 = 2697,144
y(8.2) = y(8.1) + ((1/2) * k1 + (1/2) * k2) * ∆x y(8.6) = y(8.5) + ((1/2) * k1 + (1/2) * k2) * ∆x
y(8.2) = 462,996 y(8.6) = 1470,387

∆x = 0,1 ∆x = 0,1
y(8.2) = 462,996 y(8.6) = 1470,387
k1 = f (x,y) k1 = f (x,y)
k1 = f( 8,2 ; 462,996 ) k1 = f( 8,6 ; 1470,387 )
k1 = 2344,952 k1 = 2697,144
k2 = f(x +∆x , y + k1 * ∆x) k2 = f(x +∆x , y + k1 * ∆x)
k2 = f( 8,3 ; 697,4912 ) k2 = f( 8,7 ; 1740,102 )
k2 = 2429,928 k2 = 2790,392
y(8.3) = y(8.2) + ((1/2) * k1 + (1/2) * k2) * ∆x y(8.7) = y(8.6) + ((1/2) * k1 + (1/2) * k2) * ∆x
y(8.3) = 701,74 y(8.7) = 1744,764

∆x = 0,1 ∆x = 0,1
y(8.3) = 701,74 y(8.7) = 1744,764
k1 = f (x,y) k1 = f (x,y)
k1 = f( 8,3 ; 701,74 ) k1 = f( 8,7 ; 1744,764 )
k1 = 2429,928 k1 = 2790,392
k2 = f(x +∆x , y + k1 * ∆x) 29 k2 = f(x +∆x , y + k1 * ∆x)
k2 = f( 8,4 ; 944,7328 ) k2 = f( 8,8 ; 2023,803 )
k2 = 2516,936 k2 = 2885,768
y(8.4) = y(8.3) + ((1/2) * k1 + (1/2) * k2) * ∆x y(8.8) = y(8.7) + ((1/2) * k1 + (1/2) * k2) * ∆x
y(8.4) = 949,0832 y(8.8) = 2028,572
∆x = 0,1
x y k1 x+0.5*∆xy+0.5*k1*∆x k2
8 10,5 2181 8,05 119,55 2221,246
8,1 232,6246 2261,984 8,15 345,7238 2303,219
8,2 462,9464 2344,952 8,25 580,194 2387,188
8,3 701,6652 2429,928 8,35 823,1616 2473,177
8,4 948,9828 2516,936 8,45 1074,83 2561,21
8,5 1205,104 2606 8,55 1335,404 2651,311
8,6 1470,235 2697,144 8,65 1605,092 2743,504
8,7 1744,585 2790,392 8,75 1884,105 2837,813
8,8 2028,366
30
* Metode Runge Kutta order 2 ( Metode Poligon)
∆x = 0,1 ∆x = 0,1
y(8) = 10,5 y(8.4) = 948,9828
k1 = f (x,y) k1 = f (x,y)
k1 = f( 8 ; 10,5 ) k1 = f( 8,4 ; 948,9828 )
k1 = 2181 k1 = 2516,936
k2 = f(x +0.5*∆x , y + 0.5*k1 * ∆x) k2 = f(x +0.5*∆x , y + 0.5*k1 * ∆x)
k2 = f( 8,05 ; 119,55 ) k2 = f( 8,45 ; 1074,83 )
k2 = 2221,2455 k2 = 2561,21
y(8.1) = y(8) + k2 * ∆x y(8.5) = y(8.4) + k2 * ∆x
y(8.1) = 232,62455 y(8.5) = 1205,104

∆x = 0,1 ∆x = 0,1
y(8.1) = 232,62455 y(8.5) = 1205,104
k1 = f (x,y) k1 = f (x,y)
k1 = f( 8,1 ; 232,6246 ) k1 = f( 8,5 ; 1205,104 )
k1 = 2261,984 k1 = 2606
k2 = f(x +0.5*∆x , y + 0.5*k1 * ∆x) k2 = f(x +0.5*∆x , y + 0.5*k1 * ∆x)
k2 = f( 8,15 ; 345,7238 ) k2 = f( 8,55 ; 1335,404 )
k2 = 2303,2185 k2 = 2651,311
y(8.2) = y(8.1) + k2 * ∆x y(8.6) = y(8.5) + k2 * ∆x
y(8.2) = 462,9464 y(8.6) = 1470,235

∆x = 0,1 ∆x = 0,1
y(8.2) = 462,9464 y(8.6) = 1470,235
k1 = f (x,y) k1 = f (x,y)
k1 = f( 8,2 ; 462,9464 ) k1 = f( 8,6 ; 1470,235 )
k1 = 2344,952 k1 = 2697,144
k2 = f(x +0.5*∆x , y + 0.5*k1 * ∆x) k2 = f(x +0.5*∆x , y + 0.5*k1 * ∆x)
k2 = f( 8,25 ; 580,194 ) k2 = f( 8,65 ; 1605,092 )
k2 = 2387,1875 k2 = 2743,504
y(8.3) = y(8.2) + k2 * ∆x y(8.7) = y(8.6) + k2 * ∆x
y(8.3) = 701,66515 y(8.7) = 1744,585

∆x = 0,1 ∆x = 0,1
y(8.3) = 701,66515 y(8.7) = 1744,585
k1 = f (x,y) k1 = f (x,y)
k1 = f( 8,3 ; 701,6652 ) k1 = f( 8,7 ; 1744,585 )
k1 = 2429,928 k1 = 2790,392
k2 = f(x +0.5*∆x , y + 0.5*k1 * ∆x) k2 = f(x +0.5*∆x , y + 0.5*k1 * ∆x)
k2 = f( 8,35 ; 823,1616 ) k2 = f( 8,75 ; 1884,105 )
k2 = ∆x = 2473,1765 0,1 k2 = 2837,813
y(8.4) = y(8.3)
x + k2 * ∆x y k1 y(8.8)
x+0.75*∆x = y(8.7) + k2k2
y+0.75*k1*∆x * ∆x
y(8.4) = 948,9828 y(8.8) = 2028,366
8 10,5 2181 8,075 174,075 2241,553
8,1 232,6369 2261,984 8,175 402,2857 2324,023
8,2 462,9712 2344,952 8,275 638,8426 2408,494
8,3 701,7025 2429,928 8,375 883,9471 2494,992
8,4 949,033 2516,936 8,475 1137,803 2583,54
8,5 1205,167 2606 8,575 1400,617 2674,162
8,6 1470,311 2697,144 8,675 1672,597 2766,881
8,7 1744,674 2790,392 8,775 1953,954 2861,723
8,8 2028,469
31
* Metode Runge Kutta order 2 ( Metode Ralston)
∆x = 0,1
∆x = 0,1
y(8) = 10,5
y(8.4) = 949,033
k1 = f (x,y)
k1 = f (x,y)
k1 = f( 8 ; 10,5 )
k1 = f( 8,4 ; 949,033 )
k1 = 2181
k1 = 2516,936
k2 = f(x + 0.75 * ∆x , y + 0.75 * k1 * ∆x)
k2 = f(x + 0.75 * ∆x , y + 0.75 * k1 * ∆x)
k2 = f( 8,075 ; 174,075 )
k2 = f( 8,475 ; 1137,803 )
k2 = 2241,552938
k2 = 2583,54
y(8.1) = y(8) + ((1/3) * k1 + (2/3) * k2) * ∆x
y(8.5) = y(8.4) + ((1/3) * k1 + (2/3) * k2) * ∆x
y(8.1) = 232,6368625
y(8.5) = 1205,167

∆x = 0,1 ∆x = 0,1
y(8.1) = 232,6368625 y(8.5) = 1205,167
k1 = f (x,y) k1 = f (x,y)
k1 = f( 8,1 ; 232,6369 ) k1 = f( 8,5 ; 1205,167 )
k1 = 2261,984 k1 = 2606
k2 = f(x + 0.75 * ∆x , y + 0.75 * k1 * ∆x) k2 = f(x + 0.75 * ∆x , y + 0.75 * k1 * ∆x)
k2 = f( 8,175 ; 402,2857 ) k2 = f( 8,575 ; 1400,617 )
k2 = 2324,022688 k2 = 2674,162
y(8.2) = y(8.1) + ((1/3) * k1 + (2/3) * k2) * ∆x y(8.6) = y(8.5) + ((1/3) * k1 + (2/3) * k2) * ∆x
y(8.2) = 462,971175 y(8.6) = 1470,311

∆x = 0,1 ∆x = 0,1
y(8.2) = 462,971175 y(8.6) = 1470,311
k1 = f (x,y) k1 = f (x,y)
k1 = f( 8,2 ; 462,9712 ) k1 = f( 8,6 ; 1470,311 )
k1 = 2344,952 k1 = 2697,144
k2 = f(x + 0.75 * ∆x , y + 0.75 * k1 * ∆x) k2 = f(x + 0.75 * ∆x , y + 0.75 * k1 * ∆x)
k2 = f( 8,275 ; 638,8426 ) k2 = f( 8,675 ; 1672,597 )
k2 = 2408,494438 k2 = 2766,881
y(8.3) = y(8.2) + ((1/3) * k1 + (2/3) * k2) * ∆x y(8.7) = y(8.6) + ((1/3) * k1 + (2/3) * k2) * ∆x
y(8.3) = 701,7025375 y(8.7) = 1744,674

∆x = 0,1 ∆x = 0,1
y(8.3) = 701,7025375 y(8.7) = 1744,674
k1 = f (x,y) k1 = f (x,y)
k1 = f( 8,3 ; 701,7025 ) k1 = f( 8,7 ; 1744,674 )
k1 = 2429,928 k1 = 2790,392
k2 = f(x + 0.75 * ∆x , y + 0.75 * k1 * ∆x) k2 = f(x + 0.75 * ∆x , y + 0.75 * k1 * ∆x)
k2 = f( 8,375 ; 883,9471 ) k2 = f( 8,775 ; 1953,954 )
k2 = 2494,992188 k2 = 2861,723
y(8.4) = y(8.3) + ((1/3) * k1 + (2/3) * k2) * ∆x y(8.8) = y(8.7) + ((1/3) * k1 + (2/3) * k2) * ∆x
y(8.4) = 949,03295 y(8.8) = 2028,469

∆x = 0,1
x y k1 x+0.5*∆xy+0.5*k1*∆x k2 x+∆x y-k1*∆x+2*∆x*k2 k3
8 10,5 2181 8,05 119,55 2221,246 8,1 236,6491 2261,984
8,1 232,6328 2261,984 8,15 345,732 2303,219 8,2 467,0780667 2344,952
8,2 462,9629 2344,952 8,25 580,2105 2387,188 8,3 705,9052333 2429,928
8,3 701,6901 2429,928 8,35 823,1865 2473,177 8,4 953,3326 2516,936
8,4 949,0163 2516,936 8,45 1074,863 2561,21 8,5 1209,564567 2606
8,5 1205,146 2606 8,55 1335,446 2651,311 8,6 1474,807933 2697,144
8,6 1470,286 2697,144 8,65 1605,143 2743,504 8,7 1749,2719 2790,392
8,7 1744,645 2790,392 8,75 1884,164 2837,813 8,8 2033,168067 2885,768
8,8 2028,435

32
* Metode Runge Kutta order 3 ∆x = 0,1
∆x = 0,1 y(8.4) = 949,0163
y(8) = 10,5 k1 = f (x,y)
k1 = f (x,y) k1 = f( 8,4 ; 949,0163 )
k1 = f( 8 ; 10,5 ) k1 = 2516,936
k1 = 2181 k2 = f(x +0.5*∆x , y + 0.5*k1 * ∆x)
k2 = f(x +0.5*∆x , y + 0.5*k1 * ∆x) k2 = f( 8,45 ; 1074,863 )
k2 = f( 8,05 ; 119,55 ) k2 = 2561,21
k2 = 2221,2455 k3 = f (x+∆x , y-k1*∆x+2*∆x*k2)
k3 = f (x+∆x , y-k1*∆x+2*∆x*k2) k3 = f( 8,5 ; 1209,565 )
k3 = f( 8,1 ; 236,6491 ) k3 = 2606
k3 = 2261,984 y(8.5) = y(8.4) + (1/6) * (k1 + 4 *k2 + k3) * ∆x
y(8.1) = y(8) + (1/6) * (k1 + 4 *k2 + k3) * ∆x y(8.5) = 1205,146
y(8.1) = 232,6327667
∆x = 0,1
∆x = 0,1 y(8.5) = 1205,146
y(8.1) = 232,6327667 k1 = f (x,y)
k1 = f (x,y) k1 = f( 8,5 ; 1205,146 )
k1 = f( 8,1 ; 232,6328 ) k1 = 2606
k1 = 2516,936 k2 = f(x +0.5*∆x , y + 0.5*k1 * ∆x)
k2 = f(x +0.5*∆x , y + 0.5*k1 * ∆x) k2 = f( 8,55 ; 1335,446 )
k2 = f( 8,15 ; 345,732 ) k2 = 2651,311
k2 = 2303,2185 k3 = f (x+∆x , y-k1*∆x+2*∆x*k2)
k3 = f (x+∆x , y-k1*∆x+2*∆x*k2) k3 = f( 8,6 ; 1474,808 )
k3 = f( 8,2 ; 467,0781 ) k3 = 2697,144
k3 = 2344,952 y(8.6) = y(8.5) + (1/6) * (k1 + 4 *k2 + k3) * ∆x
y(8.2) = y(8.1) + (1/6) * (k1 + 4 *k2 + k3) * ∆x y(8.6) = 1470,286
y(8.2) = 462,9629333
∆x = 0,1
∆x = 0,1 y(8.6) = 1470,286
y(8.2) = 462,9629333 k1 = f (x,y)
k1 = f (x,y) k1 = f( 8,6 ; 1470,286 )
k1 = f( 8,2 ; 462,9629 ) k1 = 2697,144
k1 = 2344,952 k2 = f(x +0.5*∆x , y + 0.5*k1 * ∆x)
k2 = f(x +0.5*∆x , y + 0.5*k1 * ∆x) k2 = f( 8,65 ; 1605,143 )
k2 = f( 8,25 ; 580,2105 ) k2 = 2743,504
k2 = 2387,1875 k3 = f (x+∆x , y-k1*∆x+2*∆x*k2)
k3 = f (x+∆x , y-k1*∆x+2*∆x*k2) k3 = f( 8,7 ; 1749,272 )
k3 = f( 8,3 ; 705,9052 ) k3 = 2790,392
k3 = 2429,928 y(8.7) = y(8.6) + (1/6) * (k1 + 4 *k2 + k3) * ∆x
y(8.3) = y(8.2) + (1/6) * (k1 + 4 *k2 + k3) * ∆x y(8.7) = 1744,645
y(8.3) = 701,6901
∆x = 0,1
∆x = 0,1 y(8.7) = 1744,645
y(8.3) = 701,6901 k1 = f (x,y)
k1 = f (x,y) k1 = f( 8,7 ; 1744,645 )
k1 = f( 8,3 ; 701,6901 ) k1 = 2790,392
k1 = 2429,928 k2 = f(x +0.5*∆x , y + 0.5*k1 * ∆x)
k2 = f(x +0.5*∆x , y + 0.5*k1 * ∆x) k2 = f( 8,75 ; 1884,164 )
k2 = f( 8,35 ; 823,1865 ) k2 = 2837,813
k2 = 2473,1765 k3 = f (x+∆x , y-k1*∆x+2*∆x*k2)
k3 = f (x+∆x , y-k1*∆x+2*∆x*k2) k3 = f( 8,8 ; 2033,168 )
k3 = f( 8,4 ; 953,3326 ) k3 = 2885,768
k3 = 2516,936 y(8.8) = y(8.7) + (1/6) * (k1 + 4 *k2 + k3) * ∆x
y(8.4) = y(8.3) + (1/6) * (k1 + 4 *k2 + k3) * ∆x y(8.8) = 2028,435
y(8.4) = 949,0162667

33

Anda mungkin juga menyukai